OLEH :
1
LEMBAR IDENTITAS GURU
9. SK Pengangkatan:
a. Sebagai CPNS:
1) Pejabat yang mengangkat : Muhammad Tamzil
2) Nomor SK : 813/008/2008
3) Tanggal SK : 14 Januari 2008
b. Pangkat Terakhir:
1) Pejabat yang mengangkat : Mustofa
2) Nomor SK : 823.3/61/2012
3) Tanggal SK : 2 April 2012
10 Alamat Rumah:
. a. Nama Jalan : Jl. Kyai Kijing Gg, Mawar
b. Lingkungan RT dan Kelurahan/ : Rt.05 / Rw 01
Desa : Ngembal Kulon
c. Kecamatan : Jati
d. Kabupaten : Kudus
e. Provinsi : Jawa Tengah
f. Telpon/ HP/ Fax 0858 6669 2221
2
HALAMAN PENGESAHAN
Membenarkan bahwa semua isi dalam Laporan Kegiatan Publikasi Ilmiah ini
adalah sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan hasil tulisan asli yang
bersangkutan.
Disahkan oleh :
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkankan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis sehingga Laporan Kegiatan
Publikasi Ilmiah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan ini dapat diselesaikan berkat
adanya bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Bapak Sujarwo, S.Pd., M.Or. selaku Kepala SMP 2 Kudus yang telah
memberikan motivasi baik material maupun spritual kepada penulis untuk
mengadakan seminar hasil penelitian yang diadakan di sekolah tempat
penulis bertugas.
2. Teman-teman seprofesi yang telah banyak membantu memberi masukan
baik kritik maupun saran ketika penulis pada saat kegiatan publikasi
Ilmiah (seminar PTK) dan juga memberikan motivasi untuk segera
menyelesaikan penulisan Laporan ini.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………… 1
IDENTITAS GURU………………………………………………………. 2
LEMBAR
PENGESAHAN…………………………………………………………… 3
KATA PENGANTAR…………………………………………………… 4
DAFTAR ISI……………………………………………………………. 5
LAMPIRAN – LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsekuensi dari jabatan guru sebagai profesi, tidak cukup bila guru hanya
melakukan tugasnya mengajar, membimbing dan mendidik para siswanya,
melainkan harus selalu mengembangkan profesinya tersebut. Pengembangan
terhadap profesi guru tersebut hendaklah dilaksanakan secara terprogram dan
berkelanjutan, melalui kegiatan Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
yang memang merupakan salah satu kegiatan yang dirancang untuk mewujudkan
terbentuknya guru yang profesional.
Sejalan dengan hal tersebut menurut Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 tahun 2009,
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dimana jabatan fungsional
guru saat ini menjadi jabatan ahli. Pengembangan karier guru untuk naik setingkat
lebih tinggi di unsur utama disyaratkan yang merupakan kewajiban harus
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang berupa
kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. .Untuk
memenuhi kewajiban tersebut kami telah melakukan dan mengikuti berbagai
kegiatan untuk memenuhi persyaratan dan kewajiban dalam penilaian kinerja guru
agar kami dapat memperoleh nilai kinerja dan angka kredit.
Kegiatan Publikasi Ilmiah tersebut dilakukan melalui dua kegiatan yaitu dua
jenis kegiatan, yakni sebagai berikut:
1. Publikasi Ilmiah berupa artikel dalam Jurnal
2. Kegiatan Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai tanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepala sekolah
kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah, dan sekedar untuk
mengimbaskan hasil yang penulis peroleh selama mengadakan penelitian di
sekolah, maka penulis perlu untuk menuliskan laporan kegiatan ini.
6
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan dari kegiatan publikasi Ilmiah ini adalah untuk
meningkatkan kompetensi penulis sebagai guru, baik kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi managerial maupun kompetensi sosial yang
dirasakan oleh penulis masih kurang.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pengembangan diri ini antara lain
adalah sebagai berikut:
7
BAB II
Eni Kuswati
enikuswati_smp2kudus@yahoo.co.id ; enikustwin@gmail,com
8
explain to his own material well and is able to express his opinion. Broader results
achieved from using peer lessons learning is that students are able to obtain
various race championships in every event and obtain maximum results and
satisfying.
Keywords: Innovative Learning, Peer Lessons, active, constructivism
PENDAHULUAN
Pembelajaran saat ini adalah pembelajaran yang cenderung menerapkan
pembelajaran konstruktivistik. Namun, kebanyakan praktisi pendidikan
menganggap bahwa makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai
penerimaan informasi dari sumber informasi yaitu guru dan buku pelajaran,
akibatnya guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan mentransfer
informasi dari guru ke peserta didik. Makna belajar seperti ini tidak sesuai dengan
paham konstruktivisme yang dianut saat ini. Pergeseran pola berpikir tersebut
berimplikasi pada penetapan tatanan tertentu dalam pembelajaran terutama sejak
dilaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran pendidikan (KTSP). Tatanan
tertentu yang menjadi fokus pembelajaran mendasarkan diri pada hakikat tuntutan
perkembangan IPTEK. Beberapa kecenderungan tersebut, antara lain : (1)
penempatan empat pilar pendidikan UNESCO : Learning to know, learning to do,
learning to be dan learning to life together, (2) kecenderungan bergesernya
orientasi pembelajaran dari teacher centered menuju student centered, (3)
kecenderungan pergeseran dari content based curriculum menuju competency
based curriculum, (4) perubahan teori pembelajaran dan assesment dari model
behavioristik menuju model konstruktivistik dan (5) perubahan pendekatan teoritis
menuju kontekstual.
Latar belakang dalam penelitian ini adalah Pada kegiatan pembelajaran
yang harus dilakukan guru adalah bagaimana guru dapat menyampaikan pelajaran
secara efektif, menyenangkan, menarik perhatian peserta didik dan pembelajaran
bertumpu pada peserta didik (student centered). Untuk itu pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Salah satu metode yang dapat mengubah pola pikir peserta didik
adalah Model pembelajaran inovatif dengan menggunakan Metode peer lessons
9
sama juga dengan mengajar sesama teman. Metode ini digunakan karena akan
mendorong guru dan peserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara
aktif dan kreatif sehingga dapat diharapkan tercapainya keberhasilan dalam
pembelajaran. SMP 2 Kudus merupakan Sekolah Menengah Pertama yang
memiliki atau meraih berbagai prestasi baik dibidang akademik maupun non
akademik, seperti menjuarai OSN (Olimpiade Science National) IPS, LCC
(Lomba Cerdas Cermat), Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) IPS, oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengkaji pembelajaran di Smp 2 Kudus.
10
Model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran
tertentu, termasuk tujuannya, langkah-langkahnya (syntax), lingkungannya, dan
sistem pengelolaannya. Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran
didasarkan pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang
lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat
berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan
tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi peserta didik.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan
(pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan
kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan
KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan
urutan yang logis. Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a)
deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c)
manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f)
desain pembelajaran. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih
bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang
kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self
directed) dan di mediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction).
Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik, dalam
teori konstruktivistik adalah bahwa proses pembelajaran peserta didiklah yang
harus mendapatkan penekanan. Peserta didiklah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuannya sendiri, bukan guru atau orang lain. Peserta didik yang harus
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar peserta didik
secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan akan membantu
peserta didik untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif peserta didik.
Alasan menggunakan metode peer lessons karena Peer Lessons adalah sebuah
strategi yang mengembangkan Peer Teaching dalam kelas yang menempatkan
seluruh tanggung jawab untuk mengajar pada peserta didik sebagai anggota kelas
(Mel Silberman, 2007). Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh
teman sebaya (Peer Teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh
11
guru (Anita Lie, 2007). Sedangkan menurut Zaini, (2008) pengertian peer lessons
adalah yang mengajarnya dengan teman sebaya atau sesama teman. Peer lessons
adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan
dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang
bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu jadi siswa itu berlatih memegang
peranan sebagai orang lain (Roestiyah, 2007). Jadi Peer Lessons merupakan
Metode pembelajaran yang merupakan bagian dari model pembelajaran aktif dan
inovatif. Ini berarti metode Peer Lessons merupakan metode belajar dengan
menggunakan suatu pendekatan dimana seorang peserta didik menjelaskan suatu
materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya, dimana peserta didik
yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih dibanding teman yang
lainnya.
12
Sosial yang diberlakukan di SMP/ MTs merupakan integrasi atau gabungan dari
unsur-unsur Ilmu-ilmu sosial seperti Ekonomi, Geografi, Sejarah dan sosiologi.
METODE PENELITIAN
13
silabus, RPP, penilaian dan program remedial. Berdasarkan temuan hasil
wawancara maupun analisis dokumen yang ada dapat diketahui bahwa sistem
penyusunan program pembelajaran di SMP 2 kudus, perencanaan pembelajaran
yang dibuat guru sudah sesuai acuan yang ada dalam kurikulum.
14
peranannya dengan baik untuk menumbuhkan semangat peserta didik dalam
mempelajari IPS. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pembelajaran IPS yang dilaksanakan guru sudah mengarah pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang mengacu pada belajar
konstruktivismme peserta didik. Kegiatan pembelajaran lebih banyak di dominasi
oleh peserta didik dari pada guru. Kegiatan pembelajaran yang sudah mengarah
pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang mengarah pada gaya belajar
konstruktivisme terlihat dari beberapa komponen pembelajarannya yaitu strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, materi, media pembelajaran dan Penilaian
pembelajaran IPS melalui metode Peer lessons. Pelaksanaan pembelajaran IPS
melalui metode peer lessons di SMP 2 KUDUS, terlihat dari beberapa komponen
pembelajaran berikut ini:
a. strategi pembelajaran yang diterapkan guru sudah sesuai dengan strategi yang
berkaitan dengan pembelajaran IPS, Dilihat dari strategi pembelajaran menurut
pendapat Wina Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya bahwa Strategi
pembelajaran masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang
akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode tertentu. strategi pembelajaran merupakan salah satu
komponen dalam kegiatan pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru.
Penggunaan strategi pembelajaran yang efektif akan membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas daan efisiensi
pembelajaran, sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009: 107). Penggunaan
metode yang bervariasi akan membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik. Penggunaan metode yang
tidak bervariasi akan mengakibatkan pembelajaran monoton dan
membosankan. Apabila hal ini terjadi peserta didik akan kehilangan minat
untuk belajar IPS. Penggunaan metode belajar yang bervariasi akan terasa lebih
15
menggairahkan peserta didik. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah
dengan mengkombinasikan beberapa macam metode pembelajaran,yaitu
ceramah, Peer lessons, tanya jawab, inquiry dan penugasan, Mel siberman
(2007), mengungkapkan metode pembelajaran yang baik akan merangsang
terjadinya kerjasama oleh kelompok dan meningkatkan kreativitas peserta
didik.
c. Materi pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik sudah sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai, yaitu mampu menunjukan posisi
geografis, menganalisis hubungan posisi geografis dan iklim, mengidentifikasi
penyebab terjadinya perubahan musim, menyajikan informasi persebaran flora
dan fauna dan mendeskripsikan jenis-jenis tanah dan pemanfaatannya. Buku-
buku paket yang digunakan relevan dengan topic pembelajaran dan sudah
sesuai dengan KTSP seperti yang di ungkapkan Nana sudjana (1989:67) bahwa
dalam menetapkan materi pelajaran ada beberapa hal yang perlu di perhatikan,
antara lain bahan harus sesuai untuk menunjang tercapainya tujuan, penetapan
bahan pengajaran harus serasi dengan urutan tujuan, dan hal yang perlu di
perhatikan dalam menetapkan bahan adalah kemampuan guru memilih bahan
yang akan di berikan pada peserta didik.,
d. Media pembelajaran yang digunakan guru sudah memanfaatkan media TI
(Teknologi Informatika ) .Media yang digunakan guru power point yang di
visualisasikan melalui LCD, laptop, peta, globe dan modem yang dibawa sendiri
oleh peserta didik untuk mendukung presentasi, Menurut Sri Anitah (2011)
bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengaruh positif tersebut antara lain media
dapat digunakan sebagai alat bantu yang digunakan untuk memotivasi peserta
didik agar lebih tertarik, memperjelas informasi atau pesan pelajar, memiliki
fungsi memberikan tekanan pada bagian-bagian yang penting, dan memberi
variasi pada pengajaran. Hal tersebut sependapat dengan Hamdani (2011) media
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
16
instruksional di lingkungan peserta didik, yang dapat merangsang peserta didik
untuk belajar.
e. Penilaian pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah meliputi penilaian
proses dan hasil. Depdiknas (2007) menyebutkan poses pemberian nilai yang
dicapai dengan menggunakan kriteria tentang kompetensi yang dicapai.
Kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai
yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Selanjutnya Penilaian
yang dilaksanakan guru meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian
proses meliputi :1) Pemahaman dan keruntutan materi, 2) Kerjasama kelompok,
3) Penggunaan media, 4) Kepercayaan diri menjadi tutor, 5) Penampilan, 6)
Dinamisasi suara. Penilaian proses yang dinilai adalah penampilan saat
menjelaskan pokok bahasan pada teman sebayanya. Penilaian hasil adalah
ulangan tertulis, penilaian yang di terapkan guru sudah sesuai dengan yang ada
dalam KTSP, yaitu penilaian berbasis kelas (PBK). Masnur muslich (2007)
menyatakan bahwa PBK pada KTSP mempunyai kekhasan sebagai berikut . a)
dari klasifikasi siswa bergeser ke pengembangan kemampuan siswa; b) lebih
cendrung kepada penilaian acuan kriteria ; c) kompentensi dan indikator menjadi
acuan ; d) menerapkan berbagai macam penilaian ; e) berupaya memberikan
profil kemampuan siswa secara lengkap ; f) mengoptimalkan kompetensi siswa.
Ketiga, Menurut Suharsimi arikunto dalam bukunya hamdani (2011: 296)
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan
alternative yang tepat dalam mengambil keputusan. Secara Umun tujuan utama
evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah mendapatkan informasi yang
akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik
sehingga tindak lanjut hasil belajar dapat diupayakan dan dilaksanakan. (Hamdani,
2011). Evaluasi pembelajaran melalui metode peer lessons ini dapat mengaktifkan
peserta didik, peserta didik mampu mengajarkan materi kepada temannya
sebayanya menumbuhkan persaingan belajar yang baik, peserta didik berlomba-
lomba untuk menjadi yang terbaik, menumbuhkan kreativitas dalam belajar,
mampu membuat media sendri untuk presentasi. mampu menumbuhkan
17
kepercayaan diri peserta didik belajar dan mampu mengungkapkan pendapat, serta
serta mampu menggali potensi pengetahuan yang dimiliki peserta didik secara
optimal.
