Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 : E-ISSN: 2549-2969 Vol. 3, No.

1, Maret 2018: 40 - 53

DIMENSI EKONOMI POLITIK


DALAM KONFLIK TATA KELOLA PERTAMBANGAN
(Studi Kasus Surat Keputusan Gubernur Bangka Belitung Tentang Penghentian Sementara
Operasional Pertambangan Laut PT Timah, Tbk Tahun 2016)

Sandy Pratama
Dosen Prodi Ilmu Politik FISIP UBB, Bangka, Indonesia
E-mail: sandy_djarib@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan studi ini adalah untuk menjelaskan gambaran kontemporer kebijakan tata kelola dan tata niaga pertimahan
di Indonesia. Liberalisasi pertambangan timah pasca orde baru membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup.
Kontrol akses dan keuntungan yang dikuasai oleh jaringan negara bayangan lokal tak memberikan manfaat
besar bagi rakyat. Prakondisi ini menjadi dasar aksi resistensi yang menuntut Pemda untuk menghentikan
segala aktivitas pertambangan timah laut yang mengancam kehidupan kelompok nelayan. Gubernur mencoba
menanggapi positif tuntutan ini dengan menerbitkan regulasi penghentian sementara pertambangan timah
laut oleh PT Timah, Tbk. Riset dilakukan dengan melakukan observasi lapangan serta melakukan wawancara
bersama pihak-pihak yang terkait dan kompeten memahami berbagai aspek terkait implementasi dan implikasi
kebijakan pertimahan di Bangka Belitung. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk menghasilkan analisis
deskriptif terkait data-data yang dikumpulkan berdasarkan konstruksi teori dan literatur yang ada. Temuan
lapangan mengungkapkan bahwa kebijakan rasional penghentian sementara penambangan gagap implementasi.
Aktivitas pertambangan laut yang sempat dihentikan kembali beroperasi. Politik protes dalam upaya melindungi
ekosistem laut tempat nelayan mencari nafkah dari ancaman eksternalitas negatif pertambangan sulit berhasil.
Hal ini disebabkan oleh aturan hukum dan implementasi regulasi yang tumpang tindih dan saling berbenturan
antar pemilik kuasa atas akses kontrol pertimahan. Motif individu dan konflik perebutan akses kontrol tata
kelola antar aktor kebijakan ikut mendistorsi upaya penataan pertambangan dan perdagangan timah yang lebih
baik. Karenanya dibutuhkan konsistensi dan kekuatan hukum dan politik yang lebih kokoh dalam konteks relasi
kuasa untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang selaras, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dalam konteks
pertimahan, kajian zonasi, daya dukung daya tampung, valuasi ekonomi antar sektor, perlu segera diselesaikan
dengan meminimalisir dominasi penguntungan kepentingan pihak pebisnis semata

Kata kunci: Politik ekologis, kebijakan pertimahan, akses ekonomi politik

THE POLITICAL ECONOMY DIMENSION


TOWARDS CONFLICT OF MINING GOVERNANCE
(Case Study: Bangka Belitung Governoor’s Regulation About The Moratorium Of PT Timah, Tbk
Offshore Tin Mining 2016)

ABSTRACK
The objective of this study is to describe the contemporary policy of tin mining and commerce governance in
Indonesia. The mining liberalisation in post new order extend bad impact the environmental damaged. Access
and welfare benefit control which handling by the network of local shadow state does not granted big profit for
the society. This precondition underlying the resistence action demand the government to stopped all activity of
offshore mining which is threatened fisher socioeconomic life. The Governoor then perceive this demand with
publish a suspension regulation the offshore tin mining of PT Timah, Tbk. This research applicated the field
observation and interviewing the correlated and competence actor which well understanding most aspect of
the implementation and implication the tin minning in Bangka Belitung. The qualitative approach is purposed
to build a descriptive analysis about the data which collected based on the construction of theory, conceptual
framework of the cogitation, and contextual literature. The study found that the rational of suspension policy
is ineffective implementation. The offshore minning is operated back. The protest politics in frame to protect
sea ecosystem, the fishing ground of fisherman, from the threaten of minning negative externality, difficult to
established. This is caused of the law strength and the clash of policy implementation between the author of
control access. Individual interest and the conflict of struggle access control inter the policy actor becoming the
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 41

big distortion in every effort ordering the tin good mining and trading. Hence, consistency and a big support in
the power relation is needed to create a harmonic, equitable and sustanaiable economic development. In the tin
governance, the study of support and capacity ability, economic valuation inter sector, urge to performing with
minimilized the benefiting only the industrialist interest.

Key words: ecological resistance, the acces of political economy, ineffective implementation
PENDAHULUAN untuk mencari ikan dan hasil laut lainnya dengan
alat dan metode sederhana, sangat tergantung
Pangkal perdebatan industri ekstraktif pada kelestarian ekosistem laut. Mereka tak
Sumber daya alam (SDA) di kalangan para punya akses modal dan kemampuan untuk
pakar adalah politik, bisnis dan kebijakan melaut lebih lama dan lebih jauh ke tengah,
dengan implikasinya. Polemik pertambangan serta terbatasnya alternatif pekerjaan lain.
dan perdagangan timah berlangsung menurut Kesadaran ini menjadi isu utama bagi
corak kontrol rezim yang berkuasa di Indonesia. seluruh nelayan tradisional di pesisir Bangka
Eskalasi perdebatan pada masa pasca Orde Baru Belitung. Meski masih terdapat friksi dalam
dominan berkisar mengenai dampak positif dan masyarakat nelayan terkait protes dan akomo-
negatif akibat tata kelola yang bercorak sangat datifnya mereka pada pertambangan laut, namun
liberal. Dampak positif berupa terbukanya kelestarian laut sejatinya menjadi concern utama
akses masyarakat lokal untuk ikut melakukan yang tak dapat diabaikan sebagai kepentingan
penambangan dan perdagangan, sehingga secara bersama para nelayan. Di Bangka, sekelompok
langsung menumbuhkan kemakmuran dan efek nelayan yang tergabung dalam Forum Nelayan
domino perekonomian yang tinggi pasca krisis Bangka (For Nebak) mengkonsolidasikan
dan terpuruknya harga lada sebagai komoditas rekan-rekan nelayan di seluruh Bangka Belitung
unggulan lainnya. Sebelumnya berabad-abad berhimpun untuk menyuarakan aspirasi peng-
pertimahan berlangsung dalam corak yang hentian segala aktivitas pertambangan di laut
sentralistik, birokratis dan hegemonik yang yang mengganggu kepentingan mereka.
melarang keterlibatan hampir sama sekali Akumulasi diskursus aktual adalah
masyarakat lokal dan pihak swasta dalam penge- keluarnya Surat Gubernur Kepulauan Bangka
lolaan pertimahan (Ibrahim, 2013. Lihat juga Belitung, Rustam Effendi, nomor 540/40/
Erman, 2010:72). DPE/2016 tanggal 18 Januari 2016 tentang
Euforia kebebasan yang berlebihan menim- instruksi penghentian sementara dari Gubernur
bulkan banyak pelanggaran atas konsep tata kepada perusahaan yang memegang Izin Usaha
kelola dan tata niaga pertambangan. Goncangan Pertambangan (IUP) di wilayah laut Matras
dan kerusakan pada tatanan sosial, budaya, Deniang, teluk Kelabat, dan laut Tempilang,
ekonomi, politik, dan yang paling kasat mata agar menghentikan sementara operasional
parah, kerusakan lingkungan hidup sebagai Kapal Keruk (KK) dan Kapal Isap Produksi
impak ikutannya. Hampir seluruh pesisir pantai (KIP) PT Timah, Tbk karena mendapat aksi
dan laut yang kaya potensi perikanan banyak penolakan dari masyarakat pesisir di sana.
yang rusak (Erman. 2007:242-256). Rehabilitasi Surat Keputusan ini menjadi sikap dan
atas kerusakan ini menurut kajian membutuhkan kebijaksanaan yang diambil oleh Gubernur
waktu yang panjang dan modal fisik maupun Babel sebagai pemenuhan kontrak politik yang
non fisik yang sangat besar, bahkan diduga lebih ditandatanganinya ketika menanggapi aksi
besar dari valuasi keuntungan yang didapat dari demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh
tata niaga timah, dengan tingkat keberhasilan koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari Forum
yang rendah. (Ambalika, 2016) Nelayan Bangka (For Nebak), WALHI Bangka
Bagi masyarakat nelayan terdampak, Belitung, dan berbagai tokoh masyarakat di tiga
ter-utama nelayan kecil atau tradisional yang wilayah pesisir tersebut pada 29 Desember
tidak terakumulasi ke dalam bisnis pertimahan, 2015 yang lalu. Dalam tuntutannya masyarakat
kerusakan wilayah laut adalah ancaman bagi meminta kepada gubernur untuk menolak
kelangsungan nafkah dan kehidupan mereka. segala bentuk tambang laut, mencabut IUP tam-
Mereka yang mengandalkan wilayah pesisir bang laut, menetapkan tata ruang, melakukan
yang berjarak di bawah 4 mil dari garis pantai rehabilitasi lahan eks tambang laut, dan
42 Sandy Pratama

