BELAJAR 2)
Banyak guru, kepala sekolah, bahkan kalangan dinas pendidikan yang melihat kebijakan
pembaruan di bidang pendidikan secara terpotong-potong tidak menyeluruh. Mereka mungkin
tidak salah karena mereka memperoleh dari berbagai sumber, kepentingan dan kegiatan yang
berbeda. Kesan yang timbul seolah-olah banyak sekalik kebijakan baru yang membuat pusing
sekolah. Bagan bangunan MBS dimaksudkan untuk menghilangkan kesan banyak sekali
kebijakanb baru yang seolah-olah berdiri sendiri-sendiri.
1. Bangunan Segi empat MBS dan daerah lingkaran
a) Bangunan segi empat MBS merefleksikan proses pengelolaan pendidikan.
b) Proses pembelajaran (PBM) digambarkan dalam bangunana lingkaran dengan garis-garis tebal
karena proses ini lebih terfokus, direncanakan dengan sadar, materi dan metode serta sumber
major yang spesifik dan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi yang spesifik pula,
sedangkan roses pendidikan di dalam sebuah sekolah merupakan wadah interasosial yang lebih
luas dan beragam kegiatannya.
c) Sumber Daya Pendidikan (SDP) merupakan sisi penopang penting untuk keberhasilan proses
pembelajaran maupun prosees pendidikan pada umumnya pada suatu sekolah
d) Kurikulum berbasis kompetensi menuntut inisiatif dan kreativitas guru, bahkan para guru baik
secara sendiri atau kelompok dapat merumuskan silabus dan kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik.
2. Atap Segitiga
Dalam bangunan MBS, terdapat atap segitiga akuntabilitas yang merujuk kepada standar
nasional, akreditasi sekolah dan evaluasi independen oleh lembaga mandiri.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah juga berfungsi sebagai
standar nasional karena ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Evaluasi merupakan bentuk akuntabilitas yang diberikan kepada satuan-satuan pendidikan,
termasuk program-programnya.
Menurut pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi.
Sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi pada umumnya sangat populer untuk sekolah
kejuruan dan kursus-kursus serta pelatihan keterampilan tertentu yang bersifa vokasional.
Berdasarkan pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, p[ara pengambil kebijakan masih mempunyai
ruang untuk mengatur pelaksanaannya.
3. Lantai Prasyarat (SPM), Fondasi (Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan Lahan (Aspirasi
Masyarakat)
Pelaksanaan MBS yang berwawasan mutu (MBS) akan sulit diwujudkan bahkan dalam kondisi
tertentu tidak dapat dilaksanakan, kalau pemenuhan standar pelayanan minimal sekolah (P-
SPM-S) tidak dilaksanakan untuk mendukung sumber daya pendidikan (SDM) yang memadai.
Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, Dewan Pendidikan berperan menampung
dan menyalurkan aspirasi tersebut, dengan fungsinya sebagai pendukung (turut mencari solusi
dan pemecahan masalah), penasehat (pemberi saran), pengawas (ikut mengontrol) dan
mediator (penghubung berbagai pihak untuk membantu pendidikan). Dalam praktik saling
hubungan antarelemen tersebut sungguhpun merupakan parameter, tetapi pelaksanaannya
elastis/fleksibel dan dinamis dan sangat ditentukan oleh loyalitas serta kesungguhan berbagai
pihak terkait terhadap pelaksanaan sistem yang berlaku.
MODEL MODEL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (
MODUL 5 )
A. PENDAHULUAN