Pemerataan Pendidikan
Pemerataan Pendidikan
DI INDONESIA
OLEH
EKA REZEKI AMALIA
06320004
berkat rahmat dan karunia-Nya sebuah paper yang berjudul ”Kondisi Pemerataan
salam selalu tercurah keharibaan junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW,
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan
paper ini, baik berupa moril maupun materiil. Semoga mendapat balasan yang
Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak
ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
Semoga paper ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul…………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………… 1
Indonesia
Bab IV Penutup……………………………………………………........... 28
4.1 Kesimpulan…………………………………………………… 28
4.2 Saran…………………………………………………………. 28
Daftar Pustaka…………………………………………………………..... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengaruh globalisasi terhadap pembangunan nasional di Indonesia
industri yang perlu didukung oleh sumber daya manusia yang lebih terampil
dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri pada dinamika perubahan yang
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. tentu saja hal ini (SDM)
yang berkualitas ini dapat dibentuk salah satunya yaitu melalui proses
pendidikan.
Indonesia?
pendidikan di Indonesia?
Indonesia.
yaitu
maupun elektronik.
all.
pendidikan, sementara itu akses terhadap pendidikan telah adil jika antar
aktif dan pemerataan pasif. Pemerataan pasif adalah pemerataan yang lebih
menilai pemerataan pendidikan yang dicapai oleh suatu daerah, apalagi bagi
penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi era global yang sarat dengan
persaingan antarbangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian,
faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bias memenangi kompetisi global.
wajib belajar pendidikan sembilan tahun mulai tahun 1994. Upaya-upaya ini
beasiswa ini semakin intensif ketika terjadi krisis ekonomi, dan dewasa ini
dengan Program BOS untuk Pendidikan dasar. Hal ini menunjukan bahwa
berkaitan dengan penyediaan fasilitas tapi juga pemeliharaan siswa agar tetap
dan pasal 11, ayat (1) menyatakan “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
tujuan negara yakni bukan saja mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga
perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi.
masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi
muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan potensi dan kemajuan
teknologi baru.
miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk.
kecemburuan sosial.
jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di samping itu,
tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal
beruntung ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang
lebih efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan
geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur
guru lulus Diploma III atau lebih. Sementara itu jenjang sekolah menengah
telah memiliki 82 persen guru yang memiliki pendidikan sarjana atau lebih.
guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang bidang ilmu yang
dimiliki. Untuk jenjang SMP/MTs masih terdapat 16,6 persen guru yang tidak
SMA/MA/SMLB dan 15,2 persen untuk SMK. Kondisi tersebut tentu sangat
berpengaruh terhadap kualitas proses dan hasil belajar mengajar. Guru yang
memiliki latar belakang ilmu sosial tentu dapat mengajar mata pelajaran IPA
Pada tahun 2004 sekitar 57,2 persen gedung SD/MI dan sekitar 27,3
persen gedung SMP/MTs mengalami rusak ringan dan rusak berat. Pada saat
yang sama sebagian besar sekolah belum memiliki prasarana penunjang mutu
tidak semua peserta didik dapat mengakses buku pelajaran baik dengan
hal ini, anak-anak yang memerlukan perhatian khusus (children with special
membolehkan guru mata pelajaran menjual buku yang berharga tinggi juga
didik yang masuk ke sekolah dengan sistem subsidi silang itu hanya akal-
full day, dan label-label lain yang melakat pada sekolah yang diasumsikan
dengan “unggul”.
berada di pulau Jawa, sehingga masyarakat yang berada di pulau lain harus
Negara (BHMN) bagi enam universitas dan institut: UI, UGM, USU, UPI,
selama ini bersifat elitis akan semakin bertambah elitis. Perguruan tinggi
bertarif mahal akan makin mengentalkan watak elitisme dan kian mereduksi
yang baik. Kedua, ada alasan ideologis di balik gerakan protes itu. Selama ini,
yang bisa menikmati pendidikan tinggi adalah orang-orang yang berasal dari
keluarga kelas menengah. Bagi orang-orang yang berasal dari kelas bawah
dalam hal perluasan dan pemerataan akses pendidikan bagi setiap warga
berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja (transition
belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Pada saat yang sama,
Pada tahun 2006 sekitar 57,2 persen gedung SD/MI dan sekitar 27,3
persen gedung SMP/MTs mengalami rusak ringan dan rusak berat. Gedung
Inpres SD tahun 1970-an dan Program Wajib Belajar Enam Tahun pada tahun
1980-an sudah banyak yang rusak berat yang diperburuk dengan terbatasnya
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999
mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori
tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54,
8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
a. Pendidikan prasekolah,
berikut:
tidak memenuhi standar minimal baik dari segi sarana dan prasarana
belajar.
kurang seimbang.
b. Pendidikan dasar
berikut:
Menurut data Susenas 2004, APK pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs
sekolah menengah pertama atau jenjang yang lebih tinggi baru mencapai 45,8
persen. Sementara itu, pada tahun 2004 rata-rata lama sekolah penduduk
berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,24 tahun. Meskipun pada tahun
2004 angka partisipasi sekolah (APS) penduduk usia 7–12 tahun sudah
hampir 100 persen, angka partisipasi sekolah penduduk usia 13–15 tahun dan
penduduk usia 16–18 tahun masing-masing baru mencapai 83,5 persen dan
partisipasi pendidikan penduduk Indonesia. Dalam hal ini, pada tahun 2006,
pencapaian APS diperkirakan masih sebesar 83,2 persen pada kelompok usia
13–15 tahun dan 56,0 persen pada kelompok usia 16–18 tahun sesuai sasaran
RKP 2006.
pemerataan pendidikan pada jalur formal. Menurut data Susenas 2004, dari
penduduk usia sekolah 7–24 tahun yang berjumlah 76,0 juta orang, yang
sekolah atau drop-out di tingkat SD/MI tercatat sebanyak 685.967 anak, yang
berhasil lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dan putus
Menurut data Susenas 2003, masih tingginya angka putus sekolah dan tidak
ekonomi, karena banyak di antara anak-anak usia sekolah dasar itu berasal
\
3.5 Upaya Pemerintah dalam Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan berbagai
langkah akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan
ketidakmerataan akses baik spasial kota non kota dan yang bersifat gender.
berkualitas, lebih efektif, lebih cepat dan dengan dukungan biaya negara yang
menanggungnya"
pada tahun 2008 yang dapat diukur antara lain dengan peningkatan angka
adalah suatu sistem atau model pemanfaatan program media audio interaktif
Produk media audio lain yang dihasilkan oleh Pustekkom antara lain
Radio Pelangi, audio integrated, dan audio SLTP Terbuka. Tentu saja, itu
tadi, termasuk TV-E yang akan berfungsi sebagai media pembelajaran bagi
peserta didik, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil dalam rangka
Hal ini dapat dilihat dari jumlah angka pengangguran yang semakin
prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 32 untuk IPA dan 34
untuk Matematika
pendidikan saat ini dan mendatang serta sebagai upaya untuk mengelimir
a. Pendidikan tidak harus dibangun dengan biaya yang mahal, tetapi sekolah
yang mencari lahan untuk menarik pungutan kepada siswa (orang tua)
sesuai dengan kuintasi yang dicairkan dan jangan sampai bantuan yang
standar.
4.2 Saran
IKIP Yogyakarta
Usman, Moh. Uzer., Drs. & Setiawati, Lilis. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan
http://www.google.com