karakteristik barang publik, sebab sulit untuk (perspektif desentralisasi kewenangan). Meski
memisahkan atau membatasi keuntungan dan sama-sama bermuara pada tujuan terwujudnya
kerugian yang diasosiasikan dengan koalisi political equality, local accountability, dan local
pemenang. Dalam hal mana jika muncul biaya- responsiveness, namun kedua pendekatan ini
biaya yang diasosiasikan dengan partisipasi, memiliki dapak implementasi otonomi daerah
akan ada insentif bagi orang yang membonceng yang berbeda. Pilihan pertama lebih membesarkan
atau tidak membayar (free rider). kewenangan dan partisipasi masyarakat dalam
Terkait akses, Ribbot dan Peluso men- demokratisasi di tingkat lokal, sedang pendekatan
definisikannya sebagai setampuk kekuasaan kedua lebih kepada upaya efektifitas dan efisiensi
dan kontrol atas suatu sumber daya, lebih dari penyelenggaraan pemerintahan. (Hidayat, 2004:
sekedar pengertian hak kepemilikan dalam teori 48-52). Diskursus perebutan kewenangan dan
properti. (Ribbot dan Peluso dalam The Theory kekuasaan pengelolaan sumber daya dalam
of Access). Erwiza Erman kemudian menyim- kerangka otonomi daerah dapat ditilik dari dua
pulkan bahwa sistem pengelolaan timah baru pilihan pendekatan tersebut.
dibawah rezim Bupati telah memunculkan Tujuan utama dari desentralisasi adalah
sebuah ‘Negara Bayangan’ sejak reformasi upaya mendekatkan antara negara dengan rakyat
digulirkan. Negara bayangan lokal ditandai atau masyarakatnya. Maka penting dibangun
dengan keterlibatan aktor-aktor dari institusi persepsi bahwa desentralisasi hanyalah sebuah
negara di tingkat lokal dalam ekonomi informal. cara atau alat bagi interaksi yang dinamis antara
Keterlibatan ekonomi informal tersebut terlihat keduanya, baik dalam pengambilan maupun
dalam cara-cara memberikan atau mengamati implementasi kebijakan, dan kemashlahatan
pemberian akses, tindakan-tindakan manipulatif masyarakat di daerah lah yang menjadi
dan pemberian proteksi atau jaminan keaman- tujuan utamanya. Maka debat mengenai siapa
an. Negara bayangan tersebut telah melibatkan yang paling berkuasa atau berwenang dalam
kepala daerah, pebisnis lokal, polisi, tentara, pengelolaan pertambangan timah, hendaknya
angkatan laut, preman, dan organisasi-organi- senantiasa mengacu pada pilihan mana yang
sasi sosial. Aktor-aktor negara di tingkat lokal lebih memberikan kemaslahatan bagi rakyat di
tersebut melakukan tingkah laku informal untuk Bangka Belitung, dengan tidak meninggalkan
mencari keuntungan dan bahkan ikut terlibat kerangka integrasi nasional tentunya.
dalam mafia dalam bisnis pertimahan. Studi Ibrahim menemukan setidaknya
Salah satu akar permasalahan konflik ada 3 gambaran disorientasi dalam tata kelola
dan sentimen antara PT Timah dan pemeintah pertimahan di Bangka Belitung. Pertama,
daerah ini adalah terkait dengan ambivalensi adalah disorientasi oleh Pemerintah Pusat dan
pengaturan kewenangan dan kekuasaan dalam Pemerintah Daerah dalam tataran kebijakan.
kebijakan desentralisasi. Kedua belah pihak Resistensi terhadap sentralisasi pengelolaan
mengklaim sama-sama memiliki kewenangan sumber daya timah berhulu dari kegagalan
besar dalam mengelola sumber daya pertimahan, pemerintah pusat pada sebelumnya mengem-
PT Timah sebagai alat ekonomi negara di satu balikan kekayaan alam tersebut dalam
sisi, pemegang status quo kuasa pertambangan bentuk transfer kemakmuran kepada Bangka
yang besar berdasar kebijakan lama, sedang Belitung. Namun inkonsistensi penataan
Pemda sebagai penguasa atau pemegang pada era liberalisasi ternyata jauh lebih ber-
kendali wilayah di sisi lain yang berdasar masalah. Penyerahan kontrol pertimahan
regulasi terbaru diberikan kekuasaan lebih besar yang kebablasan dalam kerangka otonomi
untuk mengelola potensi wilayahnya. daerah dari Pusat yang mengeluarkan timah
Terkait benturan desentralisasi, Syarif sebagai komoditas strategis, membawa rezim
Hidayat dalam artikelnya tentang desentralisasi pengelolaan pada tuan tak bernama; era bebas,
setengah hati dan otonomi daerah kebablasan bebas plus. (Ibrahim, 2013: 123-126)
dapat dijadikan pijakan awal untuk menelusuri Erman kemudian menyimpulkan bahwa
fenomena ini. Ia menerangkan bahwa polemik sikap politik protes atau akomodatif terhadap
tersebut bermula dari perbedaan persepsi pertambangan timah setelah reformasi dapat
terhadap konsep desentralisasi antara kehendak dilihat dari seberapa jauh para aktor-aktor
devolution of power (perspektif desentralisasi terkait mendapatkan akses atau kehilangan
kekuasaan) atau yang berorientasi transfer of akses sumber-sumber ekonomi dan politik
authority from central to local government mereka.
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 43

(wawancara dengan H. Marwan, Staf Ahli SK Gubernur tentang penghentian semen-


Gubernur bidang pertambangan). Adapun tara pertambangan laut oleh PT Timah ini
dalam studi ini preferensi kepentingan individu secara rasional membangun citra keberpihakan
yang hendak dikaji lebih dalam. Gubernur pada kepentingan masyarakat nelayan.
Dalam proses perumusan kebijakan Dalam berbagai kesempatan Gubernur senan-
SPS, Gubernur yang pada saat aksi langsung tiasa menyatakan dukungannya pada aksi-
menyatakan dukungannya di hadapan massa aksi yang menolak pertambangan laut yang
yang berdemo dengan menandatangani surat merusak, bahkan sampai saat ini Gubernur
pernyataan di atas materai yang berisi poin-poin masih konsisten pada keputusannya untuk tidak
tuntutan dari masyarakat nelayan. Proses ini mencabut SPS tersebut sampai kondisi wilayah
kemudian dilanjutkan dengan memanggil dinas benar-benar kondusif dan terkendali. Meskipun
dan staf terkait untuk membahas solusi yang banyak pula bentuk resistensi terhadap kebi-
dapat diambil. Dalam rapat antar sektor tersebut jakan ini baik dari karyawan PT Timah, Tbk
disepakati penggunaan dasar hukum pasal sebagai pihak yang paling terdampak maupun
113, 114, dan 115 UU nomor 4 Tahun 2009 dari kalangan politisi dan pebisnis, dengan
tentang keadaan gharar untuk menghindari pandangan dan argumen serta kepentingannya
potensi konflik anarkis yang mungkin timbul masing-masing pula.
jika aktivitas pertambangan tidak dihentikan Kebijakan SPS ini diharapkan mening-
dalam waktu dekat. Setelah berkonsultasi katkan citra positif dan elektabilitas Gubernur
dengan Presiden, akhirnya dikeluarkanlah petahana yang berencana untuk maju di Pilgub
Surat Keputusan Gubernur tentang Penghentian 2017. Di mata kelompok nelayan, keberpihakan
Sementara Operasional KK dan KIP di 3
Gubernur pada tuntutan mereka dapat menjadi
wilayah yang meminta penghentian kepada
daya tarik simpati mereka untuk mendukung
Dirut PT Timah, Tbk.
gubernur yang pro rakyat kecil. Sikap ini
SPS dinilai sebagai upaya test the
konsisten ditunjukkan oleh Gubernur dalam
water yang dilakukan oleh Gubernur sebagai
banyak kesempatan, bahwa ia tetap pada
politisi di tingkat lokal yang mencoba meraih
akses kewenangan tata kelola tambang yang pendiriannya untuk menolak segala bentuk
lebih dominan dibanding stakeholder lainnya tambang laut, terutama di Pulau Belitung
semacam PT Timah, tbk, perusahaan mitra, per- yang sedang tren menadi destinasi wisata
usahaan timah swasta, dan lain-lain. Termasuk internasional dengan ikon Laskar Pelanginya.
juga keinginan penguasaan terhadap jaringan Bahkan dalam beberapa kesempatan, Rustam
perkeliruan (Erman, 2007: 233, 243, dan 263) Effendi senantiasa menegaskan bahwa ia
yang sampai saat ini masih eksis dalam corak tidak pernah mencabut SK Penghentian
pertambangan timah di Bangka, yang secara Sementara sampai saat ini, tidak pernah terlibat
fundamental juga masih menguasai akses pertambangan timah, dan menentang tambang
ekonomi dan potitik pertimahan. Motif ini erat laut di pesisir pantai.
kaitannya pula dengan upaya mencari dukungan Tak konsisten, kajian ini menemukan
sekaligus modal politik untuk kembali maju informasi bahwa Gubernur ternyata juga mem-
pada Pilgub Babel tahun 2017 mendatang. peroleh dukungan dalam berbagai bentuk dari
kalangan swasta pertimahan lokal. Kelompok
Atas Nama Rakyat: Akses Kekuasaan ini adalah perusahaan mitra yang kalah bersaing
Partisan antar sesamanya untuk memenangkan hak
Pertimbangan humanis atau penempatan konsesi penambangan KIP di KP laut PT Timah
kepentingan manusia sebagai obyek paling maupun pihak swasta yang tidak bermitra
utama dalam pengambilan keputusan hen- dengan PT Timah, namun sedang dan berupaya
daknya menjadi dasar dalam setiap isu kebi- mendapatkan IUP pertambangan laut dari
jakan. Hal ini sering dikomparasikan dengan Pemerintah Provinsi di luar KP PT Timah, atau
pertimbangan kepentingan keuntungan yang bisa jadi swasta yang berciri keduanya.
dievaluasikan dalam nilai uang maupun dikon- Di sisi lain, ambisi Gubernur yang ingin
versi dalam bentuk akses dan kekuasaan. Di melegalkan pertambangan rakyat dan sikap
Bangka Belitung, awalnya lapangan kerja sentimen terhadap PT Timah yang belum
masyarakat didominasi pekerjaan pada sektor mau melepaskan sebagian WP dan KP nya
pertanian, perkebunan dan perikanan. untuk dikelola Pemda, menjalinkan sebuah
44 Sandy Pratama

penyusun naskah SPS tanggal 30 Juni 2016). teraan bangsa, padahal segala institusi dan
Selain itu, pengawasan terhadap beroperasinya prasyarat yang diperlukan sudah terbentuk
KIP sangat sulit untuk dilakukan mengingat dan dipenuhi. Studi ekonomi politik neoklasik
aparat teknis terkait jumlahnya sangat terbatas kemudian menemukan bahwa ternyata perilaku
dengan wilayah yang begitu luas. Kesulitan aktor negara dan aktor msyarakat adalah salah
pengawasan juga karena operasional dan satu faktor yang menyebabkan terjadinya
metode penambangan KIP yang bergerak. ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan keter-
Pertimbangan dari Dinas Pertambangan dan belakangan di negara-negara tersebut. Indonesia
Energi lebih utama pada alasan faktor keadaan sebelumnya adalah negara berkembang yang
gahar dan gejolak yang berpotensi mengganggu baru merdeka di abad ke-20 dengan kekayaan
aktivitas pertambangan, menghindari konflik sumber daya alam dan potensi ekonomi yang
horizontal yang terbuka dan anarkis, bukan pada sangat potensial sebagai modal bagi per-
isu utama kerusakan lingkungan sebagaimana wujudan kesejahteraan yang dicita-citakan.
yang disuarakan dalam tuntutan nelayan, Namun gejala penyimpangan dan kegagalan
karena isu tersebut memang bukan menjadi pembangunan sebagaimana disebutkan di atas
tupoksi sektor ini, melainkan ada pada Badan juga tergambar secara gamblang dalam kondisi
Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Kepulauan perekonomiannya. Selain kelemahan sistem tata
Bangka Belitung. kelola dan tata niaga sumber daya alam, faktor
Tersendatnya implementasi kebijakan lemahnya kebijakan baik disebabkan oleh
ini mengangkat kembali isu utama dalam disorientasi internal maupun tekanan eksternal
pelaksanaan desentralisasi. Perdebatan yang diduga menjadi penyebab kegagalan ini.
tak pernah selesai dalam upaya menemukan
konsep dan prinsip desentralisasi yang ideal di Kel. Kontra
Masy. Pesisir
Kel. Pro
Pertambangan Laut Pertambangan Laut
Indonesia. Kasus pertimahan pun tak pernah
lepas dari isu tarik menarik kepentingan antara
pusat dan daerah, antara pemerintah daerah RESISTENSI EKOLOGIS isu OPTIMALISASI SDA

dengan perusahaan baik BUMN maupun swasta,


dan antar pemerintah daerah sendiri. Meskipun KONTROL
jika ingin tegas Gubernur sebagai penguasa GUBERNUR BABEL
(PDI-P, didukung Pem.
TATA
KELOLA
PENGUSAHA TIMAH
(PT TIMAH – Mitra – Badan
sektor di tingkat lokal dapat saja mengeluarkan Pusat + UU Pemda 2014)
PERTIMAHAN Usaha), UU 4 2009, Domain
Golkar, JK-TW
sanksi yang lebih tegas, seperti mencabut IUP
misalnya, mengingat kewenangan ini diberikan Bagan 1. Skema Konflik Perebutan Akses Kontrol atas Bisnis Pertimahan (Sumber: analisis
(Sumber: analisis kerangka pemikiran penulis)
berdasarkan ketentuan UU. kerangka pemikiran penulis)

Dalam tataran aplikasi kebijakan ada sisi Gambar 1. Skema Konflik Perebutan Akses
Kontrol atas Bisnis Pertimahan
lemah dan benturan kewenangan yang belum bisa (

sinergis, meskipun saat ini sedang berlangsung Dalam konteks ekonomi politik lokal,
upaya revisi dan adjustment terhadap temuan- kontrol atas akses pertambangan dan perdagang-
temuan ini. Kedua belah pihak berkonflik sama- an timah menjadi modal politik yang determinan
sama mengklaim memiliki kewenangan yang dalam pertarungan politik baik di lokal maupun
sama kuat, bahkan berdasar satu UU yang sama. nasional. Asumsinya adalah bahwa siapapun
Menjadi sulit bagi para pengambil kebijakan untuk yang dapat menjadi patron mengontrol per-
menentukan keputusan yang akan diambil. Hal timahan maka dia atau mereka lah yang
ini pula yang menjadi penyebab SPS ini menjadi menjadi pengatur dan berkuasa atas aliran
kerdil dan inefektif dalam tataran implementasi. keuntungan dan tata kelola, mengatur distribusi
Pemprov Bangka Belitung menunjukkan keuntungan melalui penguasaan atas kebijakan-
superiornya berlandaskan kewenangan otonomi kebijakan tata kelola, maupun memegang
daerah, PT Timah menunjukkan kekuasaannya kuasa pengorganisasian akses dan kontrol atas
sebagai sebuah korporasi negara. pertimahan. Penelitian ini menemukan bahwa
pertimahan di Bangka Belitung diwarnai pere-
Politikus Pencari Kekuasaan: Kuasa Eko- butan kekuasaan politik oleh dua partai besar
nomi Politik Timah PDIP dan Partai Golkar, terutama di awal
Pembangunan ekonomi di negara ber- masa-masa reformasi. Berbagai pertarungan
kembang kerap tidak bermuara pada kesejah- kepentingan sebagaimana ditunjukkan dalam
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 45

