Perencanaan Sistem Drainase PDF
Perencanaan Sistem Drainase PDF
Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
IX - 1
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Daerah pengaliran adalah daerah yang melimpaskan air hujan yang jatuh diatasnya, ke
suatu aliran yang berbentuk saluran buatan atau saluran alami ( sungai ). Garis batas
daerah – daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran. Luas daerah
pengaliran ( DAS ) diperkirakan berdasarkan pengukuran pada peta topografi.
1. Corak daerah pengaliran.
Corak daerah pengaliran dibedakan menjadi :
a. Daerah pengaliran berbentuk bulu burung.
Corak daerah pengaliran ini adalah jalur daerah di kiri kanan sungai utama,
dimana anak – anak sungai mengalir ke sungai utama. Daerah pengaliran
sedemikian mempunyai debit banjir yang kecil, dan banjirnya berlangsung agak
lama.
b. Daerah pengaliran radial.
Daerah pengaliran berbentuk kipas atau lingkaran, dimana anak – anak sungainya
mengkonsentrasikan ke suatu titik secara radial. Daerah pengaliran dengan corak
sedemikian mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak – anak
Sungai.
c. Daerah Pengaliran Paralel.
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di
bagian hilir. Banjir terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai – sungai.
IX - 2
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
IX - 3
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
4.2.2 Hujan.
Besarnya hujan tidak sama pada tempat yang satu ke tempat yang lain, dan sangat
tergantung pada keadaan cuaca. Berbagai keadaan hujan tersebut datangnya berulang –
ulang, setiap satu, dua, tiga tahun dan seterusnya. Lama waktu berulang kembalinya
keadaan tersebut disebut periode ulang.
Setiap periode ulang yang berbeda, jumlah air yang dicurahkan pada saat hujan turun
berbeda pula. Besarnya curah hujan dinyatakan dengan satuan mm. Besarnya curah
hujan dihitung dengan batasan waktu dalam menit, jam,hari.
Yang berkaitan dengan hujan, ada beberapa unsure yang perlu diketahui :
a. Intensitas : ketinggian curah hujan yang terjadi persatuan waktu, misalnya ;
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
b. Lama waktu : lamanya curah hujan ( durasi ) dalam menit, jam, hari.
c. Tinggi hujan : jumlah atau besarnya hujan yang dinyatakan dalam mm.
d. Frekuensi : frekuensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan waktu ulang
( return periode ).
e. Luas geografis curah hujan.
9.2.3 Saluran
Pola aliran sistem pembuangan saluran drainase menggunakan pendekatan daerah
tangkapan (DAS) pada suatu sistem pembuangan utama. Rencana pola aliran ini sangat
penting didalam penentuan besaran sistem, seperti luas daerah tangkapan, dimensi
saluran, dan panjang saluran. Pola aliran saluran drainase yang direncanakan sebagai
antisipasi penanganan banjir saat ini maupun yang akan datang.
Menurut Subarkah (1990) juga membagi saluran sungai menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Saluran Drainase Utama/ Primer
Saluran yang berfungsi sebagai pembuangan utama/ primer adalah sungai/ tukad yang
ada di wilayah perencanaan yang cukup berpotensi menampung dan mengalirkan air
buangan dari saluran sekunder serta limpasan permukaan yang ada pada daerah
tangkapan sungai tersebut. Sungai-sungai yang berfungsi sebagai pembuangan utama
yang ada di wilayah studi perlu diketahui jumlahnya dan masing-masing sungai akan
terbentuk sistem drainase dan pola aliran tertentu, dengan batas-batas yang sesuai
topografi.
IX - 4
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
1. Street Inlet
Yang dimaksudkan dengan street inlet adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi
untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan
menuju ke dalam saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi
jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan street
inlet, karena ambang bebas. Peletakan street inlet mempunyai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan terhadap lalu lintas jalan.
b. Ditempatkan pada daerah yang rendah, dimana limpasan air hujan menuju ke arah
tersebut.