18
membuat media sendiri untuk presentasi, mampu memaparkan materi kepada
temannya sendiri dengan baik, mampu mengungkapkan pendapatnya,
memumbuhkan kreativitas dalam belajar, adalah beberapa peserta didik menjadi
senang belajar IPS dan beberapa dari peserta didik mengikuti kejuaraan seperti
OSN IPS, LCC, Lomba siswa berprestasi, LPIR IPS (Lomba Penelitian Ilmiah
Remaja) dan tidak kalah hebatnya setiap event lomba peserta didik mendapat
juara, baik juara tingkat kabupaten maupun provinsi. Ini terbukti pembelajaran
IPS berhasil karena salah satunya menggunakan metode peer lessons.
KESIMPULAN
1. Perencanaan pembelajaran yang di buat guru sudah sesuai pedoman yang ada
dalam kurikulum. Adapun perangkat perencanaan pembelajaran bidang studi
IPS dalam KTSP yang dibuat guru adalah Prota, Promes, RPP, Silabus IPS.
Perangkat pembelajaran (RPP) tersebut di buat secara berkelompok melalui
MGMP, akan tetapi dalam pelaksanaannya guru mengembangkan sendiri
karena menggunakan pendekatan CTL. Jadi dalam pelaksanaannya
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di sekolah .
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP 2 KUDUS, terlihat dari beberapa
komponen pembelajaran berikut ini: a) Strategi pembelajaran yang di terapkan
guru sudah sesuai dengan strategi yang berkaitan dengan pembelajaran IPS , b)
Metode pembelajaran yang diterapkan bervariasi, dalam pelaksanaan
pembelajaran guru telah mengkombinasikan beberapa macam metode
pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode peer lessons, metode tanya
jawab, Inquiry, dan penugasan c) Materi pembelajaran yang di ajarkan
kepada peserta didik sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin di
capai, yaitu materi dengan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan kondisi fisik
19
wilayah dan penduduk. Buku-buku paket tersebut relevan dengan topik
pembelajaran dan sudah sesuai dengan KTSP, d). Media pembelajaran yang
digunakan guru sudah memanfaatkan media IT (Informatika Teknologi) yaitu
media audio, media visual dan media audio visual. Media lain yang di gunakan
guru adalah buku dan materi tambahan dari internet, media lain saat tampil
peserta didik membawa sendiri, e) penilaian pembelajaran yang dilaksanakan
guru sudah meliputi penilaian proses dan penilaian hasil.
3. Dapat ditarik sebuah kesimpulan dari pembelajaran IPS melalui metode peer
lessons (Tutor sebaya) seorang guru mampu berperan sebagai fasilitator,
mediator, motivator dan model bagi peserta didik. Peserta didik memiliki
antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui metode peer
lessons. Metode peer lessons ini dapat mengaktifkan peserta didik,
menumbuhkan persaingan belajar yang baik, peserta didik berlomba-lomba
untuk menjadi yang terbaik, menumbuhkan kreativitas dalam belajar dan
mampu menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik belajar dan mampu
mengungkapkan pendapat, serta peserta didik mampu mengajarkan materi
kepada temannya sebayanya. Pembelajaran IPS melalui metode peer lessons
mampu menggali potensi pengetahuan yang dimiliki peserta didik secara
optimal.
4. Kendala-kendala dan solusi dalam pembelajaran IPS di SMP 2 Kudus dapat
dibedakan menjadi tiga sumber, yaitu : a) guru mengalami kesulitan pada
pengelolaan kelas, b) peserta didik masih merasa kurang percaya diri sehingga
pada waktu presentasi merasa nerveous, lupa materi, kurang percaya diri,
kekompakan anggota kelompok yang masih kurang, kemampuan dinamisasi
suara yang kurang, dan kurang bisa memaparkan materi c) sarana dan
prasarana sekolah khususnya dalam pembelajaran IPS kurang memadai.
Beberapa cara untuk mangatasi kendala dalam pembelajaran IPS melalui
metode peer lessons di SMP 2 Kudus di sesuaikan dengan kendala yang di
hadapi. Kendala yang berasal dari guru, yaitu guru mengalami kesulitan pada
pengelolaan kelas dapat di atasi dengan kemampuan guru dalam mengontrol
20
dan mengelola kelas, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif
dan semua materi dapat di sampaikan secara maksimal. Kendala dalam
pembelajaran IPS yang bersumber dari peserta didik dapat di atasi dengan lebih
serius dalam berlatih menjadi tutor yang benar dan saling memberi motivasi
agar tidak malu dan nervous lagi, meminta pengarahan lebih lanjut dari guru
diluar jam pelajaran agar peserta didik tahu letak kesalahan dan
kekurangannya dalam melakukan tutoring, perlu terus melatih rasa percaya diri,
saling membantu dalam memahami materi agar bisa menguasai pelajaran,
meningkatkan kekompakan anggota kelompok agar terpupuk rasa keberanian,
saling membantu mencari informasi tambahan dan media dan melakukan
evaluasi terhadap hasil penampilan. Kendala pembelajaran IPS yang di
sebabkan oleh sarana dan prasana yang saat dibutuhkan tidak bisa digunakan
dapat di atasi dengan membawa media /peralatan sendiri.