memulihkan lahan eks tambang baik di darat penerbitan SK Gubernur tentang Penghentian
maupun di laut. Sementara Operasional KIP PT Timah di
Tidak tanggung-tanggung, langkah tiga wilayah pertambangan yang bergejolak?
lanjutan yang ditempuh oleh For Nebak Lalu bagaimana pula dinamika isu efektifitas
dan WALHI Babel adalah dengan menemui implementasi kebijakan dalam konfik tata
WALHI Indonesia dan Kementerian Ling- kelola pertambangan timah terkait penerbitan
kungan Hidup untuk mengajukan tuntutan SK Penghentian Sementara ini?
penghentian secara total dan tetap, bukan Karut marut formulasi dan implementasi
sementara, untuk perizinan tambang di wilayah kebijakan tata kelola pertambangan dan per-
tangkapan nelayan tersebut, mengingat masih dagangan timah lebih menarik dikaji dengan
tetap berlangsungnya penambangan yang mere- menggunakan perspektif atau pendekatan eko-
sahkan nelayan. Menurut Ratno Budi, Direktur nomi politik. Mengingat diskursus pertimahan
Eksekutif Walhi Babel, KLHK bisa masuk dari pada masa reformasi berlangsung dalam nuansa
AMDAL PT Timah yang bermasalah, kemudian konflik yang kompleks serta aktivitas ekonomi
kajian dampak aktivitas pertambangan yang yang terkesan blur economics (Erman, 2009:16)
menimbulkan kerusakan ekosistem laut dan sebagai penggambaran atas kaburnya definisi
berkontribusi merusak dampak ekonomi bagi legal dan ilegal dalam kultur pertambangan dan
nelayan tradisional dan kelompok-kelompok perdagangan timah di Bangka Belitung. Informal
pariwisata. Di samping itu, mereka juga akan economy yang berselaras dalam pengaturan
menyampaikan perihal rekomendasi KPK eksploitasi pemanfaatan sumber daya timah,
tentang adanya 600 lebih izin tambang yang yang kemudian juga memberi pengaruh besar
belum ditindaklanjuti, yang statusnya belum pada pembentukan konfigurasi perpolitikan di
clear n clean. tingkat lokal, bahkan dalam konteks tertentu,
Protes ini berpotensi menimbulkan politik nasional dan internasional.
gejolak konflik sosial horizontal. Tidak jauh- Beberapa aplikasi teori ekonomi politik
jauh, setelah aksi masyarakat nelayan dan yang dapat diterapkan untuk mengkaji polemik
diterbitkannya SK penghentian sementara, aksi kebijakan pertimahan adalah rational choice
balasan menuntut SK ini dicabut dilakukan para aktor, teori akses, serta model analisa
oleh Ikatan Karyawan Timah (IKT) kepada power seeking politician. Setiap keputusan
Gubernur, karena SK ini telah mengganggu publik yang diambil merupakan hasil kompromi
kepentingan operasional PT Timah yang legal dari pilihan dan pertimbangan atas keuntungan
berizin dan mengancam kesejahteraan karyawan yang dapat diraih aktor tertentu serta potensi
yang bernaung di bawahnya. Ancaman aksi resiko yang akan didapatkannya. Karenanya
saling dukung-mendukung pun tak ayal ramai setiap preferensi yang muncul harus diukur
di media massa. Belum lagi perdebatan antar dan dipetakan oleh para aktor demi tujuan di
elit terkait SK ini juga ikut mewarnai polemik atas, hingga di akhir dapat menjadi tolak ukur
penghentian sementara ini. Gubernur dianggap seberapa besar kadar kepentingan aktor yang
kurang bijaksana dan emosional dalam meng- menjadi motivasi utama di balik pengambilan
hentikan operasional tambang laut tersebut. sebuah alternatif keputusan atau kebijakan
Ambivalennya sikap Gubernur Rustam publik.
Effendi juga terlihat dari masih kuatnya Anthony Downs merumuskan sebuah
keinginan beliau untuk mengupayakan agar sketsa teori “baru” bahwa para politikus itu
rakyat dapat legal menambang di Pulau Bangka lebih terdorong untuk menetapkan kebijakan-
maupun Belitung. Isu ini justru yang sebenarnya kebijakan ekonomi yang dapat membuat mereka
menjadi concern of interest para politisi di terpilih kembali dalam pemilihan berikutnya.
Bangka Belitung sejak liberalisasi pertimahan Dalam analisanya, Downs mengasumsikan
dimulai seiring dengan digulirkannya kebijakan bahwa individu-individu, walau memegang
desentralisasi dan otonomi daerah pasca orde berbagai peran politik yang berbeda, tanpa
baru. Dimana pemerintah dan masyarakat di pengecualian, diasumsikan termotivasi oleh
daerah agresif menuntut hak mereka untuk kepentingan pribadi dan siap melakukan
dapat ikut menikmati eksploitasi timah. pertukaran untuk mengejar kepentingan diri
Pertanyaan yang dapat diajukan dalam masing-masing. Downs juga menyimpulkan,
kasus ini adalah bagaimana dinamika proses bahwa pemilihan pada umumnnya mempunyai
46 Sandy Pratama

METODE Produksi (KIP) di wilayah perairan laut Pulau


Bangka. Aksi demonstrasi tertib dan kondusif
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh nelayan di Bangka yang
kualitatif, dimana hasil analisis data berupa berlangsung selama 5 jam berhasil mencuri
pemaparan/deskripsi mengenai situasi yang perhatian elit politik dan masyarakat di Babel.
diteliti disajikan dalam bentuk uraian naratif Menanggapi tuntutan nelayan Bangka yang
korelatif. Hakikat pemaparan data pada tergabung dalam Forum Nelayan Bangka (For
umumnya dalam rangka menjawab pertanyaan- NeBak), Gubernur Babel Rustam Effendi dan
pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
fenomena terjadi. Untuk itu peneliti berupaya Babel Didit Srigusjaya langsung memberikan
lebih dulu memahami dan menguasai bidang respon positif dengan menyetujui beberapa poin
ilmu yang diteliti sehingga dapat memberikan tuntutan yang diperjuangkan oleh para nelayan
justifikasi dan deduksi logika mengenai konsep, di Bangka. Respon tersebut dimanifestasikan
asumsi serta makna yang terkandung di balik dengan terbitnya kebijakan penghentian semen-
data. Jenis pendekatan kualitatif yang akan tara izin operasional pertambangan timah meng-
digunakan dalam penelitian ini adalah studi gunakan Kapal keruk dan KIP (Kapal Isap
kasus. Produksi) di Wilayah Teluk Kelabat Kabupaten
Data sekunder yang menjadi pegangan dan Bangka, Laut Matras Kabupaten Bangka dan
acual bagi peneliti dalam rangka memetakan Laut Tempilang Kabupaten Bangka Barat
permasalahan penelitian dan kerangka pene- melalui Surat Keputusan Gubernur Kepulauan
laahan terhadap narasumber maupun jalannya Bangka Belitung dengan Nomor 540/400PE
observasi terhadap fenomena yang sebenarnya yang ditujukan kepada Dirut PT. Timah Tbk.
terjadi. Data dan berita seperti pertumbuhan For Nebak (Forum Nelayan Bangka),
ekonomi, kebijakan publik, berita koran sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil pada
mengenai gejolak masyarakat, tuntutan dan awalnya dibentuk oleh gabungan masyarakat
kegiatan-kegiatan agregasi kepentingan, kegiatan nelayan di pesisir timur laut Bangka. Forum ini
sektor perekonomian masyarakat, tingkat didirikan sebagai wadah untuk mengagregasikan
pengangguran, kemiskinan, keuangan daerah, kepentingan kaum nelayan, terutama dalam
dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan upaya perlindungan daerah laut wilayah tang-
pertambangan timah disunting sedemikian rupa kapan mereka dari ancaman kerusakan oleh
sebagai bahan dasar untuk didalami dengan pertambangan laut. Dalam perkembangannya
kondisi nyata perbandingan atau kontekstualitas- dukungan terhadap organisasi ini meluas dengan
nya dengan konsep dan perspektif ekonomi bergabungnya banyak kelompok masyarakat
politik sebagaimana telah penulis kemukakan nelayan dari daerah lain di Bangka Belitung.
dalam kerangka teori, sebagai dampak dari Hal ini tidak terlepas dari kesuksesan For Nebak
pengaturan tata kelola pertambangan timah yang dikoordinasikan oleh H. Syamsu Budiman
terhadap kondisi perekonomian di Bangka berkoalisi dengan Walhi Bangka Belitung dan
Belitung. kelompok masyarakat sipil lainnya melakukan
aksi damai menolak pertambangan laut di pesisir
HASIL DAN PEMBAHASAN dan menuntut penghentian segala aktivitasnya
kepada Gubernur di Kantor Gubernur Propinsi
Pilihan Rasional dari Aktor Kepulauan Bangka Belitung.
Sejarah gemilang gerakan politik protes Temuan penelitian ini mengungkapkan
terjadi dimana menjelang hari-hari terakhir bahwa timah masih menjadi komoditas
di penghujung Desember 2015, sekitar 1.687 konflik di Bangka Belitung. Pengelolaannya
orang (menurut klaim Hermawan selaku membutuhkan kearifan yang tinggi dari
Koordinator Lapangan) nelayan dan anggota pemangku kebijakan untuk mengatasi substansi
keluarganya (laki-laki dan perempuan) dari permasalahan dengan meletakkan setiap aspek
4 Kabupaten di Propinsi Kepulauan Bangka secara adil, berimbang, dan sedapat mungkin
Belitung (Babel) berkumpul di halaman saling menguatkan. Dalam hal ini Gubernur
Kantor Gubernur untuk menuntut pencabutan selaku aktor utama kebijakan menghadapi
izin kegiatan pertambangan timah dengan dilema orientasi dan preferensi dalam menen-
operasional Kapal Keruk (KK) dan Kapal Isap tukan pilihan keputusan yang paling tepat
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 47

persekutuan antara Pemda dengan pengusaha berat, berbiaya mahal, dan butuh kerja keras.
timah yang memiliki target untuk mendominasi Konsep total mining cadangan timah di laut, lalu
akses pertambangan laut di tingkat lokal. mengakhirinya dengan reklamasi besar-besaran
Jaringan inilah yang sebenarnya mempengaruhi seperti di kepulauan Phuket, membutuhkan
dan mengatur kepala daerah untuk bertindak komitmen yang kuat. Sedangkan lemahnya
atau tidak bertindak dalam manyikapi ber- komitmen dan inkonsistensi adalah penyakit
bagai isu pertimahan (Wawancara dengan akut yang sering menghinggapi perilaku para
JM. Pengusaha KIP, Bigmen kelompok aktor ekonomi dan politik di Indonesia. Meng-
perkeliruan, di Pangkalpinang, 27 Juni 2016). hentikan pertambangan timah sama sekali juga
Sikap ambivalen ini yang mendasari bukan langkah yang bijaksana. Pisau bermata
mengapa terjadi yang menurut Erwiza Erman dua pada kemanfaatan komoditas timah mesti
sebagai politik pembiaran, baik itu terhadap KIP disyukuri sebagai berkah tak terkira.
swasta yang tetap beroperasi dengan tenangnya Pilihan rasional yang harus diambil oleh
di wilayah pesisir yang relatif akomodatif atau gubernur, berkonsekuensi pada munculnya
tak mampu protes dan memilih diam. Dasar resiko menghambat usaha pertambangan
ini juga yang mengakibatkan penindakan komoditas strategis timah yang masih menjadi
terhadap TI Apung ilegal yang secara kasat penopang utama PAD, pertumbuhan, PDRB
mata bahkan beroperasi di daerah terlarang dan penyedia lapangan kerja yang besar bagi
sulit untuk dituntaskan. Karena terlalu banyak masyarakat. Namun pilihan mengorbankan kehi-
pihak terkait yang ikut bermain dan menikmati dupan nelayan pesisir yang termarginalisasi oleh
aliran keuntungan dari bisnis timah ilegal, yang eksternalitas negatif pertambangan timah laut,
kadang saling bersanding atau saling support yang meskipun sektor ini juga belum optimal
antara legal dengan ilegal. Sebab sampai saat ini, memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah
aliran bijih timah yang dihasilkan oleh aktivitas karena berbagai faktor, juga bukan pilihan
penambangan ilegal ini ditampung oleh baik menyenangkan. Fakta ini jelas kontraproduktif
perusahaan pemilik KIP maupun perusahaan dengan kampanye hijau dan kesadaran ekologis
smelter swasta. yang digadang-gadang oleh pemerintah daerah
saat ini. Analoginya, seperti seorang ayah yang
Kelemahan Implementasi memutuskan untuk untuk berhenti bekerja di
Setlah begitu lama dieksploitasi, cadangan suatu tempat, tanpa mempersiapkan tempat
timah potensial dan ekonomis kini terkonsentrasi kerja yang baru, padahal ada keluarga besar
di laut pesisir. IUP PT Timah sendiri meliputi yang harus dinafkahi.
hampir seluruh wilayah pesisir pulau Bangka Pada akhirnya SK penghentian sementara
dan Belitung, kecuali wilayah Kabupaten yang ini ternyata tak mampu memenuhi tuntutan dan
telah dilepaskan kepada Pemda sebagai daerah harapan kelompok nelayan. Hasil observasi
pengembangan pariwisata. Belum ditambah lapangan menemukan bahwa pertambangan
dengan IUP milik swasta yang menyempal di masih berlangsung di Teluk Kelabat dan
antara KP-KP PT Timah tersebut, terutama IUP Laut Tempilang baik oleh PT Timah maupun
yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten milik perusahaan mitra yang tetap beroperasi,
dan kota sebelum UU nomor 23 tahun 2014 meskipun jumlahnya tak massif. Ditambah lagi
diberlakukan. IUP ini dalam kondisi siap untuk konsekuensi hadirnya TI Apung dan TI tower
dieksploitasi. Kondisi inilah yang menjadi ilegal yang senantiasa membayang-bayangi di
ancaman terbesar bagi keberlangsungan kehi- sekitar KIP. PT Timah tidak bergeming karena
dupan nelayan sesungguhnya. Sebab kedua berpegang pada argumen bahwa Perusahaan
sektor ini (pariwisata pantai dan kelautan telah memenuhi IUP, CnC, dan AMDAL yang
yang juga sedang menggeliat pada dasarnya) disetujui nelayan dan wilayah relatif sudah tidak
berlangsung di tempat yang sama, namun kontra bergejolak, meskipun SPS belum dicabut.
produktif, tambang tak dapat bersanding damai Kepala Distamben Babel mengakui dasar
selaras dengan kegiatan kelautan dan perikanan. hukum SPS sebenarnya memang tidak terlalu
Memutuskan prioritas berdasar pertim- kuat untuk menekan pertambangan yang pada
bangan pembangunan atau menselaraskan dasarnya secara legal telah memenuhi syarat,
semua sektor bukanlah pilihan mudah dan izin dan aturan formal (Wawancara dengan
sederhana. Setiap pilihan punya konsekuensi R, pegawai Distamben Babel, anggota tim
48 Sandy Pratama

studi literatur tesis ini menunjukkan saling jegal bahkan atas pertimbangan aliran keuntungan
dan kontra regulasi antara kekuatan Golkar dan yang tidak dinikmati secara langsung baik untuk
PDIP melalui agen-agen dan aktor baik dalam kepentingan masyarakat Bangka Belitung,
struktur pemerintahan maupun yang terbentuk maupun kepentingan politik pribadi Gubernur
di masyarakat. Perbedaan sikap dan pandangan dan kelompoknya.
ditampilkan secara jelas dan nyata dalam Dalam hal ini, penulis menilai kearifan
berbagai perseteruan politik sejak periode tahun dan kebijaksanaan Gubernur sebagai penguasa
1998 sampai dengan akhir 2007 dimana peta daerah lah yang dituntut muncul dalam rangka
politik pertimahan mulai bergeser. mewujudkan pembangunan daerah yang
Konfigurasi kelompok yang pro dan selaras, berkeadilan, dan berkelanjutan. Tang-
kontra pertambangan laut begitu rumit untuk gung jawab mewujudkan kemakmuran justru
dipetakan. Hal ini disebabkan sikap para aktor ada di Pemerintah Provinsi sebagaimana
pada isu pertambangan ini masih berwajah diamanahkan oleh UU Nomor 4 tahun 2009
banyak, tak banyak pihak terutama para tentang Pertambangan Minerba melalui tata
pengambil kebijakan yang berani secara tegas kelola pertambangan yang baik. Sebagai
mendukung atau menolak pertambangan laut. penguasa wilayah, Gubernur sebagai pemimpin
Hanya jawaban-jawaban normatif formalitas pemerintahan propinsi memiliki tanggung jawab
yang sering dilontarkan para elit ini. Jika melihat untuk membuat tata aturan yang mumpuni
relasi yang terbangun antar para aktor, baik yang dalam eksploitasi pertimahan di Bangka
ada di lembaga eksekutif maupun legislatif Belitung. Pemerintah Provinsi harus memiliki
rencana umum pertambangan yang holistik
dengan para pebisnis, apalagi jika mampu
dari hulu ke hilir. Diantara rencana tersebut
menemukan relasi pertemuan yang begitu
adalah bahwa pemerintah provinsi paling tidak
kuat, maka wajar sikap di atas mengemuka,
harus mempunyai rencana tata ruang laut yang
karena seandaipun tidak terlibat secara atau
menetapkan zonasi berdasarkan kajian lengkap
dekat secara langsung, paling tidak para aktor
sehingga ketiga sektor baik pertambangan
ini masih ikut menikmati keuntungan pribadi laut, pariwisata, maupun sektor kelautan dan
maupun kelompok atas hubungan tersebut. perikanan dapat berlangsung secara bersamaan,
Dalam kasus ini penulis menilai Gubernur selaras, tanpa saling memangsa. Meskipun
wajar saja menyatakan sikap populis untuk seandainya ada salah satu yang dikorbankan,
mendukung segala tuntutan yang menolak setidaknya bentuk kompensasi yang diberikan
segala bentuk pertambangan timah laut kurang harus adil, berimbang, dan berkelanjutan.
bertanggung jawab yang mengancam kehidupan Sepanjang sejarah kontemporer, corak
nelayan pesisir, baik oleh motivasi visi pribadi sentralistik, hegemonik dan ketatnya tata
ataupun oleh motif-motif untuk mendapatkan kelola timah merupakan karakteristik kekuatan
simpati berujung dukungan politik dari kalangan ekonomi politik Golkar yang senantiasa meng-
masyarakat yang kontra pertambangan timah utamakan kepentingan nasional sebagai yang
laut. Namun, penulis menilai Gubernur akan lebih utama. Menurut seorang pengusaha smelter
tidak konsisten, jika masih berkeinginan men- di Pangkalpinang, UU Minerba 2009 berikut
dulang simpati dari kalangan masyarakat yang peraturan-peraturan turunnanya dari pusat tersebut
masih menaruh harapan untuk dapat kem- adalah upaya menjaga domain bisnis dan
bali melakukan kegiatan menambang secara politiknya JK (Jusuf Kalla) dengan pengusaha
legal tetapi mudah, dengan pernyataan sikap TW (Tommy Winata), yang dengan latar
Gubernur dalam banyak kesempatan yang gigih belakang orientasinya juga ikut berupaya untuk
memperjuangkan harapan-harapan tersebut merebut dan menguasai akses kontrol sumber
melalui upaya mendapatkan wilayah cadangan daya timah di Indonesia. Diketahui sampai saat
strategis mineral timah untuk dijadikan sebagai terakhir diberlakukannya Permendag 33 tahun
wilayah pertambangan rakyat. 2015 tentang Ketentuan Ekspor Timah, maka
Gejala motivasi akumulasi kekuasaan relatif hanya ada satu smelter/peleburan bijih
juga ditunjukkan Gubernur melalui sikap dan timah milik swasta yang mendominasi ekspor
kebijakannya yang sangat sentimentil dan keras timah dari Babel, yaitu PT RBT (Refining
kepada perusahaan-perusahaan pertambangan Bangka Tin), perusahaan peleburan dan Eks-
timah, terutama perusahaan-perusahaan yang portir Terdaftar paling besar yang dimiliki oleh
sulit untuk dikontrol penguasaannya atau Artha Graha Group.
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 49

