Anda di halaman 1dari 138

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEANEKARAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA

DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK TAMBAK BOYO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Salvinus Budin

NIM : 111434042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEANEKARAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA

DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK TAMBAK BOYO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Salvinus Budin

NIM : 111434042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:

Tuhan YME

Orang Tua

Kakak dan Adik tercinta

Priskila Theofani J.S.

Keponakan tersayang

Keluarga dan sanak saudara

Para Sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“My Life My Adventure”

“Jalanilah semua yang harus anda jalani dan Hadapi. Sertakan selalu Tuhan

dalam setiap langkah kehidupan Anda”

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA

DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK TAMBAK BOYO

YOGYAKARTA

Salvinus Budin

Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma

Waduk Tambak Boyo dibangun dan difungsikan oleh Pemerintah Daerah


Istimewa Yogyakarta sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk warga
Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sebagai
sarana pengairan dan cadangan air minum untuk Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) di masa mendatang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis
zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi keanekaragaman
jenis zooplankton serta faktor fisik (suhu, kekeruhan, intensitas cahaya) dan kimia
(pH, DO, BOD, COD, fosfat dan nitrat) untuk mengetahui kualitas air di waduk
tersebut. Identifikasi zooplankton dilakukan di laboratorium Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma menggunakan mikroskop, sedangkan uji sampel air
untuk faktor fisika dan kimia dilakukan di lokasi waduk dan di laboratorium Balai
Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di Waduk
Tambak Boyo masuk dalam baku mutu air kelas II. Hal tersebut berdasarkan
keanekaragaman zooplankton yang termasuk dalam kategori sedang dengan
indeks keanekaragaman 2,02-2,32, serta parameter fisika dan kimia yang berada
dalam kategori baik. Perairan tersebut layak digunakan untuk budidaya ikan,
sarana rekreasi air, peternakan dan mengairi pertanaman. Penelitian ini dapat di
implementasikan pada pembelajaran biologi kelas X semester II yaitu pada bab
keanekaragaman hayati.

Kata kunci : Waduk Tambak Boyo, keanekaragaman zooplankton, parameter


fisika, parameter kimia.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

THE DIVERSITY OF ZOOPLANKTON AND RELATION WITH WATER

QUALITY IN THE TAMBAK BOYO RESERVOIR

YOGYAKARTA

Salvinus Budin

Biology Education

Sanata Dharma University

Tambak Boyo reservoir constructed and operated by local goverment


Yogyakarta special as reserve and absorbing ground for resident Sleman, Jogja
and Bantul, as a means of irrigation and reserve drinking water for Municipal
Waterworks.
This study aims determine diversity of zooplankton and water quality in
Tambak Boyo reservoir. This research was carried out by identifying the diversity
of zooplankton as well as physical (temperature, turbidity, light intensity) and
chemical (pH, DO, BOD, COD, phosphate and nitrate) factors to determine the
water quality in the reservoir. Identifying of zooplankton was carried out in the
laboratory of Biology Education Sanata Dharma by using microscope. While the
water sample to test the physical and chemical factors could be carried out in the
location of the reservoir, and were observed in the laboratory Center for
Environmental Helath and Disease Control Yogyakarta.
The result of research shows that the quality of water in Tambak Boyo
reservoir in water quality in a class II. These issues based on diversity
zooplankton included in the medium category with an index 2,02-2,32 and
physical and chemical parameters that is in good category. These waters fit for use
to the cultivation of fish, a recreation water, farms and irrigation. This research
could be implemented in learning biology class X semesters II at biodiversity
chapter.

Keywords : Tambak Boyo Reservoir, zooplankton diversity, physical parameters,


chemical parameters.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Keanekaragaman zooplankton dan Hubungannya dengan Kualitas

Perairan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

dorongan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima

kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan petunjuk, bimbingan,

kemudahan, cinta dan kasih sayang yang tiada terkira kepada setiap hamba-

Nya, dan tidak terkecuali kepada penulis.

2. Orangtua yang sangat kusayangi, Bapak Fransiskus Ajis dan Ibu Yustina Sayu

yang selalu mendukung dan mendoakan untuk keberhasilanku, memberikan

banyak inspirasi serta kasih sayang yang tak terhingga. Semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa memberikan kelimpahan kebahagian kepada beliau.

3. Saudariku tercinta Adriana Putit, Rosalia Mimi, Silviyana Coryson serta

seluruh keluarga besar yang selalu membuatku termotivasi.

4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang ada di Prodi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata

Dharma, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Seluruh Karyawan dan Staff Tata Usaha Pendidikan Biologi Universitas

Sanata Dharma Indonesia Yogyakarta.

7. Teman-teman terbaik saya Priskila Theofani, Wayan, Thomas, Mario, Roben,

Jhon, Yudi, Ancis, Jimmy dan Vebri yang selalu menemani begadang saat

mengerjakan tugas dan skripsi dan yang selalu saling mendukung,

menyemangati, berbagi ilmu, dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan

skripsi ini, dan untuk teman-teman baik saya yang lain yang tak bisa saya

sebutkan satu per satu.

8. Teman-teman dekat saya angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu

per satu, semoga Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca umumnya.

Penulis

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

MOTTO..................................................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN LARYA................................................................vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

ABSTRACT...........................................................................................................ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI.........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

G. Batasan Penelitian .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8

A. Ekosistem Perairan Air Tawar ........................................................... 8

1. Perairan Mengalir (lotik) ............................................................ 8

2. Perairan Menggenang (lentik) .................................................... 9

B. Zona Perairan Air Tawar ................................................................... 9

1. Zona Litoral ................................................................................ 9

2. Zona Limnetik .......................................................................... 10

3. Zona Profundal ......................................................................... 10

4. Zona Sublitoral ......................................................................... 10

C. Plankton ........................................................................................... 10

D. Zooplankton ..................................................................................... 13

1. Sejarah Zooplankton ................................................................. 13

2. Keanekaragaman Jenis Zooplankton ........................................ 15

a. Jenis-jenis zooplankton dari Protozoa ...................................... 18

b. Zooplankton dari Cnidaria ........................................................ 20

c. Zooplankton dari Ctenophora ................................................... 21

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

d. Zooplankton dari Annelida ....................................................... 21

e. Zooplankton dari Arthropoda ................................................... 22

f. Zooplankton dari Rotifera......................................................... 23

g. Zooplanton dari Molusca .......................................................... 24

h. Zooplankton dari Echinodermata ............................................. 24

i. Zooplankton dari Chordata ....................................................... 25

j. Zooplankton dari Gastrotrics .................................................... 26

E. Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton ................... 26

F. Indeks Diversitas.............................................................................. 28

G. Beberapa Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perairan ................. 28

1. Suhu .......................................................................................... 29

2. Penetrasi cahaya dan intensitas cahaya matahari ...................... 29

3. pH air ........................................................................................ 30

4. DO (Oksigen Terlarut) .............................................................. 30

5. BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) ........................................ 32

6. COD (Kebutuhan Oksigen Kimia) ........................................... 32

7. Kandungan nitrat ...................................................................... 33

8. Kandungan fosfat ...................................................................... 34

H. Baku Mutu Air ................................................................................. 34

I.Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 35

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

J. Kerangka Berpikir Teoritis .............................................................. 36

38

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 39

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 39

C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 39

D. Parameter Penelitian ........................................................................ 40

E. Alat dan Bahan................................................................................. 40

F. Prosedur Penelitian .......................................................................... 41

G. Pengambilan Data Analisa ............................................................... 43

H. Parameter Kualitas Air..................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 46

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 46

1. Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo .................... 47

2. Densitas Zooplankton ............................................................... 52

3. Nilai Keanekaragaman Zoopplankton di Perairan Waduk

Tambak Boyo ............................................................................ 53

4. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter

Fisik-Kiamiawi ......................................................................... 55

B. Pembahasan ..................................................................................... 55

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo .................... 55

2. Densitas Zooplankton ............................................................... 59

3. Uji Anova.................................................................................. 63

4. Nilai Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Waduk Tambak

Boyo .......................................................................................... 65

5. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter

Fisik .......................................................................................... 67

6. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter

Kimia ........................................................................................ 70

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN ......................................... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 82

A. KESIMPULAN ................................................................................ 82

B. SARAN ............................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85

LAMPIRAN..........................................................................................................89

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut (Jefffries/Mills,

1996) ...................................................................................................31

Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (BPPT.go.id, 2001) ................... 35

Tabel 4.1 Densitas Zooplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo ..................... 52

Tabel 4.2 Stasiun 1 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air Sungai

Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo)...................................... 53

Tabel 4.3 Stasiun 2 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air Sungai

Buntung menuju Waduk Tambak Boyo) ................................................ 54

Tabel 4.4 Stasiun 3 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Keluarnya Air dari Waduk

Tambak) .................................................................................................. 54

Tabel 4.5 Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Perairan .......................................... 55

Tabel 4.6 Faktor Kimiawi yang Mempengaruhi Perairan ..................................... 55

Tabel 4.7 Perhitungan Uji Anova Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3 .................. 63

Tabel 4.7 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut .......................... 74

Tabel 4.9 Hubungan antara parameter fisika, kimia dan nilai Keanekaragaman

Zooplankton ............................................................................................ 77

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema alur kerangka berpikir ........................................................... 38

Gambar 4.1 Halcylops sp ...................................................................................... 47

Gambar 4.3 Hyperia sp ......................................................................................... 48

Gambar 4.5 Cylops vicinus ................................................................................... 48

Gambar 4.6 Keratella valga monstrosa ................................................................ 49

Gambar 4.7 Brachionus

angularis.........................................................................49

Gambar 4.8 Lecane luna ....................................................................................... 49

Gambar 4.9 Rabdolaimus sp ................................................................................. 50

Gambar 4.11 Arcela vulgaris ................................................................................ 50

Gambar 4.12 Astramoeba radiosa ........................................................................ 51

Gambar 4.13 Epalxis mirabilis ............................................................................. 51

Gambar 4.14 Sagitta minima................................................................................. 52

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Hasil Pengujian Sampel ............................................................................... 90

Surat Izin Penelitian .............................................................................................. 93

Daftar Klasifikasi Zooplankton ............................................................................. 94

Silabus Peminatan Matematika Dan Ilmu-Ilmu Alam .......................................... 97

Mata Pelajaran Biologi Sma.................................................................................. 97

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................... 100

Lembar Kerja Siswa ............................................................................................ 107

Keanekaragaman Hayati ..................................................................................... 107

Instrumen Tes Tertulis ........................................................................................ 109

Penilaian Tes........................................................................................................111

Rubrik Penilaian...................................................................................................112

Instrumen Penilaian Observasi............................................................................ 113

Dokumentasi Penelitian ...................................................................................... 114

xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem perairan merupakan ekosistem terbesar dan terbanyak di

Indonesia karena negara Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga

sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan. Sistem perairan menutupi

70% bagian dari permukaan bumi yang dibagi dalam dua kategori utama,

yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan

tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%,

sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk

aktivitas hidupnya (Barus, 1996). Di wilayah perairan tersebut hidup berbagai

macam jenis makhluk hidup, mulai dari yang berukuran mikroskopik hingga

yang berukuran sangat besar. Ekosistem air tawar secara umum dibagi dalam

dua kategori utama yaitu perairan lentik (perairan tenang) misalnya danau dan

perairan lotik (perairan mengalir) yaitu sungai (Michael, 1994).

Komponen ekosistem perairan terdiri dari komponen abiotik dan biotik

(hayati). Komponen abiotik terdiri dari komponen fisika dan kimia yang ada

dalam perairan sedangkan komponen biotik terdiri dari semua makhluk hidup

yang terdapat dalam daerah perairan tersebut.

Waduk merupakan salah satu contoh ekosistem perairan yang sengaja

dibuat manusia untuk berbagai macam keperluan. Waduk (embung) Tambak

Boyo merupakan ekosistem air yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Daerah

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Istimewa Yogyakarta yang berfungsi sebagai cadangan dan resapan air tanah

untuk warga Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta,

sebagai sarana pengairan, dan cadangan air untuk PDAM di masa mendatang.

Namun dalam pengembangan waduk ini sering digunakan sebagai sarana

rekreasi. Lokasi waduk ini terletak di antara tiga desa yaitu Condongcatur,

Maguwoharjo dan Wedomartani. Embung Tambak Boyo sudah ada sejak

tahun 2008, awal pembangunan dimulai pada tahun 2003 dan berjalan selama

5 tahun. Embung Tambakboyo memiliki luas 7,8 hektar dan volume

tampungan sekitar 400.000 m3.

Waduk Tambak boyo merupakan pertemuan antara dua sungai yaitu

sungai Tambak Bayan dan Sungai Buntung. Nama Tambak Boyo sendiri

diambil dari nama dusun dimana tempat waduk tersebut dibangun yaitu

Dusun Tambak Boyo. Tambak Boyo jika diartikan secara harafiah adalah

Kolam Buaya, Tambak (Kolam) dan Boyo (Buaya). Pemanfaatan waduk

Tambak Boyo sebagai obyek wisata menjadikan waduk tersebut sering

dikunjungi banyak orang. Hal tersebut berpengaruh pada kondisi waduk dan

kualitas air yang terdapat di dalamnya. Di samping pintu (portal), lebih

tepatnya di atas waduk terdapat Tempat Pembungan Akhir (TPA) sampah dan

lokasi waduk yang berdekatan dengan rumah warga semakin menambah

tingkat pencemaran air di waduk tersebut.

Kehidupan organisme sangat tergantung pada faktor lingkungan baik

lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik secara garis

besarnya dapat dibagi atas faktor iklim, fisika dan kimia. Faktor fisika di air
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

antara lain adalah temperatur (suhu), intensitas cahaya, kekeruhan, arus dan

daya hantar listrik. Adapun faktor kimia di air antara lain DO, pH, alkalinitas,

kesadahan, BOD, COD, unsur-unsur dan zat organik terlarut, sedangkan

faktor lingkungan biotik bagi organisme adalah organisme lain yang juga

terdapat di habitatnya (Suin, 2002).

Organisme yang terdapat dalam suatu perairan dapat dijadikan sebagai

bioindikator untuk menentukan kualitas air. Salah satu organisme yang dapat

dijadikan bioindikator adalah zooplankton. Organisme perairan dapat

digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat, mobilitas dan

umurnya yang relatif lama mendiami suatu wilayah perairan tertentu.

Pencemaran terhadap organisme perairan mengakibatkan menurunnya

keanekaragaman dan kemelimpahan hayati pada lokasi yang terkena dampak

pembuangan limbah.

Penggunaan plankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan

dapat dipakai dengan mengetahui keragaman dan keseragaman jenisnya.

Penggunaan organisme indikator dalam penentuan kualitas air sangat

bermanfaat karena organisme tersebut akan memberikan reaksi terhadap

kualitas perairan. Dengan demikian, dapat melengkapi atau memperkuat

penilaian kualitas perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia (Nugroho,

2006). Di waduk Tambak Boyo penelitian mengenai “Keanekaragaman

Zooplankton di Waduk Tambak Boyo dan Hubungannya dengan Kualitas

Air” belum banyak dilakukan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

B. Identifikasi Masalah

1. Masyarakat memanfaatkan waduk Tambak Boyo sebagai tempat

rekreasi, lokasi pemancingan dan berjualan. Jika kegiatan tersebut tidak

dikelola dengan baik dapat menyebabkan dampak negatif terhadap

kualitas air di waduk Tambak Boyo yaitu berupa pencemaran terhadap

ekosistem yang terdapat di waduk Tambak Boyo sehingga menyebabkan

penurunan biota air yang hidup. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah kondisi tersebut berpengaruh terhadap ekosistem

perairaan di waduk Tambak Boyo.

2. Zooplankton merupakan salah satu jenis organisme yang hidup di

perairan. Keberadaan zooplankton dalam suatu perairan dapat dijadikan

sebagai bioindikator untuk mengetahui kualitas air dengan cara

mengidentifikasi keanekaragaman zooplankton yang ada dalam perairan

tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman

jenis zooplankton di waduk Tambak Boyo.

3. Zooplankton mempunyai sifat selalu bergerak sehingga dijadikan

indikator pencemaran perairan. Zooplankton akan bergerak mencari

tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang

mengubah kondisi tempat hidupnya. Hal tersebut merupakan sifat toleran

dan respon terhadap perubahan lingkungannya. Oleh karena itu penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keanekaragaman jenis

zooplankton dengan kualitas perairan waduk Tambak Boyo.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah keanekaragaman jenis-jenis

zooplankton dan kualitas air yang diamati dari kondisi faktor-faktor abiotik

(fisika - kimia) di waduk Tambak Boyo.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan beberapa

masalah yaitu :

1. Apa saja keanekaragaman jenis zooplankton yang terdapat di waduk

Tambak Boyo?

2. Berapa nilai indeks diversitas zooplankton di perairan Waduk Tambak

Boyo?

3. Bagaimana kualitas air waduk Tambak Boyo dilihat dari kondisi fisika dan

kimia?

4. Bagaimana potensi keanekaragaman jenis zooplankton dan kualitas

perairan waduk Tambak Boyo dapat dijadikan sumber pembelajaran

terkait dengan kurikulum 2013 bagi peserta didik SMA kelas X sem. I?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis zooplankton yang ada di waduk

Tambak Boyo.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

2. Untuk mengetahui nilai indeks diversitas zooplankton di perairan Waduk

Tambak boyo.

3. Untuk mengetahui kualitas perairan waduk Tambak Boyo berdasarkan

keanekaragaman jenis zooplankton dan parameter fisika – kimia.

4. Untuk mengetahui potensi keanekaragaman zooplankton dan kualitas air di

Waduk Tambak Boyo sebagai sumber belajar biologi terkait dengan

kurikulum 2013 untuk peserta didik SMA kelas X semester I.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bidang perikanan

Sebagai informasi untuk pengembangan budidaya ikan air tawar karena

zooplankton merupakan pakan alami ikan

2. Bagi masyarakat

Sebagai informasi pengetahuan pentingnya menjaga kualitas perairan

3. Bagi mahasiswa

Sebagai tambahan pengetahuan dan masukan untuk melakukan penelitian

yang berkaitan

4. Bagi peserta didik

Sebagai sumber pembelajaran, khususnya bagi peserta didik SMA kelas X

semester I

G. Batasan Penelitian

Batasan yang ditetapkan dalam peneltian adalah sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

1. Keanekaragaman jenis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

keanekaragaman jenis zooplankton yang terdapat di waduk Tambak

Boyo

2. Faktor fisika dan kimia yang akan diteliti di waduk Tambak Boyo hanya

pada paremeter suhu air, intensitas cahaya, warna, pH, DO, BOD, COD,

Fosfat dan Nitrat.

3. Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada lokasi

masuknya air sungai Tambak Bayan menuju ke Waduk Tambak Boyo

(stasiun 1), lokasi masuknya air sungai Buntung menuju ke Waduk

Tambak Boyo (stasiun 2), dan lokasi keluarnya air dari Waduk Tambak

Boyo (stasiun 3).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Perairan Air Tawar

Sistem perairan menutupi 70% bagian dari permukaan bumi yang

dibedakan dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem

air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian paling

besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting

artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996). Habitat air

tawar dibedakan menjadi 2 kategori umum, yaitu sistem lentik (kolam, danau,

situ, rawa, telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalah

suatu perairan yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air,

sedangkan sistem lotik adalah suatu perairan yang dicirikan oleh adanya

aliran air yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir.

1. Perairan Mengalir (lotik)

Perariran mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas

membedakannya dari air yang menggenang walaupun keduanya

merupakan habitat air tawar. Semua perbedaan itu tentu saja

mempengaruhi bentuk serta kehidupan tumbuhan dan hewan yang

menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai

adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan

air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh

endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi

8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

karena airnya sudah ada sehingga air itulah yang membentuk dan

menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdapat air yang

mengisinya (Ewusie, 1990)

2. Perairan Menggenang (lentik)

Perairan menggenang dapat dibedakan menjadi perairan alamiah

dan perairan buatan. Berdasarkan proses terbentuknya perairan

alamiah dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena aktivitas

tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan lentik yang

alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga, sedangkan

perairan buatan antara lain adalah waduk.

B. Zona Perairan Air Tawar

Menurut Odum (1996), zonasi pada perairan air tawar berbeda dengan

zonasi pada perairan air laut. Zona perairan air tawar dapat dibedakan

berdasarkan letak dan intensitas cahaya sebagai berikut :

1. Zona Litoral

Merupakan daerah pinggiran daratan yang masih bersentuhan

dengan daratan. Pada daerah ini terjadi pencampuran sempurna antara

berbagai faktor fisika kimiawi perairan. Organisme yang biasanya

ditemukan antara lain adalah tumbuhan aquatik berakar atau

mengapung, siput, kerang, crustacea, serangga, ampfibi, ikan, perifiton

dan lain-lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

2. Zona Limnetik

Merupakan daerah air kolam yang terbentang antara zona litoral di

satu sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi

secara fisik, kimiawi maupun kehidupan di dalamnya. Organisme

yang hidup dan banyak ditemukan di daerah ini antara lain ikan, udang

dan plankton.

3. Zona Profundal

Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan tidak

banyak menerima sinar matahari dibandingkan zona litoral dan limnetik.

Bagian ini dihuni oleh sedikit organisme terutama organisme bentuk

karnivor dan detrifor.

4. Zona Sublitoral

Merupakan zona peralihan antara zona litoral dan zona profundal.

Sebagian daerah ini banyak dihuni oleh banyak jenis organisme bentik

dan organisme temporal yang datang mencari makan.

C. Plankton

Dalam dunia perikanan yang disebut plankton ialah : “jasad renik yang

melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti

arus” (Sachlan, 1978). Istilah plankton untuk pertama kali digunakan oleh

Hensen pada tahun 1887, dan plankton ini sudah tentu baru dapat diselidiki

dengan sempurna jika menggunakan mikroskop. Satu spesimen atau individu

dari plankton disebut plankter (Sachlan, 1978).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

Tetapi dalam marine-biologi, hewan-hewan yang agak besar (kasar),

seperti larvae udang-udangan atau specimen-specimen dari jenis udang-udang

kecil, jenis ubur-ubur kecil, dan jenis-jenis mollusca dimasukkan dalm

golongan plankton, teristimewa makroplankton. Plankton yang berupa jasad-

jasad renik disebut mikroplankton, dan inilah yang sangat peting bagi ikan-

ikan, baik secara lansung maupun tidak lansung (Sachlan, 1978).

Sumich (1999) mengatakan bahwa plankton dapat dibedakan menjadi

dua golongan besar yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton

(plankton hewani). Dalam perairan Fitoplankton merupakan produsen primer

( produsen utama dan pertama ) sehingga keberadaan fitoplankton dalam

perairan mutlak adanya. Fitoplankton adalah organisme yang hidup

melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga

eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan lain-lain

(Odum, 1971).

Setiap spesies fitoplankton yang berbeda dalam kelompok filum tersebut

mempunyai respon yang berbeda-beda pula terhadap kondisi habitat

perairannya, sehingga mempunyai komposisi spesies fitoplankton bervariasi

pula dari satu tempat ke tempat lainnya (Welch,1952).

Plankton air tawar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu menjadi

limnoplankton dan rheoplankton. Limnoplankton adalah plankton yang hidup

di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang hidup

di perairan mengalir. Keberadaan plankton di perairan mengalir dipengaruhi

oleh lingkungan sungai yang seringkali komposisinya berubah yang berkaitan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

dengan pergerakan air, kekeruhan, suhu, dan nutrien. Fitoplankton termasuk

dalam komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu

menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik

dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan bahan-

bahan kimia (Hynes,1972).

Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton

dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu,

kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, maupun kompetitor. Kelimpahan

fitoplankton di suatu perairan berkaitan dengan pemanfaatan unsur hara dan

radiasi sinar matahari. Selain itu, kelimpahan fitoplankton juga dipengaruhi

suhu, lingkungan, dan pemangsaan oleh zooplankton. (Basmi,1988)

Menurut Basmi (1995) bahwa plankton dapat dikelompokkan

berdasarkan beberapa hal yaitu :

1. Nutrien pokok yang dibutuhkan, yang terdiri atas :

a) Fitoplankton yaitu plankton nabati ( >90% terdiri dari alga) yang

mengandung klorofil yang mampu mensitesa nutrisi anorganik

menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang

berasal dari tenaga matahari.

b) Saroplankton yaitu kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang

tidak mempunyai pigmen fotosintesis dan memperoleh nutrisi dan

energi dari sisa organisme lain yang telah mati.

c) Zooplankton, yaitu plankton hewani makanannya sepenuhnya

tergantung pada organisme-organisme lain yang masih hidup maupun


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

partikel-partikel sisa organisme seperti detritus, disamping itu

plankton ini juga mengkonsumsi fitoplankton.

2. Berdasarkan lingkungan hidupnya terdiri atas :

1) Limnoplankton, yaitu plankton yang hidup di air tawar.

2) Haliplankton, yaitu plankton yang hidup di air laut.

3) Hipalmyriplankton yaitu plankton yang hidup di air payau.

4) Plankton yaitu plankton yang hidupnya di kolam.

3. Berdasarkan ada atau tidaknya sinar di tempat mereka hidup terdiri atas :

a) Hipoplankton yaitu plankton yang hidupnya di zona afotik (tidak ada

sinar matahari).

b) Efiplankton yaitu plankton yang hidupnya di zona eufotik (ada sinar

matahari).

4. Berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan

berkembang dari perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari luar yaitu

terdiri atas :

a) Autogenik plankton yaitu plankton yang berasal dari perairan itu

sendiri.

b) Allogenik plankton yaitu plankton yang datang dari perairan lain.

D. Zooplankton

1. Sejarah Zooplankton

Menurut perkiraan ahli-ahli evolusi, setelah phytoplankton merajai

lautan selama 500 juta tahun, maka terjadilah zooplankton, sebagai


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

primary konsumer 250 juta tahun sebelum Cabrium, dan pada saat itu juga

mulailah zaman protero-zoicum (Sachlan, 1978)

Zooplankton yang pertama terdiri dari jenis-jenis protozoa, dan ini

terjadi dari Holo-zoic-typen dari protophyta (algae), selama 250 juta tahun

ini, zooplankton berevolusi menjadi spongiae (spon), Coelenterara atau

Cnidaria (ceral-ceral). Echinodermata, Mollusca dan Arthropoda, karena

dibuktikan fossil-fossil dalam lapisan-lapisan tanah pada permulaan

cambrium, dari golongan-golongan hewan tersebut. Ini dimungkinkan

karena jenis-jenis hewan tersebut, mempunyai rangka-rangka atau dinding-

dinding, dari kitin, kapur(CaCO3), silikat, spongia, yang sukar hancur atau

larut sepanjang masa, sebelum cambrium selama 250 juta tahun, “kulit”

bumi belum dapat membentuk lapisan atau sedimen-sedimen sampai

permulaan cambrium, maka dari itu barulah pada permulaan cambrium,

sekaligus dapat diketemukan fosil-fosil dari semua golongan hewan-hewan

tersebut, karena pada permulaan cambrium mulailah terjadinya

sedimentasi tanah yang agak teratur sisa-sisa ikan yang tertua barulah

diketemukan pada zaman permulaan Devoon, kira-kira 150 juta tahun

sesudah permulaan cambrium atau 400 juta tahun umurnya sampai saat

sekarang; perlu diketahui bahwa satu teori mengatakan bahwa Chordata

(vertebrata) berasal dari Graptolite, suatu fosil dari Echinodermata pada

zaman siluur (Sachlan, 1978).

Zooplankton merupakan plankton yang bersifat hewani sangat

beraneka ragam dan terdiri dari berbagai macam larva dan bentuk dewasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun dari sudut ekologi,

hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu

subkelas copepoda. Copepoda adalah Crustacea holoplankton berukuran

kecil yang mendominasi zooplankton, merupakan herbivora primer

(Nybakken, 1992)

Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya

pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. Kepadatan

zooplankton di suatu perairan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

fitoplankton. Umumnya zooplankton banyak ditemukan pada perairan

yang mempunyai kecepatan arus rendah serta kekeruhan air yang sedikit

(Barus, 2004).

Zooplankton mempunyai kemampuan bergerak dengan cara

berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari zooplankton bermigrasi ke

bawah menuju dasar perairan. Migrasi dapat juga terjadi karena faktor

pemangsaan (grazing) yaitu mendekati fitoplankton sebagai mangsa

(Sumich, 1999). Sama halnya menurut Nybakken (1992), gerakan tersebut

dimaksudkan untuk mencari makanan yaitu fitoplankton. Gerakan pada

malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu

fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton

menghindari sinar matahari lansung (Nontji, 1993).

2. Keanekaragaman Jenis Zooplankton

Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton terdiri dari Holoplankton

(zooplankton sejati) dan Meroplankton (zooplankton sementara).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Holoplankton adalah hewan yang selamanya hidup sebagai plankton

seperti : filum Arthropoda terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata,

Chordata kela Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annleida Ordo

Tomopteridae dan sebagian Molusca (Omori dan Ikeda, 1984).

Meroplankton yaitu hewan yang hidup sebagai plankton hanya pada

stadia-stadia tertentu, seperti larva atau juvenil dari Crustacea,

Coelenterata, Molusca, Annelida dan Echinodermata (Sachlan, 1982).

Hampir seluruh avertebrata yang berbentuk besar seperti

Coelenterata, Vermes, Echinodermata, Arthropoda dan Mollusca yang

hidup di laut dapat merupakan meroplankton waktu masih dalam stadium

larva-larva, akan tetapi sebagian besar juga mati sebagai meroplankton

karena kekurangan makanan atau dimakan oleh konsumer yang lebih besar

(Sachlan, 1978).

Arinardi (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan

terwakili di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari

beberapa filum hewan antara lain : Filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora,

Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata.

Keanekaragaman jenis mempunyai dua komponen yaitu jenis dan

kemerataan atau equabilitas. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam

suatu komunitas. Kemerataan atau equabilitas adalah pembagian individu

yang merata antar jenis. Kemerataan menjadi maksimum apabila semua

spesies mempunyai jumlah individu yang sama atau rata (Odum, 1993).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Keanekaragaman jenis merupakan salah satu parameter yang

digunakan dalam mengetahui status suatu ekosistem. Parameter ini

mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu ekosistem,

dimana semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terbentuk

menyebabkan keseimbangan ekosistem stabil begitupun sebaliknya.

Ekosistem dengan keanekaragaman rendah menyebabkan ekosistem tidak

stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan

ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi (Boyd, 1999).

Keanekaragaman adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara

anggota suatu kelompok. Keanekaragaman umumnya berpengaruh ke

spesies, pengukurannya melalui jumlah individu dalam komunitas dan

kelimpahan relatifnya. Keanekaragaman dapat menggambarkan struktur

masyarakat organisme dari suatu perairan. Zooplankton adalah hewan

mikroskopis yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan tetapi tidak

mampu berfotosintesis. Keanekaragaman jenis zooplankton dapat

menunjukkan tingkat kompleksitas dari struktur komunitas perairan.

Keanekaragaman jenis zooplankton dapat menunjukkan dua elemen fungsi

yaitu menunjukkan jumlah jenis atau kelimpahan jenis dan menunjukkan

keseimbangan komunitas (Mc Naughton, 1998).

Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton mempumyai alat gerak

berupa kaki atau bulu halus meskipun pergerakannya terbatas. Pergerakan

zooplankton lebih dipengaruhi oleh arus air. Jenis dan densitas

zooplankton sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Jenis yang mempunyai


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

daya adaptasi yang baik akan mendominasi perairan tersebut. Dalam rantai

makanan zooplankton menduduki konsumen I sehingga perannya tidak

dapat diabaikan (Patterson, 1998).

a. Jenis-jenis zooplankton dari Protozoa

Protozoa termasuk dalam kelompok organisme protista. Seluruh

kegiatan metabolismenya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan

menggunakan organel-organel antara lain membran plasma,

sitoplasma dan mitokondria. Ciri-ciri umum organisme protozoa

adalah organisme uniseluler (bersel tunggal), eukariotik (memiliki

membran nukleus), hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok),

alat gerak berupa pseudopia, silia atau flagela. Protozoa di bagi dalam

empat kelas yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa.

1. Kelas sporozoa

Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora

(sporozoid) sebagai perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki

organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya

yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.

Hidupnya parasit dalam tubuh manusia dan hewan. Contoh :

Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,

Plasmodiumvivax, Gregarina. Sebagian besar protozoa

berkembang biak secara aseksual (vegetatif).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

2. Kelas Flagellata

Flagellata, dalam hal ini “zoo-flagellata” yang hidup

sebagai plankton (free-living) sebetulnya semua terdiri dari

Holozoic-type dari algae yang berflagel seperti dari pyrrophyta

yaitu Noctiluca sp, Pyrocystus, dan lain-lain. Zooflagellata yang

tidak hidup bebas semua menjadi parasit seperti Tripanasoma,

Trichomonas, Giardia, dan lain-lain yang hidup sebagai parasit-

parasit dalam tubuh manusia atau vertebrata lain (Sachlan, 1978).

Beberapa flagellata diklasifikasikan sebagai fitoflagellata,

akan tetapi karena memiliki sedikit pigmen dan makan dengan

cara memangsa maka dimasukkan ke dalam golongan

zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam peridinia dan

paling banyak diketahui adalah Nocticula miliaris dengan ciri-

ciri-ciri memiliki diameter 200-1200 µm dan ditandai dengan

flagelum yang panjangnya sama dengan tubuhnya, jenis ini dapat

melakukan bioluminisense (Bougis, 1976).

3. Kelas Cilliata

Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada

hanya beberapa golongan yang hidup di laut (golongan

Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air

tawar, tetapi banyak hidup di antara periphyton atau di dasar

sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk.

Anggota Cilliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar), yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia

lebih pendek dari flagel (Sachlan, 1982).

4. Kelas Rhizopoda

Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut

maupun air tawar, zooplankton ini merupakan makanan bagi ikan

dan hewan Avertebrata. Rhizopoda memiliki arti kaki-kaki yang

bentuknya seperti akar tumbuh-tumbuhan yang tidak teratur.

Rhizopoda dianggap berasal dari genera-genera alga dari tipe

Sapropit seperti Chloramoeba, Gametamoeba, dan Chrysamoeba.

Rhizopoda terdiri dari beberapa ordo : Amoebina, Foraminifera,

Radiolaria,dan Helizoa (Sachlan, 1982)

b. Zooplankton dari Cnidaria

Cnidaria terdiri dari kelas Hydrozoa, Zcypozoa, dan Anthozoa.

Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri

dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup sebagai

plankton (Sachlan, 1982).

Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun

memiliki struktur sederhana. Karakteristik penting Cnidaria adalah

adanya sel penyegat (nematocyts) yang menyuntikkan venum yang

dapat melumpuhkan mangsanya ( Bougis, 1976).

Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplankton ialah ubur-

ubur dari kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang

kompleks dan aneh dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar dan kadang-

kadang terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992).

c. Zooplankton dari Ctenophora

Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan

Cnidaria sebagian besar bersifat plantonik. Semia Ctenophora adalah

karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel-

tentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk

bergerak dalam air menggunakan deretan-deretan silia yang besar

yang disebut stebes (Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan

Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat (nematocyts) pada

Ctebophora tetapi memiliki sel pelengket yang disebut coloblast

dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya (Bougis, 1976).

d. Zooplankton dari Annelida

Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut.

Di perairan air tawar jenis Annelida hanya terdapat lintah (ordo

Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara

di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-

pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva-

larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur,

berbentuk bulat atau oval, bersilia dan mempunyai divesvitus agar di

lautan dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus (Sachlan,

1982).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

e. Zooplankton dari Arthropoda

Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar dari zooplankton

adalah anggota filum Arthropoda. Dari filum Arthropoda hanya

Crustacea yang hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton

terpenting bagi ikan air tawar maupun air laut.

Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri

dari kitin atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi

menjadi 2 golongan : Entomostracea (udang-udangan tingkat rendah)

dan Malacostracea (udang-udangan tingkat tinggi). Sebagian besar

dari larva Malacostracea merupakan meroplankton dan sebagian besar

mati sebagai plankton karena dimakan spesies hewan yang lebih besar

atau mati karena kekurangan makanan. Entomostracea yang terdiri

dari ordo-ordo Brachiopoda, Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia,

tidak mempunyai stadium Zoea seperti halnya Malacostracea.

Entomostracea yang merupakan zooplankton ialah Malacostracea

hanya Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton

kasar atau makrozooplankton (Sachlan, 1982).

Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah

copepoda. Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil

yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada

umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya

antar satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar

berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

fitoplankton dengan cara menyaring melalui rambut-rambut (setae)

halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut

(maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan

apendiksnya (Nybakken, 1992).

f. Zooplankton dari Rotifera

Rotifera termasuk ke dalam filum invertebrata. Ada tiga kelas

Rotifera yaitu Seisionidea, Bdelloidea dan Monogonanta. Kelas

Monogonanta memiliki sirklus hidup partenogenetik yang terdiri dari

fase seksual dan aseksual. Sebagian masa hidupnya berada dalam fase

aseksual namun pada lingkungan khusus kelompok ini mampu

melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara bersamaan. Faktor

yang menentukan jenis kelamin masih belum dipahami namun faktor

makanan, tidak adanya stres fisiologis dan juga genetis memainkan

peranan yang penting dalam hal ini.

Rotifera dalam kelas monogonanta memiliki susunan morfologi

tubuh yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala,

badan, dan kaki. Pergerakannya dilakukan dengan sekumpulan silia

yang terdapat sekitar bagian kepala yang disebut corona. Kista Rotifer

dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer

melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga

mampu bertahan selama beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir

sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual.

Perbedaan hanya ditutupi oleh cangkang yang keras serta dapat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

bertahan dalam lingkungan yang ekstrim. Ketika berada dalam

lingkungan yang sesuai kista tersebut dapat menetas pada usia 24 atau

48 jam pada suhu 25℃ dengan intensitas cahaya yang cukup.

g. Zooplanton dari Molusca

Molusca terdiri dari kelas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan

Cephalopoda. Di perairan air tawar, meroplankton dari Gastropoda

dan Bivalvea tidak begitu berperan penting (Sachlan, 1982). Filum

molusca biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat.

Namun, terdapat pula bermacam molusca yang telah mengalami

adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Molusca

planktonik yang mengalami modifikasi tertinggi adalah Pteropoda

dan Heteropoda. Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan

siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda, yaitu

bercangkang (ordo Thecosomata) dan yang telanjang (Ordo

Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan

(herbivora), cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya

yang berbentuk sayap. Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat

daripada yang bercangkang. Heteropoda adalah karnivora berukuran

besar dengan tubuh seperti agar-agar yang tembus cahaya (Nybakken,

1992).

h. Zooplankton dari Echinodermata

Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo

yang termasuk meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

Chordata, sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah keturunan

Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya

merupakan meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva, dan

Auricularia, yang ada pada waktumya akan mengendap semua pada

dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan, 1982).

i. Zooplankton dari Chordata

Chordata termasuk ordo mamalia, menurut evolusi merupakan

keturunan dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan

bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum

dari Chordata ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu

Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah

yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva

(Sachlan, 1982).

Zooplankton merupakan produsen sekunder sehingga penting

dalam jaring-jaring makanan di suatu perairan. Zooplankton

memangsa fitoplankton dimana fitoplankton itu sendiri memanfaatkan

nutrient melalui proses fotosintesis (Kaswadji dkk, 1993). Pada proses

selanjutnya zooplankton merupakan makanan alami bagi larva ikan

dan mampu mengantarkan energi ke jenjang tropik yang lebih tinggi.

Dalam hubungan dengan rantai makanan zooplankton berperan

penting sebagai penghubung produsen primer dengan tingkat pakan

yang lebih tinggi, sehingga kelimpahan zooplankton sering dikaitkan

dengan kesuburan perairan (Arinardi, dkk 1994). Dari berbagai jenis


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

zooplankton hanya ada satu golongan saja yang sangat penting

menurut sudut ekologis yaitu subkelas Copepoda (kelas Crustacea,

filum Arthropoda). Hewan-hewan kecil ini sangat penting artinya bagi

ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora

primer dalam laut (Nybakken, 1992).

j. Zooplankton dari Gastrotrics

Gastrotrichs sering disebut punggung berbulu, adalah sebuah

divisi dari mikroskopis (0,06-3,0 mm) hewan melimpah di air tawar

dan lingkungan laut. Gastrotrichs adalah bilaterla simetris, dengan

tubuh yang transparan dan bawah datar. Banyak spesies memiliki

proyeksi pendek pada bagian belakang. Tubuh ditutupi dengan silia,

terutama mulut dan permukaan ventral, meiliki proyeksi terminal dua

dengan kelenjar semen yang berfungsi dalam adhesi. Ini adalah sistem

ganda dimana satu kelenjar mengeluarkan lem dan yang lain

mengeluarkan deperekat untuk memutuskan sambungan. Seperti

hewan mikroskopis kebanyakan, penggerak mereka terutama

didukung oleh hidrostatik.

E. Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton

Kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-

faktor abitotik yaitu : suhu, kecerahan, keceapatan arus, salinitas, pHm DO

(Romimohtarto dan Juwana, 1999). Sedangkan faktor biotik yang dapat

mempengaruhi distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan ketersediaan

makanan (Sumich, 1992).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh

adanya fitoplankton, karena fitoplankton merupakan makanan bagi

zooplankton. Hal ini juga didukung oleh Arinardi (1977) yang mengatakan

bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton,

karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian

kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi

kandungan zooplanktonnya.

Zooplankton merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan

dan pemindahan energi karena merupakan penghubung antara produsen

dengan hewan-hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Dengan demikian

populasi yang tinggi dari zooplankton hanya mungkin dicapai bila jumlah

fitoplankton tinggi. Namun dalam kenyataannya tidak sealu benar diaman

seringkali dijumpai kandungan zooplankton yang rendah meskipun

fitoplankton sangat tinggi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya “The

Theory of Differential Growth Rate” (Teori Perbedaan Kecepatan tumbuh)

yang dikemukakan oleh Steeman dan Nielsen (1975) yang menyebutkan

bahwa pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton tetapi karena

pertumbuhan lebih lambat dari fitoplankton maka populasi maksimum

zooplankton akan tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum

fitoplankton berlalu. Selain itu terdapat pula teori yang menerangkan

terjadinya hubungan terbalik antara zooplankton dan fitoplankton, teori ini

dikenal dengan “Theory of Grazing” yaitu dimakannya fitoplankton oleh

zooplankton yang dikemukakan oleh Harvey. Bila populasi zooplankton


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

meningkat, pemangsaan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga

fitoplankton tidak sempat membelah diri, namun jika jumlah zooplankton

menurun dan menjadi sedikit maka hal ini memberi kesempatan kepada

fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan

konsentrasi yang tinggi (Davis, 1955 dalam Ahadiati 2012).

F. Indeks Diversitas

Indeks keanekaragaman (Indeks diversitas) adalah suatu pernyataan

sistematik yang melukiskan struktur komunitas untuk mempermudah

menganalisis informasi tentang jumlah dan macam organisme (Odum, 1971).

Kisaran total indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut

(modifikasi Wilhm dan Dorris (1968) dalam Dianthani (2003) :

H’<1,0 = keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah

1,0<H’<3,0 = keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’>3,0 = keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

Berdasarkan indeks keanekaragaman juga dapat ditentukan kriteria

mutu kualitas perairan (Dahuri, 1995). Apabila indeks keanekaragaman >3

berarti perairan tidak tercemar. Perairan tercemar sedang bila H’ dalam

kisaran 1 – 3. Yang terakhir perairan termasuk tercemar berat bila H’ <1.

G. Beberapa Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perairan

Faktor-faktor fisik yang sering merupakan pembatas bagi organisme air

adalah suhu, cahaya, konduktivitas dan kecepatan arus sehingga faktor-faktor

fisik tersebut selalu diukur di dalam studi ekologi perairan (Suin, 2002).

Beberapa faktor fisik yang mungkin ikut menentukan kualitas air adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

kekeruhan (kekeruhan), warna, ketransparanan, suhu, kecepatan aliran,

volume aliran (Sastrawijaya, 2000).

1. Suhu

Suhu merupakan salah faktor yang sangat penting dalam proses

metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau

kejadian suhu yang ekstrim akan menganggu kehidupan organisme

bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami

perubahan sesuai musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari

permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu

pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam

mengalir. Kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme.

Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen,

namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen

dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik

seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk

keperluan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).

2. Penetrasi cahaya dan intensitas cahaya matahari

Menurut Barus (2004), faktor cahaya matahari yang masuk ke

dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari ar. Sebagian cahaya

matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian akan dipantulkan keluar

dari permukaan air. Dengan bertambahnya lapisan air intensitas cahaya

tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif

maupun secara kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

paling kuat mengalami pembiasan yang mengakibatkan kolam air yang

jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan.

Menurut Suin (2002) kekeruhan air disebabkan adanya partikel-

partiekl debu, liat, pragmen tumbuh-tumbuhan dan plankton dalam air.

Dengan keruhnya air maka penetrasi cahaya ke dalam air berkurang,

sehingga penyebaran organisme berhijau daun tidak begitu dalam, karena

proses fotosintesis tidak dapat berlansung.

3. pH air

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion

hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan

seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan

dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan

bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa

(Effendi, 2003).

4. DO (Oksigen Terlarut)

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air.

Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai

pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang

biak. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang

terdapat di atmosfer, arus atau aliran melalui air hujan serta aktivitas

fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty, 1994).

Oksigen diperlukan oleh organisme air untuk menghasilkan

energi yang sangat penting bagi pencernaan dan asimilasi makanan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

pemeliharaan keseimbangan osmotik, dan aktivitas lainnya. Jika

persediaan oksigen terlarut di perairan sangat sedikit maka perairan

tersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidup lainnya yang hidup di

perairan, karena akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan

organisme air tersebut. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l

sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal

(Wardana, 1995)

Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air

terutama adalah proses respirasi. Konsentrasi oksigen terlarut hanya

berpengaruh secara nyata terhadap organisme air yang memang mutlak

membutuhkan oksigen terlarut untuk respirasinya. Konsumsi oksigen

bagi organisme air berfluktuasi mengikuti proses-proses hidup yang

dilaluinya. Pada umumnya konsumsi oksigen bagi organisme air ini

akan mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi berlangsung.

Konsumsi oksigen juja dipengaruhi oleh konsenterasi oksigen terlarut

itu sendiri (Barus, 2004).

Tabel 2.1 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut


(Jefffries/Mills, 1996)
No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air
(Mg/L)
1 > 6, 5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat
ringan
2 4,5 – 6,4 Tercemar ringan
3 2,0 – 4,4 Tercemar sedang
4 < 2,0 Tercemar berat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

5. BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis)

BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) menunjukkan jumlah

oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan

bahan-bahan organik di dalam air. Rendahnya nilai BOD menunjukkan

sedikitnya jumlah bahan organik yang dioksidasi dan semakin

bersihnya perairan dari pencemaran limbah organik. Perairan dengan

nilai BOD melebihi 10 mg/l dianggap telah mengalami pencemaran

(Effendi, 2003). Berdasarkan nilai BOD, Lee et al (1991)

mengelompokkan kualitas perairan atas empat yaitu tidak tercemar

(>3,0 ppm), tercemar ringan (3,0-4,9 ppm), tercemar sedang (4,9-15,0

ppm) dan tercemar berat (>15,0 ppm).

Pengukuran BOD didasarkan kepada kemampuan

mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, artinya hanya

senyawa yang mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang

terdapat dalam rumah tangga. Untuk produk-produk kimiawi, seperti

senyawa minyak dan buangan kimia lainnya akan sangat sulit dan

bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (Barus, 2004).

6. COD (Kebutuhan Oksigen Kimia)

COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses

oksidasi kimia yang dinyatakan dalam O2/l. Dengan mengukur nilai

COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik

yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004). Chemical Oxygen

Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah

oksigen (mg O2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis

yang ada dalam 1 liter sampel air (Alaerts dan Sri, 1987).

Nilai COD menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan di

dalam perairan untuk mengoksidasi senyawa kimiawi yang masuk ke

dalam perairan seperti minyak, logam berat, maupun bahan kimiawi

lain. Besarnya nilai COD mengindikasikan banyaknya senyawa

kimiawi yang ada di dalam perairan, dan sebaliknya rendahnya nilai

COD yang ada dalam perairan mengindikasikan rendahnya senyawa

kimiawi yang ada di dalam perairan. Menurut Peraturan Pemerintah No.

82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air

bahwa kadar COD golongan III adalah sebesar 50 mg/l.

7. Kandungan nitrat

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.

Menurut Lee et al, (1991) bahwa kisaran nitrat di perairan berada antara

0,01-0,7 mg/l sedangkan menurut Effendi (2003) bahwa kadar nitrat-

nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l,

akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan

eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan

algae dan tumbuhan air secara pesat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

8. Kandungan fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh

tumbuhan (Dugan, 1972). Fosfat terutama berasal dari sedimen yang

selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke

dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari

atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu

air kelas III kadar fosfat ≤ 1 mg/L. Kadar fosfat yang terlalu tinggi

dapat menyebabkan perairan mengalami ledakan (blooming) dari salah

satu jenis fitoplankton yang mengeluarkan toksin. Kondisi seperti itu

bisa merugikan hasil kegiatan perikanan pada daerah perairan

(Wibisono, 2005).

H. Baku Mutu Air

Klasifikasi dan kriteria mutu air mengacu pada peraturan pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air yang menetapkan mutu air ke dalam empat kelas yaitu :

1. Kelas satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk baku air

minum, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,

air untuk mengaliri pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

3. Kelas tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,

dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan

kegunaan tersebut;

4. Kelas empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut (BBPT.go.id, 2001).

Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (BPPT.go.id, 2001)


Parameter Satuan Kelas Keterangan
I II III IV
Suhu Dev Dev 3 Dev 3 Dev Deviasi temperatur
3 5 dari keadaan
ilmiahnya
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
BOD Mg/L 2 3 6 12
COD Mg/L 10 25 50 100
DO Mg/L 6 4 3 0 Angka batas
minimum
Fosfat Mg/L 0,2 0,2 1 5
Nitrat (N0 3) Mg/L 10 10 20 20

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari beberapa hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian

tentang zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan diperoleh

hasil sebagai berikut. Ahadiati, (2012) melakukan penelitian tentang Interaksi

antara Kenaekaragaman Jenis Zooplankton dengan Kondisi Lingkungan di

Telaga Jongge Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta.

Telaga Jongge mempunyai tingkat keanekaragaman sedang yaitu bernilai

antara 3,77-4,53. Melalui analisis indeks keanekaragaman dan pengukuran


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

faktor abiotik perairan ini tergolong dalam mutu kualitas perairan air

golongan III yaitu air untuk perikanan dan peternakan.

Selanjutnya Musthafa, (2013) melakukan penelitian tentang

Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub Das Gajahwong

Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan faktor fisika-

kimia dengan kemelimpahan plankton menunjukkan adanya keterkaitan ,

sekalipun ada beberapa faktor yang hubungannya tidak erat. Hubungan

kemelimpahan terhadap kecepatan arus; semakin tinggi kecepatan arus maka

nilai kemelimpahan menurun. Terhadap intensitas cahaya; semakin naik

intensitas cahaya maka kemelimpahan naik juga. Terhadap temperatur; bahwa

semakin naik temperatur maka kemelimpahan semakin menurun. Terhadap

derajat keasaman; semakin rendah derajat keasamannnya maka nilai

kemelimpahan semakin tinggi. Terhadap DO; semakin tinggi nilai DO maka

kemelimpahan semakin naik. Terhadap COD; semakin turun nilai BOD maka

kemelimpahan semakin naik.

J. Kerangka Berpikir Teoritis

Waduk Tambak Boyo merupakan salah satu waduk di Kabupaten

Sleman yang airnya belum dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Pada

saat ini Waduk Tambak Boyo digunakan masyarakat sebagai tempat rekreasi,

mencuci, memancing, aktifitas perikanan dan untuk memenuhi kebutuhan

domestik lainnya. Aktivitas tersebut akan mempengaruhi kondisi perairan.

Kondisi perairan yang tidak stabil akan mengakibatkan terganggunya

organisme di dalam perairan tersebut, salah satunya adalah zooplankton.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

Zooplankton adalah salah satu biota air yang dapat merespon setiap

perubahan kondisi perairan yang terjadi. Keberadaan organisme tersebut di

dalam air sangat ditentukan oleh kondisi fisik dan khemis perairan karena

memiliki batasan toleransi tertentu untuk setiap individu sehingga

keanekaragamannya akan berbeda pada kondisi lingkungan yang berbeda

pula. Hal ini memungkinkan zooplankton dijadikan sebagai bioindikator

perubahan kualitas perariran. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu

peneltian mengenai keanekaragaman jenis zooplankton dan hubungannya

dengan kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta. Untuk lebih

lengkap alur kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar alur kerangka

beripikir berikut ini :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

Aktivitas masyarakat memanfaatkan perairan Waduk Tambak Boyo

Ekosistem Waduk

Tambak Boyo

Biota perairan Identifikasi


Observasi
1. Fioplankton – produsen
Keanekaragaman
2. Zooplankton, bentos, jenis zooplankton
perifiton, ikan - konsumen

Bahan Ajar

Kelas X SMA
Faktor abiotik

(fisik-khemis) Status perairan


Suhu air, pH air,Intensitas cahaya, Waduk
Tambak Boyo
DO, Kekeruhan, BOD, COD,

Fosfat dan Nitrat

Gambar 2.1 Skema alur kerangka berpikir


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model

rancangan penelitian observasi.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil air dari waduk

Tambak Boyo. Pengambilan sampel air akan dilakukan pada lokasi aliran

sungai menuju tambak (stasiun 1), lokasi masuknya air sungai Tambak

Bayan menuju ke Waduk Tambak Boyo (stasiun 2) dan lokasi keluarnya air

dari Tambak Boyo (stasiun 3). Dari beberapa sampel air tersebut yang akan

dilakukan penelitian terhadap keanakaragaman zooplankton dan hubungan

dengan kualitas air pada waduk tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di waduk Tambak Boyo Yogyakarta.

Penelitian dilakukan selama 1 bulan, dimulai bulan Agustus 2015 sampai

bulan September 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

survei. Parameter yang diukur dan dianalisis adalah kenekaragaman

zooplankton dan parameter fisika dan kimia air waduk Tambak Boyo.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Populasi penelitian : zooplankton yang terdapat di Waduk

39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

Tambak Boyo Yogyakarta.

2. Sampel penelitian : zooplankton yang ditangkap atau disaring pada 3

(tiga) titik pengamatan di Waduk Tambak Boyo

Yogyakarta, yaitu area masuknya Sungai Tambak

Bayan menuju ke Waduk Tambakboyo (stasiun 1),

area masuknya Sungai Buntung menuju ke Waduk

Tambak Boyo (stasiun 2) dan Area keluarnya air

dari Waduk Tambak Boyo (stasiun 3).

D. Parameter Penelitian

1. Zooplankton dengan parameter :

a. Jenis zooplankton

b. Indeks Keanekaragaman zooplankton

2. Kualitas perairan

a. Fisik : Suhu, kekeruhan, penetrasi cahaya

b. Kimiawi : pH, DO, BOD, COD, Fosfat, Nitrat

E. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam penelitian :

a. Planktonet

b. Termos es

c. Termometer air raksa

d. Turbidimeter

e. Mikroskop

f. Pipet tetes
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

g. Gelas obyek dan penutup

h. pH meter

i. Tali

j. Botol plankton

k. Kamera

l. Laptop

m. Kertas plastik

n. Kertas label

o. Alat tulis

p. Tisu

q. Secchi disk

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian :

a. Es batu

b. Formalin 4 %

c. Aquades

F. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan di lapangan :

A. Kegiatan pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun yaitu :

1. Stasiun pertama, berada di sekitar area masuknya air Sungai

Tambak Bayan menuju ke Tambak Boyo.

2. Stasiun kedua, berada di area masuknya air Sungai Buntung

menuju ke Tambak Boyo.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

3. Stasiun ketiga, berada di sekitar area keluarnya air dari Tambak

Boyo.

B. Teknik pengambilan sampel

1. Menenggelamkan planktonet ke dalam masing-masing stasiun

sampai kedalaman dan menariknya kembali.

2. Memasukkan air hasil saringan ke dalam botol plankton yang

telah diberi label.

3. Menyimpan botol plankton ke dalam termos yang telah berisi air

es.

4. Mengulang langkah tersebut sebanyak tiga kali.

5. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari pada pukul

17.00-19.00 untuk mendapatkan zooplankton.

2. Kegiatan di Laboratorium

1. Menyiapkan peralatan yang digunakan seperti tisu, mikroskop,

objek gelas beserta penutupnya, pipet tetes dan optilab.

2. Mengocok sampel secara perlahan sampai homogen

3. Mengambil sampel dari pipet tetes

4. Meneteskan air pada objek gelas, pengamatan dilakukan sebanyak

1 ml (20 tetes) kemudian mengamatinya di bawah mikroskop.

5. Mengamati zooplankton dimulai dari sisi kiri atas objek gelas

kearah bawah, kemudian digeser terus keatas sampai batas akhir

cover gelas, selanjutnya digeser kekanan dan terus kebawah sampai

batas cover gelas.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

6. Mengambil gambar dengan kamera zooplankton yang telah

diperoleh

7. Melakukan perhitungan dan identifikasi obyek yang sudah teramati

G. Pengambilan Data Analisa

1. Menghitung Keanekaragaman Zooplankton

Data yang diperoleh selanjutnya dihitung dengan menggunakan

indeks keanekaragaman (Diversity Index/H’) dengan formula sebagai

berikut :

Indeks keanekaragaman (Shannon-Weiner 1949) dalam

Dahuri (1995).

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman

Pi = ni/n

Ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu semua jenis

Kisaran indeks keanekaragaman Shannon-Weiner. 1949 (Odum, 1993)

H’<1,0 = keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah

1,0<H’<3,0 = keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’>3,0 = keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

2. Menghitung Densitas Zooplankton

Densitas merupakan rumus untuk mengetahui jumlah tiap spesies

zooplankton pada sampel yang diperoleh. Berikut rumus densitas

zooplankton.

Keterangan :

A = Jumlah zooplankton

V = Jumlah Volume total

Vs = Volume sampel air

H. Parameter Kualitas Air

1. Pengukuran fisika

a) Pengukuran suhu air

Suhu air akan diukur dengan menggunakan termometer air raksa

yang akan dimasukkan ke dalam air waduk

b) Pengukuran cahaya

Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan aplikasi

lightmeter yang dijalankan menggunakan handphone

c) Pengukuran kekeruhan

Kekeruhan air diukur menggunakan secchi disk yang diturunkan

secara perlahan-lahan kedalam air hingga pola secchi disk tidak

terlihat lagi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

2. Pengukuran kimia

a) pH

Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter

untuk mengetahui pH air waduk.

b) Pengukuran kimia yang lain seperti DO, BOD, COD, fosfat dan

nitrat dilakukan di laboratorium.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di lokasi waduk Tambak Boyo

Yogyakarta, yang terletak diantara tiga Desa yaitu Desa Condongcatur, Desa

Maguwoharjo dan Desa Wedomartani. Lokasi waduk Tambak Boyo lebih

tepatnya berada di Dusun Tambak Boyo, dimana tempat waduk tersebut

dibangun. Waduk tambak boyo dibangun dan difungsikan oleh Pemerintah

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk

warga Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul,

sebagai sarana pengairan dan cadangan air minum untuk Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) di masa mendatang. Hasil dari penelitian yang

dilakukan dapat memberi gambaran terhadap masyarakat tentang kualitas air

yang ada di waduk tersebut terutama bagi masyarakat sekitar waduk yang

memanfaatkan air waduk tersebut untuk perikanan dan pengairan sawah.

Keadaan atau kondisi yang ada di waduk Tambak Boyo di bagi ke dalam

tiga kategori/area khusus yaitu area perairan yang menjadi alur masuknya air

sungai Tambak Bayan menuju ke Tambak Boyo (Stasiun 1), area perairan

yang menjadi jalan masuknya Sungai Buntung menuju Tambak Boyo dan

terdapat enceng gondok (Stasiun 2), dan area perairan yang menjadi alur

keluarnya air dari tambak (Stasiun 3). Sampling air waduk yang digunakan

untuk penelitian ini diambil dari ketiga area atau lokasi tersebut karena pada

lokasi-lokasi tersebut ada beberapa faktor, sebagai contoh di lokasi yang

46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

dianalogikan sebagai stasiun 1, terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA),

yang dapat mempengaruhi kualitas air waduk dan organisme yang hidup di

perairan tersebut, sehingga menimbulkan pemikiran untuk melakukan

penelitian di waduk tersebut.

1. Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo

Hasil penelitian di perairan Waduk Tambak Boyo didapatkan

zooplankton yang meliputi 6 kelas yang terdiri dari 14 spesies. Adapun

kelas-kelas dari zooplankton yang teridentifikasi pada penelitian

mengenai keanekaragaman jenis zooplankton dan hubungannya dengan

kualitas perairan di Tambak Boyo adalah sebagai berikut :

a. Kelas Crustacea

Hasil identifikasi ditemukan zooplankton pada kelas Crustacea yang

terdiri dari 5 spesies. Spesies tersebut adalah Halcylops sp, Alonella

dadayi, Hyperia sp, Mesocylops leukarti dan Cylops vicinus. Gambar

dari 5 spesies dari kelas Crustacea dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 4.1 Halcylops sp Gambar 4.2 Allonella dadayi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

Gambar 4.3 Hyperia sp Gambar 4.4 Mesocylops leukarti

Gambar 4.5 Cylops vicinus

b. Kelas Rotifera

Hasil identifikasi ditemukan zooplankton kelas Rotifera yang terdiri

dari 3 spesies. Spesies tersebut adalah Keratella valga monstrosa,

Brachionus angularis dan Lecane luna. Gambar dari ketiga kelas

rotifera dapat dilihat di bawah ini :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

Gambar 4.6 Gambar 4.7

Keratella valga monstrosa Brachionus angularis

Gambar 4.8 Lecane luna

c. Kelas Adenopherea

Hasil identifikasi ditemukan zooplankton kelas Adenopherea yang

terdiri dari 2 spesies. Spesies tersebut adalah Rabdolaimus sp dan

Anaplectus granulosis. Gambar dari kedua kelas adenopherea dapat

dilihat di bawah ini :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

Gambar 4.9 Rabdolaimus sp Gambar 4.10 Anaplectus granulosus

d. Kelas Rhizopoda/Sarcodina

Hasil identifikasi ditemukan kelas Rhizopoda/Sarcodina yang terdiri

dari 2 spesies. Spesies tersebut adalah Astramoeba radiosa dan

Arcela vulgaris. Gambar dari spesies Astramoeba radiosa dan Arcela

vulgaris dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 4.11 Arcela vulgaris


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

Gambar 4.12 Astramoeba radiosa

e. Kelas Ciliata

Hasil identifikasi ditemukan kelas Ciliata yang terdiri dari 1 spesies.

Spesies tersebut adalah Epalxis mirabilis. Gambar dari spesies

Epalxis mirabilis dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 4.13 Epalxis mirabilis


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

f. Kelas Sagittoidea

Hasil identifikasi ditemukan kelas Sagittoidea yang terdiri dari 1

spesies. Spesies tersebut adalah Sagitta minima. Gambar dari spesies

Sagitta minima dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 4.14 Sagitta minima

2. Densitas Zooplankton

Berdasarkan perhitungan densitas zooplankton di perairan Waduk

Tambak Boyo diperolleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Densitas Zooplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo


No Spesies Stasiun Stasiun Stasiun Rata-
1 2 3 rata
1 Halycops sp 1680 3780 2520 2660
2 Alonella dadayi - 2940 1680 1540
3 Hyperia sp - 3360 1260 1540
4 Mesolycops sp 2520 5040 2940 3500
5 Keratella valga vulgaris - 1260 840 700
6 Brachionus angularis 1680 4620 2520 2940
7 Rabdolaimus sp 840 - 840 560
8 Anaplectus granulosis 2100 2940 1680 2240
9 Arcela vulgaris 840 - 280
10 Astramoeba radiosa 1260 6300 1680 3080
11 Epalxis mirabilis - 420 - 140
12 Lecane luna - 420 - 140
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

13 Cylops vicinus 2520 5460 2520 3780


14 Sagitta minima - 420 - 140

Keterangan :

Ind/ml : Individu/mililiter

Stasiun 1 : Area perairan yang menjadi alur masuknya air sungai Tambak

Bayan menuju ke Tambak Boyo

Stasiun 2 : Area perairan yang menjadi jalan masuknya Sungai Buntung

menuju Tambak Boyo dan terdapat enceng gondok

Stasiun 3 : Area perairan yang menjadi alur keluarnya air dari tambak

3. Nilai Keanekaragaman Zoopplankton di Perairan Waduk Tambak

Boyo

Indeks keragaman zooplankton total masing-masing stasiun

pengambilan sampel dapat dihitung dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Stasiun 1 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air
Sungai Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo)
No Spesies N N Ni Pi H
1 Halycops sp 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658
2 Mesolycops sp 6 34 0.176476 -0.30611 0.30611
3 Brachionus angularis 4 34 0.117647 -0.25177 0.25177
4 Rabdolaimus sp 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658
5 Anaplectus granulosis 5 34 0.147058 -0.28179 0.281899
6 Arcela vulgaris 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658
7 Astramoeba radiosa 3 34 0.088235 -0.21421 0.21421
8 Cylops vicinus 6 34 0.176476 -0.30611 0.30611
9 Sagitta minima 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658
2.026731
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

Tabel 4.3 Stasiun 2 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya


Air Sungai Buntung menuju Waduk Tambak Boyo)
No Spesies N N Ni Pi H
1 Halycops sp 9 88 0.102272 -0.23319 0.23319
2 Cylops vicinus 13 88 0.147727 -0.28251 0.282511
3 Anaplectus granulosus 7 88 0.079535 -0.20134 0.201341
4 Hyperia sp 8 88 0.090909 -0.21799 0.217990
5 Mecolycops leukarti 12 88 0.136363 -0.27169 0.271694
6 Astramoeba rasiosa 15 88 0.170454 -0.30158 0.301582
7 Epalxis mirabilis 1 88 0.011363 -0.05088 0.050876
8 Brachionus angularis 12 88 0.136363 -0.27169 0.271694
9 Keratella valga vulgaris 3 88 0.034091 -0.11518 0,115184
10 Lecane luna 1 88 0.011363 -0.05088 0.050876
11 Alonella dadayi 7 88 0.079535 -0.20134 0.201341
2.198279

Tabel 4.4 Stasiun 3 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Keluarnya


Air dari Waduk Tambak)
No Spesies N N Ni Pi H
1 Halycops sp 6 47 0.127659 -0.26277 0.262772
2 Cylops vicinus 6 47 0.127659 -0.26277 0.262772
3 Anaplectus granulosus 4 47 0.085106 -0.20969 0.209689
4 Hyperia sp 3 47 0.063829 -0.17563 0.175628
5 Mecolycops leukarti 7 47 0.148936 -0.28361 0.283609
6 Astramoeba radiosa 4 47 0.085106 -0.20969 0.209689
7 Brachionus angularis 6 47 0.127659 -0.26277 0.262772
8 Keratella valga 2 47 0.042553 -0.13434 0.134340
vulgaris
9 Alonella dadayi 4 47 0.085106 -0.20969 0.209689
10 Sagitta minima 3 47 0.063829 -0.17563 0.175628
11 Rabdolaimus sp 2 47 0.042553 -0.13434 0.134340
2.320928
Keterangan : ni : Jumlah individu jenis ke-i

N : Jumlah total individu semua jenis

Pi : ni/N

H’<1,0 : Keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah

1,0<H’<3,0 : Keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’>3,0 : Keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada nilai indeks diversitas.

Menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman di ketiga...

4. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter

Fisik-Kiamiawi

a. Faktor Fisik

Tabel 4.5 Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Perairan


No Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 Suhu (℃ ) 28℃ 28℃ 28℃
2 Kekeruhan ( cm ) 40 47 114
3 Penetrasi Cahaya (lux) 980 980 980

b. Faktor Kimiawi

Tabel 4.6 Faktor Kimiawi yang Mempengaruhi Perairan


No Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 DO (mg/L) 5,3 4,6 3,8
2 BOD (mg/L) 3,0 3,0 3,0
3 COD (mg/L) 19,4 20,2 26,1
4 Fosfat (mg/L) 0,4331 0,5531 0,2849
5 Nitrat (mg/L) 6,53 8,33 7,01
6 pH 8,4 9 8,2

B. Pembahasan

1. Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Waduk Tambak Boyo

Yogyakarta, diperoleh 6 kelas zooplankton yang teridentifikasi yaitu :

kelas yaitu Kelas Crustacea, Kelas Rotifera, Kelas Adenopherea, Kelas

Rhizopoda(Sarcodina), Kelas Cilliata, dan Kelas Sagittodea. Dari 6 kelas

tersebut diperoleh jumlah total spesies zooplankton adalah 14 spesies.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

Pada kelas Crustacea diperoleh 5 spesies yaitu : Halycops sp,

Alonella dadayi, Hyperia sp, Mesolycops leukarti dan Cylops vicinus.

Selanjutnya untuk kelas Rotifera ada 3 spesies yang teridentifikasi yaitu :

Keratella valga monstrosa, Brachionus angularis, dan Lecane luna.

Selanjutya untuk kelas Adenopherea teridentifikasi 2 spesies yaitu :

Rabdolaimus sp dan Anaplectus granulosus. Selanjutnya pada kelas

Rhizopoda (Sarcodina) teridentifikasi 2 spesies yaitu : Arcela vulgaris

dan Astramoeba radiosa. Kemudian kelas Cilliata dan kelas Sagittodea

yang masing-masing teridentifikasi 1 spesies yaitu : kelas Cilliata dengan

nama spesies Epalxis mirabilis dan untuk kelas Sagittodea dengan nama

spesies Sagitta minima.

Zooplankton dari kelas Crustacea. Crustacea merupakan

zooplankton yang termasuk dalam filum Arthropoda. Crustacea berarti

hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang

sukar dicerna dan mencakup semua jenis hewan yang berbuku-buku.

Crustacea dapat dibagi mejadi 2 golongan yaitu : Entromostraca (udang-

udangan tingkat rendah dan Malacastracea (udang-udangan tingkat

tinggi). Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan

meroplankton dan sebagian besar mati sebagai palnkton karena dimakan

spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan.

Entromostracea umumnya berukuran kecil dan merupakan zooplankton

yang banyak ditemukan di perairan laut atau air tawar. Dalam tingkatan

tropik golongan hewan ini biasanya sebagai hewan bentos terutama ikan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda dan Amphipoda.

Copepoda adalah jenis zooplankton yang sering ditemukan di perairan

air tawar maupun laut.

Selanjutnya zooplankton dari Rotifera. Rotifera termasuk ke dalam

filum invertebrata. Ada tiga kelas Rotifera yaitu Seisionidea, Bdelloidea

dan Monogonanta. Kelas monogonanta memiliki siklus hidup

partenogenetik yang terdiri dari fase seksual dan aseksual. Sebagian masa

hidupnya berada dalam fase aseksual namun pada lingkungan khusus

kelompok ini mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara

bersamaan. Rotifera dalam kelas monogonanta memiliki susunan

morfologi tubuh yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari tida bagian yaitu

kepala, badan dan kaki. Pergerakannya dilakukan dengan sekumpulan

silia yang terdapat disekitar kepala yang disebut corona. Kista rotifer

dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer

melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga

mampu bertahan selama beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir

sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual. Perbedaan

hanya ditutupi oleh cangkang yang keras serta dapat bertahan dalam

lingkungan yang ekstrim. Ketika dalam lingkungan yang sesuai kista

dapat menetas pada usia 24 atau 48 jam pada suhu 25 ℃ dengan

intensitas cahaya yang cukup.

Selanjutnya zooplankton dari kelas Rhizopoda (Sarcodina).

Rhizopoda merupakan zooplankton yang termasuk dalam filum Protozoa.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

Zooplankton dari kelas Rhizopoda memiliki arti kaki-kaki yang

bentuknya seperti akar tumbuh-tumbuhan yang tida teratur. Bergerak

dengan kaki semu (pseudopia) yang merupakan penjuluran protoplasma

sel. Hdiup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah dan sebagian ada

yang hidup dalam tubuh hewan dan manusia. Jenis yang paling mudah

diamati adalah Amoeba. Amoeba ada dua jenis yaitu Ektamoeba adalah

jenis Amoeba yang hidup diluar tubuh organisme lain (hidup bebas),

contohnya Amoeba proteus, Foraminifera, Arcella dan Radiolaria.

Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tunuh organisme

lain, contohnya : Entamoeba histolictya dan Entamoeba coli.

Selanjutnya zooplankton dari kelas cilliata. Cilliata merupakan

zooplankton yang termasuk dalam filum Protozoa. Cilliata sebagian besar

hidup bebas di air tawar, dan hanya beberapa golongan yang hidup di laut

(golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air

tawar, tetapi banyak hidup di air diantara periphyton atau di dasar

sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk.

Anggota cilliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase

hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan.

Ukuran silia lebih pendek dari falgel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu

makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari

dengan cara mensintesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual,

dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi

untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

berfungsi untuk menjaga kesimbangan air dalam tubuhnya. Banyak

ditemukan hidup di laut maupun di air tawar.

Berikutnya adalah zooplankton dari kelas Sagitta. Sagitta adalah

zooplankton yang termasuk dalam filum Chaetognatha. Sagitta memiliki

ciri-ciri antara lain bentuk tubuh memanjang seperti torpedo, transparan,

organ berpasangan pada masing-masing sisi dan kepala dengan sepasang

mata dan sejumlah duri melengkung di sekeliling mulut.

2. Densitas Zooplankton

Dari hasil densitas tiap jenis zooplankton diperoleh hasil yang

berbeda-beda pada setiap stasiun. Untuk spesies Halycops sp pada

stasiun 1 diperoleh 1680 ind/ml, stasiun 2 diperoleh 3780 ind/ml dan

untuk stasiun 3 diperoleh 2520 ind/ml dengan rata-rata 2660 ind/ml.

Selanjutnya untuk spesies Mesolycops sp pada stasiun 1 diperoleh 2520

ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 5040 ind/ml dan pada stasiun 3

diperoleh 2940 dengan rata-rata 3500 ind/ml. Selanjutnya untuk spesies

Brachionus angularis pada stasiun 1 diperoleh 1680 ind/ml, pada stasiun

2 diperoleh 4620 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 2520 ind/ml dengan

rata-rata 2940 ind/ml. Selanjutnya untuk spesies Anaplectus granulosus

pada stasiun 1 diperoleh 2100 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 2940

ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 1680 ind/ml dengan rata-rata 2240

ind/ml. Selanjutnya untuk spesies Astramoeba radiosa pada stasiun 1

diperoleh 1260 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 6300 ind/ml dan pada

stasiun 3 diperoleh 1680 ind/ml dengan rata-rata 3080 ind/ml.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

Selanjutnya untuk spesies Cylops vicinus pada stasiun 1 diperoleh 2520

ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 5460 ind/ml dan pada stasiun 3

diperoleh 2520 ind/ml dengan rata-rata 3780 ind/ml.

Untuk hasil selanjutnya spesies Alonella dadayi tidak ditemukan

pada stasiun 1, kembali ditemukan pada stasiun 2 yaitu 2940 ind/ml dan

pada stasiun 3 yaitu 1680 ind/ml dengan rata-rata 1540 ind/ml. Sama

halnya dengan spesies Hyperia sp yang juga tidak ditemukan pada

stasiun 1 dan kembali ditemukan pada stasiun 2 yaitu 3360 ind/ml dan

pada stasiun 3 yaitu 1260 ind/ml dengan rata-rata 1540 ind/ml.

Berikuntya untuk spesies Keratella valga mosntrosa tidak ditemukan

pada stasiun 1, namun ditemukan pada stasiun 2 yaitu 1260 ind/ml dan

pada stasiun 3 yaitu 840 ind/ml dengan rata-rata 700 ind/ml.

Hasil selanjutnya untuk spesies Rabdolaimus sp pada stasiun 1

diperoleh 840 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 560 ind/ml dengan

rata-rata 840 ind/ml, spesies Rabdolaimus sp tidak ditemukan pada

stasiun 2.

Hasil berikutnya untuk spesies Arcela vulgaris hanya ditemukan

pada stasiun 1 yaitu 840 ind/ml dengan rata-rata 280 ind/ml, dan tidak

ditemukan pada stasiun 2 dan stasiun 3. Berikutnya untuk spesies Epalxis

mirabilis yang hanya ditemukan pada stasiun 2 yaitu 420 ind/ml dengan

rata-rata 140 ind/ml, dan tidak ditemukan pada stasiun 1 dan stasiun 3.

Berikutnya untuk spesies Lecane Luna hanya ditemukan pada stasiun 2

yaitu 420 ind/ml dengan rata-rata 140 ind/ml, dan tidak ditemukan pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

stasiun 1 dan stasiun 3. Selanjutnya untuk spesies yang terakhir yiatu

Sagitta minima yang tidak ditemukan pada stasiun 1 dan stasiun 3, hanya

ditemukan pada stasiun 2 yaitu 420 ind/ml dengan rata-rata 140 ind/ml.

Pada pengamatan ini tidak semua spesies zooplankton ditemukan

dalam setiap stasiun, adapun spesies spesies yang ditemukan pada setiap

stasiun adalah Halycops sp, Mesolycops sp, Brachionus angularis,

Anaplectus granulosus, Astramoeba radiosa, dan Cylops vicinus.

Keenam spesies tersebut memiliki lokasi penyebaran yang merata di

Waduk Tambak Boyo, sehingga bisa dikatakan bahwa keenam spesies

tersebut hidup dengan baik di lingkungan Waduk Tambak Boyo.

Kemudian ada beberapa spesies yang ditemukan hanya pada dua stasiun

saja yaitu spesies Alonella dadayi, Hyperia sp, Keratella valga

mosntrosa, dan Rabdolaimus sp. Untuk spesies Alonella dadayi, Hyperia

sp, dan Keratella valga monstrosa hanya ditemukan pada stasiun 2 dan 3,

sedangkan untuk spesies Rabdolaimus sp hanya ditemukan pada stasiun 1

dan 3. Selanjutnya adalah beberapa spesies yang hanya ditemukan pada

salah satu stasiun yaitu spesies Sagitta minima, Epalxis mirabilis, Lecane

Luna, dan Arcela vulgaris. Untuk spesies Sagitta minima, Epalxis

mirabilis dan Lecane luna hanya ditemukan pada stasiun 2, sedangkan

untuk spesies Arcela vulgaris hanya ditemukan pada stasiun 1. Untuk

spesies yang hanya ditemukan pada stasiun-stasiun tertentu saja rata-rata

memiliki jumlah yang sedikit, sehingga bisa dikatakan bahwa distribusi

spesies zooplankton tersebut belum merata, atau dapat juga dikatakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

bahwa spesies zooplankton tersebut tidak dapat hidup dengan baik pada

stasiun-stasiun tersebut. Nilai densitas yang paling tinggi adalah pada

spesies Cylops vicinus dengan nilai densitas rata-rata 3780 ind/ml.

Sedangkan untuk nilai densitas yang paling rendah adalah spesies Sagitta

minima, Epalxis mirabilis dan Lecane Luna dengan nilai densitas 140

ind/ml.

Nilai densitas zooplankton paling tinggi terdapat pada stasiun 2

yaitu di area masuknya air Sungai Buntung menuju ke Waduk Tambak

Boyo. Tingginya nilai densitas zooplankton di stasiun 2 dapat disebabkan

adanya tumbuhan enceng gondok. Tumbuhan enceng gondok yg terdapat

pada stasiun 2 meminimalisir paparan sinar matahari ke perairan tersebut

sehingga zooplankton hidup dengan baik, karena zooplankton menyukai

perairan yang tidak terpapar sinar matahari langsung. Nontji (1993)

mengatakan bahwa gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan

karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu

dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari lansung.

Meskipun faktor kimia yaitu nitrat nilainya tinggi, akan tetapi nilai

tersebut masih termasuk dalam batas toleransi untuk kehidupan

zooplankton. Tingginya nilai nitrat pada stasiun 2 dapat menstimulir

pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Hal

tersebut yang mempengaruhi tingginya populasi zooplankton pada

stasiun 2, karena terdapat tumbuhan enceng gondok yang dapat

melindungi dari sinar matahari langsung dan banyaknya variasi makanan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

Dari hasil pengamatan dan perhitungan terhadap nilai densitas

zooplankton di Tambak Boyo dapat dilihat bahwa tidak semua spesies

zooplankton dapat hidup di semua lokasi pengambilan sampel. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh distribusi atau penyebaran zooplankton di

Waduk Tambak Boyo belum merata. Selain itu faktor fisika dan kimia

juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan tidak meratanya

penyebaran zooplankton di Waduk Tambak Boyo, dimana faktor fisika

dan kimia tidak menunjang untuk kehidupan jenis zooplankton tertentu

pada lokasi pengambilan sampel.

3. Uji Anova

Tabel 4.7 Perhitungan Uji Anova Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3


No Spesies S1 S2 S3 S12 S22 S32
1 Halycops sp 2 9 6 4 81 36
2 Alonella dadayi 0 7 4 0 49 16
3 Hyperia sp 0 8 3 0 64 9
4 Mesolycops sp 6 12 7 36 144 49
5 Keratella valga monstrosa 0 3 2 0 9 4
6 Brachionus angularis 4 12 6 16 144 36
7 Rabdolaimus sp 0 2 2 0 4 4
8 Anaplectus granulosis 5 7 4 25 49 16
9 Arcela vulgaris 2 0 0 4 0 0
10 Astramoeba radiosa 3 15 4 9 225 16
11 Epalxis mirabilis 0 1 0 0 1 0
12 Lecane luna 0 1 0 0 1 0
13 Cylops vicinus 6 13 6 36 169 36
14 Sagitta minima 2 0 3 4 0 16
∑Xi 30 90 47 134 940 238
(∑Xi)2 900 8100 2209

∑ X2 = 134 + 940 + 238 = 1.312


(∑Xi)2 = (30+90+47)2 = 27.889
Jawab :
Ho : µ1= µ2= µ3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

Hi : non Ho
K=3
N = 42
Df untuk SSbetween = (K-1) = 3-1) = 2
Df untuk SSwithin = (N-K) = 42-3 = 39
Df untuk SStotal = N-1 = 42-1 = 41

SSbetween = + + - =
64,285 + 578,57 + 157,785 – 664,02 = 136,62

SStotal = 1312- = 1312 – 664,02 = 647,98

SSwithin = 647,98 – 136,62 = 511,36


,
MSbetween = = 68,31
,
MSwithin = = 13,11

Maka F dapat dihitung sebagai berikut :


,
F= =5,2105
,

Selanjutnya dapat dibuat tabel yang menunjukkan hubungan angka-


angka tersebut sebagai berikut :
Sumber Variasi SS Df MS=SS/Df F=Msbet/MSwith
Between 136,62 2 68,31 5,2105
Within 511,36 39 13,11
Total 647,98

Dari tabel F dengan Df degree of freedom 2 (numerator) dan 39

(denumerator), kita mendapatkan Fcritical sebesar = 3,23 untuk level

signifikan 0,05 karena Fobserved = 5,2105 lebih kecil dari Fcritical maka

Ho ditolak dan Hi diterima atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

signifikan. Keanekaragaman jenis zooplankton di ketiga stasiun di atas

terbukti berbeda secara signifikan.

4. Nilai Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Waduk Tambak

Boyo

Berdasarkan analisis data yang diperoleh di semua titik atau

stasiun penelitian, menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman

zooplankton di Waduk Tambak Boyo memiliki hasil yang berbeda-beda.

Berikut diuraikan nilai Indeks keanekaragaman tertinggi ke rendah yaitu

pada stasiun 3 atau area keluarnya air dari Waduk Tambak Boyo dengan

indeks keanekaragaman zooplankton sebesar 2,32, untuk stasiun 2 atau

area masuknya air Sungai Buntung menuju Waduk Tambak Boyo yang

terdapat enceng gondok meiliki nilai indeks keanekaragaman

zooplankton sebesar 2,19 dan untuk stasiun 1 atau area masuknya air

Sungai Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo memiliki nilai

indeks keanekaragaman 2,02.

Mengacu kepada klasifikasi indeks keanekaragaman Shannon-

Wiener, indeks keanekaragaman zooplankton di Waduk Tambak Boyo

termasuk dalam kategori sedang yaitu berada di antara 1,0<H’3,0. Hasil

tersebut didapatkan dari analisis nilai indeks keanekaragaman

zooplankton pada masing-masing stasiun yang memiliki nilai antara

2,02-2,32.

Keanekaragaman jenis mempunyai dua komponen utama yaitu

kekayaan jenis dan kemerataan atau equitabilitas. Kekayaan jenis adalah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kemerataan atau equitabilitas

adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Kemerataan

menjadi maksimum apabila semua spesies mempunyai jumlah individu

yang sama atau rata (Odum, 1993). Selanjutnya (Boyd, 1999)

mengatakan keanekaragaman jenis merupakan salah satu parameter yang

digunakan dalam mengetahui status suatu ekosistem. Parameter ini

mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu ekosistem,

dimana semakin tinggi keanekargaman jenis yang terbentuk

menyebabkan keseimbangan ekosistem stabil begitupun sebaliknya.

Ekosistem dengan keanekaragaman rendah menyebabkan ekosistem

tidak stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan

dengan ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi.

Perbedaan nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Waduk

Tambak Boyo ini tidak terlepas dari faktor-faktor abiotik dan biotik pada

Waduk Tambak Boyo. Faktor abiotik yang diukur meliputi suhu,

penetrasi cahaya dan kekeruhan. Sedankan untuk kondisi kimia yang

diukur meliputi pH, DO, BOD, COD, Fosfat dan Nitrat. Dari hasil

pengukuran pengukuran tersebut dilihat dari parameter fisika semua

stasiun memiliki kualitas perairan yang baik karena hasil pengukuran

suhu pada semua semua stasiun adalah 28 ℃. Selanjutnya penetrasi

cahaya untuk semua lokasi adalah 980 lux. Berikut nilai kekeruhan untuk

stasiun 1 adalah 40cm, pada stasiun 2 adalah 47cm dan pada stasiun 3

adalah 114 cm. Dilihat dari parameter Fisika mengenai kekeruhan stasiun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

3 adalah lokasi perairan yang memiliki kualitas air yang baik, hal

tersebut mengacu pada nilai kekeruhan menurut (Kordi, M.G.H.K.,2010)

yang mengatakan nilai kecerahan yang normal untuk kehidupan plankton

pada suatu perairan tidak kurang dari 25 cm dan nilai kecerahan yang

baik untuk suatu perairan adalah berkisar antara 30-40 cm.

5. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter

Fisik

Hasil pengukuran kualitas air Waduk Tambak Boyo berdasarkan

parameter fisik yang meliputi suhu, kekeruhan dan penetrasi cahaya pada

semua stasiun memiliki nilai penetrasi cahaya yang sama. Stasiun 1,

stasiun 2 dan stasiun 3 meiliki nilai intensitas cahaya sama yaitu 930 lux.

Pengukuran cahaya dilakukan pada siang hari menjelang sore. Pada

pengukuran suhu perairan di Waduk Tambak boyo diperoleh hasil yang

sama pada setiap stasiun yaitu masing-masing memiliki suhu 28℃.

Sedangkan pengukuran tingkat kekeruhan diperoleh hasil yang berbeda

pada setiap stasiun, pada stasiun 1 tingkat kekeruhan adalah 35 cm

dengan kedalaman 75 cm, pada stasiun 2 adalah 33 cm dengan

kedalaman 80 cm dan pada stasiun 3 adalah 75 cm dengan kedalaman

189 cm. Berdasarkan hasil uji parameter fisika yang telah diperoleh akan

dibahas sebagai berikut :

a. Suhu air

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu perairan di Waduk

Tambak Boyo diperoleh suhu air pada semua stasiun adalah sama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

yaitu 28℃. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan pada

area pengukuran suhu relatif konstan baik itu di area masuknya air

sungai Tambak Bayan menuju Tambak Boyo (stasiun 1), area area

masuknya sungai Buntung menuju Tambak Boyo yang tedapat

enceng gondok (stasiun 2) maupun area keluarnya air dari Tambak

Boyo (stasiun 3).

Meurut Odum (1993), walaupun variasi suhu dalam air tidak

sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karean

organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi sempit

(stenotermal). Selanjutnya (Affrianto, 1988) menyatakan bahwa

keadaan temperatur sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan

oragnisme yang hidup di dalamnya. Suhu lingkungan yang

terlampau tinggi akan menyebabkan kemampuan air mengikat

oksigen menjadi menurun, sehingga kandungan oksigen dalam air

menjadi berkurang, padahal kebutuhan organisme terhadap oksigen

justru akan semakin meningkat.

Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan plankton, baik

itu fitoplankton maupun zooplankton di perairan adalah 20-30℃

(Effendi, 2003). Berarti dapat dikatakan bahwa secara umum suhu

perairan di Waduk Tambak Boyo dalam kategori baik.

b. Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan

pengukuran cahaya sinar matahari di dalam air dapat dilakukan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

dengan kepingan secchi disk. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dari ketiga titik atau area pengambilan data diperoleh hasil

pada stasiun 1 adalah 40 cm, untuk stasiun 2 adalah 47 cm dan untuk

stasiun 3 adalah 114 cm.

Nilai kecerahan yang normal untuk kehidupan plankton pada

suatu perairan tidak kurang dari 25 cm dan nilai kecerahan yang baik

untuk suatu perairan adalah berkisar antara 30-40 cm (Kordi,

M.G.H.K.,2010). Berdasarkan sumber tersebut maka nilai kecerahan

di perairan di Waduk Tambak Boyo sangat baik untuk kehidupan

zooplankton maupun untuk perairan seperti waduk atau danau.

Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan

yang ditentukan berdasarkan sinar (cahaya) yang dipancarkan dan

diserap oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut. Kekeruhan

yang tampak di perairan dapat berasal dari bahan-bahan tersuspensi

seperti : lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton dan

organisme mikroskopik lainnya. Kekeruhan yang tinggi dapat

mengganggu proses respirasi organisme perairan karena akan

menutupi insang ikan. Kekeruhan juga menghalangi penetrasi

cahaya matahari ke dalam sehingga secara tidak lansung

mengganggu proses fotosintesi fitoplankton (Asmara, 2005).

c. Penetrasi Cahaya

Dari pengukuran penetrasi cahaya yang telah dilakukan

diperoleh nilai yang sama pada semua lokasi pengamatan, yaitu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

memiliki nilai penetrasi cahaya sebesar 980 lux. Pengukuran cahaya

dilakukan pada saat siang hari menjelang sore.

Cahaya yang mencapai perairan akan diubah menjadi energi

panas. Air memiliki sifat pemanasan yang khas karena memiliki

kapasitas panas spesifik yang tinggi. Hal ini berarti bahwa energi

yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu air sebesar 1 C lebih

besar dari energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu materi

lain sebesar 1 C (Jeffries dan Mills, 1996). Intensitas cahaya yang

ada di Waduk Tambak Boyo memiliki nilai yang merata sehingga

suhu air di waduk tersebut juga merata dengan intensitas cahaya dan

suhu yang relatif merata maka lokasi waduk secara keseluruhan

mendukung untuk pertumbuhan makhluk hidup air seperti

zoplankton maupun ikan.

6. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter

Kimia

Untuk mengetahui kualitas air selain menggunakan parameter

secara fisika digunakan juga parameter kimia untuk mengetahui kualitas

perairan. Parameter kimia tersebut meliputi pH, DO, BOD, COD, fosfat,

nitrat.Dari hasil penelitian yang dilakukan dari masing-masing stasiun

atau lokasi pengambilan sampel air memiliki hasil yang berbeda-beda,

namun untuk parameter tertentu ada beberapa stasiun yang memiliki

kesamaan nilai. Uji kualitas air berdasarkan parameter kimia akan di

bahas sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

a. pH

Pada penelitian yang telah dilakukan untuk pengukuran pH

perairan Waduk Tambak Boyo diperoleh hasil 8,0-9,0. pH pada setiap

stasiun berbeda-beda. Pada stasiun 1 diperoleh hasil nilai pH 8,4, pada

stasiun 2 siperoleh nilai pH 9,0, dan pada stasiun 3 diperoleh nilai pH

8,2.

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena

mempengaruhi kehidupan jasad renik. Kisaran pH optimum bagi

pertumbuhan plankton adalah pada kisaran 5,6 – 9,4. Nilai pH dari

masing-masing stasiun merupakan nilai pH yang yang optimum bagi

pertumbuhan zooplankton. Selain itu niali pH yang diperoleh dari air

Waduk Tambak Boyo tersebut merupakan nilai pH normal bagi

suatu perairan alami. Menurut (Kordi, M.G.H.K., 2010) nilai pH

pada banyak perairan alami berkisar antara 4 – 9. Dengan demikian

pH pada perairan Waduk Tambak Boyo dapat dikatakan normal

untuk suatu peairan dan memungkinkan untuk pertumbuhan

zooplankton. Dilihat dari parameter pH kualitas perairan di Waduk

Tambak Boyo bisa dikatakan baik karena pH pada perairan alami

berkisar antara 4-9 dan nilai pH di Waduk Tambak Boyo sendiri

berada pada angka 8,0 – 9,0. Berdasarkan standar baku mutu air PP.

No 82 Tahun 2001 (kelas II), pH yang baik untuk kegiatan budidaya

ikan air tawar berkisar antara 6-9. Hal ini menunjukkan bahwa pH

perairan di Waduk Tambak boyo masih berada dalam batas alami


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

dan masih layak untuk kegiatan usaha budidaya karena berada pada

kisaran 8,0-9,0.

b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai BOD

yaitu 3,0 mg/L. Nilai BOD yang diperoleh tersebut menunjukkan

bahwa kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo berada dalam

kategori yang baik untuk suatu perairan.

Menurut Hefni Effendi (2003) kadar perairan yang dianggap

tercemar, yaitu perairan yang mengandung konsentrasi BOD lebih

dari 10 mg/L. Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa kualitas perairan Waduk Tambak Boyo dengan

nilai BOD 3,0 mg/L berada dalam kategori yang baik untuk suatu

perairan, dimana kadar perairan yang dinyatakan tercemar apabila

nilai BOD-nya berada pada kisaran 10 mg/L.

Menurut standar baku mutu kualitas air PP. No. 82 Tahun 2001

(kelas II), Nilai BOD untuk kegiatan budidaya kurang dari 3,0 mg/L.

Hal ini menunjukkan bahwa parameter BOD di Waduk Tambak boyo

baik dan atau masih sangat menunjang untuk kegiatan budidaya ikan

air tawar.

c. COD

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai COD

pada masing-masing stasiun atau area pengambilan sampel berbeda-

beda. Untuk area masuknya area masuknya air sungai Tambak Bayan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

menuju Tambak Boyo (stasiun 1) diperoleh nilai COD 19,4 mg/L,

area area masuknya sungai Buntung menuju Tambak Boyo yang

tedapat enceng gondok (stasiun 2) diperoleh nilai COD 20,2mg/L, dan

area keluarnya air dari Tambak Boyo (stasiun 3) diperoleh nilai COD

26,1 mg/L. Dari ketiga nilai COD tersebut stasiun 1 merupakan area

yang memiliki nilai COD paling rendah yaitu 19,4 mg/L dan stasiun 3

merupakan area yang memiliki nilai COD paling tinggi yaitu 26,1

mg/L.

Menurut (Effendi, 2003) batas kandungan COD pada perairan

yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L. Berdasarkan hasil

penelitian di perairan Waduk Tambak Boyo stasiun 2 dan stasiun 3

berada dalam kondisi tercemar dengan nilai COD masing-masing

yaitu 20,2 mg/L dan 26,1 mg/L. Sedangkan pada stasiun 3 berada

dalam kondisi tidak tercemar dengan nilai COD 19,4 mg/L. Kondisi

tercemarnya perairan di Waduk Tambak boyo yaitu pada stasiun 2 dan

stasiun 3 disebabkan oleh karena pada saat pengambilan sampel air

ada kegiatan pengairan sawah menggunakan mesin, sehingga minyak

yang berasal dari mesin tersebut mengalir di sekitar area pengambilan

data. Meskipun demikian Nilai COD di Waduk Tambak Boyo masih

sangat menunjang untuk kegiatan budidaya ikan, karena berada

dibawah batas baku mutu kualiatas air menurut PP. No 82 Tahun 2001

(kelas II) yaitu ≤ 25 mg/L.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

d. DO

Pada penelitian yang telah dilakukan terhadap pengukuran DO

atau oksigen terlarut di Waduk Tambak Boyo didapatkan hasil yang

berbeda untuk setiap stasiun. Dari ketiga lokasi atau area

pengambilan data diperoleh hasil paling tinggi yaitu pada stasiun 1

dengan nilai DO 5,3 mg/L, kemudian pada stasiun 2 dengan nilai DO

4,6 mg/L. Selanjutnya stasiun 3 dengan nilai DO 3,8 mg/L adalah

lokasi yang memiliki nilai DO paling rendah dibandingkan dengan

stasiun 1 dan stasiun 2.

Tabel 4.7 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut


(Jefffries/Mills, 1996).
No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air
(Mg/L)
1 > 6, 5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat
ringan
2 4,5 – 6,4 Tercemar ringan
3 2,0 – 4,4 Tercemar sedang
4 < 2,0 Tercemar berat

Berdasarkan pada tabel, stasiun 3 berada status kualitas air

tercemar sedang dengan nilai DO 3,8 mg/L. Selanjutnya stasiun 1 dan

2 berada dalam kondisi tercemar ringan dengan nilai DO masing-

masing stasiun adalah 5,3 mg/L dan 4,6 mg/L.

Konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar

spesies biota air adalah 5 ppm atau 5 mg/liter, meskipun beberapa

spesies biota air mampu bertahan hidup pada perairan dengan

konsentrasi oksigen 3 mg/liter (Kordi. 2010).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

Dari pengukuran nilai DO yang diperoleh di Waduk Tambak

Boyo yang berkisar antara 3,8 mg/L sampai 5,3 mg/L dapat dikatakan

bahwa kualitas perairan Waduk Tambak boyo berada pada kondisi

normal atau kualitas perairan yang baik. Nilai DO tersebut masih

sangat menunjang untuk kelansungan kegiatan budidaya ikan air

tawar, karena masih berada diatas batas baku mutu kualitas air

menurut PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II) yaitu > dari 4 mg/L.

e. Nitrat

Dari penelitian yang telah dilakukan di Waduk Tambak Boyo

diperoleh nilai nitrat yang berbeda pada setiap stasiun. Untuk stasiun 1

diperoleh nilai nitrat 6,53 mg/L, untuk stasiun 2 diperoleh nilai nitrat

8,33 mg/L dan untuk stasiun 3 diperoleh nilai nitrat 7,01 mg/L.

Menurut Effendi (2003) bahwa kadar nitrat nitrogen pada

perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L, akan tetapi

jika kadar kadar nitrat lebih besar dari 0,2 mg/L akan mengakibatkan

eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan

algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kondisi Waduk

Tambak Boyo jika dilihat dari parameter nitrat berada pada kondisi

nitrat yang sangat besar yaitu berkisar antara 6,53 - 8,33 mg/L,

sehingga dapat dikatakan bahwa Waduk Tambak Boyo mengalami

eutrofikasi (pengayaan) yang menyebabkan pertumbuhan algae dan

tumbuhan air sangat pesat. Oleh karena itu di waduk tersebut enceng

gondok dan kangkung air tumbuh dengan subur, dan pada saat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

pengamatan juga banyak ditemukan algae hijau. Hal tersebut bila

dibandingkan dengan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001

(kelas II) untuk budidaya ikan air tawar, masih sangat jauh dari batas

yang ditentukan yaitu 10 mg/L.

f. Fosfat

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai fosfat yang

berbeda pada setiap stasiun. Pada stasiun 1 diperoleh nilai fosfat

0,4331 mg/L, pada stasiun 2 diperoleh nilai fosfat 0,5531 mg/L dan

pada stasiun 3 diperoleh nilai fosfat 0,2849 mg/L. Dari ketiga stasiun

tersebut nilai fosfat tertinggi didapatkan di stasiun 3 yaitu 0,5531

mg/L. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh

tumbuhan. Fosfat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya

akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam siste

perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama

air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004). Kadar fosfat di

Waduk tambak boyo yang berkisar antara 0,2849 – 0,5531 masih

layak untuk pembudidayaan ikan air tawar, karena tidak terlalu jauh

berbeda dengan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001 (kelas

III), dengan kadar fosfat ≤ 1 mg/L.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

Tabel 4.9 Hubungan antara parameter fisika, kimia dan nilai


Keanekaragaman Zooplankton
Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Fisika
Suhu (℃) 28 28 28
Kekeruhan (cm) 40 47 114
Penetrasi cahaya 980 980 980
(Lux)
Kimia
BOD 3,0 3,0 3,0
DO 5,3 4,6 3,8
COD 19,4 20,2 26,1
Fosfat 0,4331 0,5531 0,2849
Nitrat 6,53 8,33 7,01
pH 8,4 9,0 8,2
Nilai 2.026731 2.198279 2.320928
Keanekaragaman

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nnilai keanekaragaman

zooplankton yang baik terdapat pada stasiun 3 yaitu area keluarnya air

Waduk Tambak Boyo. Dari ketiga stasiun pengambilan data bila ditinjau

dari parameter fisika dan kimia, stasiun 3 memiliki nilai yang paling baik

dibandingkan dengan lokasi yang lain. Meskipun stasiun 3 adalah lokasi

yang memiliki nilai parameter fisika dan kimia yang paling baik, dilihat

dari hasil yang didapatkan pada stasiun lain juga memiliki nilai parameter

fisika dan kimia yang masih berada dalam batas normal suatu perairan.

Selain itu bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut PP.

No 82 Tahun 2001 yang ditinjau dari nilai pH, DO, BOD, COD, Nitrat dan

Fosfat perairan Waduk Tambak Boyo berada pada kelas II, yaitu perairan

yang masih layak untuk kegiatan budidaya ikan air tawar.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman jenis-

jenis zooplankton yang ada di Waduk Tambak Boyo dan hubungannya


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

dengan kualitas perairan yang ditinjau dari parameter fisika dan kimia air.

Parameter fisika yang diukur yaitu suhu, kekeruhan dan penetrasi cahaya.

Sedangkan parameter kimia yang diukur yaitu pH, DO, BOD, COD, PO4

(Fosfat), dan NO3 (Nitrat). Masih banyak parameter fisika dan kimia yang

belum diukur atau diteliti, sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat

dilakukan penelitian terhadap parameter fisika dan kimia yang lain yang

bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo

secar lebih detail. Untuk masyarakat yang berada di sekitar Waduk

Tambak Boyo dan masyarakat yang memanfaatkan waduk agar tidak

melakukan kegiatan atau aktivitas yang merusak atau menggangu perairan

Waduk Tambak Boyo guna menjaga kualitas perairan dan kelestarian

Waduk. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi pencemaran, sehingga

ekosistem di Waduk Tambak Boyo tetap terjaga.

7. Keterbatasan Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai keanekaragaman

jenis zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di Waduk

Tambak Boyo penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian

pada beberapa hal sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan pada malam hari dengan maksud untuk

memperoleh spesies zooplankton dengan jumlah yang banyak dan

bervariasi, namun jika dihubungkan dengan kualitas perairan di Waduk

Tambak Boyo yang dikategorikan masuk dalam golongan C yaitu

cocok untuk sarana rekreasi air hal tersebut tidak berpengaruh.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

Seharusnya penelitian ini dapat dilakukan baik pada siang hari maupun

pada malam hari.

b. Pengambilan sampel air pada penellitian ini dilakukan dengan

menenggelamkan planktonet ke dalam perairan Waduk Tambak Boyo

di area masuknya air sungai Tambak Bayan ke dalam waduk, area

masuknya air sungai Buntung dan area keluarnya air waduk namun

belum ditentukan kedalamannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN

Hasil penelitian Keanekaragaman Jenis Zooplankton dan Hubungannya

dengan Kualitas Perairan di Waduk Tambak Boyo, dapat dijadikan sebagai materi

pembelajaran Biologi. Penelitian ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran

Biologi kelas X semester II kurikulum 2013 yaitu pada bab keanekaragaman

hayati dengan kompetensi dasar 3.2 yang berisikan menganalisis data hasil

observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan

ekosistem) di Indonesia. Pada bab keanekaragaman hayati ini akan membahas

materi tentang keanekaragaman hayati pada tingkat gen, jenis atau spesies dan

tingkat ekosistem baik flora maupun fauna yang dimana tingkat keanekaragaman

hayati tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan

abiotik.

Aplikasi dalam pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan

kontekstual yang dimana konsep belajar tersebut membantu guru untuk

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami

oleh siswa dan mendorong siswa untuk membuat suatu hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan. Metode yang

akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode diskusi, ceramah, dan

tanya jawab. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model

pembelajaran kooperatif dimana pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok.

Dalam pembagian kelompok harus heterogen dimana dalam setiap kelompok

80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

harus ada siswa yang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam

penyelesaian permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan

ketrampilan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh 14 spesies

zooplankton yang terdiri dari 6 kelas. Ke enam kelas tersebut adalah

kelas Crustacea, kelas Rotifera, kelas Adenopherea, kelas Rhizopoda

(Sarcodina), kelas Cilliata dan kelas Sagittodea. Pada kelas Crustacea

diperoleh 5 spesies, yaitu : Halycops sp, Alonella dadayi, Hyperia sp,

Mesocylops sp dan Cylops vicinus. Selanjutnya pada kelas Rotifera

diperoleh tiga spesies, yaitu : Keratella valga vulgaris, Brachionus

angularis dan Lecane luna. Selanjutnya untuk kelas Adenopherea

diperoleh 2 spesies, yaitu : Rabdolaimus sp dan Anaplectus granulosus.

Selanjutnya kelas Rhizopoda (Sarcodina) diperoleh 2 spesies, yaitu :

Arcela vulgaris dan Astramoeba radiosa. Berikutnya kelas Cilliata

diperoleh 1 spesies, yaitu : Epalxis mirabilis. Kemudian kelas yang

terakhir adalah kelas Sagittodea diperoleh 1 spesies, yaitu : Sagitta

minima.

2. Indeks diversitas zooplankton pada setiap stasiun memiliki hasil yang

berbeda-berbeda. Pada stasiun 1 (area masuknya air Sungai Tambak

Bayan ke Waduk Tambak Boyo) diperoleh nilai sebesar 2,02, pada

stasiun 2 (area masuknya air Sungai Buntung ke Waduk Tambak Boyo)

diperoleh nilai sebesar 2,19 dan pada stasiun 1 (area keluarnya air Waduk

Tambak Boyo) diperoleh nilai sebesar 2,32. Berdasarkan klasifikasi

82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

Shannon-Wiener, indeks keanekaragaman zooplankton di Waduk

Tambak Boyo termasuk dalam kategori sedang yaitu berada di antara

1,0<H’3,0. Dimana hasil analisis nilai indeks keanekaragaman

zooplankton pada ketiga stasiun atau lokasi pengamatan yang berada di

antara 2,02-2,32.

3. Kualitas perairan waduk Tambak Boyo termasuk dalam baku mutu air

kelas II, yaitu layak digunakan untuk budidaya ikan air tawar, sarana

rekreasi air, peternakan dan mengairi pertanaman. Hal tersebut

berdasarkan nilai indeks keragaman zooplankton yang masuk dalam

kategori sedang dan ditinjau dari parameter fisika dan kimia air.

4. Hasil penelitian mengenai keanekaragaman zooplankton di Waduk

Tambak Boyo dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi untuk

peserta didik SMA kelas X karena hasil penelitian yang menghasilkan

keanekaragaman zooplankton yang dapat di kategorikan masuk dalam

materi keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem.

B. SARAN

1. Bagi Pemerintah Provinsi Deaerah Istimewa Yogyakarta khususnya

Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman diharapkan mengelola dan

memperhatikan kelestarian Waduk Tambakboyo agar kualitas perairan

dan ekositem di waduk tersebut tetap terjaga sehingga di masa

mendatang dapat difungsikan seperti tujuan awal pembangunan Waduk

Tambakboyo yaitu sebagai cadangan air untuk Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

2. Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Waduk Tambak Boyo

diharapkan agar tidak melakukan aktivitas atau kegiatan yang dapat

merusak dan mengganggu perairan Waduk Tambak Boyo guna menjaga

kualitas perairan dan kelestarian Waduk. Hal tersebut bertujuan agar

tidak terjadi pencemaran, sehingga ekosistem di Waduk Tambak Boyo

tetap terjaga.

3. Penelitian ini dilakukan pada malam hari sehingga bagi penelitian

lanjutan diharapkan melakukan penelitian baik itu pada siang hari mapun

malam hari. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui variasi spesies

zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di waduk

Tambak Boyo.

4. Kedalaman pengambilan sampel belum ditentukan sehingga untuk

penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengambilan sampel

dengan menentukan batas kedalaman tertentu.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Edi dan Evi Liviawati. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan.
Kanisius. Yogyakarta

Ahadiati, R. (2012). Studi Keanekaragaman Jenis Zooplankton untuk Mengetahui


Kualitas Perairan di Telaga Jongge Kecamatan Semanu Kabupaten
Gunungkidul Yogyakarta. Skripsi. Tidak dipbulikasikan. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Alaerts, G & Sri, S. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.

Arinardi, O.H., Trimaningsih dan Sudirjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton


Serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa
dan Bali. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Arinardi, O. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di


Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI : Jakarta.

Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi


Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi. Medan. USU Press.

Barus, T.A. 1996. Metode Ekologis Untuk Menilai Perairan Lotik. Jurusan
Biologi. FMIPA. USU.

Basmi. 1995. Planktonologi. Organisme Penyusun Plankton, Klasifikasi dan


Terminologi, Hubungan antara Fitoplankton dan Zooplankton, Siklus
Produksi umumnya di Perairan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Bougis, P. 1976. Marine plankton Ecology. American elsevier Publishing


Campany, INC, New York.

Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond Fish


Culture. Auburn. Auburn University.

Boyd, C. E. 1999. Management of Shrimp Ponds to Reduce the Eutrophication


Potential of Effluents. The Advocate, December 1999 : 12-13

Dahuri, R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

Dianthani, Dhani. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak,


Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dugan, P.R., 1972. Biochemical ecology of water pollution. Plenum press. New
York-London.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Kanisius.

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.

Habibie, M (2013). Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub


Das Gajahwong Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.

Hynes, H. B. N.1972. The Ecology of Runing Water. Toronto: University of


Toronto Press.

Jeffries, M., and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles and


Applications. John Wiley and Sons. Chicester UK.

Kaswadji, R.F., Widjaja dan Y. Wardianto. 1993. Produktiftas Primer dan Laju
Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia.

Kordi, M.G.H.K, 2010, Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan, PT


RINEKA CIPTA, Jakarta.

Krebs, C.J. 1978. Ecology. The Experimental Analyisis of Distribution and


Abundance. Harper and Row Publisher, London.

Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution of Abudance. Third


edition. New York: Haper & Row Publisher.

Lee et al. 1991. Benthic Macroinvertebrater and Fish as Biological Indicator of


Water Quality With Reference to Community Diversity Development
Countries. Bangkok. P. 233

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Chapman and
Hall. USA.

McNaughton. S. J. Dan L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum. Edisi Kedua. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Michael, P.1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.


Jakarta. UI Press.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

Novonty, V. Dan H. Olem. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and


Management of diffuse polution.van Nostrans Reinhold. New york.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta. Penerbit Universitas


Trisakti.

Nybakken, J. W. 1992, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah:


H.Muhammad Eidman. Jakarta. PT Gramedia Pustaka.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Second Edition. WB Sounder.

Omori, Makoto & Ikeda, Tsutomu. 1984. Methods in Marine Zooplankton


Ecology. John Wiley & Sons. New York

Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran air. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

Reynolds, Tom D dan Richards, Paul A. 1996. Unit perations and Processes in
Environmental Engineering. Boston. PWS Publishing Company.

Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 1999. Biologi Laut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta.

Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.


Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta.

Sachlan, H.S. 1982. Planktonologi. Semarang. Fakultas perikan dan peternakan


universitas diponegoro.

Sachlan, M. 1978. Planktonologi. Jakarta. Lembaga Oceanologi Indonesia.

Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Edisi Kedua. Jakarta. Rineka


Cipta.

Steeman-Nielsen, E. 1975. Marine Photosinthesis with Emphasis on the


Ecological Aspect. Elseiver Oceanography Series 13. Elseiver sci. Publ. Co.
Amsterdam.

Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas. Padang.

Sumich, J. L. 1992. An introduction to the Biology of Marine Life. Edisi ke-5.


Dubuque ; WmC Brown.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

Sumich, J. L., 1999. An Introduction to the Biology of Marine Life. Edisi ke-7.
WBC. McGrow-Hill, Inc.18 p.

Wardana, W.A. 1995. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta. Andi


Offeset.

Wardoyo, S. T. H. 1989. Kriteria Kualitas Air untuk Pertanian dan Perikanan.


Makalah pada Seminar Pengendalian Pencemaran Air. Bandung. Dirjen
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.

Welch, P. S . 1952. Limnology. Second edition. New York : McGraw Hill.

Wibisono, M.S. 2005. Pangantar Ilmu Kelautan. Jakarta : PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN

89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

SURAT HASIL PENGUJIAN SAMPEL


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93

SURAT IZIN PENELITIAN


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94

DAFTAR KLASIFIKASI ZOOPLANKTON


Kelas Gambar Karakteristik Klasifikasi
Rotifera 1. Mampu melakukan Kingdom : Animalia
reproduksi seksual Filum : Trochelminthes
dan aseksual secara Kelas : Rotifera
bersamaan Ordo : Monogonanta
2. Tubuh terdiri atas Famili : Brachionidae
kepala, badan dan Genus : Keratella
kaki Spesies : Keratella valga
3. Memiliki silia di monstrosa
bagian kepala yang
disebut corona

1. Mampu melakukan Kingdom : Animalia


reproduksi seksual Filum : Trochelminthes
dan aseksual secara Kelas : Rotifera
bersamaan Ordo : Monogonanta
2. Tubuh terdiri atas Famili : Brachionidae
kepala, badan dan Genus : Brachionus
kaki Spesies : Brachionus
3. Memiliki silia di angularis
bagian kepala yang
disebut corona
1. Mampu melakukan Kingdom : Animalia
reproduksi seksual Filum : Trochelminthes
dan aseksual secara Kelas : Monogononta
bersamaan Ordo : Ploima
2. Tubuh terdiri atas Family : Lecanidae
kepala, badan dan Genus : Lecane
kaki Spesies : Lecane luna
3. Memiliki silia di
bagian kepala yang
disebut corona
Adenophorea 1. Memiliki bentuk Kingdom : Animalia
tubuh yang salah Filum : Nematoda
satu ujungnya Kelas : Adenophorea
meruncing Ordo : Araeolaimida
Famili : Rambdolaceae
Genus : Rabdolaimus
Spesies : Rabdolaimus sp

1. Memiliki bentuk Kingdom : Animalia


tubuh yang salah Filum : Nematoda
satu ujungnya Kelas : adenophorea
meruncing Ordo : Rhabditia
Family : Cephalobidae
Genus : Anaplectus
Spesies : Anaplectus
granulosus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95

Crustacea 1. Mempunyai sel Kingdom : Animalia


yang terdiri dari Filum : Arthropoda
kitin atau kapur Kelas : Crustacea
yang sukar dicerna Ordo : Cylopoida
2. Memiliki rambut Famili : Cylopidae
rambut-rambut Genus : Halicylops
halus yang tumbuh Spesies : Halcylops sp
di apendiks

1. Mempunyai sel Kingdom : Animalia


yang terdiri dari Filum : Arthropoda
kitin atau kapur Kelas : Crustacea
yang sukar dicerna Ordo : Phyllopoda
2. Memiliki rambut Famliy : Chydoridae
rambut-rambut Genus : Allonella
halus yang tumbuh Spesies : Alonella dadayi
di apendiks

1. Memiliki antena Kingdom : Animalia


2. Mempunyai sel Filum : Arthropoda
yang terdiri dari Kelas : Crustacea
kitin atau kapur Ordo : Amphipoda
yang sukar dicerna Family : Hypericeae
3. Memiliki rambut Genus : Hyperia
halus yang tumbuh Spesies : Hyperia sp
di apendiks

1. Mempunyai sel Kingdom : Animalia


yang terdiri dari Filum : Arthropoda
kitin atau kapur Kelas : Crustacea
yang sukar dicerna Ordo : Cylopoida
2. Memiliki rambut Famili : Cylopidae
rambut-rambut Genus : Mesocylops
halus yang tumbuh Species : Mesocylops
di apendiks leukarti
3. Hidup bebas di
perairan

1. Mempunyai sel Kingdom : Animalia


yang terdiri dari Filum : Arthropoda
kitin atau kapur Kelas : Maxillopoda
yang sukar dicerna Ordo : Cyclopoida
2. Memiliki rambut Family : Cyclopidae
rambut-rambut Genus : Cyclops
halus yang tumbuh Spesies : Cyclops vicinus
di apendiks
3. Berukuran antara
satu dan beberapa
milimeter
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96

Rhizopoda 1. Uniseluler (bersel Kingdom : Animalia


(Sarcodina) tunggal Filum : Protozoa
2. Eukuariotik Kelas : Sarcodina
(memiliki Ordo : Testacea
membran nukleus) Family : Arcellaceae
3. Hidup soliter Genus : Arcella
maupun berkoloni Spesies : Arcela vulgaris

1. Makanan bagi ikan Kingdom : Animalia


dan avertebrata Filum : Protozoa
2. Memiliki kaki yang Kelas :Granuloreculosa
bentuknya seperti Ordo : Testacealobosa
akar tumbuhan Family : Hyalodisceae
3. Hidup soliter Genus : Astramoeba
maupun berkoloni Spesies : Astramoeba
radiosa

Ciliata 1. Uniseluler (bersel Kingdom : Animalia


tunggal Filum : Ciliophora
2. Eukuariotik Kelas : Ciliata
(memiliki Ordo : Spirotrichida
membran nukleus) Family : Epalcidae
3. Hidup soliter Genus : Epalxis
maupun berkoloni Spesies : Epalxis
4. Memiliki silia mirabilis
(bulu getar) yang
digunakan sebagai
alat gerak
Sagittoidea 1. Bentuk tubuh Kingdom :Animalia
umunya seperti Filum : -
torpedo Kelas : sagittoidea
2. Hidup bebas di Ordo : Aphragmonphora
perairan Famili : Sagittadea
Genus : Sagita
Spesies : Sagitta minima
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM


MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
SatuanPendidikan : SMA
Kelas : X

A. Kompetensi Inti
KI : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun,
responsif dan proaktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI : 3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya


tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

97
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN WAKTU BAHAN


Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati Indonesia
1.1. Mengagumi keteraturan dan  Konsep Mengamati Tugas 4 minggu  charta
kompleksitas ciptaan Tuhan keanekaragaman  Mengamati berbagai keanekaragaman hayati  - x 4 JP berbagai
tentang keanekaragaman hayati, gen, jenis, di Indonesia tingkat
ekosistem dan lingkungan hidup. ekosistem Observasi kehati
1.2. Menyadari dan mengagumi pola  Keanekaragaman Menanya  Pemahaman  charta kehati
pikir ilmiah dalam kemampuan hayati  Berbagai macam keanekaragaman hayati terhadap Indonesia,
mengamati bioproses Indonesia(gen, Indonesia, bagaimana cara mempelajarinya? keanekaragaman garis
1.3. Peka dan peduli terhadap jenis, ekosistem),  Bagaimana keanekaragaman hayati hayati Indonesia Wallace dan
permasalahan lingkungan hidup, flora, fauna, dikelompokkan? dari diskusi Weber
menjaga dan menyayangi mikroorganisme,  Apa manfaat Keanekaragaman hayati  Sikap ilmiah  Ensiklopedia
lingkungan sebagai manisfestasi Garis Wallace, Indonesia bagi kesejahteraan bangsa? dalam bertanya, flora fauna
pengamalan ajaran agama yang Garis Weber, memberikan Indonesia
dianutnya  Keunikan hutan Mengumpulkan data pendapat,  Gambar/foto
2.1. Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, hujan tropis (Eksperimen/Eksplorasi) menghargai karakter
jujur terhadap data dan fakta,  Upaya pelestarian  Mengamati berbagai tingkat keanekaragaman pikiran orang lain hutan hujan
disiplin, tanggung jawab,dan kehati Indonesia hayati Indonesia tropis
peduli dalam observasi dan dan  Mengelompokkan berbagai tingkat Portofolio  Charta
eksperimen, berani dan santun pemanfaatannya keanekaragaman hayati Indonesia dengan  - takson
dalam mengajukan pertanyaan  Sistem klasifikasi contoh-contohnya dari berbagai ekosistem  Charta
dan berargumentasi, peduli makhluk hidup: mulai dari savana sampai dengan Tes Kunci
lingkungan, gotong royong, taksan, klasifikasi tundra(flora, fauna, mikroorganisme), garis  Tertulis essay determinasi
bekerjasama, cinta damai, binomial. Wallace dan Weber dari peta atau berbagai tentang perbedaan
berpendapat secara ilmiah dan sumber tingkat
kritis, responsif dan proaktif  Mendiskusikan pemanfaatan kehati Indonesia keanekaragaman
dalam dalam setiap tindakan dan yang sudah dilakukan dan peluang hayati, persebaran
dalam melakukan pengamatan pemanfaatannya secara berkelanjutan dalam keanekaragaman
dan percobaan di dalam era ekonomi kreatif hayati, garis
kelas/laboratorium maupun di  Mengamati tentang takson dalam klasifikasi Wallace dan
luar kelas/laboratorium

98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dan mengenal kunci determinasi Weber


2.2. Peduli terhadap keselamatan diri  Tertulis essay
dan lingkungan dengan Mengasosiasikan pemahaman
menerapkan prinsip keselamatan  Mendiskusikan berbagai tingkat tentang takson
kerja saat melakukan kegiatan keanekaragaman hayati Indonesia dan dalam klasifikasi
pengamatan dan percobaan di memberi contohnya, memahami gairs dan kunci
laboratorium dan di lingkungan Wallace dan Weber determinasi
sekitar  Mendiskusikan untuk mengasosiasikan
3.2. Menganalisis data hasil obervasi pemahaman tentang takson dalam klasifikasi
tentang berbagai tingkat dan kunci determinasi
keanekaragaman hayati (gen,
jenis dan ekosistem) di Indonesia. Mengkomunikasikan
4.2. Menyajikan hasil identifikasi  Mempresentasikan secara lisan tentang
usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia
keanekaragaman hayati berdasarkan tingkat keanekaragamannya.
Indonesia berdasarkan hasil  Mempresentasikan takson-takson dalam
analisis data ancaman kelestarian klasifikasi dan kunci determinasi
berbagai keanekaragaman hewan  Mempresentasikan upaya pelestarian dan
dan tumbuhan khas Indonesia pemanfaatan keanekaragaman hayati
yang dikomunikasikan dalam Indonesia untuk kesejahteraan ekonomi
berbagai bentuk media informasi. masyarakat Indonesia dalam era ekonomi
kreatif

99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Mata Pelajaran : IPA BIOLOGI

Kelas / Semester : X / Gasal

Alokasi Waktu : 8 x 45 Menit ( 3 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101

KI 4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator


1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur pada
ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman Tuhan atas keanekaragaman
hayati, ekosistem dan lingkungan hidup. ciptaan-Nya
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur 2.1.1 Proaktif saat mengerjakan LKS dan
terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung bekerjasama dalam berdiskusi
jawab, dan peduli dalam observasi dan tentang keanekaragaman tingkat
eksperimen, berani dan santun dalam gen, jenis dan ekosistem
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, 2.1.2 Teliti dalam mengamati video
peduli lingkungan, gotong royong, tentang keanekaragaman hayati.
bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara
ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam
dalam setiap tindakan dan dalam melakukan
pengamatan dan percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium
3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang 3.2.1 Mendeskripsikan keanekaragaman
berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, tingkat gen, jenis dan ekosistem
jenis dan ekosistem) di Indonesia melalui gambar
3.2.2 Menyebutkan perbedaan
keanekaragaman tingkat gen,
jenis dan ekosistem
4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya 4.2.1 Mempresentasikan hasil
pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia pengamatan.
berdasarkan hasil analisis data ancaman
keletarian berbagai keanekaragaman hewan
dan tumbuhan khas Indonesia yang
dikomunikasikan dalam berbagai bentuk
media informasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102

C. Tujuan Pembelajaran

2.1.1.1 Melalui diskusi kelompok siswa proaktif untuk mengetahui

keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem.

2.1.1.2 Melalui video yang ditayangkan guru, siswa dapat mengamati

berbagai keanekaragaman hayati.

3.2.1.1 Siswa mampu menjelaskan konsep keanekaragaman gen, jenis,

ekosistem.

3.2.2.1 Siswa mampu menyebutkan perbedaan keanekaragaman hayati

tingkat gen, jenis dan ekosistem.

4.2.1.1 Setelah melakukan pengamatan gambar, siswa mengkomunikasikan

hasil melalui presentasi didepan kelas.

D. Materi Pembelajran

1. Pertemuan 1 :

 Konsep keanekaragaman hayati

 Berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia (Gen, Jenis dan

Ekosistem).

2. Pertemuan 2 :

 Presentasi hasil

 Upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia dan

pemanfaatannya

E. Metode Pembelajaran

 Pembelajaran kooperatif

 Diskusi dan tanya jawab


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103

 Ceramah

 Praktikum

F. Sumber Belajar

 Irmaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

 Sachlan, M., 1978,Planktonologi, Lembaga Oseanografi Indonesia,

Jakarta.

 LKS

 Internet

G. Media Pembelajaran

1. Media

 Laptop

 LCD projector

 Power point keanekaragaman hayati

 Kartu bergambar

2. Alat dan bahan

 Lembar Kerja Siswa

 Sampel air Waduk Tambak Boyo

 Mikroskop

 Gelas Benda

 Pipet tetes

 Tisu

 Botol Minuman Vit C

 Alat tulis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan 1 :

Pendahuluan 20 menit

 Guru menyiapkan kondisi belajar serta mengecek kehadiran siswa,

setelah itu membuka kegiatan belajar dengan berdoa

 Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk menggali pengetahuan

awal siswa mengenai keanekaragaman hayati dengan menunjukkan

dengan memberikan pertanyaan ‘’siapa yang tahu apa itu

keanekaragaman’’

 Motivasi : dilingkungan sekolah kita ada keanekaragaman hayati apa

saja yang kalian ketahui?

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti: 105 menit

 Guru membagi siswa dalam kelompok

 Guru menayangkan video tentang keanekaragaman hayati di

Indonesia untuk kemudian siswa mengamatinya

 Guru menanyakan ada berapa tingkat keanekaragaman hayati di

Indonesia

 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa

 Siswa mengamati gambar dalam LKS yang telah disediakan oleh

Guru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105

 Siswa melakukan diskusi dalam kelompok mengenai konsep dan

contoh-contoh keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem

yang ada dalam gambar

 Guru meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

kelompok lain menanggapi

Penutup: 10 menit

 Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan merefleksikan hasil

belajarnya

 Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

 Guru memberitahu materi berikutnya untuk persiapan praktikum

2. Pertemuan 2

Pendahuluan: 10 menit

 Guru menyiapkan kondisi belajar serta mengecek kehadiran siswa,

setelah itu membuka kegiatan belajar dengan berdoa

 Guru mennanyakan kesiapan praktikum setiap kelompok

 Guru membagikan kembali LKS yang untuk mengerjakan praktikum

Kegiatan Inti: 110 menit

 Guru menjelaskan peralatan dan cara pengamatan pada saat

praktikum.

 Siswa mengamati sampel air kolam yang dibawa dengan

menggunakan mikroskop

 Siswa menggambar zooplankton yang diperoleh pada saat

pengamatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106

 Siswa mengidentifikasi zooplankton yang diperoleh

 Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara

Penutup: 15 menit

 Guru mengajak siswa membuat rangkuman mengenai hasil belajar

yang telah dilakukan.

 Guru meminta siswa untuk membuat laporan praktikum resmi

 Guru memberitahukan kepada siswa mengenai persiapan ulangan

harian pada pertemuan berikutnya.

3. Pertemuan 3

Ulangan harian 2 (2 x 45 menit).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107

LEMBAR KERJA SISWA

KEANEKARAGAMAN HAYATI

A. Tujuan

1. Melalui LKS siswa proaktif untuk mengetahui keanekaragaman

tingkat gen, jenis dan ekosistem.

2. Melalui LKS siswa dapat mengamati zooplankton yang diperoleh pada

saat pengamatan

3. Melalui LKS siswa mampu menyebutkan perbedaan keanekaragaman

hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem.

B. Bahan

1. Alat tulis

2. Sampel air Waduk Tambak Boyo

3. Mikroskop

4. Gelas Benda

5. Tisu

6. Botol minuman vit C

7. Pipet tetes

C. Bahan diskusi

1. Gambar hasil pengamatan!

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108

2. Identifikasi zooplankton yang diperoleh berdasarkan klasifikasinya!

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

3. Sebutkan karakteristik zooplankton yang diperoleh!

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109

INSTRUMEN TES TERTULIS

Kisi-kisi soal
Indikator

Mengevaluasi

Menciptakan
Menganalisis
Menerapkan
Memahami
Mengingat

Jumlah
(C1)

(C2)

(C3)

(C4)

(C5)

(C6)
3.2.3 Mendeskripsikan 1 2 2
keanekaragaman
tingkat gen, jenis dan
ekosistemmelalui
gambar

3.2.4 Menyebutkan 4 3 2
Upayapelestariankean
ekaragaman hayati

Soal :
1. Sebut dan jelaskan tingkat keanekaragaman hayati?(25)
2. Berikan contoh dari masing-masing tingkat keanekaragaman hayati?(25)
3. Pahamilah dua pernyataan dibawah ini!
a. Zooplankton dari jenis Halycops sp merupakan zooplankton
yang berasal dari kelas Crustacea yang habitatnya dapat ditemukan diperairan
tawar dan laut.
b. Zooplankton jenis Lecane luna yang berasal dari kelas Rotifera banyak
terdapat diperairan tawar.
Dari kedua contoh zooplankton diatas menunjukkan keanekaragaman dari
tingkat apa saja?(30)
4. Sebutkan kegiatan yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati?(20)
Jawaban :
1. Kenakeragaman tingkat gen : merupakan keanekaragaman atau variasi yang dapat
ditemukan diantara organisme dalam satu spesies.
Keanekaragaman tingkat jenis : merupakan keanekaragaman yang ditemukan diantara
organisme yang tergolong dalam spesies yang berbeda
Keanekaragaman tingkat ekosistem : merupakan keanekaragaman yang dapat
ditemukan diantara ekosistem
2. Keanekaragaman tingkat gen : perbedaan ciri yang ditemukan pada zooplankton jenis
Halycops sp dan Mesocylops leukarti adalah ada atau tidaknya bulu getar di bagian
kepala.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110

Kenekaragaman tingkat jenis : keanekaragaman yang ditemukan pada zooplankton


jenis Crustacea dan Rotifera yang dimana kedua zooplankton tersebut memiliki
perbedaan dari jenis atau spesiesnya.
Keanekaragaman tingkat ekosistem : perbedaan keanekaragaman zooplankton pada
perairan tawar dan perairan laut.

3. Zooplankton dari jenis Halycops sp memiliki tingkat keanekaragaman tingkat


ekosistem dimana dari jenis zooplankton tersebut ada yang habitatnya diperairan laut
dan perairan tawar. Selain itu terdapat keanekaragaman tingkat spesies atau jenis
yang terjadi pada zooplankton Halycops sp dan Lecane luna yang dimana dua
zooplankton tersebut berasal dari spesies yang berbeda.

4. Kelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan cara melestarikan


makhluk hidupnya selain itu menjaga keutuhan lingkungan baik lingkungan abiotik
maupun biotik juga harus dilakukan. Lingkungan menjadi penting karena merupakan
pendukung kehidupan setiap organisme.

Intrumen Penilaian Presentasi

No. Skala 1 2 3 4 Skor


Kriteria
1. Bila presentasi jelas
2. Bila bahasa yang digunakan baik
3. Bila suara jelas
4. Bila menguasai materi presentasi
5. Bila menjawab pertanyaan dengan tata
cara yang baik
Dst
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111

Instrumen Penilaian Sikap


No Nama peserta Aspek yang dinilai Jumlah Nilai
didik skor
Butir Soal
Proaktif Sungguh- Jujur Tanggung Menghargai
sungguh Jawab Teman
1
2
3

Keterangan :
Rentang Nilai antara 1 – 3 dengan kategori
1 : kurang
2 : Cukup
3 : Baik

Penilaian Tes
No Nama Siswa Butir Soal Jumlah Nilai
Skor Siswa
1 2 3 4
Skor
1
2
3
4
5
Dst.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112

Rubric Penilaian
Soal Skor Kriteria umum
1 20-25 Menyebutkan dan menjelaskan tingkat
keanekaragaman hayati secara lengkap dan
tepat
10-19 Menyebutkan dan menjelaskan tingkat
keanekaragaman hayati tetapi tidak secara
lengkap
1-9 Menyebutkan tingkat keanekaragaman
hayati tetapi tidak menjelaskan
0 Tidak menjawab sama sekali
2 20-25 Memberikan contoh masing-masing tingkat
keanekaragaman hayati secara lengkap dan
tepat
10-19 Memberikan contoh masing-masing tingkat
keanekaragaman hayati tetapi tidak lengkap
1-9 Memberikan contoh masing-masing tingkat
keanekaragaman hayati tetapi tidak tepat
0 Tidak menjawab sama sekali
3 21-30 Menunjukkan tingkat keanekaragaman dari
kedua spesies zooplankton secara lengkap
dan tepat
11-20 Menunjukkan tingkat keanekaragaman dari
kedua spesies zooplankton tetapi tidak
lengkap
1-10 Menunjukkan tingkat keanekaragaman
salah satu spesies zooplankton dan kurang
tepat
0 Tidak menjawab sama sekali
4 20-25 Menyebutkan upaya pelestarian
keanekaragaman hayati secara lengkap dan
tepat
11-19 Menyebutkan upaya pelestarian
keanekaragaman hayati dengan tepat tetapi
tidak lengkap
1-9 Menyebutkan upaya pelestarian
keanekaragaman hayati kurang lengkap dan
kurang tepat
0 Tidak menjawab sama sekali
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113

INSTRUMEN PENILAIAN OBSERVASI

No Aspek Indikator Kategori


Baik Cukup Kurang
1 Keaktifan Aktif mengemukakan pendapat
Aktif bertanya
Aktif menanggapi pendapat
2 Kerjasama Bertanggung jawab terhadap tugas
kelompok
Mengerjakan tugas kelompok bersama
teman kelompok lain
Menghargai pendapat orang lain
3 Percaya Diri Mampu berbicara dengan suara lantang
Mampu mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas
Berani mempertahankan pendapat
Kategori:
Baik = 3 indikator terpenuhi
Cukup = 2 indikator terpenuhi
Kurang= 1 indikator terpenuhi
Skor Perolehan
Nilai Akhir = x 100
Skor Maksimal

Keterangan
Nilai Kategori
91 – 100 Amat baik
81 – 90 Baik
71 – 80 Cukup
60 – 70 Kurang
< 60 Sangat kurang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114

DOKUMENTASI PENELITIAN

A. Foto Waduk Tambak Boyo


No Gambar Keterangan
1 Stasiun 1 (area
masuknya sungai
Tambak Bayan menuju
Waduk Tambak Boyo)

2 Aliran air sungai


Tambak Bayan yang
menuju Tambak Boyo

3 Stasiun 2 (area
masuknya air sungai
Buntung meunuju
Tambak Boyo)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115

4 Aliran air sungai


Buntung yang meuju ke
Tambak Boyo

5 Stasiun 3 (area keluarnya


air dari Waduk Tambak
Boyo)

Genangan air yang


menuju ke arah
keluarnya air dari Waduk
Tambak Boyo
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116

B. Foto Pengambilan Sampel dan Pengukuran (pH dan suhu)


No Gambar Keterangan
1 Pengambilan sampel air
menggunakan planktonet

2 Pengukuran pH air
menggunakan pH meter

3 Pengukuran Suhu air


menggunakan termometer
air raksa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117

C. Foto Pengamatan Sampel di Laboratorium


No Gambar Keterangan
1 Botol sampel dikocok agar
sampel homogen

3 Penetesan sampel air ke gelas


obyek menggunakan pipet
tetes

4 Gelas obyek yang siap


diamati di mikroskop
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118

5 Gelas obyek diletakkan di


meja mikroskop

6 Pengamatan sampel dengan


mikroskop

Anda mungkin juga menyukai