Anda di halaman 1dari 6

ASPEK HUKUM DALAM PELECEHAN SEKSUAL DI

TEMPAT KERJA

Siti Awaliyah
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Malang
email:siti.awaliyah.fis@um.ac.id

Abstract: Sexual harassment has wide meaning. It is from seeing someone in such a way, to physical
abuse. Sexual harassment is susceptible occurred in workplace; coming from the employers and also
other employees. Sexual harassment is very disturbing. Therefore, legal protection is crucial for
employees. This writing is discussing kind of sexual harassment in workplace and legal protection
on victims of sexual harassment.

Abstrak: Pelecehan seksual memiliki makna yang sangat luas, mulai dari melihat yang sedemikian
rupa sampai dengan tindakan fisik yang disertai kekerasan. Tempat kerja sangat rentan terhadap
terjadinya pelecehan seksual yang berasal dari sesama teman pekerja maupun atasan. Pekerjaan
sangat penting bagi kehidupan seseorang, sementara pelecehan seksual sangat mengganggu dalam
melaksanakan pekerjaan. Perlindungan hukum terhadap pekerja sangat dibutuhkan. Tulisan ini
berusaha untuk membahas bentuk-bentuk pelecehan seksual di tempat kerja dan perlindungan hukum
terhadap korban pelecehan seksual.

Kata Kunci: Pelecehan seksual, tempat kerja

Keamanan dan kenyamanan dalam bekerja tempat aktivitas kerja selama delapan jam dalam
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi satu hari, seperti kantor atau pabrik, namun juga
produktivitas kerja. Pelecehan seksual di tempat lokasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
kerja merupakan suatu perilaku yang menjurus pekerjaan karena adanya tanggung jawab dalam
pada hal-hal yang bersifat seksual (verbal: bicara hubungan kerja, seperti acara- acara sosial yang
atau humor porno, memperlihatkan gambar porno terkait dengan pekerjaan, konferensi dan pelatihan,
ataupun fisik misalnya menyentuh bagian tubuh) perjalanan dinas, makan siang, makan malam
yang tidak disetujui oleh korban. Perilaku tersebut bisnis, atau kampanye promosi yang
terjadi dalam rangka hubungan kerja. Hubungan diselenggarakan untuk menjalin usaha resmi
kerja memiliki pengertian di tempat kerja atau di dengan klien dan calon rekanan, maupun
luar tempat kerja (Suziani, 2010). percakapan lewat telepon dan komunikasi lewat
Tempat kerja menurut Pasal 1 Ayat (1) UU media elektronik (Kementransker, 2011:5).
No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Sehingga tempat kerja tidak hanya meliputi ruang
adalah “tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau fisik dimana kerja dilakukan selama delapan jam
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja sehari tetapi juga mencakup semua jam kerja diluar
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja delapan jam di lokasi-lokasi di luar ruang fisik
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat kantor.
sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk Pelecehan seksual yang terjadi di tempat
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, kerja sering terjadi pada para pekerja. Menurut
halaman dan sekelilingnya yang merupakan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan Istilah pekerja sama dengan buruh. Hal ini
tempat tersebut”. sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 ayat
Dari pengertian tersebut, cakupan tempat (3) bahwa buruh adalah “setiap orang yang
kerja tidak hanya ruangan secara fisik sebagai bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

43
44 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Pebruari 2014

bentuk lain”. Kata pekerja atau buruh menurut ment harassment, dan (3) third party of sexual
UU ketenagakerjaan tersebut, menunjukkan harassment (other forms of sexual harassment
bahwa keduanya memiliki makna yang sama. (Papu, 2002). Quid pro quo (something for
Pemaknaan yang sama ini dilahirkan melalui something) adalah pelecehan seksual yang
perdebatan yang panjang, mulai undang-undang dilakukan oleh majikan kepada karyawannya,
tahun 1947 sampai dengan 1969 menggunakan perbuatan ini dilakukan karena kedudukan yang
istilah buruh, selanjutnya istilah tenaga kerja, berbeda, majikan memanfaatkan kekuasaannya
karyawan mewarnai berbagai peraturan yang untuk melakukan pelecehan seksual. Perbuatan
berkaitan dalam bidang ketenagakerjaan sampai yang dilakukan majikan biasanya disertai dengan
dengan tahun 2003 disepakati kesamaan iming-iming kenaikan jabatan, upah, atau fasilitas
pengertian antara buruh dan pekerja lainnya. Selain itu dapat juga sebaliknya, misalnya
(Kementransker, 2011:4). ancaman akan diturunkan jabatannya atau akan
Kasus pelecehan seksual yang pernah terjadi dikeluarkan dari pekerjaannnya.
misalnya adalah kasus yang menimpa Rieke ketika Hostile environment harassment adalah
menjalankan tugasnya mengunjungi suatu rumah pelecehan yang didasarkan karena beberapa hal,
sakit di Makasar. Salah satu dokter di rumah sakit salah satunya karena jenis kelamin, dan lebih
tersebut memegang pundaknya tanpa ijin dan khususnya adalah perempuan. Bentuk pelecehan
merangkulnya, kemudian dokter tersebut berbisik karena jenis kelamin ini ditunjukkan dalam
ketelinganya meminta kecupan. Rieke marah berbagai bentuk, diantaranya rekayasa untuk
kepada dokter tersebut, akan tetapi dokter tersebut mengucilkan seseorang atau kelompok tertentu,
menyatakan bahwa Rieke tidak boleh marah sikap merendahkan, tidak hormat, berkata kasar,
karena sebagai public figure (Kementransker, penghinaan, dan lain sebagainya sehingga dapat
2011:5). Berdasarkan kasus pelecehan seksual menimbulkan permusuhan (Papu, 2002).
yang terjadi ketika seseorang sedang menjalankan Other forms of sexual harassment atau
pekerjaannya, baik di tempat kerja atau di luar third party of sexual harassment adalah
tempat kerja tersebut maka penulis berusaha untuk pelecehan seksual yang biasanya dilakukan oleh
mendeskripsikan perlindungan hukum dan prosedur klien terhadap karyawan yang sedang bertugas,
penyelesaian kasus pelecehan seksual terhadap baik di tempat kerja tertutup ataupun di lapangan,
pekerja. seperti marketer, sales promotion girl oleh kliennya,
Beberapa hal yang akan dibahas dalam wartawan, peneliti lapangan oleh responden atau
tulisan ini adalah: (1) bentuk-bentuk pelecehan pihak ketiga lainnya (Papu, 2002).
seksual yang terjadi di tempat kerja, dan (2) bentuk Secara lebih konkrit pelecehan seksual dapat
perlindungan hukum terhadap korban kasus dibedakan dalam lima bentuk (Kementransker,
pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja. 2011), yaitu:
a. pelecehan fisik termasuk sentuhan yang tidak
BENTUK-BENTUK PELECEHAN SEK- diinginkan mengarah ke perbuatan seksual
SUAL YANG TERJADI DI TEMPAT seperti mencium, menepuk, mencubit, melirik
KERJA atau menatap penuh nafsu,
b. pelecehan lisan termasuk ucapan verbal/
Ciri utama dari pelecehan seksual di tempat komentar yang tidak diinginkan tentang
kerja adalah: (1) tidak dikehendaki oleh individu kehidupan pribadi atau bagian tubuh atau
yang menjadi sasaran, (2) dilakukan dengan janji, penampilan seseorang, lelucon dan komentar
iming-iming, atau ancaman, (3) tanggapan bernada seksual,
(menolak atau menerima) terhadap tindakan c. pelecehan isyarat termasuk bahasa tubuh dan
sepihak tersebut dijadikan pertimbangan dalam atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan
penentuan karir atau pekerjaan, (4) dampak dari yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan
tindakan sepihak tersebut menyebabkan berbagai jari, dan menjilat bibir,
gejolak psikologis, misalnya malu, marah, benci, d. pelecehan tertulis atau gambar termasuk
dendam, hilangnya rasa aman dan nyaman dalam menampilkan bahan pornograû , gambar,
bekerja dan lain sebagainya (Papu, 2002). screensaver atau poster seksual, atau
Tipe-tipe pelecehan seksual ada 4, yaitu: (1) pelecehan lewat email dan moda komunikasi
quid pro quo harassment, (2) hostile environ- elektronik lainnya,
Awaliyah, Aspek Hukum dalam Pelecehan Seksual di Tempat Kerja 45

e. Pelecehan psikologis/emosional terdiri atas mendapatkan perlindungan keselamatan kerja, baik


permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan keselamatan fisik maupun non fisik, mulai dari
yang terus- menerus dan tidak diinginkan, berangkat kerja (dalam perjalanan), di tempat
ajakan kencan yang tidak diharapkan, pekerjaan sampai dengan pulang kembali ke
penghinaan atau celaan yang bersifat seksual. rumahnya. Perlindungan juga berkaitan dengan
keamanan dan kenyamanan yang berkaitan dengan
PERLINDUNGAN HUKUM DAN PROSE- diri buruh, perlindungan dari pelecehan seksual.
DUR PENYELESAIAN KASUS PELE- Dengan demikian jika terjadi perlakuan-
CEHAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA perlakuan yang berkaitan dengan pelecehan
seksual maka hal tersebut dikategorikan sebagai
Pencegahan dan perlindungan pekerja dari perbuatan yang melawan hukum sehingga dapat
perbuatan pelecehan seksual terdapat beberapa dikenai sanksi. Pengenaan sanksi terhadap
peraturan yang mengaturnya. Peraturan tersebut perbuatan tersebut dapat didasarkan pada
diantaranya: (a) UUD NRI 1945, (2) Undang- peraturan ini atau KUHP.
Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Apabila pelecehan seksual yang dilakukan oleh
Manusia, (3) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 sesama buruh, maka penyelesaian dapat didasarkan
tentang Ketenagakerjaan, (4) Undang-Undang No. sebagaimana yang diatur dalam Pasal 151, 158, dan
2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan 159. Pada intinya dalam pengaturan ini buruh yang
Hubungan Industrial, (5) Kitab Undang-Undang melakukan pelecehan seksual dapat diberhentikan
Hukum Pidana (KUHP), (6) Undang-Undang No. dari pekerjaannya atau dengan kata lain Pemutusan
80 Tahun 1957 tentang Ratiûkasi Konvensi ILO Hubungan Kerja (PHK). Perbuatan-perbuatan yang
No. 100 tahun 1951 tentang Pengupahan yang termasuk kesalahan berat menurut Pasal 158 (Ayat
Sama bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita untuk 1) adalah: (a) melakukan penipuan, pencurian, atau
Pekerjaan yang Sama Nilainya, (7) Undang-Undang penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan,
No. 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO (b) memberikan keterangan palsu atau yang
No. 111 Tahun 1958 tentang Diskriminasi dalam dipalsukan sehingga merugikan perusahaan, (c)
Pekerjaan dan Jabatan, (8) Konvensi mengenai mabuk, meminum minuman keras yang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan
Perempuan/Convention on The Elimination of All narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di
Forms of Discrimination Against Women lingkungan kerja, (d) melakukan perbuatan asusila
(CEDAW), (9) Surat Edaran No.SE.60/MEN/SJ- atau perjudian di lingkungan kerja, (e) menyerang,
HK/II/2006 tentang Panduan Kesempatan dan menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi
Perlakuan Yang Sama dalam Pekerjaan di Indone- teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja,
sia (Equal Employment Opportunity). (f) membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk
Pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke empat melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
menyatakan bahwa salah satu tujuan negara In- peraturan perundang-undangan, (g) dengan ceroboh
donesia adalah memajukan kesejahteraan umum. atau sengaja merusak atau membiarkan dalam
Upaya untuk memajukan kesejahteraan umum keadaan bahaya barang milik perusahaan yang
diwujudkan dengan memberikan jaminan kepada menimbulkan kerugian bagi perusahaan, (h) dengan
warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja
penghidupan yang layak sebagaimana tercantum atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat
dalam Pasal 27 (2) UUD NRI 1945. kerja, (i) membongkar atau membocorkan rahasia
Perlindungan terhadap tenaga kerja diatur perusahaan yang seharusnya.
dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang Berdasarkan Ayat (1) huruf d jelas bahwa
ketenagakerjaan, terutama dalam Pasal 86 Ayat melakukan perbuatan asusila termasuk kategori
(1) yang menyatakan bahwa setiap buruh kesalahan berat yang dapat berakibat
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan diberhentikannya seseorang dari pekerjaannya.
atas: (a) keselamatan kerja, (b) moral dan Perbuatan asusila tersebut termasuk didalamnya
kesusilaan, dan (c) perlakuan yang sesuai dengan melakukan pelecehan seksual terhadap teman
harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai sekerjanya.
agama. Berdasarkan isi dari Ayat (1) tersebut Kesalahan berat sebagaimana dimaksud
menunjukkan bahwa buruh berhak untuk dalam ayat (1) harus didukung dengan bukti
46 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Pebruari 2014

sebagai berikut: (a) pekerja/buruh tertangkap dicapai kesepakatan penyelesaian kasus


tangan, (b) ada pengakuan dari pekerja/buruh yang pelecehan seksual, maka perusahaan dapat
bersangkutan, (c) bukti lain berupa laporan kejadian mengajukan gugatan ke pengadilan hubungan in-
yang dibuat oleh pihak yang berwenang di dustrial (PHI) untuk memberhentikan pelaku
perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh dengan dasar Pasal 158 Ayat (1) huruf h.
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi. Berdasarkan putusan dari PHI maka perusahaan
Perusahaan harus melakukan beberapa dapat melakukan tindak lanjut.
prosedur penyelesaian suatu kasus sebelum Dalam kasus yang berbeda, misalnya
akhirnya memutuskan suatu PHK. Hal ini pelecehan dilakukan oleh pemilik perusahaan atau
didasarkan pada Pasal 151 yang menjelaskan orang di luar perusahaan maka korban dapat
mengenai pengaturan dalam melakukan PHK, melaporkan tindakan tersebut kepada polisi.
yaitu: Penyelesaian kasus pelecehan seksual tersebut
(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/ akan diselesaikan melalui jalur pengadilan dan
serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala termasuk dalam hukum pidana sebagaimana diatur
upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
pemutusan hubungan kerja. (KUHP).
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi Pelecehan seksual merupakan salah satu
pemutusan hubungan kerja tidak dapat tindak pidana, hal ini sebagaimana diatur dalam
dihindari, maka maksud pemutusan hubungan Pasal 285 KUHP (Sugandhi, 1980) yaitu tindak
kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan kekerasan dengan paksaan dari seorang laki-laki
serikat pekerja/serikat buruh atau dengan kepada perempuan yang bukan isterinya untuk
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang melakukan persetubuhan. Perbuatan tersebut
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat diancam dengan ancaman hukuman penjara pal-
pekerja/serikat buruh. ing lama dua belas tahun. Selain itu juga diatur
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 289 yang menyatakan bahwa
dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan “Barang siapa dengan kekerasan atau dengan
persetujuan, pengusaha hanya dapat ancaman kekerasan melakukan atau membiarkan
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/ dilakukan padanya perbuatan cabul, karena
buruh setelah memperoleh penetapan dari perbuatan yang merusak kesusilaan, dipidana
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan
industrial. tahun. Termasuk dalam perbuatan pencabulan
Pihak-pihak sebaiknya mengusahakan jangan adalah mencium, meraba anggota kemaluan atau
sampai terjadi pemutusan hubungan kerja, ke arah dada. Tindak pidana ini merupakan delik
pengusaha, serikat pekerja, dan pekerja. Langkah- aduan yang dapat dilakukan oleh korban atau pihak
langkah yang disarankan oleh Wage Indikator yang mengetahui.
Foundation (2014) jika terjadi pelecehan seksual, Alat bukti yang dapat digunakan dalam kasus
langkah yang dapat dilakukan oleh korban untuk pidana berdasarkan UU No.8 Tahun 1981 Tentang
pertama kali adalah: (a) mengingatkan pelaku Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
bahwa korban tidak suka atau tidak menginginkan (KUHAP) Pasal 184 adalah: (1) keterangan saksi,
perbuatan tersebut dan menceritakan kasusnya (2) keterangan ahli, (3) surat, (4) petunjuk, dan
kepada teman sekerjanya yang dapat dipercaya, (5) keterangan terdakwa. Alat bukti yang paling
(b) jika pelaku masih terus mengganggunya maka kuat dalam kasus perkosaan atau tindakan
korban dapat pengaduan informal kepada super- tindakan fisik lainnya adalah dengan surat
visor atau panitia yang ada di perusahaan, (c) selain keterangan dari dokter yang berisi tentang hasil
itu korban juga dapat mengajukan pengaduan visum pemeriksaannya (visum et repertum).
resmi kepada atasan, perwakilan serikat pekerja, Selain itu saksi juga dapat dipergunakan sebagai
dinas tenaga kerja. alat bukti yang cukup kuat, utamanya saksi yang
Langkah awal yang dapat dilakukan pekerja bukan korban.
adalah melaporkan kepada atasan dan serikat Untuk menjerat pelaku pelecehan seksual
pekerja (jika ada). Pihak-pihak yang terkait, sebelumnya juga sering menggunakan Pasal 335
korban, pelaku, serikat pekerja, dan atasan KUHP yang menyatakan “Barang siapa secara
melakukan musyawarah (perundingan). Jika tidak melawan hokum memaksa orang lain supaya
Awaliyah, Aspek Hukum dalam Pelecehan Seksual di Tempat Kerja 47

melakukan, tidak melakukan atau membiarkan dengan kekerasan pada fisik yang meninggalkan
sesuatu dengan memakai kekerasan, sesuatu bekas maka dapat diselesaikan melalui jalur hukum
perbuatan lain maupun perlakuan yang tak pidana sebagaimana diatur dalam KUHP.
menyenangkan atau memakai ancaman
kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun SIMPULAN
perlakuan yang tak menyenangkan baik terhadap
orang itu sendiri maupun orang lain.” Perbuatan Pelecehan seksual di tempat kerja adalah
pelecehan seksual sebagaimana sebelumnya perilaku yang menjurus pada hal-hal yang bersifat
dijelaskan dapat dijerat dengan pasal ini yaitu seksual yang dilakukan di tempat kerja atau di luar
sebagai perbuatan yang tidak menyenangkan. tempat kerja (saat menjalankan pekerjaan),
Akan tetapi frasa kata “sesuatu perbuatan lain perbuatan tersebut tidak diinginkan oleh korban.
maupun perlakuan yang tak menyenangkan” pada Bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi di
tahun 2013 diuji materi oleh Mahkamah Konstitusi tempat kerja dapat berupa pelecehan fisik,
(MK). MK menyatakan bahwa frasa perbuatan pelecehan lisan, pelecehan isyarat, pelecehan
tidak menyenangkan memiliki makna kabur tertulis atau gambar, dan pelecehan psikologis/
sehingga tidak memberikan kepastian hukum emosional.
kepada masyarakat. Akibatnya pasal tersebut Perlindungan hukum terhadap pekerja dari
dapat melahirkan kesewenang-wenangan dari tindakan pelecehan seksual diatur dalam berbagai
penegak hukum atau seseorang dapat dengan peraturan yang ada, diantaranya yang secara
mudah menuntut seseorang dengan dasar pasal langsung memberikan perlindungan adalah UU
335 tersebut. Akhirnya MK mengabulkan gugatan No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, UU
dengan membatalkan frasa tersebut, jadi bukan No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
pasalnya, tetapi hanya sebagian kata. Keputusan Perselisihan Hubungan Industrial, Kitab Undang-
ini dituangkan dalam Putusan No.1/PUU-XI/2013 Undang Hukum Pidana. Prosedur penyelesaian
(Ash, 2014). kasus pelecehan seksual di tempat kerja dalam
Dengan demikian cukup sulit untuk menggunakan UU No.13 Tahun 2003 Tentang
membuktikan bahwa seseorang telah melakukan Ketenagakerjaan yaitu dengan langkah
pelecehan seksual. Perlindungan hukum terhadap musyawarah, perundingan, jika tidak ada
pekerja sebagaimana diatur dalam UU kespakatan maka terakhir dengan melakukan
ketenagakerjaan akan lebih dapat diterapkan untuk gugatan PHK terhadap pelaku melalui pengadilan
kasus pelecehan seksual yang sulit untuk hubungan industrial. Selain itu prosedur
menunjukkan buktinya sebagaimana diatur dalam penyelesaian juga dapat melalui jalur pengadilan
KUHAP. Sedangkan untuk kasus yang disertai sebagaimana diatur dalam KUHAP.

DAFTAR RUJUKAN

Ash. MK Cabut Aturan Delik Perbuatan Tidak Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Menyenangkan. On line http:// Organisasi Perburuhan Internasional. 2011.
www.hukumonline.com/ber ita/baca/ Pedoman Pencegahan Pelecehan
lt52d80ab053501/mk-cabut-aturan-delik- Seksual di Tempat Kerja.
perbuatan-tidak-menyenangkan. Diakses Jakarta:Kementerian Tenaga Kerja dan
tanggal 19 Mei 2014. Transmigrasi.
Budiono, Abdul R. 2011. Hukum Perburuhan. Safaat, Rachmad, Munir, Danu Rudianto,
Indeks:Jakarta. Chamsiah Djamal, Suwarto, Nursyahbani
Jenny Suziani. 2010. Social and Culture. Katjasungkana. 1998. Buruh Perempuan,
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja, Perlindungan Hukum dan Hak Asasi
Kasus Rieke dan Anand. Online http:// Manusia. IKIP MALANG:Malang.
w w w. t h e g l o b a l - r e v i e w. c o m / Sugandhi, R. 1980. KUHP dengan Penjelas-
content_detail.php?lang=en&id=1912 annya. Surabaya:Usaha Nasional.
&type=9#.U4cTlfmSySo. Diakses tanggal Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang
10 Mei 2014. Keselamatan Kerja. Online http://
48 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 1, Pebruari 2014

pr okum.esdm.go.id/uu/1970/uu-01- WageIndikator Foundation. 2014. Pelecehan


1970.pdf. Diakses tanggal 15 Mei 2014. Seksual di Tempat Kerja. http://
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang www. ga jimu . com/ ma in/ p eker ja a n-
Ketenagakerjaan yanglayak/perlakuan-adil-saat-bekerja/
pelecehan-seksual. Diakses tanggal 20 Mei
2014.

Anda mungkin juga menyukai