Anda di halaman 1dari 21

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Familia hewan yang mencakup semua ternak sapi dikenal sebagai familia
Bovidae. Hewan dari familia ini adalah yang terbanyak dari semua hewan
berkuku. Banyak dari subfamilia Bovinae yang diternakkan.
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua,
yaitu kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang
berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta kelompok dari Bos
primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos
taurus.
Beberapa bangsa sapi Zebu yang terdapat di India (Asia) dan Afrika antara
lain Gir, Kankrey, Ongole, Hariana, Krishna Valley, Boran, Sokoto Gudali, Red
Bororo, Africander, White Fulani, Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Jawa, Sapi
Ongole, Sapi Grati, dan Sapi Kelantan. Dari sekian banyak sapi Zebu, yang paling
banyak dibudidayakan peternak Indonesia antara lain : Sapi Peranakan Ongole,
Sapi Bali, dan Sapi Madura.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang beberapa sapi zebu di
India dan di Luar India beserta karakteristik dan pemanfaatannya oleh masyarakat
sehingga dapat menambah wawasan dalam mata kuliah Produksi sapi Potong dan
Kerbau.

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang ciri - ciri sapi zebu dan jenis sapi zebu di India dan di luar
India.

1
1.3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu:
1.3.1. Apa ciri – ciri sapi zebu ?
1.3.2. Apa saja jenis-jenis dari sapi zebu di India ?
1.3.3. Apa saja jenis – jenis sapi zebu di luar India ?

2
II
PEMBAHASAN

2.1. Sapi Zebu


Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan
daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari
famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus), dan anoa.
Pada garis besarnya bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia terbagi
menjadi dua yaitu sapi-sapi yang berpunuk atau kelompok Zebu ( Bos indicus ).
Kelompok ini berasal dan terutama tersebar di daerah tropis. Selain itu, terdapat
kelompok yang berasal dari Bos primigenius. Kelompok ini tersebar di daerah
subtropis dan saat ini lebih terkenal dengan nama Bos taurus.
Kelompok Zebu terkenal dengan ciri-cirinya khasnya yaitu muka
panjang,mempunyai punuk dan bertanduk. Secara fisiologis sapi Zebu jelas
berbeda dengan bangsa sapi lain, terutama kemampuannya dalam melawan panas
dan iklim tropis yang jauh lebih baik dari pada bangsa sapi lain. Namun demikian
bangsa sapi ini lebih mudah terpengaruh oleh cekaman dingin dari pada bangsa
bos taurus. Bangsa Zebu juga lebih mudah terangsang secara emosi dibandingkan
bangsa lain, serta juga terlihat lebih cerdas.
Pada saat ini kelompok Zebu telah menyebar ke hampir seluruh daerh tropis
di seluruh dunia,terutama di benua Asia dan Afrika.Yang termasuk dalam sapi
kelompok ini adalah Sapi Ongole (Nellore), Sapi Sahiwal, Sapi Kankrey atau Sapi
Guzerat, Sapi Khrisna Valley, Sapi Boran, Sapi Africander, Sapi Gir, Sapi
Hariana, Sapi Sokoto Gudali, Sapi Red Bororo, Sapi White Fulani, Sapi Bali, Sapi
Madura, Sapi Jawa, Sapi Ongole, Sapi Grati, dan Sapi Kelantan.