Di balik fakta tersebut, sesungguhnya kehendak pelonggaran aturan juga didasarkan


kolaborasi JK-TW memenangkan pertarungan semangat peningkatan produktivitas komoditas
perebutan akses bisnis pertimahan hanya pada unggulan timah dengan tetap mengacu pada
saat itu saja. Sebelumnya, jaringan mafia kaidah good mining practice, memperhatikan
pertimahan dan kelompok perkeliruan lokal-lah kelestarian hutan konservasi, meskipun tidak
yang lebih mendominasi kontrol bisnis tersebut. spesifik menyebutkan kawasan pesisir dalam
Kasus Oktober Kelabu 2006 adalah salah satu taklimat tersebut.
contoh dimana upaya hegemoni pusat untuk PT Timah, Tbk. yang menjadi pihak
menata kembali kuasa tata kelola dan tata niaga yang termarginalisasi dalam polemik Surat
timah dikalahkan oleh gerakan massal yang Penghentian Sementara ini tak pelak meng-
didesain oleh jaringan bisnis lokal. Oktober hadapi gejolak internal sebagai bentuk resisten
Kelabu adalah peristiwa kerusuhan anggal dan juga reaksi atas menurunnya performa
22 Oktober 2006 yang dilatarbelakangi oleh perusahaan di bawah manajemen saat itu.
penertiban TI Ilegal dan penangkapan terhadap Kinerja keuangan perusahaan yang sedang
kolektor dan pengusaha besar pertimahan merosot dihadapkan dengan tentangan protes di
yang dilancarkan oleh aparat keamanan atas berbagai wilayah, terutama pesisir, dimana rasio
permintaan Pemerintah Provinsi menjelang operasional PT Timah dominan terkonsentrasi
Pilgub Babel 2007. Dalam razia PETI yang disana. Cadangan yang melimpah dan ekonomis
melibatkan Mabes Polri dan Densus 88 ini yang terkandung di wilayah pesisir menjadikan
menangkap tiga orang pengusaha timah yang produksi timah darat hanya berbanding 30%
banyak menampung pasir timah dari tambang atas unit produksi laut yang menyumbang 70%
rakyat. Akibatnya rakyat penambang kesulitan produksi PT Timah, Tbk saat ini.
menjual timah hasil tambang mereka. Mereka Wawancara dengan seorang petinggi IKT
menyerbu dan membakar kantor Gubernur menunjukan ada politik tingkat tinggi dalam
sehigga membuat suasana Babel menjadi sangat proses restrukturisasi PT Timah. Sukrisno yang
mencekam saat itu. (Erman: 2010 halaman 90- dikenal dekat dengan Rezim Partai Demokrat
91) pada masa sebelumnya, juga bermain dua kaki
Kondisi terakhir, smelter RBT ditutup, dalam penguasaan akses yang pada dasarnya
Tommy Winata dan grup usahanya menyatakan memang didominasi oleh PT Timah secara
berhenti berbisnis timah dan hanya akan legal. Ia dituding ikut memberikan konsesi
fokus pada aktivitas konservasi lingkungan. pengelolaan IUP kepada perusahaan mitra
Sebenarnya penutupan bisnis timah tersebut yang nakal yang terlibat dalam penyelundupan
adalah bentuk kapoknya TW menghadapi aksi timah ilegal dengan kompensasi keuntungan
mafia pertimahan lokal, termasuk di internal pribadinya sendiri. Adapun Dirut yang baru
perusahaannya yang mencurangi persaingan adalah orang titipan rezim berkuasa, PDIP
bisnis sehingga selalu merugi (wawancara (Wawancara dengan RK, Sekretaris IKT tanggal
dengan JAI, seorang manajer sebuah Smelter di 27 Juni 2016). Menarik untuk mencermati
Pangkalpinang milik pengusaha Aon/Thamron, bagaimana relasi kuasa antara Pusat, Daerah,
salah satu pengusaha besar timah di Babel). dan PT Timah sebagai pengusaha pertimahan
Maka dapat dikatakan kuasa atas akses pasca pergantian ini.
ekonomi politik timah saat ini relatif diken- Membahas kelompok cukong (lihat
dalikan oleh PDIP dimana rezim berkuasa di Erman, 2007: 242-256) yang sering disebut-
tingkat pusat linier dengan dominasi kekuatan sebut dalam diskursus dan kajian pertimahan.
politik yang berkuasa di Bangka Belitung. Sampai saat ini masih relatif sulit untuk
Hal juga dapat dilihat dari keseragaman dan menunjukkan siapa sebenarnya para cukong
keselarasan pandangan antara Presiden dengan ini. Namun dari cerita warung kopi (Erman,
Gubernur dalam menyikapi polemik ekonomi 2014: 89-107) yang penulis telusuri dan
Babel di sektor pertimahan. Termasuk instruksi berdasarkan hasil wawancara (dengan JM)
Presiden kepada stakeholder pertimahan untuk terlalu sensitif membicarakan aktor penting ini.
mencari jalan dan solusi agar masyarakat di Dalam pertambangan laut oleh pihak swasta
tingkat lokal mendapat akses menambang untuk atau pengusaha yang menjalankan bisnisnya,
meningkatkan perekonomian yang tengah lesu tentu bukanlah orang biasa dan sembarangan.
dalam suasana ketatnya tata kelola. Selain itu Mengingat investasi yang dibutuhkan untuk
50 Sandy Pratama