5. Hasil yang dicapai pembelajaran IPS melalui metode peer lessons adalah
selain dapat menumbuhkan kreativitas, rasa percaya diri, semangat belajar IPS,
memotivasi belajar peserta didik, Peserta didik berlomba-lomba untuk menjadi
yang terbaik. Pembelajaran IPS melalui metode peer lessons bukan sekedar
menghapal namun mampu mengali pengetahuannya sendiri serta mampu
menyampaikan materi kepada temannya sendiri. Hasil lebih luas dari
keberhasilan mengaktifkan peserta didik adalah beberapa peserta didik menjadi
senang pelajaran IPS dan beberapa dari peserta didik mengikuti beberapa
kejuaraan. seperti OSN IPS, LCC, Lomba siswa berprestasi, LPIR IPS (Lomba
Penelitian Ilmiah Remaja) dan meraih juara tidak hanya di tingkat Kabupaten
tetapi di tingkat provinsi.
SARAN
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran IPS di sekolah. Oleh karena itu adanya fasilitas
dalam pembelajaran IPS akan lebih menunjang keberhasilan pembelajaran
sesuai dengan yang diharapkan.
21
2. Guru IPS hendaknya agar selalu berusaha menjadi guru yang profesional
dengan cara terus mempelajari model – model pembelajaran inovatif agar tetap
mampu mempertahankan keprofesionalannya dalam mengajar dan mampu
memilih strategi, metode, materi, media, dan penilaian yang tepat dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and management. New jersey: The
MC.Graw Hill Companies, Inc.
22
Mulyasa.E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karalteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nunun, Sumantri. Dalam Depdiknas.2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta.
Oemar Hamalik,2008. Media Pendidikan.Bandung: Aditiya Bakti
Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek, Surabaya:
Prestasi pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Manusia
23
2. Laporan Publikasi Ilmiah “ Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas ”
Judul :
ABSTRAK
enikuswati_smp2kudus@yahoo.co.id
24
Keberhasilan belajar peserta didik disekolah sangat tergantung kepada
model pembelajaran yang dipilih oleh guru, faktor lain yang tidak bisa diabaikan
dalam pembelajaran adalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Perencanaan, Pelaksanaan,
observasi dan refleksi serta mengevaluasi, mengidentifikasi kendala dan solusi
dalam mengatasi kendala tiap siklusnya serta mengetahui hasil yang dicapai
dalam pembelajaran pendekatan scientific melalui model Discovery Learning
pada peserta didik kelas VII E di SMP 2 Kudus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar
peserta didik. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data
diperoleh dari tempat dan peristiwa, angket, observasi dan dokumen. Tempat dan
peristiwa Proses pelaksanaan pembelajaran terjadi di kelas VIII E SMP 2 Kudus
yang melibatkan dua orang pengamat. Dokumen berupa RPP dan foto-foto
kegiatan pembelajaran Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan model
analisis interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan
simpulan /verifikasi.
Hasil penelitian bedasarkan pada siklus I tingkat aktivitas peserta didik
menunjukan rata-rata capaian optimum cukup, pada siklus II tingkat aktivitas
peserta didik menunjuka rata-rata capaian optimum Baik. Perolehan rata-rata skor
rerata tes tertulis pada siklus I adalah B- dan pada siklus II rata-rata skor rerata
adalah A-. Apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hasil peserta
didik pada siklus 1 yang mencapai KKM sebanyak 19 peserta didik dengan
presentase perolehan 55% dan pada siklus ke II peserta didik yang mencapai
KKM sebanyak 32 peserta didik dengan perolehan presentase sebanyak 93 %.
Hasil observasi pembelajaran pendekatan scientific pada siklus I dan Siklus II
terhadap Aktivitas guru menunjukkan adanya peningkatan. Hasil yang diperoleh
dari penggunaan pendekatan scientific melalui model Discovery Learning dalam
upaya peningkatan aktivitas sudah baik, namun perlu dibarengi dengan
pengamatan yang berkesinambungan terhadap sikap, keterampilan dan
pengetahuan peserta didik dalam kehidupan di sekolah.
PENDAHULUAN
25
melalui pelatihan-pelatihan, memiliki motivasi dan konsisten bersedia
menjalankan tugas sebagai guru dengan penuh semangat. Proses pembelajaran
yang sesuai tuntutan kurikulum 2013 ini mungkin terasa sulit jika guru, peserta
didik, orang tua, masyarakat tidak mau mengubah mindset. Apalagi bagi guru
yang sudah terbiasa mentransfer saja ilmu pengetahuan kepada peserta didik
melalui metode ceramah yang membosankan dan mendikte peserta didik untuk
melakukan proses belajarnya sesuai keinginan guru, sehingga peserta didik
menjadi terbiasa menerima pelajaran tanpa berusaha untuk mencari tahu, tanpa
bisa menemukan sendiri, dan tanpa bisa memecahkan masalah sendiri.
Dalam hal ini guru ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan
mencobakan suatu strategi pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu
pendekatan pembelajaran yang akan membuat peserta didik lebih berpartisipasi
aktif sehingga kegiatan peserta didik dalam belajar jauh lebih dominan dari pada
kegiatan guru dalam mengajar. Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi
pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi
menempatkan bahwa guru mata pelajaran IPS sebagai subyek dan pusat sumber
belajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif, inovatif
dan menyenangkan juga ditampakkan pada kegiatan dengan menggunakan
Pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 berbasis saintifik yang terdiri atas lima
langkah pembelajaran, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar dan mengomunikasikan dapat dilanjutkan ke tahap mencipta.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan pendekatan scientific melalui model discovery learning
untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik yang akan dilakukan di kelas
VII E Smp 2 Kudus pada mata pelajaran IPS dengan materi pembelajaran
pertumbuhan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk.
26
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi
pekerti dan sikap, jadi aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan peserta didik untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah
aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti mengamati, bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru
dan bisa bekerjasama dengan peserta didik lain, serta tanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, dimana masing-masing peserta didik dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari peserta
didik akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi belajar. Indikator aktivitas peserta didik dapat
dilihat dari; pertama, mayoritas peserta didik beraktivitas dalam pembelajaran;
kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan peserta didik; ketiga,
mayoritas peserta didik mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam
Lembar Kerja Siswa melalui model pembelajaran discovery.
Beberapa para ahli meyakini bahwa melalui pendekatan scientific /ilmiah,
selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik untuk
melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau
kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, peserta didik dibelajarkan dan
dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini
dalam melihat suatu fenomena. Peserta didik dilatih untuk mampu berfikir logis,
runut dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (High
Order Thingking/HOT). Combie White (1997) dalam bukunya yang berjudul
“Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom Practice” telah
mengingatkan kita tentang pentingnya membelajarkan para siswa tentang fakta-
fakta. “Tidak ada yang lebih penting, selain fakta“, demikian ungkapnya.
27
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran
yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan scientific/ilmiah. Pendekatan
pembelajaran Kurikulum 2013 berbasis scientific pada dasarnya terdiri atas lima
langkah pembelajaran, yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengumpulkan
informasi, menalar/ menganalisis, dan mengomunikasikan jika dimungkinkan
melanjutkan ketahap mencipta.
Dalam penelitian ini salah satu model pembelajaran dalam kurikulum 2013
yang digunakan adalah model Discovery learning. Model Pembelajaran
Diskovery – inquiry (Discovery- inquiry Learning) diartikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mampu mengorganisasi sendiri
hasil belajarnya, sebagai model pembelajaran. Kondisi seperti ini ingin merubah
kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam
discovery learning hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada peserta
didiknya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, history, atau
seorang ahli. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, sehingga peserta
didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan, serta membuat simpulan-simpulan. (Implementasi
Kurikulum 2013, Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP,
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013).
28
dapat dilakukan oleh peserta didik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dilakukanlah penilaian autentik (authentic assessment). Teknik penilaian yang
dapat dikategorikan pada penilaian autentik adalah penilaian Unjuk kinerja
(performance assessment), observasi sistematik, dan portofolio (Depdikbud,
2002 : 25). Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam
menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks tertentu. Observasi sistematik
digunakan untuk mengetahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap
peserta didik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi
evaluasi autentik yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi. Perubahan
besar dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik mengevaluasinya. Sasaran
berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan peserta didik ke arah
mengukur bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuannya untuk
memecahkan persoalan kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini,
tekniknya pun berubah dari teknik pencil and paper test ke arah tes perbuatan
dengan teknik utama observasi tindakan.
METODOLOGI PENELITIAN
29
hasil belajar peserta didik. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen penelitian: Angket penilaian diri peserta didik, catatan
lapangan hasil pengamatan (observasi), dan dokumentasi. Bentuk instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Pengamatan difokuskan pada
kegiatan pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan pendekatan Scientific
melalui model discovery Learning. Catatan lapangan dilakukan dengan mencatat
peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik secara diskriptif
maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan mendokumen data verbal tertulis
dan foto.
Rencana Tindakan
Rencana PTK merupakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi
definisi harus prospektik atau memandang ke depan pada tinbdakan dengan
memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehingga beresiko sedikit.
30
Rencana perlu dibuat cukup fleksible agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh
yang terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Untuk mengatasi
permasalahan pada kondisi awal guru membuat Perencanaan tindakan meliputi
kegiatan mempersiapkan langkah-langkah rencana pembelajaran (RP) dengan
menggunakan pendekatan scientific melalui model discovery Learning,
mempersiapkan media yang akan digunakan pada proses pembelajaran, Sebagai
bahan pendamping kegiatan pembelajaran guru IPS menggunakan lembar kegiatan
siswa 1 (LKS 1) untuk aktivitas individu dan LKS 2 untuk kegiatan aktivitas
kelompok yang menekankan pada aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, Menalar, dan mengkomunikasikannya kepada temannya. Membuat
lembar observasi untuk memantau kegiatan pembelajaran, membuat alat evaluasi
untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik.
Pelaksanaan Tindakan
31
dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Data observasi yang diambil
adalah angket penilaian diri siswa, aktivitas belajar siswa mulai pertemuan
pertama sampai pertemuan akhir. Data yang terkumpul pada tahap ini berisi
tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya
terhadap proses dan hasil tindakan yang dikumpulkan dengan alat bantu Instrumen
pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Berbagai alat ukur perlu dipilih
guna kepentingan triangulasi data.
Refleksi
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan angket yang telah diisi oleh peserta didik, kondisi awal
aktivitas peserta didik hanya mencapai rata-rata capaian optimum kurang
aktivitas dan hasil belajar peserta didik masih banyak dibawah kriteria ketuntasan
batas minimal (KKM). Hal ini disebabkan kegiatan pembelajaran pada kondisi
awal terlihat kurang aktivitas karena peserta didik tidak dilibatkan secara aktif
dalam pembelajaran. Peserta didik hanya duduk, mendengarkan dan sesekali
menjawab pertanyaan guru. peserta didik melaksanakan tugas karena diawasi guru
meskipun peserta didik dapat meyelesaikan tugasnya namun peserta didik hanya
32
menguasai konsep yang diberikan guru bukan atas dasar pengetahuannya sendiri.
Pada akhirnya pengetahuan yang peserta didik dapat akan cepat menguap.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific
memalui model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
peningkatan hasil belajar siswa. Dapat diketahui dari lembar observasi aktivitas
belajar peserta didik ada peningkatan terhadap aktivitas belajar peserta didik dari
siklus I dan dilakukan perbaikan perbaikan di siklus II, hal ini disebakan pada
pelaksanaan siklus ke II guru membagi peserta didik kedalam kelompok kecil
sehingga peserta didik berperan dan bertanggung jawab penuh terhadap tugasnya.
Tabel perbandingan siklus I dan siklus II dapat dilihat seperti dibawah ini:
Tabel 4.13
Tabel Perbandingan aktivitas Belajar Siklus I, Siklus II
Siklus 1 Siklus II
Diskusi Presentasi Diskusi Presentasi
Huruf Jumlah Huruf Jumlah Huruf Jumlah Huruf Jumlah
peserta peserta Peserta peserta
didik didik didik didik
A - A - A 4 A 1
A- - A- 1 A- 6 A- 6
B+ - B+ 3 B+ 11 B+ 11
B 3 B 5 B 6 B 4
B- 3 B- 6 B- 7 B- 8
C+ 17 C+ 16 C+ - C+ 12
C 1 C 3 C - C -
C- 10 C- - C- - C- -
D+ - D+ - D+ - D+ -
D - D - D - D -
33
Berdasarkan data dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara khusus Model
Pembelajaran pendekatan scientific melalui model discovery learning dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam belajar Ilmu Pengetahuan
sosial.
Tabel 4.14
Refleksi Aktivitas Belajar Siklus I, Siklus II
Siklus I Siklus II Refleksi
Peserta didik sudah Peserta didik aktivitas Aktivitas peserta siswa
terlihat meningkat belajarnya meningkat dalam pembelajaran
aktivitasnya pada dibandingkan siklus I meningkat dapat karena
kegiatan proses pada kegiatan proses pada siklus II peserta didik
pembelajaran, karena pembelajaran, karena diposisikan pada
peserta didik diajak peserta didik diajak kelompok kecil sehingga
untuk mengamati, untuk mengamati, peran sertanya dalam
menanya, menanya, pembelajaran lebih
mengumpulkan mengumpulkan bertanggung jawab atas
informasi dari informasi dari berbagai tugasnya.
berbagai sumber sumber
34
mengarah ke pembelajaran kontesktual, hal ini terlihat pada pertanyaan-
pertanyaan yang dirumuskan peserta didik pada kegiatan menanya.
Ditinjau dari data hasil nilai tes tertulis maka hasil belajar peserta didik
telah mengalami peningkatan dibandingkan siklus I, seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.15
Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II
Siklus 1 Siklus II
Skor Rerata Huruf Jumlah Skor rerata Huruf Jumlah
peserta peserta
didik didik
3,85 < X ≤ 4,00 A - 3,85 < X ≤ 4,00 A 1
3,51 < X ≤ 3,84 A- 10 3,51 < X ≤ 3,84 A- 17
3,18 < X ≤ 3,50 B+ 9 3,18 < X ≤ 3,50 B+ 14
2,85 < X ≤ 3,17 B 8 2,85 < X ≤ 3,17 B 2
2,51 < X ≤ 2,84 B- 7 2,51 < X ≤ 2,84 B- -
2,18 < X ≤ 2,50 C+ - 2,18 < X ≤ 2,50 C+ -
1,85 < X ≤ 2,17 C - 1,85 < X ≤ 2,17 C -
1,51 < X ≤ 1,84 C- - 1,51 < X ≤ 1,84 C- -
1,18 < X ≤ 1,50 D+ - 1,18 < X ≤ 1,50 D+ -
1,00 < X ≤ 1,17 D - 1,00 < X ≤ 1,17 D -
35
didik dari jumlah 34 peserta didik lebih bertanggung jawab
peserta didik sehuingga semua peserta didik dapat
berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
PEMBAHASAN
36
guru dapat menerapkan pembelajaran scientific yang dirancang untuk melibatkan
semua peserta didik menjadi aktif dalam proses belajar. Maka untuk memperbaiki
kondisi awal, pada siklus I guru melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
pendekatan scientific diantaranya guru menempatkan peserta didik dalam
kelompok yang anggotanya terdiri dari 6-7, hal ini menunjukan aktivitas belajar
peserta didik meningkat terutama karena peserta didik diajak untuk mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi dari berbagai sumber meskipun masih ada
peserta didik yang kurang berperan aktif dan kurang bertanggung jawab pada
kelompok belajarnya. Oleh karena itu guru mengadakan perbaikan untuk
mengatasi permasalahan pada siklus I. Pada siklus II Pembelajaran dilaksanakan
dengan menempatkan peserta didik pada kelompok kecil yang anggotanya terdiri
dari 4 orang. Jumlah kelompok lebih sedikit menyebabkan aktivitas belajar
peserta didik jauh lebih meningkat terutama dalam peran serta di dalam
kelompoknya. Hal ini dikarenakan pantauan guru juga lebih maksimal hal ini
sejalan pula dengan pendapat Sayyid Hasan dalam buku Kemendikbud RI.
37
didik yang mencapai nilai KKM hanya 10 peserta didik, pada siklus ke I peserta
didik yang mencapai KKM meningkat menjadi 19 peserta didik dan pada siklus ke
II peserta didik yang mencapai nilai diatas KKM sebanyak 32 peserta didik.
KESIMPULAN
SARAN
38
sosial karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
sosial di mana selama ini peserta didik kurang kreatif dalam mengungkapkan
kalimat untuk mengungkapkan pendapatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://sherlyrachmasanie.blogspot.com/2012/12/faktorfaktor-yang-
mempengaruhi- belajar.html
Sayyid Hasan, 2002, Keunggulan Metode Mengajar Variatif, CV. Tunas Mandiri,
Surabaya.
Sudjana, Nana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosada Karya.
39
Sugiyono, 2012 Memahami penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
Syah, 2004, dalam Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP,
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013.
40
BAB.III
PENUTUP
memberikan pelayanan di bidang pendidikan. Sejalan dengan itu saya akan selalu
saya sehari-hari. Kegiatan –kegiatan yang saya ikuti adalah kegiatan bimbingan
dalam kegiatan pengembangan diri tersebut banyak hal-hal yang baru yang belum
41
Lampiran 1 :
BERITA ACARA
42
Dengan Judul : “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dengan
Menerapkan Pendekatan Scientific Melalui
Model Discovery Learning pada Peserta Didik
SMP 2 Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”
Pangkat/Golongan :
e - mail : enikuswati_smp2kudus@yahoo.co.id
43
Jumlah Peserta yang Hadir : 15 Orang (Daftar Hadir Terlampir)
Adapun Notulen Jalannya Acara Seminar, Print Ouat Bahan Tayang Paparan
Penyaji serta Foto Kegiatan Seminar sebagaimana terlampir dalam Berita Acara
ini.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
44
Lampiran 2:
45
Dengan Judul : “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dengan
Menerapkan Pendekatan Scientific Melalui
Model Discovery Learning pada Peserta Didik
SMP 2 Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”
Pangkat/Golongan :
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
46
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
47
Sujarwo, S.Pd, M.Or Rifa,i, S.Pd
NIP.196210241989021001 NIP.
48
Lampiran 3:
Pangkat/Golongan :
49
Pada Sekolah : SMP 2 KUDUS
Adapun pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar terhadap Laporan
Hasil Penelitian dari Peserta Seminar dan Tanggapan dari Penyaji adalah sebagai
berikut:
1.
2.
50
3.
4.
5.
51
6.
7.
8.
52
9.
10.
53
6. Penutup: Oleh Moderator, dengan membaca Hamdallah/ do’a.
Lampiran 3:
54
Dengan Judul : “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dengan
Menerapkan Pendekatan Scientific Melalui
Model Discovery Learning pada Peserta Didik
SMP 2 Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”
Pangkat/Golongan :
55
Kudus, 15 Mei 2015
Lampiran 4:
56
Jabatan : Guru Mata Pelajaran
Pangkat/Golongan :
57
Foto sambutan Kepsek
Foto Penyaji didepan
58
Foto peserta yang mengajukan Foto peserta yang menanggapi jawaban
pertanyaan kritik dan saran penyaji terhadap pertanyaan
59
Foto peserta yang menanggapi jawaban Foto peserta yang hadir seminar
penyaji terhadap pertanyaan
60
Kudus, 13 Mei 2015
61
Lampiran 5 :
62
5. Bendahara : Eny Kristiyanti
63
Website : www.smp2kudus.sch.id E- mail : smp2kudus@yahoo.co.id
No.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apa bila ternyata
pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia untuk diproses dan menerima
sanksi sesuai dengan hukum atau peraturan dan perundang – undangan yang
berlaku
64
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMP 2 KUDUS
Jalan Jenderal Sudirman No.82 Telp (0291) 438031-430350/faks (0291) 430031
Website : www.smp2kudus.sch.id E- mail : smp2kudus@yahoo.co.id
Nama :
Jenis Kelamin :
NIP :
Pangkat/Golongan :
Tempat Tugas :
65
Hasil Karya : Eni Kuswati, S.Pd, M.Pd
Pangkat/Golongan :
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
66
NIP.19621024 198902 1 001 NIP.
67
68