3
2.2. Sapi Zebu di India
2.2.1. Sapi Gir
Sapi Gir berasal dari hutan Gir yang terletak di Semenanjung Kathiawar
bagian selatan, pantai barat India. Daerah Gir berada diantara 20,50 dan 22,60
lintang utara serta 700 dan 720 lintang timur dengan ketinggian 125 - 600 m diatas
permukaan laut. Iklim hutan Gir adalah tropis dengan temperatur mencapai 40 0C
pada bulan Mei dan 110C pada bulan Januari. Curah hujan hanya 50 – 100 cm per
tahun dengan kelembaban 60 – 80% ketika musim hujan (Juli-September).
Warnanya sedikit bercak-bercak coklat atau hitam, tetapi ada juga yang
kuning, merah sampai hitam (Soetarno, 2003). Sapi ini tahan untuk bekerja baik
di sawah maupun di tegal. Ukuran bobot sapi betina dewasa sekitar 400 kg,
sedangkan sapi jantan dewasa sekitar 600 kg. produksi susu rata-rata 2000
liter/tahun dengan kadar lemak 4,5-5% (Blakely,1991).
Sapi ini bertanduk pendek tumpul, tumbuh ke samping dan belakang
pangkal tebal, kelesa jantan tumbuh baik dan tegak, kulit longgar, fleksibel, halus
dan berambut pendek mengkilap, telinga agak panjang menggantung dan kepala
panjang (Reksohadiprodjo, 1984).
Pada tahun 1997, populasi sapi ini mencapai 6,24 juta di Gujarat, negara
bagian India yang berarti 3,13 % total sapi yang berada di negara tersebut.
Jantan Betina Total
No. Age
N Mean± S.E. N Mean± S.E. N Mean± S.E.
1. Lahir 54 22.0 +0.4 65 20.2 ±0.2 119 21.0 ±0.3
2. 3 bulan 42 56.1 ±1.2 56 52.4 ±1.8 98 54.0 ±1.1
3. 6 bulan 23 87.7 ± 3.1 21 83.9 ±2.4 44 85.9 ±2.2
4. 12 bulan 10 138.5 ±5.2 12 135.7 ±5.7 22 137.0 ±4.9
5. Pubertas - - 11 241.3 ±8.1 11 241.3 ±8.1
6. Pertama bunting - - 14 284.9 ± 5.3 14 284.8 ±5.3
N: Banyaknya sampel, S.E. Standard error mean.
(Sumber: PDC Annual Report, 1997-98).
Betina Sapi Gir bisa memiliki berat badan 385 kg dengan tinggi 130 cm,
sedangkan jantan mencapai 545 kg dengan tinggi 135 cm. Panjang tubuh Sapi Gir
160 – 170 cm. Warna bulu sapi Gir adalah merah menyala dan putih bercorak.
Kulitnya lembut, tipis, dan mengkilap.

4
Dahi sapi Gir berbentuk cembung yang berfungsi sebagai pendingin pada
otak dan kelenjar pertumbuhan dan hormon reproduksi. Telinga mereka panjang
dan menggantung, terbuka ke depan dan menyerupai daun meringkuk. Tanduk Gir
tebal di pangkal dan tumbuh ke bawah-belakang dengan lengkungan ke atas.
Sapi Gir dijadikan penghasil susu yang baik di India, terkadang di silangkan
dengan sapi FH untuk menghasilkan sapi Girolando. Selain itu, jantan Gir
digunakan untuk menarik gerobak. Sapi ini sudah tersebar di beberapa negara lain,
seperti Brazil, US, Mexico, dan Venezuela. Produksi susu rata – rata 2000 liter/
tahun dengan kadar lemak 4,5 – 5 %.
Sapi betina Gir biasanya mengalami gejala estrus pertama kali pada umur
1.149 hari dan mulai bunting pada umur 1.534 hari. Rata-rata masa kering
kandang adalah 123 hari dan calving interval 423 hari. Sapi betina Gir dapat
menghasilkan rata-rata susu 2.063/laktasi dengan kandungan lemak 4,5% (326
hari). Mortalitas kelahiran dari Sapi Gir adalah 3,63 %.
Performa Reproduksi Sapi Gir
Dara Betina
No. Sifat
N Mean ± S.E. N Mean ± S.E.
1. Umur estrus pertama 29 1 149 ± 58 - -
2. Umur bunting pertama 29 1 533 ± 56 - -
3. Kering kandang (hari) - - 56 123 ± 14
4. Periode calving-interval (hari) - - 56 423 ± 12
5. Interval estrus (hari) - 39 88 +10
6. IB per konsepsi 29 1.07 ±0.2 56 1.64 +0.1
N: Jumlah sampel, S.E. Standard error of the mean
(Sumber: PDC Annual Report, 1997-98)
Performa Produksi Sapi Gir
No. Karakteristik Sampel Mean ± S.E.
1. Periode laktasi (days) 62 326 ± 11
2. Total liter susu per laktasi 62 2 063 ± 114
3. Produksi susu 300 hari (liter) 62 1 930 ± 95
4. Produksi susu saat calving-interval 44 5.0 ± 0.3
(liter)
5. Contoh produksi susu sapi Gir (liter) 1st cow (Name: Lalita) 2 867
2nd cow (Name: Laxmi) 2 832

