Anda di halaman 1dari 7

Bangunan Manajemen Berbasis Sekolah ( MODUL 5 , KEGIATAN

BELAJAR 2)

Banyak guru, kepala sekolah, bahkan kalangan dinas pendidikan yang melihat kebijakan
pembaruan di bidang pendidikan secara terpotong-potong tidak menyeluruh. Mereka mungkin
tidak salah karena mereka memperoleh dari berbagai sumber, kepentingan dan kegiatan yang
berbeda. Kesan yang timbul seolah-olah banyak sekalik kebijakan baru yang membuat pusing
sekolah. Bagan bangunan MBS dimaksudkan untuk menghilangkan kesan banyak sekali
kebijakanb baru yang seolah-olah berdiri sendiri-sendiri.
1. Bangunan Segi empat MBS dan daerah lingkaran
a) Bangunan segi empat MBS merefleksikan proses pengelolaan pendidikan.
b) Proses pembelajaran (PBM) digambarkan dalam bangunana lingkaran dengan garis-garis tebal
karena proses ini lebih terfokus, direncanakan dengan sadar, materi dan metode serta sumber
major yang spesifik dan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi yang spesifik pula,
sedangkan roses pendidikan di dalam sebuah sekolah merupakan wadah interasosial yang lebih
luas dan beragam kegiatannya.
c) Sumber Daya Pendidikan (SDP) merupakan sisi penopang penting untuk keberhasilan proses
pembelajaran maupun prosees pendidikan pada umumnya pada suatu sekolah
d) Kurikulum berbasis kompetensi menuntut inisiatif dan kreativitas guru, bahkan para guru baik
secara sendiri atau kelompok dapat merumuskan silabus dan kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik.

2. Atap Segitiga
Dalam bangunan MBS, terdapat atap segitiga akuntabilitas yang merujuk kepada standar
nasional, akreditasi sekolah dan evaluasi independen oleh lembaga mandiri.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah juga berfungsi sebagai
standar nasional karena ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Evaluasi merupakan bentuk akuntabilitas yang diberikan kepada satuan-satuan pendidikan,
termasuk program-programnya.
Menurut pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi.
Sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi pada umumnya sangat populer untuk sekolah
kejuruan dan kursus-kursus serta pelatihan keterampilan tertentu yang bersifa vokasional.
Berdasarkan pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, p[ara pengambil kebijakan masih mempunyai
ruang untuk mengatur pelaksanaannya.

3. Lantai Prasyarat (SPM), Fondasi (Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan Lahan (Aspirasi
Masyarakat)
Pelaksanaan MBS yang berwawasan mutu (MBS) akan sulit diwujudkan bahkan dalam kondisi
tertentu tidak dapat dilaksanakan, kalau pemenuhan standar pelayanan minimal sekolah (P-
SPM-S) tidak dilaksanakan untuk mendukung sumber daya pendidikan (SDM) yang memadai.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, Dewan Pendidikan berperan menampung
dan menyalurkan aspirasi tersebut, dengan fungsinya sebagai pendukung (turut mencari solusi
dan pemecahan masalah), penasehat (pemberi saran), pengawas (ikut mengontrol) dan
mediator (penghubung berbagai pihak untuk membantu pendidikan). Dalam praktik saling
hubungan antarelemen tersebut sungguhpun merupakan parameter, tetapi pelaksanaannya
elastis/fleksibel dan dinamis dan sangat ditentukan oleh loyalitas serta kesungguhan berbagai
pihak terkait terhadap pelaksanaan sistem yang berlaku.
MODEL MODEL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (
MODUL 5 )

A. PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang


pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia
indonesia secara menyeluruh.
Diperlukan suatu strategi untuk menjadikan sekolah menjadi sekolah yang efektif dan
produktif. Strategi yang sudah digunakan dibeberapa negara maju dan saat ini sudah mulai
dikembangkan di indonesia adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based
Management(SBM).
Keadaan dalam suatu wilayah (negara) mempengaruhi bagaimana cara yang tepat
untuk menetapkan suatu gaya pendekatan untuk menjadikan sekolah itu kreatif dan produktif.
Hal ini menjadikan MBS memiliki beberapa model yang diterapkan di masing-masing
negara/wilayah. Seperti model australia, model amerika, model inggris dan lain sebagainya.
Dalam makalah yang singkat ini, akan coba diuraikan beberapa model MBS yang
sudah diterapkan.

B. MODEL MODEL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat beberapa model yang
dikembangkan dibeberapa negara diantaranya: Hong Kong, Kanada, Amerika Serikat,
Inggris, Australia, Prancis, Nikaragua, Selandia Baru, El Salvador, Madagaskar, dan di
Indonesia.
1. Model MBS di Hong Kong
Kondisi yang kurang baik yang terjadi di Hong Kong mendorong diberlakukannya MBS
dengan tujuan terjadinya suatu perbaikan.[1] Di Hong Kong MBS disebut The School
Management Initiative (SMI) atau manajemen sekolah inisiatif.
Model MBS di Hong Kong ini, menekankan pentingnya inisiatif dari sumber daya
sekolah sebagai pengganti inisiatif dari atas yang selama ini diterapkan. Prinsip-prinsip MBS
yang ditawarkan di Hong Kong adalah perlunya telaah ulang secara terus menerus terhadap
pembelajaan anggran pemerintah, perlunya evaluasi secara sistematis terhadap hasil,
definisi, yang lebih baik tentang tanggung jawab, hubungan erat antara tanggung jawab
sumber daya dan tanggung jawab manajemen, perlu adanya organisasi dan kerangka kerja
yang sesuai, hubungan yang jelas antara pembuat kebijakan dengan agen-agen pelaksana.
Dengan adanya prinsip tersebut maka diperlukan suatu transparansi dan akuntabilitas
dalam pengelolaan pendidikan. Taransparansi dan akuntabilitas di sini meliputi penggunaan
anggaran belanja sekolah dan penentuan hasil belajar siswa serta pengukuran hasilnya.

2. Model MBS di Kanada


Di kanada, pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi di mana
pemerintah daerah/kota sebagai unit administratif dan pengambilan kebijakan.[2]
Model MBS di sana disebut School-site decision making (SSDM) atau pengambilan
keputusan diserahkan pada tingkat sekolah. Ciri-ciri MBS dikanada adalah sebagai berikut :
 Penentuan alokasi sumber daya ditentukan sekolah
 Anggaran pendidikan diberikan secara lupsum
 Alokasi anggaran pendidikan tersebut dimasukkan ke dalam anggaran sekolah
 Adanya program efektivitas guru
 Adanya program pengembangan profesionalisme tenaga kerja. (sungkowo: 2002).
Penekanan model MBS di kanada ini dalam hal pengambilan keputusan, yaitu
pengambilan keputusan diserahkan kepada masing-masing sekolah secra langsung. Model
ini pun hanya terbatas pada beberapa hal saja, yaitu yang menyangkut pengangkatan,
promosi, penghargaan dan penghentian tenaga guru dan administrasi, pengadaan peralatan
sekolah, pelayanan kepada sekolah. Sebelumnya ketiga hal tersebut ditentukan oleh pusat.
Yang menjadi ciri lain dari MBS model kanada adalah peningkatan dan
pengembangan profesionalisme tenaga kerja baik meningkatkan kemampuan guru maupun
tenaga administrasi.

3. Model MBS di Amerika Serikat


Sistem pendidikan di Amerika Serikat mula-mula secara konstistusional pemerintah
pusat (state) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pemerintah daerah
hanya sebagai pembuatan kebijaksanaan dan administrasi. Pemerintah federal memiliki
peran yang terbatas bahkan semakin berkurang perannya. Perannya hanya dibatasi terutama
pada area khusus, yaitu dukungan pendanaan.
Model MBS di Amerika Serikat disebut dengan Site- based Management. Beberapa
pendapat yang mendudkung diadakannya MBS menyarankan bahwa sebagai syarat penting
untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka otoritas pengambilan keputusan harus pada
tingkat sekolah.
Mereka yakin dengan diadakannya MBS dimana penyerahan sumber daya ke tingkat
sekolah akan membuat kemajuan. Hal ini karena sekolah memiliki kebebasan mencurahkan
energi kreatifnya dan sekolah dapat mengembangkan diversifikasi pendekatan strategi untuk
mencapai tujuannya

4. Model MBS di Inggris.


Model MBS di Inggris disebut Grant Maintained School (GMS). Atau manajemen
swakelola pada tingkat lokal. Dinamakan seperti itu karena, adanya undang-undang
pendidikan tahun 1988, antara lain berisi adanya kurikulum inti nasional, adanya ujian
nasional, serta pelaporan nasional. Kontrol terhadap anggaran sekolah diberikan kepada
lembaga pengelola/pengawas beserta para kepala sekoalah menengah keatas dan sebagian
sekolah dasar dalam waktu lima tahun. Juga memberikan pilihan pada orang tua dengan cara
membantu mengembangkan diversifikasi, meninghkatkan akses, mengizinkan sekolah-
sekolah negeri untuk keluar dari kontrol otoritas pendidikan lokal. Berdasarkan suara
mayoritas orang tua siswa.
Dengan adanya undang-undang pendidikan tersebut terjadi enam perubahan
struktural guna memfasilitasi pelaksanaan MBS sebagaimana dikemukakan oleh sungkowo
(2002).
a. kurikulum nasional untuk mata pelajaran inti ditentukan oleh pemerintah.
b. Ujian nasional dilaksanakan atau diterapkan pada siswa kelas 7,11,14 dan 16.
c. MBS di bentuk untuk mengembangkan otoritas pemerintah.
d. Dibuatlah sekolah lanjutan tekhnik
e. Kewenangan inner London Education dilimpahkan kepada tiga belas otoritas
pendidikan.
f. Skema manjemen sekolah lokal dibentuk dengan melibatkan beberapa pihak
terkait.

5. Model MBS di Australia


Karakteristik MBS di Australia dapat dilihat dari aspek kewenangan sekolah yang
meliputi.
1. menyusun dan mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
2. melakukan pengelolaan sekolah yang dapat dipilih diantara tiga kemungkinan
yaitu standard flexbility option (SO), Enchanced Flexibility Option-1(EO1), dan
enchanced Flexibility-2(EO2).
3. membuat perencanaan, melaksanakannya dan
mempertanggungjawabkannya.
4. adanya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS
5. menjamin dan mengusahankan sumber daya manusia dan sumber daya
keuangan.
6. adanya felksibilitas dalam sumber daya sekolah[3]
seperti yang telah disebutkan di atas untuk melakukan pengelolaan sekolah dapat
dilakukan dengan tiga kemungkinan yaitu SO, EO1 dan EO2.
Pengorganisasian pengelolaan sekolah menggambarkan kadar kewenangan yang
diberikan kepada sekolah.
a. Standar Flexibility Option (SO)
Dalam bentuk ini peran dan dukungan kantor distrik lebih besar. Kepala sekolah hanya
bertanggungjawab terhadap penyususnan rencana sekolah dan pelaksanaan
pelajaran(implementasi kurikulum). Kantor distrik bertanggunjawab terhadap pengesahan
dan monitoring serta bertindak sebagai penasehat dalam penyususnan school planing
overview. Dalam pengelolaan MBS tipe SO ini, pemerintah negara bagian memberikan
petunjuk pedoman dan dukungan.

b. Enchanced Flexibility Option-1 (EO1)


Dalam bentuk ini sekolah bertanggungjawab untuk menyususn rencana strategis sekolah.
Untuk tiga tahun. Peran distrik sebagai 1)memberikan dukungan kepada sekolah dalam
pelaksanaan monitoring internal ; 2) menandatangani isi rencana sekolah.
c. Enchanced Flexibility Option-2 (EO2)
Keterlibatan distrik, disini sangat sedikit, hanya berperan sebagai lembaga konsultasi. [4]

6. Model MBS di Prancis.


Di Prancis otoritas lokal memiliki tanggung jawab terhadap dukungan finansial.
Kekuasaan badan pengelola sekolah menengah atas diperluas ke beberapa area. Sementara
itu pengangkatan guru masih dilakukan oleh pusat dengan ketat. Masing-masing sekolah
menerima anggaran secara lumpsum terhadap jam mengajar guru. Kepala sekolah mentukan
jenis staf yang dibutuhkan.

7. Model MBS di Nikaragua


Model MBS di Nikaragua difokuskan pada pendesentralisasikan pengelolaan sekolah
dan anggaran sekolah yang keputusannya diserahkan kepada dewan sekolah. Yang
mencakup empat tahapan penting yaitu; desentralisasi kebijakan, perubahan organisasi
sekolah, kondisi lokal dan sejarah organisasi, serta hasil yang diharapkan.

8. Model MBS di Selandia Baru


Komite sekolah untuk sekolah dasar anggotanya terdiri dari warga setempat dan
dipilih setiap dua tahun. Tetapi sebagian besar sekolah menengah atas di kontrol dan dikelola
oleh dewan gubernur yang keanggotaannya kebanyakan dari orang tua siswa dan anggota
mayarakat lainnya.

9. Model MBS di El Salvador


Model MBS di El Salvador disebut dengan Community Managed Scholls Program
yang kemudian dikenal dengan akronim bahasa spanyol, EDUCO ( Education participation
de la comunidad) maksud dari model ini untuk mendesentralisasikan pengelolaan sekolah
Negeri dengan cara meningkatkan keterlibatan orangtua di dalam tanggung jawab
menjalankan sekolah. Filosofinya adalah perlunya para orang tua siswa untuk terlibat secara
langsung di dalam pendidikan anak-anaknya.

10. Model MBS di Madagaskar


Model MBS yang diterapkan di sini difokuskan kepada pelibatan masyarakat pada
pengontrolan pendidikan dasar. Implementasi MBS diarahkan di dalam kerangka kerja
dengan melibatkan masyarakat desa tidak hanya untuk merehabilitasi, membangun dan
memelihara sekolah-sekolah dasar, tetapi juga dilibatkan dalam pengelolaan dan
pensupervisian sekolah dasar.

11. Model MBS di Indonesia.


Model MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah(MPMBS), dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
MBS di Indonesia difokuskan pada peningkatan mutu, tetapi tidak jelas dalam hal mutu
apa.

Anda mungkin juga menyukai