Anda di halaman 1dari 9

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)

2018, Vol. 26, No. 2, 137 – 145 ISSN 2528-5858 (Online)


DOI: 10.22146/buletinpsikologi.38028 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Bullying di Tempat Kerja di Indonesia


Ika Adita Silviandari1, & Avin Fadilla Helmi2
Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya
1

2Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract
Workplace bullying is one of organizational phenomenon that has received a lot of attention
from many parties, both academics and practitioners. The workplace bullying is like an
iceberg phenomenon. It is exist but hard to be revealed and lifted to the surface. This
phenomenon can be seen as practically and methodologically point of view. Practically, it is
caused by passivity and silent act from the victim or bullying eyewitnesses, and
methodologically, it hasn’t found the standard concept of workplace bullying which causing
lack of workplace bullying research. In this article, the author try to review the workplace
bullying’s concepts and constructs, starting by reviewing the problem of definition,
including type, frequency, & duration of bullying actions, and considering the role of
workplace cultural values and norms in influencing the perception of bullying behavior.
Keywords: concept; constructs; workplace bullying

Pengantar juga budaya organisasi yang ada.


Sedangkan bagi lingkungan sosial secara
Kekerasan 1di tempat kerja merupakan luas, adanya kekerasan di tempat kerja akan
salah satu fenomena organisasi yang ba- memunculkan masalah sosial baru terkait
nyak mendapatkan perhatian dari berbagai dengan konsekuensi hukum (Samnani &
kalangan, baik dari peneliti, pendidik, singh, 2012). Kekerasan di tempat kerja ini
organisasi perlindungan, maupun tokoh sering diistilahkan dengan “bullying” di
masyarakat (Rudi, 2010). Hal ini dikare- tempat kerja. Istilah ini dianggap lebih
nakan kekerasan di tempat kerja dapat mewakili dan lebih lengkap dibandingkan
memberikan konsekuensi dalam berbagai dengan istilah-istilah lain yang sejenis
lini, mulai dari individu, kelompok, untuk menggambarkan fenomena yang
organisasi, sampai dengan lingkungan sama. Tidak jarang bullying disinonimkan
sosial secara luas. Bagi individu, kekerasan dengan “harassment”. Harassment sendiri
di tempat kerja memberikan konsekuensi berasal dari kata “to harass” yang berakar
yang dapat merusak kesehatan dan dari kata dalam Bahasa Perancis kuno
kesejahteraan karyawan. Bagi kelompok, “harer‟ yang artinya melakukan upaya
kekerasan di tempat kerja dapat memenga- penyerangan, dan juga memiliki akar kata
ruhi efektivitas tim dan norma kelompok dalam Bahasa Inggris kuno “hergian‟ yang
yang telah terbangun. Bagi organisasi, artinya “to ravage‟ atau “despoil‟ (meng-
kekerasan di tempat kerja dapat membe- ganggu, mengusik, merusak) (Hidayati dan
rikan dampak bagi kinerja organisasi dan Rahayuningsih, 2014). Pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia istilah bullying memiliki
1 Korespondensi artikel ini dapat dilakukan melalui: tiga padanan kata yaitu merundung
ika.adita.s@mail.ugm.ac.id; 2avinpsi@ugm.ac.id

137 Buletin Psikologi


SILVIANDARI & HELMI

(berasal dari kata rundung), merisak bullying) terhadap 123 orang pekerja di
(berasal dari kata risak) dan menyakat Surabaya, diperoleh data bahwa 49%
(yang berasal dari kata sakat), yang artinya responden menjadi saksi mata terjadinya
adalah mengganggu, mengusik terus- bullying di tempat kerja dan mengalami
menerus, dan menyusahkan (KBBI, 2016). beberapa efek, yaitu 1) efek psikologis yang
Pada artikel ini, penulis akan tetap berupa rasa marah, terluka, sedih, kecewa,
menggunakan istilah “bullying”, karena kehilangan rasa percaya diri, marah pada
istilah ini dianggap lebih sesuai dan lebih diri sendiri, merasa terisolasi, frustrasi di
mewakili kajian yang akan dibahas pada tempat kerja, dan mengalami ketakutan
artikel ini. dalam menghadapi orang lain; 2) efek
Bullying di tempat kerja merupakan perilaku berupa sikap defensif, hilangnya
salah satu permasalahan organisasi yang komitmen kerja, dan dorongan untuk
masih sering terjadi hingga saat ini. Hal ini berhenti dari pekerjaan. Namun sayangnya,
diperkuat dengan hasil survei yang telah banyak di antara korban bullying yang
dilakukan oleh Workplace Bullying Institute bersikap pasif atau mendiamkan saja
di Amerika pada tahun 2017 yang menun- terjadinya bullying, sehingga hal ini dapat
jukkan bahwa 19% orang Amerika menga- memberikan dampak yang negatif, salah
lami bullying di tempat kerja, 19% lainnya satunya adalah potensi untuk terus menjadi
telah menyaksikan adanya bullying di korban bullying (Gunawan et al., 2009).
tempat kerja, dan 63% menyadari adanya Kondisi inilah yang pada akhirnya
bullying di tempat kerja (Workplace membuat fenomena bullying menjadi seperti
Bullying Institute, 2017). Salah satu organi- fenomena gunung es (iceberg) yang sulit
sasi atau perusahaan yang saat ini sedang untuk diungkap dan diangkat ke permu-
concern untuk mengatasi adanya bullying di kaan.
tempat kerja, adalah Google. Menurut Dalam artikel ini, penulis mencoba
laporan The Wall Street Journal, Google untuk meninjau konsep dan konstruksi
membuat peraturan baru dan mengatakan bullying di tempat kerja, dimulai dengan
akan menindaklanjuti setiap karyawan yang meninjau masalah definisi, termasuk jenis,
melakukan bullying, diskriminasi, menye- frekuensi, dan durasi tindakan bullying, dan
rang karyawan lainnya, atau terlibat dalam mempertimbangkan peran nilai dan norma
diskusi yang bisa menganggu produktivitas budaya tempat kerja dalam memengaruhi
lingkungan kerja. Pedoman mengenai hal persepsi perilaku bullying.
ini bertujuan menjaga lingkungan kerja
Google terbebas dari segala bentuk saling Pembahasan
ejek. Hal ini merupakan aturan pertama
yang dikeluarkan Google untuk mengatur Bullying dari Masa ke Masa
agar diskusi di dalam perusahaannya tetap
Pada tahun 1960-an seorang doktor Swedia
terkendali (Salsabila, 2018).
yaitu Dan Olweus mendeteksi jenis perilaku
Fenomena bullying tidak hanya terjadi bermusuhan (hostile), khususnya dalam
di negara-negara maju saja, namun juga lingkungan sekolah yang terjadi dalam
terjadi di negara berkembang seperti di kurun waktu yang lama, perilaku ini
Indonesia. Sebagaimana hasil penelitian disebut dengan mobbing atau bullying. Pada
yang telah dilakukan oleh Gunawan, awal tahun 1980-an, Profesor Leymann
Prihanto, & Yuwanto (2009) mengenai menemukan perilaku bermusuhan dalam
kekerasan di tempat kerja (workplace jangka panjang yang memiliki karakteristik

138 Buletin Psikologi


BULLYING DI TEMPAT KERJA DI INDONESIA

yang sama dengan penelitian yang sebe- nampak perbedaannya dengan fenomena
lumnya telah dilakukan oleh Dan Olweus. negatif lainnya (misalnya: rasisme, ketidak-
Namun fenomena yang diamati Leymann setaraan gender, dan lain-lain), sehingga
ini terjadi pada karyawan. Sejak saat itu ketika akan mendefinisikan suatu perilaku
Heinz Leymann menjadi pakar interna- apakah itu mobbing atau bukan maka harus
sional yang paling terkenal dalam bidang diamati dengan sangat hati-hati dan jeli
bullying di tempat kerja (workplace bullying) (Westhues, 2003).
(Einarsen, 2011). Penelitian bullying di tempat kerja
Heinz Leymann dianggap sebagai mengalami perkembangan yang sangat
peneliti pertama dan pelopor dalam signifikan ketika European Journal of Work
penyebaran istilah bullying atau mobbing di dan Organizational Psychology, mengesahkan
Eropa. Perintis Eropa lainnya di bidang ini bullying dan mobbing di tempat kerja men-
adalah psikiater Prancis Marie France jadi sebuah kajian ilmiah yang perlu untuk
Hirigoyen dan psikolog Spanyol Iñaki dipelajari. Saat itu penelitian Stale Einarsen
Piñuely Zabala. Leymann mempelopori dan Hoel dari Skandinavia cukup mendo-
penelitian tentang mobbing di tahun 1980-an. minasi area tersebut. (www.work-
Penelitian di bidang ini awalnya didasarkan placebullying.org/the-movemennt/).
pada studi kasus tentang sejumlah perawat Menurut WBI, adanya penelitian
yang telah melakukan atau mencoba mengenai bullying di tempat kerja ini pada
melakukan bunuh diri karena adanya suatu akhirnya melahirkan adanya gerakan anti
peristiwa di tempat kerja (wikipedia.org). bullying pada beberapa negara. Diantaranya
Dalam buku pertamanya (tahun 1986) yang adalah di Australia, pada tahun 1990-an
berjudul Vuxenmobbing – om psykiskt våld I membentuk Beyond Bullying Association dan
arbetslivet atau yang dalam bahasa Inggris menjadi tuan rumah konferensi pada tahun
diartikan Adult Mobbing: on Mental Violence 1994 dan 2002. Tahun 2014 Undang-Undang
in Working Life, mobbing didefinisikan seba- (UU) anti bullying di lingkungan kerja
gai perilaku bermusuhan dan komunikasi efektif berlaku mulai 1 Januari 2014 sebagai
yang tidak etis, yang diarahkan secara bagian dari perubahan UU Keadilan Kerja
sistematis oleh satu atau beberapa individu yang diloloskan parlemen Australia pada
terhadap satu individu yang lainnya. Juni 2013 lalu.
Mobbing membuat individu menjadi
Gerakan anti bullying di Afrika Selatan
terdesak kepada posisi yang tidak berdaya
dimulai tahun 1997 dengan ditandai terbit-
dan lemah, di mana mereka kemudian
nya buku: Hyenas at Work. Salah satu
ditahan pada posisi tersebut dan aktivitas
penulis buku tersebut yaitu Susan Marais-
intimidasi ini akan berlangsung dalam
Steinman, memulai untuk mendirikan
waktu yang cukup lama. Definisi Leymann
Workplace Dignity Institute di negaranya.
ini lebih menekankan pada dampak
Gerakan anti bullying di Perancis, dimulai
perilaku yang lebih luas daripada tingkat
pada tahun 1998-an ketika buku karya
keparahan dari perilaku mobbing tersebut.
Marie France Hirigoyen mulai booming.
Definisi ini juga lebih difokuskan pada
Amerika, sebelum tahun 1998 jarang
ketegangan psikologis individu daripada
peneliti di bidang sosial yang berani untuk
tindakan yang menjadi pemicu munculnya
mengangkat bullying sebagai topik peneli-
mobbing. Dia juga menekankan bahwa,
tian mereka. Peneliti Amerika yang
dalam mendefinisikan mobbing harus
produktif dalam bidang kajian bullying ini
diartikan secara jelas dan juga harus
adalah Namie dan Pamela Lutgen-Sandvik.

Buletin Psikologi 139


SILVIANDARI & HELMI

Namie mendirikan Workplace Bullying kekerasan yang terus menerus, komentar


Institute. ofensif atau menggoda, cemoohan atau
pengecualian sosial yang dilakukan oleh
Apakah Pengertian Bullying di Tempat Kerja? rekan kerja, pengawas atau bawahan.
Sedangkan Namie (2003) mendefinisikan
Pada beberapa penelitian, istilah bullying
bullying di tempat kerja sebagai permu-
banyak ditukar artinya dengan istilah-
suhan antar pribadi yang disengaja, diulang
istilah yang lainnya. Di negara-negara
dan pada tingkat yang dapat membaha-
berbahasa Inggris seperti Australia, di
yakan kesehatan maupun status ekonomi
negara-negara Eropa Utara (Einarsen 1996;
dari individu yang ditargetkan. Lebih jauh
Vartia 1996; Salin 2001) dan di Turki
lagi, Namie menjelaskan bahwa hal tersebut
(Timucin, Yildirim, & Yildirim, 2007) istilah
didorong oleh kebutuhan para pelaku
yang sering digunakan adalah bullying. Di
untuk mengendalikan orang lain. Peneliti
negara-negara berbahasa Jerman dan
Amerika yang lain, yaitu Neuman dan
Belanda, peneliti lebih menyukai untuk
Baron (1998) memaparkan perundungan di
menggunakan istilah mobbing (Zapf, 1999).
tempat kerja sebagai tindakan agresi inter-
Sedangkan pada beberapa literatur yang
personal yang artinya adalah segala bentuk
ada di Amerika Utara, untuk menggam-
perilaku yang ditujukan untuk melukai atau
barkan fenomena perundungan, peneliti
menyakiti orang lain.
menggunakan berbagai konsep seperti:
workplace aggression ( O’Leary-Kelly, Griffin, Apabila merujuk pada penelitian-pene-
& Glew, 1996); victimization (Aquino, litian yang telah ada saat ini, tampak bahwa
Grover, Bradfield, & Allen, 1999); inter- konseptualisasi bullying di tempat kerja
personal deviance (Bennet & Robinson, 2003); memiliki variasi yang cukup tinggi di
workplace mobbing (Duffy & Sperry, 2007); berbagai negara. Variasi dalam mengkon-
workplace incivility (Andersson & Pearson, septualisasikan bullying di tempat kerja
1999). Selain itu terdapat beberapa istilah tidak terlepas dari adanya framework sosial-
lain yang sering digunakan untuk meng- budaya dan hubungan industrial yang
gambarkan fenomena perundungan, yaitu berbeda antar organisasi. Meski demikian
harassment (Brodsky 1976); scapegoating terdapat tiga ciri utama pembeda perilaku
(Thylefors, 1987); workplace trauma (Wilson disebut sebagai bullying, yaitu: pertama,
1991); work harassment (Bjorkqvist, perilaku yang bersifat menetap atau
Osterman, & Hielt-Back, 1994); abusive persisten (Einarsen, Hoel, Zapf, & Cooper,
behaviour/emotional abuse (Keashly, Trott, & 2003) artinya bentuk perilaku tersebut yang
MacLean, 1994); non-sexual harassment (Zapf berulang, dalam jangka waktu tertentu, dan
& Einarsen 2001), psychological harassment perilaku yang berpola. Kedua, adanya
(Vartia 1996). kesenjangan pengaruh (imbalance power).
Menurut Lutgen-Sandvik (2005) bullying
Bullying secara umum didefinisikan
ditandai dengan adanya dua kekuatan
sebagai bagian dari perilaku agresif, yang
(power) yang tidak seimbang antara pelaku
dilakukan secara berulang, dan terdapat
dan target perundungan. Hal lain yang juga
ketidakseimbangan kekuasaan sehingga
termasuk ke dalam kesenjangan pengaruh
sulit bagi korban untuk membela dirinya.
adalah adanya penggunaan kekuatan yang
Menurut Einarsen (2000), bullying merupa-
tidak sah atau tidak sesuai yang berasal dari
kan situasi di mana seseorang berulang kali
struktur kekuatan formal organisasi untuk
dan selama periode waktu tertentu terpapar
melanggar atau mengganggu batas perilaku
tindakan negatif, yaitu adanya tindakan

140 Buletin Psikologi


BULLYING DI TEMPAT KERJA DI INDONESIA

yang sesuai di tempat kerja (Branch, Bullying dan Budaya


Ramsay, & Barker; 2013; Hutchinson,
Literatur bullying yang ada masih kurang
Wilkes, Jackson, & Vickers, 2010). Ketiga,
mempertimbangkan atau memperhatikan
adanya kebencian, rasa tidak suka, dan
adanya realitas budaya (Sidle, 2010;
tindakan bermusuhan. Adanya intensiona-
Jennifer, Restubog dan Zagenczyk, 2010).
litas tindakan negatif yang dimanifestasikan
Bullying adalah fenomena yang dibangun
dalam bentuk perilaku yang sistematis dan
secara sosial (Lewis, 2003) dan skema
disengaja (Leymann, 1990; Einarsen, Hoel,
kognitif dan mekanisme motivasi yang
Zapf dan Cooper, 2011; Zapf dan Einarsen,
diwakili dalam orientasi budaya seseorang
2001).
untuk membentuk persepsi dan reaksi
Bentuk perilaku bullying bergerak mulai terhadap bullying (Agarwal dan Gupta,
dari perilaku yang bersifat implisit hingga 2016). Hasil penelitian Power et al. (2013)
eksplisit dan dapat diidentifikasi (Parzefall menunjukkan bahwa terdapat tiga orientasi
dan Salin, 2010; dan Stouten, Baillien, Van yang menunjukkan bahwa budaya yang
den Broeck, Camps, De Witte dan Euwema, berbeda memiliki tingkat penerimaan yang
2010). Perilaku tersebut telah dibedakan berbeda terhadap bullying di tempat kerja.
menjadi tiga aspek yaitu: pertama, bullying Adapun tiga orientasi tersebut adalah
yang berkaitan dengan individu. Bullying pertama, orientasi manusia yang mengejar
pada aspek ini merupakan bentuk bullying rasa “welas asih” dan kepedulian terhadap
yang ditujukan untuk menyerang kehi- kehidupan pekerja. Orang-orang yang
dupan pribadi. Aspek ini meliputi isolasi berasal dari budaya orientasi manusia
sosial, kritik berulang dan terus menerus, percaya bahwa welas asih dan kepedulian
agresi verbal, penghinaan dalam menyebar- terhadap pekerja adalah penting di tempat
kan rumor atau gosip, dan menggoda. kerja. Bullying di tempat kerja biasanya
Kedua, bullying yang berkaitan dengan tidak akan terjadi dengan orang-orang yang
pekerjaan. Bullying pada aspek ini meliputi berorientasi pada manusia. Kedua, orientasi
perilaku yang ditujukan untuk menyerang kinerja, lebih menekankan pada kemam-
kehidupan individu yang berkaitan dengan puan untuk bekerja daripada hubungan
pekerjaan, yang biasanya ditandai dengan dengan orang. Biasanya pemilik perusahaan
memanipulasi informasi dan kontrol peker- akan memberikan tekanan yang lebih tinggi
jaan yaitu memberikan tenggang waktu kepada karyawan dengan dalih agar
pekerjaan yang tidak masuk akal, mengu- mereka dapat menyelesaikan pekerjaan
rangi atau menghilangkan tanggung jawab, secara efektif dan efisien sehingga dapat
pengawasan berlebih terhadap pekerjaan, meningkatkan kinerja pekerjaan. Oleh
memberikan beban kerja berlebih, dan karena itu, karyawan dapat menerima
menyembunyikan informasi. bullying di tempat kerja selama tujuan
mereka tercapai. Ketiga, orientasi masa
Ketiga, intimidasi. Pada aspek ini
depan, orientasi ini berfokus pada pan-
menunjukkan bentuk perilaku bullying yang
dangan jangka panjang di mana keber-
biasanya melibatkan kontak fisik maupun
samaan dan interaksi dapat meningkatkan
psikis seperti, menggebrak meja, mengger-
hubungan dengan karyawan tanpa meman-
tak, mendorong dan perilaku lain yang
dang ras, usia, atau budaya. Biasanya
dapat mengancam dan membahayakan
pemilik perusahaan akan sering memberi
korban.
penghargaan kepada karyawan jika mereka

Buletin Psikologi 141


SILVIANDARI & HELMI

mencapai tujuan dengan memberikan hari maupun akademis yang cukup sulit untuk
libur / cuti, hadiah / reward, atau pertemuan. diukur dan dimonitor secara akurat. Salah
satu penyebabnya adalah adanya kera-
Bagaimana dengan Penelitian dan Gerakan Anti gaman konsep tentang bullying di tempat
Bullying di Indonesia? kerja, sehingga hal ini akan memungkinkan
untuk terjadinya perbedaan interpretasi
Penelitian bullying banyak diteliti namun
terhadap hasil penelitian yang ada. Maka
terbatas pada setting sekolah atau setting
dari itu perlu adanya satu definisi yang jelas
remaja, belum ditemukan penelitian
mengenai bullying di tempat kerja dengan
bullying yang dilakukan secara mendalam
mempertimbangkan aspek-aspek yang
dan komprehensif pada setting kerja. Sejauh
memengaruhinya, salah satunya adalah
pengetahuan peneliti, riset tentang bullying
faktor sosial budaya di mana konsep
di tempat kerja yang ada di Indonesia saat
bullying tersebut dikembangkan. Hal ini
ini masih berada pada area studi deskriptif
dikarenakan definisi yang jelas dari bullying
dan korelasional dengan mengacu pada
di tempat kerja tidak terlepas dari adanya
teori bullying dari Einarsen dan Leymann.
pengaruh budaya, baik budaya makro mau-
Penelitian korelasional bullying biasanya
pun budaya mikro. Budaya makro meliputi
dikaitkan dengan beberapa variabel yang
budaya suatu negara di mana organisasi
menjadi anteseden maupun outcome dari
berada. Identifikasi terhadap budaya makro
bullying. Variabel-variabel tersebut di anta-
dan mikro ini dapat dilakukan dengan
ranya adalah komitmen, turnover, burnout,
menggunakan pendekatan pengukuran
dan trait.
budaya dari Hofstede maupun Globe.
Di sisi lain secara praktis terdapat
Apabila ditinjau secara menyeluruh
lembaga di Indonesia yang concern terhadap
tampak bahwa bullying di tempat kerja ini
bullying, namun perhatian terbesarnya pada
memberikan dampak yang negatif bagi
bullying di sekolah dan siber pada remaja
individu, kelompok, organisasi, maupun
ada dua, yaitu pertama, Yayasan Semai Jiwa
lingkungan sosial secara luas, maka dari itu
Amini (Sejiwa) yang didirikan pada 2004
diperlukan pendekatan yang terintegrasi
adalah sebuah organisasi nirlaba yang
dalam menangani persoalan bullying ini.
berupaya mendorong perlindungan anak di
Indonesia, khususnya dalam mencegah dan
mengatasi isu-isu kekerasan terhadap anak, Daftar Pustaka
baik di dunia nyata maupun di dunia online.
(www.sejiwa.org). Kedua, Sudah Dong Agarwal, U. A. & Gupta, R. G. (2016).
adalah sebuah gerakan anti bullying Indone- Examining the nature and effects of
sia yang diinisiasi oleh Katyana Wardhana psychological contract: Case study of an
dan sekelompok anak muda. Gerakan ini Indian organization. Thunderbird Inter-
muncul karena banyaknya terjadi kasus national Business Review. doi: 10.1002/
bullying di Indonesia dan belum ada sebuah tie.21870.
gerakan yang massif untuk menghentikan Andersson, L. M. & Pearson, C. M. (1999).
bullying (www. sudahdong.com) Tit for tat? The spiraling effect of
incivility in the workplace. Academy of
Management Review, 24(4), 52- 71.
Penutup
Aquino, K., Grover, S. L., Bradfield, M., &
Bullying di tempat kerja merupakan salah Allen, D. G. (1999). The effects of
satu persoalan, baik dalam bidang praktis negative affectivity, hierarchical status.

142 Buletin Psikologi


BULLYING DI TEMPAT KERJA DI INDONESIA

Academy of Management, 42(3), 260-272. Cooper (Eds.), Bullying and emotional


doi: 10.2307/256918 abuse in the workplace: International
Bennett, R. J. & Robinson, S. L. (2003) The perspectives in research and practice (pp. 3-
past, present and future of workplace 30). New York, NY: Taylor & Francis.
deviance research. In J. Greenberg (Ed.), Einarsen, S., Hoel, H., Zapf, D., & Cooper,
Organizational behavior: The state of the C. L. (2011). The concept of bullying and
science (2ndedn). Mahwah, NJ: Erlbaum. harassment at work: The European
Bjorkqvist, K., Osterman, K., & Hielt-Back, tradition. In S. Einarsen, H. Hoel, D.
M. (1994). Aggression among university Zapf & C. L. Cooper (Eds.), Bullying and
employees. Aggressive Behavior Journal, harassment in the workplace: Developments
20(3), 173-184. doi: 10.10002/1098-2337 in theory, research, and practice (2nd ed.),
(pp. 3-39). Boca Raton, FL: CRC Press.
Branch, S., Ramsay, S., & Barker, M. (2013).
Workplace bullying, mobbing and Gunawan, R., Prihanto, S., & Yuwanto, L.
general harassment: A review. Inter- (2009). Causes and the intensity of
national Journal of Management Reviews, workplace bullying. Anima, Indonesian
15(3), 280-299. doi: 10.1111/j.1468-2370. Psychology Journal, 25(1), 47-54.
2012.00339.x Hidayati, N. & Rahayuningsih, I. (2014).
Brodsky, C. (1976). The harassed worker. Bentuk dan dampak kekerasan di
Lexington, MA: Lexington Books. tempat kerja (workplace bullying) pada
buruh pabrik di gresik. Jurnal Psikosains,
Duffy, M. & Sperry, L. (2007). Workplace
9(2), 125-139.
mobbing: Individual and family health
consequences. The Family Journal. 15, Hutchinson, M., Wilkes, L., Jackson, D., &
398. doi: 10.1177/1066480707305069 Vickers, M. H. (2010). Integrating indi-
vidual, work group and organizational
Einarsen, S. (1996). Bullying and harassment
factors: Testing a multidimensional
at work: Epidemiological and psychosocial
model of bullying in the nursing
aspects. Doctoral dissertation, Depart-
workplace. Journal of Nursing
ment of Psychosocial Science, Univer-
Management, 18(2), 173-181. doi: 10.
sity of Bergen.
1111/ j.1365-2834.2009.01035.x.
Einarsen, S. (2000). Harassment and
Jennifer, M. I. L., Restubog, S. L. D., &
bullying at work: A review of the
Zagenczyk, T. J. (2010). Consequences of
Scandinavian approach. Aggression and
workplace bullying on employee
Violent Behavior, 5(4), 379-401. doi:
identification and satisfaction among
10.1016/ S1359-1789(98)00043-3
Australians and Singaporeans. Journal of
Einarsen, S., & Skogstad, A. (1996). Bullying Cross-Cultural Psychology, 41(2), 236-252.
at work: Epidemiological findings in doi: 10.1177/0022022109354641
public and private organizations.
Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan
European Journal of Work and Organi-
Nasional. (2016). Kamus Besar Bahasa
zational Psychology, 5(2), 185-201. doi:
Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
10.1080/13594329608414854
Keashly, L., Trott, V. & MacLean, L. M.
Einarsen, S., Hoel, H., Zapf, D., & Cooper,
(1994). Abusive behavior in the
C. L. (2003). The concept of bullying at
workplace: A preliminary investigation.
work: The european tradition. In S.
Violence and Victims, 9(4), 341-357.
Einarsen, H. Hoel, D. Zapf & C. L.

Buletin Psikologi 143


SILVIANDARI & HELMI

Lewis, D. (2003). Voices in the social Journal of Business Research, 66(3), 374-
construction of bullying at work: 380. doi: 10.1016/ j.jbusres. 2011.08.018
Exploring multiple realities in further Rudi, T. (2010). Informasi perihal bullying.
and higher education. International Diperoleh dari https://bigloveadagio.
Journal of Management and Decision files.wordpress.com/2010/03/informasi_
Making, 4(1), 65-81. perihal_bullying.pdf. Diakses pada
Leymann, H. (1990). Mobbing and psy- tanggal 2 Juli 2018.
chological terror at workplaces. Violence Salin, D. (2001) Prevalence and forms of
and Victims, 5(2), 119-126. bullying among business professionals:
Lutgen-Sandvik, P. (2005). Water smoothing A comparison of two different strategies
stones: Subordinate resistance to workplace for measuring bullying. European Journal
bullying (Doctoral dissertation). Arizona of Work and Organizational Psychology, 10
State University, Tempe, AZ. (4), 425-441. doi: 10.1080/135943201430
Retrieved from https://www.ndsu.edu/ 00771
pubweb/~lutgensa/Resistance%20to% Salsabila, I. (2018). Google kewalahan cegah
20Workplace%20Bullying%20Lutgen- bullying di kantor. Diperoleh dari
Sandvik%20 Dissertation%202005.pdf https://inet.detik.com/cyberlife/d-
Namie, G. (2003). Workplace bullying: 4092933/google-kewalahan-cegah-
Escalated incivility. Ivey Bussiness bullying-di-kantor. Diakses pada
Journal. 12, 1-7. tanggal 2 Juli 2018.
Neuman, J. H. & Baron, R. A. (1998). Samnani, A. K. (2012). 20 Years of
Workplace violence and workplace workplace bullying research: A review
aggression: Evidence concerning of the antecedents and consequences of
specific forms, potential causes, and bullying in the workplace. Aggression
preferred targets. Journal of Management, and Violent Behavior. 17(6), 581-589. doi:
24(3), 391-419. doi: 10.1177/ 10. 1016/j.avb.2012.08.004
014920639802400305 Sidle, S. D. (2010). Eye of the beholder: Does
O’Leary-Kelly, A. M., Griffin, R. W. & Glew, culture shape perceptions of workplace
D. J. (1996). Organization-motivated bullying? The Academy of Management
aggression: A research framework. Perspectives, 24(3), 100-101.
Academy of Manage Review, 21(1), 225- Stouten, J., Baillien, E., Van den Broeck, A.,
253. Camps, J., De Witte, H., & Euwema, M.
Parzefall, M.-R., & Salin, D. M. (2010). (2010). Discouraging bullying: The role
Perceptions of and reactions to of ethical leadership and its effects on
workplace bullying: A social exchange the work environment. Journal of
perspective. Human Relations, 63(6), 761- Business Ethics, 95(1), 17-27.
780. doi: 10.1177/0018726709345043 Thylefors, I. (1987). Syndabockar. (Scapegoats.
Power, J. L., Brotheridge, C. M., Exlusion and bullying in worklife).
Blenkinsopp, J., Bowes-Sperry, L., Stockholm: Natur och Kultur.
Bozionelos, N., Buzády, Z., Chuang, A., Timucin, A., Yildirim, A., & Yildirim, D
…..& Madero, S.M., (2013). Accep- (2007). Mobbing behaviors encountered
tability of workplace bullying: A by nurse teaching staff. Nurse Ethics,
comparative study on six continents. London: Sage Publications.

144 Buletin Psikologi


BULLYING DI TEMPAT KERJA DI INDONESIA

Vartia, M. (1996). The sources of bullying: prevalence. https://www.workplace-


Psychosocial work environment and bullying.org/wbiresearch/wbi-2017-
organizational climate. European Journal survey/
of Work and Organizational Psychology www.sejiwa.org diakses pada tanggal 2 juli
5(2), 203-214. doi: 10.1080/13594329608 2018.
414855
www.sudahdong.com diakses pada tanggal
Westhues, K. (2003). At the mercy of the 2 juli 2018.
mob. Canada's Occupational Health &
Zapf, D. (1999) Organisational, work group
Safety Magazine, 18(8), 30-36. Published
related and personal causes of
online at http://arts.uwaterloo.ca/
mobbing/bullying at work. International
~kwesthue/ohs-canada.htm>January
Journal of Manpower, 20(1/2), 70-85.
2003.
Zapf, D. & Einarsen, S. (2001). Bullying in
Wilson, C. B. (1991). U.S. Businesses suffer
the workplace: Recent trend in research
from workplace trauma. Personnel
and practice an introduction. European
Journal, 47-50.
Journal of Work and Organizational
Workplace Bullying Institute. (2017). U.S Psychology, 10(4), 369-373. doi: 10.1080/
workplace bullying survey: National 13594320143000807

Buletin Psikologi 145

Anda mungkin juga menyukai