5
S.E. Standard error of the mean.
(Sumber: PDC Annual Report, 1997-98).

2.2.2. Sapi Brahman


 Asal Sapi Brahman
Taksonomi :
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Subgenus :
Taurinae : Bos indicus
Sapi Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss, yang
kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama adalah Kankrej (Guzerat),
Nelore, Gir,dan Ongole. Sapi Brahman digunakan sebagai penghasil daging.
Aslinya berasal dari India kemudian masuk ke Amerika Serikat (AS) pada tahun
1849 & berkembang pesat disana. Di Amerika Serikat, sapi Brahman ini
dikembangkan, diseleksi & ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis
sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke
Australia & kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974.
Dibandingkan dengan sapi Eropa, sapi Brahman lebih tahan terhadap panas.
Ketahanan terhadap panas ini dihasilkan berkat rendahnya temperatur internal
yang dihasilkan di dalam tubuhnya. Sapi ini memiliki lebih banyak kelenjar
keringat dan kulitnya berminyak, berbulu pendek dan tebal. Kulit yang halus
berminyak ini diperkirakan berperan mengusir serangga atau resistensi terhadap
parasit. Sifat pemalu dan cerdas serta dapat beradaptasi dengan lingkungannya
yang bervariasi. Sapi ini suka menerima perlakuan halus dan dapat menjadi liar
jika menerima perlakuan kasar.
Setelah ratusan tahun menghadapi kekurangan persediaan pakan, hama
serangga, parasit, penyakit dan cuaca tropis ekstrim di India, sapi asli India ini

6
mengalami beberapa adaptasi yang luar biasa sehingga mampu bertahan hidup.
Sapi ini merupakan "sapi suci India," dan orang Hindu umumnya tidak memakan
daging sapi ini, tidak memperbolehkan penyembelihannya, dan tidak menjualnya.
Bangsa Sapi Brahman ini dikembangkan di daerah panas seperti Kabupaten
Pati, Rembang, Kudus, Jepara, Blora, Grobogan, Banyumas, Kebumen, dan
Purworejo. Hasil silangnya ( keturunannya ) memiliki ADG yang dapat mencapai
0,55 kg/hari.
 Ciri Kualitatif Sapi Brahman
Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar & berkulit longgar, gelambir
dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan dan tanduk.
Telinga panjang menggantung & berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi
potong terbaik untuk dikembangkan. Sapi Brahman selama berabad-abad
menerima kondisi kekurangan pakan, serangan serangga, parasit, penyakit dan
iklim yang ekstrim.
Sapi Brahman warnanya bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai
hitam.Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan warnanya lebih
tua dari betina dan memeliki warna gelap didaerah leher, bahu dan paha bawah.
Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka dapat
bertahan dari suhu 8-105 0F, tanpa ganguan selera makan dan produksi susu.
 Ciri Kuantitatif Sapi Brahman
Berukuran sedang dengan berat jantan dewasa antara 800 sampai dengan
1100 kg, sedang betina 500-700 kg. Berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg,
dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi lainnya.
Persentase karkas 48,6 s.d 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83-1,5 kg.
inggi sapi jantan 121-128 cm dan betina 116-123 cm. Sapi ini memiliki mutu
genetik dan daya reproduksi yang paling baik dibandingan sapi lokal.
 Keunggulan Sapi Brahman
Keunggulan dari sapi Brahman antara lain pertambahan berat badan relatif
cepat, prosentase karkas besar, serta merupakan sapi potong tipe dwiguna yang
mampu berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang tidak

7
menguntungkan. Resisten terhadap demam texas dan dapat beradaptasi terhadap
makanan yang jelek. Merupakan tipe potong dari daerah tropis yang terbaik.
Sifat-sifat yang menonjol dari sapi ini yaitu mudah beradaptasi dengan
lingkungan baru, tahan panas dan tahan parasit. Sapi Brahman memiliki lebih
banyak kelenjar keringat, kulit berminyak di seluruh tubuh yang membantu
resistensi terhadap parasit. Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap
panas, merekadapat bertahan dari suhu 8-105 0F, tanpa ganguan selera makan dan
produksi susu. Adaptivitas lingkungan, umur yang panjang, kemampuan
mengasuh anak dan produksi daging yang efisien.
Persentase karkasnya 45-50%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif
terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput & pakan tambahan) apapun
akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga
lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
 Kelemahan Sapi Brahman
Kelemahannya yaitu toleransi yang rendah suhu udara yang rendah dan
memiliki tingkat kesuburan ( fertilitas yang rendah ). Rendahnya fertilitas pada
sapi Brahman disebabkan oleh pengamatan birahi yang kurang akurat dengan
Lama masa estrus hanya 6,7±0,8 jam, nutrisi dan lamanya induk menyusui yang
dapat menyebabkan terjadinya anestrus post partum pada sapi Brahman, lamanya
waktu yang diperlukan untk pengeluaran plasenta setelah beranak, dan adanya
infeksi pada uterus yang dapat mempengaruhi jarak beranak.
Masalah besar yang sering timbul pada peternakan Sapi Brahman di daerah
tropis dan sub tropis adalah panjangnya masa anestrus post partus, hal ini
disebabkan oleh makanan yang diberikan kurang berkualitas, temperatur
lingkungan yang terlalu panas, infeksi parasit, penyakit reproduksi, kondisi tubuh
yang kurus, dan stress akibat menyusui (Vandeplassshe, 1982)

2.2.3. Sapi Ongole


 Asal Sapi Ongole
Klasifikasi Sapi Ongole :
Phylum : Chordata

8
Clas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminansia
Family : Bovidae
Genus : Bos
Species : Bos taurus dan Bos indicus
Sapi Ongole berasal dari India, tepatnya di Kabupaten Guntur, Provinsi
Andra Pradesh. Sapi ini menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sapi
Ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos indicus yang berhasil dijinakan di
India. Di Indonesia, bangsa sapi ini diternakan secara murni di Pulau Sumbawa
sehingga disebut sapi Sumbawa Ongole. Sapi ongole merupakan tipe sapi kerja
yang sangat baik karena tenaganya kuat dan ukurannya tubuhnya besar.
Persilangan sapi ongole dengan sapi setempat, terutama sapi-sapi jawa secara
grading up menghasilkan sapi yang mirip denga sapi ongole yang populer dengan
istilah peranakan ongole (PO).
Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba
Ongole (SO) dan sapi Peranakan Ongole (PO). Sumba Ongole adalah keturunan
murni sapi Nellore dari India yang didatangkan tahun 1914. Sapi ini
dikembangkan secara murni di Pulau Sumba dan merupakan sumber indukan
sebagian besar Ongole di dalam negeri. Persilangan antara Sumba Ongole dengan
sapi setempat di jawa menghasilkan anakan yang mirip sapi Ongole sehingga sapi
ini disebut dengan sapi Peranakan Ongole.  Sapi peranakan ongole  merupakan
sapi yang banyak dicari dipasaran saat hari raya Qurban. Di beberapa daerah di
luar pulau jawa, sapi jenis peranakan ongole merupakan sapi dengan populasi
terbesar kedua setelah sapi Bali.
Sapi- sapi ongole asal India dimasukkan kali pertama oleh Pemerintah
Hindia Belanda ke Pulau Sumba, pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1906-1907.
Dari empat jenis sapi, yang dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi bali, sapi
madura, sapi jawa, dan sapi ongole. Ternyata hanya sapi Ongole yang mampu
beradaptasi dengan baik dan berkembang dengan cepat, di pulau yang panjang
musim kemaraunya ini.

9
Sekitar tujuh atau delapan tahun kemudian, pada tahun 1914, Pemerintah
Hindia Belanda menetapkan Pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole
murni. Upaya ini disertai dengan memasukkan 42 ekor sapi ongole pejantan,
berikut 496 ekor sapi ongole betina serta 70 ekor anakan ongole.
Dalam laporan tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur (1989)
tercatat, pada tahun 1915, Pulau Sumba sudah mengekspor enam ekor bibit sapi
ongole pejantan. Empat tahun kemudian, pada 1919, ekspor sapi ongole dari
Pulau Sumba tercatat sebanyak 254 ekor, dan pada tahun 1929, meningkat
mencapai 828 ekor. Sapi-sapi asal Sumba ini pun memiliki merek dagang, sapi
Sumba Ongole (SO).
Perkembangan selanjutnya, Sumba kembali ditetapkan sebagai pusat
pembibitan sapi ongole murni di masa pemerintahan Presiden Soeharto, melalui
Undang-Undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun 1967.

 Ciri Kualitatif Sapi Ongole


Sapi Ongole memiliki punuk besar memiliki punuk bulat, besar dan
bergelambir (lipatan-lipatan kulit yang terdapat dibagian bawah leher dan perut)
lebar tergantung mulai leher melalui perut hingga ambing atau skrotum dan
berglambir. Telinganya panjang dan menggantung. Kepala relatif pendek dengan
profil melengkung, mata besar dan tenang. Kulit disekitar lobang mata selebar + 1
cm, berwarna hitam, tanduk pendek, kadang-kadang hanya bungkul kecil saja.
Tanduk sapi betina lebih panjang dari pada sapi jantan. Kulit berwarna kuning
dengan bulu putih atau kehitam-hitaman. Warna bulu bervariasi dari putih sampai
putih kelabu dengan campuran kuning orange keabuan. Pada sapi jantan bagian
leher, punuk sampai kepala berwarna putih keabuan, sedangkan pada anak yang
baru lahir berwarna coklat dan berubah menjadi putih kelabu. Kulit di sekeliling
mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna
hitam. Sapi Ongole akan dewasa kelamin pada umur 24-30 bulan. Sapi Ongole
tergolong lambat dewasa. Jenis sapi ini akan mencapai dewasa pada umur 4-5
tahun.

10
Bentuk mata elip dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam.
Telingan agak kuat, ukuran 20-25 cm, dan agak menjatuh. Tanduknya pendek dan
tumpul, tumbuh kedepan dan kebelakang. Pada pangkal tanduk tebal dan tidak ada
retakan. Warna yang populer adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna
abu tua, pada leher dan kaki kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih,
kelopak mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan
berwarna abu tua.
 Ciri Kuantitatif Sapi Ongole
Bobot maksimal sapi dewasa 600 kg dan sapi betina dewasa 400 kg.
Persentase karkas 45-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 :1. Tinggi
sapi jantan mencapai 150 cm sedangkan sapi betina mencapai 135 cm dengan
PBBH mencapai 0,47-0,81
 Keunggulan Sapi Ongole
Keunggulan Sapi Ongole antara lain :
- Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit
- Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan
kurang;
- Prosentase karkas dan kualitas daging baik.
- Relatif paling banyak dicari di pasaran indonesia.
- Bobot badan besar, sehingga jumlah daging yang dihasilkan lebih
besar.
- Mampu bertahan pada suhu tinggi (40 0C) dengan kondisi pakan
yang berkualitas rendah.
- Betina kawin pertama umur 18 bulan, beranak pertama umur 30
bulan, jantan kawin pertama umur 30-36 bulan.
Sapi ongole merupakan jenis sapi tipe kerja yang sangat baik, tenaganya
kuat ukuran tubuhnya besar, tahan lapar dan haus serta memiliki memiliki
toleransi makanan yang sederhana .
 Kelemahan Sapi Ongole
Saat ini lambat dewasa pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh.

11
2.3. Sapi Zebu di Luar India
2.3.1. Sapi Sahiwal
 Asal dan Penyebaran Sapi Sahiwal
Sapi Sahiwal memiliki nama lain yaitu Lambi Bar, Lola, Montgomery,
Multani, Teli. Sapi ini berasal dari distrik Monsgomery di Punjab sebelah barat,
daerah antara 29°5’ -30°2’ LU Pakistan dan mungkin telah berasal dari Red
Sindhi dan sekarang sudah tersebar di India, Srilanka, Jamaika, Indonesia, Kenya,
Trinidad, Filipina, Australia, Iran, Nepal, Kongo, Zanzibar, serat Tanzania.
( Payne,1970). Lingkungan iklim dari tempat tinggal asalnya adalah subtropis dan
daerah kering.
 Ciri Kualitatif Sapi Sahiwal
Karakteristik yang paling menonjol dari sapi ini ialah bentuk tubuhnya
relatif panjang dan dalam, perdagingannya baik. Warna bulu bervariasi dari
kemerah – merahan saapai agak coklat atau kadang – kadang ada totol – totol
putih. Bulu tersebut tertanam dalam kulit yang tidak berpigmen dan longgar.
Telinga berukuran sedang serta dilengkapi dengan warna kehitam – hitaman.
Kepala besar dan berat pada yang jantan. Ambing yang betina besar dan kadang –
kadang menggantung.
Sapi Sahiwal betina kadang – kadang pada kepalanya tidak dijumpai
tanduusxk, sedangkan pada yang jantan bertanduk pendek. Seperti lazimnya sapi
– sapi dari daratan India, Sahiwal pun memiliki punuk (gumba) besar dan
letaknya agak terkulai ke arah samping. Gelambir sapi jantan cukup besar dan
berat, gantungan pusar kendor dan tergantung, pembungkus alat kelamin pada
yang jantan menggantung.

 Ciri Kuantitatif Sapi Sahiwal


Tingkat produktivitas sapi Sahiwal sebagai sumber daging dapat dilihat dari
ukuran – ukuran badan pada berbagai tingkat umur digambarkan pada tabel.
Tabel Ukuran Tubuh Sapi Sahiwal pada Berbagai Umur
Jenis kelahiran ( kg ) Tinggi Pundak ( cm )
Jantan Betina Jantan Betina
Umur

12
Bobot lahir 22 – 24 20 – 22 - -
Sapi dewasa 454 - 490 272 – 408 127 117 - 130
Sumber: Payne (1970)
Selanjutnya Payne (1970) mengatakan, bahwa sapi Sahiwah beranak
pertama pada umur 30 – 43 bulan dengan selang kelahiran 13 – 18 bulan. Di India
dan Pakistan sapi ini diternakkan sebagai sapi perah, sementara di Indonesia
kadang – kadang dijadikan sapi kerja dan daging.
Produksi susu paling tinggi yaitu antara 2500-3000 kg/tahun dengan kadar
lemaknya 4,5%. Menurut Ware (1941) berdasarkan catatan sapi perah Sahiwal
yang terbaik dari 289 ekor dapat memproduksi antara 6000-13000 pound ( 2722-
5897 liter) dengan kadar lemak 3,7% (Blakely,1991).
 Kegunaan dari Sapi Sahiwal
Ternak ini merupakan ras ternak perah tropik yang paling produktif dan
tipe sapi ini telah diekspor ke banyak bagian negara tropik. Di Jamaika mereka
telah disilangkan dengan Jersey untuk memberikan penemuan ternak untuk ras
yang dikenal dengan Jamaica Hope, dan di Afrika Timur mereka telah dipakai
secara meluas untuk meningkatkan sapi Zebu dari Afrika Timur yang kecil.
Walaupun Sahiwal pada dasarnya ras perah, tipe sapi ini dapat dipakai untuk
ternak potong dan kerja.

 Kelebihan Sapi Sahiwal


Tahan terhadap caplak dan suhu lingkungan yang tinggi serta mempunyai
ketahanan yang tinggi terhadap parasit, baik internal maupun eksternal. Rata-rata
produksi susunya mencapai 2.270 liter/laktasi dengan kadar lemak 4,3 - 6%.

2.3.2. Sapi Africander


 Asal dan Habitat Sapi Africander
Nama lainnya Afrikander. Tipe yang berhubungan. Bolowana-nama lain:
Izankayi. Sapi ini telah diperbaiki mutunya dengan Afrikander dan sekarang telah
kehilangan identitas sebagai tipe yang terpisah.

13
Umumnya dikenal bahwa ras ini berasal dari sapi yang dimiliki oleh
Hottentot di Semenanjung Harapan di Afrika Selatan dalam abad ke 17 dan 18,
tetapi sebagian pekerja Portugis menganggap bahwa ternak ini berasal dari impor
sapi ras Alentejo dari Portugal. Africander berkembang biak asli Afrika Selatan,
terdiri dari 30% dari populasi ternak.Pemukiman Belanda sebelumnya di Afrika
Selatan memperoleh kumpulan sapi Afrikander tahun 1652. Lingkungan iklim
habitat dapat dilukiskan bermodifikasi sebagai subtropik sampai tropik di daerah
utara dan mediterania di provinsi Cape.
Awalnya sapi Africander di manfaatkan untuk menarik kereta yang
dilakukan petani Boer dan keluarga di Trek Agung 1835-1836 dari Tanjung
Harapan ke Orange Free State, Natal dan Transvaal. Namun, dengan berjalannya
waktu, penggunaan utama mereka bergeser dari pekerjaan penarik beban menjadi
produksi daging.
Saat ini jumlah ternak kecil Africander di Australia telah mengembangkan
dari basis impor relatif kecil dari Amerika. Karena darah Bos indicus, yang
Africander terutama ditemukan di tempat yang panas-tropis-lembab dan sub-
tropis-kering di Australia. Africander yang disilangkan dengan Shorthorn
menghasilkan Bonsmara dan dengan Holstein menciptakan Drakensberger.
 Ciri Kualitatif Sapi Africander
Ciri-ciri fisik Afrikander besar,berotot dan kuat. Warna bulu biasanya
sebagai bayangan merah, sering dengan tanda putih dibagian bawah. Rambut
pendek dan mengkilap, kulit tebal, lembut dan berwarna kuning sawo sampai
kuning. Kepala panjang dan telinga kecil dan tajam. Tanduk panjang, lebar dan
mengayun ke bawah dan ke belakang dimana mereka meninggalkan kepala.
Penampang melintang, tanduk lonjong dan memiliki lipatan yang khas. Yang
jantan memiliki tanduk pendek, kuat, sedangkan tanduk yang betina lebih
langsing dan lebih memutar. Punggung cervico thoracic dan menonjol pada
bagian jantan. Gelambir besar dengan lipatan kendor dn lipatan pusar berkembang
dengan baik.
 Kegunaan Sapi Africander

14
Sapi-sapi ini mula-mula dikembangkan sebagai ternak penarik dan dianggap
baik untuk tujuan ini, tetapi akhir-akhir ini mereka telah dikembangkan untuk
menghasilkan daging. Ini adalah ras utama yang dijumpai pada ranch afrika
selatan dan beradaptasi secara baik terhadap daerah lebih hangat yang
memberikan iklim tidak terlalu basah atau kering. Perkumpulan ras dijumpai
tahun 1919 dan buku catatan kawanan ternak ditutup tahun 1936. Sejumlah besar
sapi ini telah diekspor ke negara lain di Afrika, ke Amerika, Filipina, dan ke
Australia.
 Keunggulan Sapi Africander
Africander ternak adalah makhluk berukuran cukup besar dengan sifat jinak
dan lembut yang membuat mereka mudah untuk menangani kesulitan dalam
kehidupan mereka. Africander menunjukkan ketahanan yang baik terhadap panas,
tingkat tinggi resistensi kutu, memiliki temperamen tenang dan memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi dalam kondisi yang keras. Africander ternak memiliki
mantel yang berkisar dari merah tua ke cokelat muda, dan ini mantel menutupi
kulit longgar. Sapi Africander secara alami tahan terhadap kutu, namun, ternak
Africander yang dibiakkan di Australia rentan untuk mencentang demam
termasuk Babesiosis Bovine dan Anplasmosis

2.3.3 Sapi Boran


 Asal Sapi Boran
Sapi Boran merupakan sapi Zebu lokal Afrika yang sekarang tersebar di
Kenya, Ethiopia, Afrika, bahkan Australia. Sejarah pembentukan sapi Boran
menurut Boran Cattle Breeders’ Society adalah Bos indicus, Bos taurus asal
Eropa, dan bos taurus asal Afrika yang kemudian bersilangan secara acak ribuan
tahun sebelum masehi. Sampel DNA Boran menunjukan 24% Bos taurus Eropa,
64% Bos indicus, dan 12% Bos taurus Afrika (Hanotte, et. al).
 Ciri Kualitatif Sapi Boran
a. Kepala
Padat dan jarak antara mata lebar dengan alis yang menonjol. Telinganya
kecil dengan rambut pendek. Mulutnya lebar dan rahang serta bibir yang

15
kuat. Mata, telinga, dan hidung memiliki warna yang mencolok. Jika
dilihat dari pinggir maka seperti cembung karena adanya perototan diatas
mata tetap bagian hidungnya kering.
b. Leher
Pejantan memiliki leher yang kuat, perototan yang baik, berwarna gelap,
dan sangat baik menghubungkan kepala dengan bahu.
c. Bahu
Lebar dan perototannya sangat baik. (Sapi yang sedang bunting memiliki
bahu yang lebih kendur.
d. Punuk
Terletak tepat diatas dan sejajar dengan kaki depan.
e. Kulit dan rambut
Tebal, kendur, dan elastis, berpigmen baik tanpa lipatan yang cacat dan
mengkilap karena kaya akan lapisan minyak.
f. Temperamen
Boran adalah sapi yang tenang, mudah di tangani, dan tidak mudah marah.

 Kelebihan Sapi Boran:


- Sapi betina memiliki maternal ability yang baik, bisa melahirkan
sapi jantan dengan berat 28 kg dan betina 25 kg. Jarang terjadi
masalah pada saat melahirkan.
- Breed unggul sapi betina masih bisa melahirkan pada saat berumur
15 tahun dan sapi jantan masih bisa menghasilkan sperma yang
baik pada umur ke-16.
- Kulitnya yang kendur dan sekresi lapisan minyak yang tinggi
membuat Boran lebih tahan terhadap gigitan lalat dan kutu. Selain
itu juga dapat melindungi mereka dari serangan dingin ketika
musim salju/hujan.
- Estrus pertama dicapai oleh sapi betina pada umur 385 hari.

16
- Dapat bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan dan cuaca
(salah satu alasan Boran dikembangkan diberbagai negara).
- Sapi Boran memiliki kesempatan hidup, persentasi melahirkan, dan
keselamatan pedet saat dilahirkan yang tinggi (calving interval
mencapai 365 hari).
 Kekurangan Sapi Boran:
- Memiliki insting berkelompok yang sangat baik sehingga sulit
untuk memisahkan satu sapi dari yang lainnya jika ada keperluan
untuk pemeriksaan.
- Sulit untuk membedakannya dengan sapi Brahman (terutama
cross-breed).

III
KESIMPULAN

 Kelompok Zebu terkenal dengan ciri-cirinya khasnya yaitu muka


panjang,mempunyai punuk dan bertanduk. Secara fisiologis sapi Zebu
jelas berbeda dengan bangsa sapi lain, terutama kemampuannya dalam
melawan panas dan iklim tropis yang jauh lebih baik dari pada bangsa sapi
lain. Namun demikian bangsa sapi ini lebih mudah terpengaruh oleh
cekaman dingin dari pada bangsa bos taurus. Bangsa Zebu juga lebih
mudah terangsang secara emosi dibandingkan bangsa lain, serta juga
terlihat lebih cerdas.

17
 Bangsa Sapi Zebu yang ada di India adalah Sapi Gir, Sapi Brahman, Sapi
Ongole.
 Bangsa Sapi Zebu yang ada di luar India adalah Sapi Sakoto Gudali, Sapi
Sahiwal, Sapi Africander dan sapi Boran.

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada
University Press: Jogjakarta.
James O. Sanders. 1980. JAS : History and Development of Zebu Cattle in the
United States. American Society of Animal Science: America.
G.K. Gaur, S.N. Kaushik & R.C. Garg. The Gir cattle breed of India -
characteristics and present status
Payne, W.J.A. 1970. Cattle Production in The Tropics. Longman Group Limited :
London
Sugeng,Y. bambang. 1992. Sapi Potong. PT Penebar Swadaya : Jakarta.

18
Susilorini, Tri Eko, dkk. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial.jakarta.Penebar
Swadaya
Trial, J.C.M. dan K.E Gregory. 1981. Journal : Characterization of the Boran and
Sahiwal Breeds of Cattle for Economic Characters. American Society of
Animal Science: Amerika.
Williamson, G dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

LAMPIRAN
Sapi Gir

19
Sapi Brahman

Sapi Ongole

Sapi Sahiwal

Sapi Africander

20
Sapi Boran

21

Anda mungkin juga menyukai