mengadakan Kapal Keruk dan Kapal Isap pesisir yang belum pernah dilakukan kajian
Produksi membutuhkan investasi yang sangat valuasi riilnya terhadap perekonomian.
besar. Adapun aktor-aktor yang muncul hanya- Aktor negara yang masih ikut terlibat dalam
lah sekedar bigmen yang dipercayakan untuk jaringan penguasaan akses pertambangan ini
mengelola operasional perusahaan, kebijakan menyebabkan berbagai kebijakan dan gerakan
dan pengaturan politik tinggi diatur dan sosial yang rasional dan ideal dalam tata kelola
dikendalikan oleh para cukong ini. terutama pertambangan yang baik cenderung bersifat
kepada kalangan politisi. partisan, lantang dalam pernyataan namun gagap
Pada level menengah seperti TI Apung, TI pada kenyataan. Para politisi dan birokrat yang
Tower, maupun Ponton Isap Produksi terutama masih menikmati keuntungan ekonomi politik
yang ilegal dibekingi oleh pemain-pemain yang besar dari bisnis timah lebih memilih
kelas menengah juga. Namun terkadang untuk membiarkan carut marut pertambangan timah
pertambangan ilegal yang massif disebutkan yang sedang berada dalam kekosongan hukum
melibatkan para petinggi-petinggi republik dan tetap berlangsung selama gejolak protes masih
aparat kemananan (baca=Jenderal Berbintang). dapat diredam dengan regulasi semu pro politik
Sedangkan nelayan Buton dan Bugis yang resistensi pertambangan.
memodifikasi kapal pencari ikannya menjadi alat Politik protes yang dilancarkan oleh For
tambang inkonvensional umumnya bermodal Nebak dan Walhi Babel dalam bentuk aksi
seadanya. Penertiban sulit dilakukan karena damai dan tertib merupakan suatu keberhasilan
pengaturan negara bayangan lokal sebagaimana advokasi dan agregasi kepentingan yang
temuan Erwiza Erman masih bercokol dan efektif. Tekanan dan tuntutan yang disampaikan
mengontrol di semua lini stakeholder. kepada Pemerintah Daerah berbuah kebijakan
Diskursus menarik adalah sulitnya mene- penghentian sementara operasional KK dan KIP
mukan eksistensi kelompok perkeliruan yang PT Timah di wilayah-wilayah yang menolak
menjadi think tank negara bayangan. Fakta ini pertambangan laut. Namun secara lebih luas,
ditenggarai terjadi akibat semakin terpolarnya pencapaian ini belumlah cukup dan jauh.
para mafia bisnis pertimahan ke dalam faksi-faksi Dasar dan kekuatan hukum yang terkan-
yang terpisah-pisah setelah meninggalnya Eko dung dalam kebijakan ini belum mampu
Maulana Ali sebagai patron dan pengatur satu memberikan kepastian perlindungan mengikat
pintu bisnis abu-abu pertimahan. Penerusnya, terhadap protes ketidakadilan dan kerusakan
Gubernur yang sekarang tidak mempunyai lingkungan yang merupakan akses berekonomi
kapabilitas ketokohan dan visi sekuat beliau. kaum nelayan tradisional tersebut. Perlu daya
Namun tetap memegang kendali pada jaringan yang lebih kuat dan luas serta upaya yang lebih
pemain besar dan pemain yang potensial untuk komprehensif untuk menjamin kelestarian
terus bekerja sama, sedangkan mafia-mafia ekosistem dan lingkungan laut Bangka Beli-
yang dianggap sudah tidak menguntungkan tung. Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
disingkirkan (Wawancara dengan Hamzah, memiliki kewenangan dalam hal ini harus
seorang pengusaha yang dekat dengan banyak saling bersinergi mewujudkan visi tata kelola
pemain timah). pertambangan timah yang baik, pembangunan
ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Tantangan Tata Kelola Timah Tentang pilihan rasional gubernur kebijakan
Sampai saat ini masih sulit menemukan SPS yang coba berpihak kepada masyarakat
jalan tengah rasional dalam bentuk regulasi nelayan berbenturan dengan kondisi carut marut
yang mengakomodir keberlangsungan aktivitas tata kelola pertambangan laut, terkait zonasi laut
antar sektor kelautan perikanan dengan pertam- yang belum tuntas, aturan tata tertib menambang,
bangan timah laut di wilayah pesisir kepulauan proses peralihan kewenangan pemerintahan
Bangka Belitung. Banyak faktor yang menye- daerah yang sedang berjalan, dan isu-isu spesifik
babkan kondisi status quo corak tata kelola mengenai dampak eksternalitas serta keuntungan
yang abu-abu dan kabur ini. Keuntungan besar positif maupun negatif yang berimbang dan
bisnis pertimahan baik yang legal apalagi obyektif. Secara politis Gubernur tersandera oleh
yang ilegal masih lebih menarik untuk dikejar kepentingan besar black economy pertimahan
oleh para aktor terkait dibandingkan dengan baik dari sisi internal kekuatan pendukung
pengembangan potensi kelautan dan perikanan Gubernur maupun jaringan perkeliruan dalam
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 51

konteks negara bayangan industri pertimahan. pemilihan berikutnya cukup relevan untuk
Akhirnya secara rasional, agregasi preferensi menjelaskan bagaimana ambigunya kebijakan
yang menjadi pilihan rasional dalam keputusan/ akomodasi terhadap politik protes kaum
kebijakan publik yang dapat dipilih adalah nelayan. Tindakan Gubernur menerbitkan SK
dengan mengakomodir tuntutan kelompok Penghentian Sementara tanpa adanya instrumen
protes dengan menerbitkan regulasi setengah kebijakan dan peraturan yang lebih komprehensif
hati memanfaatkan momentum meningkatnya yang menjamin substansi tuntutan kelompok
kesadaran ekologis kolektif guna mencari protes terwujud, dinilai lebih dominan sebagai
simpati dukungan untuk pencalonan kembali. Di langkah pencitraan dalam politik elektoral.
sisi lain secara lebih ketat tetap mengontrol akses Hanya saja pilihan sikap dan keputusan
ekonomi politik bisnis pertimahan sebagai modal ini ditunjukkan dalam nuansa normatif dimana
politik untuk melanggengkan kekuasaan. agar terkesan Pemerintah Propinsi tetap
Politisi secara umum masih sungkan konsisten terhadap visi pengembangan potensi
berbicara tentang kesadaran ekologis pada kelautan dan perlindungan terhadap kehidupan
diskursus pertimahan. Namun gubernur adalah nelayan tradisional, namun di sisi lain tetap
salah satu dari yang berani secara gamblang melakukan politik pembiaran atas praktik
dan frontal berpihak pada tuntutan masyarakat pertambangan timah ilegal yang menjadi
nelayan yang protes dan resisten terhadap ancaman bagi ekosistem pesisir, bahkan masih
pertambangan pesisir. Meskipun dalam tataran terbersit upaya untuk menguasai akses per-
implementasi kebijakan mengalami keman- tambangan laut secara legal. Disamping itu,
degan. Sikap ini menjadi ujian daya tahan aktor kebijakan dalam kasus ini lebih dimotivasi
dukungan pada gubernur dalam menghadapi untuk memaksimalkan keuntungan ganda
pertarungan pilgub 2017 yang akan datang. yang hipokrit dan ambivalen agar tetap dapat
Kebijakan Gubernur Bangka Belitung menguasai akses ekonomi politik pada semua
selaku aktor yang berwenang atas sektor aktor yang terlibat. Mengingat kebutuhan
pertambangan timah hendaknya berupa regu- modal politik yang selama ini masih disokong
lasi yang menjadi tata tertib bagi tata kelola oleh jaringan bisnis pertimahan ini.
pertambangan laut yang lebih linier antar sektor, Kedua, perebutan akses terbukti adalah
ramah lingkungan, memberikan eksternalitas pertarungan untuk meraih setumpuk kekuatan
positif bagi masyarakat banyak, berkeadilan atau kekuasaan untuk menguasai sumber
serta berkelanjutan. daya yang pengelolaan dan penggunaannya
Akhirnya kelompok masyarakat sipil yang memberikan keuntungan bagi siapapun yang
menolak pertambangan laut sebagai golongan pemegang kendali atas akses. Pertukaran
marginal yang terabaikan oleh jaringan negara akses juga memungkinkan terjadi dalam rangka
bayangan lokal, mau tidak mau harus terus memaksimalkan tingkat kepuasan dan mem-
memperkokoh jalinan dan struktur agregasi perkuat kendali atas kuasaan. Dalam konflik
perjuangan mereka. Melakukan tekanan dan pertimahan ini, perebutan penguasan akses
pengawasan pada pemerintah dan pelaku bisnis terjadi dalam tingkatan dan kepentingan yang
tambang timah laut harus tetap jadi perhatian lebih kompleks, berwajah banyak, tumpang
utama agar tidak dilindas oleh keserakahan, tindih dan saling memangsa.
pengabaian dan ketidakpedulian oleh para Ketiga, mencermati actor and linkages
politisi pemburu kekuasaan semata, serta dari kekuatan ekonomi politik yang concern dalam
pihak-pihak yang mendukung melakukan per- debat dan polemik isu pertimahan, sejatinya
tambangan laut secara membabi buta. adalah para politisi yang tetap ingin menguasai
Studi kebijakan dalam diskursus tata akses kuasa ekonomi politik timah untuk
kelola tambang yang penulis lakukan ini meru- semata-mata tetap mempertahankan domi-
muskan beberapa temuan kritis terhadap teori nasi kekuasaan politik dan ekonomi kelom-
yang penulis gunakan. pok dan jaringannya di Bangka Belitung.
Pertama, asumsi yang dikemukakan Mereka memanfaatkan semua sumber daya
oleh Anthony Downs mengenai pilihan yang dikuasai atau dimiliki untuk ditukar
rasional dalam pengambilan keputusan oleh atau digelontorkan berupa berbagai akses dan
aktor negara atau politisi lebih terdorong keuntungan atau saling dukung antar sesama
oleh motif agar dapat terpilih kembali pada politisi dan kelompok-kelompok lainnya demi
52 Sandy Pratama

terjalinnya struktur kekuasaan yang semakin perjuangan mereka. Melakukan tekanan dan
kokoh dan meluas. pengawasan pada pemerintah dan pelaku bisnis
Dalam kasus ini kesejahteraan masyarakat tambang timah laut harus tetap jadi perhatian
masih menjadi subyek yang terabaikan. Dalam utama agar tidak dilindas oleh keserakahan,
konteks eksploitasi timah, akses penambangan pengabaian dan ketidakpedulian oleh para
dan aliran keuntungan masih hanya dinikmati politisi pemburu kekuasaan semata, serta dari
oleh politisi, birokrat, aparatur, aktivis, dan pihak-pihak yang mendukung melakukan
aktor-aktor terbatas yang berhimpun dalam pertambangan laut secara membabi buta.
lingkar kekuasaan saja. Rakyat hanya menjadi
objek dan tameng bagi kelanggengan kekuasaan DAFTAR PUSTAKA
ekonomi dan politik para elit pemburu kekuasa-
an, sehingga ketimpangan ekonomi masih tetap Batubara, M. 2009. Ironi Tambang Timah di
terjadi dan kerentanan konflik horizontal serta Babel, disampaikan pada Focus Group
keresahan sosial berkembang semakin intens. Discussion Universitas Bangka Belitung
25 Juni 2009.
SIMPULAN Bahagijo, S. 2006. Globalisasi Meng-hempas
Indonesia. Jakarta: Kerjasama Perkum-
Politik protes yang dilancarkan oleh For pulan PraKarsa dengan Penerbit Pustaka
Nebak dan Walhi Babel dalam bentuk aksi LP3ES Indonesia.
damai dan tertib merupakan suatu keberhasilan
advokasi dan agregasi kepentingan yang Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik, Mencakup
efektif. Tekanan dan tuntutan yang disampaikan Berbagai Teori dan Konsep yang Kom-
kepada Pemerintah Daerah berbuah kebijakan prehensif. Jakarta : Erlangga.
penghentian sementara operasional KK dan KIP Erman, E. 2007. Deregulasi Tata Niaga Timah
PT Timah di wilayah-wilayah yang menolak dan Pembuatan Negara Bayangan Lokal:
pertambangan laut. Namun secara lebih luas, Studi Kasus Bangka dalam Politik
pencapaian ini belumlah cukup dan jauh. Lokal di Indonesia, editor Henk Schulte
Dasar dan kekuatan hukum yang terkandung Nordholt dan Gerry van Klinken. Jakarta:
dalam kebijakan ini belum mampu memberikan Yayasan Obor Indonesia-KITLV. 2007.
kepastian perlindungan mengikat terhadap
protes ketidakadilan dan kerusakan lingkungan Erman, E. 2010. Aktor, Akses dan Politik
yang merupakan akses berekonomi kaum Lingkungan di Pertambangan Timah
nelayan tradisional tersebut. Perlu daya yang Bangka. LIPI Press, Jurnal Masyarakat
lebih kuat dan luas serta upaya yang lebih Indonesia Edisi XXXVI/No.2/2010 hal.
komprehensif untuk menjamin kelestarian 71-101
ekosistem dan lingkungan laut Bangka -----------------. 2009. Dari Pembentukan Kam-
Belitung. Pemerintah dan Pemerintah Daerah pung ke Perkara Gelap, Menguak Sejarah
yang memiliki kewenangan dalam hal ini harus Timah Bangka-Belitung. Yogyakarta:
saling bersinergi mewujudkan visi tata kelola Penerbit Ombak.
pertambangan timah yang baik, pembangunan
Hidayat, S. 2000. Refleksi Realitas Otonomi
ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Daerah dan Tantangan Ke Depan. Jakarta:
Kebijakan Gubernur Bangka Belitung selaku
PT. Pustaka Quantum.
aktor yang berwenang atas sektor pertambangan
timah hendaknya berupa regulasi yang menjadi ------------------. 2001. Ketimpangan Ekonomi
tata tertib bagi tata kelola pertambangan laut dan Fenomena “Rent Seeking di Daerah:
yang lebih ramah lingkungan, memberikan Kasus Tata Niaga Kayu Cendana dalam
eksternalitas positif bagi masyarakat banyak, Menyingkap Akar Persoalan Ketim-
berkeadilan serta berkelanjutan. pangan Ekonomi Di Daerah. Masyhuri
Akhirnya kelompok masyarakat sipil yang dan Syarif Hidayat. Jakarta: PT. Pamator,.
menolak pertambangan laut sebagai golongan -------------------. 2004. Desentralisasi, tinjauan
marginal yang terabaikan oleh jaringan negara literatur tentang konsep dasar, peng-
bayangan lokal, mau tidak mau harus terus alaman negara lain, dan dinamika
memperkokoh jalinan dan struktur agregasi
Dimensi Ekonomi Politik dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan 53

kebijakan di Indonesia dalam Otonomi Ribot, Jesse C. dan Nancy Lee Peluso. 2003. A
Daerah: Teori dan Kenyataan Empiris. Theory of Access. Jurnal Rural Sociology
Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi, 68(2). 153–181
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sujitno, S. 2005. Dampak Kehadiran Timah
http://beritabangka.com/forum-nebak- Indonesia Sepanjang Sejarah, Cempaka
datangi-walhi-dan-klhk.html diakses 26 Jakarta: Publishing,
Februari 2016 pukul 22.30 “Nelayan Susilo, Joko & Siti Maemunah. 2009. Tiga
Dukung Gubernur Hentikan Tambang Abad Melayani Dunia, Potret Tambang
Laut Bangka” diakses dari http://www. Timah Bangka Belitung. Jakarta: Jaringan
mongabay.co.id/2016/01/24/nelayan- Advokasi Tambang (JATAM).
dukung-gubernur-hentikan-tambang-
laut-bangka/ diakses pada tanggal 26 Yustika, A.E. 2009. Ekonomi Politik (Kajian
Februari 2016 pukul 22.14 Teoritis dan Analisis Empiris), Cetakan I.
Yogyakrta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim. 2002. Kepulauan Bangka Belitung
Menuju Hakikat Sebuah Provinsi, Surat Seskab Nomor B-339 /Seskab/VII/2015
Yogyakarta: Philosophy Press. tanggal 6 Juli 2015 tentang Arahan
Presiden Mengenai Tata Kelola Timah
---------------. 2011. Nestapa Ekologi Sosial,
dalam Buku Secangkir Kopi Bangka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Belitung, Yogyakarta: Khomsa. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara
---------------. 2013. Sengkarut Timah dan
Gagapnya Ideologi Pancasila. Yogyakarta: UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Penerbit Imperium. Daerah
Peraturan Menteri Perdagangan Republik SK Gubernur Babel nomor 540/40/DPE tanggal
Indonesia Nomor 33/M-DAG/PER/5/2015 18 Januari 2016 tentang Penghentian
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Sementara Operasional KK dan KIP di
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor wilayah Laut Deniang, Teluk Kelabat,
44/M-DAG/PER/7/2014 Tentang Keten- dan Laut Tempilang
tuan Ekspor Timah -----------------. 2009. Dinamika Komunitas
Rahman, B. 2011. Menyoal Pertimahan di Warung Kopi dan Politik Resistensi
Babel (Beberapa Cerita dan Gagasan), di Pulau Belitung, Jurnal Masyarakat
Yogyakarta: Khomza. Indonesia Volume 40 Nomor 1 Juni 2014.
Jakarta: LIPI Press.
Ranto. 2016. Petaka Politik Timah di Babel,
Kebijakan Tak Sensitif Nelayan (Peng-
alaman Nelayan di Bangka Barat) Naskah
belum dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai