Bab Ii Kti
Bab Ii Kti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pertama
Lubang kecil pada pori kulit menjadikan orang trypophobic menjadi stres,
karena mereka percaya bahwa lubang tersebut akan tumbuh dan menjadi lubang
besar di kulit. Ada beberapa kasus bahwa orang orang dengan trypophobia menjadi
paranoid setelah tergigit serangga karena mereka berpikir gigitan tersebut akan
membesar.
Beberapa benda yang dapat menimbulkan persaan ini antara lain terumbu
karang, sarang lebah, gelembung-gelembung sabun, pakaian yang bercorak bintik-
bintik, susunan kayu-kayu yang terikat, atau coklat batang yang berongga.
Wilkins dan Cole menganalisa ciri-ciri dan sifat-sifat dari gambar-gambar yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan mereka menemukan sesuatu hal yang
umum dari keseluruhannya: analisa spektral dari gambar-gambar trypophobia
menunjukkan perbedaan tenaga yang besar pada frekuensi ruang jarak menengah,
yang mana membuat gambar tersebut menjadi menyolok. Walaupun masih belum
diketahui mengapa gambar-gambar ini menyebabkan perasaan tidak nyaman pada
sebagian orang dan tidak pada sebagian orang lain, para ilmuwan yakin bahwa
trypophobia ini tidak disebabkan oleh suatu adat istiadat, sama halnya dengan
triskaidekafobia sebagai contohnya.
Pada kebanyakan kasus yang ada, trypophobia juga tidak disebabkan oleh
kejadian yang menyakitkan atau trauma. Para peneliti yakin bahwa manusia dapat
menggunakan pemicu ini untuk menjauhi dari binatang berbisa tertentu, yang mana
memiliki pola-pola pada kulit mereka dengan ciri-ciri dan sifat-sifat yang serupa
pada penelitian trypophobia.
Pada beberapa orang, pemicu-pemicu ini berlanjut menjadi suatu fungsi, dan
karena alasan inilah mereka mengalami kegelisahan dan membuat adrenalin
memasuki pembuluh darah ketika mereka melihat pola-pola tertentu. Pada
percobaan yang lainnya, peneliti yang sama menunjukkan gambar-gambar dari
pola-pola geometris kepada orang-orang dan mereka mengamati kegiatan otak
mereka dengan menggunakan peralatan resonansi magnet. Gambar-gambar dari
ular-ular berbisa, yang mana memiliki pola-pola geometris pada kulit mereka,
menyebabkan meningkatnya tanggapan otak pada orang-orang tertentu, yang
sekarang ini kita kenal sebagai trypophobia.
Hasil yang serupa juga diberikan ketika orang-orang ini diamati dengan
menggunakan pola-pola yang serupa.
B. Teori Kedua
Jika Anda ingin mengetahui apakah kasus trypophobia ini benar sebuah
penyakit ketakutan yang membutuhkan perawatan, haruslah dipenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
Rasa takut yang dihasilkan haruslah tetap, berlebihan, dan tidak logis, dan
harus dipicu oleh kehadiran atau tanggapan dari sebuah rangsangan, dalam
kasus ini, melihat sebuah pola geometris tertentu.
Paparan dari rangsangan haruslah selalu diperoleh dari tanggapan terhadap
kegelisahan yang kuat atau serangan panik seperti gugup.
Anda menghindari keadaan-keadaan yang menyebabkan gejala-gejala ini,
atau Anda hanya sedikit menahannya, selalu timbul perasaan yang kuat atau
tidak nyaman atau kegelisahan.
Perilaku menghindar dan gejala-gejala kegelisahan ini (yang mana muncul
ketika seseorang hanya membayangkan dan memikirkan sebuah sarang
lebah) mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang seperti; pekerjaan,
sekolah, kehidupan sosial, kegiatan rutin dan normal.
C. Teori Ketiga
Menurut Geoff Cole, salah satu dari peneliti ahli dalam bidang ilmu visi, pola-
pola visual yang memicu gejala-gejala bagi penderita trypophobia sangat serupa
dengan apa yang dilihat pada beberapa jenis binatang berbisa.
Beberapa dari sebagian besar binatang yang mematikan di dunia, seperti gurita
cincin biru, ular king kobra, beberapa jenis kalajengking dan banyak jenis laba-
laba, memiliki pola-pola bintik pada permukaan tubuh mereka. Satu hal yang perlu
diingat, bahwa dapat disimpulkan trypophobia memiliki sebuah penjelasan yang
terus berkembang: orang-orang yang merasakan penolakan hanya dengan melihat
pola-pola seperti ini harus menjaga jarak aman mereka dari binatang-binatang
mematikan tersebut, yang mana akan memastikan keselamatan mereka sendiri.
1. Hipnoterapi
2. Desentiasi Sistematis
3. Abreaksi
4. Flooding
5. Reframing