Anda di halaman 1dari 13

Nama : 1. M.

Zaini Khalid 1710914310044


2. Stephen Sanjaya SS 1710914310086
3. Fathiya Rosyada 1710914320026
4. Rissa Purnama Meidela 1710914320074
5. Widya Maulida I 1710914320089
Kelas :B
Mata kuliah : Psikologi Eksperimen
Dosen : Rika Vira Zwagery S.Psi., M.Psi, Psikolog
Kelompok : 6 (kelompok kecil)

VALIDITAS EKSPERIMEN

A. Pengertian Validitas Eksperimen


Seperti yang kita ketahui eksperimen psikologi ditandai dengan adanya
manipulasi variabel independen atau dinamakan juga sebagai perlakuan (treatment).
Peneliti akan memunculkan variasi variabel independen atau disebut kondisi perlakuan
(treatment condition) untuk dikaji pengaruhnya terhadap variabel dependen. Kemudian
peneliti melakukan analisis data dengan statistik dan membuat kesimpulan atau inferensi
berdasarkan hasil analisis statistik tersebut.
Validitas eksperimen menunjuk pada kebenaran sebuah inferensi, sebab ketika
kita menyatakan sesuatu adalah valid maka kita membuat penilaian mengenai sejauh
mana bukti yang relevan mendukung kebenaran atau kesalahan inferensi tentang sesuatu
itu (Shadish dkk, 2002, hal. 34).
Shadish dkk (2002) membagi empat tipe validitas :
1. Validitas Konklusi Statistik
Validitas inferensi mengenai korelasi (kovariasi) antara perlakuan dengan dampak
perlakuan.
2. Validitas Internal
Validitas inferensi mengenai apakah kovariasi yang teramati antara perlakuan (A)
dengan dampak perlakuan (B) mencerminkan sebuah hubungan kausal dari A ke B
sebagaimana variabel tersebut dimanipulasi atau diukur.
3. Validitas Konstruk
Validitas inferensi mengenai konstruk tingkat lebih tinggi yang merepresentasikan
sampel khusus.
4. Validitas Eksternal
Validitas inferensi mengenai apakah hubungan sebab-efek berlaku sepanjang variasi
orang, seting, variabel perlakuan dan variabel pengukuran.

B. Pengujian Validitas Eksperimen


1. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity).
Untuk menguji validitas kosntruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli.
Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
Misalnya akan dilakukan pengujian validitas kosntruksi melalui analisis faktor
terhadap isntrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini
variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil konsultasi
ahli, indikator prestasi kerja kerja pegawai meliputi dua faktor yaitu :
 Kualitas hasil kerja, dan
 Kecepatan kerja.
Selanjutnya, indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi tiga
pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan.
Instumen yang terdiri 7 butir pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5
pegawai sebagai responden untuk menjawabnya. (Dalam prakteknya menggunakan
sekitar 30 responden). Jawaban 7 responden ditunjukkan dalam mengisi angka 1
sampai 4. Arti angka : 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah
prestasinya.
Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dnegan
mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor
tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas maka faktor tersebut merupakan konstruk
yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrument
tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity).
Untuk instrument yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Seorang dosen yang memberi ujian diluar pelajaran yang telah ditetapkan,
berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrument
yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi
dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau
rancangan yang telah ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen.
Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan
nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis.
Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat butir-butir (item)
pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrument lebih
lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan
dianalisis dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda
dilakukan dengan menguji signifikasi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan
27% skor kelompok bawah.
3. Pengujian Validitas Eksternal.
Validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan
catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah
terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka
dapat dinyatakan instrument tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.
Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan
mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula.
Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan
atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan
validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrumen,
maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.

C. Ancaman Terhadap Validitas


Ancaman terhadap validitas dalam eksperimen terjadi karena alasan khusus
seperti kenapa kita bisa salah saat mengambil inferensi mengenai kovariasi, sebab mapun
efeknya, setting, mengenai apakah hubungan kausal berlaku bagi variasi orang,
pemberian perlakuan dan dampak yang terjadi dari perlakuan.
Ancaman terhadap validitas eksperimen dalam proses empiris didapatkan
berdasarkan komentar kritis pada eksperimen yang telah dibuat sebelumnya dan
kebanyakan ancaman tersebut secara teoritis bersifat biasa. Dalam empiris sendiri,
ancaman yang lama akan berganti dengan ancaman yang baru, ancaman-ancaman
tersebut akan berubah seiring perkembangan jaman.

Berikut ini adalah empat tipe validitas beserta ancamannya :

A. Validitas Konklusi Statistik

Terdapat inferensi statistik yang saling berhubungan yang mempengaruhi


komponen kovariasi inferensi kausal, yaitu :

1. Apakah sebab dan efek berkovariasi


2. Seberapa kuat keduanya berkovariasi

Mengacu pada kesesuaian pengguna pada teknik statistik untuk membuat


inferensi tersebut apakah variabel dependen dan variabel independen berkovariasi.
Validitas konklusi statistis dengan dua inferensi statistik diatas diketahui saling
berkaitan. Dalam hal implikasi dari hasil statistik peneliti bisa salah menyimpulkan
sebab dengan efek yang tidak berkovariasi. Terdapat kekeliruan yang terjadi dalam
mengimplikasikan hasil statistik dan menjadikannya tidak signifikan. Hal seperti itu bisa
menjadikannya sebagai konsekuensi yang serius.
B. Ancaman Terhadap Validitas Konklusi Statistik

Alasan terjadinya ancaman terhadap validitas konklusi statistik adalah karena


adanya kemungkinan peneliti salah dalam membuat inferensi mengenai adanya kovariasi
antara dua variabel serta besarnya kovariasi antara dua variabel tersebut.

Berikut adalah daftar ancaman terhadap validitas konklusi statistik :


1. Power statistik yang rendah : sebuah eksperimen yang memiliki kekuatan yang tidak
memadai kemungkinan akan mendapatkan kekeliruan dalam menyimpulkan
hubungan antara perlakuan dengan dampak perlakuan yang tidak signifikan.
2. Pelanggaran terhadap asumsi uji statistik : dapat menghasilkan estimasi terlalu tinggi
ataupun estimasi terlalu rendah baik tentang besar dan signifikansi sebuah pengaruh.
3. Permasalahan fishing and error rate : uji terhadap hubungan signifikan yang
dilakukan secara berulang kali, apabila tidak dikoreksi dapat membuat inflasi
signifikansi statistik.
4. Alat ukur yang tidak reliabel : Kesalahan dalam pengukuran akan melemahkan
hubungan antara dua variabel dan memperkuat atau melemahkan hubungan antara
tiga atau lebih variabel.
5. Pembatasan kisaran : kisaran yang terinduksi pada sebuah variabel biasanya dapat
melemahkan hubungan dengan variabel lain.
6. Ketidakreliabelan penerapan perlakuan : pengaruh mungkin lebih rendah jika sebuah
perlakuan hanya diterapkan secara baku dan pada sebagian responden saja.
7. Varians luar setting eksperimen : Sejumlah fitur satu setting eksperimen
kemungkinan membuat inflasi kesalahan sehingga proses pendeteksian sebuah
pengaruh akan lebih sulit.
8. Heterogenitas unit : Peningkatan variabilitas pada variabel dependen dilakukan
dalam kondisi perlakuan dapat meningkatkan varians kesalahan sehingga proses
pendeteksian sebuah pengaruh akan lebih sulit.
9. Estimasi besarnya pengaruh yang tidak cermat : terdapat analisis statistik yang
membuat estimasi terlalu tinggi atau terlalu rendah terhadap besarnya sebuah
pengaruh.
C. Validitas Internal

Validitas internal adalah derajat bias dari suatu studi penelitian atau tingkat di
mana hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya karena keakuratan alat ukur.
Validitas internal mengacu pada kemampuan alat ukur untuk membuat penjelasan yang
masuk akal mengenai hasil penelitian yang didapatkan, sedangkan validitas
internal lebih mengacu pada generalisasi hasil penelitian studi.

Validitas internal merujuk pada validitas inferensi mengenai apakah kovariasi


yang teramati antara A dan B mencerminkan sebuah hubungan kausal dari A ke B
sebagaimana variabel tersebut dimanipulasi atau diukur.

Validitas internal merupakan validitas yang berhubungan dengan sejauh mana


hubungan antar variabel dalam penelitian. Validitas internal bertujuan untuk
memastikan tidak adanya bias dalam penelitian sehingga hasil penelitian dapat
dipercaya dan bermakna.

D. Ancaman Terhadap Validitas Internal

Alasan-alasan mengapa inferensi bahwa ada hubungan kausal antara dua variabel
mungkin tidak benar:

1. Presedensi temporal yang kabur: Kurangnya kejelasan variabel mana yang terjadi
lebih dahulu mungkin akan menghasilkan kebingungan mengenai variabel mana
yang menjadi penyebab dan mana yang menjadi efek/akibat.
2. Seleksi: Perbedaan sistematik ciri responden diantara kelompok eksperimen dan
kontrol yang dapat juga menghasilkan efek yang teramati.

3. Sejarah: Kejadian yang berlangsung pada saat bersamaan dengan perlakuan dapat
menghasilkan efek yang teramati.

4. Maturasi: Perubahan yang terjadi secara alamiah sepanjang waktu dapat keliru dikira
sebagai efek perlakuan.

5. Regresi: Jika unit diseleksi berdasar sekor ekstrim, mereka seringkali akan
mempunyai sekor yang kurang ekstrim pada variabel lain (termasuk sekor pada
pemberian tes ulang), sebuah kejadian yang dapat keliru dikira sebagai efek
perlakuan.

6. Atrisi atau mortalitas: Mundurnya/ hilangnya responden saat perlakuan atau saat
pengukuran dapat menghasilkan efek artifaktual jika peristiwa kehilangan tersebut
secara sistematis berkorelasi dengan kondisi perlakuan

7. Pengujian: Paparan sebuah tes dapat mengubah sekor pada paparan tes selanjutnya,
sebuah peristiwa yang dapat keliru dikira sebagai efek perlakuan.
8. Instrumentasi: Sifat-dasar sebuah instrumen pengukuran mungkin berubah dalam
cara tertentu sesuai dengan perubahan waktu atau kondisi sehingga perubahan
tersebut dapat keliru dikira sebagai efek perlakuan.
9. Efek aditif dan interaktif ancaman terhadap validitas internal: Pengaruh sebuah
ancaman dapat ditambahkan dengan pengaruh ancaman lain.

E. Validitas Konstruk

Validitas Konstruk merupakan bentuk generalisasi dari definisi operasional


khusus ke arah yang lebih luas, yang merupakan pecahan dari validitas eksternal.
Menurut Cook dan Campbell (1979) validitas konstruk hanya menyangkut generalisasi
dari konstruk perlakuan dalam suatu eksperimen (t) ke konstruk perlakuan yang
cakupannya lebih luas dan tinggi (T), serta dampak perlakuan dari konstruk observasi
yang terdapat dalam sebuah eksperimen (o) ke konstruk observasi dampak perlakuan
yang lebih luas dan tinggi (O). Sedangkan menurut Shadish dkk (2002), validitas
konstruk memenuhi cakupan yang lebih luas ke semua unsur yang terdapat di dalam
suatu eksperimen (utos) yaitu dari konstruk u ke U, dari konstruk t ke T, dari konstruk o
ke O, dan dari konstruk s ke S. Generalisasi utos ke UTOS merupakan validitas konstruk.
Dengan kata lain, validitas konstruk adalah validitas inferensi/kesimpulan mengenai
konstruk pada sampel khusus yang merepresentasikan konstruk dalam bentuk yang lebih
luas dan tinggi.

Contoh dari validitas konstruk yaitu:


Utos : Pengaruh kursus singkat tentang pembedahan dengan cara tur keliling rumah
sakit yang dipimpin perawat terhadap menurunnya pemakaian obat analgesik serta
meningkatnya kegiatan hidup sehari-hari para pasien bedah perut atau dada di
rumah sakit kota Montreal.

UTOS : Pengaruh pendidikan kepada pasien terhadap pemulihan fisik para pasien bedah
di rumah sakit.

t : Kursus singkat tentang pembedahan dengan cara tur keliling rumah sakit yang
dipimpin perawat

T : Pendidikan terhadap pasien

o : Pemakaian obat analgesik serta meningkatnya kegiatan hidup sehari-hari

O : Pemulihan fisik

u : Para pasien perut atau dada

U : Para pasien bedah

s : Rumah sakit kota Montreal

S : Rumah sakit

F. Ancaman Terhadap Validitas Konstruk

Validitas konstruk memiliki ancaman-ancaman berupa alasan-alasan mengapa


inferensi mengenai konstruk memberikan ciri khas pada definisi operasional sebuah
penelitian itu bisa jadi keliru. Diantaranya adalah:

1. Ketidaktepatan perumusan konstruk


Kegagalan dalam merumuskan suatu konstruk dapat membuahkan inferensi yang
keliru pula mengenai hubungan antara definisi operasional dengan konstruk.
2. Pencemaran konstruk
Definisi operasional yang berisikan lebih dari satu konstruk dan kegagalan untuk
mendeskripsikannya bisa jadi menyebabkan inferensi yang dihasilkan tidak
sempurna.
3. Bias rumusan operasional-tunggal
Definisi operasional suatu konstruk yang kurang merepresentasikan konstruk yang
bersangkutan maupun yang mengukur konstruk mungkin tidak relevan sehingga
menyebabkan inferensi yang rumit.
4. Bias metode tunggal
Ketika semua definisi operasional menggunakan metode yang sama maka metode itu
sendiri bisaj jadi merupakan bagian dari konstruk yang dipelajari.
5. Pencemaran konstruk dengan level konstruk
Kegagalan dalam mendeskrisikan level tertentu konstruk yang diteliti secara aktual.
6. Struktur faktorial yang peka terhadap perlakuan
Struktur sebuah pengukuran yang mungkin berubah akibat satu perlakuan, yang
mungkin tersembunyi apabila metode skoring selalu sama.
7. Perubahan laporan diri yang bersifat reaktif
Laporan diri yang dipengaruhi motivasi partisipan yang berubah ketika berada dalam
kondisi perlakuan.
8. Reaktivitas terhadap situasi eksperimen
Persepsi partisipan akan situasi eksperimen yang merupakan bagian dari konstruk
perlakuan sebenarnya yang diteliti.
9. Harapan eksperimenter
Eksperimenter yang dapat memengaruhi respons partisipan dengan cara
mengirimkan harapan akan respons yang diinginkan.
10. Efek kebaruan dan gangguan
Partisipan mungkin akan bereaksi positif terhadap inovasi yang baru dan bersikap
negatif ketika diberikan situasi yang mengganggu rutinitas mereka, respons yang
harus dimasukkan sebagai bagian dari konstruk perlakuan.
11. Penyamaan kompensatoris
Pemberian hadiah atau penghargaan yang sama antara mereka yang menerima
perlakuan dan tidak menerima perlakuan, yang wajib dimasukkan dalam deskripsi
konstruk perlakuan.
12. Persaingan kompensatoris
Partisipan yang tidak menerima perlakuan akan mencoba untuk berperilaku sebaik
pertisipan yang menerima perlakuan.
13. Demoralisasi kebencian
Partisipan yang tidak menerima perlakuan mungkin akan benci atau demoral
sehinggal menjadi bagian dari konstruk perlakuan.
14. Difusi perlakuan
Partisipan yang mungkin mendapatkan jasa dari kondisi perlakuan yang bukan
tempatnya mereka ditempatkan, yang membuat deskripsi dalam konstruk perlakuan
sulit digambarkan.
G. Validitas Eksternal
Validitas eksternal merujuk pada inferensi sejauhmana sebuah hubungan kausal
berlaku sepanjang variasi orang, seting, perlakuan serta dampak perlakuan (Shadish
dalam Hastjarjo, 2011). Dalam validitas eksternal terdapat permasalahan hubungan
kausal berlaku, yaitu :
1. Sepanjang variasi orang, setting, perlakuan dan dampak perlakuan dalam eksperimen
yang telah dilakukan
2. Bagi orang, setting, perlakuan dan dampak perlakuan yang tidak terdapat pada
eksperimen yang telah dilakukan

