Anda di halaman 1dari 8

SKENARIO KONSELING HIV/AIDS

Nama kelompok (peran) :


1. Fransysca K. Ado/ 201702010 (Pasien)
2. Luh Putu Anggita C. W/ 201702017 (Konselor)
3. Maria A. Lestari/ 201702018 (Dokter)
4. Nur Azizah/ 201702026 (Perawat)
5. Servus G. Gani/ 201702032 (Pacar Pasien)
6. Timotius S. Dori/ 201702035 (Perawat 2)

Pagi itu seorang mahasiswi berumur 21 tahun mendatangi Rumah Sakit X untuk memeriksakan
keadaannya. Setelah mengantri beberapa saat, mahasiswi itu langsung mendatangi perawat yang
bertugas dengan wajahnya yang pucat.
Perawat : selamat pagi dek, silahkan duduk. (tersenyum)
Pasien : selamat pagi juga, sus.
Perawat : boleh tahu nama dan alamatnya?
Pasien : nama saya Indah Ado. Tinggalnya di jalan Jambi-Wonokromo, sus.
Perawat : baik (mengangguk sambal mencatat biodata pasien). Bagaimana ada yang bisa
saya bantu?
Pasien : begini sus.. (jeda) saya sudah hampir sebulan ini selalu diare. Padahal saya
sudah sempat minum obat kok.
Perawat : (menyimak) apa adek juga pernah demam belakangan ini?
Pasien : demam.. (berpikir sebentar) iya juga sus, tapi muncul hilang.
Perawat : baik kalau begitu saya periksa dulu ya.. (memeriksa TTV dan kondisi mulut
pasien, apakah ada sariawan atau tidak)
Perawat : ada sariawan disebelah kiri dan kanan mulut juga ya..
Pasien : oiya sus. Sariawannya juga sudah cukup lama tidak tahu sembuh-sembuh.
Mungkin itu yang bikin saya susah makan terus berat badannya turun sekitar tiga kiloan, sus.
Perawat : baik, kalau begitu tunggu sebentar ya.. saya hubungi dokternya untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut (tersenyum)
Pasien : baik, sus (khawatir)
Perawat itu pun langsung mendatangi dokter dan melaporkan hasil pemeriksaannya yang tampak
menjurus kepada penyakit yang kini semakin banyak menyerang anak usia muda.
(adegan saat dokter langsung mengunjungi pasien yang bersangkutan bersama perawat yang
mendampingi)
Dokter : selamat pagi
Pasien : selamat pagi dok
Dokter : benar dengan saudari Indah? (tersenyum)
Pasien : iya benar, dok.
Dokter : bagaimana, sampai sekarang masih juga diare?
Pasien : iya, masih dok. Tadi kesini masih minum obat.
Dokter : minum air nya yang banyak, tidak?
Pasien : hmm, ya lumayan dok.
Dokter : (melihat status pasien yang telah dicatat perawat) baik.. (mengangguk-angguk
pelan) Indah datang kesini sama siapa?
Pasien : saya kesini sendiri dok.
Dokter : dari kondisi Indah yang tadi sudah disampaikan juga diperiksa oleh perawat..
saya menganjurkan Indah untuk melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu sebelum saya
memutuskan penyakit apa yang sedang Indah alami saat ini.
Pasien : ke-kenapa dok? Apa ada yang salah dengan kondisi saya saat ini? (mulai
khawatir)
Dokter : gejala yang ada pada Indah saat ini mengarah pada gejala terserang virus HIV
(terdiam sebentar, melihat reaksi pasien)
Pasien : (shock tidak tahu ingin berkata apa. Hanya menatap dokter lalu kemudian
menggeleng perlahan) …. Tidak mungkin, dok.
Dokter : indah jangan khawatir dulu (menguatkan pasien dengan menyentuh punggung
tangan pasien) dugaan saya ini belum tentu benar maka itu untuk memastikannya Indah harus
melakukan pemeriksaan darah dulu (menunggu reaksi pansies yang masih shock)
Pasien : (masih shock, sambil menatap dokter khawatir)
Dokter : di Rumah Sakit ini menyediakan VCT, yang mana VCT ini merupakan tempat
dimana Indah bisa berbicara lebih personal mengenai keadaan Indah saat ini. Disana ada
konselor yang bisa memberikan edukasi seputar HIV yang mungkin dapat membantu Indah.
(diam sejenak) bagaimana apakah Indah bersedia untuk saya alihkan ke bagianVCT? Karna VCT
atau Voluntary Counseling and Testing ini bersifat sukarela dari kemauan Indah sendiri.
Pasien : (berpikir sejenak) iya dok.
Setelah mendengar persetujuan dari pasien, dokter pun memberitahukan kepada suster untuk
langsung melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu sebelum mengantarkan pasien ke bagian
VCT. Pemeriksaan darah yang dilakukan berupa tes ELISA yang akan memakan waktu 2-4 hari
hingga hasil tes keluar.
(perawat mengantarkan pasien ke bagian VCT. Sebelum pasien masuk kedalam ruangan,
perawat masuk terlebih dahulu untuk memberikan status pasien kepada konselor)
Konselor : (berdiri saat pasien masuk ruangan) selamat pagi (tersenyum)
Pasien : selamat pagi.
Konselor : (masih berdiri. Menyodorkan tangan untuk berjabat tangan dengan pasien)
perkenalkan saya Luh Putu Anggita Chandra. Panggil saja Anggita (tersenyum)
Pasien : saya Indah.
Konselor : silahkan duduk Indah (mempersilahkan pasien duduk lalu membaca sekilas
status pasien) boleh saya tahu tempat dan tanggal lahirnya?
Pasien : Kayungosari, 18 Mei 1998 mbak.
Konselor : kayungosari… (mengernyitkan dahi)
Pasien : oh itu di Kalimantan Timur mbak.
Konselor : wah, jauh juga ya dari sini (memandang pasien) berarti Indah tinggal di
Surabaya bersama keluarga atau sendiri?
Pasien : saya merantau sendiri kesini mbak.
Konselor : (mengangguk-angguk pelan) bagaimana rasanya tinggal di Surabaya?
Pasien : (menarik napas sebentar) baik kok mbak (seperti ada memendam sesuatu)
Konselor : (menyadari ada sesuatu yang dipendam pasien) sudah berapa lama di Surabaya?
Pasien : saya disini kuliah sudah sejak 2017 mbak.
Konselor : Indah kuliah dimana? ambil jurusan apa? (memancing pasien untuk bercerita)
Pasien : saya jurusan keperawatan di Universitas Surabaya, mbak.
Konselor : oh ambil jurusan keperawatan ya.. (merasa tertarik) bagaimana rasanya?
Pasien : (menarik napas sebentar) baik kok mbak (seperti ada memendam sesuatu)
Konselor : berarti apa sebelumnya Indah sudah mengetahui mengenai apa itu VCT?
Pasien : iya mbak. Saya tahu VCT ini tempat konseling dan tes untuk pasien HIV
(tampak khawatir dan takut)
Konselor : indah tidak perlu takut.. (membuat kontak fisik dengan pasien) VCT ini ada
bukan untuk membuat pasien semakin takut. Malah saya ingin berterimakasih kepada Indah
karna sudah mau datang kesini dan bercerita dengan saya (jeda sejenak, melihat reaksi pasien)
Jadi… Indah tidak perlu ragu untuk bercerita dengan saya kalau ada masalah.
Pasien : (khawatir) saya takut mbak… karna saya sudah tahu seperti apa HIV itu kalau
sudah semakin memburuk.. (tampak ingin menangis)
Konselor : (menggenggam tangan pasien) tadi kamu sudah melakukan pemeriksaan darah?
Pasien : sudah mbak
Konselor : lalu kapan hasilnya keluar?
Pasien : kata perawatnya 3 hari lagi hasilnya keluar, mbak.
Konselor : baik, jadi sebelum hasilnya keluar kamu harus mempersiapkan diri dulu. Saya
akan menjelaskan beberapa hal mengenai HIV yang bisa membantu kamu, Indah.
Pasien : baik, mbak.
Konselor : jadi seperti yang kamu tahu, HIV atau Human Immunodeficiency Virus itu
merupakan jenis virus yang menyerang system kekebalan tubuh. Virus ini dapat menular melalui
darah, cairan vagina, sperma dan plasenta. Jadi virus ini tidak bisa menular melalui air ludah.
Pasien : (menatap konselor) iya mbak.
Konselor : secara umum cara kita untuk mencegah HIV ini dengan tidak berhubungan seks
terlebih dengan pasangan yang belum menikah dan tidak memakai obat terlarang. Selain itu
kondom juga bisa dipakai untuk mencegah penularan HIV ini (menatap pasien)
Pasien : (tampak takut dan khawatir. Kemudian menunduk)
Konselor : kamu sudah punya pacar?
Pasien : (masih menunduk. Lalu mengangguk) ada mbak.
Konselor : apa sebelumnya kamu pernah berhubungan seks dengan dia?
Pasien : (masih menunduk. Lalu mengangguk) iya mbak.
Konselor : apa kamu hanya berhubungan dengan dia saja? Atau.. (menunggu reaksi pasien)
Pasien : (cepat-cepat menatap wajah konselor) saya hanya berhubungan dengan dia,
mbak. Dia.. (pelan-pelan kembali menunduk) dia pacar pertama saya, mbak.. (seperti ingin
menangis) saya juga tidak yakin ini semua berasal dari dia..
Konselor : indah… selagi hasilnya belum keluar, kita juga belum bisa mengatakan kalau
virus ini berasal dari pacar kamu..
Pasien : tapi saya tau gejala yang saya alami ini gejala dari HIV, mbak (ngotot) saya…
saya takut (tampak ingin menangis)
Konselor : iya, indah.. saya tahu ini berat buat kamu (memegang tangan pasien) tapi kita
tunggu dulu sampai hasilnya keluar ya..
Pasien : (menunduk menutup wajah)
Konselor : (jeda sebentar) baik.. sekarang saya akan menyampaikan bagaimana tindakan
yang bisa kamu lakukan jika hasil tes nanti dinyatakan positif. Agar kamu tidak terlalu shock
nantinya. Seperti yang kamu tahu bahwa penderita HIV itu akan bisa bertahan jika rutin
melakukan terapi ARV atau Antiretroviral.
Pasien : iya mbak (menatap konselor)
Konselor : jadi yang pertama saat kamu mengetahui bahwa kamu positif terkena HIV, kamu
jangan dulu stress apalagi sampai depresi. Karna HIV itu bukanlah akhir dari semuanya. Kamu
masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Asalkan kamu mau mengubah pola hidupmu menjadi
lebih baik lagi (menatap pasien)
Konselor : alangkah baiknya kamu tidak lagi berhubungan seksual dengan siapa pun itu.
Terlebih karna sekarang usiamu masih muda. Kalaupun kamu sudah menikah, kamu masih bisa
berhubungan seksual tapi harus menggunakan kondom. Jaga juga pola makanmu, jangan
konsumsi rokok, minuman keras apalagi obat-obat terlarang. Karna HIV ini bisa menyertakan
penyakit atau gejala lainnya seperti TBC, penyakit kelamin seperti Herpes, sariawan, penurunan
berat badan, penyakit kulit, demam dan diare.
Pasien : (khawatir)
Konselor : tapi selagi kamu rutin mengonsumsi obat ARV itu dapat menghambat
pertumbuhan virus HIV sendiri.
Pasien : iya mbak.
Konselor : sekarang bagaimana jika hasil yang keluar adalah negatif HIV.. maka yang bisa
kamu lakukan adalah mencegah penularan HIV itu sendiri seperti yang saya jelaskan tadi.
Seperti tidak berhubungan seks dengan pasangan yang sah, tidak mengonsumsi obat-obatan
terlarang, tidak melakukan tattoo sembarangan apalagi dengan jarum suntik yang tidak steril.
Pasien : iya, baik mbak.
Konselor : ini kamu bisa ambil leaflet ini.. (menyodorkan leaflet HIV) didalamnya ada
penjelasan mengenai HIV yang mungkin bisa membantu.
Pasien : makasih ya mbak
Konselor : nanti tiga hari lagi kamu balik kesini untuk melihat hasil tesnya ya.. bila perlu,
ajak pacar kamu untuk datang. Omong baik-baik dengan dia, siapa tahu dia juga bersedia untuk
diperiksa.
Pasien : iya mbak nanti saya coba untuk berbicara dengan dia. Kalau begitu saya pulang
dulu mbak anggita. Terimakasih ya mbak.. (menatap konselor sambil tersenyum)
Tiga hari kemudian pasien datang kembali ke Rumah Sakit bersama pacarnya…
Perawat : selamat pagi (tersenyum)
Pasien : selamat pagi sus.. saya datang kesini untuk mengecek hasil pemeriksaan darah
lengkap yang tiga hari lalu dilakukan.
Perawat : atas nama siapa..
Dilain tempat, seorang perawat mendatangi ruangan dokter untuk menyampaikan hasil
pemeriksaan…
Perawat 2 : selamat pagi dokter Tary
Dokter : selamat pagi, Sep
Perawat 2 : mohon maaf mengganggu dok.. ini saya bawakan hasil pemeriksaan lab atas
nama Indah Ado usia 21 tahun
Dokter : pemeriksaan lab…
Perawat 2 : iya lab dok
Dokter : iya maksudnya pemeriksaan lab apa sep..
Perawat 2 : oh, pemeriksaan darah lengkap dok
Dokter : bagaimana hasilnya?
Perawat 2 : (menghembuskan napas, sedih) positif dok
Dokter : mukamu yang biasa saja sep… perawat itu tidak boleh baper. Mana sini
(meminta hasil lab yang masih dipegang perawat 2)
Perawat 2 : oh iya, ini dok.. (menyerahkan hasil lab)
Dokter : (melihat hasil lab) hasil ini sudah kamu tulis di status pasien?
Perawat 2 : (melihat dokter, menggeleng) belum dok
Dokter : sudah kamu kasih hasilnya ke konselor?
Perawat 2 : (melihat dokter, menggeleng) belum dok
Dokter : (menarik napas)
Perawat 2 : iya, iya dok nanti saya kasihkan kok setelah ini
Dokter : ya sudah sana
Perawat 2 : (buru-buru keluar ruangan)
Setelah itu perawat pun mengantarkan hasil pemeriksaan lab kepada konselor. Disisi lain pasien
pun diantarkan oleh perawat lainnya menuju konselor untuk mengetahui hasil pemeriksaan lab.
Konselor : selamat pagi.. silahkan duduk
Pasien : selamat pagi mbak
Konselor : ini.. pacarnya? (menatap pacar pasien)
Pasien : oiya ini kenalkan..
Pacar pasien : saya Yutha (berjabat tangan dengan konselor)
Konselor : bagaimana kabar kalian?
Pacar pasien : baik mbak
Konselor : kalian sudah berbicara sebelumnya?
Pasien+pacar : sudah mbak
Konselor : ini hasilnya sudah keluar.. tapi sebelum saya beritahu hasilnya, saya harap tidak
akan ada perselisihan diantara kalian berdua. Karna disini saya tidak mau menyalahkan satu
sama lain (menatap kedua belah pihak)
Pacar pasien : iya mbak kami berdua sudah bicara sebelumnya kok
Konselor : sekarang apa kamu sudah siap mendengar hasilnya? (menatap pasien)
Pasien : (tampak ragu) iya sudah mbak.
Pacar pasien : (merangkul pasien)
Konselor : jadi Indah dari hasil pemeriksaan kamu positif HIV (jeda sebentar melihat
reaksi pasien)
Pasien : (menghela napas lalu menutup wajah)
Pacar pasien : indah.. saya minta maaf, ndah. (menyesal)
Konselor : karna ini semua sudah terjadi, saya harap kalian bisa saling mendukung satu
sama lain.
Pacar pasien : iya mbak
Konselor : apakah Yutha sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan darah
sebelumnya?
Pacar pasien : belum mbak. Karna saya pikir diare yang saya rasakan akhir-akhir ini masalah
biasa mbak
Konselor : saya anjurkan kamu juga harus melakukan pemeriksaan ya (menatap pacar
pasien)
Pacar pasien : iya, sehabis ini saya akan lakukan mbak
Konselor : indah sehabis ini kamu bisa kembali ke perawat untuk mendapatkan terapi ARV.
Untuk pemakaian obat-obatnya perawat akan menjelaskan lebih lanjut. Tapi yang pasti ARV itu
harus dikonsumsi secara rutin ya..
Pasien : baik mbak
Konselor : kalau ada yang ingin kalian ceritakan kalian bisa kembali lagi kesini. Atau
mungkin ada yang ingin kalian tahu mengenai HIV terlebih Yutha yang belum melakukan
pemeriksaan, bisa kembali lagi kesini ya..
Pasien+pacar : iya baik mbak.
Pasien : kalau begitu kami permisi dulu ya mbak anggita, terimakasih atas bantuannya.
Konselor : iya, sama-sama (tersenyum)
Akhir cerita Yutha pun melakukan pemeriksaan dengan hasil positif HIV. Mereka berdua pun
menjalani perawatan bersama dan saling menguatkan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai