Anda di halaman 1dari 32

AKUNTANSI MANAJEMEN DAN BIAYA

KAJIAN TEORI DAN JURNAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen dan Biaya pada
Program Studi Magister Akuntansi

Disusun oleh:
Dania Meida Rosyidah (1619104030)
Iwan Kurniawan (1619104059)
Yeni Rohman (1619104060)
Nurul Yunita Lestari (1619104062)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I KAJIAN TEORI......................................................................................................................3
1.1 Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, dan Akuntansi Biaya.............................3
1.2 Evolusi Akuntansi................................................................................................................3
1.3 Munculnya Tema-Tema Baru dalam Akuntansi Biaya....................................................4
1.4 Pendekatan System..............................................................................................................5
1.5 Perspektif Lintas Fungsional..............................................................................................6
1.6 Peran Akuntan Manajemen................................................................................................8
1.7 Akuntan Manajemen dan Etika.........................................................................................9
1.8 Sertifikasi............................................................................................................................12
1.9 Istilah Biaya........................................................................................................................15
1.10 Biaya Berbeda untuk Tujuan yang Berbeda...................................................................18
1.11 Biaya Per Unit dengan Sistem Biaya Pesanan dan Proses..............................................23
BAB II KAJIAN JURNAL................................................................................................................26
2.1. Pendahuluan.......................................................................................................................26
2.2. Analisis Pemilihan Jenis Pinjaman...................................................................................27
2.3. Metodologi Evaluasi Efisiensi Keuangan.........................................................................28
2.4. Hasil Penelitian..................................................................................................................30

2
BAB I
KAJIAN TEORI

1.1 Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, dan Akuntansi Biaya


Bidang–bidang dalam akuntansi yang diakui dikelompokkan menjadi 3
bidang, diantaranya:
A. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah suatu bagian dari akuntansi yang berhubungan dengan
penyiapan laporan keuangan bagi pihak luar misalnya seperti pemegang saham,
pemasok, kreditor dan lain-lain. Akuntansi keuangan adalah suatu sistem yang
mengatur berbagai macam pencatatan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan hingga
menyusun laporan keuangan mengenai transaksi yang terjadi. Akuntansi keuangan
merupakan bagian akuntansi yang menghasilkan informasi dalam bentuk laporan
keuangan yang dimana laporan ini ditujukan bagi pihak-pihak luar seperti pemegang
saham, pajak dan lain-lain. Akuntansi keuangan yaitu salah satu bidang akuntansi yang
berkaitan dengan transaksi-transaksi keuangan khususnya yang berhubungan dengan
perubahan aset, ekuilitas maupun kewajiban perusahaan.
B. Akuntansi Manajemen
Adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi
akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan
dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan
manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
C. Akuntansi Biaya
Adalah suatu proses pencatatan keuangan yang didalamnya terjadi penggolongan dan
peringkasan atas suatu biaya produksi, penjualan produk ataupun jasa menggunakan
suatu cara tertentu lengkap dengan penjelasannya.

1.2 Evolusi Akuntansi


Menurut para ahli ekonomi, akuntansi sudah ada sejak manusia mengenal uang
sebagai alat pembayaran yang sah. Pencatatan keluar masuknya uang, timbulnya hutang -
piutang serta transaksi-transaksi lainnya dilakukan orang, mula-mula di atas lempengan
tanah liat, yang kemudian berkembang dengan menggunakan lontar. Naskah yang
menggunakan lontar tersebut berasal dari negara Arab (Mesir), pada waktu itu Mesir

3
merupakan Koloni (Jajahan) Romawi. Naskah tersebut hingga sekarang masih tersimpan
dengan baik, berasal dari Babilonia pada tahun 3600 SM.
Perkembangan ini menyebabkan orang waktu itu memerlukan suatu sistem
pencatatan yang lebih baik, sehingga dengan demikian akuntansi juga mulai berkembang.
Setelah itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya seorang yang bernama
Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika mengarang sebuah buku yang berjudul
Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Propotionalita, di mana dalam suatu bab
berjudul Tractatus de Computies et Scriptoris yang memperkenalkan dan mengajarkan
sistem pembukuan berpasangan yang disebut juga dengan sistem kontinental. Sistem
berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debet
dan kredit. Kemudian kedua bagian ini diatur sedemikian rupa sehingga selalu seimbang.
Cara seperti ini menghasilkan pembukuan yang sistematis dan laporan keuangan yang
terpadu, karena dapat menggambarkan tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan serta
hak pemilik. Sistem yang berkembang tersebut dinamakan sesuai dengan nama yang
mengembangkannya atau nama negaranya masing-masing. Misalnya sistem Belanda
(Sistem Continental) dan Amerika serikat (Sistem Anglo Saxon). Sistem-sistem tersebut
kemudian berjalan sesuai dengan perkembangannya.
Pada abad sekarang ini sistem yang paling banyak digunakan yaitu Sistem Anglo
Saxon, hal ini disebabkan karena sistem Anglo Saxon dapat digunakan untuk mencatat
berbagai macam transaksi, sedangkan sistem yang lainnya agak sukar untuk digunakan.
Hal ini disebabkan karena sistem yang lain sering memisahkan antara pembukuan dengan
akuntansi sedangkan dalam sistem Anglo Saxon, pembukuan merupakan bagian dari
akuntansi

1.3 Munculnya Tema-Tema Baru dalam Akuntansi Biaya


Tema-tema baru dalam akuntansi biaya, diantaranya adalah :
- Sistem Proses Manufaktur Yang Fleksibel (Flexible Manufacturing System)
- Manajemen Mutu Total (Total Quality Management/TQM)
- Kegiatan Bernilai Tambah (Value-Added Activity)
- Waktu Penyelesaian (Throughput Time)
- KonsepJust In Time(JIT)
- Manajemen Berdasarkan Aktivitas (ABM:Activity-Based Management)
- ABC (Activity-Based Costing)

4
- Kalkulasi Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Costing)
- Kalkulasi Biaya Target (Target Costing)

1.4 Pendekatan System


Pendekatan Sistem adalah serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternatif dipertimbangkan, dan solusi yang
dipilih bekerja. Tahap dan langkah pendekatan sistem, diantaranya:
A. Usaha Persiapan
- Mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah = menyediakan orientasi
sistem.
- Memandang perusahaan sebagai suatu sistem = menggunakan model sistem umum
perusaan.
- Mengenali sistem lingkungan = menempatkan perusahaan sebagai suatu sistem
dalam lingkungannya.
- Mengidentifikasi subsistem perusahaan = subsistem sebagai bentuk area-area
fungsional, tingkat-tingkat manajemen sebagai subsitem, arus sumber daya sebagai
dasar membagi perusahaan menjadi subsistem.
B. Usaha Definisi
- Identifikasi masalah : suatu masalah ada atau akan ada.
- Pemahaman masalah : mempelajari untuk mencari solusi
- Pemicu masalah : sinyal umpan balik yang menunjukkan hal-hal lebih baik atau
buruk.
Langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu :
- Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem. Tiap tingkatan manajemen adalah suatu
subsistem. Yang dilakukan oleh seorang manajer adalah mempelajari posisi sistem
yang dihubungkan dengan lingkungan, menganalisis sistem menurut subsistem-
subsistem.
- Menganalisis bagian sistem dalam urutan tertentu. Pada saat mempelajari tiap
tingkat sistem, elemen-elemen sistem dianalisis secara berurutan :
a. Mengevalusai standar : Standar harus sah, realistic, dimengerti, terukur.
b. Membandingkan output sistem dengan standar
c. Mengevaluasi Manajemen
d. Mengevaluasi pemrosesan Informasi

5
e. Mengevaluasi input dan sumber daya input
f. Mengevaluasi proses tranformasi
g. Mengevaluasi sumber daya output
h. Usaha Solusi
C. Mengidentifikasi solusi alternative
- Manajer harus mengidentifikasi bermacam-macam cara untuk memecahkan
permasalahan yang sama. contohnya komputer tidak dapat menangani volume
aktifitas kegiatan perusahaan, alternatifnya menambah komputer, mengganti
komputer, mengganti dengan jaringan komputer.
- Mengevaluasi solusi alternatif dengan mempertimbangkan kerugian dan keuntungan
dari setiap alternatif
- Memilih solusi terbaik dengan mengambil satu alternatif
- Menerapkan solusi terbaik
- Membuat tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu efektif dengan cara
manajer harus memastikan solusi mencapai kinerja yang direncanakan.

1.5 Perspektif Lintas Fungsional


Penekanan pada rantai nilai berarti bahwa akuntan menajemen dewasa ini harus
memahami fungsi-fungsi bisnis, dari manufaktur ke pemasaran ke distribusi hingga
pelayanan konsumen. Manajemen berdasarkan aktivitas telah bergerak dari definisi biaya
manufaktur tradisional ke biaya manufaktur modern. Biaya produk ini mencakup biaya
desain awal, biaya manufaktur, biaya distribusi, biaya penjualan dan biaya pelayanan.
Seseorang yang mengerti tentang pergeseran definisi biaya dari jangka pendek ke
biaya jangka panjang dapat menjadi sangat bernilai dalam penentuan informasi yang
relevan untuk pengambilan keputusan. Perspektif lintas fungsional ini memungkinkan
manajer melihat dalam kerangka yang lebih luas. Pandangan yang lebih luas ini dapat
meningkatkan kualitas, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melayani pelanggan
internal maupun eksternal dan meningkatkan efisiensi.
A. Persaingan Global
Persaingan global telah menciptakan kebutuhan akan informasi akuntansi
manajemen yang lebih baik

6
B. Manajemen Mutu Total
Perbaikan berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi pengembangan
proses manufaktur yang baik. Keunggulan manufaktur adalah kunci untuk bertahan
hidup dalam lingkungan petsaingan global dewasa ini. Memproduksi produk dengan
sedikit limbah tetapi sesuai dengan satandar merupakan dua tujuan perusahaan
tingkat dunia. Filosofi dari manajemen mutu total (total quality management- TQM),
dimana perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan
pekerjanya menghasilkan produk sempurna (zero-defect),sedang menggantikan
“prinsip mutu” yang dapat diterima dimasa lalu. Peningkatan penekanan pada mutu
ini juga telah menciptakan kebutuhan akan adanya suatu system akuntansi
manajemen yang menyediakan informasi keuangan dan nonkeuangan tentang mutu.
C. Waktu sebagai Unsur Kompetitif
Waktu adalah unsure penting dari semua tahap rantai nilai. Perusahaan bertaraf
dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasar dengan cara
memperpendek siklus desain, implementasi, dan produksi. Perusahaan itu mengirim
produk atau jasanya dengan cepat melalui penghapusan waktu yang tidak bernilai
tambah (waktu yang tidak bermanfaat), waktu yang tidak berguna bagi pelanggan
(misalnya, waktu yang dibutuhkan untuk memuat produk ke kapal). Menariknya,
pengurangan waktu yang tidak bernilai tambah semakin besar seiring dengan
meningkatnya mutu. Tujuan keseluruhannya adalah peningkatan daya tanggap
terhadap pelanggan (customer responsiveness).
D. Kemajuan Teknologi Informasi
Ada dua kemajuan yang signifikan berhubungan dengan teknologi informasi. Yang
pertama erat kaitannya dengan manufaktur yang terintegrasi dengan computer
(computer-integrated manufacturing = CIM). Kemajuan kedua menyediakan alat-
alat yang dibutuhkan: ketersediaan computer personal (PC), software kertas kerja,
dan paket-paket grafis.
E. Kemajuan Lingkungan Manufaktur
Kemajuan di bidang teknologi dan proses produksi berdampak dramatis terhadap
lingkungan manufaktur. Perubahan ini berdampak pada system kalkulasi biaya
produk (Product-costing system), sistem pengendalian (control system), perilaku dan
daya lacak biaya, penganggaran modal, dan banyak praktek akuntansi manajemen
lainnya.

7
F. Manufaktur Just-In-Time
Sistem manufaktur tradisional adalah push-through systems. Artinya produksi
“diteruskan” oleh dan system usaha-usaha selanjutnya dilakukan untuk menjual
sebanyak mungkin unit yang diproduksi. Jika produksi lebih besar dari permintaan,
maka persediaan barang jadi dihasilkan. Sistem tarikan permintaan (demand-pull)
seperti Just-In-Time (JIT) adalah system yang memproduksi barang hanya ketika
produk dibutuhkan dan hanya dalam jumlah yang diminta konsumen.
G. CIM (Computer-Integrated Manufacturing)
Computer Integrated Manufacturing mengaplikasikan beberapa kemampuan berikut:
1. Produk dirancang melalui pemanfaatan system rancangan computer.
2. Rancangan diuji dengan menggunakan system rekayasa computer.
3. Produk dibuat dengan menggunakan system.
4. Sistem informasi yang menghubungkan berbagai macam komponen terotomasi.
H. Pertumbuhan dan Deregulasi dalam Industri Jasa
Deregulasi dalam bidang jasa (seperti: angkutan udara, jasa keuangan, dan
telekomunikasi) menyebabkan meningkatnya persaingan dalam industry jasa. Isu
utama dari Trend sektor jasa adalah kebutuhan akan meningkatnya kesadaran
terhadap kegunaan akuntansi manajemen. Pemenuhan tujuan ini dapat dicapai
melalui ilustrasi aplikabilitas (applicability) dari jasa.
I. Manajemen Berdasarkan Aktivitas
Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang akurat dan relevan telah
menyebabkan berkembangnya konsep manajemen berdasarkan aktivitas (ABM).
ABM adalah suatu sistem yang luas, pendekatan terintegrasi yang memfokuskan
perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai pelanggan
dan keuntungan. Tujuannya adalah untuk menemukan cara-cara melakukan aktivitas
dengan lebih efisien dan menghilangkannya apabila tidak menciptakan nilai
pelanggan.

1.6 Peran Akuntan Manajemen


Peran akuntan manajemen dalam suatu organisasi merupakan salah satu peran
pendukung. Akuntan manajemen membantu orang-orang yang bertanggung jawab
melaksanakan tujuan dasar organisasi. Posisi yang bertanggung jawab langsung pada

8
tujuan dasar organisasi disebut posisi lini. Sedangkan, posisi yang mendukung dan tidak
bertanggung jawab langsung terhadap tujuan dasar organisasi disebut sebagai posisi staf.
Manajer lini adalah orang yang membuat kebijakan dan keputusan yang
berpengaruh terhadap produksi. Melalui penyediaan dan penginterpretasian informasi
akuntansi, akuntan manajemen dapat memiliki masukan penting dalam berbagai
kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan akuntansi biaya.
Controller, kepala bagian akuntansi, mengawasi semua departemen akuntansi.
Karena perannya yang penting dalam operasi suatu organisasi, controller sering
dipandang sebagai anggota dari tim manajemen puncak dan diikutsertakan dalam
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Sebagai kepala bagian
akuntansi, controller bertanggung jawab terhadap kebutuhan akuntansi, baik secara
internal maupun eksternal. Tanggung jawab tersebut dapat mencakup
pertanggungjawaban langsung kepada pemeriksaan internal mengenai pengertian audit,
pengertian akuntansi keuangan, pengertian akuntansi biaya, dan akuntansi perpajakan.

1.7 Akuntan Manajemen dan Etika


Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan
informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk
keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian dan evaluasi, serta
pengambilan keputusan. Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of
Management Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian
dan penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas
perencanaan dan pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber
daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja.
Akuntan manajemen mempunyai peran penting dalam menunjang tercapainya
tujuan perusahaan, dimana tujuan tersebut harus dicapai melalui cara yang legal dan etis,
maka para akuntan manajemen dituntut untuk bertindak jujur, terpercaya, dan etis.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen lebih luas dibandingkan
tanggung jawab seorang akuntan keuangan, yaitu:
A. Perencanaan
menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem perencanaan, menyusun
sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat untuk
memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.

9
B. Pengevaluasian
mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dan kejadian-kejadian yang
diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
C. Pengendalian
Menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan aktivitas
organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan
mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada
cara-cara yang diharapkan.
D. Menjamin pertanggungjawaban sumber
Mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut
dapat memberikan kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan
pengukuran prestasi manajemen.
E. Pelaporan eksternal
Ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang
mendasari pelaporan eksternal.
Kebiasaaan beretika adalah sangat penting dalam menjalankan perekonomian kita
telah memicu berbagai perubahan peraturan dan permintaan perundang-undangan baru.
Dalam perekonomian yang baru, digital, dan berbasis kepercayaan, kepentingan sangat
dijunjung tinggi. Kejujuran perusahaan, yang diwujudkan dalam merek dan reputasi,
meningkatkan kepercayaan pelanggan, karyawan dan investor. Pengalaman
menunjukkan bahwa aset semacam ini harus dibangun lama dan penuh pengorbanan,
namun cepat dapat hilang dalam sekejap, dan jika hilang, maka kehilangan segalanya.
Akhirnya, untuk kebaikan semua orang termasuk perusahaan pencetak laba adalah sangat
penting untuk menjalankan bisnis dalam kerangka etika yang membangun dan menjaga
kepercayaan.
Ikatan Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountant – IMA) di
Amerika Serikat telah mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik untuk
Praktisi Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan (Standards of Ethical Conduct
for Practitioners of Management Accounting and Financial Management).
Ada empat standar etika untuk akuntan manajemen yaitu:
A. .Kompetensi

10
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan
lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk:
- Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
- Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang
berlaku.
- Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang
relevan serta dapat diandalkan.
B. Kerahasiaan (Confidentiality)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi
rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal
tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki
tanggung jawab untuk:
- Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
- Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini
dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
- Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
C. Integritas (Integrity)
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan yang
dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung
etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk:
- Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar
terhindar dari potensi konflik.
- Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.

11
- Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
- Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
- Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain
yang dapat menghalagi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
- Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
- Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
D. Objektivitas (Objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan
objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan yang
diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan, komentar dan
rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
- Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
- Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.

1.8 Sertifikasi
Ada beragam jenis sertifikasi akuntan profesional di Indonesia, tergantung
kemampuan dan bidang masing-masing. Diantaranya adalah:
A. Certified Public Accountant (CPA)
Sertifikat ini ditujukan untuk profesi akuntan publik. Di Indonesia, lembaga yang
berhak mengeluarkan sertifikat CPA adalah Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). Sesuai dengan UU No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik,
pelaksanaannya diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan NOMOR
17/PMK.01/2008. Bila telah menyandang CPA, Anda bisa membuka kantor layanan
akuntan publik. Selain itu, perlu diketahui bahwa sertifikat ini hanya berlaku disuatu
negara.

12
B. Certified Internal Auditor (CIA)
CIA diberikan untuk profesi auditor internal dalam profesi akuntansi dan
dikeluarkan oleh Institute of Internal Auditor (IIA), Florida, Amerika Serikat.
Ujiannya biasa dilakukan online. Di Indonesia lembaga yang mengeluarkan
sertifikat jenis ini adalah Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan
sertifikatnya adalah Qualified Internal Auditor (QIA). Sertifikat tersebut berlaku di
Indonesia, namun diakui oleh IAA. Jadi, orang yang bersertifikat QIA bisa langsung
menempuh jenjang keempat mendapatkan sertifikat CIA.
C. Certified Management Accountant (CMA)
Sertifikat ini diberikan pada akuntan manajemen yang bekerja di sebuah perusahaan.
Dikeluarkan oleh Institute for Certified Management Accountant (ICMA) Australia.
Cabang di Indonesia yang mengeluarkan sertifikasi akuntan jenis ini adalah IPMI
International Business School. Sertifikat yang dikeluarkan ICMA inilah yang
biasanya dimiliki kebanyakan akuntan manajemen Indonesia.
D. Chartered Management Accountant (CMA)
Beda dari sebelumnya, Chartered Management Accountant (CMA) dikeluarkan oleh
Chartered Institute for Accountant Management (CIMA) di Inggris. Pada umumnya,
CMA Australia dan CMA Inggris ini tak jauh berbeda. Keduanya diterima di banyak
perusahaan multinasional. Untuk di Indonesia, CMA Australia-lah yang lebih
banyak berpeluang.
E. Certified Professional Management Accountant (CPMA)
Sebenarnya sertifikat ini sama dengan CMA Australia dan Inggris. Namun, lebih
bersifat lokal dan berlaku di Indonesia saja. CPMA ini dikeluarkan oleh Institut
Akuntansi Manajemen Indonesia (IAMI).
F. Certified Information System Auditor (CISA)
Sertifikat CISA berfungsi sebagai bukti pencapaian seseorang profesional di bidang
audit, kontrol, dan keamanan informasi. Dikeluarkan oleh Information System Audit
and Control Association (ISACA) sejak 1978. Di Indonesia, CISA dapat diperoleh
melalui tes yang diselenggarakan CIA, PPAK UI, dan YPIA yang memiliki afiliasi
dengan ISACA.
G. Chartered Financial Analyst (CFA)
CFA merupakan sertifikasi akuntan yang paling bergengsi dalam lingkup analis
keuangan. Dikeluarkan oleh CFA Institute dan untuk meraihnya harus lulus tiga

13
level ujian dengan pengalaman minimal empat tahun. Di Indonesia, Binus Business
School merupakan lembaga yang mengadakan persiapan untuk ujian tersebut.
H. Certified Financial Planner (CFP)
CFP dikeluarkan oleh Financial Planning Standards Board (FPSB). Untuk dapat
lulus, Anda harus melalui empat tahapan. Di antaranya mencakup Foundation in
Financial Planning, Investment Planning, Risk Management & Insurance Planning
dan Retirement, Income Tax and Estate Planning. FPSB juga mengeluarkan
sertifikat RFP atau Registered Financial Planner.
I. Financial Risk Manager (FRM)
Sertifikasi akuntan jenis ini ditujukan khusus untuk seorang profesional yang
memfokuskan diri pada pengelolaan manajemen risiko perusahaan. FRM
dikeluarkan oleh Global Association of Risk Professionals (GARP) yang berkantor
di New Jersey dan London. Selain FRM, sertifikat GARP lainnya adalah Energy
Risk Professional (ERP).
J. Certified Fraud Examiners (CFE)
Dikeluarkan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), sertifikat ini
diberikan kepada seseorang yang memiliki pemahaman dan keahlian profesional
yang berhubungan dengan kecurangan perusahaan. Untuk mengikuti ujian ini,
minimal Anda harus berpendidikan sarjana dengan pengalaman kerja di bidang
terkait minimal dua tahun.
K. Certified Wealth Managers (CWM)
Wealth Manager adalah profesi yang dibutuhkan di industri perbankan. Profesi ini
menuntut seseorang untuk memiliki kompetensi mengelola kekayaan nasabah.
CWM dikeluarkan oleh Certified Wealth Managers Association (CWMA). Di
Indonesia, MM UGM adalah lembaga yang menyelenggarakan persiapan untuk
program ini.
L. Diploma in International Financial Reporting (DipIFR)
Seiring adanya harmonisasi standar akuntansi seluruh dunia yang mengacu pada
International Financial Reporting Standard (IFRS), dibutuhkan semakin banyak
profesional yang memiliki bidang dalam IFRS. Adanya DipIFR ini menjadi jawaban
atas kebutuhan profesional tersebut. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Association of
Chartered Certified Accountants (ACCA) Glasgow, Inggris. Di Indonesia masih
jarang profesional yang memiliki sertifikat ini.
M. Bersertifikat Konsultan Pajak (BAP)
14
BAP merupakan salah satu persyaratan mutlak agar Anda bisa mendapat izin praktik
sebagai konsultan pajak. Artinya, Anda diharuskan lulus dari Ujian Sertifikasi
Konsultan Pajak (USKP) yang diselenggarakan Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
(IKPI). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 485/KMK.03/2003.
Bagi yang lulus akan berhak mendapatkan gelar BAP.

N. Certified PSAK (CPSAK)


CPSAK merupakan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) dan merupakan kepercayaan pemerintah dalam menetapkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). CPSAK terbuka bagi semua jurusan, namun setelah lulus peserta
harus menempuh pendidikan profesional berkelanjutan oleh IAI sesuai dengan PPL
IAI.
O. Sertifikat Akuntansi Syariah (SAS)
Walaupun sebagai cabang baru dalam akuntansi, akuntansi syariah memiliki bagian
penting di Indonesia. SAS adalah sertifikat yang menetapkan standar akuntansi
syariah kepada akuntan yang bekerja di bidang tersebut. Sertifikat ini bersifat lokal
dan bagi yang lulus tes ini harus mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan
yang diadakan IAI.
P. Ahli Akuntan Pemerintahan (AAP)
Terakhir ada AAP yang menjadi tolok ukur standarisasi akuntansi pemerintah
Indonesia. AAP diselenggarakan IAI dan diikuti oleh PNS yang biasa menangani
masalah keuangan di lembaga pemerintahan.

1.9 Istilah Biaya


Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran yang dilakukan oleh suatu
perusahaan atau peorangan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat lebih dari aktivitas
yang dilakukan tersebut (Raharjaputra, 2009). Dalam istilah biaya, kadang kala cukup
merepotkan dalam membedakan antara costs dan expenses. Untuk membedakannya
dijelaskan sebagai berikut. Costs adalah biaya dalam arti pengorbanana/pengeluaran yang
dilakukan oleh suatu perusahaan atau individu yang berhubungan langsung dengan
output/produk yang dihasilkan oleh perusahaan/perorangan. Misalnya: bahan baku dan
pembantu, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya umum pabrik (mandor/supervisor

15
pabrik, GM pabrik, BBM, suplai pabrik, listrik pabrik, dan lain-lain). Dalam struktur
laporan Rugi/Laba perusahaan biasanya disebut Harga Pokok Produksi.
Expenses adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau perorangan yang
bersifat sebagai aktivitas pendukung saja, misalnya: biaya umum dan administrasi, dan
biaya pemasaran/penjualan, seperti gaji karyawan kantor pusat, biaya telepon/air/gas/AC
kantor pusat, biaya penjualan dan pemasaran, dan lain-lain.

A. Klasifikasi Biaya
Ada beberapa klasifikasi mengenai biaya. Pengertian beserta contoh dari klasifikasi
biaya:
1.Fixed cost (biaya tetap) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran
perubahan volume kegiatan tertentu. Besar kecilnya biaya tetap di pengaruhi oleh
kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen.
Contoh: pajak bumi dan bangunan, gaji kariyawan dan asuransi.
2.Variable cost (biaya variabel) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan
adanya perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku, biaya iklan dan
komisi untuk seorang selesman sesuai dengan levelnya.
3.Direct cost (biaya langsung) adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satu-
satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Contoh: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan pengacara.
4. Indirect cost (biaya tak langsung) adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak
langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. Contoh: biaya asuransi gedung
yang dibayar oleh perusahaan dan biaya sewa motor.
5.Operation cost (biaya operasi) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan suatu sistem atau menjalankan sebuah sistem. Contoh: biaya gaji
operator.
6.Maintenance cost (biaya perawatan) adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat
sistem dalam masa operasinya. Contoh: biaya perawatan peralatan dan fasilitas
pabrik.
7.First or Investment cost (biaya investasi) adalah biaya awal yang sebelum sebuah
kegiatan operasional dilakukan. Contoh: biaya investasi lahan, bahan dan mesin
dalam operasional perusahaan.
16
8.Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau
pengurangan output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi).
Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu
keputusan. Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh
sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total
produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan
baku.
9.Marginal cost adalah kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai
akibat kenaikkan satu output. Perbedaanya dengan incremental cost adalah terletak
pada aspek yang memberi perubahan pada total cost. Jika pada incremental cost
perubahan total cost dipengaruhi oleh perubahan keputusan, pada marginal cost
perubahan total cost dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau
selanjutnya. Contoh: perusahaan harus menambah anggaran biaya produksi
dikarenakan adanya penambahan permintaan dari orderer yang sebelumnya
memesan.
10.Unit cost adalah biaya per unit produk. Secara matematis unit cost didefinisikan
sebagai nilai dari hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah
unit produk (barang atau jasa) yang dihasilkan. Contoh, perusahaan dapat
mengetahui informasi mengenai harga biaya per unit piece dari produk yang
diproduksi melalui perhitungan unit cost.
11.Total cost (biaya total) adalah keseluruhan biaya produksi yang digunakan untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu baik yang bersifat tetap maupun variabel.
Contoh: perusahaan melakukan pengkalkulasian total biaya produksi yang
dikeluarkan.
12.Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang harus
dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang menghasilkan
produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit output, biaya yang
ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya per unitnya. Contoh, apakah
mesin photo copy digunakan atau tidak, perusahaan akan membayar uang sewa
mesin photo copy sebesar Rp. 1 juta perbulannya.
13.Unrecurring cost ( biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya muncul satu kali.
Artinya, tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah biaya ini dikeluarkan. Contoh,
biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah.

17
14.Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk
memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya
ini adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat
untuk melapisi pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar).
Contoh, saya tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya
membayar uang tanda atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu
ketika, saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas
sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari kedua opsi
tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak
akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar Rp.2 juta tadi.
15.Past cost memiliki makna sama dengan Sunk cost dimana nilainya tidak dapat
dihindari dan tidak dapat diubah melalui keputusan apapun, tidak peduli akan
tidakan apapun yang diambil.
B. Perilaku Biaya
Hansen dan Mowen (2006) menyatakan bahwa perilaku biaya adalah istilah umum yang
menggambarkan perubahan biaya ketika tingkat output berubah. Biaya yang tidak
berubah ketika output berubah adalah biaya tetap.
Biaya variabel di sisi lain adalah peningkatan biaya secara total ketika terjadi
peningkatan aktivitas output dan penurunan biaya secara total ketika terjadi penurunan
kegiatan output.

1.10 Biaya Berbeda untuk Tujuan yang Berbeda


A. Jenis Biaya Berdasarkan Tujuan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan tujuan pengambilan keputusan manajemen, biaya dapat
dikelompokkan ke dalam (Supriyono, 2011):
1.Biaya Relevan (relevant cost)
Biaya relevan merupakan biaya yang terjadi pada suatu alternatif tindakan tertentu,
tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan lain. Biaya relevan akan mempengaruhi
pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya relevan harus dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan.
2.Biaya Tidak Relevan (irrelevant cost)
Biaya tidak relevan merupakan biaya yang tidak berbeda diantara alternatif tindakan
yang ada. Irrelevant cost tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dan akan tetap

18
sama jumlahnya tanpa memperhatikan alternative yang dipilih. Oleh karena itu biaya
tidak relevan tidak harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.
Menurut Mulyadi (2002: 8): “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu.”. Dari definisi ini, ada empat unsur pokok dalam biaya,
yaitu:
1.Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2.Diukur dalam satuan uang.
3.Yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi.
4.Pengorbanan tersebut untuk memperoleh manfaat saat ini dan/atau mendatang.
Dengan demikian, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan
memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. Pengorbanan sumber ekonomis
tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya masa yang akan datang. Sedangkan
dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva atau secara tidak langsung untuk memperoleh penghasilan, disebut
dengan harga pokok.
Mulyadi (2002: 14-17) mengklasifikasikan biaya dalam lima cara
penggolongan biaya untuk memenuhi berbagai tujuan, yaitu:
1.Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran.
2.Penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan.
3.Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya sesuai. perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan.
5.Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran yang didasarkan nama obyek
pengeluaran ini cocok digunakan dalam organisasi yang masih kecil. Biasanya
penggolongan ini bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan
pada umumnya untuk kepentingan penyajian laporan pihak luar (eksternal).
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan berarti biaya
digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi di mana biaya tersebut terjadi atau
berhubungan. Adapun fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur adalah
fungsi-fungsi: produksi, administrasi dan umum dan fungsi pemasaran. Oleh karena

19
itu biaya-biaya dalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi biaya
produksi, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran.
Biaya produksi adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dibagi menjadi 3 elemen
: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja disebut juga dengan prime cost, sedangkan biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik disebut juga dengan biaya konversi (Convertion Cost). Dapat
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya bahan baku adalah biaya yang
membentuk bagian menyeluruh dari pada produk jadi dan biaya bahan baku adalah
harga pokok bahan baku tersebut diolah dalam proses produksi. Sedangkan biaya
tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diperhitungkan
langsung dalam pembuatan produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya
tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu.
Adapun biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi, selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini bisa berupa dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya.
Biaya administrasi dan umum dalam hal ini dimasudkan sebagai biayabiaya yang
terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak diidentifikasikan
dengan aktifitas produksi maupun pemasaran. Biaya administrasi dan umum adalah
biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan penyusunan kebijakan dan pengarahan
perusahaan secara keseluruhan. Contoh dari biaya administrasi dan umum adalah gaji
direksi, biaya-biaya sumbangan- sumbangan, gaji eksekutip, biaya telepon dan lain-
lain.
Ada dua macam perlakuan terhadap biaya administrasi dan umum:
1.Biaya administrasi dan umum dialokasikan kepada dua fungsi dalam pemasaran,
yaitu fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya
biaya administrasi dan umum dikeluarkan untuk dua fungsi tersebut.
2.Memisahkan biaya administrasi dan umum sebagai kelompok biaya ter- sendiri dan
tidak mengalokasikannya ke dalam fungsi produksi dan pemasaran. Didalam
prakteknya, terdapat kecenderungan untuk mengelompokkan biaya administrasi dan
umum sebagai kelompok biaya sendiri, yang terpisah dari biaya produksi dan
pemasaran. Pengendalian biaya administrasi dan umum dapat lebih mudah dilakukan,
jika biaya tersebut dikelompokkan dan disajikan secara terpisah.

20
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam hubungannya
dengan usaha untuk memperoleh pesanan dan memenuhi pesanan. Sehingga untuk
memperoleh pesanan, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk menarik minat
pembeli dengan cara mengadakan promosi penjualan, advertensi dan lain-lain.
Sedangkan untuk memenuhi pesanan perusahaan mengeluarkan biaya-biaya angkut,
biaya asuransi dan lain-lain agar produk perusahaan sampai ketangan pemesan. Biaya
pemasaran dan biaya administrasi umum disebut juga dengan istilah biaya komersial.
Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Jika perusahaan mengolah bahan baku
menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa produk, sedangkan
jika perusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa
penyerahan jasa tersebut. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tidak ada maka biaya
langsung tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Perbedaan biaya langsung dan biaya tidak langsung dalam hubungannya
dengan produk sangat diperlukan apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu
jenis produk dan manajemen menghendaki penentuan harga pokok perjenis produk
tersebut. Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk saja (seperti
perusahaan semen, perusahaan gula), maka semua jenis biaya produksi merupakan
biaya langsung, sehingga didalam perusahaan tersebut tidak memerlukan adanya
biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk.
Penggolongan biaya menurut perilakunya adalah pembagian biaya yang terdiri
dari biaya variabel, biaya semi variabel, dan biaya tetap. Pengertian biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatannya. Sedangkan biaya semi variabel adalah biaya jumlah totalnya tetap dalam
kisaran volume kegiatan tertentu, dan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah
atau tidak ditentukan oleh volume produksi pada periode tertentu.
Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya berkaitan dengan
pelaporan keuangan. Misalnya perhitungan laba atau rugi suatu perusahaan dilakukan
dengan cara mempertemukan penghasilan yang diperoleh dalam satu periode
21
akuntansi tertentu dengan biaya-biaya yang terjadi didalam periode yang sama. Agar
perhitungan laba atau rugi dan penentuan harga pokok produk dapat dilakukan secara
teliti, maka biaya-biaya dapat digolongkan dalam hubungannya dengan pembebanan
kedalam periode akuntansi tertentu.
Atas dasar waktu, biaya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1)
Pengeluaran modal (capital expenditure) dan 2) Pengeluaran penghasilan (revenue
expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dinikmati oleh lebih dari
satu periode akuntansi. Pengeluaran modal tidak seluruhnya dibebankan dalam
periode akuntansi dimana pengeluaran tersebut terjadi, tetapi dibagikan kepada
periode-periode yang menikmati manfaat pengeluaran tersebut. Sedangkan
pengeluaran penghasilan adalah biaya-biaya yang hanya bermanfaat didalam periode
akuntansi dimana biaya tesebut terjadi. Contoh dari pengeluaran penghasilan adalah
biaya pemeliharaan mesin, biaya telepon, biaya komisi penjualan.
Penggolongan biaya dalam praktek tercermin dalam laporan laba rugi
perusahaan. Bagaimana perusahaan menggolongkan biaya-biaya dalam sebuah
laporan laba rugi, tergantung pada tujuan dari pembuatan laporan itu sendiri atau
kepada siapa itu ditujukan. Jika ditujukan kepada pihak eksternal, maka ada ketentuan
umum yang mungkin diatur pula secara khusus menurut Standar Akuntansi Keuangan
tertentu. Namun jika laporan ditujukan kepada manajemen, tidak ada keharusan untuk
mengikuti standar tersebut, melainkan berdasarkan pada prinsip: “Diffrentn costs for
different porposes”. Secara umum, struktur laporan laba rugi perusahaan jasa
mengandung tiga komponen utama, yaitu overhead cost, biaya pemasaran dan biaya
admi- nistrasi dan umum, termasuk di dalamnya perusahaan perhotelan.
B. Jenis Biaya Berdasarkan Perilaku
Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan
keputusan, biaya dapat digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan yang dikelompokkan menjadi tiga
jenis yaitu :
1.Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya
tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional dengan perubahan volume
kegiatan atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat kegiatan, maka semakin rendah biaya

22
tetap per unit. Semakin rendah tingkat kegiatan, maka semakin tinggi biaya tetap per
unit.
2.Biaya Variabel (Variable cost)
Biaya variabel (Variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume
kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional semakin tinggi pula total biaya
variabel. Semakin rendah volume kegiatan, maka secara proporsional semakin rendah
pula total biaya variabel.
3.Biaya Semivariabel (Semivariabel cost/ Mixed Cost)
Biaya semivariabel adalah biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya
variabel di dalamnya. Elemen biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk
menyediakan jasa sedangkan elemen biaya variabel merupakan bagian dari biaya
semivariabel yang dipengaruhi oleh volume kegiatan. Biaya semivariabel jumlah
totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi tingkat
perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan,
semakin tinggi pula jumlah biaya semivariabel, Semakin rendah volume kegiatan
semakin rendah pula jumlah biaya semivariabel, tetapi perubahannya tidak
proporsional dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya semivariabel adalah
biaya listrik, biaya telepon dan biaya air.

1.11 Biaya Per Unit dengan Sistem Biaya Pesanan dan Proses
A. Produksi dan Perhitungan Biaya Per Unit Berdasarkan Biaya Proses
Produksi dan perhitungan biaya pesanan dapat dilakukan oleh perusahaan
yang beroperasi dalam industri berdasarkan pesanan, memproduksi banyak jenis jasa
atau produk yang cukup berbeda satu sama lain. Produk khusus atau produk yang
dibuat berdasarkan pesanan akan masuk dalam penghitungan biaya pesanan, begitu
pula dengan perusahaan yang menyediakan jasa berbeda kepada setiap pelanggan.
Perusahaan yang menggunakan sistem pesanan adalah percetakan, konstruksi,
pembuatan perabot, perbaikan mobil, dan jasa medis. Pada sistem produksi
berdasarkan pesanan, biayanya diakumulasikan berdasarkan pesanan kerja.
Pesanan kerja atau job adalah satu unit yang berbeda atau serangkaian unit.
Sebagai contoh, suatu pesanan kerja bisa terdiri atas proyek desain ulang atau
membuat dua belas unit meja khusus untuk ruang baca anak-anak di perpustakaan

23
lokal. Pendekatan untuk membebankan biaya pesanan dinamakan sistem perhitungan
biaya pesanan (job order costing system).
Dalam suatu perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan, pengumpulan
biaya pekerjaan, dan menyediakan informasi penting bagi manajemen. Sebagai
contoh, berikut ini akan disajikan contoh perhitungan biaya per unit menggunakan
perhitungan biaya pesanan. Dimisalkan Perusahaan ABC memproduksi suplemen
nutrisi khusus dan menyewa ruang pabrik. Pada bulan pertama, ABC menerima dua
pesanan. Pesanan pertama berjumlah 200 botol suplemen bubuk ukuran 24 ons dari
toko ritel. Bubuk itu kemudian dinamai Supli Shake 001 dan didesain untuk dicampur
dengan air atau susu. Lalu, ada pesanan kedua, yaitu 100 botol LigaStrong 001 Kapsul
untuk memperkuat tulang sendi. ABC sendiri setuju dengan harga berdasarkan biaya
ditambah 50 persen. Misalkan, biaya bahan baku adalah $1780 dan biaya tenaga kerja
langsung $300 ($15 per jam, selama 20 jam). Jika tarif overhead yang dianggarkan
adalah $12 per jam tenaga kerja langsung, maka overhead yang dibebankan adalah
$240 ($12 per jam selama 20 jam). Sehingga, menghasilkan jumlah biaya pesanan
kerja yaitu $2.320 dan biaya per unitnya adalah $11,60 per botol. Perhitungan biaya
per unit berdasarkan perhitungan biaya pesanan adalah:
Bahan baku langsung= $1.780
Tenaga kerja langsung= $300 ($15 x 20)
Overhead= $240 ($12 x 20)
Jumlah biaya= $2.320
Kemudian, jumlah biaya dibagi jumlah unit sebanyak 200 menjadi= $2.320 : 200=
$11,60 per unit.
Harga dalam lingkungan berdasarkan pesanan sering ditetapkan berdasarkan
biaya. Hal itu yang diterapkan untuk suplemen ramuan berbeda, sama halnya dengan
jumlah tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan (beberapa ramuan akan dicampur
dan dikemas, sedangkan yang lain akan digiling dan diubah menjadi tablet atau
dimasukkan dalam kapsul.
B. Produksi dan Perhitungan Biaya Per Unit Berdasarkan Biaya Proses
Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri berdasarkan proses,
memproduksi produk yang hampir sama atau sejenis secara besar-besaran. Contoh
perusahaan yang menggunakan sistem berdasarkan proses adalah perusahaan
makanan, semen, bahan bakar, dan bahan kimia. Satu galon cat sama seperti galon

24
cat lainnya. Hal yang penting dalam sistem berdasarkan proses adalah biaya satu
unit produk identik dengan biaya produk lainnya.
Perusahaan jasa juga dapat menggunakan pendekatan perhitungan biaya
proses. Sebagai contoh, bagian kliring cek dari suatu bank mengeluarkan biaya yang
sama untuk menguangkan cek, berapa pun besar uang dalam cek tersebut atau atas
nama siapa cek tersebut ditulis. Perhitungan biaya proses akan dapat berjalan dengan
baik jika produk yang dihasilkan relatif homogen. Selain itu, produknya melewati
serangkaian proses, dan menerima jumlah biaya produksi yang hampir sama.
Perusahaan dengan sistem proses akan melakukan akumulasi biaya produksi
berdasarkan proses atau departemen untuk satu periode waktu tertentu. Hasil dari
proses selama periode tertentu akan diukur. Biaya per unit akan dihitung melalui
pembagian biaya proses dengan output atau hasil pada periode terkait. Pendekatan
akumulasi biaya inilah yang disebut dengan sistem perhitungan biaya proses
(process costing system).
Penetapan biaya per unit dari suatu departemen adalah dengan cara membagi
total biaya dari departemen terkait dengan unit yang diserahkan ke departemen
berikutnya. Tetapi, ada yang bisa menjadikan masalah, yaitu bagaimana jika di
departemen terdapat produk yang baru diproses sebagian. Perhitungan jumlah biaya
akan dialokasikan ke departemen berikutnya harus dikurangi terlebih dahulu dengan
nilai barang-barang yang baru diproses sebagian tersebut.
Untuk menetapkan berapa biaya bahan mentah, dan biaya antara produk-
produk yang telah selesai dan dipindahkan ke departemen berikutnya dengan
persediaan barang masih tetap di departemen yang bersangkutan, maka perlu
dihitung dan ditetapkan bagaimana bahan mentah dan biaya-biaya lain tersebut
dimasukkan dalam produksi. Pengalokasian biaya produksi antara unit yang telah
selesai dan persediaan barang yang baru selesai sebagian, terlebih dahulu harus
ditetapkan beberapa hal yaitu jumlah perbandingan unit (equivalent unit) di dalam
periode yang bersangkutan, dan biaya produksi per unit ekuivalen (processing cost
per equivalent unit) pada periode yang bersangkutan.
Apabila dapat dirangkum, ada perbedaan antara perhitungan biaya pesanan
dan proses. Untuk biaya pesanan, produk yang dihasilkan bervariasi, biaya
diakumulasikan berdasarkan pesanan kerja, biaya per unit dihitung melalui
pembagian jumlah biaya pekerjaan dengan unit yang diproduksi oleh pekerjaan
terkait. Sementara itu, untuk perhitungan biaya proses, produk yang dihasilkan
25
sifatnya homogen, biaya diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen, dan
biaya per unit dihitung melalui pembagian proses satu periode dengan unit yang
diproduksi selama periode terkait.

26
BAB II
KAJIAN JURNAL

2.1. Pendahuluan
Jurnal yang kami angkat berjudul ‘Management Accounting and Analysis of the
Financial Lease’, yang disusun oleh I N Dmitrieva1, T N Myznikova, dkk. Pada jurnal
disebutkan bahwa setiap perusahaan perlu untuk memperbarui aset produksi utama pada
setiap keadaan ekonomi apapun. Menentukan tujuan ulang produksi pada periode
pertumbuhan ekonomi memungkinkan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas produk, dan
memungkinkan suatu perusahaan untuk menjadi lebih komersial dan berharga. Pembaharuan
dari aktiva tetap juga memungkinkan pengaturan dasar untuk pertumbuhan yang akan datang
dalam periode stagnasi atau krisis. Namun, memilih sumber yang tepat dari pembiayaan
dalam lingkungan ekonomi yang stabil menjadi salah satu faktor paling penting untuk
menentukan perpanjangan alat-alat produksi tersebut.
Sumber pembiayaan untuk pembaruan aset tetap yang memungkinkan adalah dana
internal (saham, dana pinjaman atau financial lease). Entitas ekonomi biasanya tidak
memiliki kemampuan dana internal, sehingga memilih asset pinjaman adalah tugas penting
bagi mereka. Manajemen strategis organisasi sangat terkait dengan akuntansi manajemen.
Informasi yang digunakan untuk sarana akuntansi manajemen harus kredibel dan kualitatif,
karena data akuntansi manajemen sangat penting untuk pemanfaatan sumber daya organisasi
yang tersedia. Akurasi dan kualitas data keuangan yang digunakan oleh entitas ekonomi
untuk membuat keputusan tentang meminjam dana, apakah itu kredit atau sewa, diatur secara
ketat oleh serangkaian standar internasional. IAS 1: Penyajian Laporan Keuangan, IAS 10:
Peristiwa Setelah Periode Pelaporan, IAS 21: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, IAS
32: Instrumen Keuangan: Penyajian, IAS 37: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi, dan IAS 39: Financial Instrumen: Pengakuan dan Pengukuran memberikan
definisi istilah “kredit” dan “terkait kredit kontingensi”. IAS 39 mengatur persyaratan awal
pengakuan dan pinjaman berikutnya evaluasi, serta tes penurunan nilai. IAS 39: Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran menetapkan prosedur mengakui pendapatan bunga
dan mendefinisikan tingkat bunga non-pasar. IAS 23: Biaya Pinjaman menggambarkan
perlakuan akuntansi untuk pinjaman tidak terhubung dengan akuisisi dan konstruksi aktiva
tetap.

27
Elaborasi akurat dari aturan akuntansi dan pelaporan data tentang penggunaan
transaksi sewa keuangan menetapkan dasar yang kuat untuk melakukan penelitian analitis di
bidang ini.

2.2. Analisis Pemilihan Jenis Pinjaman


Masalah pemilihan jenis pinjaman untuk sarana pembaruan dana modal onfrontasi justifikasi
pinjaman dan sewa keuangan sebelumnya telah diitinjau pada penelitian terdahulu. Pengaruh
pendapatan leasing operasional pada pendapatan operasional (sebelum mengurangi beban bunga) dan
pada pendapatan bersih juga dijelaskan dalam publikasi ‘Operating leases: Income effects of
constructive capitalization’ oleh Imhoff dan Lipe pada 1997 selain dari sewa keuangan. Perspektif
dan keuntungan menggunakan sewa keuangan dibenarkan dalam publikasi berikut ‘Lease financing of
Bangladesh: A descriptive analysis International Journal of Economics, Finance and Management
Sciences’ oleh Islam dan Siddiqui pada 2014. Pertanyaan-pertanyaan kepraktisan pembaruan aset
modal dengan bantuan pinjaman ditinjau dalam banyak publikasi berbeda dari penulis Rusia. Dalam
publikasi ‘On the evaluation of the effectiveness of the loan Vestnik Voronedzskogo
gosudarstvennogo agrarnogo universiteta’ oleh Agilbalov dan Gorelkina pada 2016 dijelaskan bahwa
tidak ada rekomendasi yang ketat untuk evaluasi efektivitas pinjaman. Penulis menawarkan untuk
menguraikan efektivitas ekonomi dan efektivitas misi pinjaman. Mereka menetapkan bahwa evaluasi
efektivitas ekonomi pinjaman untuk perusahaan yang menggunakan metode tradisional tidak dapat
diterima, itulah sebabnya mereka telah menemukan teknik kepemilikan evaluasi efektivitas pinjaman
berdasarkan tingkat margin bunga dengan penyesuaian nilai pengurangan tertentu. Sebagai tingkat
sumber daya kredit penulis menawarkan untuk menggunakan indeks harga pinjaman perbankan, dan
sebagai tingkat hasil bunga - pengembalian ekuitas. Interpretasi hasil yang mungkin dari
perbandingan antara profitabilitas modal dan harga modal pinjaman disajikan dalam studi kasus. Nilai
positif yang diterima berarti kemungkinan menggunakan bagian laba yang tersisa untuk pengeluaran
dan akumulasi, dan nilai negatif menunjukkan bahwa target efisiensi pinjaman tidak disertai dengan
tingkat efek ekonomi yang diperlukan. Tempat yang cukup dalam literatur ekonomi diberikan untuk
meninjau kondisi untuk efektivitas leasing keuangan. Dalam publikasi ‘Efficiency of acquisition of
fixed assets through leasing’ oleh Naumkina pada 2012 ditunjukkan bahwa pinjaman hanya
bermanfaat untuk pengisian kembali aset lancar, dan lebih rasional untuk menggunakan sewa guna
membeli aset tetap. Dalam publikasi Investment model of leasing transaction Finansy i kredit’ oleh
Tsarkov & Malikova model transaksi investasi diusulkan yang berisi data awal berdasarkan perjanjian
sewa, hasil penyelesaian, aliran pembayaran sewa dan aliran pembayaran pinjaman oleh lessor.
Penulis juga menjelaskan kemungkinan penerapan model ini untuk mengoordinasikan kepentingan
peserta dalam perjanjian sewa keuangan. Dalam ‘Accounting for lease: History, development and
challengesProceedings of the 27th International Business Information Management Association

28
Conference - Innovation Management and Education Excellence Vision 2020: From Regional
Development Sustainability to Global Economic Growth’ oleh Kovalev pada 2016 masalah definisi
dalam undang-undang akuntansi konsep "keuangan" dan "sewa operasi" dipertimbangkan. Para
penulis menyarankan cara untuk memecahkan masalah ini melalui mempelajari asal-usul konsep dari
tahun 1930-an dengan munculnya standar pelaporan keuangan internasional. Dinamika praktik
akuntansi leasing keuangan dipertimbangkan dalam ‘Changing practice in accounting for service
charges in commercial property: A longitudinal analysis Journal of Accounting and Organizational
Change’ oleh Holt dkk pada 2012. Para penulis menganalisis prinsip-prinsip akuntansi untuk
melayani biaya real estat komersial dan menemukan bahwa praktik akuntansi saat ini untuk transaksi
sewa tidak untuk kepentingan pengguna. Dalam ‘Accounting fraud at CIT computer leasing group
Inc. Issues in Accounting Education’ oleh Michelman dkk dibuktikan bahwa dengan memanipulasi
indikator-indikator laporan keuangan, dimungkinkan untuk membuat ide yang salah tentang posisi
keuangan perusahaan. Pada gilirannya, mempertanyakan efektivitas keputusan manajemen yang
diambil dalam cara membiayai pembaruan aset tetap. Adopsi UU Sarbanes-Oxley (SOX) pada
30.07.2002 di Amerika Serikat memfasilitasi solusi dari masalah ini. Tujuan dari tindakan ini adalah
untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan perusahaan. Salah satu arahan yang diatur oleh
undang-undang ini adalah adanya model kontrol internal perusahaan. Model terdiri dari blok yang
berhubungan dengan semua kelompok tujuan bisnis Organisasi: strategis, operasional, pelaporan dan
legislatif, dan juga mencakup penilaian risiko yang mungkin terjadi dalam memilih sumber
pendanaan. Pada publikasi ‘Leasing and credit: comparative analysis in relation to strategic analysis
Finansovaya analitika: problemy i resheniya’ oleh Dmitrieva pada 2010 menyajikan teknik evaluasi
efisiensi operasi sewa keuangan dibandingkan dengan pinjaman (kredit). Fondasi metodologis yang
dikembangkan memungkinkan untuk menentukan cara paling rasional untuk menarik dana pinjaman
untuk akuisisi aset modal dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti konsekuensi pajak yang timbul
ketika menyimpulkan kontrak dan ketika membeli properti, inflasi (deflasi) dan variabilitas akuntansi
untuk properti sewaan. Terlepas dari sejumlah besar studi analitik yang dilakukan dan keberadaan
berbagai metode untuk mengevaluasi efektivitas operasi leasing, metode yang dikembangkan
membutuhkan penyesuaian jika perusahaan menerapkan standar internasional pelaporan keuangan.
Oleh karena itu, penulis artikel ini telah menetapkan sendiri tugas menyajikan, menurut pendapat
mereka, metode aktual untuk menilai efektivitas operasi leasing keuangan, yang dikembangkan atas
dasar tindakan hukum normatif modern.

2.3. Metodologi Evaluasi Efisiensi Keuangan


Dalam membuat keputusan manajerial untuk menentukan pinjaman atau sewa
keuangan, penulis artikel ini mengusulkan untuk mengetahui pengaruh dari kontrak sewa
sebagai perbedaan antara biaya potensial ketika menerima pinjaman di bawah sewa

29
keuangan ( P L) dan biaya potensial ketika menerima pinjaman di bawah kontrak jual-
beli menggunakan dana pinjaman ( P C). Dengan demikian, efisiensi leasing ( E L)
diusulkan untuk ditetapkan sebagai rasio efek dari kontrak sewa ( P C - P L) dengan
biaya potensi penerima pinjaman ( P L).
Pilihan dalam mendukung financial lease dibandingkan dengan pinjaman bank
atau pinjaman tingkat perbankan (ketika P L < P C atau P L / P C < 1). Pada saat yang
sama, ada kondisi di mana sewa keuangan tampaknya kurang disukai maka pinjaman
kontrak ( P L > P C), dan karena itu ada kondisi kesetaraan dari dua alternatif ( P C = P
L).
Potensi biaya penyewa dalam akuisisi properti dalam sewa PL keuangan sesuai
dengan IFRS. Sebagai hasil dari penyelesaian perjanjian sewa keuangan, aset akan
dicatat pada neraca penyewa sesuai dengan ayat 24 dari IFRS 16 dalam jumlah
kewajiban sewa dan biaya lainnya yang terkait dengan sewa dan kewajiban sesuai
dengan ayat 26 IFRS 16 dalam jumlah nilai sekarang dari kewajiban membayar
pembayaran sewa di masa depan .
Biaya agregat yang dikeluarkan oleh penyewa atas sewa akan ditentukan dengan
rumus :
P L = P (L) + ΔP (PPN) + P (PT) - P (IT D) - P (IT PL-D) - P (IT PT)
dimana P(L) adalah nilai sekarang dari pembayaran sewa guna usaha tanpa PPN untuk
masa kontrak sewa keuangan; ΔP (PPN) adalah perubahan nilai sekarang dari
pembayaran PPN karena perubahan waktu pembayaran mereka; P (PT) adalah nilai
diskonto dari pajak properti yang akan dibayar oleh perusahaan sebelum aset tersebut
disusutkan sepenuhnya. P (IT D) adalah jumlah potongan pengurangan pajak penghasilan
karena depresiasi aset selama periode penyusutan; P (IT PL-D) adalah jumlah potongan
pengurangan pajak penghasilan karena akrual pembayaran sewa tanpa PPN, kurang
jumlah penyusutan untuk aset; P (IT PT) adalah jumlah potongan pengurangan pajak
penghasilan karena pajak properti.
Nilai sekarang dari pembayaran sewa P (L) untuk periode kontrak ditentukan
sebagai jumlah dari produksi dari pembayaran sewa tanpa PPN atas bunga periode sesuai
dengan jadwal pembayaran (L tanpa PPN bunga) dan tingkat diskonto (F disc), yang
ditentukan oleh tingkat bunga perjanjian sewa.
Setelah menghitung semua biaya potensial yang terkait dengan akuisisi aset di
bawah perjanjian sewa keuangan, entitas ekonomi akan menentukan nilai riil dari
kontrak ini. Aset yang dibeli dengan kontrak penjualan adalah milik entitas ekonomi dan
30
dicatat pada neraca sebagai aktiva tetap. Item aset tetap tersebut dinilai dengan biaya
historis. Sesuai dengan ayat 16 dari IAS 16 Property, pabrik dan peralatan, nilai awal
properti, pabrik dan peralatan meliputi:
1) harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat
diuangkan, diskon penjualan dan konsesi;
2) semua biaya yang secara langsung berhubungan dengan pengiriman aset ke lokasi
dimaksud dan yang diperlukan untuk operasional sesuai dengan tujuan manajemen.
Ketika aset tersedia untuk digunakan, maka asset tersebut akan diamortisasi (ayat 55 dari
IAS 16). Ada konsekuensi pajak yang juga perlu diperhitungkan dalam analisis, yaitu
pajak properti, pajak pertambahan nilai dan perubahan di dasar pengenaan pajak untuk
pajak penghasilan. Ketika memperoleh aset di bawah kontrak penjualan, pemasok akan
mengeluarkan nilai PPN yang dapat mengurangi anggaran.
Biaya potensial dari suatu perusahaan untuk akuisisi aset di bawah kontrak jual
beli dengan mengorbankan pinjaman akan ditentukan dengan rumus:
P C = P (C) - P (PPN) - P (IT D) + P (PT) - P (IT PT) - P (IT GR)
dimana P (C) adalah jumlah potongan pembayaran atas pinjaman (loan). Diasumsikan
ukuran pinjaman atau kredit (tidak termasuk bunga) akan sama dengan nilai aset yang
diperoleh; P (PPN) - jumlah PPN yang ditetapkan dalam dokumen pajak yang relevan,
memperhitungkan inflasi (deflasi); P (IT D)-jumlah pengurangan pajak penghasilan
karena depresiasi aset yang diperoleh selama periode penyusutan, memperhitungkan
inflasi (deflasi); P (PT)-nilai saat ini dari pajak properti, yang akan dibayar oleh
organisasi sebelum depresiasi penuh dari aset yang diperoleh, memperhitungkan inflasi
(deflasi); P (IT PT) - jumlah diskon pengurangan pajak penghasilan karena pajak
properti; P (IT GR) adalah jumlah pengurangan pajak keuntungan karena atribusi untuk
pengeluaran dari jumlah bunga di bawah pinjaman atau kredit kontrak,
memperhitungkan inflasi (deflasi).
Bunga pinjaman dihitung dengan menggunakan metode bunga efektif sesuai
dengan IFRS 9. Dengan demikian, perhitungan dan perbandingan dari jumlah biaya
potensial untuk akuisisi properti di bawah perjanjian sewa keuangan dan di bawah
kontrak jual beli dengan mengorbankan sebuah pinjaman membenarkan pilihan jenis
pinjaman sebagai sumber pembiayaan, jika memang diperlukan untuk memperbarui aset
produksi tetap dalam hal dana perusahaan mengalami defisit.

31
2.4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan metodologi untuk analisis
pengelolaan efektivitas operasi leasing keuangan berdasarkan indikator yang disesuaikan
untuk memenuhi persyaratan standar akuntansi internasional. Pada penelitian ini
diketahui bahwa perbandingan jumlah biaya potensial suatu perusahaan tergantung pada
jenis pinjaman, yaitu pinjaman (loan) atau sewa. Daftar biaya potensial yang disusun
sesuai dengan hukum peraturan yang berlaku, dengan mempertimbangkan konsekuensi
pajak dari transaksi dan komponen inflasi. Pilihan sumber pinjaman ditentukan oleh hasil
dari perbandingan biaya potensial ketika mengakuisisi properti di bawah perjanjian sewa
keuangan dan di bawah pembelian atau penjualan kontrak dengan mengorbankan
pinjaman. Keputusan dibuat dalam mendukung sumber pinjaman, dimana biaya potensial
nilainya paling kecil. Metode analisis manajemen yang dikembangkan oleh penulis
memungkinkan untuk mencapai tujuan utama dari akuntansi, yaitu, untuk membuat
keputusan manajemen yang tepat mengenai pilihan sumber pendanaan saat memperbarui
cara organisasi produksi, meningkatkan efisiensi transaksi, dan mengoptimalkan biaya
perusahaan.

32

Anda mungkin juga menyukai