Anda di halaman 1dari 29

1.

PENGERTIAN VARIABEL MENURUT DEFINISI PARA AHLI


Macam-macam pengertian variabel menurut definisi para ahli antara lain adalah
sebagai berikut :
 Menurut Uma Sekaran (Uma Sekaran, 2009:115) , Pengertian variabel adalah apapun
yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Dimana nilai bisa berbeda
pada bagian waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama
unuk objek atau orang yang berbeda.
 Menurut Sutrisno hadi (Sutrisno Hadi, 1993:260). , Pengertian variabel adalah objek
penelitian yang bervariasi. Contohnya ukuran tinggi manusia yang divariasikan
menjadi tingkatan umur, kelamin serta lokasi tempat tinggal manusia tersebut.
 Menurut Sugiarto (Sugiyono, 2010:60), Pengertian variabel adalah karakter yang
dapat diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari
sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah terjadinya variasi antara
objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok tertentu.
 Menurut F.N Kerlinger (Kerlinger, 1973), variabel adalah sebuah konsep. Konsep
tersebut memiliki nilai yang bermacam-macam. Variabel dapat merupakan sebuah
konsep yang telah diubah, hal ini dilakukan dengan memusatkan aspek tertentu dari
variabel itu sendiri.
 Menurut Sutrisno Hadi (Sutrisno Hadi, 1993:260), definisi variabel adalah variasi dari
objek penelitian, seperti ukuran tinggi manusia yang divariasikan menjadi tingkatan
umur, kelamin bahkan lokasi tinggal manusia tersebut.
 Definisi Variabel menurut Eddy Soeryanto Soegoto (Eddy Soeryanto Soegoto,
2008:58), variabel adalah objek penting (main object) dalam riset pemasaran. Hal ini
penting karena riset tidak dapat terlaksana tanpa adanya variabel.
Jadi secara umum dapat diartikan definisi Variabel adalah suatu besaran yang dapat
diubah atau berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan
menggunakan variabel, kita akan mmeperoleh lebih mudah memahami permasalahan. Hal
ini dikarenakan kita seolah-olah seudah mendapatkan jawabannya. Biasanya bentuk soal
yang menggunakan teknik ini adalah soal counting (menghitung) atau menentuakan suatu
bilangan. Dalam penelitian sains, variable adalah bagian penting yang tidak bisa
dihilangkan.

1
1. JENIS-JENIS VARIABEL DAN CONTOHNYA
Variabel terdiri dari beberapa macam antara lain sebagai berikut :
 Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen), atau menurut J.Supranto
Variabel independent ( bebas )/ Predictor ( Peramal ) adalah variabel yang
dipergunakan untuk memperkirakan ( J.Supranto, hal 156, 2003 ). Variabel
Independen disebut juga dengan variabel perlakuan, kausa, risiko, variabel stimulus,
antecedent, variabel pengaruh, treatment, dan variabel bebas. Dapat dikatakan
variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya.
Contoh Variabel Bebas (Independen) seperti "Pengaruh Terapi Musik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan",
 Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari
adanya variabel bebas. Atau menurut J.Supranto Variabel terikat ( dependent )/
Variabel tidak bebas adalah variabel yang nilainya akan diperkirakan/diramalkan
(J.Supranto, hal 156, 2003). Dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel terikat
dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel Despenden disebut
juga dengan variabel terikat, variabel output, Konsekuen, variabel tergantung, kriteria,
variabel terpengaruh, dan variabel efek.
Contoh Variabel Terikat (Despenden) seperti Pengaruh Terapi Musik terhadap
Penurun Tingkat Kecemasan
 Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi baik itu memperkuat atau
memperlemah hubungan antara Variabel bebas dan terikat. Variabel Moderator juga
disebut dengan Variabel Independen Kedua. Skema variabel moderator yaitu Variabel
Bebas (Independen) - Moderator - Dependen.
Contoh Variabel Moderator adalah Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan
semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik,
dan hubungan semakin rendah bila peranan dosen kurang baik dalam menciptakan
lingkungan belajar.
 Variabel Intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas dan
variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel
intervening merupakan variabel antara/penyela pada variabel bebas dan variabel
terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan variabel
terikat.

2
Contoh Variabel Intervening adalah Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan
kepuasan konsumen dan Loyalitas (Dependen)
 Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak terpengaruh oleh faktor luar
yang tidak teliti. Variabel kontrol sering digunakan sebagai pemanding melalui
penelitian eksperimental.
Contoh Variabel Kontrol adalah Apakah perbedaan tenaga penjual (sales force) yang lulus
D3 dan SI, maka terlebih dahulu harus ditetapkan variabel kontrol contohnya berupa
gaji yang sama, peralatan yang sama, lingkungan kerja yang sama. Jadi, variabel
kontrol memudahkan dalam menentukan perbedaan.

2. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh
peneliti. Logikanya, boleh jadi, antara peneliti yang satu dengan yang lain bisa beda
definisi operasional dalam 1 judul skripsi yang sama. DO (Definisi Operasional) boleh
merujuk pada kepustakaan.
Misalnya sbb :
Variabel Definisi operasional
Umur Umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan
waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun
Stres Respon dari kondisi yang terjadi ketika individu merasa tertekan
karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan tuntutan
yang diberikan kepadanya (Mahbubah, 2008)

3. SKALA PENGUKURAN
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka pada setiap
obyek dalam skala tertentu (Gulo, 2002). Pengukuran ini bertujuan untuk membedakan
yang satu dengan yang lainnya, contohnya bahwa yang satu lebih besar atau lebih kecil
dari yang lain, contoh lainnya bahwa yang satu berwarna merah dan yang lain berwarna
putih dan bahwa yang satu memiliki berat 10kg dan yang lainnya memiliki berat 8kg.
Untuk melakukan tugas pengukuran dibutuhkan alat, dan pada alat itu terdapat skala yang
dapat diterapkan pada setiap obyek yang akan diukur. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur obyek haruslah konsisten sehingga hasilnya dapat dipercaya. Selain itu alat
ukur yang digunakan juga harus valid misalnya jangan melakukan pengukuran panjang

3
dengan liter atau pengukuran panas dengan timbangan berat. Skala ini merupakan suatu
prosedur pemberian angka atau symbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu obyek tertentu.
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi 4 skala pengukuran yaitu skala nominal, skala
ordinal, skala interval, dan skala ratio (Gulo, 2002).

a) Skala Nominal
Skala nominal dapat diterapkan pada setiap variabel karena skala ini berfungsi untuk
membedakan. Membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah skala nominal. Tolok
ukur yang digunakan untuk mengukurnya adalah indicator empiris dari variabel yang
bersangkutan. Variabel ini memiliki dua kategori (kelas) yang sama derajatnya. Biasanya
digunakan dua angka yaitu 1 untuk laki-laki dan angka 2 untuk perempuan atau bisa
sebaliknya. Angka ini tidak menunjukkan bahwa yang angka dua lebih besar dari angka 1
melainkan hanya berfungsi sebagai symbol untuk membedakan dua hal yang sama.
Berdasarkan contoh tersebut maka dapat diketahui cirri-ciri dari skala nominal adalah:
 Bersifat diskriminatif (membedakan)
 Bersifat ekualitas dalam arti bahwa kategori-kategori dalam variabel itu adalah sama
 Simetris dalam arti bahwa contoh angka 1 dan 2 tersebut dapat ditukar
 Pengkategoriannya bersifat tuntas, yang dimaksud dengan tuntas adalah setiap obyek
hanya dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori (kelas) sehingga tidak ada
overlapping.

b) Skala Ordinal
Seperti skala nominal, skala ordinal juga berfungsi untuk menunjukkan perbedaan
antara kategori yang satu dengan kategori yang lainnya. Namun perbedaan itu bukan
perbedaan yang sejajar atau setara, tetapi perbedaan tingkat atau jenjang atau secara
ringkas dapat dikatakan skala ordinal ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah
ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya denga tidak memperhatikan interval data
tersebut. Contohnya seperti variabel status ekonomi, maka kategorinya adalah (1) kelas
ekonomi lemah diberi angka 1; (2) kelas ekonomi menengah diberi angka 2; dan (3) kelas
ekonomi tinggi diberi angka 3. Angka 1,2 dan 3 bukan membedakan hal yang sama, tetapi
perbedaan berjenjang sehingga dapat dikatakan 1<2<3 atau sebaliknya 3>2>1.
c) Skala Interval
Skala pengukuran interval juga menunjukkan perbedaan seperti skala nominal dan
skala ordinal. Perbedaannya adalah bahwa interval antara 1 dan 2, antara 2 dan 3 dan
seterusnya adalah sama. Contohnya variabel umur yang dapat diukur dalam tahun. Bila
dalam obyek pengamatan kita ada yang berumur 21 tahun, ada yang 22 tahun dan ada
yang 23 tahun dan seterusnya, maka perbedaan antara 21 dan 22 itu sama dengan
4
perbedaan antara 22 dan 23. Oleh karena itu terhadap bilangan-bilangan itu dapat
dilakukan pengerjaan penambahan atau pengurangan. Ciri lain dari skal interval adalah
adanya titik nol yang bersifat abitrer. Misalnya umur ayah dan umur anaknya diukur dari
titik nol yang berbeda yaitu pada tahun kelahiran masing-masing. Karena sifatnya yang
demikian maka angka-angka ini tidak multiplier.

d) Skala Ratio
Skala ratio sama dengan skala interval, kecuali bahwa titik nolnya bersifat mutlak.
Berat yang diukur dengan gram memiliki titik nol yang sama dimana dan kapan saja, oleh
karena itu sifatnya multiplier. Dilihat dari segi kehalusan pengukuran, skala ratio adalah
yang paling tinggi, disusul dengan skala interval, kemudian skala ordinal dan terkahir
skala nominal. Oleh karena itu skala ratio dapat diubah menjadi skala interval, skala
interval dapat diubah menjadi skala ordinal dan skala ordinal dapat diubah menjadi skala
nominal. Namun yang sebaliknya umumnya tidak dapat dilakukan. Berikut ini adalah
ringkasan mengenai perbedaan dari keempat skala pengukuran tersebut:

Skala Pengukuran Ciri Operasi Matematis Contoh

Nominal Klasifikasi Simetri Jenis Kelamin:


Pembedaan A=B Laki-laki dan Wanita
Setara B=A
Tuntas

Ordinal Klasifikasi Asimetri Status Ekonomi


Pembedaan A>B>C Status Sosial
Berjenjang C<B<A Pendidikan
Interval tidak sama C – B ≠ B –A
Tuntas

Interval Pembedaan N’ = cN = K Skor : 45, 75, 80


Interval sama c : Koefisien
Titik nol: arbitrer K : Bilangan konstan

Ratio Sama dengan interval N’ = cN Berat : 7kg, 8kg, 9kg


+ titik nol mutlak

4. KUESIONER

5
Dalam melakukan penelitian perlu dilakukan penyusunan instrument pengumpulan
data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan masalah. Kuesioner
merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan pada saat pengumpulan data dalam
suatu penelitian. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh
periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi
atau dengan mengajukan pertanyaan. Kuesioner memiliki peranan penting sebab
didalamnya mencakup semua tujuan dari survei atau penelitian selain itu kuesioner yang
baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Mudah ditanyakan
 Mudah dijawab
 Mudah diproses
Pengumpulan data menggunakan kuesioner biasanya dilakukan dengan wawancara,
jadi dengan adanya dialog antara pewawancara (interviewer) dengan responden
diharapkan jawaban yang didapatkan menjadi lebih akurat.

a. Kuesioner Terstruktur Yang Terbuka


Tingkat struktur dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkan pada
suatu kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka dimana pertanyaan- pertanyaan
diajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama kepada semua responden ketika
mengumpulkan data. Contoh: Apakah anda merasa bahwa Negara kita membutuhkan lebih
banyak atau lebih sedikit peraturan perundang-undangan mengenai antipolusi?
 Membutuhkan lebih banyak
 Membutuhkan lebih sedikit
 Tidak lebih maupun kurang
 Tidak memberikan pendapat
Pertanyaan diatas merupakan contoh yang baik tentang pertanyaan terstruktur yang
terbuka, karena: pertama, tujuannya jelas, pertanyaan diatas berusaha untuk menentukan
sikap subjek terhadap peraturan perundang-undangan antipolusi dengan cara yang
langsung. Kedua, pertanyaan diatas menggunakan format yang sangat terstruktur, para
responden dibatasi untuk memilih salah satu diantara empat jawaban.

b. Kuesioner Tak Terstruktur Yang Terbuka


Kuesioner tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapi respon
atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka. Perhatikan pertanyaan

6
berikut: “Bagaimana pendapat anda mengenai polusi dan perlunya lebih banyak lagi
peraturan perundang-undangan antipolusi?”
Pertanyaan diatas mempunyai tujuan yang jelas. Selanjutnya pewawancara mencoba
untuk membuat subjek berbicara dengan bebas mengenai sikapnya terhadap polusi. Hal ini
merupakan pertanyaan dengan tujuan terbuka, dan seringkali berakhir dengan wawancara
yang sangat tidak terstruktur.

c. Kuesioner Tidak Terstruktur Yang Tersamar


Kuesioner tidak terstruktur yang tersamar berlandaskan pada riset motivasi. Para
periset telah mencoba untuk mengatasi keengganan responden untuk membahas perasaan
mereka dengan cara mengembangkan teknik-teknik yang terlepas dari masalah kepedulian
dan keinginan untuk membuka diri. Teknik tersebut dikenal dengan metode proyektif.
Kekuatan utama dari metode proyektif adalah untuk menutupi tujuan utama riset dengan
menggunakan stimulus yang disamarkan.
Metode proyektif merupakan cara yang digunakan untuk menggambarkan kuesioner
yang mengandung stimulus yang memaksa para subjek untuk menggunakan emosi,
kebutuhan, motivasi, sikap, dan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri dalam memberikan
suatu jawaban atau respon. Stimulus yang paling sering digunakan adalah asosiasi kata,
kelengkapan kalimat, dan bercerita atau penuturan cerita.

d. Kuesioner Terstruktur Yang Tersamar


Kuesioner terstruktur yang tersamar merupakan teknik yang paling jarang digunakan
dalam riset pemasaran. Kuesioner ini dikembangkan sebagai cara untuk menggabungkan
keunggulan dari penyamaran dalam mengungkapkan motif dan sikap dibawah sadar
dengan keunggulan struktur pengkodean serta tabulasi jawaban.
Sebagai contoh, salah satu teori menyatakan bahwa pengetahuan, persepsi, dan
ingatan individu akan suatu subjek disesuaikan oleh sikapnya terhadap subjek tersebut.
Jadi untuk mendapatkan informasi mengenai sikap seseorang apabila pertanyaan langsung
akan menghasilkan jawaban yang bias, teori ini menyarankan agar kita hanya menanyakan
hal-hal yang mereka ketahui, bukan apa pendapat mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan yang lebih banyak mungkin mencerminkan kekuatan dan arah dari suatu
sikap. Misalnya, para pendukung partai demokrat mungkin mengetahui lebih banyak
tentang calon-calon dari partai demokrat dan platform partai itu daripada mereka yang
akan memilih partai golkar.
7
5. MASALAH-MASALAH PADA PENGGUNAAN KUESIONER
Masalah penting yang sering timbul dari penggunaan kuesioner dalam suatu survei
adalah adanya variasi dari responden terutaman menyangkut tingkat pendidikan, prejudice,
perbedaan daerah di mana responden bertempat tinggal, dan latar belakang pekerjaan.
Dengan adanya perbedaan atau variasi dari responden, maka biasanya hal-hal seperti
berikut dapat terjadi yaitu (Kasnodiharjo, 1993):
 Responden tidak mengerti pertanyaan yang diberikan sehingga jawaban yang
diberikan tidak ada hubungannya terhadap pertanyaan yang diajukan.
 Responden mengerti pertanyaannya, memiliki informasi (data) akan tetapi tidak
mengetahui mana informasi penting yang harus diingat. Contohnya seperti pertanyaan
tentang “Berapa kali dilakukan fogging setahun yang lalu?”. Pada hal tersebut
responden mengetahui pertanyaan tentang fogging yang dilakukan namun tidak
mengetahui secara tepat frekwensi pelaksanaannya.
 Responden mengerti pertanyaan, memiliki informasi tetapi tidak mau menjawab atau
memberikan informasi yang dimaksud. Hal ini biasanya terjadi apabila pertanyaan
yang diajukan bersifat pribadi seperti gaji, kepemilikan tabungan, emas dan lainnya.
 Responden mengerti pertanyaannya, mau menjawab tetapi tidak mampu untuk
mengemukakan. Biasanya terdapat tiga alasan pokok pada kondisi tersebut yaitu
responden tidak dapat menguraikan atau menjelaskannya, pertanyaan kurang tepat
bila diberikan kepada responden, dan yang terakhir responden tidak mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
6. PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN KUESIONER
Pembuatan kuesioner perlu memperhatikan masalah-masalah yang sering timbul
sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebagai pedoman disini diuraikan bagaimana
sebaiknya suatu kuesioner yang sedapat mungkin memenuhi syarat sebagai berikut
(Kasnodiharjo, 1993):
a. Jelas
 Pada umumnya masalah yang timbul menyangkut penggunaan kata-kata yang tepat
supaya responden memahami benar pertanyaan yang diajukan. Ada kalanya hanya
karena satu kata yang ganjil maka jawabannya berbeda dan jauh dari yang
diharapkan.

8
 Penggunaan double negative yang merupakan kesalahan. Diusahakan menghindari
membuat pertanyaan misalnya : Tidakkah sebaiknya penderita demam berdarah
tidak…
 Penggabungan beberapa pertanyaan ke dalam satu pertanyaan, misalnya : Mengapa
Saudara lebih menyenangi cara pemberantasan penyakit demam berdarah melalui
PSN dengan menggerakan peran serta masyarakat dari pada fogging atau abatisasi
 Jangan Sampai terdapat pertanyaan yang mengacu ke jawaban sebelumnya tetapi
tanpa menyebutkan secara jelas yang mana. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan-
pertanyaan yang merefer ke jawaban sebelumnya perlu dicantumkan misalnya :
Sewaktu Saudara melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang PSN, apakah
Saudara mengalami hambatan dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat.
 Pertanyaan yang terlalu luas batasannya, misalnya : Beberapa kali Saudara melakukan
supervisi dalam rangka kegiatan program pemberantasan DBD di Puskesmas ? Di sini
batasan waktu terlalu luas, mungkin setahun yang lalu atau bahkan 3 bulan yang lalu.
Sebaiknya diberikan batasan waktu misalnya : Dalam 3 bulan terakhir ini Saudara
berapa kali melakukan supervisi dalam rangka program pemberantasan DBD di
Puskesmas ?

b. Membantu ingatan responden


Pertanyaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan responden untuk
mengingat kembali hal-hal yang diperlukan untuk menjawab suatu pertanyaan. Cara yang
sering dipakai ialah menggunakan "time line" dengan mengambil suatu peristiwa penting
yang mudah diingat oleh responden. Kemudian setahap demi setahap menuju ke
pertanyaan yang betul-betul diinginkan. Sebagai contoh misalnya ingin menanyakan
berapa kali melakukan supervisi selama 3 bulan terakhir ini ? Diikuti dengan perta- nyaan
di Puskesmas mana melakukan supervisi ? Berapa kali melakukan supervisi ?

c. Membuat responden bersedia untuk menjawab


Bagaimanapun baiknya suatu kuesioner akan tidak ada artinya kalau responden tidak
mau atau menolak untuk memberi jawaban. Hal ini bisa terjadi karena susunan pertanyaan
ataupun kata-katanya kurang tepat. Usahakan jangan menanyakan hal-hal yang sulit atau
bersifat sangat pribadi pada permulaan wawancara. Susunlah pertanyaan tentang hal-hal
yang sangat mudah dijawab dan kalau bisa menyenangkan responden. Misalnya dengan

9
pertanyaan "Sudah berapa tahun Saudara tugas di kantor Dinas ini ? Meskipun tidak
tercantum dalam kuesioner, interviewer dapat menambahkan dengan pertanyaan " Sudah
cukup lama juga dinas di sini ? dan seterusnya. Pertanyaan yang sulit yang memerlukan
ingatan sebaiknya ditanyakan menjelang akhir wawancara.

d. Menghindari bias
Kadang-kadang responden mengetahui jawaban yang sebenarnya dari suatu
pertanyaan tetapi dia menolak atau memberi jawaban yang lain. Paling sering ialah tentang
income, oleh sebab itu di saat menanyakan income atau pengeluaran sebaiknya meminta
ditanyakan jumlah tepatnya tetapi dengan menanyakan dalam bentuk "range". Hal lain
adalah penggunaan kata-kata yang agak muluk dan sekaligus mengundang bias misalnya :
responden akan memberi jawaban karena alasan ekonomi. Pada pertanyaan kenapa Ibu
berobat ke dukun, dari pada menjawab ke dukun murah maka kata-kata ekonomi lebih
disenangi dari pada murah meskipun ke duanya mempunyai arti sama. Oleh karena itu
dalam pertanyaan "multiple choice" jawaban-jawabannya hams dipikirkan agar tidak
mengundang bias

e. Mudah mengutarakan
Dalam banyak hal responden mengetahui jawabannya hanya saja mengalami kesulitan
dalam mengutarakan. Dengan bantuan gambar atau rangking kala, responden cukup hanya
menunjuk jawaban mana yang dimaksud dari pada harus menerangkan dengan kata-kata
yang sulit. Contohnya adalah tentang jenis obat yang diminum. Sebaiknya interviewer
membawa berbagai macam obat misalnya pit, kapsul atau cairan dan warnanya untuk
ditunjukkan kepada responden. Responden tinggal memilih atau menunjuk mana yang dia
telah minum dan pada harus menerangkan bentuk dan warnanya dengan kata-kata.

f. Dapat menyaring responden


Penting sekali langkah untuk menyaring responden sebab kalau tidak
pertanyaanpertanyaan tertentu mungkin tidak bisa dijawab karena ditanyakan ke
responden yang salah. Misalnya pertanyaan tentang frekwensi supervisi yang dilakukan
dalam rangka pelaksanaan program pemberantasan DBD, ditanyakan kepada orang atau
responden yang tidak pernah melakukan supervisi. Sudah barang tentu yang bersangkutan
tidak akan/tidak bisa menjawab. Oleh sebab itu untuk pertanyaanpertanyaan khusus yang
hanya ditanyakan kepada responden tertentu harus didahului dengan pertanyaan-
10
pertanyaan penyaring. Contoh : Apakah Saudara dalam tahun anggaran ini pernah
melakukan supervisi dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pemberantasan DBD ?
Bila jawabannya " YA " baru ditanyakan mengenai frekwensi. Sudah berapa kali ?
Selanjutnya : Di daerah mana saja ?

7. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Dalam penelitian yang menggunakan metoda kuantitatif, kualitas pengumpulan data
sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan. Suatu
instrumen penelitian dikatakan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan jika sudah
terbukti validitas dan reliabilitasnya. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen,
tentunya harus disesuaikan dengan bentuk instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian.

a. Validitas Instrumen
Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk
mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas suatu instrumen berhubungan dengan
tingkat akurasi dari suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur. Selain itu terdapat
beberapa definisi lain tentang validitas diantaranya menurut Fraenkel (1993; 139)
dikatakan bahwa, “ Validitas menunjukkan kesamaan, pengertian maupun penggunaan
masing-masing peneliti yang berbeda dalam mengumpulkan data.” Sedangkan batasan
validitas menurut Sugiyono (2007; 363) dikatakan bahwa,”Validitas merupakan derajat
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti.” Jadi dari kedua pendapat itu jelas batasan validitas adalah
berkenaan dengan derajat ketepatan, antara data obyek sebenarnya dengan data penelitian
Validitas suatu instrumen dapat dikelompokkan menjadi:
1. Validitas teoritik, yaitu validitas yang didasarkan pada pertimbangan para ahli.
Validitas teoritik terdiri dari:
(a) Validitas isi / validitas kurikuler (content validity), yaitu ketepatan suatu
instrumen ditinjau dari segi materi yang diujikan (untuk tes) atau ditinjau dari
segi dimensi dan indikator yang ditanyakan (untuk angket).
(b) Validitas muka / validitas bentuk soal (pertanyaan/pernyataan) (face validity),
yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal/pernyataan/pertanyaan
sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain.

11
Dalam menguji validitas teoritik suatu instrument, sebaiknya melibatkan paling
sedikit 3 orang ahli di bidangnya.
2. Validitas kriterium, yaitu validitas yang ditinjau berdasarkan hubungannya dengan
kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas tes atau angket ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi. Validitas kriterium terdiri dari:
(a) Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang), yaitu
validitas tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi antara nilai-
nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes terstandar
yang telah mencerminkan kemampuan siswa. Catatan: Dalam dunia pendidikan,
biasanya diasumsikan bahwa nilai rata-rata ulangan harian sebagai hasil dari tes
terstandar.
(b) Validitas ramal, yaitu validitas yang berkenaan dengan kemampuan suatu tes untuk
dapat meramalkan keadaan yang akan datang berdasarkan kondisi yang ada
sekarang. Suatu tes seleksi masuk siswa baru haruslah memiliki tingkat validitas
ramal yang tinggi.
Untuk menentukan tingkat validitas kriterium suatu tes dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-
nilai hasil tes yang telah ada dan sudah diketahui atau diasumsikan memiliki validitas
tes yang memadai

b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilaitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus
diukur. Menurut Sekaran (2006), reliabilitas atau keandalan suatu pengukuran
menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dan
arena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item
dalam instrument. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi
mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep dan membantu
menilai “ketepatan” sebuah pengukuran. Groth-Marnat (2008) mendefinisikan reliabilitas
suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia
melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu
diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda. Menurut Sugiyono

12
(2007), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

c. Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif


Ada perbedaan yang mendasar mengenai validitas dan reliabilitas dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif untuk mendapatkan data
yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen
penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Dalam
penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti.
Validitas dalam penelitian kualitatif menunjukkan sejauh mana tingkat interpretasi dan
konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara peneliti dan partisipan.
Dengan kata lain, partisipan dan peneliti memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan
suatu peristiwa terutama dalam memaknai peristiwa tersebut.
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif pun berbeda. Dalam
penelitian kualitatif sutau relaitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah,
sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Situasi senantiasa berubah
demikian juga perilaku manusia yang terlibat didalamnya.
Pelaporan penelitian kualitatif pun bersifat individu, atau berbeda antara peneliti satu
dengan peneliti lainnya. Bahkan untuk obyek yang sama, apabila ada 5 peneliti dengan
latar belakang yang berbeda, akan diperoleh 5 laporan penelitian yang berbeda pula.
Peneliti yang berlatar belakang pendidikan tentu akan menemukan dan melaporkan hasil
penelitian yang berbeda dengan peneliti yang berlatarbelakang sosiologi.
Oleh karena itu penelitian kualitatif sering dikatakan bersifat subyektif dan reflektif.
Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen yang standar tetapi peneliti
bertindak sebagai instrumen. Data dikumpulkan secara verbal diperkaya dan diperdalam
dengan hasil pengamatan, mendengar, persepsi, pemaknaan/penghayatan peneliti. Namun
demikian peneliti meskipun melibatkan segi subyektifitas , dia harus disiplin dan jujur
terhadap dirinya sebab penelitian kualitatif harus memiliki objektifitas pula. Objektifitas
disini berarti data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun,
dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman,
kerangka berpikir, persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan
tertentu.

13
Sedangkan penelitian kualitatif dikatakan bersifat reflektf karena penelitian kualitatif
merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih S., validitas penelitian kualitatif dapat dicapai melalui
kombinasi sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu:
a. Pengumpulan data yang relatif lama.
Memungkinkan terkumpulnya data secara lengkap dan ditemukannnya data yang
berangsur sesuai dengan kenyataan.
b. Strategi multi metode.
Kombinasi teknik pengumpulan data, antara lain, wawancara, observasi, studi
dokumenter .
c. Bahasa partisipan kata demi kata.
Pengumpulan data maupun analisis data dilakukan kata demi kata sehingga
mendapatkan rumusan yang rinci.
d. Dekriptor inferensi yang rendah.
Pencatatan yang lengkap dan detil baik untuk sumber situasi maupun orang
menjadikan catatan dimengerti dan tidak menimbulkan apersepsi yang berbeda.
e. Peneliti beberapa orang.
Data deskriptif yang dikumpulkan dan disetujui oleh tim peneliti.
f. Pencatat data mekanik.
Data direkam baik mengggunakan media audio, video, maupun foto sehingga ada
pembuktian sesuai kenyataan.
g. Partisipan sebagai peneliti.
Menggunakan catatan-catatan yang dimiliki partisipan untuk melengkapi.
h. Pengecekan anggota.
Pengecekan data ulang oleh anggota peneliti yang lain.
i. Review oleh partisipan.
Meminta pada partisipan untuk mereview data, dan melakukan sistesis semua hasil
wawancara dan observasi.
j. Kasus-kasus negatif.
Mencari, mencatat, menganalisa, melaporkan data dari kasus-kasus negatif atau yang
berbada dengan pola yang ada.
Menurut Prof. Dr. Sugiyono, pengujian validitas dan reliabilitas data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferability, uji depenability, dan uji
konfirmability.
14
a. Uji Kredilibitas
Uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain :
1) Perpanjangan pengamatan.
Peneliti kembali melakukan pengamatan dilapangan/lokasi penelitian. Artinya
hubungan peneliti dengan partisipan/narasumber semakin akrab, terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2) Peningkatan ketekunan dalam penelitian.
Peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang yang telah ditemukan
salah atau benar. Peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis.
3) Triangulasi.
Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.
· Triangulasi sumber.
· Triangulasi teknik pengumpulan data.
· Triangulasi waktu pengumpulan data.
4) Analisis kasus negatif.
Peneliti mencari data yang berbeda atau behkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuannya, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
5) Memberchek.
Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercek untuk mengetahui sejauhmana data yang diperolh sesuai apa yang
diberikan pemberi data.
b. Uji Transferability
Transferability berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat ditepkan atau
digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil
penelitian dan ada kemungkinan menerapkannya, maka peneliti harus membuat
laporan secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
c. Uji Depenability dan Uji Konfirmability
Uni dependability dilakukan dengan mengaudit seluruh proses penelitian, yaitu
dilakukan oleh auditor yang independen.
Uji Konfirmability hampir sama dengan uji dependability, yaitu menguji hasil
penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian
15
merupakan fungsi dari proses penelitian maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmability. Oleh karena itu dua pengujian ini sering kali dilakukan
bersama-sama.

d. Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kuantitatif


Validitas penelitian kuantitatif.
Validitas suatu data berkenaan dengan derajat ketepatan antara data lapangan dengan
data yang dilaporkan oleh peneliti. Menurut Sugitono (2007; 363) dikatakan, validitas
dibedakan menjadi dua yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
berkaitan dengan berkenaan dengan akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai,
misalnya disain penelitianna tentang kandungan gizi dan nutrisi biji durian petruk, maka
data yang diperoleh tentang kandungan gizi dan nutrisi biji durian petruk, bukannya data
lain.
Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen
yang valid, oleh karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument
menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur
(Suharsimi Arikunto; 2003: 219). Di sini dijelaskan ada dua jenis validitas instrument
penelitian yaitu: validitas logis dan validitas empiris. Maksud dari validitas logis apabila
instrument tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang
diungkapkan. Sedangkan validitas empiris apa bila suatu instrument dapat mengungkap
semua data yang ditangkap oleh panca indera yang ada pada obyek di lapangan.
Reliabilitas penelitian kuantitatif.
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Suatu data dikatakan reliabel bila diteliti oleh peneliti yang berbeda diperoleh data yang
sama, begitu juga bila dilakukan dalam waktu yang tidak sama didapat data yang sama,
tentunya berkenaan pada sampel yang sama. Contoh: kadar alcohol pada minuman
bermerk topi miring lebih dari 10%, dan sangat membahayakan peminumnya. Minuman
merk ini bila diteliti oleh peneliti yang berbeda tetap data yang dihasilkan sama, begitu
juga dilakukan berulang kali juga sama.
Obyektivitas penelitian kuantitatif
Obyektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan antar banyak orang terhadap data,
sekarang timbul pertanyaan apakah data yang disepakati antar oaring banyak itu valid dan
reliabel? Data yang obyektif memiliki kecenderungan valid dan reliabel tetapi belum tentu
semua data yang obyektif valid dan reliabel. Apa lagi kalau data pada penelitian kualitatif
16
berkenaan dengan manusia tidak ada jaminan kesepakatan orang banyak itu valid dan
reliabel, karena manusia makhluk yang sangat komplek. Dahulu sebelum ada teori
matahari pusat tata surya, orang-orang mempercayai bumilah pusat tata surya dan itu
berlaku ratusan tahun, tetapi setelah ada pendapat seorang ilmuawan bahwa matahari
sebagai pusat tata surya hampir semua orang tidak percaya.
Dari penjelasan di atas jelas kiranya dalam penelitian kuantitatif data hendaknya
memiliki tingkat validitas, reliabilitas, dan obyektivitas. Untuk mendapatkan data tersebut
perlu instrument yang valid, sehingga dalam penelitian kuantitatif yang diuji bukan
datanya tetapi instrumennya.

8. JENIS - JENIS METODE PENGUMPULAN DATA PADA PENELITIAN


KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu,
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan
data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan
metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Dalam
prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti
dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian
kuantitatif).
Pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dalam pelaksanaannya tidak mesti
harus langsung oleh peneliti, akan tetapi dapat dilakukan melalui pihak lain yang
dipandang mampu atau kompeten dalam melaksanakan pengumpulan data. Atas dasar
tersebut, maka instrumen penelitian yang akan digunakan, harus memenuhi syarat-syarat
instrumen penelitian.

a. Metode pengumpulan data Kuantitatif


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya,maka pengumpulan data dapat
17
menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau metode pengumpulan data, maka metode
pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner (angket), observasi
(Sugiyono, 2006: 137)
 Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
 Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai metode/ teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman
untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu
seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu

18
pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur
tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah:
Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di
kabupaten ini?
 Sangat bagus
 Bagus
 Tidak bagus
 Sangat tidak bagus
 Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya
adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap kebijakan
pemerintah tentang impor gula saat ini? dan bagaimana dampaknya terhadap
pedagang dan petani”.
Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan
malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu
atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara
pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan tentang
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana
harus melakukan wawancara.

 Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik / metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

19
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden(Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan
angket yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip penulisan angket
 Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
 Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
 Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa
terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak
terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
 Pertanyaan tidak mendua
 Tidak menanyakan yang sudah lupa
 Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
 Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
 Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
2. Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan
instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di
teliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus daapat digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel variabel yang diukur.
3. Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data
akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.

 Observasi

20
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian
format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalnya memperhatikan
reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat reaksi tersebut, tetapi juga menilai
reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki
(Arikunto, 2006: 229).

b. Metode Pengumpulan Data Kualitatif


Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa
teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi,
dan 4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Pada pendekatan ini, peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden,
dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-
masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat
penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing
teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah
mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi,
mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis
informasi yang diperoleh.
 Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian
(Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara
bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metode
pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat

21
dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis
perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk
memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
dalam melakukan wawancara, yaitu:
 The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang
sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal
yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi
tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang
dibutuhkan.
 The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di
dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat
pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan
pendekatan.
 The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
 Pendahuluan,
 Pertanyaan pembuka,
 Pertanyaan kunci, dan
 Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada
bagian kedua untuk pembuat kalimat pendahuluan dan pernyataan
pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai
pertanyaan kunci.
 The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga,
maka disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi
ini mencakup seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi,
strategi pendekatan dan bagaimana pengambilan data dilakukan.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau
berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara
efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui yakni: 1). mengenalkan diri,
2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4).
mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif
sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang
penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1). Ciptakan suasana
22
wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). Cari waktu dan tempat yang telah
disepakati dengan informan, 3). Mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke
yang serius, 4). Bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). Tidak
menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). Tidak menanyakan hal-hal yang
bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7).
Tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8). Tidak menanyakan hal-hal yang
membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). Sebaiknya dilakukan secara
sendiri, 10) Ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan
waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-
depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara
terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa
pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan
dilakukan berkali-kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti
menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni
suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar
pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga
suasana terasa kaku.
 Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,
objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1).
Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok.
Berikut penjelasannya:

23
 Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian
informan.
 Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
 Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim
peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

 Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta
yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa
dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77). Pengambilan data melalui dokumen
tertulis maupun elektronik dari lembaga / institusi. Dokumen diperlukan untuk
mendukung kelengkapan data yang lain.

 Focus Group Discussion


Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus
Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok
orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang
peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai
rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari
pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi
terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu
diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.

9. JENIS DAN SUMBER DATA


a. Sumber Data

24
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan
sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan,
menjeleskan), karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek),
sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat understanding (memahami) terhadap
fonemena atau gejala sosial, karena bersifat to learn about the people (masyarakat
sebagai subyek). Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya
bisa berupa benda, gerak atau proses tertentu. Contohnya penelitian yang mengamati
tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung, sedangkan objek penelitiannya
adalah pertumbuhan jagung. Jadi yang dimaksud sumber data dari uraian diatas
adalah subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data dapat berupa benda,
gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Ketepatan memilih dan menentukan jenis
sumber data akan menentukan kekayaan data yang diperoleh. Jenis sumber data
terutama alam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Narasumber (informan)
Dalam penelitian kuantitatif sumber data ini disebut”Responden”, yaitu orang yang
memberikan “Respon” atau tanggapan terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh
peneliti. Sedangkan pada penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting,
bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena
itu, ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi,
sumber data) atau disebut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku
yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian berdasarkan informasi yang
diberikan.

 Peristiwa Atau Aktivitas


Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau
aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau kejadian
ini, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti
karena menyaksikan sendiri secara langsung. Dengan mengamati sebuah peristiwa

25
atau aktivitas, peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi verbal yang
diberikan oleh subyek yang diteliti.

 Tempat Atau Lokasi


Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga
merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang kondisi dari lokasi
peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasi peristiwa atau
aktivitasyang dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan
tempat maupun tempat maupun lingkungnnya.

 Dokumen atau Arsip


Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa
atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip
data base surat-surat rekaman gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan
dengan suatu peristiwa.

b. Jenis Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan
sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan,
menjelaskan), karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek),
sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat understanding (memahami) terhadap
fonemena atau gejala sosial, karena bersifat to learn about the people (masyarakat
sebagai subyek).
 Jenis data berdasarkan sifatnya data dibedakan menjadi :
* Data kualitatif, yaitu data yang berupa kategori. Contoh: rusak, baik, senang,
puas, berhasil, gagal dan sebagainya.
* Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk bilangan atau angka. Contoh: 1
m, 2 m, 3 meja, 1 kursi dan sebagainya.

 Jenis data berdasarkan bentuk :


* Data diskrit, yaitu data yang diperoleh dari hasil perhitungan. Contoh:
Banyaknya perserta kuliah hari ini, Banyak pengunjung pada sebuah Plaza,
Penghuni rumah no. 12, dan sebagainya.

26
* Data kontinu, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Contoh: Jarak
tempuh dari rumah ke kampus (km), Hasil Panen Petani A (ton), Prestasi
belajar mahasiswa B (IPK), Keterampilan pegawai C (menit).

 Jenis data berdasarkan sumbernya:


* Data Intern, yaitu data dalam lingkungan sendiri. Contohnya: data pribadi,
spesifikasi produk, beban biaya produksi, kualitas produk dan sebagainya.
* Data Ekstern, yaitu data yang diperoleh dari pihak atau sumber lain,
sehingga berdasarkan sumbernya, data ekstern terbagi menjadi dua bagian
lagi, yaitu:
 Data Ekstern Primer, yaitu data pihak lain yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti itu sendiri. Contoh: Peneliti mencatat kapasitas produksi
produk c di pabrik A, peneliti mencatat kualitas produk di pabarik A,
peneliti mencatat penghasilan bulanan pegawai Pabrik A,
 Data Ekstern Sekunder, yaitu data dari pihak lain yang dikumpulkan
melalui sebuah perantara lagi, lengkapnya data ekstern sekunder adalah
mengambil atau menggunakan, sebagian atau seluruh data dari
sekumpulan data yang telah dicatat atau dilaporkan oleh badan atau
orang lain. Contoh: Peneliti mencatat data kualitas produk C dari hasil
laporan peneliti lainnya untuk diterapkan dalam contoh aplikasi metode
barunya tersebut.

 Jenis Data berdasarkan Waktu Pengumpulannya


 Data Cross Section
Data cross-section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu.
Contohnya laporan keuangan per 31 desember 2006, data pelanggan
PT. angin ribut bulan mei 2004, dan lain sebagainya.
 Data Time Series / Berkala
Data berkala adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari
waktu ke waktu atau periode secara historis. Contoh data time series
adalah data perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro
eropa dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah nurdin m.
top dan doktor azahari dari bulan ke bulan, dll.

27
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Donald R & Schindle, Pamela S. 2006. Metode Riset Bisnis, Volume 2, Edisi
9. Jakarta: PT Media Global Edukasi.

Gary Growth – Marnat. 2009. Handbook of Psychological Assessment. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Indriantoro, Nur & Supono, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
& Manajemen. Yogyakarta:BPFE-UGM.

Kasnodiharjo, 1993. Langkah-langkah Menyusun Kuesioner, Media Litbangkes Vol 3, No: 2

Kuncoro. Mudrajad. 2013. Metodologi Riset untuk Bisnis & Ekonomi; Bagaimana Meneliti
dan Menulis Tesis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Riwidikdo, Handoko, S.Kep. Statistik Kesehatan. 2007. Mitra Cendikia Press,Yogyakarta.

Sekaran, U. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Sekaran, Uma & Bougie, Roger. 2010. Research Methods for Business, Fifth Edition. New
York: Wiley. (dalam bentuk e-book)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

W. Gulo, 2002, Metodologi Penelitian, Jakarta : Grasindo

Yogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-


Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-UGM.
28
29

Anda mungkin juga menyukai