Asuhan Keperawatan Plasenta Akreta
Asuhan Keperawatan Plasenta Akreta
MAKALAH
oleh
Kelompok 16
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1
ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA AKRETA
MAKALAH
oleh
UNIVERSITAS JEMBER
2016
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat dan segala
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Plasenta Akreta” tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan
penanggung jawab mata kuliah.
Sekian semoga adanya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB 2. Tinjauan Teori......................................................................................3
2.1 Pengertian......................................................................................................3
2.2 Epidemiologi..................................................................................................3
2.3 Etiologi...........................................................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala...........................................................................................4
2.5 Patofisiologi...................................................................................................4
2.6 Komplikasi & Prognosis................................................................................5
2.7 Pengobatan & Pencegahan.............................................................................5
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................6
2.9 Pathway..........................................................................................................9
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................10
3.1 Pengkajian .....................................................................................................10
3.2 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................11
3.3 Analisis Data..................................................................................................13
3.4 Diagnosa........................................................................................................14
3.5 Intervensi........................................................................................................15
3.6 Implementasi..................................................................................................18
3.7 Evaluasi..........................................................................................................20
BAB 5. PENUTUPAN........................................................................................22
4.1 Kesimpulan....................................................................................................22
4.2 Saran .............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................23
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1 . 2 Tujuan
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Plasenta akreta adalah tertahanya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo,2007). Plasenta akreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium (menembus desidua basalis). Plasenta akreta adalah plasenta yang
melekat secara abnormal pada uterus, dimana villi korionik berhubungan langsung
dengan miometrium tanpa desidua diantaranya. Desidua endometrium merupakan
barier atau sawar untuk mencegah invasi villi plasenta ke miometrium uterus.
Pada plasenta akreta, tidak terdapat desidua basalis atau perkembangan tidak
sempurna dari lapisan fibrinoid.
2.2 Epidemiologi
3
operasi caesar. Selain kondisi di atas, risiko untuk terkena plasenta akreta juga
tinggi apabila seorang wanita:
a. Memiliki posisi plasenta pada bagian bawah rahim ketika hamil.
b. Menderita plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh
dinding rahim).
c. Menderita fibroid rahim submukosa (rahim tumbuh menonjol ke dalam
rongga rahim).
d. Memiliki jaringan parut atau kelainan pada endometrium (dinding rahim
bagian dalam).
2.4 Tanda dan Gejala
1. Plasenta gagal terlepas setelah 30 menit setelah bayi lahir
2. Perdarahan hebat bisa terjadi bergantung pada bagian plasenta yang terkena
3. Histerektomi cesarian
Pada kala III persalinan, plasenta belum lepas setelah 30 menit dan
perdarahan banyak. Plasenta akreta dapat menimbulkan terjadinya perdarahan
obsterik yang masif, sehingga dapat menimbulkan komplikasi seperti
dissaminated intravascular coagulopathy (DIC) yakni suatu kelaina yang jarang
terjadi dan pada DIC terjadi pembentukan bekuan darah yang sangat banyak dan
dapat terjadi perdarahan di seluruh tubuh yang kemudian bisa menyebabkan
terjadinya syok, kegagalan organ dan kematian. Memerlukan tindakan
histerektomi, cedera operasi pada ureter, kandung kemih, dan organ visera
lainnya, adult respiratory distress syndrome, gagal ginjal, hingga kematian.
Jumlah darah yang hilang saat persalinan pada wanita dengan plasenta akreta rata-
rata 3000 – 5000 ml. Dibeberapa senter, plasenta akreta menjadi penyebab utama
dilakukannya histerektomi cesarian.
2.5 Patofisiologi
4
ini menjadi masalah saat proses persalinan dimana plasenta tidak akan terlepas
dan akan terjadi perdarahan masif.
Komplikasi dari plasenta akreta seperti emboli paru atau tersumbatnya arteri
paru-paru oleh gumpanan darah, infeksi, dan masalah pada kehamilan berikutnya
(meliputi plasenta akreta yang kambuh, kelahiran prematur, dan keguguran) juga
bisa terjadi apabila masih ada bagian plasenta yang melekat di dinding rahim.
Komplikasi genital, saluran kemih yang umum dan termasuk cystotomy pada
sekitar 15% kasus dan cidera ureter sekitar 2% kasus. Oleh karena itu diagnosis
prenatal yang akurat sangat penting untuk meminimalkan risiko ini.
Tindakan yang dapat di lakukan pada pasien plasenta akreta yaitu dengan
melepaskan secara manual. Pada plasenta akreta yang parsialis dapat dilepaskan
secara manual tetapi plasenta akreta kompleks tidak boleh dilepaskan secara
manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim.
5
2.8 Penatalaksanaan
6
ginekologi jika tersedia. Penting untuk meminimalkan jumlah perdarahan dan
yakin bahwa perdarahan yang terjadi diganti secara benar dan adekuat karena perdarahan
yang terjadi sering dalam jumlah yang banyak, penggantian dengan
packed red blood cells, beresiko menimbulkan disseminated intravascular
coagulopathy. Oleh karenanya faktor koagulasi harus diberikan secara adekuat
dan cepat. Transfusi darah segar dan penggunaan sel darah yang disimpan sebelumnya dapat
mengurangi kebutuhan transfusi dengan menggunakan donor lainnya. Beberapa
senter melakukan hemodilusi normovolemik akut untuk mengurangi kebutuhan
darah. Anastesi regional menunjukkan lebih aman didalammanajemen plasenta
akreta. Oklusi balon kateter dan embolisasi oklusi balon kateter atau embolisasi
pembuluh darah pelvik menurunkan aliran darah ke rahim dan berpotensi
mengurangi perdarahan dan memungkinkan melakukan operasi lebih mudah,
lebih terkontrol, dan mengurangi perdarahan masif. Dua cara yang berbeda telah
dideskripsikan.
Cara pertama, preoperatif dilakukan pemasangan balon kateter untuk
menyumbat arteri iliaka interna.Kateter ini diinflasi setelah bayi lahir, dan
dikontrol selama opersi berlangsung dan dideflasikan setelah operasi selesai. Cara
lainnya kateter dengan atau tanpa balon diletakkan preoperasi pada arteri iliaka
interna, dan embolisasi pembuluh darah dilakukan setelah bayi lahir dan sebelum
dilakukannya histerektomi.
a. Penanganan tanpa Histerektomi
Histerektomi menyebabkan hilangnya fertilitas seseorang, dan
dihubungkan dengan morbiditas dan kemungkinan mortalitas, termasuk cedera
operasi, menyebabkan distorsi jaringan dan terkadang membutuhkan transfusi
darah. Untuk meminimalkan komplikasi ini dan menjaga fertilitas seseorang, saat
ini beberapa orang lebih senang untuk mempertahankan unterus dan mencegah
histerektomi. Umumnya pada kasus ini, plasenta dibiarkan in situ dan tidak
diambil pada saat dilepas. Prosedur tambahan meliputi embolisasi pembuluh
darah iliaka interna. Terapi dengan methotreksat, reseksi segmen uterus yang
terlibat, penggunaan jahitan kompresi uterus, dan penjahitan plasental bed .
Wanita yang akan memilih penanganan konservatif harus diberi penjelasan secara
7
intensif bahwa hasil akhirnya tidak dapat diprediksi dan memiliki resiko
komplikasi yang cukup tinggi termasuk kematian. Hal ini memungkinkan dimasa
mendatang penanganan konservatif memegang peranan penting didalam
penanganan plasenta akreta. Akan tetapi, pada saat ini pilihan ini
tidak direkomendasikan sebagai terapi utama.
b. Terapi Methotreksat
Methotreksat, antagonis folat, telah direkomendasikan untuk penanganan
plasenta akreta. Methotreksat bekerja terutama dalam memcegah secara cepat
dalam pembelahan sel dan efektif mencegah proliferasi trofoblas. Akan tetapi
pada saat ini beberapa berpendapat bahwa setelah bayi lahir, plasenta tidak lagi
membelah dan pemberian methotreksat tidak berguna.
c. Invasi ke Kandung kemih
Kandung kemih merupakan organ ekstrauterin yang paling
sering terinvasipada plasenta perkreta. Invasi pada kandung kemih berhubungan
denganpeningkatan morbiditas. Washecka dan Behling melakukan metaanalisis
pada 54 kasus plasenta perkreta dengan invasi ke kandung kemih. Mereka
menemukan gejala hematuria sebelum persalinan hanya terjadi pada 17 kasus
(31%). Walaupun sistoskopi telah dilakukan pada 12 pasien, tetapi
tidak membantu didalam menegakkan diagnosis. Dalam 33% kasus, diagnosis
telah ditegakkan prenatal denga ultrasonografi atau MRI. Morbiditas maternal
sangat tinggi, dengan 39 komplikasi urologik. Meliputi laserasi kandung kemih
(26%), fistula traktus urinarius (13%), gross hematuria (9%), ureteral transaction
(6%),dan mengecilnya kapasitas kandung kemih (4%). Parsial sistektomi
dilakukanpada 24 kasus (44%). Dimana terjadi tiga kematian ibu (5,6%) dan 14
kematian bayi (25,9%). Penanganan pasien dengan invasi ke kandung
kemih membutuhkan perencanaan perioperative dan sebaiknya melibatkan ahli
uroginekologik, urolog,dan onkolog ginekologik. Sistoskopi preoperative dan
penempatan stent ureter dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi ureter,
sehingga mengurangi resiko kerusakan atau cedera ureter. Invasi pada kandung
kemih kadang membutuhkan reseksi kandung kemih dan terkadang uretere.
Sistostomi intensif dapat membantu untuk mengidentifikasi seberapa jauh invasi
ke kandung kemih dan lokasi dari ureter.
8
2.9 Pathway
PATHWAYS
FAKTOR RESIKO:
Nyeri akut
Desidua terkelupas
Kekurangan Pembuluh darah PLASENTA AKRETA
dan sisa di Hematoma pada
volume cairan plasenta
miometrium desidua basalis
Perdarahan
Kehilangan volume Kehilangan vaskular yang vagina
cairan aktif berlebihan
Ansietas Kurang pengetahuan Resiko infeksi
9
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny. Y berusia 37 tahun datang ke rumah sakit telah melahirkan anak keduanya
dengan jenis kelamin perempuan. Namun sampai sekarang, plasentanya masih
sulit dilepas walaupun telah dibantu oleh penolong persalinan. Berdasarkan hasil
dari pemeriksaan, didapatkan TD 130/90 mmHg, RR 20x/m, N 90x/m, S 37
derajat celcius. Selain itu, kontraksi uterus berkurang, klien juga kehilangan
banyak darah sekitar 420 cc, Hb turun (<7 g/dl), dan terjadi nyeri pada bagian
perut. Berdasarkan pengalaman klien sebelum melahirkan, ternyata klien jarang
berkonsultasi dan tidak melakukan USG dengan dokter kandungan sehingga tidak
pernah mengetahui kondisi janinnya sebelum lahir.
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny.Y
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Alamat :-
Diagnosa medis : Plasenta Akreta
b. Keluhan Utama
Klien sebelum datang ke rumah sakit merasakan kontraksi. Setelah anaknya
lahir plasenta tidak ikut keluar. Ibu belum pernah USG sehingga tidak
mengetahui kondisi janinnya. Klien mengeluh nyeri di perut dan mengalami
pendarahan parah dikarenakan sempat di paksa keluar saat anaknya lahir.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Klien tidak pernah memiliki riwayat SC sejak melahirkan anak pertamanya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat.
10
e. Riwayat Kehamilan
Tgl Usia Jenis Temp Kompli Peno Bayi Nifas
Lahir Keha- Persa- at kasi long
milan linan Persa- Ib Ba n PB/B Kea Loc- Lak-
Linan u yi o B/JK da- hea tasi
an
15- 40 Spon- Puske - - Bi- 1. -/350 Baik Nor- Lan-
07-07 mgu tan smas dan 0/pr mal car
(atrm)
11
D. Cardiovaskuler
TD : 130/90 mmHg
palpitasi : tidak ada
clubbing fingger : tidak ada
E. Persyarafan
Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6
Kepala dan wajah : simetris
Mata : sklera putih
Conjungtiva : anemis
Pupil : isokor.
Leher : tidak ada kelainan.
F. Persepsi Sensori
Pendengaran : normal /dbn.
Penciuman : normal /dbn.
Pengecapan : normal /dbn.
Penglihatan : normal /dbn.
Perabaan : normal /dbn.
G. Pencernaan-Eliminasi
Mulut dan tenggorokan : mulut bersih
Abdomen : tidak ada kelainan.
Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/hari
Perkemihan
Produksi urine : normal (± 1500 ml)
Warna : kuning kecoklatan,
Bau : Khas
H. Tulang-Otot-Integumen
Kemampuan pergerakan menurun
Extrimitas atas dan bawah sebelah kiri tidak ada kelainan
Tulang belakang tidak ada kelainan.
Kulit : sawo matang
Akral : dingin
Turgor kulit : normal.
12
I. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan
J. Sosial/Interaksi
Hubungan dengan klien : baik
Dukungan keluarga : aktif
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif
Reaksi saat interaksi : kooperatif
K. Spiritual
Konsep tentang penguasa kehidupan :Allah
Sumber kekuatan/harapan di saat sakit : Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi
situasi sakit saat ini : Ya
Keyakinan/kepercayaa bahwa penyakit dapat disembuhkan : Ya
3.3 Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DO Perdarahan pada Nyeri akut
TTV : pembuluh darah
- TD 130/90 mmHg plasenta
- N 90x/menit
- RR 20x/menit Hematoma pada
- S:370C desidua basalis
- Pasien tampak merintih
dan kondisi tampak Desidua terkelupas
menurun dan tersisa pada
- Pasien nampak lemah miometrium
- Skala nyeri 6 (sedang)
DS Plasenta tertekan
Pasien mengeluh nyeri
pada perut Uterus berkontraksi
Nyeri
2 DO Perdarahan Kekurangan volume
13
- TD 130/90 mmHg, pada vagina cairan
- nadi 90x/menit ,
- RR 20x/menit s:370C
Kehilangan vaskular
- Hb <7 gr/dl
yang berlebihan
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Klien nampak pucat
Kehilangan volume
DS: klien mengatakan
cairan aktif
mengalami perdarahan
pada vaginanya
Kekurangan
volume cairan
14
3.5 Intervensi
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut Tujuan : 1. Jelaskan penyebab nyeri 1. Memberikan informasi mengenai
berhubungan Setelah dilakuka tindakan pada klien penyebab nyeri yang diderita akan
dengan keperawatan selama 3x24 2. Ajarkan teknik relaksasi membaut klien menjadi lebih kooperatif
kontraksi uterus jam diharapkan klien distraksi pernapasan dengan tindakan yang akan diberikan
dapat beradaptasi dengan 3. Berikan posisi yang nyaman 2. Teknik relaksasi distraksi pernapasan
nyeri yang dialami dengan (miring ke kiri atau ke dapat mendorong klien untuk rileks dan
kriteria hasil : kanan) mengajarkan kepada klien cara
1. Klien dapat melakukan 4. Berikan teknik relaksasi mengatasi dan mengontrol nyeri
tindakan untuk massage pada perut dan 3. Posisi miring mencegah penekanan
mengurangi nyeri punggung pada vena cava
2. Klien kooperatif 5. Libatkan suami dan keluarga 4. Meningkatkan relaksasi dan
dengan tindakan yang dalam tindakan meningkatkan koping dan kontrol klien
diberikan pengontrolan nyeri terhadap nyeri
6. Kolaborasi dalam pemberian 5. Melibatkan suami dan keluarga dapat
analgetik memberikan dukungan mental kepada
15
klien
6. Analgetik dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan klien dengan memblok
impuls nyeri
2. Resiko tinggi Tujuan : 1. Kaji kondisi status 1. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
defisit volume Setelah diberikan tindakan hemodinamika akibat abortus
cairan keperawatan selama 3x24 2. Ukur pengeluaran harian 2. Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
berhubungan jam diharapkan intake dan 3. Catat intake dan output kebutuhan harian ditambah dengan
dengan output cairan klien 4. Observasi nadi dan TD jumlah cairan yang hilang pervaginal
perdarahan yang kembali adekuat dengan 5. Pantau nilai hasil 3. Mengetahui penurunan sirkulasi
terus-menerus kriteria hasil: laboratorium Hb atau terhadap destruksi sel darah merah
a. TTV dalam keadaan hematokrit 4. Mengetahui tanda syok hipovolemik
normal 6. Evaluasi status 5. Menghindari perdarahan spontan
b. Perdarahan berkurang hemodinamika karena proliferasi sel darah merah
sampai dengan berhenti Berikan sejumlah IV line 6. Penialaian dapat dilakukan melalui
Kulit tidak pucat sesuai indikasi pemeriksaan fisik
Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit dan transfuse mungkin
diperlukan pada perdarahan massif
3. Resiko tinggi Tujuan : 1. Kaji kondisi keluaran; 1. Perubahan yang terjadi pada keluaran
16
infeksi Setelah dilakukan jumlah, warna, dan bau perlu dikaji setiap saat. Adanya bau
berhubungan tindakan keperawatan 2. Terangkan pada klien yang tidak enak disertai dengan warna
dengan sisa selama 3x24 jam pentingnya perawatan vulva yang gelap merupakan tanda infeksi
plasenta yang diharapkan tidak terjadi selama masa perdarahan 2. Infeksi dapat terjadi akibat kurangnya
tertinggal di infeksi selama perawatan 3. Lakukan perawatan vulva kebersihan genital di bagian luar
uterus perdarahan dengan kriteria 4. Observasi suhu tubuh 3. Inkubasi kuman pada area genital yang
hasil : 5. Pantau nilai laboratorium relative cepat dapat menyebabkan
a. Tidak ada tanda-tanda jumlah leukosit dan darah infeksi
infeksi lengkap 4. Mengetahui infeksi lebih lanjut
b. Luka membaik 6. Berikan obat sesuai terapi 5. Penurunan sel darah putih akibat dari
proses penyakit dapat menyebabkan
sistem kekebalan tubuh menurun
6. Pemberian antibiotika dapat mencegah
proses berkembang biaknya bakteri
4. Ansietas Tujuan : 1. Anjurkan klien untuk 1. Mengungkapkan perasaan tentang hal-
berhubungan Setelah diberikan tindakan mengemukakan hal-hal yang hal yang dicemaskan dapat mengurangi
dengan kurang keperawatan selama 3x24 dicemaskan beban pikiran klien
terpaparnya jam klien diharapkan tidak 2. Beri penjelasan tentang 2. Mengurangi kecemasan klien mengenai
informasi klien cemas dan dapat mengerti kondisi janin kondisi janinnya
17
tentang keadaan tentang keadaannya 3. Beri penjelasan tentang 3. Mengurangi kecemasan klien mengenai
patologi yang dengan kriteria hasil : kondisi klien kondisinya
dialami a. Klien melaporkan 4. Anjurkan keluarga untuk 4. Dukungan keluarga dapat memberikan
cemas berkurang mendampingi dan member rasa aman kepada klien dan mengurangi
b. Klien tampak tenang dukungan kepada klien kecemasan klien
dan tidak gelisah 5. Anjurkan penggunaan 5. Memberikan perasaan rileks sehingga
teknik pernapasan dan dapat menurunkan kecemasan klien
latihan relaksasi
No Hari/
Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf
tanggal
Nyeri akut berhubungan dengan 1. Menjelaskan penyebab nyeri pada klien Kelomp
1
kontraksi uterus 2. Mengajarkan teknik relaksasi distraksi pernapasan ok 16
3. Memberikan posisi yang nyaman miring ke kiri
4. Memberikan teknik relaksasi maasage pada perut dan
punggung
5. Melibatkan suami dalam tindakan pengontrolan nyeri
18
6. Mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik sesuai
indikasi
2 Resiko tinggi deficit volume 1. Mengkaji kondisi status hemodinamika Kelomp
cairan berhubungan dengan 2. Mengukur pengeluaran harian ok dua
perdarahan yang terus-menerus 3. Mencatat intake dan output
4. Mengobservasi nadi dan TD
5. Memantau nilai hasil laboratorium Hb atau hematokrit
6. Mengevaluasi status hemodinamika
7. Memberikan sejumlah IV line sesuai indikasi
3 Resiko tinggi infeksi 1. Mengkaji kondisi keluaran; jumlah, warna, dan bau Kelomp
berhubungan dengan sisa 2. Menerangkan pada klien pentingnya perawatan vulva ok 16
plasenta yang tertinggal di uterus selama masa perdarahan
3. Melakukan perawatan vulva
4. Mengobservasi suhu tubuh
5. Memantau nilai laboratorium jumlah leukosit dan darah
lengkap
6. Memberikan obat sesuai terapi
4 Ansietas berhubungan dengan 1. Menganjurkan klien untuk mengemukakan hal-hal yang Kelomp
kurang terpaparnya informasi dicemaskan ok 16
klien tentang keadaan patologi 2. Memberikan penjelasan tentang kondisi janin
19
yang dialami 3. Memberikan penjelasan tentang kondisi klien
4. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi dan
memberi dukungan kepada klien
5. Menganjurkan penggunaan teknik pernapasan dan
latihan relaksasi
3.7 Evaluasi
20
Resiko tinggi infeksi S: Klien mengatakan luka mulai membaik Kelomp
berhubungan dengan sisa O: Suhu normal, tidak tampak ada perdarahan ok 16
plasenta yang tertinggal A: Masalah resiko tinggi infeksi teratasi
di uterus P: Intervensi dihentikan
Ansietas berhubungan S: Klien mengatakan sudah mengerti dengan keadaannya dan akan Kelomp
dengan kurang mengikuti tindakan yang akan diberikan ok 16
terpaparnya informasi O: Klien tampak tenang dan tidak gelisah
klien tentang keadaan A: Masalah ansietas teratasi
patologi yang dialami P: Intervensi dihentikan
21
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Plasenta akreta adalah tertahanya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo,2007). Plasenta
akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium (menembus desidua basalis). Plasenta akreta adalah
plasenta yang melekat secara abnormal pada uterus, dimana villi korionik
berhubungan langsung dengan miometrium tanpa desidua diantaranya.
Insiden plasenta akreta telah meningkat dan tampaknya berbanding lurus
dengan tingkat kelahiran SC yang meningkat. Insiden plasenta akreta paling
sering terjadi pada wanita yang memiliki riwayat SC sebelumnya. Risiko
seorang wanita terkena plasenta akreta bisa terus meningkat tiap kali dirinya
hamil, terlebih lagi jika berusia di atas 35 tahun. Selain itu, kasus plasenta
akreta juga banyak ditemukan pada wanita yang sebelumnya melakukan
operasi rahim, termasuk operasi caesar.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4.2.2 Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah
infeksi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal Dan Maternal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007
Constance,Sinclair. 2003. A Midwife’s Handbook. Jakarta:EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31956/5/Chapter%20I.pdf
(diakses pada tanggal 10 September 2016 pukul 16.00)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-fosianaaul-7511-2-
babii.pdf (diakses pada tanggal 10 September 2016 pukul 10.00)
23