Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Rekam Medis
a. Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes 269 tahun 2008 rekam medis adalah

berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien

pada fasilitas pelayanan kesehatan. Rekam medis harus dibuat secara

tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik.

Rekam medis merupakan fakta yang berkaitan dengan

keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu yang

diisi oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

pada pasien yang melakukan perawatan (Mathar, 2018).

Rekam medis adalah segala catatan atau rekaman dalam

pelayanan kesehatan yang memenuhi unsur persyaratan sesuai

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (Sudra, 2017).

Rekam medis adalah kompilasi penting dari fakta tentang

kehidupan dan kesehatan pasien. Itu termasuk data terdokumentasi

tentang penyakit masa lalu dan sekarang maupun perawatan yang

telah ditulis oleh tenaga kesehatan profesional untuk pasien (WHO,

2006).
Arsip atau dokumen dalam dunia kesehatan disebut dengan

istilah rekam medis. Rekam medis merupakan bagian dari arsip

karena terdiri dari data-data berisi informasi pasien (Nuraini, 2019).

b. Aspek Hukum Rekam Medis

Indonesia Ada beberapa dasar hukum rekam medis di

Indonesia, antara lain:

1) UU RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


2) UU RI Nomor 29 Tabun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
3) UU RI Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan
4) Permenkes nomor 269/Menkes/PER/III/2008 Tentang

Rekam Medis
5) Permenkes RI Nomor 290/Menkes/PER/III/2008 Tentang

Persetujuan Tindakan Kedokteran


6) SK Dirjen Yanmed No. 78 YANMED RSUMDIK YMU191

tentang Penyelenggaraan Rekam Medis


7) SE Dirjen Yanmed No.HK.00.06.1.5.01160 Tahun 1995

tentang Bantuan Teknis Pengadaan Rekam Medis Dasar dan

Pemusnahan Arip Rekam Medis di Rumah Sakit.


c. Tujuan Rekam Medis

Rekam medis yang dibuat dengan berbagai aturan dan

batasan ini tentu bukan sekedar catatan biasa. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa rekam medis dibuat terutama untuk kepentingan

pelayanan terhadap pasien. Namun demikian, selain untuk

kepentingan pasien, rekam medis juga dapat dimanfaatkan untuk

berbagai hal lain sejauh tidak melanggar peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


Menurut Sudra (2017) tujuan penggunaan rekam medis dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Tujuan Primer
a) Bagi pasien
1. Mencatat jenis perawatan atau pengobatan yang

telah diterima
2. Bukti pelayanan
3. Memungkinkan PPA menilai dan menangani kondisi

risiko yang akan pasien hadapi


4. Mengetahui biaya pelayanan (Sudra, 2017).
b) Bagi tenaga pelayanan kesehatan
1. Membantu memberikan pelayanan yang akan

dilakukan (sarana komunikasi)


2. Mengetahui keadaan penyakit dan penyebabnya

(sebagai pendukung diagnostik kerja)


3. Menunjang pengambilan keputusan tentang

diagnosa dan pengobatan


4. Menilai dan menangani risiko individu pasien
5. Memfasilitasi pelayanan sesuai dengan standar

operasional prosedur yang berlaku di rumah sakit


6. Mendokumentasi faktor risiko yang di hadapi pasien
7. Menilai dan mencatat keinginan serta kepuasan

pasien
8. Menghasilkan rencana pelayanan
9. Menetapkan saran pencegahan atau promosi

kesehatan
10. Sarana pengingat para PPA
11. Menunjang pelayanan pasien
12. Mendokumentasi pelayanan yang diberikan (Sudra,

2017).
c) Bagi pihak manajemen pelayanan pasien
1. Mendokumentasikan adanya kasus penyakit

gabungan dan praktiknya


2. Menganalisis kegawatan penyakit
3. Merumuskan pedoman praktik penanganan risiko
4. Memberikan mutu dalam penggunaan pelayanan
5. Dasar penelaahan dalam penggunaan sarana

pelayanan (utilisasi)
6. Melaksanakan kegiatan menjaga mutu (Sudra,

2017).
d) Bagi pihak penunjang pelayanan pasien
1. Alokasi sumber
2. Menganalisis kecenderungan dan mengembangkan

dugaan
3. Menilai beban kerja
4. Mengomunikasi informasi berbagai unit kerja

(Sudra, 2017).
e) Bagi pihak pengelola pembayaran dan penggantian

biaya pelayanan
1. Mendokumentasikan unit pelayanan yang

memungut biaya pemeriksaan.


2. Menetapkan biaya yang harus di bayar
3. Mengajukan klaim asuransi
4. Mempertimbangkan dan memutuskan klaim

asuransi
5. Dasar dalam menetapkan ketidakmampuan dalam

pembayaran (mis.kompensasi pekerja)


6. Menangani pengeluaran
7. Melaporkan pengeluaran
8. Menyelenggarakan analisis aktuarial (tafsiran pra

penetapan asuransi) (Sudra, 2017).


2) Tujuan Sekunder
a) Edukasi
1. Mendokumentasikan pelayanan tenaga kesehatan
2. Menyiapkan sesi pertemuan dan presentasi
3. Bahan penjajaran
b) Regulasi
1. Bukti pengajuan perkara ke pengadilan (litigasi)
2. Membantu pemasaran pengawasan (surveillance)
3. Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
4. Sebagai dasar pemberian akreditasi bagi profesional

dan rumah sakit


5. Membandingkan organisasi pelayanan kesehatan

(Sudra, 2017).
c) Riset
1. Mengembangkan produk baru
2. Melaksanakan riset klinis
3. Menilai teknologi
4. Studi keluaran pasien
5. Studi efektivitas serta analisis manfaat dan biaya

pelayanan pasien
6. Mengidentifikasi populasi yang berisiko
7. Mengembangkan registrasi dan pangkalan data

(data base)
8. Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman (Sudra,

2017).
d) Pengambilan kebijakan
1. Mengalokasikan sumber-sumber
2. Melaksanakan stategis
3. Memonitor kesehatan masyarakat (Sudra, 2017).

e) Industri
1. Melaksanakan riset dan pengembangan
2. Merencanakan stategi pemasaran (Sudra, 2017).
d. Kegunaan Rekam Medis
Menurut Permenkes No. 269 tahun 2008 menyebutkan bahwa

rekam medis memiliki 5 manfaat yaitu :


1) Sebagai pemeliharaan keserahan dan pengobatan pasien
2) Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
3) Bahan untuk kepetingan penelitian
4) Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
5) Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan

Selain untuk digunakan untuk keperluan manajemen

pelayanan pasien, pemantauan kualitas pelayanan kesehatan,

kesehatan masyarakat atau komunitas, dan perencanaan dan


pemasaran fasilitas pelayanan kesehatan, rekam medis juga

seringkali digunakan untuk kebutuhan lain yang seringkali

dirangkum dalam akronim ALFRED, yaitu :

1) Administratif value

Rekam medis digunakan untuk kebutuhan administrasi

dalam pelayanan kesehatan. Sejak pasien melakukan perawatan

atau pengobatan, baik rawat jalan, rawat darurat maupun rawat

inap, hingga pasien pulang. Semua proses pencatatan ini kelak

akan sangat dibutuhkan pada saat menelusuri kembali riwayat

kedatangan pasien (Sudra, 2017).

2) Legal value

Rekam medis digunakan sebagai bukti terjadinya proses

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PPA. Rekam medis

akan dihadirkan dalam proses persidangan untuk menyelesaikan

kasus medicolegal (kasus medis yang bermuatan hukum) (Sudra,

2017).

3) Financial value

Rekam medis digunakan untuk mengitung biaya

pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien. Hal ini

terutama apabila sistem penagihan biaya pelayanan berdasarkan

item pelayanan yang telah diberikan (Sudra, 2017).

4) Research value
Baik penelitian baik bidang medis maupun non-medis,

yang dilakukan dengan menggunakan rekam medis sebagai

sumber datanya. Dalam hal penggunaan informasi dalam rekam

medis untuk penelitian tetap harus memperhattikan etika dan

peraturan perundangan yang berlaku (Sudra, 2017).

5) Education value

Dalam proses pendidikan tenaga kesehatan, baik

kelompok tenaga medis, paramedis, penunjang medis,

keteknisian medis, maupun keterapian fisik, banyak digunakan

informasi dalam rekam medis sebagai bahan pendidikan (Sudra,

2017).

6) Documentation value

Aspek “documentation” dalam hal penggunaan rekam

medis untuk manajemen pelayanan pasien, pemantauan kualitas

pelayanan kesehatan, kesehatan masyarakat/komunitas, dan

perencanaan dan pemasaran fasilitas pelayanan kesehatan (Sudra,

2017).

e. Jenis dan Isi Rekam Medis

Tugas Unit Rekam Medis mulai dari pengumpulan data,

pemrosesan data dan penyajian informasi kesehatan data yang

dikumpulkan berupa data sosial dan data medis. Data sosial

didapatkan ketika pasien mendaftar sebagai pasien, sedangkan data

medis didapatkan setelah pasien mendapat pemeriksaan dari tenaga


kesehatan. Berdasarkan cara perolehannya data dikategorikan

menjadi beberapa jenis data, yaitu :

1) Data Primer

Merupakan data atau fakta yang diperoleh secara

langsung oleh pengolah data. Contohnya data-data yang

didapatkan dari hasil survei tentang adanya balita yang

mengalami gizi buruk di masyarakat, atau survey tentang

kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan difasilitas

pelayanan kesehatan yang melibatkan pasien secara langsung

sebagai sumber data responden kuesioner (Budi, 2011).

2) Data Sekunder

Merupakan data atau fakta yang diperoleh dari orang lain

sehingga sumber data yang digunakan dapat berupa catatan,

register, rekam medis, sistem informasi di fasilitas pelayanan

kesehatan, kartu indeks, dan sensus. Contohnya untuk

mengetahui mutu kelengkapan berkas Rekam Medis dapat

dilakukan penelitian dengan menggunakan data sekunder berupa

berkas rekam medis untuk mengecek kelengkapan berkas rekam

medis setelah pasien pulang selesai mendapatkan pelayanan

difasilitas pelayanan kesehatan (Budi, 2011).

Adapun isi rekam medis merupakan catatan kesehatan,

termasuk data tentang identitas dan data medis seorang pasien.

Secara umum isi rekam medis dapat dibagi dalam 2 data, yaitu :
1) Data administratif
Data administratif mencakup data demografi, keuangan,

disamping tentang informasi lain yang berhubungan dengan

pasien, data ini dibutuhkan ketika pasien akan masuk rawat inap,

pada lembaran hak kuasa untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan dalam penangan informasi konfidensial pasien. Isi data

demografi bersifat permanen (kekal) dan setidaknya mencakup

informasi tentang:

a) Nama lengkap
b) Nomor rekam medis dan nomor asuransi atau alat

pembayaran
c) Alamat lengkap pasien
d) Tanggal lahir pasien dan kota tempat kelahiran
e) Jenis kelamin
f) Status pernikahan
g) Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-

waktu dapat dihubungi


h) Tanggal dan waktu terdaftar di tempat penerimaan

pasien rawat inap/rawat jalan/gawat darurat.


i) Nama rumah sakit (tertera pada kop formulir :

nama, alamat, telepon, kota) (Hatta, 2013).


Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi

diperlukan untuk mengisi lembar identitas pasien, lembar

ringkasan masuk keluar ataupun lembar depan di rawat jalan.

Contoh data administratif yaitu:


a) Lembar pengesahan untuk melepas informasi

mengenai rekam medis pasien


b) Formulir pengesahan pelaksanaan pelayanan
c) Formulir pemberian izin atau consent
d) Lembar hak kuasa
e) Lembar pulang paksa
f) Sertifikat kelahiran atau kematian
g) Formulir pembebasan sarana pelayanan kesehatan

dari tuntutan kehilangan atau kerusakan barang pribadi

pasien
h) Pasien yang berkaitandengan permintaan rekaman
i) Kejadian tentang riwayat atau audit
j) Klaim
k) Menelaah kualitas data
l) Identitas pasien
m) Clinical protocols, clinical pathways, clnical

practice guidelines (Hatta, 2013).


2) Data klinis

Data klinis adalah data hasil pemeriksaan, pengobatan,

perawatan yang dilakukan oleh PPA dan penunjang medis

terhadap pasien rawai inap maupun pasien rawat jalan serta rawat

darurat.

Catatan data klinis untuk pasien rawat inap di sarana

pelayanan kesehatan yaitu:

a) Riwayat medis masa lalu


b) Pemeriksaan fisik saat datang untuk meyakinkan

bahwa pasien memang perlu mendapat perawatan di sarana

pelayanan kesehatan
c) Instruksi diagnostik dan terapeutik yang diberikan

oleh tanaga medis


d) Pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan yang

merawat pasien
e) Laporan dan hasil setiap pemeriksaan diagnostik

dan terapeutik termasuk tindakan bedah, laporan konsultasi

medis
f) Diagnosis akhir dan kondisi saat pasien pulang
g) Instruksi akhir kepada pasien sebelum pulang

(Hatta, 2013).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis Bab II isi

dan jenis rekam medis pasal 3, isi rekam medis untuk pasien rawat

jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat:

1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan

dan riwayat penyakit


4) Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan/atau tindakan
8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
9) Untuk kasus gigi dilengkapi dengan Odontogram Klinik
10) Persetujuan tindakan bila diperlukan (Permenkes No 269,

2008).

Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan 1

hari (one day care) sekurang-kurangnya memuat :

1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan

dan riwayat penyakit


4) Hasil pemerikasaan fisik dan pemerikasaan penunjang
5) Diagnosa
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan atau tindakan
8) Persetujuan tindakan bila diperlukan
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan pulang (discharge summary)
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan


12) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

tertentu
13) Untuk kasus gigi dilengkapi dengan Odontogram Klinik

(Permenkes No 269, 2008).

Isi rekam medis pasien gawat darurat, banyak memuat data

pasien sekurang-kurangnya :

1) Identitas pasien
2) Kondisi pasien saat tiba
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan waktu
5) Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan

dan riwayat penyakit


6) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
7) Diagnosa
8) Pengobatan dan atau tindakan
9) Rinkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan

untit gawat darurat rencana tindak lanjut.


10) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.


11) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan

dipindahkan kesarana pelayanan kesehatan lain.


12) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

(Permenkes No 269, 2008).

Isi rekam medis dalam kondisi bencana, memuat data pasien

sekurang-kurangnya seperti gawat darurat lalu ditambah dengan :

1) Jenis bencana dan lokasi ditemukannya pasien


2) Tingkat kegawatan dan nomor pasien bencana massal
3) Identitas yang menemukan pasien (Sudra, 2017).
f. Sistem Penamaan
Penulisan nama pasien di rekam medis pasien menjadi sangat

penting artinya karena sering di jumpai beberapa pasien dengan nama

yang sama berobat di satu rumah sakit. Cara penulisan yang benar

akan memudahkan petugas rekam medis untuk mencari dan

mengambil berkas rekam medis di rak penyimpanan. Berikut

beberapa contoh cara penulisan nama pasien:

1) Penaamaan pasien yang memiliki nama keluarga

dibelakangnya, di indeks berdasarkan nama keluarga diikuti

tanda koma, baru kemudian namanya sendiri.


Contoh : Suwita Mangunkusumo
Indeksnya: Mangunkusastro, Suwito (Sutrisno, 2014).
2) Penaamaan pasien yang memiliki nama majemuk atau

dikenal sebagai nama aslinya maka tidak diubah.


Contoh : Suratno Yupanji (Yupanji bukan sebagai nama keluarga)
Indeksnya: Suratno Yupanji (sama, tidak ada perubahan)

(Sutrisno, 2014).
3) Penaamaan pasien yang memiliki nama akhirannya

menggunakan suku atau marga, di indeks berdasarkan nama suku

atau marga tersebut.


Contoh : Indah Nasution
Indeksnya: Nasution, Indah (Sutrisno, 2014).
4) Penaamaan wanita terbagi dalam 2 kategori :
a) Nama wanita yang menggunakan nama ayahnya

maka diindeks berdasarkan nama ayahnya tersebut.


Contoh : Anna sudibyo
Indeksnya: Sudibyo, Anna (Sutrisno, 2014).
b) Wanita yang sudah bersuami di indeks dengan nama

suaminya.
Contoh : Aisyah Suratno
Indeksnya: Suratno, Aisyah (Sutrisno, 2014).
Aturan ini berlaku pula untuk wanita yang sudah janda

yang masih memakai nama suaminya yang sudah meninggal.

Bila yang bersangkutan bersuami lagi, maka nama suami yang

baru sebagai indeksnya. Sedangkan untuk membedakan antara

wanita bersuami dengan wanita yang belum bersuami, maka

dibelakang nama pasien dituliskan Nn atau Ny (dalam tanda

kurung) (Sutrisno, 2014).

5) Penaamaan bayi
a) Jika bayi laki-laki dengan nama ayah “Ahmad” dari

keluarga Muslim maka diindeks: Ahmad, Bayi bin


b) Jika bayi perempuan dengan nama bapak “Abdul”

dari keluarga Muslim maka diindeks: Abdul, Bayi binti


c) Jika bayi laki-laki dengan nama ayah “Sinaga” dari

keluarga Non Muslim maka diindeks: Sinaga, Bayi


d) Jika bayi perempuan dengan nama ayah “Sitompul”

dari keluarga Non Muslim maka diindeks: Sitompul, Bayi

(Nn) (Sutrisno, 2014).

g. Sistem Penyimpanan

Sistem penyimpanan rekam medis merupakan suatu

sistem yang sangat penting dalam penyelenggaraan rekam medis

karena bertujuan untuk melindungi dan menjaga secara fisik dan

kerahasiaan rekam medis itu sendiri (Maliang, 2019).

1) Sentralisasi
Sentralisasi adalah seluruh informasi rekam medis

tentang pasien yang mendapat pelayanan rawat inap, rawat jalan

ataupun gawat darurat atau perawatan lain disimpan di satu

berkas, di satu lokasi dan dikelola oleh satu unit yaitu unit rekam

medis (Wijaya, 2017).

Tujuan utama penerapan sentralisasi (Centralized Unit

Record System) adalah bahwa unit rekam medis memelihara

rekam medis pasien secara berkesinambungan dan tersedia setiap

saat diperlukan. Jalan yang paling baik untuk mencapai tujuan ini

adalah dengan sentralisasi (Wijaya, 2017).

2) Desentralisasi
Pemisahan tempat atau lokasi penyimpanan antara rekam

medis pasien rawat jalan dan rawat inap. Bisa saja dengan satu

nomor unit atau dengan nomor yang berbeda-beda (Wijaya,

2017).
Sistem penyimpanan berkas rekam medis secara

desentralisasi merupakan suatu sistem penyimpanan dengan cara

memisahkan dokumen rekam medis seorang pasien antara

dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, dan rawat darurat

pada folder tersendiri dan atau tempat tersendiri (Riyanto dkk,

2014).
h. Sistem Penomoran

Sistem penomoran dalam rekam medis merupakan tata cara

penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat

sebagai bagian dari identitas pasien tersebut. Nomor rekam medis


mempunyai beberapa kegunaan dan tujuan yaitu, sebagai identifikasi

pasien, petunjuk pemilik dokumen rekam medis pasien yang

bersangkutan, registrasi pasien, untuk pedoman dalam tata cara

penyimpanan dokumen rekam medis, dan sebagai petunjuk dalam

pencarian dokumen rekam medis yang telah disimpan di ruang filing

(Lindawati, 2018).

2. Retensi

Menurut Permenkes 269/Menkes/PER/III/2008 Bab IV rekam

medis rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya

untuk jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat

atau dipulangkan. Rekam medis pada sarana pelayaan kesehatan non

rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2

tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.

Dalam surat edaran direktur jenderal pelayanan medik no.

HK.00.06.1.5.01160 tahun 1995 disebutkan pula mengenai Jadwal

Retensi Arsip (JRA) berkas rekam medis sebagai berikut:

Tabel 1.1
Jadwal Retensi Arsip
Aktif Inaktif Keterangan
No Kelompok RJ RI RJ RI RJ = rawat jalan
1 Umum 5 th 5 th 2 th 2 th RI = rawat inap
2 Mata 5 th 10 th 2 th 2 th
3 Jiwa 10 th 5 th 5 th 5 th
4 Orthopedi 10 th 10 th 2 th 2 th
5 Kusta 15 th 15 th 2 th 2 th
6 Ketergantungan 15 th 15 th 2 th 2 th
obat
7 Jantung 10 th 10 th 2 th 2 th
8 Paru-paru 5 th 10 th 2 th 2 th

Rekam medis ada dua jenis yaitu rekam medis aktif dan inaktif.

Rekam medis aktif adalah rekam medis yang masih digunakan karena

tingkat kunjungan pasien untuk berobat masih memungkinkan rekam

medis tersebut untuk tidak diretensi, sedangkan rekam medis inaktif

adalah rekam medis pasien yang sudah tidak pernah berkunjung lagi ke

rumah sakit dilihat dari tanggal terakhir pasien berobat yang telah

mencapai waktu tertentu (Juan dkk, 2018).

Misalnya untuk pasien jantung dengan pelayanan rawat jalan

berkas rekam medisnya akan tetap disimpan diruang filing sebagai berkas

rekam medis aktif selama 10 tahun sejak terakhir pasien berobat. Jadi

jika pasien terakhir berobat pada tahun 2010 dan tidak pernah datang lagi

sampai tahun 2020, maka berkas rekam medisnya sudah memenuhi

kriteria untuk retensi. Berkas rekam medis pasien akan di simpan di

ruang filing inaktif selama 2 tahun dan jika pasien tidak pernah datang

lagi atau pasien sudah meninggal dunia maka berkas rekam medis pasien

akan segera dimusnahkan (Sudra, 2017).

Dengan dipisahkannya berkas rekam medis inaktif dengan berkas

rekam medis aktif, maka rak filing rekam medis aktif bisa menjadi lebih

longgar lagi. Rak yang sudah terlalu padat dapat memepersulit dan

memperlambat proses penyimpanan dan pencarian kembali berkas rekam


medis pasien. Selain itu penyimpanan berkas rekam medis yang padat

juga cenderung menjadi tidak rapi, kusut, dan berkas rekam medis

menjadi mudah rusak atau robek. Jadi, hasil dari proses penyusutan

adalah dipisahnya berkas rekam medis inaktif dari berkas rekam medis

yang masih aktif (Sudra, 2017).

B. Kerangka Teori

Rekam medis aktif

Rekam medis Retensi Microfilmisasi

Rekam medis inaktif

Pemusnahan

Anda mungkin juga menyukai