Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Banyaknya korban meninggal dunia pada pemilu 2019”

Anggota Kelompok :
Ade Jordy Setiawan (1402619044)
Chairunnisa Az-zahra Pohan (1402619058)
Cindy Adria Ananda P (1402619035)
Dea Nur Anggraini (1402619023)
Pratiwi Ananda Yulianti (1402619037)
Shaquila (1402619079)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul “banyaknya korban jiwa
pada pemilu 2019”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pancasila kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 16 Desember 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan pemilu 2019 menelan banyak korban?
2. Dimana letak persebaran para korban?
3. Siapakah yang harus bertanggung jawab pada masalah tersebut?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan pemerintah terhadap masalah tersebut?
5. Apa sajakah contoh kasus terkait masalah tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara jelas sebab dari banyaknya korban yang meninggal dunia pada
pemilu 2019 dan untuk mengantisipasi terjadinya lagi kasus tersebut
2. Untuk mengetahui dimana sajakah letak persebaran atau daerah-daerah yang banyak
menelan korban jiwa pada pemilu 2019
3. Untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab atas terjadinya kasus tersebut
4. Untuk mengetahui dan memahami apa upaya yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi masalah tersebut dan untuk memberikan solusi kepada masyarakat terkait
kasus tersebut
5. Agar dapat mengetahui lebih jelas korban-korban yang telah mengalami kasus tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Pemilu 2019 Memakan Banyak Korban

Menurut laporan Ketua KPU, Arief Budiman, hingga senin (22/4/2019) sudah ada
puluhan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia.
“Terkait jumlah sementara, pukul 15.00 WIB KPPS yang tertimpa musibah 90 orang meninggal
dunia, 374 orang sakit,” ujar Arief di Kantor KPU, Jakarta (22/4/2019).
Pihak KPU telah mengonfirmasi bahwa sebagian besar kasus-kasus itu terkait dengan faktor
kelelahan kerja. Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi
Anggraini, juga menyebut bahwa Pemilu 2019 ini memakan korban paling banyak dibanding
Pemilu tahun-tahun sebelumnya.
Dalam riset berjudul Disproporsional Beban Tugas KPPS : Studi Integritas Pemilu
(2017), ia menjelaskan bahwa permasalahan ini salah satunya dipicu oleh manajemen KPPS
yang kurang cermat. Ditambah lagi pemilu Pilpres dan Pileg digelar secara serentak yang dimana
hal itu memerlukan tenaga yang lebih ekstra lagi.
Ada sebagian anggota yang beban kerjanya lebih besar dibandingkan anggota lain, selain itu para
anggota KPPS ditugaskan bekerja lebih dari 18 jam sehari.
Akibatnya, banyak anggota KPPS yang kelelahan dan jatuh sakit hingga mereka menjadi rentan
lalai dalam mengerjakan tugas administrasi, pengesahan surat suara, perhitungan suara, dan tugas
lainnya.
Untuk mencegah hal tersebut agar tidak terulang lagi, Andrie (2017) mengusulkan agar
pemerintah dapat mendesai ulang panduan KPPS yaitu dengan pembagian beban kerja yang
proporsional. Hal ini sekiranya perlu dilakukan selain untuk keselamatan kerja, penting juga
untuk mengurangi terjadinya malpraktik atau human error dalam pemilu.
Selain mendesain ulang manajemen KPPS, penyelenggara Pemilu juga bisa dibuat lebih
efisien yaitu dengan sistem Pemilu Elektronik atau e-voting. Dengan e-voting beban dan resiko
kerja anggota KPPS dapat diminimalisir. Pelaksanaa e-voting ini sebenarnya sama dengan
pemilu biasanya, hanya saja ada sejumlah proses yang dikomputerisasi. Selain itu Andrari
meyakinkan bahwa sistem e-voting ini aman dari ancaman peretas atau hacker. Keamanannya
lebih terjamin lagi dengan bantuan pengawasan dari pihak berwenang.
2.2 Letak Persebaran Korban
Jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 yang meninggal dunia terus bertambah. Data
sementara secara keseluruhan petugas yang tewas mencapai 554 orang, baik dari pihak Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) maupun personel Polri.

Berdasarkan data KPU, jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara


(KPPS) yang meninggal sebanyak 440 orang. Sementara petugas yang sakit 3.788 orang. Jumlah
itu bertambah dari hari sebelumnya yaitu 424 orang. Begitu pula dengan petugas yang sakit juga
bertambah dari hari sebelumnya yang mencapai 3.668 orang.

Pihak KPU akan memberikan santunan kepada petugas KPPS yang sakit maupun
meninggal. Bagi petugas yang meninggal, KPU memberikan Rp36 juta per orang. Sedangkan
untuk petugas KPPS yang mengalami cacat, KPU memberikan bantuan sebesar Rp30,8 juta per
orang, luka berat Rp16,5 juta per orang dan luka sedang Rp8,25 juta per orang.  KPU
menargetkan verifikasi petugas KPPS yang meninggal dan sakit saat bertugas selama Pemilu
2019 selesai sebelum 22 Mei 2019.

Sementara Bawaslu mencatat jumlah petugas Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang
meninggal dunia selama melaksanakan tugasnya sebanyak 92 orang. Data ini berdasarkan
catatan yang dimiliki Bawaslu. Ketua Bawaslu, Abhan, mengatakan 92 anggota Panwaslu dari
sejumlah daerah itu meninggal saat melaksanakan tugasnya dalam mengawasi pemilu serentak
yang terdiri atas 74 laki-laki dan 18 perempuan. Selain itu, sebanyak 398 orang masih rawat inap
di rumah sakit, 1.592 rawat jalan, 250 orang mengalami kecelakaan, 14 orang cacat tetap, dan 14
petugas mengalami keguguran.

Abhan menyebut anggota panwaslu yang meninggal sebagai pahlawan dan pejuang
demokrasi. Mereka telah melakukan pengawasan Pemilu 2019 dengan sebaik-baiknya. Bawaslu
memberikan santunan dan piagam penghargaan kepada petugas yang wafat. Besaran santunan itu
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan Kementerian Keuangan. Untuk korban meninggal
dunia diberi Rp36 juta ditambah santunan dari internal Bawaslu.
Sementara Mabes Polri mencatat anggotanya yang tewas saat mengamankan Pemilu 2019
hingga 29 April 2019 lalu berjumlah 22 orang. Anggota Polri yang meninggal dinilai keletihan
karena mengawal proses panjang Pemilu. Polri akan memberikan hak para personel Polri yang
gugur tersebut. Para personel Polri yang gugur tersebut bakal mendapatkan asuransi risiko
kematian, santunan, dan beasiswa untuk anaknya. Selain itu, para personel yang gugur tersebut
juga akan mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa.

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Mardani Ali Sera, meminta KPU segera mengumumkan
data lengkap terkait 440 petugas KPPS yang meninggal. Mardani pun mendukung pemerintah
dan DPR segera melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan pemilu serentak
2019. Komisi II DPR RI merupakan mitra kerja KPU. Mardani menyatakan banyak hal yang
perlu diaudit terhadap pelaksanaan kualitas pemilu kali ini. Terlebih, Pemilu 2019 menimbulkan
banyak korban jiwa dari petugas penyelenggara pemilu.

2.3 Pihak yang Harus Bertanggung Jawab

Pihak yang seharusnya bertanggung jawab akibat tragedi pemilu 2019 yang memakan
banyak korban ialah pemerintah dan petugas KJPU yang mengawasi di TPS

Kenapa pemerintah? Karena pada tahun ini merupakan pemilu pertama kali yang
diselenggarakan serentak di seluruh indonesia. Baik itu eksekutif maupun legislatif yang dipilih
serentak pada hari dan waktu yang bersamaan. Tentu pasti akan menimbulkan beberapa masalah
dan masalah yang paling utama ialah kematian dari para petugas KPU yang kelelahan saat
bertugas. Apalagi kesehatan fisik orang berbeda-beda. Pemerintah perlu memperhatikan
kesehatan fisik dari para petugas KPU. Seharusnya pemerintah menyediakan tenaga medis untuk
berjaga di setiap TPS. Apalagi kesehatan dari para petugas TPS adalah hal terpenting terlebih ini
adalah pemilu pertama di Indonesia yang diselenggarakan serentak. Tenaga medis diperlukan
untuk mencegah para petugas KPU dari kelelahan.

Kedua, kenapa petugas KPU yang mengawasi di TPS? Karena seharusnya mereka
mengawasi siapa saja yang sudah terlihat kelelahan dan sakit, juga sebaiknya mereka
mengadakan shift untuk bergantian dalam menjaga TPS. Dengan begitu para petugas KPU tidak
begitu kelelahan saat perhitungan suara dimulai.
2.4 Upaya yang Perlu Dilakukan

Bagaimana upaya yang bisa dilakukan pemerintah terhadap kasus petugas KPPS yang
meninggal dunia akibat pesta demokrasi?

Petama, pemerintah yang tidak langsung sigap membentuk tim investigasi untuk
menyelidiki lebih lanjut terkait kasus petugas kpps yang meninggal dunia. Dikarenakan
Kemenkes menekankan tidak ada petugas KPPS dalam Pemilu 2019 yang meninggal disebabkan
kelelahan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkes drg Oscar Primadi MPH mengatakan, banyak
petugas KPPS yang meninggal dunia justru lantaran penyakit bawaan yang diidapnya.
“Kelelahan tersebut sebagai pemicu penyakit yang diderita petugas itu menjadi parah dan
menyebabkan kematian,” pemerintah menekankan bahwa kelelahan akibat bekerja di KPU
bukanlah penyebab dari meninggalnya para petugas KPPS tersebut melainkan penyakit bawaan
sebelum menjadi anggota KPPS. Namun pernyataan ini dibantah oleh dr Firman Hendrik SpS,
dokter Spesialis Saraf (Neurologi) Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu mengatakan, faktor
kelelahan bisa menjadi penyebab kematian ratusan KPPS. “Kelelahan dapat mengakibatkan
stroke dan serangan jantung. Maka kematian dapat disebabkan oleh serangan jantung dan stroke
tersebut,” beliau menyatakan serangan jantung disebabkan karena kelelahan itu sendiri, hal inilah
yang menyebabkan banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia.

Kedua, menyediakan anggaran untuk santunan korban. Para korban telah dipastikan
mendapat santunan setelah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengeluarkan surat nomor
S-316/MK.02/2019 tertanggal 25 April 2019. Dalam surat itu disebutkan besaran santunan bagi
penyelenggara Pemilu yang meninggal dunia adalah Rp36 juta. Bagi penyelenggara yang
mengalami cacat permanen karena bertugas diberikan santunan Rp30 juta. Kemudian, dana
santunan Rp16,5 juta diberikan kepada petugas yang luka berat. Adapun mereka yang
mengalami luka sedang mendapat santunan Rp8,25 juta.

Ketiga, pemberian penghargaan kepada petugas KPPS yang gugur dalam pemilu tahun
2019. Para petugas KPPS yang gugur pada pemilu kali ini diberikan penghargaan karena telah
berkontribusi besar dalam melakukan tugas negara serta telah menanggung beban kerja yang
berat yang mengakibatkan meninggal dunia akibat kelalahan itu sendiri. Serta keluarga korban
diberikan santunan dan diucapkkannya bela sungkawa atas kehilangan yang mendalam bagi
anggota keluarga.

Keempat, pemerintah harus mengevaluasi pemilu 2019 agar tidak terjadi lagi kasus
seperti ini dipemilu yang akan datang. "Saya sebagai Mendagri dan atas nama pemerintah sangat
prihatin banyaknya musibah, wafatnya, sakitnya anggota KPPS dan anggota Polri serta TNI
wafat, karena tanggung jawab yang berat di lapangan. Hal Ini tentunya akan menjadi catatan
evaluasi pemerintah setelah selesainya pileg dan pilpres serentak tahun 2019 ini," kata Tjahjo.
Namun terlepas dari siapa yang harus disalahkan, sesungguhnya tak ada yang harus disalahkan
terhadap kasus ini. Keduanya mungkin berperan dalam kematian itu. misal dr pemerintah pasti
membuat peraturan atau tugas khusus yang mengharuskan panitia tersebut memang mentaatinya.
Serta mungkin bisa juga panitia tersebut yang salah sendiri. Misal kondisi yang tidak baik namun
dia tetap maksa untuk bekerja menjalankan tugasnya dan melalaikan kesehatan nya.

2.5 Contoh Kasus

Jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 yang meninggal dunia terus bertambah. Data


sementara secara keseluruhan petugas yang tewas mencapai 554 orang, baik dari pihak Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) maupun personel Polri.
Berdasarkan data KPU per Sabtu (4/5) pukul 16.00 WIB, jumlah petugas Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sebanyak 440 orang. Sementara
petugas yang sakit 3.788 orang. Jumlah itu bertambah dari hari sebelumnya yaitu 424 orang.
Begitu pula dengan petugas yang sakit juga bertambah dari hari sebelumnya yang mencapai
3.668 orang. Anggota KPU Eni Novida Ginting mengatakan pihaknya akan memberikan
santunan kepada petugas KPPS yang sakit maupun meninggal. Bagi petugas yang meninggal,
KPU memberikan Rp36 juta per orang. Sedangkan untuk petugas KPPS yang mengalami cacat,
KPU memberikan bantuan sebesar Rp30,8 juta per orang, luka berat Rp16,5 juta per orang dan
luka sedang Rp8,25 juta per orang.
KPU menargetkan verifikasi petugas KPPS yang meninggal dan sakit saat bertugas
selama Pemilu 2019 selesai sebelum 22 Mei 2019. Sementara Bawaslu mencatat jumlah petugas
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang meninggal dunia selama melaksanakan tugasnya
sebanyak 92 orang. Data ini berdasarkan catatan Bawaslu pada Kamis (2/4). Ketua Bawaslu
Abhan mengatakan 92 anggota Panwaslu dari sejumlah daerah itu meninggal saat melaksanakan
tugasnya dalam mengawasi pemilu serentak. "Sebanyak 92 orang ini terdiri atas 74 laki-laki dan
18 perempuan," kata Abhan dikutip Antara. Selain itu, sebanyak 398 orang masih rawat inap di
rumah sakit, 1.592 rawat jalan, 250 orang mengalami kecelakaan, 14 orang cacat tetap, dan 14
petugas mengalami keguguran. Abhan menyebut anggota panwaslu yang meninggal sebagai
pahlawan dan pejuang demokrasi. Mereka telah melakukan pengawasan Pemilu 2019 dengan
sebaik-baiknya. Ketua Bawaslu Abhan (kanan) di kantornya, Jakarta. (CNN Indonesia/Safir
Makki).

Bawaslu memberikan santunan dan piagam penghargaan kepada petugas yang wafat.
Besaran santunan itu sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan Kementerian Keuangan. Untuk
korban meninggal dunia diberi Rp36 juta ditambah santunan dari internal Bawaslu. Sementara
Mabes Polri mencatat anggotanya yang tewas saat mengamankan Pemilu 2019 hingga 29 April
2019 lalu berjumlah 22 orang. Anggota Polri yang meninggal dinilai keletihan karena mengawal
proses panjang Pemilu.

"Personel Polri yang gugur pada tahapan pengamanan Pemilu 2019 sampai hari ini 22 orang,"
kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Mabes
Polri, Senin (29/4) lalu. Asep menuturkan Polri akan memberikan hak para personel Polri yang
gugur tersebut. Para personel Polri yang gugur tersebut bakal mendapatkan asuransi risiko
kematian, santunan, dan beasiswa untuk anaknya.

Selain itu, para personel yang gugur tersebut juga akan mendapatkan kenaikan pangkat
luar biasa. Wakil Ketua Komisi II DPR RI Mardani Ali Sera meminta KPU segera
mengumumkan data lengkap terkait 440 petugas KPPS yang meninggal. "KPU harus segera
umumkan 440 korban petugas KPPS yang meninggal mulai dari nama, alamat dan posisi tugas
(PPS atau PPK)," kata Mardani dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com,
Senin (6/5). Mardani pun mendukung pemerintah dan DPR segera melakukan evaluasi secara
menyeluruh terhadap pelaksanaan pemilu serentak 2019. Komisi II DPR RI merupakan mitra
kerja KPU. Mardani menyatakan banyak hal yang perlu diaudit terhadap pelaksanaan kualitas
pemilu kali ini. Terlebih, Pemilu 2019 menimbulkan banyak korban jiwa dari petugas
penyelenggara pemilu.

BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://kbr.id/nasional/04-2019/kenapa_pemilu_2019_memakan_banyak_korban_/99139.html
https://news.detik.com/berita/d-4527639/banyak-petugas-pemilu-meninggal-mendagri-jadi-
evaluasi-pemerintah

https://kabar24.bisnis.com/read/20190507/15/919502/pemilu-2019-makan-korban-ini-respons-
pemerintah-dan-politikus

Anda mungkin juga menyukai