1
1. JENIS-JENIS VARIABEL DAN CONTOHNYA
Variabel terdiri dari beberapa macam antara lain sebagai berikut :
Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen), atau menurut J.Supranto
Variabel independent ( bebas )/ Predictor ( Peramal ) adalah variabel yang
dipergunakan untuk memperkirakan ( J.Supranto, hal 156, 2003 ). Variabel
Independen disebut juga dengan variabel perlakuan, kausa, risiko, variabel stimulus,
antecedent, variabel pengaruh, treatment, dan variabel bebas. Dapat dikatakan
variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya.
Contoh Variabel Bebas (Independen) seperti "Pengaruh Terapi Musik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan",
Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari
adanya variabel bebas. Atau menurut J.Supranto Variabel terikat ( dependent )/
Variabel tidak bebas adalah variabel yang nilainya akan diperkirakan/diramalkan
(J.Supranto, hal 156, 2003). Dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel terikat
dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel Despenden disebut
juga dengan variabel terikat, variabel output, Konsekuen, variabel tergantung, kriteria,
variabel terpengaruh, dan variabel efek.
Contoh Variabel Terikat (Despenden) seperti Pengaruh Terapi Musik terhadap
Penurun Tingkat Kecemasan
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi baik itu memperkuat atau
memperlemah hubungan antara Variabel bebas dan terikat. Variabel Moderator juga
disebut dengan Variabel Independen Kedua. Skema variabel moderator yaitu Variabel
Bebas (Independen) - Moderator - Dependen.
Contoh Variabel Moderator adalah Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan
semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik,
dan hubungan semakin rendah bila peranan dosen kurang baik dalam menciptakan
lingkungan belajar.
Variabel Intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas dan
variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel
intervening merupakan variabel antara/penyela pada variabel bebas dan variabel
terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan variabel
terikat.
2
Contoh Variabel Intervening adalah Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan
kepuasan konsumen dan Loyalitas (Dependen)
Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak terpengaruh oleh faktor luar
yang tidak teliti. Variabel kontrol sering digunakan sebagai pemanding melalui
penelitian eksperimental.
Contoh Variabel Kontrol adalah Apakah perbedaan tenaga penjual (sales force) yang lulus
D3 dan SI, maka terlebih dahulu harus ditetapkan variabel kontrol contohnya berupa
gaji yang sama, peralatan yang sama, lingkungan kerja yang sama. Jadi, variabel
kontrol memudahkan dalam menentukan perbedaan.
2. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh
peneliti. Logikanya, boleh jadi, antara peneliti yang satu dengan yang lain bisa beda
definisi operasional dalam 1 judul skripsi yang sama. DO (Definisi Operasional) boleh
merujuk pada kepustakaan.
Misalnya sbb :
Variabel Definisi operasional
Umur Umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan
waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun
Stres Respon dari kondisi yang terjadi ketika individu merasa tertekan
karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan tuntutan
yang diberikan kepadanya (Mahbubah, 2008)
3. SKALA PENGUKURAN
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka pada setiap
obyek dalam skala tertentu (Gulo, 2002). Pengukuran ini bertujuan untuk membedakan
yang satu dengan yang lainnya, contohnya bahwa yang satu lebih besar atau lebih kecil
dari yang lain, contoh lainnya bahwa yang satu berwarna merah dan yang lain berwarna
putih dan bahwa yang satu memiliki berat 10kg dan yang lainnya memiliki berat 8kg.
Untuk melakukan tugas pengukuran dibutuhkan alat, dan pada alat itu terdapat skala yang
dapat diterapkan pada setiap obyek yang akan diukur. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur obyek haruslah konsisten sehingga hasilnya dapat dipercaya. Selain itu alat
ukur yang digunakan juga harus valid misalnya jangan melakukan pengukuran panjang
3
dengan liter atau pengukuran panas dengan timbangan berat. Skala ini merupakan suatu
prosedur pemberian angka atau symbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu obyek tertentu.
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi 4 skala pengukuran yaitu skala nominal, skala
ordinal, skala interval, dan skala ratio (Gulo, 2002).
a) Skala Nominal
Skala nominal dapat diterapkan pada setiap variabel karena skala ini berfungsi untuk
membedakan. Membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah skala nominal. Tolok
ukur yang digunakan untuk mengukurnya adalah indicator empiris dari variabel yang
bersangkutan. Variabel ini memiliki dua kategori (kelas) yang sama derajatnya. Biasanya
digunakan dua angka yaitu 1 untuk laki-laki dan angka 2 untuk perempuan atau bisa
sebaliknya. Angka ini tidak menunjukkan bahwa yang angka dua lebih besar dari angka 1
melainkan hanya berfungsi sebagai symbol untuk membedakan dua hal yang sama.
Berdasarkan contoh tersebut maka dapat diketahui cirri-ciri dari skala nominal adalah:
Bersifat diskriminatif (membedakan)
Bersifat ekualitas dalam arti bahwa kategori-kategori dalam variabel itu adalah sama
Simetris dalam arti bahwa contoh angka 1 dan 2 tersebut dapat ditukar
Pengkategoriannya bersifat tuntas, yang dimaksud dengan tuntas adalah setiap obyek
hanya dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori (kelas) sehingga tidak ada
overlapping.
b) Skala Ordinal
Seperti skala nominal, skala ordinal juga berfungsi untuk menunjukkan perbedaan
antara kategori yang satu dengan kategori yang lainnya. Namun perbedaan itu bukan
perbedaan yang sejajar atau setara, tetapi perbedaan tingkat atau jenjang atau secara
ringkas dapat dikatakan skala ordinal ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah
ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya denga tidak memperhatikan interval data
tersebut. Contohnya seperti variabel status ekonomi, maka kategorinya adalah (1) kelas
ekonomi lemah diberi angka 1; (2) kelas ekonomi menengah diberi angka 2; dan (3) kelas
ekonomi tinggi diberi angka 3. Angka 1,2 dan 3 bukan membedakan hal yang sama, tetapi
perbedaan berjenjang sehingga dapat dikatakan 1<2<3 atau sebaliknya 3>2>1.
c) Skala Interval
Skala pengukuran interval juga menunjukkan perbedaan seperti skala nominal dan
skala ordinal. Perbedaannya adalah bahwa interval antara 1 dan 2, antara 2 dan 3 dan
seterusnya adalah sama. Contohnya variabel umur yang dapat diukur dalam tahun. Bila
dalam obyek pengamatan kita ada yang berumur 21 tahun, ada yang 22 tahun dan ada
yang 23 tahun dan seterusnya, maka perbedaan antara 21 dan 22 itu sama dengan
4
perbedaan antara 22 dan 23. Oleh karena itu terhadap bilangan-bilangan itu dapat
dilakukan pengerjaan penambahan atau pengurangan. Ciri lain dari skal interval adalah
adanya titik nol yang bersifat abitrer. Misalnya umur ayah dan umur anaknya diukur dari
titik nol yang berbeda yaitu pada tahun kelahiran masing-masing. Karena sifatnya yang
demikian maka angka-angka ini tidak multiplier.
d) Skala Ratio
Skala ratio sama dengan skala interval, kecuali bahwa titik nolnya bersifat mutlak.
Berat yang diukur dengan gram memiliki titik nol yang sama dimana dan kapan saja, oleh
karena itu sifatnya multiplier. Dilihat dari segi kehalusan pengukuran, skala ratio adalah
yang paling tinggi, disusul dengan skala interval, kemudian skala ordinal dan terkahir
skala nominal. Oleh karena itu skala ratio dapat diubah menjadi skala interval, skala
interval dapat diubah menjadi skala ordinal dan skala ordinal dapat diubah menjadi skala
nominal. Namun yang sebaliknya umumnya tidak dapat dilakukan. Berikut ini adalah
ringkasan mengenai perbedaan dari keempat skala pengukuran tersebut:
4. KUESIONER
5
Dalam melakukan penelitian perlu dilakukan penyusunan instrument pengumpulan
data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan masalah. Kuesioner
merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan pada saat pengumpulan data dalam
suatu penelitian. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh
periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi
atau dengan mengajukan pertanyaan. Kuesioner memiliki peranan penting sebab
didalamnya mencakup semua tujuan dari survei atau penelitian selain itu kuesioner yang
baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Mudah ditanyakan
Mudah dijawab
Mudah diproses
Pengumpulan data menggunakan kuesioner biasanya dilakukan dengan wawancara,
jadi dengan adanya dialog antara pewawancara (interviewer) dengan responden
diharapkan jawaban yang didapatkan menjadi lebih akurat.
6
berikut: “Bagaimana pendapat anda mengenai polusi dan perlunya lebih banyak lagi
peraturan perundang-undangan antipolusi?”
Pertanyaan diatas mempunyai tujuan yang jelas. Selanjutnya pewawancara mencoba
untuk membuat subjek berbicara dengan bebas mengenai sikapnya terhadap polusi. Hal ini
merupakan pertanyaan dengan tujuan terbuka, dan seringkali berakhir dengan wawancara
yang sangat tidak terstruktur.
8
Penggunaan double negative yang merupakan kesalahan. Diusahakan menghindari
membuat pertanyaan misalnya : Tidakkah sebaiknya penderita demam berdarah
tidak…
Penggabungan beberapa pertanyaan ke dalam satu pertanyaan, misalnya : Mengapa
Saudara lebih menyenangi cara pemberantasan penyakit demam berdarah melalui
PSN dengan menggerakan peran serta masyarakat dari pada fogging atau abatisasi
Jangan Sampai terdapat pertanyaan yang mengacu ke jawaban sebelumnya tetapi
tanpa menyebutkan secara jelas yang mana. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan-
pertanyaan yang merefer ke jawaban sebelumnya perlu dicantumkan misalnya :
Sewaktu Saudara melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang PSN, apakah
Saudara mengalami hambatan dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat.
Pertanyaan yang terlalu luas batasannya, misalnya : Beberapa kali Saudara melakukan
supervisi dalam rangka kegiatan program pemberantasan DBD di Puskesmas ? Di sini
batasan waktu terlalu luas, mungkin setahun yang lalu atau bahkan 3 bulan yang lalu.
Sebaiknya diberikan batasan waktu misalnya : Dalam 3 bulan terakhir ini Saudara
berapa kali melakukan supervisi dalam rangka program pemberantasan DBD di
Puskesmas ?
9
pertanyaan "Sudah berapa tahun Saudara tugas di kantor Dinas ini ? Meskipun tidak
tercantum dalam kuesioner, interviewer dapat menambahkan dengan pertanyaan " Sudah
cukup lama juga dinas di sini ? dan seterusnya. Pertanyaan yang sulit yang memerlukan
ingatan sebaiknya ditanyakan menjelang akhir wawancara.
d. Menghindari bias
Kadang-kadang responden mengetahui jawaban yang sebenarnya dari suatu
pertanyaan tetapi dia menolak atau memberi jawaban yang lain. Paling sering ialah tentang
income, oleh sebab itu di saat menanyakan income atau pengeluaran sebaiknya meminta
ditanyakan jumlah tepatnya tetapi dengan menanyakan dalam bentuk "range". Hal lain
adalah penggunaan kata-kata yang agak muluk dan sekaligus mengundang bias misalnya :
responden akan memberi jawaban karena alasan ekonomi. Pada pertanyaan kenapa Ibu
berobat ke dukun, dari pada menjawab ke dukun murah maka kata-kata ekonomi lebih
disenangi dari pada murah meskipun ke duanya mempunyai arti sama. Oleh karena itu
dalam pertanyaan "multiple choice" jawaban-jawabannya hams dipikirkan agar tidak
mengundang bias
e. Mudah mengutarakan
Dalam banyak hal responden mengetahui jawabannya hanya saja mengalami kesulitan
dalam mengutarakan. Dengan bantuan gambar atau rangking kala, responden cukup hanya
menunjuk jawaban mana yang dimaksud dari pada harus menerangkan dengan kata-kata
yang sulit. Contohnya adalah tentang jenis obat yang diminum. Sebaiknya interviewer
membawa berbagai macam obat misalnya pit, kapsul atau cairan dan warnanya untuk
ditunjukkan kepada responden. Responden tinggal memilih atau menunjuk mana yang dia
telah minum dan pada harus menerangkan bentuk dan warnanya dengan kata-kata.
a. Validitas Instrumen
Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk
mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas suatu instrumen berhubungan dengan
tingkat akurasi dari suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur. Selain itu terdapat
beberapa definisi lain tentang validitas diantaranya menurut Fraenkel (1993; 139)
dikatakan bahwa, “ Validitas menunjukkan kesamaan, pengertian maupun penggunaan
masing-masing peneliti yang berbeda dalam mengumpulkan data.” Sedangkan batasan
validitas menurut Sugiyono (2007; 363) dikatakan bahwa,”Validitas merupakan derajat
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti.” Jadi dari kedua pendapat itu jelas batasan validitas adalah
berkenaan dengan derajat ketepatan, antara data obyek sebenarnya dengan data penelitian
Validitas suatu instrumen dapat dikelompokkan menjadi:
1. Validitas teoritik, yaitu validitas yang didasarkan pada pertimbangan para ahli.
Validitas teoritik terdiri dari:
(a) Validitas isi / validitas kurikuler (content validity), yaitu ketepatan suatu
instrumen ditinjau dari segi materi yang diujikan (untuk tes) atau ditinjau dari
segi dimensi dan indikator yang ditanyakan (untuk angket).
(b) Validitas muka / validitas bentuk soal (pertanyaan/pernyataan) (face validity),
yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal/pernyataan/pertanyaan
sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain.
11
Dalam menguji validitas teoritik suatu instrument, sebaiknya melibatkan paling
sedikit 3 orang ahli di bidangnya.
2. Validitas kriterium, yaitu validitas yang ditinjau berdasarkan hubungannya dengan
kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas tes atau angket ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi. Validitas kriterium terdiri dari:
(a) Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang), yaitu
validitas tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi antara nilai-
nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes terstandar
yang telah mencerminkan kemampuan siswa. Catatan: Dalam dunia pendidikan,
biasanya diasumsikan bahwa nilai rata-rata ulangan harian sebagai hasil dari tes
terstandar.
(b) Validitas ramal, yaitu validitas yang berkenaan dengan kemampuan suatu tes untuk
dapat meramalkan keadaan yang akan datang berdasarkan kondisi yang ada
sekarang. Suatu tes seleksi masuk siswa baru haruslah memiliki tingkat validitas
ramal yang tinggi.
Untuk menentukan tingkat validitas kriterium suatu tes dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-
nilai hasil tes yang telah ada dan sudah diketahui atau diasumsikan memiliki validitas
tes yang memadai
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilaitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus
diukur. Menurut Sekaran (2006), reliabilitas atau keandalan suatu pengukuran
menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dan
arena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item
dalam instrument. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi
mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep dan membantu
menilai “ketepatan” sebuah pengukuran. Groth-Marnat (2008) mendefinisikan reliabilitas
suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia
melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu
diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda. Menurut Sugiyono
12
(2007), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
13
Sedangkan penelitian kualitatif dikatakan bersifat reflektf karena penelitian kualitatif
merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih S., validitas penelitian kualitatif dapat dicapai melalui
kombinasi sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu:
a. Pengumpulan data yang relatif lama.
Memungkinkan terkumpulnya data secara lengkap dan ditemukannnya data yang
berangsur sesuai dengan kenyataan.
b. Strategi multi metode.
Kombinasi teknik pengumpulan data, antara lain, wawancara, observasi, studi
dokumenter .
c. Bahasa partisipan kata demi kata.
Pengumpulan data maupun analisis data dilakukan kata demi kata sehingga
mendapatkan rumusan yang rinci.
d. Dekriptor inferensi yang rendah.
Pencatatan yang lengkap dan detil baik untuk sumber situasi maupun orang
menjadikan catatan dimengerti dan tidak menimbulkan apersepsi yang berbeda.
e. Peneliti beberapa orang.
Data deskriptif yang dikumpulkan dan disetujui oleh tim peneliti.
f. Pencatat data mekanik.
Data direkam baik mengggunakan media audio, video, maupun foto sehingga ada
pembuktian sesuai kenyataan.
g. Partisipan sebagai peneliti.
Menggunakan catatan-catatan yang dimiliki partisipan untuk melengkapi.
h. Pengecekan anggota.
Pengecekan data ulang oleh anggota peneliti yang lain.
i. Review oleh partisipan.
Meminta pada partisipan untuk mereview data, dan melakukan sistesis semua hasil
wawancara dan observasi.
j. Kasus-kasus negatif.
Mencari, mencatat, menganalisa, melaporkan data dari kasus-kasus negatif atau yang
berbada dengan pola yang ada.
Menurut Prof. Dr. Sugiyono, pengujian validitas dan reliabilitas data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferability, uji depenability, dan uji
konfirmability.
14
a. Uji Kredilibitas
Uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain :
1) Perpanjangan pengamatan.
Peneliti kembali melakukan pengamatan dilapangan/lokasi penelitian. Artinya
hubungan peneliti dengan partisipan/narasumber semakin akrab, terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2) Peningkatan ketekunan dalam penelitian.
Peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang yang telah ditemukan
salah atau benar. Peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis.
3) Triangulasi.
Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.
· Triangulasi sumber.
· Triangulasi teknik pengumpulan data.
· Triangulasi waktu pengumpulan data.
4) Analisis kasus negatif.
Peneliti mencari data yang berbeda atau behkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuannya, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
5) Memberchek.
Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercek untuk mengetahui sejauhmana data yang diperolh sesuai apa yang
diberikan pemberi data.
b. Uji Transferability
Transferability berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat ditepkan atau
digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil
penelitian dan ada kemungkinan menerapkannya, maka peneliti harus membuat
laporan secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
c. Uji Depenability dan Uji Konfirmability
Uni dependability dilakukan dengan mengaudit seluruh proses penelitian, yaitu
dilakukan oleh auditor yang independen.
Uji Konfirmability hampir sama dengan uji dependability, yaitu menguji hasil
penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian
15
merupakan fungsi dari proses penelitian maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmability. Oleh karena itu dua pengujian ini sering kali dilakukan
bersama-sama.
18
pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur
tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah:
Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di
kabupaten ini?
Sangat bagus
Bagus
Tidak bagus
Sangat tidak bagus
Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya
adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap kebijakan
pemerintah tentang impor gula saat ini? dan bagaimana dampaknya terhadap
pedagang dan petani”.
Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan
malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu
atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara
pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan tentang
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana
harus melakukan wawancara.
Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik / metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
19
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden(Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan
angket yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip penulisan angket
Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa
terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak
terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
Pertanyaan tidak mendua
Tidak menanyakan yang sudah lupa
Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
2. Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan
instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di
teliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus daapat digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel variabel yang diukur.
3. Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data
akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.
Observasi
20
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian
format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalnya memperhatikan
reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat reaksi tersebut, tetapi juga menilai
reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki
(Arikunto, 2006: 229).
21
dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis
perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk
memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
dalam melakukan wawancara, yaitu:
The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang
sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal
yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi
tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang
dibutuhkan.
The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di
dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat
pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan
pendekatan.
The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
Pendahuluan,
Pertanyaan pembuka,
Pertanyaan kunci, dan
Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada
bagian kedua untuk pembuat kalimat pendahuluan dan pernyataan
pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai
pertanyaan kunci.
The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga,
maka disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi
ini mencakup seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi,
strategi pendekatan dan bagaimana pengambilan data dilakukan.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau
berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara
efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui yakni: 1). mengenalkan diri,
2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4).
mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif
sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang
penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1). Ciptakan suasana
22
wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). Cari waktu dan tempat yang telah
disepakati dengan informan, 3). Mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke
yang serius, 4). Bersikap hormat dan ramah terhadap informan, 5). Tidak
menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). Tidak menanyakan hal-hal yang
bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7).
Tidak bersifat menggurui terhadap informan, 8). Tidak menanyakan hal-hal yang
membuat informan tersinggung atau marah, dan 9). Sebaiknya dilakukan secara
sendiri, 10) Ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan
waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-
depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara
terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa
pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan
dilakukan berkali-kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti
menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda
dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni
suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar
pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga
suasana terasa kaku.
Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,
objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1).
Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok.
Berikut penjelasannya:
23
Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian
informan.
Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim
peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta
yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa
dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77). Pengambilan data melalui dokumen
tertulis maupun elektronik dari lembaga / institusi. Dokumen diperlukan untuk
mendukung kelengkapan data yang lain.
24
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan
sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan,
menjeleskan), karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek),
sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat understanding (memahami) terhadap
fonemena atau gejala sosial, karena bersifat to learn about the people (masyarakat
sebagai subyek). Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya
bisa berupa benda, gerak atau proses tertentu. Contohnya penelitian yang mengamati
tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung, sedangkan objek penelitiannya
adalah pertumbuhan jagung. Jadi yang dimaksud sumber data dari uraian diatas
adalah subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data dapat berupa benda,
gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Ketepatan memilih dan menentukan jenis
sumber data akan menentukan kekayaan data yang diperoleh. Jenis sumber data
terutama alam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Narasumber (informan)
Dalam penelitian kuantitatif sumber data ini disebut”Responden”, yaitu orang yang
memberikan “Respon” atau tanggapan terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh
peneliti. Sedangkan pada penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting,
bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena
itu, ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi,
sumber data) atau disebut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku
yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian berdasarkan informasi yang
diberikan.
25
atau aktivitas, peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi verbal yang
diberikan oleh subyek yang diteliti.
b. Jenis Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan
sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan,
menjelaskan), karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek),
sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat understanding (memahami) terhadap
fonemena atau gejala sosial, karena bersifat to learn about the people (masyarakat
sebagai subyek).
Jenis data berdasarkan sifatnya data dibedakan menjadi :
* Data kualitatif, yaitu data yang berupa kategori. Contoh: rusak, baik, senang,
puas, berhasil, gagal dan sebagainya.
* Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk bilangan atau angka. Contoh: 1
m, 2 m, 3 meja, 1 kursi dan sebagainya.
26
* Data kontinu, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Contoh: Jarak
tempuh dari rumah ke kampus (km), Hasil Panen Petani A (ton), Prestasi
belajar mahasiswa B (IPK), Keterampilan pegawai C (menit).
27
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Donald R & Schindle, Pamela S. 2006. Metode Riset Bisnis, Volume 2, Edisi
9. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Indriantoro, Nur & Supono, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
& Manajemen. Yogyakarta:BPFE-UGM.
Kuncoro. Mudrajad. 2013. Metodologi Riset untuk Bisnis & Ekonomi; Bagaimana Meneliti
dan Menulis Tesis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sekaran, Uma & Bougie, Roger. 2010. Research Methods for Business, Fifth Edition. New
York: Wiley. (dalam bentuk e-book)