IX - 5
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
c. Air hujan yang masuk ke street inlet harus dapat secepatnya menuju ke arah saluran.
d. Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada
jalan yang bersangkutan dengan spacing, menggunakan rumus :
√ (9.1)
dimana :
D = jarak antar street inlet (m)
S = kemiringan (%)
W = lebar jalan (m)
2. Gorong-gorong (Culvert)
Gorong-gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan
raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya. Gorong-gorong biasanya dibuat dari
beton, aluminium gelombang, baja gelombang, dan kadang-kadang plastik gelombang.
Bentuk penampang melintang gorong-gorong bermacam-macam, ada yang bulat,
persegi, oval, tapal kuda, dan segitiga.
Berdasarkan lokasi, dikenal ada dua macam pengontrol yang dapat digunakan pada
gorong-gorong, yaitu pengontrol di depan (inlet) dan di belakang (outlet). Kontrol di
depan (pemasukan) terjadi jika kapasitas gorong-gorong lebih besar dari kapasitas
pemasukan (inlet). Kontrol di belakang (outlet) terjadi jika kapasitas gorong-gorong
lebih kecil daripada kapasitas pemasukan.
Aliran dalam gorong-gorong tidak akan penuh jika tinggi tekan H pada pemasukan
kurang dari 1.5 D, meskipun pemasukannya tenggelam. D adalah tinggi gorong-gorong
pada pemasukan dan H adalah elevasi muka air di hulu gorong-gorong dikurangi
elevasi dasar gorong-gorong.
Kontrol pemasukan (Inlet control)
Pengaliran air dalam gorong-gorong memerlukan energi untuk mendorong air
melewatinya. Energi ini diambil dari beda tinggi muka air di hulu (inlet) dan di hilir
(outlet) gorong-gorong. Kedalaman muka air di hulu gorong-gorong yang diukur dari
dasar pemasukan gorong-gorong disebut tinggi kenaikan air.
Pada kontrol pemasukan, aliran yang melewati gorong-gorong terutama tergantung
pada kondisi pemasukan, yaitu luas penampang, bentuk, dan konfigurasi pada
pemasukan. Dalam kondisi ini, laju aliran dapat dihitung dengan persamaan aliran
IX - 6
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
melalui bendung. Pada pemasukan tenggelam, maka aliran melengkung dari puncak
gorong-gorong jika H < 1,5 D. Batasan ini dapat lebih tinggi untuk bentuk pemasukan
persegi. Loncatan hidraulik dapat terjadi di dalam gorong-gorong tergantung pada
elevasi air di buritan. Bagian hilir gorong-gorong kemungkinan penuh jika outlet
tenggelam (Suripin,2004).
Loncat
hidraulik
Gambar 9.4 Inlet tidak tenggelam, outlet tenggelam
IX - 7
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Loncat
hidraulik
Gambar 9.6 Inlet dan outlet tenggelam
Z
Z
datum
IX - 8
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
3. Bak Kontrol
Merupakan salah satu bangunan pelengkap drainase berupa bak kecil yang biasa dibuat
pada pertemuan saluran sekunder. Disamping itu bak kontrol juga dibuat pada saluran
yang berbelok, karena pada kondisi tersebut berpotensi terjadi pengikisan atau erosi
pada dinding saluran dan jika tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan
pengendapan atau sedimentasi, yang berujung pada menurunnya kapasitas saluran. Bak
kontrol umumnya memiliki penutup dari beton bertulang dilengkapi dengan besi
pegangan agar mudah saat dibuka. Dasar bak kontrol harus lebih dalam dari dasar
saluran lainnya dimaksudkan apabila terdapat endapan lumpur mudah dibersihkan dan
sebagai peredam energi akibat kecepatan pengaliran.
IX - 9
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
IX - 10
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Pembuangan air atau drainase merupakan usaha preventif (pencegahan) untuk mencegah
terjadinya banjir atau genangan air, serta timbulnya penyakit. Prinsip dasar pembuangan
air (drainase) adalah, bahwa air harus secepat mungkin dibuang dan secara terus
menerus serta dilakukan seekonomis mungkin. Drainase perkotaan merupakan usaha
untuk mengatasi masalah genangan air di kota.
Kriteria dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam membuat Perencanaan Rencana Induk
Sistem Drainase adalah sebagai berikut :
- Setiap sistem drainase didasarkan atas daerah aliran (watershed) yang tercakup dalam
sistem drainase.
IX - 11
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
- Frekuensi banjir untuk pembuangan utama adalah sekali dalam 25 tahun (Q 25 ) atau
dengan probabilitas kejadian 4 % setiap tahun.
- Frekuensi banjir saluran untuk pembuang sekunder adalah sekali dalam 5 tahun (Q 5 )
atau dengan probabilitas kejadian 20 % setiap tahun.
- Bentuk penampung saluran untuk pembuang utama adalah trapesium sedangkan
untuk pembuang sekunder adalah trapesium, empat persegi atau kombinasi segi
empat dengan segitiga atau setengah lingkaran.
Pembagian sistem dalam wilayah studi sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah
antara lain :
a. Topografi
Kondisi topografi sangat penting dalam penentuan pembagian sistem drainase dan
dari peta topografi dapat ditentukan dengan jelas batas daerah pelayanan pada
masing – masing sistem drainase.
b. Pola Aliran
Pola aliran sistem drainase secara alamiah mengikuti kemiringan topografi.
c. Kondisi Drainase Eksisting
Kondisi saluran pembuangan utama eksisting sangat diperlukan dalam perencanaan
untuk mengetahui apakah cukup mampu mengalirkan debit banjir rencana.
Kondisi saluran drainase eksisting yang dimaksud, antara lain ;
- Ukuran / dimensi penampang sungai utama.
- Perkembangan daerah pemukiman di sekitar daerah aliran sungai.
- Pemukiman di sekitar daerah aliran sungai perlu diperhatikan mengenai sepadan
sungai, sehingga fungsi sungai tetap bisa dipertahankan.
- Dasar sungai apakah terjadi pendangkalan, erosi, atau masih alami.
IX - 12
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
yang ada pada daerah tangkapan sungai tersebut. Sungai – sungai yang berfungsi
sebagai pembuangan utama yang ada di wilayah studi perlu untuk diketahui
jumlahnya dan dari masing – masing sungai utama akan terbentuk sistem drainase
dan pola aliran tertentu, dengan batas – batas yang jelas sesuai dengan topografi.
Dalam satu sistem akan terdapat beberapa subsistem ( saluran sekunder ).
IX - 13
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
IX - 14
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Dalam merencanakan pembuangan air yang perlu diketahui adalah banyaknya air hujan
dan limbah yang mengalir ke saluran-saluran pembuangan atau debit pengaliran, air
hujan yang dialirkan ke pembuangan sebanding dengan luas daerah tangkapan hujan dan
jumlah curah hujan, disamping adanya penguapan dan hilangnya air hujan karena
meresap ke dalam tanah. Namun hanya sebagian dari hujan yang jatuh pada daerah
tangkapan akan menjadi aliran langsung air hujan.
Penetapan tingkat layanan yang sesuai untuk suatu sistem drainase, juga berperan dalam
mencegah gagalnya fungsi sistem drainase. Tingkat layanan yang optimal akan
mengurangi biaya investasi yang ditanamkan, selain menjamin tetap berfungsinya sistem
drainase selama umur pelayanan yang direncanakan. Untuk sistem drainase mikro
disarankan periode ulang rancangan diambil antara 2 sampai 5 tahunan untuk salran
tersier dan periode ulang 5 – 10 tahun untuk saluran sekunder. Periode ulang 25-100
tahunan dipakai untuk perencanaan sistem drainase makro.
Kriteria dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan dimensi penampang saluran
adalah sebagai berikut :
Frekuensi banjir untuk pembuangan sekunder adalah sekali dalam 10 tahun (Q 10)
atau banjir yang mempunyai peluang terjadi 10 % setiap tahun.
IX - 15
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Frekuensi banjir untuk pembuangan tersier adalah sekali dalam 2tahun (Q 2) atau
banjir yang mempunyai peluang kejadian 50 % setiap tahun.
Intensitas hujan diperoleh dari grafik “Intenstity Duration Frequensi (IDF)” dari Prof.
Sherman dengan bantuan “ Average Intensity “ dari Mononobe.
Perhitungan hidraulika digunakan untuk menganalisa dimensi penampang berdasarkan
kapasitas maksimum saluran. Penentuan dimensi saluran baik yang ada (existing) atau
yang direncanakan, berdasarkan debit maksimum yang akan dialirkan.
Rumus yang digunakan adalah :
Q = A .V
Dimana :
Q= debit banjir rancangan Cm³/dt)
A= luas penampang basah (m²)
V= kecepatan rerata.
IX - 16
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Penanganan banjir di kawasan studi meliputi penanganan banjir sistem drainase makro
dan sistem drainase mikro. Penananganan banjir makro merupakan lingkup daerah
tangkapan air (cathment area) yang merupakan satu kesatuan dari hulu ke hilir.
a. Penataan dan Pengawasan Tata Guna Lahan
Pengaturan tata guna lahan di DAS dimaksudkan untuk mengatur penggunaan lahan,
sesuai dengan rencana pola tata ruang yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan
lahan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan DAS yang merupakan
daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di DAS dimaksudkan
untuk:
- Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak menimbulkan banjir
pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
- Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan, sehingga dapat
menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.
b. Waduk Konservasi
Menampung lebih banyak air permukaan dengan membuat waduk atau embung
mempunyai tujuan adalah memberi kesempatan dan jalan pada air hujan yang jatuh di
lahan untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan menampung air tersebut pada suatu
system tampungan.
Pembuatan waduk atau embung sangat membantu sistem pengaliran drainase Kawasan
Studi. Dengan embug ini air limpasan permukaan di daerah aliran sungai bagian hulu
ditampung sementara dan pada proses penampungan akan memerlukan waktu
konsentasi untuk mencapai debit rencana.
IX - 17
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
L S
H
IX - 18
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
e. Pemeliharaan Sungai
Pemeliharaan sungai adalah segala usaha yang bertujuan untuk menjaga kelestarian
fungsi sungai. Pemeliharaan sungai meliputi pemeliharaan sungai, misalnya
pengerukan dasar sungai dan juga pemeliharaan bangunan-bangunan dalam rangka
perbaikan dan pengaturan sungai.
Pemeliharaan sungai dilaksanakan secara berkelanjutan dan berencana. Pelaksanaan
inspeksi sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan sungai dan bangunan-bangunan
yang ada, apabila ditemukan kerusakan-kerusakan pada bagian sungai maupun
bangunan-bangunan perlu dilakukan perbaikan-perbaikan agar kerusakan yang terjadi
tidak semakin parah.
Kegiatan pemeliharaan sungai dalam mengoptimalkan fungsi sungai, diantaranya
adalah sebagai berikut :
- Pemeliharaan tanggul
Konstruksi tanggul selesai dibangun, usaha pemeliharaan sudah harus
dimulai.pengamatan yang seksama perlu dilakukan pada beberapa tahun setelah
tanggul selesai dibangun. Pada periode masih terdapat kemungkinan terjadinya
penurunan tanggul di beberapa tempat, longsoran permukaan tanggul dan lereng.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi harus segera diperbaiki.
- Pemeliharaan Bantaran
Bantaran merupakan bagian dari daerah sungai yang bermanfaat untuk menampung
dan mengalirkan sebagian dari aliran banjir. Pada daerah bantaran tidak boleh terdapat
tanaman keras karena dapat menghambat aliran dan sangat berbahaya bagi stabilitas
IX - 19
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
tanggul. Lubang-lubang atau galian yang dekat dengan kaki tanggul perlu ditutup
kembali setinggi bantaran agar tidak membahayakan stabilitas tanggul.
IX - 20
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
d. Normalisasi Saluran
Normalisasi saluran pembuang irrigási Sangat mendesak dilakukan untuk
mengantisipasi perkembangan daerah ini dan kebutuhan dimensi sesuai debit banjir
rencana.
IX - 21
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
f. Penataan Outfall-outfall
Outfall-outfall yang ada sebagian besar dibangun secara parsial dan kurang efektif
dalam mengalirkan air permukaan sehingga menimbulkan genangan-genangan pada
setiap musim hujan sebagai contoh outfall-outfall yang dibangun di sebelah timur
Legian. Kondisi permukaan lahan yang ada di sebelah timur Legian mempunyai
elevasi yang sangat rendah dan beda tinggi antara permukaan lahan dengan dasar
sungai Tukad Mati sekitar 0.30 – 0,50 m Outfall-outfall yang ada di sebelah timur
maupun sebelah barat Tukad Mati kondisinya hampir sama yakni penempatan outfall
kurang tertata sehingga berpotensi terjadi aliran balik menuju permukiman yang dekat
sungai Tukad Mati.
IX - 22
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Penataan outfall – outfall yang terdapat di sebelah barat dan timur Tukad Mati yang
dimulai dari Jl. Nakula – sampai Jembatan Patih Jelantik sangat diperlukan melalui
Outfall Consolidation. Outfall Consolidation merupakan sistem pembuangan aliran
dari beberapa saluran yang dikumpulkan di saluran kolektor selanjutnya dialirkan
melalui satu pintu yang dibuang menuju Tukad Mati.
Gb. 9.17
Soal
1. Sebutkan dan jelaskan Tahapan kegiatan dari pengambilan data sampai proses analisis
dan penentuan alternatif sistem penanganan.
2. Sebutkan dan jelaskan Terjadinya alih fungsi lahan yang begitu besar di daerah
perkotaan mempunyai dampak yang begitu besar terutama tehadap kemampuan
kapasitas aliran saluran.
3. Jelaskan Tahapan Menentukan besarnya curah hujan rencana
4. Jelaskan Penentuan Kurva Intensitas – Durasi – Frekuensi (IDF)
5. Sebutkan parameter aliran yang mempengaruhi debit banjir rencana
6. Penentuan batasan sistem dan subsistem drainase
7. Dalam perencanaan drainase mikro harus memperhatikan tinjauan drainase makro
8. Bagaimana pendapat saudara tentang penerapan sumur resapan pada sistem drainase
Kota
9. Jelaskan secara rinci konsep perencanaan sistem drainase perkotaan
IX - 23
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana
10. Sebutkan dan jelaskan permasalahan drainase perkotaan yang terjadi selama ini
sehingga menyebkan banjir/genangan pada setiap musim hujan.
11. Salah satu perumahan Nangka Permai memiliki lahan seluas 300 m2. Komposisi
perumahan tersebut : rumah 150 m2 (=0.9) ; halaman 100 m2 (=0.30) ; Parkir 50
m2 (=o.90). Tanah pada lokasi perumahan mempunyai koefisien permeabilitas K =
855
1,50 x 10-4 m/dt. Kurva IDF mempunyai persamaan I 2 dan diketahui Tc =
t ^0.695
20 menit, Td = 2jam. Faktor geometrik F = 5.5 R, hitung debit limpasan dan
rencanakan sumur resapan.
12. Suatu daerah pengaliran saluran primer mempunyai luas 80 ha yang terdiri dari 35 %
sawah dan 65 % perumahan. Panjang saluran primer dari hulu sampai hilr 2,50 km
dengan kemiringan saluran rata-rata 0,0085. Intensitas hujan dengan periode ulang 20
tahun sebesar 85 mm/jam.
a. Berapa waktu konsentrasi pada saluran primer tersebut.
b. Berapa debit banjir dengan periode ulang 20 tahun.
c. Tentukan dimensi saluran primer bagian hilir apabila lebar eksisting (5 – 8)meter
dengan koef kekasaran saluran n = 0,020
IX - 24