Sasaran pada generalisasi ada bermacam-macam :

1. Dari sempit ke luas : misalnya sebuah eksperimen mengenai suatu kedisiplinan yang
dilakukan di kota jakarta apakah dapat diberlakukan secara umum ke suluruh
populasi negara indonesia.
2. Dari luas ke sempit : seperti melakukan eksperimen mengurangi trauma pada
populasi di lombok mengenai tsunami apakah dapat diterapkan ke kelompok-
kelompok yang lebih kecil.
3. Pada level sama : sebuah eksperimen dengan sampel yang berbeda namun level
agresinya setingkat.
4. Kepada jenis yang sama atau berbeda : misal seperti hasil eksperimen disebuah
perusahaan minuman A ke perusahaan minuman B.
5. Sampel acak ke anggota populasi : generalisasi terjadi karena adanya sampel dari
hasil pemilihan secara acak ke anggota populasi dari mana sampel tersebut diacak.
H. Ancaman Terhadap Validitas Eksternal

Ancaman terhadap validitas eksternal dikemas dalam interaksi hubungan sebab


akibat dengan unit, perlakuan, dampak perlakuan dan seting. Konsep yang
melatarbelakangi interaksi itu lebih penting: mencari cara mengapa sebuah hubungan
sebab akibat dapat atau tidak dapat berubah sepanjang variasi orang, perlakuan, dampak
perlakuan dan seting

Ancaman terhadap validitas eksternal adalah alasan-alasan mengapa inferensi


mengenai hasil eksperimen dapat berlaku sepanjang variasi orang, seting, perlakuan dan
dampak perlakuan mungkin salah. Berikut adalah daftar ancaman terhadap validitas
eksternal sebuah eksperimen

1. Interaksi antara hubungan sebab akibat dengan unit: sebuah efek yang ditemukan
dengan jenis unit tertentu mungkin tidak berlaku seandainya unit lain yang telah
diteliti.
2. Interaksi antara hubungan sebab akibat dengan variasi perlakuan: sebuah efek yang
ditemukan dengan sebuah variasi perlakuan tertentu mungkin tidak berlaku dengan
variasi lain perlakuan tersebut, atau jika perlakuan itu dikombinasikan dengan
perlakuan lain, atau jika hanya sebagian dari perlakuan itu digunakan.
3. Interaksi antara hubungan sebab akibat dengan dampak perlakuan: Sebuah efek yang
ditemukan dengan satu jenis observasi dampak perlakuan mungkin tidak berlaku jika
jenis lain observasi dampak perlakuan digunakan.
4. Interaksi antara hubungan kausal dengan seting: Sebuah efek yang ditemukan dengan
satu jenis seting mungkin tidak berlaku jika jenis seting lain digunakan.
5. Mediasi tergantung konteks: sebuah mediator yang menjelaskan hubungan kausal
dalam satu konteks mungkin tidak akan memediasi dalam konteks lain.
Judul Eksperimen

Judul Penelitian : Pengaruh motivasi dari orang tua terhadap semangat belajar pada
anak.
Variabel Bebas : Motivasi dari orang tua
Variabel Tergantung : Semangat belajar pada anak
Variabel Kontrol : Usia anak, jenjang pendidikan anak
Desain Penelitian : Pretes Postes antar-Kelompok, subjek Random
Subjek Penelitian : Anak-anak kelas 3 SMA.
Analisa : Analisis regresi

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

(R) Eksperimen O1 X O2

(R) Kontrol O3 - O4
DAFTAR PUSTAKA

Hastjarjo, T. Dicky. (2011). Validitas Eksperimen. Buletin Psikologi. Vol. 19. No. 2 :70-80.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai