Rangkaian Static Kramer
Rangkaian Static Kramer
STATIC KRAMER
Nina Paramyta IS1, Ali Kasim2
Dosen Universitas Bina Darma1,2
Jln. Jenderal Ahmad Yani No.3 Palembang
Surel : ninasudibyo@binadarma.ac.id1, ali.kasim.@binadarma.ac.id2
Abstrak :Seiring dengan berkembangnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi,. Didalam dunia
perindustrian banyak menggunakan jasa energi listrik. Energi listrik ini akan diubah menjadi energi
mekanik dinamakan motor listrik. Salah satu contohnya adalah motor induksi.
Untuk jenis motor ini ada dua macam, yaitu jenis motor rotor sangkar dan jenis rotor belitan. Jenis
rotor sangkar ini mempunyai rotor dengan kumparan yang terdiri dari beberapa batang konduktor yang
disusun sehingga menyerupai sangkar tupai dan kontruksinya sangat sederhana dan harganya murah.
Untuk jenis rotor belitan ini mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama seperti kumparan
stator. Jenis motor ini kecepatannya dapat diatur dan dapat direm,namun motor ini jarang dipakai selain
harganya mahal,biaya perawatannya cukup tinggi. Pengoperasian motor ini perlu ditambahkan tahanan
yang dihubungkan ke rotor melalui slip cincin. Motor akibat penambahan tahanan motor banyak rugi-rugi
tahanan, , rugi-rugi ini dikembalikan kejala-jala, motor ini yang disebut motor static kramer.
Kata Kunci : Motor induksi,Rangkaian static kramer, cincin, slip, energi, stator,rotor.
Rangkaian static Kramer Dengan tidak dan Motor induksi merupakan suatu
menggunakan penambahan tahanan luar peralatan yang merubah energi listrik menjadi
Dari persamaan kopel motor induksi di Rugi tembaga rotor: Pin = 3.E1. I '2.Cos ϕ
atas diketahui bahwa kopel sebanding dengan atau
pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk PCU =3.(I '2 ¿ . a2 R 2 (2.4)
karakteristik(Aryanto,2006) beban seperti
Jadi P2 : P m : PCUZ =1: (1−S ) : S (2.5)
terlihat pada gambar 2.3.
Daya keluar rotor dapat juga di
peroleh dari daya masuk rotor di kurangi
rugi-rugi tembaga rotor ( Pm =P 2−PCU ).
3.3 Rotor belitan
Motor induksi jenis ini mempunyai
rotor dengan belitan kumparan tiga fasa
sama seperti kumparan stator. Kumparan
Gambar 2.3 Karakteristik beban stator dan rotor juga mempunyai jumlah
kutub yang sama.
2.2 Daya Motor induksi Seperti terlihat pada gambar 2.5
Dengan memperhatikan model
penambahan tahanan luar sampai harga
rangkaian pada gambar ini, maka diketahui
tertentu, dapat membuat kopel mula
Daya masuk stator: P1= 3V 1 I 1 cos φ
mencapai harga kopel maksimumnya.
I1 R2 X2 a2 R 2
a2X 2
V1 Rc Xm
2
a R2 (1-SS) diperlukan pada waktu start. Motor induksi
dengan rotor belitan memungkinkan
penambahan (pengaturan) tahanan luar.
Gambar 2.4 Rangkaian Setara Motor Induksi
Tahanan luar yang dapat diatur ini
Daya Rotor (terdapat pada celah udara)
dihubungkan(Zuhal,2010)
1−2
' 2
{
=3.(I )a R 2+ R 2 [
2
S
] }
=3.(I '2 ¿ a 2( R 2 / s) (2.2)
maka faktor daya yang dihasilkan adalah: sesuai dengan slip yang diinginkan..Torsi
C
3.ANALISIS DAN BAHASAN
3.1. Analisis
X2
Untuk menganalisis, maka parameter-
Z2
A
tersebut didasarkan rangkaian ekivalen dan
R2 B
hasil analisis motor induksi. Data pengukuran
Gambar 2.7. diagram segetiga impedansi ini pada motor induksi rotor belitan ship loader
Dari persamaan 2.4, maka torsi start dalam PT. Pusri Palembang
keadaan diam adalah: Dimana:
V = Tegangan (volt)
I 2 = 94,24 x 0,122
Jika pada tabel data hasil pengukuran
diperoleh torsi (T) dalam putaran (n), seperti √
9,088(0,878)
dibawah ini: I 2 = 1,2 A
T = 0,5 Nm Dimana R = 9,088
n = 1800 rpm
Te T P Is (A) IL (A)
Maka didapatkan daya ouput yang di hasilkan n
Ri g (N ( Rf
untuk dapat beban mekanik (rp IL
ng (V m) W (Ω) Isa Isb ILb
p m) a
T = 9,55 0 ) )
n 38 51 180 11, 1,
1 0,5 1,8 1,2 1,2
0,5 x 1800 0 0 0 74 4
Po =
9,55 38 51 180 11, 1,
2 0,5 1,8 1,2 1,2
Po = 94,24 watt 0 0 0 74 4
38 51 195 6,3 1,
3 0,5 2,0 1,4 1,4
0 0 0 28 4
Tabel 3.1.Pengukuran
38 51 199 3,0 2,2 1,
Sumber : Pengukuran Pada kondisi sebelum 4 0,5 1,8 1,5
0 0 0 75 5 4
terjadi penambahan tahanan pada rotor yang 38 199 1,6 1,
51
5 0,5 2,5 2,3 1,7
0
18 Jurnal Ilmiah Tekno0Vol.13 No.1, April52016 67 4
12-22
38 51 200 0,8 1, 1,8
6 0,5 2,6 2,5
0 0 0 43 4 2
38 51 200 0,2 2,6 2,6 1, 1,8
7 0,5
0 0 5 10 5 5 4 3
Berdasarkan pada keadaan rotor Rf pada tabel pengukuran, maka akan didapat
setelah ditambah dengan tahanan, maka seperti di bawah ini:
didapatkan hambatan rotor total,yaitu: Ir sebelum penambahan Rf
RRT = R2 + Rf
V r 86,6
= 9,088 + 11,74 Ir = = = 6,67 A
Z r 12,8
= 20,828 𝛀
Ir setelah penambahan Rf
Pada saaat kondisi pembebanan,akan
didapatkan daya output sebesar Pout = Rf = 11,74 𝛀
94,24watt. sehingga diperoleh I 2. Zr = √ ¿ ¿
86,6
Pout x S
I2 =
√ R RT (I −S)
Ir =
22,643
= 3,816 A
94,24 x 0,122
=
√ 20,828 (0,878)
Berdasarkan pada
setelah penambahan Rf di atas maka akan
keadaan rotor
= 0,79 A
didapat Ir sebesar = 3,816 A. Sehingga akan
Untuk kondisi dari variasi
diperoleh 1 stert pada sisi stator.
penambahan dengan tahanan yang berbeda
untuk penambahan dari rotor dapat ditabel :
I r 3,816
Isb = = = 1,5 A
A 2,5
Tabel 3.2. Besar arus sebelum dan sesudah
ditambah dengan tahanan
Untuk kondisi variasi penambahan dengan
pada saat strat maka s = 1. Sehingga akan
tahanan yang berbeda pada saat start dapat
dodapat harga Ir sebelum penambahan Rf dan
dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini:
sesudah penambahan Rf dengan melihat data
DAFTAR RUJUKAN
Aryanto,Djoko,Msc,2006.,”Mesin
MesinListrik”.Erlangga Jakarta..