Anda di halaman 1dari 10

TUGAS OTOMASI PRODUKSI

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT, IPM

Oleh:
1. Noelleon D A Sianturi 180403148
2. Jansen Stanlie 180403151
3. Eric Damaris 180403154
4. Juliantonius K Naibaho 180403166
5. Josua Andrian 180403181

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
BAB II
OPERASI – OPERASI MANUFAKTUR

2.1. INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PRODUK MANUFAKTUR


Manufaktur adalah proses pengolahan material dasar men-jadi material akhir
yang memiliki nilai tambah (value added) dengan satu atau lebih operasi proses
dan/atau perakitan.
Industri manufaktur adalah industri terdiri dari perusahaan dan organisasi yang
menghasilkan dan atau menyediakan barang dan atau jasa. Industri dapat dibagi menjadi
industri primer, sekunder dan tertier. Industri primer adalah semua yang mengolah dan
mengeksploitasi sumber daya alam, seperti pertanian dan pertambangan. Industri
sekunder mengubah output dari industri primer menjadi beragam produk. Manufaktur
merupakan aktivitas utama dalam kategori ini, tetapi industri sekunder juga meliputi
konstruksi dan penggunaan daya (power utilities). Industri tersier merupakan sektor jasa
dalam ekonomi.

Gambar 2.1. Alternatif Definisi Manufakturing (a) Sebagai Teknologi Proses dan
(b) Sebagai Proses Ekonomis

Industri terdiri dari perusahaan dan organisasi yang mneghasilkan atau


menyediakan barang dan jasa. Industri dapat dibagi menjadi primer, sekunder dan tersier.
Industri primer adalah semua yang mengolah dan mengeksploitasi SDA. Industri
sekunder mengubah output industri primer menjadi beragam produk, industri sekunder
juga meliputi konstruksi dan penggunaan daya. Industri tersier merupakan sektor jasa
dalam ekonomi.
Tabel 2.1. Industri Spesifik dalam Kategori Industri Primer, Sekunder dan Tersier
Primer Sekunder Tersier
Pertanian Industri Pesawat Perbankan
Kehutanan Perlengkapan Komunikasi
Perikanan Otomotif Hiburan
Livestock Logam dasar Pendidikan
Penggalian batu Minuman Informasi
Pertambangan Material Bangunan Hotel
Tabel 2.1. Industri Spesifik dalam Kategori Industri Primer, Sekunder dan
Tersier(Lanjutan)
Primer Sekunder Tersier
Perminyakan Percetakan Transportasi
Farmasi Hukum
Tekstil Asuransi

Industri yang akan dibahas kali ini merupakan industri diskrit, yaitu industri yang
menghasilkan produk part. Industri produk diskrit meliputi otomotif, pesawat terbang,
computer, permesinan dan komponen yang terakit menjadi produk diskrit.
Operasi-operasi dalam industri proses dan industri produk diskrit terbagi 2, yaitu
produksi kontinyu dan produksi batch. Produksi kontinyu, terjadi apabila peralatan
produksi digunakan secara khusus untuk produk tertentu, dan produk keluarannya tidak
terputus-putus. Dalam industri proses, produksi kontinyu berarti proses berlangsung
dengan aliran material secara kontinyu, tanpa adanya interupsi pada aliran output.
Produksi batch berlangsung apabila material diproses dalam jumlah atau
kuantitas yang terbatas. Jumlah atau kuantitas material yang terbatas ini disebut betch
baik dalam industri proses maupun manufaktur diskrit. Alasan penggunaan produksi
batch adalah karena secara alami proses hanya dapat mengakomodasi sejumlah material
tertentu secara terbatas pada satu waktu tertentu (misalnya: jumlah material pasti dibatasi
oleh ukuran kontainer dalam proses pengerjaan) atau karena terdapat perbedaan di antara
part atau produk yang akan dibuat pada batch yang berbeda.

Gambar 2.2. Produksi Kontinu dan Batch pada industri proses dan manufakturing
diskrit: (a) produksi kontinu dalam industri proses, (b) produksi kontinu pada
industi manufakturing diskrit, (c) produksi batch pada industri proses dan (d)
produksi batch pada industri manufakturing diskrit.
2.2. OPERASI – OPERASI MANUFAKTUR
2.2.1. Operasi Pengerjaan dan Perakitan
Proses manufaktur terbag menjadi 2 jenis dasar, yaitu: operasi pengerjaan dan
operasi perakitan.
Operasi pengerjaan mengubah material kerja dari satu tahap proses penyelesian
produk ke tahap yang lebih lanjut yang lebih dekat ke bentuk akhir part atau produk yang
diinginkan. Operasi perakitan menggabungkan dua atau lebih komponen untuk
membentuk entitas baru yang disebut rakitan, sub- rakitan atau beberapa istilah lain yang
merujuk pada proses pengabungan yang spesifik.
Pada operasi pengerjaan terdapat 3 proses, yakni:
a. Operasi Shaping (Pembentukkan)
Operasi Shaping itu sendirri terbagi atas beberapa bagian, yaitu:
1) Proses Solidifikasi : proses penting dalam operasi ini adalah pengecoran dan
pencetakkan logam.
2) Proses Partikulir :teknik pengolahan ini meliputi proses pressing material
bubuk dalam rongga cetakkan dibawah tekanan yang sangat tinggi sehingga
bubu itu mengeras dan berbentuk seperti rongga cetakkan.
3) Proses Deformasi : proses ini mencakup proses tempa, ekstrusi dan rolling.
Penarikkan, pembentukkan dan penekukan.
4) Proses pemotongan atau pembungan material : memotong bagian yang lebih
dari suatu produk akhir.
b. Operasi Peningkatan Sifat Material
Merupakan operasi untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik atau fisik material
benda kerja. Operasi terpentingnya melibatkan perlakuan panas, yang meliputi
berbagai penguatan dengan proses induksi temperatur dan penguatan untuk logam
atau gelas.
c. Operasi Pengerjaan Permukaan
Operasi ini meliputi pembersihan, perlakuan permukaan dan proses pelapisan dan
pengendapan film tipis.
2.2.2. Operasi Pabrik Lainnya
Aktivitas-aktivitas lain pada pabrik adalah: Sistem pemindahan bahan dan
penyimpanan, inspeksi dan pengujian serta koordinasi dan pengendalian.

2.3.1. Kuantitas Produksi dan Komponen Variasi Produk


Pertama-tama mari kita membuat simbol P = variasi produk dan Q = jumlah unit
part atau produk tertentu yang dibuat per tahunnya oleh sebuah pabrik. Peratian kita
mencakup baik kuantitas tiap style part/produk maupun kuantitas total dari semua style.
Mari kita identifikasi setiap style part atau produk menggunakan subskrip j, sehingga Qj
= kuantitas per tahun style j. Kemudian sebut Qf = kuantitaas total part/produk yang
dibuat pabrik. Maka hubungan antara Qj dan Qf adalah:
𝑝

𝑄𝑓 = ∑ 𝑄𝑗
𝑗

Dimana P = jumlah total dari berbagai macam style part/produk dan j j adalah
subskrip untuk mengidentifikasi produk j = 1,2,3,…, P.

2.3.2. Komplesitas Produk dan Komponen


Kompleksitas produk merupakan masalah yang rumit. Hal ini menyangkut aspek
kualitatif maupun kuantitatif. Bagi suatu produk rakitan, satu indicator yang mungkin dari
kompleksitas produk adalah jumlah komponen pembentukannya, makin banyak
komponen makin rumit produk tersebut.
Bagi komponen olahan, satu indicator yang mungkin dari kompleksitas produk
adalah jumlah langkah pemrosesan yang mungkin dari kompleksitas produk adalah
jumlah langkah pemrosesan yang diperlukan untuk membuat produk tersebut. Maka
kompleksitas sebuah produk rakitan dapat kita definisikan sebagai jumlah komponen
yang berbeda.

2.3.3. Batasan dan Kemampuan Pabrik Manufaktur


Dalam membatasi lingkup, pabrik akan dengan sengaja membuat sejumlah
keputusan tentang apa yang tidak akan dilakukan oleh pabrik. Salah satu cara yang
dipakai untuk membatasi lingkup kerja adalah dengan menghindarkan diri menjadi pabrik
yang sepenuhnya terintegrasi.
Kemampuan manufaktur berhubungan dengan beberapa dimensi yaitu
kemampuan pemrosesan berteknologi, ukuran fisik dan berat produk, dan kapasitas
produksi. Kemampuan teknologi pemrosesan pabrik adalah tersedianya sejumlah proses
manufaktur. Kemampuan teknologi pemrosesan meliputi tidak hanya proses fisik tetapi
juga keahlian yang dimiliki oleh para personel pabrik dalam teknologi pemrosesan ini.
Batasan fisik produk merupakan aspek kedua dari kemampuan manufaktur
ditunjukkan oleh produk secara fisik. Umpamanya satu pabrik dengan sekumpulan proses
tertentu, terdapat berbagai keterbatasan terkait dengan ukuran dan besar produk yang
dapat diakomodasikan oleh pabrik tersebut. Produk yang besar dan berat sulit
dipindahkan. Untuk melakukannya, pabrik harus dilengkapi dengan alat pengangkat
dengan kapasistas beban yang amat besar. Keterbatasan atas produk besar dan berat
selanjutnya menentukan kapasitas fisik peralatan manufaktur.
Batasan ketiga dari kemampuan pabrik manufaktur adalah kapasitas produksi
yang dapat dicapai untuk satu periode waktu yang diberikan. Batasan kuantitas ini
biasanya disebut kapasitas pabrik yang didefinisikan sebagai laju produksi pabrik
maksimum per periode yang dapat dicapai dalam batasan kondisi operasi yang
diasumsikan. Kapasitas pabrik biasnaya diukur dalam satuan unit output.

2.4. Berbagai Konsep Produksi dan Model-Model Matematis


2.4.1. Laju Produksi
Laju produksi bagi satu proses tunggal atau operasi perakitan biasanya
dinyatakan dalam laju perjam, yakni part atau produk perjam. Mari kita perhatikan
bagaimana laju produksi ini ditentukan pada ketiga macam produksi: produksi job shop,
produksi batch, dan produksi massal. Untuk operasi produksi apapun, waktu siklus
operasi (CT) Tc didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan sebuah benda kerja saat
mengalami proses pengerjaan atau perakitan. Waktu ini dihitung antara saat dimulainya
proses pengerjaan (perakitan) satu unit hingga dimulainya benda kerja berikutnya. Waktu
Tc adalah waktu yang dihabiskan part tunggal dalam mesin, tapi tidak seluruh waktu ini
bersifat produktif.
Tc = To + Th + Tth
Dimana : Tc = Waktu Siklus Operasi (menit- mnt/bk – benda kerja)
To = Waktu Operasi Pemesinan aktual (mnt/bk)
Th = Waktu Penanganan (mnt/bk)
Tth = Waktu Penanganan Perkakas Potong (mnt/bk)

Dalam produksi batch, waktu untuk mengerjakan satu batch yang berisi Q unit
adalah penjumlahan waktu persiapan dan waktu pengerjaan, yakni:
Tb = Tsu + QTc
Dimana : Tb = Waktu pemrosesan batch (mnt)
Tsu = Waktu persiapan untuk menyiapkan batch (mnt)
Tc = Waktu siklus operasi per benda kerja (mnt/bk)

2.4.2. Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi didefinisikan sebagai laju keluaran (output) maksimum yang
mampu dihasilkan oleh suatu fasilitas produksi (atau lini produksi, pusat pengerjaan, atau
sejumlah pusat pengerjaan) dalam sejumlah kondisi operasi yang telah diasumsikan.
Fasilitas produksi ini biasanya mewakili suatu pabrik, sehingga kapasitas pabrik ini sering
digunakan dalam pengukuran hal terkait. Sebuah pusat pengerjaan adalah suatu sistem
manufaktur dalam pabrik yang biasanya terdiri dari satu pekerja dan satu mesin. Ataupun
bisa juga satu mesin otomatis tanpa seorang pekerja., atau beberapa orang pekerja
bersamaan pada lini produksi. Persamaan untuk menghitung kapasitas produksi fasilitas:
PC = nSHRp
Dimana : PC = kapasitas produksi fasilitas (unit/minggu)
n = jumlah pusat pengerjaan berproduksi dalam fasilitas
S = jumlah shift per perioda (shift/week)
H = jam/shift (hr)
Rp = laju produksi perjam dari setiap pusat pengerjaan (unit output/jam)

2.4.3. Utilisasi dan Ketersediaan


Utilisasi merujuk pada jumlah output fasilitas produksi terhadap kapasitasnya.
Hal ini dinyatakan dalam persamaan:
U = Q/PC
Dimana : U = utilisasi fasilitas
Q = kuantitas aktual yang diproduksi oleh fasilitas selama perioda waktu
yang diberikan
PC = kapasitas produksi untuk perioda (bk/minggu)
Utilisasi dapat dievaluasi untuk seluruh pabrik, mesin tunggal dalam pabrik atau
setiap sumber daya produktif (misal: tenaga kerja). Utilisasi biasanya dinyatakan dalam
persentase.
Ketersediaan adalah ukuran yang umum dari kehandalan peralatan. Ukuran ini
khususnya tepat bagi peralatan produksi terotomasi. Ketersediaan didefinisikan
menggunakan dua istilah kehandalan lainnya, yakni mean time between failure (MTBF)
dan mean time to repair (MTTR). Termin MTBF menunjukkan rentang waktu rata-rata
berfungsinya komponen peralatan diantara dua kerusakan. MTTR menunjukkan waktu
rata-rata yang dibutuhkan untuk memperbaiki peralatan dan mengembalikan pada kondisi
operasi semula bila kerusaakan mesin terjadi. Ketersediaan didefinisikan sebagai:
A = (MTBF- MTTR) / MTBF
Dimana : A = Ketersediaan
MTBF = waktu rata-rata diantara kerusakan (jam)
MTTR = waktu rata-rata untuk perbaikan (jam)
Ketersediaan biasanya dinyatakan dengan persentase. Bila satu komponen
peralatan betul-betul baru (dan sedang ditelusuri) dan kemudian bila mulai menua, maka
ketersediannya cenderung menurun.

2.4.4. Waktu Tunggu Manufaktur


Produksi umumnya terdiri dari serangkaian proses pengerjaan tunggal dan
operasi perakitan. Diantara operasi-operasi tersebut, terdapat pemindahan bahan,
penyimpanan, inspeksi dan aktivitas-aktivitas non-produktif lainnya. Karenanya mari kita
bagi aktivitas-aktivitas produksi menjadi dua kategori utama, elemen operasi dan non-
operasi. Suatu operasi adalah proses pengerjaan yang dikerjakan pada benda kerja saat
unit tersebut berada dalam mesin produksi. Elemen non-operasi meliputi penanganan,
penyimpanan sementara, inspeksi dan sumber-sumber penundaan saat unit tidak berada
dalam mesin. Waktu tunggu manufaktur dapat didefinisikan sebagai berikut:
MLTi = ∑(Tsuji + QiTcji + Tnoji)
Dimana : MLTi = waktu tunggu manufaktur untuk part atau produk i (mnt)
Tsuji = waktu persiapan untuk operasi i (mnt)
Qi = jumlah part atau produk i dalam batch yang sedang dikerjakan (bk)
Tcji = waktu siklus operasi untuk operasi i (mnt/bk)
Tnoji = waktu non-operasi yang terkait dengan operasi i (mnt)
i menunjukkan urutan operasi dalam proses pengerjaan: i = 1,2,….noi.

2.4.5. Pekerjaan dalam prosess (Work-in-Process)


Pekerjaan dalam proses (work-in-process, WIP) adalah kuantitas part/produk
yang sedang berada di dalam pabrik baik yang sedang diproses maupun yang berada di
antara pengerjaan. WIP adalah penyimpanan dimana suatu keadaan material sedang
diubah dari bahan baku menjadi produk jadi.
WIP = [AU(PC)(MLT)]/SH
Dimana : WIP = work in process dalam pabrik (bk)
A = ketersediaan
U = utilisasi
PC = kapasitas produksi dari fasilitas (bk/minggu)
MLT = waktu tunggu manufaktur (minggu)
S = jumlah shift per minggu (shift/minggu)
H = jam/shift

2.5. Biaya-biaya Operasi Manufaktur


2.5.1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap adalah biaya tetap ada untuk tingkat output produksi berapapun.
Contohnya meliputi biaya bangunan pabrik dan peralatan produksi, asuransi, dan pajak-
pajak kepemilikan. Semua biaya tidak tetap ini dapat dinyatakan dalam jumlah tahunan.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang bervariasi secara proposional terhadap
tingkat output produksi. Bila output meningkat, biaya tidak tetap juga meningkat.
Contohnya meliputi biaya tenaga kerja langsung, bahan baku, dan tenaga listrik untuk
mengoperasikan peralatan produksi. Konsep ideal tentang biaya tidak tetap adalah biaya
ini secara proposional dengan tingkat output. Bila biaya tetap dan biaya tidak tetap
dijumlahkan, maka didapatkan persamaan biaya total berikut:
TC = FC+VC(Q)
Dimana: TC = biaya tahunan total ($/tahun)
FC = biaya tetap tahunan ($/tahun)
VC = biaya tidak tetap tahunan ($/tahun)
Q = kuantitas yang diproduksi pertahun (bk/tahun)

Gambar 2.3. Biaya tetap dan variable sebagai fungsi dari output produksi untuk
metode produksi manual dan otomasi

2.5.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung, Material, dan Overhead


Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah seluruh upah dan gaji yang dibayar
kepada tenaga kerja yang mengoperasikan peralatan produksi dan melaksanakan operasi
pengerjaan dan operasi perakitan.
Biaya material adalah biaya pada penyediaan semua material bahan baku untuk
membuat produk.
Biaya overhead adalah semua pengeluaran lainnya yang terkait dengan
beroperasinya perusahaan manufaktur itu. Overhead perusahaan adalah biaya untuk
menjalankan perusahaan selain aktivitas-aktivitas manufaktur.

2.5.3. Biaya Penggunaan Peralatan


Biaya mesin pertahun adalah biaya awal pembelian mesin yang dibagi umur
mesin (asset) dengan laju pengembalian (rate of return) yang tepat sesuai pilihan
perusahaan. Biaya overhead mesin didasarkan pada pengeluaran pabrik yang secara
langsung dapat dikenakan pada mesin. Biaya ini meliputi tenaga listrik untuk
menjalankan mesin, ruang pabrik, pengeluaran perawatan, dan perbaikan dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai