Anda di halaman 1dari 18

Proses Audit :

Biaya Dibayar Dimuka dan Beban Ditangguhkan

Tugas Mata Kuliah


Auditing II

Disusun Oleh:
1. Moch.Mualif Zidan A (170810301050)
2. Andre Kusuma (170810301132)
3. Ahmad Syaiti (180810301221)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
PEMBAHASAN

BEBAN DIBAYAR DIMUKA

Biaya dibayar di muka atau prepaid expenses adalah pengeluaran yang


dibayarkan untuk keperluan dalam tahun buku mendatang. Biaya dibayar di muka juga
bisa dikatakan sebagai biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban perusahaan
untuk membayarnya pada periode bersangkutan, tetapi perusahaan sudah
membayarnya terlebih dahulu. Pengertian lain mengatakan bahwa biaya dibayar di
muka adalah biaya yang dapat habis terpakai seiring berjalannya waktu (contohnya
biaya sewa dan asuransi) atau melalui pemakaian (contohnya perlengkapan/supplies),
yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dan dicatat sebagai
aktiva. Pembebanan biaya melalui alokasi berdasarkan waktu atau jumlah terpakai
yang sebenarnya.

Biaya dibayar di muka belum merupakan beban perusahaan untuk periode yang
bersangkutan. Dengan kata lain, pengeluaran tersebut belum merupakan biaya dalam
tahun buku berjalan. Karena itu, jumlah yang dibayarkan tersebut
merupakan uang muka dan termasuk dalam Aktiva Lancar (current assets). Jenis-jenis
biaya dibayar di muka antara lain:
 Biaya sewa dibayar di muka (prepaid rent), yang meliputi biaya sewa
gedung kantor dibayar di muka dan biaya sewa kendaraan dibayar di muka.
 Biaya asuransi dibayar di muka (prepaid insurance).
 Biaya gaji dibayar di muka (prepaid salaries).
 Biaya bunga dibayar di muka (prepaid interest).
 Pajak Penghasilan (PPh) dibayar di muka, meliputi PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal
23, Pasal 24, dan Pasal 25.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibayar di muka.

Dalam akuntansi, pencatatan biaya dibayar di muka dapat dilakukan dengan


dua pendekatan, yaitu pendekatan neraca (pendekatan harta) dan pendekatan laba-rugi
(pendekatan beban). Jika suatu perusahaan sejak awal melakukan pencatatan biaya
dibayar di muka dengan pendekatan laba-rugi, maka seterusnya harus konsisten, begitu
juga sebaliknya.

Contoh Biaya Dibayar di Muka


Misalnya, jika Salon Budi pada bulan Juni 2018 membayar premi asuransi
dengan tunai untuk 12 bulan senilai Rp12.000.000, maka jurnal umum yang harus
dibuat berdasarkan pendekatan neraca adalah:

(Db) Asuransi dibayar di muka sebesar Rp12.000.000

(Kr) Kas sebesar Rp12.000.000


Sementara, pencatatan jurnal umum dengan pendekatan neraca laba-rugi adalah:

(Db) Beban asuransi sebesar Rp12.000.000

(Kr) Kas sebesar Rp12.000.000

Setelah membuat jurnal umum, maka disusunlah jurnal penyesuaian pada bulan
Desember 2018 dengan pendekatan neraca. dan laba rugi.

Pendekatan Neraca

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit

31/12/2018 Beban asuransi Rp7.000.000

Asuransi dibayar di muka Rp7.000.000

Asuransi dibayar di muka Salon Budi dari bulan Juni hingga Desember 2018
telah berkurang Rp7.000.000 karena jasa asuransi telah dinikmati selama tujuh bulan.
Perhitungannya adalah 7/12 x Rp12.000.000 = Rp7.000.000.
Sementara penyusunan jurnal penyesuaian biaya dibayar di muka dengan pendekatan
laba-rugi adalah sebagai berikut.

Pendekatan Laba-Rugi

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit

31/12/2018 Asuransi dibayar di muka Rp5.000.000

Beban Asuransi Rp5.000.000

Beban asuransi Salon Budi dari bulan Juni hingga Desember 2018 yang diakui
sebesar Rp7.000.000. Sementara, dalam jurnal umum telah tercatat Rp12.000.000,
sehingga agar penyusunan laporan laba-rugi dapat melaporkan bahwa beban asuransi
Rp7.000.000, maka harus dilakukan penyesuaian dengan cara kredit beban asuransi
sebesar Rp5.000.000.

Supaya pola jurnal penyesuaiannya menjadi konsisiten seperti tahun 2018 maka
perlu dilakukannya jurnal pembalik pada awal tahun 2019 yaitu.

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit

01/01/2019 Beban Asuransi Rp5.000.000

Asuransi dibayar di muka Rp5.000.000

Dengan melakukan penyesuaian untuk biaya dibayar di muka, akan


memudahkan perusahaan dalam melakukan pengendalian secara internal yang cukup
terhadap biaya atau akun tersebut. Selain itu, bisa juga digunakan untuk memeriksa
apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai
biaya dibayar di muka.

SISTEM BEBAN DIBAYAR DIMUKA


a. Untuk memastikan bahwa internal control perusahaan baik
Jika auditor yakin bahwa internal control perusahaan baik, maka luasnya
pemeriksaan dalam uji substantive dapat dipersempit. Ciri internal control yang
baik adalah:
 Adanya otorisasi untuk setiap pengeluaran biaya
 Adanya bukti pembayaran untuk setiap pengeluaran biaya, misalnya
polis asuransi.
b. Untuk memeriksa apakah biaya mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya
sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka
Dalam hal ini auditor memastikan bahwa bagian yang masih belum digunakan
benar-benar dicatat sebagai biaya dibayar di muka, buka dicatat sebagai beban.
c. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk
tahun berjalan telah dicatat pada sebagai biaya.
d. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka disajikan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku secara umum.
Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari satu
tahun dicatat sebagai asset lancer. Jika lebih dari satu tahun, dicatat sebagai asset
tak lancar.

Terdapat tiga pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka, yaitu


pengendalian atas akuisisi dan pencatatan asuransi, pengendalian atas register asuransi,
serta pengendalian pembebanan biaya asuransi. Dalam audit biaya di muka auditor
memperoleh jadwal dari klien yang berisi daftar untuk setiap kebijakan berlaku:
a. Informasi mengenai polis asuransi, nomor polis, jaminan, serta besaran yang
rutin dibayar
b. Saldo awal asuransi dibayar di muka
c. Pembayaran premi
d. Pembebanan biaya asuransi
e. Saldo akhir asuransi dibayar di muka

Berdasarkan sifatnya Beban dalam akuntansi dapat diartikan sebagai semua


biaya dan beban yang telah dibayarkan, namun sesungguhnya sebagian dari beban
tersebut harus dibayarkan pada periode mendatang. Ada kalanya juga perusahaan
harus membayar sejumlah biaya untuk “Keperluan” usahanya, padahal biaya untuk
“keperluan” tersebut seharusnya dibebankan dalam periode selanjutnya.

Beban sendiri dalam pengertianya berbeda dengan Biaya, Beban merupakan


Biaya yang dikeluarkan dalam jumlah kecil, yang sifatnya kurang dari satu tahun dan
biaya nya telah terjadi dan manfaatnya digunakan pada saat yang akan datang.
Sedangkan Biaya adalah seluruh sumber daya atau biaya yang dikerluarkan untuk
manfaat masa depan perusahaan yang mana jangka waktunya lebih dari satu tahun.

Beban dibayar dimuka dalam akuntansi terdiri atas beberapa contohnya antara lain :

Sewa dibayar dimuka, sifatnya sewa Operasi penysusutan mengunakan metode garis
lurus. Sistem atau prosedur berupa Dokumen yang diperlukan untuk keperluan Audit :
1. Daftar sewa dibayar dimuka antara Klien dengan pihak luar (direksi)
2. Surat perjanjian Sewa dibayar dimuka, dengan spesifikasi berisi deskripsi sewa
dibayar dimuka, tanggal perjanjian, indentitas klien dengan pihak luar, dan bukti
tanda tangan persetujuan oleh klien.
3. Bukti Transaksi/ Transfer berupa Invoice atau voucher dengan informasi
kelengkapan berapa nominal yang tercantum, No Code (Polis) , Tanggal tranksasi,
dan TTD, serta kemana transfer tersebut dibayarkan.
4. Untuk setiap pembayaran diperlukan sebuah pembukuan tiap bulan, sesuai dengan
klien dengan pihak luar, dan ada bukti tranksaksi setiap pembayaran tiap bulan
pembayaran sewa tersebut, Berupa Premi.
5. Perlu adanya jurnal penyesuaian untuk setiap akhir tahun sewa dibayar dimuka
dilakukan.

Asuransi dibayar dimuka atau dapat juga disebut piutang asuransi termasuk salah
satu jenis aktiva atau harta lancar. Dalam pelaporan keuangan, asuransi dibayar
dimuka disajikan dalam neraca. tetapi pembayaran tersebut belum berlaku pada tanggal
pelaporan neraca periode tersebut.
Bunga dibayar dimuka, interest expense yaitu beban bunga yang sebenamya belum
menjadi kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan pada periode yang
bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.
Pada dasarnya untuk tiap pembayaran nya sistem dan prosedurnya sama.
namun, terletak pada untuk apa biaya tersebut dikeluarkan yang menjadi pembeda.
Yang mendasari kemana arah beban dibayar dimuka perlu diperiksa untuk memastikan
kebenaran dan kewajaran dalam prosedur pemeriksaan nya dalam memberikan opini
nantinya.
BEBAN DITANGGUHKAN
Biaya ditangguhkan (deferred charges) adalah biaya yang dikapitalisasi sebagai aset
pada neraca perusahaan seperti biaya jangka panjang yang tidak akan mendapatkan
pengembalian dalam siklus modal kerja normal bisnis atau pengeluaran yang akan
dibebankan pada operasi di masa depan. Contohnya termasuk biaya penataan ulang
peralatan di pabrik dan biaya penelitian yang dikapitalisasi
Pengakuan suatu pos sabagai aset tak berwujud harus memenuhi :
1. Definisi aset tak berwujud
2. Harus memenuhi persyaratan atau unsur-unsur aset tak berwujud
Unsur-Unsur Aset Tak Bewujud
1. Aset tak berwujud diakui jika :
a. Kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari
aset tersebut
b. Biaya perolehan aset tsb dpt diukur secara andal
2. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas harus
menggunakan asumsi rasional & dapat dipertanggungjawabkan
3. Dalam menilai tingkat kepastian adanya tingkat ekonomi masa depan yg timbul
dari penggunaan aset tak berwujud, entitas mempertimbangkan bukti yg tersedia
pd saat pengakuan awal
4. Aset tak berwujud pd awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan

Sistem/ Prosedur Audit Aset tak berwujud


1. Pelajari & evaluasi internal control atas aset tak berwujud
2. Minta perincian aset tak berwujud per tanggal neraca yg mencakup saldo awal,
penambahan, amortisasi dan penghapusan serta saldo akhir
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing & cross
footing
4. Periksa penambahan aset tak berwujud
1. Apakah diotorisasi oleh pejabat yg berwenang
2. Periksa notulen rapat direksi atau pemegang saham u/ mengetahui apakah
otorisasi tersebut diberikan melalui rapat
3. Periksa keabsahan & kelengkapan bukti-bukti pendukungnya
5. Periksa amortisasi & penghapusan (jika ada) aset tak berwujud apakah sudah
sesuai dg SAK & perhitungannya akurat
6. Periksa perjanjian2 yg dibuat entitas dg pihak ketiga yg ingin menggunakan hak
paten, hak cipta, dan franchise yg dimiliki perusahaan. Apakah royalty fee dari
perjanjian tsb sudah diterima perusahaan
7. Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dlm L/K sudah sesuai dg SAK
PENENTUAN RISIKO BAWAAN-BEBAN DIBAYAR DI MUKA
Risiko bawaan untuk beban dibayar di muka seperti asuransi dibara di muka
pada umumnya akan ditentukan pada tingkat yang rendah karena akun ini tidak
melibatkan isu akuntansi yang kompleks atau mendalam. Terlebih lagi salah saji yang
mungkin dapat dideteksi pada audit terdahulu secara umum akan berjumlah tidak
material.
Beban yang ditangguhkan dan aktiva tidak berwujud di sisi lain dapat
memerlukan pertimbangan risiko bawaan yang serius. Contohnya, penilaian dan
estimasi umur paten, waralaba dan goodwill melibatkan pertimbangan mendalam dan
dapat mengarah pada perbedaan pendapatan antara auditor dengan klien. Dalam situasi
seperti itu, auditor dapat menentukan risiko bawaan pada tingkat yang tinggi.

PENENTUAN RISIKO PENGENDALIAN-BEBAN DIBAYAR DI MUKA


Transaksi beban dibayar di muka, beban ditangguhkan, dan aktiva tidak
berwujud biasanya diproses melalui proses pembelian. Pembahasan yang tersisa
berfokus pada akun asuransi dibayar di muka karena akun tersebut akan ditemui pada
hamper semua perikatan. Bagian dari penentuan auditor atas risiko pengendalian untuk
transaksi asuransi dibayar di muka didasarkan pada efektivitas prosedur pengendalian
dalam proses pembelian. Contohnya, prosedur pengendalian dalam proses pembelian
harus memastikan bahwa polis asuransi yang baru telah diotorisasi dengan tepat dan
dicatat.
Prosedur pengendalian tambahan dapat digunakan untuk mengendalikan
transaksi dan informasi asuransi. Sebagai contoh, daftar asuransi (insurance register)
dapat dibuat sebagai catatan yang terpisah mengenai semua polis asuransi yang masih
berlaku. Daftar asuransi berisi informasi penting seperti hal-hal yang dijamin asuransi
dan tanggal habis masa berlaku tiap polis asuransi. Daftar ini harus di-review secara
berkala oleh orang yang independen untuk memverifikasi bahwa entitas telah memiliki
jaminan asuransi yang konsisten dengan kebutuhannya.
Entitas juga perlu melakukan pengendalian atas alokasi sistematis dari asuransi
dibayar di muka ke beban asuransi. Pada tiap akhir bulan, karyawan klien harus
menyiapkan ayat jurnal untuk mengakui porsi yang jatuh tempo dari asuransi dibayar
di muka. Dalam beberapa kasus, entitas menggunakan jumlah estimasi ketika mencatat
ayat jurnal ini pada tahun berjalan. Pada akhir tahun, akun asuransi dibayar di muka
disesuaikan untuk mencerminkan jumlah actual dari asuransi yang belum jatuh tempo.

PROSEDUR AUDIT BIAYA DIBAYAR DIMUKA


Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur
subtantive test. Pembahasan prosedur pemeriksaan untuk substantive test akan dibagi
dalam beberapa bagian, yaitu sewa dibayar di muka, premi asuransi dibayar di muka
dan biaya iklan dibayar di muka.
Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan
dengan kondisi perusahaan yang diaudit.
Prosedur Pemeriksaan Untuk Compliance Test :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pajak yang dibayar di muka:
a. Dalam hal ini internal control questionnaires yang dipergunakan tercakup
dalam internal control questionnairesatas pengeluaran kas dan bank :
 Apakah setiap pembayaran yang menyangkut pajak dibayar di muka
didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap.
 Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
 Apakah bukti setoran pajak, faktur pajak masukan, bukti pemotongan
pajak oleh pihak ketiga di file dengan baik dan rapi.
 Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapi.
b. Lakukan test transaksi ( compliance test ) atas biaya dan pajak dibayar di
muka. Yang digunakan sebagai sample biasanya adalah bukti pengeluaran kas
dan bank dan samplecukup dipilih secara random.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayar di muka.
Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan sesuatu kesalahan, maka
auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas pajak dibayar di muka
berjalan efektif. Karena itu subtantive test atas perkiraan pajak dibayar di muka
bisa di persempit.
Prosedur Pemeriksaan Subtantive Sewa Dibayar di Muka ( Prepaid Rent )
1. Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca.
2. Check ketelitian perhitungan mathematic (mathematical accuracy).
3. Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar (general
ledger) prepaid rent.
4. Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
5. Lakukkan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan
pemeriksaan lease agreement ( jika sudah dilakukan di compaliance test,refer ke
kertas kerja compliance test ).
6. Tie-upltie-in (cocokkan) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar
biaya sewa.
7. Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan biaya sewa (
tanpa melalui prepaid rent ), jumlah biaya sewa di buku besar akan terlihat lebih
besar.
8. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.

Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar di Muka (Prepaid


Insurance)
1. Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
2. Check mathematical accuracy.
3. Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku besar
(general ledger) prepaid insurance.
4. Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan tahun
lalu.
5. Lakukkan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
6. Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan
rincian prepaid insurance.
7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya asuransi.
8. Periksa apakah nilai pertanggungan ( insurance coverage ) cukup atau tidak dalam
arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
9. Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar atau
hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.
10. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.

Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Advertising :


1. Minta rincian prepaid Advertising per tanggal neraca.
2. Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan
saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian ( untuk iklan di tv/radio/bill board )
dan bukti pembelian ( untuk barang-barang souvenir ).
4. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir harus
dilakukan stock opname ( perhitungan fisik ) pada akhir tahun.
Contoh Kertas Kerja Compliance Test untuk Biaya dibayar dimuka

Tanggal No Bukti Keterangan Jumlah No. Otorisasi Keterangan Perhitungan


Perkiraan Bukti Matematis
pendukung
03/01/2019 BB/15/I/19 Pembayaran Sewa untuk Rp 60.000.000 235 √ √ √
Rumah Direksi
02/02/2019 BB/16/2/19 Perpanjangan Sewa Gedung Rp 70.000.000 235 √ √ √
Kantor
04/03/2019 BB/22/3/19 Rp 5.000.000 236 √ √ √
Premi Asuransi Mobil Kantor
07/07/2019 BB/12/7/19 Rp 10.000.000 236 √ √ √
Premi Asuransi Gudang
Dibuat Oleh : Direview Oleh : Client : Periode INDEX
Penilaian Risiko bawaan – Aset Tidak Berwujud
Sifat penilaian yang ada dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud
memunculkan pertimbangan risiko bawaan yang serius.Aturan akuntansi merupakan
sesuatu yang kompleks dan transaksi merupakan sesuatu yang sulit diaudit. Penilaian
yang sungguh-sungguh juga dibutuhkan untuk penentuan umur manfaat untuk paten,
hak cipta, jaminan lain. Pada akhirnya, pengujian penurunan penilaian aset dan
penentuan jumlah kerugian penurunan nilai merupakan prosedur kompleks yang
melibatkan estimasi.Standar akuntansi mensyaratkan pengujian penurunan nilai
lainnya untuk golongan aset tidak berwujud yang berbeda (FASB ASC Topic
350).Dengan penilaian dan kompleks yang terkait dengan penilaian dan estimasi aset
tidak berwujud, auditor mungkin menilai risiko bawaan tinggi.

Penilaian Risiko Pengendalian – Aset Tidak Berwujud


Manajemen bertanggungjawab membuat pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan, sehingga harus membuat proses akuntansi dan pelaporan untuk
menentukan pengukuran nilai wajar memilih metode penilaian yang sesuai,
mengidentifikasi, dan mendukung asumsi signifikan yang digunakan dan
mempersiapkan penilaian dan pengungkapan yang berhubungan dengan PABU.
Dalam menilai risiko pengendalian auditor mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut :
 Keahlian dan pengalaman dari orang-orang yang menentukan nilai wajar aset.
 Pengendalian atas proses yang digunakan untuk menentukan pengukuran nilai
wajar termasuk pengendalian atas data dan pemisahan tugas antara orang-orang
yang melakukan pembelian pada klien dan orang-orang yang melakukan penilaian.
 Seberapa jauh entitas berikat atau menggunakan spesialis penilaian.
 Asumsi-asumsi manajemen yang signifikan yang digunakan dalam menentukan
nilai wajar.
 Integritas atas pengendalian perubahan dan prosedur keamanan untuk model
penilaian dan sistem informasi yang relevan, termasuk proses persetujuan.
Audit Prosedur atas Aktiva Tak Berwujud
1. Mempelajari dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan atas asset tak
berwujud.
Dilakukan dengan menggunakan kuesinior pengendalian internal.Jika auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internal perusahaan atas aktiva tak berwujud
baik maka ruang lingkup pemeriksaan dapat dipersempit.
2. Meminta rincian aktiva tak berwjud pertanggal neraca (saldo awal, penambahan,
amortiosasi, dan penghapusan saldo akhir).
3. Mencocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar.
4. Memeriksa penambahan aktiva tak berwujud.
5. Memeriksa amortisasi dan penghapsan aktiva tak berwujud.
6. Memeriksa perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta, dan francise yang dimiliki perusahaan.
Perjanjian untuk penjualan atau sewa hak paten kepada pihak ketiga biasanya
dilakukan dihadapan notaris, oleh karena itu auditor perlu meminta copy perjanjian
tersebut. Selain itu auditor juga memeriksa buku penerimaan kas apakah
pendapatan dari penjualan atau sewa tersebut sudah diterima dan dicatat.
7. Memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan telah
sesuai dengan PABU.

Prosedur Substantif – Aset Tidak Berwujud


Pengujian Rinci Substantif
Pengujian Rinci atas Aset Tidak berwujud
Pengujian rinci terkait dengan penilaian dan penurunan nilai aset tidak
berwujud sering kali dibutuhkan karena kompleksitas dan derajat penilaian
meningkatkan risiko salah saji material.Lebih lanjut lagi, standar auditing
membutuhkan beberapa bukti substantif untuk semua akun signifikan dan seperti yang
dijelaskan di atas, prosedur analitis substantif mungkin tidak memberikan bukti yang
cukup dan tepat untuk transaksi signifikan yang melibatkan aset tidak berwujud.
Keberadaan dan Kelengkapan
Auditor umumnya menguji keberadaan aset tidak berwujud pada saat aset-aset
tersebut diperoleh .untuk aset-aset seperti paten, hak cipta, lisensi, hak penyiaran, dan
merek dagang auditor akan menguji dokumentasi legal yang mendukung validitas aset.
Perhatian utama auditor terkait asersi kelengkapan untuk aset tidak berwujud adalah
untuk memastikan bahwa prosedur pengujian penurunan nilai mencakup aset tidak
tetap. Untuk menguji asersi ini auditor akan memperoleh salinan dari daftar rinci aset
tidak berwujud klien yang harus sesuai dengan jumlah total aset tidak berwujud yang
dilaporkan dalam saldo laporan posisi keuangan klien. Auditor juga akan menguji
pendokumentasian penurunan nilai klien untuk memastikan setiap aset merupakan
subjek untuk pengujian penurunan nilai yang sesuai dengan PABU.
Penilaian
Penilaian adalah asersi yang paling penting terkait dengan aset tidak
berwujud.Penilaian awal aset umumnya melibatkan alokasi harga pembelian yang
sebanding dengan nilai wajar.Ketika aset tidak berwujud ditetapkan untuk diturunkan
nilainya, nilai wajar saat itu harus ditentukan untuk menghitung kerugian penurunan
nilai.Ketika da harga pasar untuk aset tidak berwujud, masalah penilaian relatif
lancar.Namun, pada sebagian besar situasi yang melibatkan penilaian aset tidak
berwujud, ketentuan harga pasar tidak tersedia.
Hak dan kewajiban
Litigasi terkait hak yang berhubungan dengan aset tidak berwujud seperti
merek dagang, paten, hak cipta, lisensi, dan alamat domain internet relatif
umum.Auditor biasanya menguji dokumen pendukung legal dan kontraktual untuk
memverifikasi hak hukum klien terhadap aset-aset ini.Auditor juga membaca notulen
rapat dewan direksi dan berkomunikasi dengan pengacara klien untuk menentukan
apakah ada litigasi yang tertunda yang terkait dengan hak hukum. Auditor perlu
memahami dan menguji proses akuisisi bisnis klien dan juga alokasi harga pembelian
klien untuk berbagai aset tidak berwujud.
Klasifikasi
Perhatian auditor terkait klasifikasi adalah bahwa perbedaan jenis aset tidak
berwujud diidentifikasi secara tepat dan dihitung secara terpisah.Klasifikasi aset tidak
berwujud biasanya dilakukan pada waktu klien membeli kepentingan bisnis
lainnya.Beberapa aset tidak berwujud umumnya diperoleh secara bersamaan dalam
satu pembelian.

ICQ-Internal Control Quesioner Biaya Dibayar Dimuka dan Aset Tetap Tak
Berwujud
Y = YA
T= Tidak
Biaya dibayar dimuka TR = Tidak Respon
Y T TR
Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya
dibayar dimuka didukung oleh bukti-bukti pendukung
yang sah dan lengkap ?
Apakah pembayran tersebut di otorisasi oleh pihak
perusahaan yang berwenang ?
Apakah seluruh bukti pendukung diarsip sesuai SOP
yang berlaku ?
Apakah ada pengecekan rutin terhadap kebenaran
pencatatan ?
Apakah pengecekan dilakukan oleh pihak selain
pencatat?
Apakah terdapat perubahan perlakuan dari periode
sebelumnya ?
Apakah pencatatan menggunakan pendekatan Laba
Rugi ?
Apakah pencatatan menggunakan pendekatan Neraca
?
Apakah pencatatan dilakukan oleh satu orang ?
Aset Tetap tak Berwujud
Apakah amortisasi yang dilakuakan sesuai dengan
SAK?
Apakah terdapat bukti yang cukup untuk pengesahan ,
perolehan , penjualan , ataupun penghapusan ?
Apakah pendapatan yang ditimbulkan oleh aset tetap
tidak berwujud telah dipertanggungjawabkan dengan
baik dan diawasi secara teratur?
Apakah terdapat penjelasan yang cukup dalam laporan
keuangan terkait dengan perlakuan akuntansi aset
tetap tidak berwujud?
Apakah penyajian ATB yang mempunyai masa
manfaat terbatas dipisah dengan yang mempunyai
masa manfaat tidak terbatas ?
Apakah terdapat perubahan perlakuan dari periode
sebelumnya ?
Klien : Dibua Diperiks Inde
t Oleh a Oleh: x
:

Skedul :

Anda mungkin juga menyukai