Anda di halaman 1dari 16

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays

Saccharata Sturt.) TERHADAP PENGARUH DOSIS DAN WAKTU PEMUPUKAN PUPUK


CAIR BIO-SLURRY

PROPOSAL

OLEH

NAMA : ANDIANUS NDRURU

NPM : 1713010240

PRODI : AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

MEDAN

2020
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS
(Zea mays Saccharata Sturt.) TERHADAP PENGARUH DOSIS DAN
WAKTU PEMUPUKAN PUPUK CAIR BIO-SLURRY
DI PRE NURSERY

PROPOSAL

OLEH :

ANDIANUS NDRURU

1713010238
Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Pada Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Pembangunan Panca Budi

Medan

Disetujui oleh :

Komisi Pembimbing

Ir. Marahadi Siregar, MP Ir. Sulardi, MM

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Shindi Indira, ST.,MSc Ir. Marahadi Siregar, MP

Dekan Ka. Prodi Agroteknologi

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik dan tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari proposal penelitian ini adalah “Respon Pertmbuhan Dan Hasil

Tanaman Jagung Manis (zea mays saccharata sturut) Terhadap Pengaruh Dosis Dan

Waktu Pemupukan Pupuk Cair Bio-Slurry” yang merupakan syarat untuk dapat melakukan

penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Pembangunan Panca Budi, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H.M. Isa Indrawan, SE.,MM selaku Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi

Medan

2. Ibu Sri Shindi Indira, ST.,MSc selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Pembangunan Panca Budi Medan

3. Bapak Ir. Marahadi Siregar, MP selaku Ketua Program Studi Agroteknologi sekaligus sebagai

Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan proposal

penelitian ini

4. Bapak Ir. Sulardi, MM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

arahan dalam penulisan proposal penelitian ini

5. Bapak Ismail D, SP selaku Sekretaris Program Studi Agroteknologi yang telah membimbing

penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agroteknologi yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masih dalam proses perkuliahan
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan

proposal penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................1
Tujuan Penelitian........................................................................................3
Hipotesis Penelitian....................................................................................3
Kegunaan Penulisan....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit...................................................................5
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Akar...................................................................................................5
Batang...............................................................................................6
Daun..................................................................................................6
Bunga................................................................................................6
Buah..................................................................................................6
Biji.....................................................................................................7
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Iklim..................................................................................................7
Tanah.................................................................................................8
Pembibitan Pre Nursery.............................................................................9
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)........................................11
Penyiraman di Pre Nursery........................................................................13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................14
Bahan dan Alat............................................................................................14
Metode Penelitian.......................................................................................14
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Lahan Penelitian..........................................................17
Persiapan Media Tanam...............................................................17
Penanaman Kecambah.................................................................17
Frekuensi Penyiraman..................................................................17
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan...................................................................................18
Pengendalian Hama dan Penyakit................................................18
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)...................................................................18
Jumlah Daun (helai).....................................................................18
Diameter Batang (mm).................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................20
LAMPIRAN ....................................................................................................... 22
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.) merupakan tanaman hortikultura yang cukup
digemari oleh masyarakat karena rasanya yang manis. Disamping itu, jagung manis mempunyai
peranan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat (Novira dkk., 2015). Selain
bijinya, bagian lain seperti batang dan daun muda dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak,
batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau/kompos, batang dan daun kering untuk
bahan bakar pengganti kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, dan lain sebagainya
(Syofia dkk., 2014). Dengan demikian, jagung manis sangat potensial untuk dikembangkan di
Indonesia.

Berdasarkan data BPS dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan, produktivitas rata-rata jagung
manis di Indonesia dari tahun 2010-2015 tergolong rendah hanya mencapai 4,81 ton/ha (BPS,
2016). Produktivitas tersebut jauh dibawah potensi hasil jagung manis yang mampu mencapai
14-18 ton/ha. Salah satu penyebabnya yaitu pemberian pupuk dan jumlah hara yang tersedia di
dalam tanah belum memenuhi kebutuhan tanaman (Musfal, 2008). Menurut Marvelia dkk.
(2006), kandungan hara pada tanah semakin lama akan semakin berkurang karena sering
dimanfaatkan oleh tanaman yang hidup diatasnya, apabila keadaan ini terus 2 dibiarkan maka
tanaman akan kekurangan unsur hara sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi terganggu.

Lahan pertanian di Indonesia khususnya di Lampung umumnya memiliki jenis tanah Ultisol
(Pratama, 2015). Tanah Ultisol merupakan jenis tanah dengan tingkat kesuburan rendah. Tanah
Ultisol bersifat masam, telah mengalami pelapukan intensif serta pencucian yang kuat, dan
kelarutan Al nya tinggi. Masalah utama dalam pendayagunaan tanah ini adalah hasil yang rendah
dan degradasi kesuburan tanah yang cepat. Namun demikian, tanah Ultisol dapat digunakan
untuk budidaya pertanian jika pengelolaan dilakukan dengan baik salah satunya dengan
pemupukan. Tanpa pemupukan dan pengelolaan yang tepat, tanaman yang tumbuh pada tanah
Ultisol hasilnya sangat rendah (Wulandari, 2011).

Pemupukan merupakan suatu tindakan memberikan tambahan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman. Kegiatan pemupukan penting untuk dilakukan supaya kebutuhan tanaman akan unsur
hara dapat terpenuhi sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk yang
digunakan dapat berupa pupuk anorganik maupun pupuk organik.
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu bahan-bahan kimia
anorganik berkadar hara tinggi (Pratama, 2015). Pupuk anorganik biasanya berupa pupuk Urea,
KCl, SP-36 dan lain-lain. Kelebihan penggunaan pupuk anorganik yaitu memberikan dampak
yang nyata dalam menyediakan unsur hara makro seperti N, P, dan K serta efek yang diberikan
lebih cepat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Meskipun demikian, 3 penggunaan
pupuk anorganik memiliki beberapa kelemahan yaitu sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro, apabila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu
yang lama dapat mengakibatkan tanah menjadi cepat mengeras sehingga daya mengikat air
berkurang (Endriani dkk., 2015). Disamping itu, semakin langka dan mahalnya harga pupuk
anorganik membuat petani merasa kesulitan memenuhi kebutuhan unsur hara untuk tanamannya.
Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman khususnya unsur hara mikro serta mengurangi
dampak negatif penggunaan pupuk anorganik, salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu
pupuk organik.

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau hewan dan dapat berbentuk
padat atau cair. Pupuk organik dapat sebagai alternatif dari penggunaan pupuk anorganik, karena
pupuk organik mengandung unsur hara mikro dalam jumlah yang cukup serta mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik dapat berupa bio-slurry yang
merupakan hasil pengolahan biogas berbahan campuran kotoran ternak dan air melalui proses
fermentasi tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup.

Bio-slurry mengandung nutrisi makro dan mikro yang sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman. Nutrisi makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Phosphor
(P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Serta nutrisi mikro yang hanya
diperlukan dalam jumlah sedikit seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn)
(Tim Biru, 2013). Kandungan rata-rata nitrogen bio-slurry dalam bentuk cair lebih tinggi
dibandingkan dalam bentuk padat.

Namun, kandungan fosfor dan kalium pada bio-slurry padat cenderung lebih tinggi dibandingkan
pada bio-slurry cair (Azzy, 2012).

Pupuk bio-slurry dapat meningkatkan kesuburan tanah serta memberikan pengaruh yang baik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, karena pupuk bio- slurry dapat mendukung aktivitas
perkembangan cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman, menambah humus 10-
12% sehingga tanah lebih bernutrisi dan mampu menyimpan air serta menetralkan tanah yang
asam dengan baik (Tim Biru, 2013). Sehingga dengan penggunaan pupuk cair bio-slurry tanah
menjadi lebih gembur dan tanaman jagung manis lebih mudah menyerap unsur hara dan air serta
dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk
anorganik.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Berapa dosis pupuk cair bio-slurry terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis?

2. Kapan waktu pemupukan pupuk cair bio-slurry yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman jagung manis?

3. Apakah waktu pemupukan yang tepat tergantung pada dosis pupuk cair bio- slurry yang
diberikan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:

1. Mengetahui dosis pupuk cair bio-slurry terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis.

2. Mengetahui waktu pemupukan pupuk cair bio-slurry yang tepat untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

3. Mengetahui keterkaitan antara waktu pemupukan yang tepat dengan dosis pupuk cair bio-
slurry dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
1.4 Landasan Teori

Tingkat pertumbuhan dan hasil jagung manis dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara kedalam tanah agar
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada umumnya, unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
berupa unsur hara makro dan mikro. Pada penelitian ini pupuk yang digunakan yaitu pupuk cair
bio-slurry. Pupuk bio-slurry merupakan hasil fermentasi anaerobik kotoran ternak yang dicampur
dengan air. Unsur hara yang terkandung berupa unsur hara makro seperti unsur Nitrogen (N),
Phosphor (P), Kalium (K) dan unsur hara mikro seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu)
(Tim Biru, 2013).

Pupuk bio-slurry berperan dalam menyuburkan lahan, menambah nutrisi serta mengendalikan
penyakit pada tanah, karena pupuk bio-slurry mengandung 6 mikroba “Probiotik” antara lain (1)
mikroba selulitik sebanyak 4,44 x 103 Coloni Forming Unit (CFU)/g untuk pengomposan, (2)
mikroba penambat Nitrogen (Azotobacter sp.) sebanyak 12,5 x 103 CFU/g untuk menangkap dan
menyediakan Nitrogen, (3) mikroba pelarut Fosfat sebanyak 69,63 x 103 CFU/g untuk
melarutkan dan menyediakan Fosfor yang siap diserap dan (4) mikroba Lactobacillus sp yang
berperan dalam mengendalikan serangan penyakit tular tanah. Dengan demikian tanah menjadi
lebih subur dan sehat sehingga hasil tanaman lebih baik (Tim Biru, 2013). Menurut Novira dkk.
(2015), menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dapat menstimulasi kegiatan jasad renik
tanah yang merombak bahan organik dan selanjutnya dapat mempengaruhi ketersediaan unsur P.

1.5 Kerangka Pemikiran

Jagung manis merupakan komoditas yang sangat digemari oleh masyarakat karena manis dan
sedikit mengandung karbohidrat. Namun demikian, konsumsi masyarakat yang tinggi akan
jagung manis tidak diimbangi oleh hasil yang tinggi. Hasil jagung manis yang rendah salah
satunya disebabkan oleh pemupukan yang belum sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan
merupakan penambahan unsur hara kedalam tanah untuk menunjang kebutuhan tanaman. Pupuk
yang diberikan dapat berupa pupuk anorganik dan pupuk organik.

Petani umumnya menggunakan pupuk anorganik yang hanya mengandung unsur hara makro N,
P, dan K dibandingkan pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara lebih lengkap
(makro dan mikro). Petani kurang menyadari bahwa pupuk anorganik yang digunakan berlebihan
akan memberikan dampak negatif salah satunya menimbulkan residu di dalam tanah sehingga
menurunkan kualitas kesuburan tanah. Selain itu, pupuk anorganik sulit diperoleh dan diakses.
Oleh sebab itu, pemberian pupuk organik diperlukan untuk mengurangi residu peggunaan pupuk
anorganik dan melengkapi unsur hara khususnya unsur hara mikro. Pupuk organik yang
diberikan dapat berupa pupuk cair bio-slurry.

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan maka disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Dosis pupuk cair bio-slurry 25 l/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis.

2. Waktu pemupukan pupuk cair bio-slurry 2 dan 4 MST dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis.

3. Waktu pemupukan tergantung pada dosis pupuk cair bio-slurry dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang
memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini terdiri dari fase vegetatif dan
generatif. Secara lengkap jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays Saccharata

(Pratama, 2015).

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan
akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan 11 berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang
semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari
tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan
tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit
berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara.
Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah
batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung
(kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia
tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Subekti dkk., 2008).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas
sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol.
Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang
(pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang
tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang
begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis
menyebabkan batang tahan rebah (Subekti dkk., 2008).

Daun jagung terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang.
Daun jagung mulai terbuka setelah koleoptil muncul diatas permukaan tanah. Jumlah daun sama
dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata
munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Lebar helai daun
dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar
(9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm). Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing,
runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut
daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect
biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok.
Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai
sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam
dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil
yang tinggi pula (Subekti dkk., 2008).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monocious) karena bunga jantan dan betinanya
terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga
jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua
bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen
pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya
primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan. Serbuk
sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung
butiran-butiran pati.

Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya
perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan
ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam
tempo seminggu atau lebih. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary
yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih
sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan
kelobot (Subekti dkk., 2008).
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Dosis pupuk cair bio-slurry 25 dan 75 l/ha berpengaruh terhadap panjang tongkol, namun
belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung manis meliputi tinggi tanaman dan
jumlah daun pada 5 dan 6 MST, bobot kering brangkasan, waktu munculnya bunga jantan,
diameter tongkol, bobot tongkol berkelobot per petak, bobot tongkol berkelobot per hektar, dan
tingkat kemanisan buah.

2. Waktu pemupukan pupuk cair bio-slurry 2 dan 4 MST dapat meningkatkan pertumbuhan
jagung manis pada variabel bobot kering brangkasan, namun belum mampu meningkatkan hasil
jagung manis meliputi waktu munculnya bunga jantan, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot
tongkol berkelobot per petak, bobot tongkol berkelobot per hektar, dan tingkat kemanisan buah.

3. Waktu pemupukan yang tepat tidak tergantung pada dosis pupuk cair bio- slurry yang
diberikan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian
selanjutnya dengan meningkatkan dosis pupuk cair bio- slurry agar memberikan respon terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Selain itu, penulis juga menyarankan untuk
menambah variabel pengamatan seperti jumlah baris biji dalam tongkol dan jumlah biji dalam
baris agar keterkaitan antar variabel dapat diketahui.
DAFTAR PUSTAKA

Azzy. 2012. Reaktor Biogas Rumah. https://kapilo0o.wordpress.com/2012/05/. Diakses pada


tanggal 2 Agustus 2016.

Badan Pusat Statistik. 2016. Data Produktivitas Jagung. http://www.bps.go.id. Diakses pada
tanggal 30 Juli 2016.

Bara, A., dan M. A. Chozin. 2010. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian
pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering.
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 1-7 hal.

Besari, D. K. 2015. Uji keefektifan pupuk Bio-slurry cair dan kombinasinya dengan pupuk
anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.).
[Skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung. 11-17 hal.

Anda mungkin juga menyukai