Anda di halaman 1dari 42

Diskusi.

7 Perencanaan

Mode Penampilan                                                                      
Tampilkan tanggapan dalam bentuk sarang

 
Diskusi.7
Rabu, 28 Agustus 2019, 09:00
Topik Diskusi:
Terdpat lima model perencanaan pendidikan yaitu model perencanaan
komperhensif, model target setting, model costing dan keefektifn biaya, dan Model
PPBS. Jelaskan dan diskusikan tentang model PPBS !
Permalink | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh DIAN AMRILLAH 530027918 - Jumat, 18 Oktober 2019, 01:07
Bismillah
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Yth. Ibu Dr.Rini Fhatmasari selaku Dosen Tuton, juga rekan-rekan Mahasiswa
Pendidikan Dasar pada kelas ini, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan
kemudahan mengikuti tutorial online.
Mengawali diskusi kali ini, saya mencoba memaparkan tentang model PPBS
sebagai salah satu model perencanaan pendidikan.
Model PPBS  atau Planning, Programming, Budgeting System  dikenal di Indonesia
dengan nama SP4 atau Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan
Penganggaran bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan
penganggaran dipandang sebagai satu sistem yang tidak terpisahkan satu sama
lain, terutama antara fungsi perencanaan dan penganggaran. Model ini pertma kali
dilaksanakan pada angkatan udara di Amerika Serikat tahun 1953 (Moesa, 1980)
dan diterima sebagai hal yang sangat penting pada pemerintahan sipil pada tahun
1965 (Hartley, 1968).
Perencanaan (planning) merupakan komponen yang sangat berfungsi menentukan
tujuan dengan menjawab pertanyaan apa yang ingin dicapai. Penyusunan program
(programmming) berfungsi menjabarkan rencana ke dalam bentuk-bentuk
kegiatan-kegiatan produktif atau instrumental input yang diinvestasikan dengan
menjawab pertanyaan bagaimana tujuan dapat dicapai melalui kegiatan produktif
yang efisien? Penganggaran (budgetting) merupakan pemberian dimensi moneter
terhadap kegiatan produktif dan instrumental input yang diinvestasikan itu dengan
menjawab pertanyaan berapa ongkosnya?
PPBS atau SP4 merupakan suatu pendekatan yang komprehensif dan sistematis
yang berusaha menentukan tujuan, mengembvangkan program-program yang dapat
dicapai, dan dengan menggunakan anggaran seefektif dan seefisien mungkin.
Jujun (1980) dan Fattah (1999) mengemukakan esensi dari PPBS adalah:
1. Membuat perincian secara cermat serta melakukan analisis secara sistematik
terhadap tujuan yang ingin dicapai.
2. Mencari alternatif-alternatif program yang relevan untuk mencapai tujuan.
3. Membuat gambaran besarnya biaya total dari setiap alternatif yang dibuat .
4. Memberikan gambaran tentang efektivitas dari dari setiap alternatif yang dibuat
dan alternatif tersebut dapat mencapai tujuan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternatif yang dibuat serta dipilih , yaitu
mencari kombinasi yang memberikan efektivitas paling besar dari sumber yang ada
dalam pencapaian tujuan.
Adapun faktor-faktor yang ditekankan oleh perencana dalam menggunakan PPBS
(Pidarta, 2005), terkait dengan fungsi penganggaran adalah:
1. Berorientasi pada efektivitas bahwa usaha penyusunan budget diarahkan kepada
pencapaian tujuan program.
2. Dana dialokasikan pada setiap pelaksanaan program yang telah disusun secara
analisis dan sistematis. 
3. Pembiayaan bersifat integratif, bahwa unsur pembiayaan masuk ke dalam analisis
sistem menjadi satu dengan analisis program, analisis alat dan analisis metode.
4. Alokasi dana dibuat berdasarkan realitas objek dan tidak semata-mata dilakukan
atas adsar pemerataan, melainkan dilakukan atas dasar kebutuhan dilapangan.
5. Pemgalokasian dana dibuat sehemat mungkin . 
Demikian apa yang saya ketahui tentang model PPBS.
Terima kasih.
 
Dian MArilah, UPBJJ Bogor
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh AAS DASWATI 530028207 - Jumat, 18 Oktober 2019, 09:47
Asalamualaikum Wr Wb , Dosen Tuton yang Terhormat serta kawan-kawan
mahasiswa yang baik, salam semangat, terimakasih kepada ibu Dian amrillah yang
sudah mengawali Diskusi 7 ini
Esensi dari Model PPBS adalah...
1. Membuat perincian terhadap tujuan yang hendak dicapai 
2. Mencari alternatif (program yang relevan)
3. Membuat gambaran besarnya biaya
4. Memberikan gambaran efektivitas setiap setiap alternatif yang dibuat
5. Membandingkan dan menganalisis alternatif yang dibuat
Budget Dalam PPBS dapat berjangka panjang ,menengah, dan pendek,baik
langsung ataupun tidak langsung 
Beberapa manfaat model PPBS bagi lembaga pendidikan 
1. Memberikan penjelasan dan menguraikan tugas
2. Mengklasifikasikan pekerjaan lembaga sesuai dengan tujuan
3. Membuat perbandingan antara biaya dan pengeluaran 
4. Adanya alokasi resources dalam suatu kegiatan 
5. Output dari kegiatan terspesifikasikan 
6. Tersedia dari beberapa pilihan
7. Tersedia proyeksi dari kegiatan perencanaan jangka panjang 
8. Tersedia program revisi, objektif, dan budget berdasarkan pengalaman dan
perubahan lingkungan
Penyusunan program berfungsi menjabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
produktif atau instrumental input yang di investasikan dengan menjawab pertanyaan
bagaimana tujuan dapat dicapai melalu kegiatan produktif yang efesiensi ?
pengannggaran atau budgeting merupakan pemberian dimensi moneter terhadapa
kegiatan produktif dan instrumental input yang di investasikan itu dengan menjawab
pertanyaan berapa ongkosnya ? SP4 merupakan suatu pendekatan yang
komprehensif dan sistematis yang berusaha menentukan tujuan ,mengembangkan
program-program yang dapat dicapaidan menggunakan anggaran seefektif dan
seefesien mungkin.
Faktor-faktor yang ditekankan oleh perencana dalam menggunakan PPBS adalah ..
1. beorientasi pada efektivitas bahwa usaha penyusunan budget diarahkan kepada
pencapaian tujuan program
2.dana dialokasikan kepada setiap pelaksanaan program yang telah disusun secara
analitis dan sistematis
3.Pembiayaan bersifat integratif
4. Alokasi dana dapat dibuat berdasarkan realitas objektif dan alokasi dana tidak
boleh dilakukan semata-mata atas dasar pemerataan melainkan dilakukan atas
dasar kebutuhan di lapangan
5. Pengalokasian dana dibuat sehemat mungkin
Demikian tanggapan diskusi dari saya, semoga bermanfaat
Terimakasih
Aas Daswati UPBJJ BOGOR
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh DIAN AMRILLAH 530027918 - Jumat, 18 Oktober 2019, 18:47
Terima kasih Bu Aas telah menambahkan beberapa poin penting dari model PPBS.
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SUHARJITO 530028887 - Jumat, 18 Oktober 2019, 09:40
. Model PPBS
PPBS (planning, programming, budgeting system) bermakna bahwa perencanaan,
penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak
terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif
untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan
pengertian, antara lain: Kast Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS
merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan
tujuan, mengembangkan program-program, untuk dicapai, menemukan besarnya
biaya dan alternative dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan
kegiatan program jangka panjang. Sedangkan Harry J. Hartley (1968)
mengemukakan bahwa PPBS merupakan proses perencanaan yang komprehensif
yang meliputi program budget sebagai komponen utamanya.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. PPBS merupakan pendekatan yang sistematik. Oleh kaena itu, untuk menerapkan
PPBS diperlukan pemahaman tentang konsep dan teori system.
2. PPBS merupakan suatu proses perencanaan komprehensif. Penerapannya hanya
dimungkinkan untuk masalah-masalah yang kompleks dan dalam organisasi yang
dihadapkan pada masalah yang rumit dan komprehensif.
Untuk memahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatikan sifat-sifat esensial
dari system ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
1. Memperinci secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan
yang hendak dicapai.
2. Mencari alternative-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan.
3. Menggambarkan biaya total dari setiap alternative, baik langsung ataupun tidak
langsung, biaya yang telah lewat ataupun biaya yang akan dating, baik biaya yang
berupa uang maupun biaya yang tidak berupa uanag.
4. Memberikan gambaran tentang efektifitas setiap alternative dan bagaimana
alternative itu mencapai tujuan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternative tersebut, yaitu mencari kombinasi
yang memberikan efektivitas yang paling besar dari suber yang ada dalam
pencapaian tujuan ( Jujun S, 1980).
Referensi:
Fattah, Nanang. 2001, Landasan Manajemen Pendidikan . Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, Cetakan kelima.
 
http://maydinahnoor.blogspot.com/2010/07/model-model-perencanaan-
pendidikan.html
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7model perencanaan pendidikan


oleh LINDA 530028214 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 16:44
pada diskusi7 ini saya akan menambahkan bahwa model perencanaan pendidikan
merupakan acuan para perencana mulai ditingkat makro, meso untuk menjabarkan
lebih lanjut hingga ditingkat makro pada satuan pendidikan yang menyediakan
proses pelayanan pendidikan. dengan melihat uraian tentang model PPBS yang
disampaikan bahwa model ini cocok untuk digunakan dalam perencanaan suatu
lembaga pendidikan karena dalam model ini salahsatunya dana yang dialokasikan
sesuai dengan program yang dianggarkan dan diprioritaskan 
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh HANING SUSILO WARDANI 530026797 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 18:44
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Hormat saya kepada ibu tutor online Dr. Rhini Fatmasari, S.Pd., M.Sc.
serta rekan mahasiswa seperjuangan yang saya sayangi.
Alhamdulillah kita telah sampai di diskusi 7, semoga kita selalu diberi
kesehatan.
Dalam diskusi 7 ini kita akan membahas model perencanaan pendidikan
PPBS.
Model perencanaan pendidikan ada lima, yaitu model perencanaan
komprehensif, model target setting, model costing(pembiayaan),
keefektifan biaya, dan model Planning Programming, Budgeting System
(PPBS).
Saya akan sedikit memaparkan tentang model Planning Programming,
Budgeting System (PPBS). Model ini dilaksanakan pada Angkatan udara di
Amerika Serikat pada tahun 1953. Di Indonesia sendiri model PPBS
dikenal dengan nama SP4 (Sistem Perencanaan, Penyusunan, Program,
dan Penganggaran).
1. Planning, berfungsi menentukan tujuan dengan menjawab pertanyaan
“Apa yang ingin dicapai?”
2. Programming, berfungsi menjabarkan rencana ke dalam bentuk
kegiatan-kegiatan produktif atau instrumental input yang diinvestasikan
dengan menjawab pertanyaan “Bagaimana tujuan dapat dicapai melalui
kegiatan produktif yang efisien?
3. Budgeting, merupakan pemberian dimensi moneter terhadap kegiatan
produktif dan instrumental input uang diinvestasikan.
 
Esensi dari PPBS, yaitu:
1. Membuat perincian terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2. Mencari alternatif (program) yang relevan.
3. Membuat gambaran besarnya biaya.
4. Memberikan gambaran efektivitas setiap alternatif yang dibuat.
5. Membandingkan dan menganalisis alternatif yang dibuat.
 
Demikian model perencanaan pendidikan PPBS berdasarkan BMP
Perencanaan Pembiayaan Pendidikan yang saya baca. Semoga
bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua.
Terima kasih.
 
Haning
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SARIFAH 530027355 - Minggu, 20 Oktober 2019, 02:40
Alhamdulillah dari penjelasan teman-teman sebelumnya sudah bagus saya sedikit
menambahkan apa yang saya baca pada modul perencanaan pembiayan
pendidikan tentang model PPBS yang ada dihalaman 4.28 – 4.32
Model perencanaan pendidikan merupakan acuan perencanaan ditingkat
makro,meso dan ditingkat mikro melalui tahapan tertentu untuk mengatasi masalah
pembangunan pendidikan yang dihadapi. PPBS merupakan pendekatan yang
sistematik. Oleh karena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman
tentang konsep dan teori system. PPBS merupakan suatu proses perencanaan
komprehensif. Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang
kompleks dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan
komprehensif. PPBS memiliki jangkauan dan sifat Budget perencanaan untuk jangka
panjang ,menengah dan pendek.
                                                              
Dalam model PPBS  ada empat kata yang perlu kita garis bawahi yaitu :

1. Planning yaitu perencanaan yang berfungsi menentukan tujuan yang ingin


dicapai dengan menjawab pertanyaan  apa yang ingin dicapai.
2. Programming  yaitu program yang berfungsi menjabarkan rencana
kedalam bentuk kegiatan – kegiatan produktif atau instrument input yang
diinvestasikan dengan menjawab pertanyaan bagaimana tujuan dapat
dicapai melalui kegiatan produktif yang efesian.
3. Budgeting  yaitu penganggaran yang berfungsi memberi dimensi moneter
terhadap kegiatan produktif instrumental infut yang diinvestasikan dengan
menjawab pertanyaan berapa ongkosnya.
4. System adalah mekanisme yang melakukan integrasi , checking, dan
peninjauan atau mengoreksi kembali terhadap semua desisi planning,
programming, budgeting, sehingga segala sesuatu itu berlangsung dalam
rangka administrasi yang stabil dan konstans. ( Modul MIPK5101 Hal 4.28-
4.29 )

 
Bagi Jujun (1980) dalam Fattah (1999) mengemukakan bahwa esensi dari PPBS
meliputi

1. Membuat penelitian secara cermat serta melakukan analisis secara cermat,


serta melakukan analisis secara sistematis terhadap tujuan yang hendak
dicapai.
2. Mencarai alternative – alternative  atau program yang relevan untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Membuat gambaran besarnya biaya total dari setiap alternatife yang dibuat
baik secara langsung maupun tidak langsung .
4. Memberikan gambaran tentang efektivitas dari setiap alternative  yang
dibuat dan alternatife tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternatif yang dibuat serta dipilih untuk
mencari kombinasi yang memberikan efektifitas yang paling besar dari
sumber yang ada demi mencapai tujuan. ( Modul MIPK5101 Hal 4.29 )

 
Faktor –faktor yang ditekankan oleh perencana dalam menggunakan
PPBS (Pirdarta 2005)  terutama yang terkait dengan fungsi penganggaran  adalah :

1. Berorentasi pada efektivitas bahwa usaha penyusunana budget diarahkan


kepada pencapaian tujuan program tersebut.dimana dana dialokasikan
dengan memperhitungkan sumber lain secara simultan untuk
menyelesaikan tugas secara efektif.
2. Dana yang dialokasikan kepada setiap pelaksanaan programyang telah
disusun secara analisis dan sistematis.
3. Pembiayaan bersifat integrative
4. Alokasi yang dibuat berdasarkan relitas objektif
5. Pengalokasian dana dibuat sehemat mungkin .

 
Selanjutnya beberapa manfaat yang dapat dipetik dari model PPBS  yaitu :

1. Memberikan penjelasan atau tujuan dari suatu institusi tersebut.


2. Mengklasifikasikan pekerjaan lembaga tersebut dalam arti untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3. Membuat perbandingan Antara biaya dan pengeluaran.
4. Adanya alokasi resources dalam suatu kegiatan
5. Ouput dari kegiatan tersebut dispesifikasikan
6. Tersedia eksplorasi dari beberapa pilihan atau kemungkinan untuk dapat
mencapai ouput yang sama
7. Tersedia proyeksi dari suatu kegiatan program perencanaan jangka
panjang.
8. Tersedia program .revisi objektif dan budget berdasarkan pada suatu
pengalaman dan juga perubahan lingkungan yang ikut mempengaruhi
perencanaan tersebut.  ( Modul MIPK5101 hal 4.30 )

 
 Jadi dapat kita simpulan bahwa Model PPBS mempunyai kelebihan dan
kelemahan
Kelebihan  model PPBS

1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen


puncak ke manajemen menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi,
dan kerja sama antar departemen
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan
pencapaian tujuan organisasi
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi
sumber daya secara optimal

 
Kelemahan Model PPBS

1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,


adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai
kumpulan manusia yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program.
Statististik hanya tepat untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan
sifat progam atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan
dalam melakukan alokasi biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat
berdasarkan departemen bukan program.

 
Sekian mudahan bermanfaat
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SARIFAH 530027355 - Minggu, 20 Oktober 2019, 02:43
Alhamdulillah dari penjelasan teman-teman sebelumnya sudah bagus saya sedikit
menambahkan apa yang saya baca pada modul perencanaan pembiayan
pendidikan tentang model PPBS yang ada dihalaman 4.28 – 4.32
Model perencanaan pendidikan merupakan acuan perencanaan ditingkat
makro,meso dan ditingkat mikro melalui tahapan tertentu untuk mengatasi masalah
pembangunan pendidikan yang dihadapi. PPBS merupakan pendekatan yang
sistematik. Oleh karena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman
tentang konsep dan teori system. PPBS merupakan suatu proses perencanaan
komprehensif. Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang
kompleks dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan
komprehensif. PPBS memiliki jangkauan dan sifat Budgetperencanaan untuk jangka
panjang ,menengah dan pendek.
                                                                                                                                       
  
Dalam model PPBS  ada empat kata yang perlu kita garis bawahi yaitu :

1. Planning yaitu perencanaan yang berfungsi menentukan tujuan yang ingin


dicapai dengan menjawab pertanyaan  apa yang ingin dicapai.
2. Programming  yaitu program yang berfungsi menjabarkan rencana
kedalam bentuk kegiatan – kegiatan produktif atau instrument input yang
diinvestasikan dengan menjawab pertanyaan bagaimana tujuan dapat
dicapai melalui kegiatan produktif yang efesian.
3. Budgeting  yaitu penganggaran yang berfungsi memberi dimensi moneter
terhadap kegiatan produktif instrumental infut yang diinvestasikan dengan
menjawab pertanyaan berapa ongkosnya.
4. System adalah mekanisme yang melakukan integrasi , checking, dan
peninjauan atau mengoreksi kembali terhadap semua desisi planning,
programming, budgeting, sehingga segala sesuatu itu berlangsung dalam
rangka administrasi yang stabil dan konstans. ( Modul MIPK5101 Hal 4.28-
4.29 )

 
Bagi Jujun (1980) dalam Fattah (1999) mengemukakan bahwa esensi dari PPBS
meliputi
1. Membuat penelitian secara cermat serta melakukan analisis secara cermat,
serta melakukan analisis secara sistematis terhadap tujuan yang hendak
dicapai.
2. Mencarai alternative – alternative  atau program yang relevan untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Membuat gambaran besarnya biaya total dari setiap alternatife yang dibuat
baik secara langsung maupun tidak langsung .
4. Memberikan gambaran tentang efektivitas dari setiap alternative  yang
dibuat dan alternatife tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternatif yang dibuat serta dipilih untuk
mencari kombinasi yang memberikan efektifitas yang paling besar dari
sumber yang ada demi mencapai tujuan. ( Modul MIPK5101 Hal 4.29 )

 
Faktor –faktor yang ditekankan oleh perencana dalam menggunakan
PPBS (Pirdarta 2005)  terutama yang terkait dengan fungsi penganggaran  adalah :

1. Berorentasi pada efektivitas bahwa usaha penyusunana budget diarahkan


kepada pencapaian tujuan program tersebut.dimana dana dialokasikan
dengan memperhitungkan sumber lain secara simultan untuk
menyelesaikan tugas secara efektif.
2. Dana yang dialokasikan kepada setiap pelaksanaan programyang telah
disusun secara analisis dan sistematis.
3. Pembiayaan bersifat integrative
4. Alokasi yang dibuat berdasarkan relitas objektif
5. Pengalokasian dana dibuat sehemat mungkin .

 
Selanjutnya beberapa manfaat yang dapat dipetik dari model PPBS  yaitu :

1. Memberikan penjelasan atau tujuan dari suatu institusi tersebut.


2. Mengklasifikasikan pekerjaan lembaga tersebut dalam arti untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3. Membuat perbandingan Antara biaya dan pengeluaran.
4. Adanya alokasi resources dalam suatu kegiatan
5. Ouput dari kegiatan tersebut dispesifikasikan
6. Tersedia eksplorasi dari beberapa pilihan atau kemungkinan untuk dapat
mencapai ouput yang sama
7. Tersedia proyeksi dari suatu kegiatan program perencanaan jangka
panjang.
8. Tersedia program .revisi objektif dan budget berdasarkan pada suatu
pengalaman dan juga perubahan lingkungan yang ikut mempengaruhi
perencanaan tersebut.  ( Modul MIPK5101 hal 4.30 )

Jadi dapat kita simpulan bahwa Model PPBS mempunyai kelebihan dan
kelemahan
Kelebihan  model PPBS
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen
puncak ke manajemen menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi,
dan kerja sama antar departemen
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan
pencapaian tujuan organisasi
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi
sumber daya secara optimal

 Kelemahan Model PPBS

1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,


adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai
kumpulan manusia yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program.
Statististik hanya tepat untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan
sifat progam atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan
dalam melakukan alokasi biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat
berdasarkan departemen bukan program.

 
Sekian mudahan bermanfaat
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SARIFAH 530027355 - Minggu, 20 Oktober 2019, 02:53
Alhamdulillah dari penjelasan teman-teman sebelumnya sudah bagus saya sedikit
menambahkan apa yang saya baca pada modul perencanaan pembiayan
pendidikan tentang model PPBS yang ada dihalaman 4.28 – 4.32
Model perencanaan pendidikan merupakan acuan perencanaan ditingkat
makro,meso dan ditingkat mikro melalui tahapan tertentu untuk mengatasi masalah
pembangunan pendidikan yang dihadapi. PPBS merupakan pendekatan yang
sistematik. Oleh karena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman
tentang konsep dan teori system. PPBS merupakan suatu proses perencanaan
komprehensif. Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang
kompleks dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan
komprehensif. PPBS memiliki jangkauan dan sifat Budgetperencanaan untuk jangka
panjang ,menengah dan pendek.
                                                                                                                                       
  
Dalam model PPBS  ada empat kata yang perlu kita garis bawahi yaitu :

1. Planning yaitu perencanaan yang berfungsi menentukan tujuan yang ingin


dicapai dengan menjawab pertanyaan  apa yang ingin dicapai.
2. Programming  yaitu program yang berfungsi menjabarkan rencana
kedalam bentuk kegiatan – kegiatan produktif atau instrument input yang
diinvestasikan dengan menjawab pertanyaan bagaimana tujuan dapat
dicapai melalui kegiatan produktif yang efesian.
3. Budgeting  yaitu penganggaran yang berfungsi memberi dimensi moneter
terhadap kegiatan produktif instrumental infut yang diinvestasikan dengan
menjawab pertanyaan berapa ongkosnya.
4. System adalah mekanisme yang melakukan integrasi , checking, dan
peninjauan atau mengoreksi kembali terhadap semua desisi planning,
programming, budgeting, sehingga segala sesuatu itu berlangsung dalam
rangka administrasi yang stabil dan konstans. ( Modul MIPK5101 Hal 4.28-
4.29 )

 
Bagi Jujun (1980) dalam Fattah (1999) mengemukakan bahwa esensi dari PPBS
meliputi

1. Membuat penelitian secara cermat serta melakukan analisis secara cermat,


serta melakukan analisis secara sistematis terhadap tujuan yang hendak
dicapai.
2. Mencarai alternative – alternative  atau program yang relevan untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Membuat gambaran besarnya biaya total dari setiap alternatife yang dibuat
baik secara langsung maupun tidak langsung .
4. Memberikan gambaran tentang efektivitas dari setiap alternative  yang
dibuat dan alternatife tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Membandingkan dan menganalisis alternatif yang dibuat serta dipilih untuk
mencari kombinasi yang memberikan efektifitas yang paling besar dari
sumber yang ada demi mencapai tujuan. ( Modul MIPK5101 Hal 4.29 )

 
Faktor –faktor yang ditekankan oleh perencana dalam menggunakan
PPBS (Pirdarta 2005)  terutama yang terkait dengan fungsi penganggaran  adalah :

1. Berorentasi pada efektivitas bahwa usaha penyusunana budget diarahkan


kepada pencapaian tujuan program tersebut.dimana dana dialokasikan
dengan memperhitungkan sumber lain secara simultan untuk
menyelesaikan tugas secara efektif.
2. Dana yang dialokasikan kepada setiap pelaksanaan programyang telah
disusun secara analisis dan sistematis.
3. Pembiayaan bersifat integrative
4. Alokasi yang dibuat berdasarkan relitas objektif
5. Pengalokasian dana dibuat sehemat mungkin .

 
Selanjutnya beberapa manfaat yang dapat dipetik dari model PPBS  yaitu :

1. Memberikan penjelasan atau tujuan dari suatu institusi tersebut.


2. Mengklasifikasikan pekerjaan lembaga tersebut dalam arti untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3. Membuat perbandingan Antara biaya dan pengeluaran.
4. Adanya alokasi resources dalam suatu kegiatan
5. Ouput dari kegiatan tersebut dispesifikasikan
6. Tersedia eksplorasi dari beberapa pilihan atau kemungkinan untuk dapat
mencapai ouput yang sama
7. Tersedia proyeksi dari suatu kegiatan program perencanaan jangka
panjang.
8. Tersedia program .revisi objektif dan budget berdasarkan pada suatu
pengalaman dan juga perubahan lingkungan yang ikut mempengaruhi
perencanaan tersebut.  ( Modul MIPK5101 hal 4.30 )

 
Jadi dapat kita simpulan bahwa Model PPBS mempunyai kelebihan dan
kelemahan
Kelebihan  model PPBS

1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen


puncak ke manajemen menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi,
dan kerja sama antar departemen
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan
pencapaian tujuan organisasi
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi
sumber daya secara optimal

 
Kelemahan Model PPBS

1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,


adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai
kumpulan manusia yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program.
Statististik hanya tepat untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan
sifat progam atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan
dalam melakukan alokasi biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat
berdasarkan departemen bukan program.

 
Sekian mudahan bermanfaat
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh BOBY TEJASILA 530026117 - Senin, 21 Oktober 2019, 12:11
seperti yang kita ketahui ada terdapat beberapa model dalam perencanaan
pembiayaan dalam pendidikan. Yaitu model perencanaan komperhensif, model
target setting, model costing dan keefektifn biaya, dan Model PPBS. Saya mencoba
mengemukakan model-model tersebut. model kompreheniaf merupakan sebuah
model yang digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan. model ini dijadikan acuan atau patokan dalam
menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik kearah tujuan-tujuan yang lebih
luas. kedua model target seting merupakan model yang digunakan
untuk melaksanakan proyeksi dalam kurun waktu tertentu ataupun memperkirakan
tingkat perkembangannya. selanjutnya model costing dan keefektifan biaya
merupakan model yang digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria
efisien dan efektifitas ekonomis. sedangkan model PPBS (planning, programming,
budgeting system) bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan
penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak terpisahkan satu sama
lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk pengambilan
keputusan yang lebih efektif. 
Diskusi.7 Statistik
Mode Penampilan                                                                      
Tampilkan tanggapan dalam bentuk sarang

 
Diskusi.7
Rabu, 28 Agustus 2019, 09:00
Pastikan bahwa Anda sudah berpartisipasi pada diskusi 6... jika ada yang perlu
didiskusikan kembali pada materi diskusi 6.. silakan ...
Permalink | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh AAS DASWATI 530028207 - Jumat, 18 Oktober 2019, 09:01
Asalamualaikum Wr, Wb , Dosen Tuton Yang t.erhormat dan teman-teman
Mahasiswa yang baik, saya sudah ikut berpartisipasi pada diskusi 6  membahas
tentang permasalahan yang terkait dengan uji mean tunggal atau mean ganda
Double.
Kepada Dosen Tuton yang terhormat dan teman-teman , mohon pencerahan
tentang yang saya belum pahami
1.  Bagaimana proses uji Mean Tunggal ?
2. Kapan kita menerima  dan kapan kita menolak Hipotesis ? 
3. Ada tiga jenis uji hipotesis dua sampel mean-mean dua sampel untuk sampel
besar ( distribusi Z ) ,mean-mean dua sampel untuk sampel-sampel kecil ( distribusi
T )  minta tolong pencerahan bagi teman-teman yang sudah paham atau kepada
dosen Tuton yang saya hormati.
Terimakasih
Aas daswati
UPBJJ Bogor
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh LENNI NURCAHAYA PURBA 530026339 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 12:21
Bapak Dosen Tuton, Dr. Yoppy Wahyu Purnomo PPs yth dan teman-teman yang
selalu bersemangat. 
Senang sekali Bapak Dosen Tuton kita ini selalu memberi ruang yang cukup untuk
kita berdiskusi. Dan sepertinya Belia juga tahu kesulitan kita (saya) dalam
memahami statistik ini. Sebagai Guru SD yang kesehariannya hanya berkecimpung
dengan matematika yang hanya dasarnya saja, statistik ini menjadi materi yang
sangat sulit saya pahami di samping beberapa simbol yang tidak semuanya saya
bisa terjemahkan atau baca dengan benar. 
Banyak sekali yang mau saya diskusikan dengan Bapak Dosen dan teman-teman.
Seperti Mean tunggal dan dobel Mean ini. Bagaimana prosesnya? Sehingga
hipotesis diterima atau ditolak. Saya belum begitu memahaminya. Semoga dengan
membaca komentar teman-teman nanti saya bisa mendapat info lebih tentang mean
tunggal dan mean dobel ini. 
Terima kasih
 
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7uji hipotesis


oleh LINDA 530028214 - Senin, 21 Oktober 2019, 07:44
sama halnya dengan rekan- rekan mahasiswa tentang pemahaman statistik yang
saya hadapi. saya masih mengalami kesulitan pada materi uij hipotesis ini.
harapannya kepada bapa tuton dan tutor pada saat tatap muka memberikan
penjelasan sedetail mungkin dari materi statistik ini
 
Diskusi.7 Desain Pembelajaran
Mode Penampilan                                                                      
Tampilkan tanggapan dalam bentuk sarang

 
Diskusi.7
Rabu, 28 Agustus 2019, 09:00
Setelah mempelajari modul 7 tentang analisis pembelajaran, pengembangan tujuan
pembelajaran, dan penyusunan tes hasil belajar, silakan berdiskusi dengan
memposting pendapat yang relevan dan bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman materi tersebut.
Selamat berdiskusi
Permalink | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh AAS DASWATI 530028207 - Jumat, 18 Oktober 2019, 04:10
Asalamualaikum Wr Wb , Dosen Tuton Yang terhormat serta teman-teman
Mahasiswa yang baik , saya akan coba untuk menanggapi diskusi 7 ini
Analisis pembelajaran merupakan proses penyusunan secara logis dan sistematis
dari prilaku umum ke prilaku khusus. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk
mengidentifikasi prilaku-prilaku khusus yang dapat menggambarkan prilaku umum
secara lebih terperinci.
Struktur prilaku terdapat empat macam susunan yaitu
1. Prilaku Hirarkikal 
2.Prilaku Prosedural
3.Prilaku pengelompokan 
4.Prilaku kombinasi
Tujuan Pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran 
Tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh BF, Skinner pada tahun 1950
yang diterapkan dalam ilmu prilaku dengan maksud untuk meningkatkan mutu
pembelajaran 
Tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukanoleh anak
didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 
menentukan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari
taksonomi bloom dan Krathwohl (1964) memilih Taksonomi Bloom dalam 3 kawasan
:
1. Ranah Kognitif
2.Ranah Afektif
3. Ranah Psikomotor 
Tes Hasil Belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang telah
diberikan oleh guru kepada para peserta didiknya dalam jangka waktu terentu untuk
keperluan  evaluasi proses belajar mengajar dapat digunakan tes yang telah
distandarisasikan maupun tes buatan guru sendiri 
Standarized test adalah tes yang telah mengalami proses standarisasi yakni proses
Validitas dan realibilitas sehingga tes tersebut benar-benar Valid dan realibel
Tes Buatan Guru adalah suatu tes yang disusun oleh guru sendiri untuk
mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah penyusunan Tes Hasil Belajar 
1. mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran
2.Membatasi cakupan isi tes
3.Menentukan tingkat kompetensi yang akan diukur
4.menentukan tipe butir tes yang akan digunakan
5. Menentukan banyaknya butir Tes
6. Menyusun Kisi-kisi tes
7. Menentukan Rubrik/ kriteria penilaian
Demikian tanggapan diskusi dari saya, semoga bermanfaat
Aas Daswati UPBJJ BOGOR
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh Dek Ngurah Laba Laksana - Sabtu, 19 Oktober 2019, 17:24
Terimakasih sudah memulai diskusi dlaam sesi ini.
Tanggapan Saudara sudah sangat baik. Cara Saudara menyajikan materi tentang
analisis pembelajaran mulai dari analisis tujuan pembelajaran smapai dengan
penilaian hasil belajar cukup baik.
Saran sy adalah Saudara perlu memberikan contoh slaah satu tujuan pembelajaran
di SD dan bagaimana bentuk penilaiannya. Selamat berdiskusi!
Salam UT Lovers
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SUHARJITO 530028887 - Jumat, 18 Oktober 2019, 18:13
Tes hasil belajar bentuk obyektif (objective test)
1.      Pengertian tes obyektif
Tes obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), tes "ya-tidak" (yes-no test) dan tes model baru (new type
test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items)
yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di
antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-
masing items; atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-
kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan
untuk masing-rnasing butir item yang bersangkutan.
 
2.      Penggolongan tes obyektif
Tes obyektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
a.       Tes obyektif bentuk benar-salah (True-False Test)
b.      Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
c.       Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
d.      Tes obyektif bentuk isian (Fill in Test)
e.       Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test)
 
3.      Ketepatan penggunaan tes obyektif
Tes hasil belajar bentuk obyektif tepat digunakan apabila tester berhadapan dengan
kenyataan-kenyataan seperti tersebut di bawah ini:
a.       Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee yang cukup
banyak itu, maka penggunaan tes uraian menjadi kurang efektif dan efisien,
terutama ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi hasilnya.
b.      Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang
luas dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif.
c.       Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan
penyusunan butir-butir soal tes obyektif.
d.      Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes obyektif itu tidak
hanya akan dipergunakan dalam satu kail tes saja, melainkan akan dipergunakan
lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang.
e.       Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan
butir-butir soal tes obyektif yang disusunnya itu, akan dapat dilakukan
penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya.
f.       Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal tes
obyektif, maka prinsip obyektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan ketimbang
menggunakan butir-butir soal tes subyektif.
 
4.      Keunggulan dan kelemahan tes obyektif
·         Keunggulan yang dimiliki oleh tes obyektif, antara lain:
a.       Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili
materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada
peserta didik untuk mempelajarinya.
b.      Tes obyektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif,
baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan bobot skor
maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.
c.       Mengoreksi hasil tes obyektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat
ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
d.      Berbeda dengan tes uraian, maka tes obyektif memberikan kemungkinan
kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi hasil tes
tersebut.
e.       Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik analisis dari
segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
·         Kelemahan tes obyektif antara lain:
a.       Menyusun butir-butir soal tes obyektif adalah tidak semudah seperti halnya
menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir soalnya cukup banyak,
menyiapkan kemungkinan jawab yang harus dipasangkan pada setiap butir item
pada tes obyektif itu juga bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
b.      Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses
berpikir yang tinggi atau mendalam.
c.       Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain
spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal.
d.      Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, di mana dipergunakan
simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam.
 
5.      Petunjuk operasional penyusunan tes obyektif
a.       Untuk dapat menyusun butir-butir soal tes obyektif yang bermutu tinggi,
pembuat soal tes (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) harus membiasakan diri
dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu ia akan dapat merancang dan
menyusun butir-butir soal tes obyektif dengan lebih baik dan lebih sempurna.
b.      Setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyektif itu selesai
dipergunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan item, dengan tujuan dapat
mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah termasuk dalam kategori "baik"
dan butir-butir item mana yang masih termasuk dalam kategori "kurang baik" dan
"tidak baik".
c.       Dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerja sama yang
tidak sehat di kalangan testee, perlu disiapkan terlebih dahulu suatu norma yang
memperhitungkan faktor tebakan.
d.      Agar tes obyektif disamping mengungkap aspek ingatan atau hafalan juga
dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam.
e.       Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-istilah
yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas dan mudah
dipahami oleh testee.
 
f.       Untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perdebatan antara testee
dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif hendaknya diusahakan
sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir yang dapat menghasilkan penafsiran
ganda atau kerancuan dalam pemberian jawabannya.
g.      Cara memenggal atau memutus kalimat, membubuhkan tanda-tanda baca
seperti titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda-tanda aljabar seperti kuadrat,
akar dan sebagainya, hendaknya ditulis secara benar, usahakan agar tidak terjadi
kesalahan ketik atau kesalahan cetak, sehingga tidak mengganggu konsentrasi
testee dalam memberikan jawaban soal.
h.      Dengan cara bagaimanakah testee (siswa) seharusnya memberikan jawaban
terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes, hendaknya diberikan pedoman
atau petunjuknya secara jelas dan tegas
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh Dek Ngurah Laba Laksana - Sabtu, 19 Oktober 2019, 17:31
Terimakasih sudah bergabung. 
Dalam diskusi ini, tanggapan Saudara sudah baik.
Bamyak jenis penilaian yang sudah Saudara kemukakan disini.
Bentuk tes yang bervariasi akan menambah wawasan Saudara tentang tes tertulis
seperti tes objektif dan tes lainnya.
Mari berdiskusi.
Salam
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh DIAN AMRILLAH 530027918 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 04:37
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Terima kasih kepada Ibu Aas Daswati dan Bapak Suharjito yang sudah membuka
diskusi di inisiasi ke-7 ini.
Saya ingin memberikan tambahan tentang tujuan pembelajaran yang biasanya
diarahkan pada salah satu kawasan taksonomi Bloom. 
Konsep tentang kognitif, afektif, dan psikomotorik ini juga dikenal dengan
nama Taksonomi Bloom, yang dicetuskan oleh Benjamin Bloom dan kawan –
kawan pada tahun 1956. Taksonomi Bloom adalah konsep tentang tiga model
hierarki yang digunakan untuk mengklasifikasikan perkembangan pendidikan anak
secara objektif. Tiga model aspek tersebut adalah kognitif, afektif dan psikomotorik.
A. Kognitif
Untuk mengetahui lebih jauh tentang tiga aspek dalam taksonomi Bloom ini, kita
perlu menjabarkan pengertian dari masing – masing aspek satu persatu:
1. Pengertian Kognitif
Aspek kognitif menjadi aspek utama dalam banyak kurikulum pendidikan dan
menjadi tolok ukur penilaian perkembangan anak. Kognitif yang berasal dari bahasa
latin cognitio memiliki arti pengenalan, yang mengacu kepada proses mengetahui
maupun kepada pengetahuan itu sendiri.
Dengan kata lain, aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau
proses berpikir, yaitu kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan
kemampuan rasional. Dalam aspek kognitif dibagi lagi menjadi beberapa aspek yang
lebih rinci yaitu:

 Pengetahuan ( Knowledge) – C1 = Cognitif 1

Aspek ini adalah aspek yang mendasar yang merupakan bagian dari aspek kognitif.
mengacu kepada kemampuan untuk mengenali dan mengingat materi – materi yang
telah dipelajari mulai dari hal sederhana hingga mengingat teori – teori yang
memerlukan kedalaman berpikir. Juga kemampuan mengingat konsep, proses,
metode, serta struktur.
Contoh kata kerja operasionalnya yaitu : menyebutkan, menunjukkan, memberi
nama, menyusun daftar, menjodohkan, memilih, menyatakan, mendefinisikan.

 Pemahaman ( Comprehension) – C2 = Cognitif 2

Aspek ini lebih tinggi daripada aspek pengetahuan. Mengacu kepada kemampuan
untuk mendemonstrasikan fakta dan gagasan dengan mengelompokkan,
mengorganisir, membandingkan, memberi deskripsi, memahami dan terutama
memahami makna dari hal – hal yang telah dipelajari. Memahami suatu hal yang
telah dipelajari dalam bentuk translasi (mengubah bentuk), interpretasi (menjelaskan
atau merangkum), dan ekstrapolasi (memperluas arti dari satu materi).
Contoh kata kerja operasionalnya yaitu menjelaskan, menguraikan, merumuskan,
merangkum, memberikan contoh, ,e,bedakan, menerangkan, memperkirakan,
menyimpulkan.

 Penerapan ( Application) – C3 = Cognitif 3

Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang telah dipelajari dengan
menggunakan aturan serta prinsip dari materi tersebut dalam kondisi yang baru atau
dalam kondisi nyata. Juga kemampuan menerapkan konsep abstrak dan ide atau
teori tertentu. Penerapan merupakan tingkat yang lebih tinggi dari kedua aspek
sebelumnya yaitu pengetahuan dan pemahaman.
Contoh kata kerja operasionalnya yaitu mengubah, membuktikan, menghitung,
menyelesaikan, menemukan, mengoperasikan, memecahkan, menggunakan,
memodifikasi.

 Analysis (Analisa) – C4 = Cognitif 4

Menganalisa melibatkan pengujian dan pemecahan informasi ke dalam beberapa


bagian, menentukan bagaimana satu bagian berhubungan dengan bagian lainnya,
mengidentifikasi motif atau penyebab dan membuat kesimpulan serta materi
pendukung kesimpulan tersebut. Tiga karakteristik yang ada dalam aspek analisa
yaitu analisa elemen, analisa hubungan, dan analisa organisasi.
Contoh kata kerja operasionalnya yaitu merinci, mengidentifikasi, menghubungkan,
mempertentangkan, memisahkan, membuat diagram, menunjukkan hubungan
antara.

 Sintesis ( Synthesis) – C5 = Cognitif 5

Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak terlihat sebelumnya,
dan juga mampu menjelaskan mengenai data atau informasi yang didapat. Dengan
kata lain, aspek sintesis meliputi kemampuan menyatukan konsep atau komponen
sehingga dapat membentuk suatu struktur yang memiliki pola baru. Pada aspek ini
diperlukan sisi kreatif dari seseorang atau anak didik.
Contoh kata kerja operasionalnya adalah mengkategorikan, mengkombinasikan,
mendesain, menciptakan, menyusun kembali, mengarang, membuat
rencana,merevisi, mereorganisasi, merekonstruksi.

 Evaluasi (Evaluation) – C6 = Cognitif 6

Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan penilaian serta pertimbangan


dari nilai  – nilai materi untuk tujuan tertentu. Atau dengan kata lain, kemampuan
menilai sesuatu untuk tujuan tertentu. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kriteria
internal dan eksternal.
Kata kerja operasionalnya yaitu menilai, mengkritik, mendeskripsikan, menafsirkan,
memutuskan, memberi argumentasi, mendukung, menolak.
B. Afektif
Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap
terhadap sesuatu hal. Pada ranah afeksi, Bloom menyusun pembagian kategorinya
dengan David Krathwol yaitu:

 Penerimaan ( Receiving/Attending)

Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan merespon stimulasi yang


tepat, juga kemampuan untuk menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap
orang lain. Dalam domain atau ranah afektif, penerimaan merupakan hasil belajar
yang paling rendah. Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain.
Kata kerja operasionalnya adalah memilih, mengikuti, memberikan, mengidentifikasi,
menunjukkan, menyebutkan, menjawab, menanyakan.

 Responsif (Responsive)

Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan terlihat ketika siswa
menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi. Anak memiliki kemampuan
berpartisipasi aktif dalam suatu pembelajaran dan selalu memiliki motivasi untuk
bereaksi dan mengambil tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas
mengenai suatu pelajaran.
Kata kerja operasionalnya yaitu menjawab, membantu, mendiskusikan,
menghormat, berbuat, melakukan, menulis, membaca, memberikan, menghafal,
melaporkan, memilih, menceritakan.

 Penilaian (Value)

Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri terhadap sesuatu,
seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan pendapat. Juga kemampuan
untuk menyatakan mana hal yang baik dan yang kurang baik dari suatu kegiatan
atau kejadian dan mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh, mengusulkan
kegiatan kelompok untuk suatu materi pelajaran.
Kata kerja operasionalnya adalah melengkapi, mengambarkan, membedakan,
menerangkan, mengikuti, mempelajarai, membentuk, mengundang, menggabung,
mengusulkan, melaporkan, mengambil bagian.

 Organisasi (Organization)

Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang berbeda yang
membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem nilai internalnya sendiri, dan
menyelesaikan konflik yang timbul diantaranya. Juga mengharmonisasikan berbagai
perbedaan nilai yang ada dan menyelaraskan berbagai perbedaan.
Kata kerja operasionalnya yaitu mengubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, generalisasi,
mengintegrasikan, mengorgansasikan, menyiapkan, menghubungkan.
 Karakterisasi (Characterization)

Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya hidupnya. Kesemua hal ini
akan tercermin dalam sebuah tingkah laku yang ada hubungannya dengan
keteraturan pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah berkembang sehingga
tingkah laku lebih mudah untuk diperkirakan.
Kata kerja operasioanalnya yaitu membedakan, meodifikasi, mempertunjukkan,
menanyakan, melayani, menggunakan, merevisi, mendengarkan, mengusulka,
memeragakan, mempengaruhi, memecahkan, menerapkan.
C. Psikomotorik
Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang. Keterampilan yang akan
berkembang jika sering dipraktekkan ini dapat diukur berdasarkan jarak, kecepatan,
kecepatan, teknik dan cara pelaksanaan. Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh
kategori mulai dari yang terendah hingga tertinggi:

 Peniruan 

Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi
suatu gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian mulai
melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan
belum spesifik dan tidak sempurna.

 Kesiapan

Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada
tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang diberikan, dan
tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya
melalui proses latihan dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.

 Respon Terpimpin 

Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan kompleks yang meliputi
imitasi, juga proses gerakan percobaan. Keberhasilan dalam penampilan dicapai
melalui latihan yang terus menerus.

 Mekanisme

Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang kompleks.


Pada tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan
bisa dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.

 Respon Tampak Kompleks

Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks.
Kecakapan gerakan diindikasikan dari penampilan yang akurat dan terkoordinasi
tinggi, namun dengan tenaga yang minimal. Penilaian termasuk gerakan yang
mantap tanpa keraguan dan otomatis.
 Adaptasi

Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian dimana anak dapat
memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat berkembang dalam
berbagai situasi berbeda.

 Penciptaan 

Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan
dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar menghasilkan hal atau gerakan
baru dengan menekankan pada kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah
berkembang pesat.
Kata kerja operasional untuk mengukur :

1. Keterampialn gerak: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil pekerjaan


tangan, melompat, menampilkan.
2. Merubah benda-benda atau objek tertentu: merapikan, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
3. Pengkordinasian kemampuan berpikir: mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong,
menarik, menggunakan.

 
Demikian yang dapat saya tambahkan. Terimakasih
Dian Amrillah, UPBJJ Bogor
 
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh Dek Ngurah Laba Laksana - Sabtu, 19 Oktober 2019, 17:35
Selamat bergabung dalam sesi ini.
Tanggapan Saudara sudah cukup baik. Saudara mampu membagi tiga ranah hasil
belajar. Namun sy sarankan untuk.memberikan conton implementasi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik ke dalam pembelajaran anak SD.
Mari berdiskusi!
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh AAS DASWATI 530028207 - Senin, 21 Oktober 2019, 14:54
Salam Hormat untuk Pak Dosen Tuton yang terhormat ,serta teman-teman
Mahasiswa S2 yang baik 
saya akan mencoba menanggapi tentang saran pak dosen Tuton,  tentang 
penerapan ranah kognitif,Apektif dan psikomotor  di Sekolah Dasar
Pemahaman dan rasa ingin tahu setiap siswa berbeda-beda ,kita dapat mengambil
contoh untuk  mata pelajaran seni Budaya dan prakarya (SBDP) terdapat KD
,mengetahui karya seni rupa teknik tempel di kelas 4 ,Untuk KKO mengingat ,guru
dapat meminta kepada siswa menyebutkan jenis-jenis teknik tempel, jenis-jenis
tersebut kemudian dicari perbedaannya oleh siswa untuk KKO memahami ,di
pembelajaran guru dapat membawa contoh beberapa karya seni tempel untuk
menerapkan KKO berikutnya,mengaplikasikan, siswa diminta untuk menentukan
setiap jenis contoh ,jika masih ada batasan pemahaman siswa hanya mencapai
tingkat  mengaflikasikan.
Dewasa ini rasa ingin tahu siswa lebih keritis dibandingkan sebelumnya guru dapat
melanjutkan pemahaman siswa sampai tingkat mencipta setelah menentukan siswa
dituntut untuk mengetahui ciri dan sifat termasuk dalam KKO menganalisis dalam
hal ini siswa sudah sampai tarap menciptakan sebuah karya seni tempel . dengan
demikian siswa sudah mencapai keenam KKO dalam ranah kognitif taksonomi
Bloom.
Penerapan pembelajaran Apektif dalam muatan pelajaran PKN contohnya dapat
dilaksanakan oleh seorang guru dengan menggunakan metode percontohan dalam
mengaplikasikan materi pembelajaran learning By Doing, penerapan pembelajaran
afektif akan berhasil baik apabila adanya keterbukaan dan kesediaan para siswa
dalam memberikan tanggapan setiap  stimulus yang diberikan guru.
Contoh kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah Psiko,otor adalah
praktik di Lapangan dan Praktik di Laboratorium, pengukuran penilaian ranah
psikomotor dapat di perlihatkan melalui unjuk kerja atau lembar tugas.
Contoh kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika  misalnya
dengan kemampuan mengukur baik satuan baku ataupun satuan tidak baku
,menggambar bentuk-bentuk bangun datar, bangun ruang dan jaring-jaring kubus,
Balok dll.
Dalam ranah Psikomotor yang diukur adalah :
1. gerak Refleks 
2. gerak dasar fundamen
3. gerak keterampilan 
4. keterampilan 
5. Gerakan terampil
6.komunikasi non diskusi 
Demikian sedikit  tanggapan dari saya , mudah-mudahan bermanfaat
Terimakasih 
Aas Daswati UPBJJ BOGOR
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi
Re: Diskusi.7
oleh AAS DASWATI 530028207 - Senin, 21 Oktober 2019, 15:30
Asalamualaikum Wr.Wb , pendapat ibu Dian Amrillah sangat bagus , saya hanya
ingin menambahkan sedikit pendapat tentang ranah kognitif  dalam menyusun
tujuan pembelajaran untuk mengukur aspek pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
1. Menyebutkan       3. memberi nama            5. menjodohkan     7. menyatakan
2. Menunjukkan       4. menyusun daftar         6. memilih              8. mendefinisikan
b. Pemahaman ( comprehension ) 
Pemahaman ini merupakan pengertian derajat yang paling rendah kata- kata
operasional yang dapat dipakai pedoman dalam menyusun tujuan pembelajaran
untuk mengukur aspek pemahaman adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
2. menguraikan
3.merumuskan
4. merangkum 
5.memberikan contoh
6. membedakan
7.menerangkan
8.memperkirakan
9.menyimpulkan
C. Aplikasi ( Aplication )
Kata kerja operasional yang dipakai adalah
1. Mengubah
2,Menghitung
3.Membuktikan
4. menyelesaikan
5. menemukan
6. mengoperasikan
7. memecahkan 
8.menggunakan
9.memodifikasikan
D. Analisis ,Kata kerja operasional untuk menyusun tujuan pembelajaran secara
analisis 
1. merinci
2. mengidentifikasi
3.mempertentangkan
4. menghubungkan
5. memisahkan
6.menunjukkan hubungan antara
7.membuat diagram
E. Kata kerja operasional yang digunakan untuk menyusun tujuan pembelajaran
secara sintesis adalah
1. Mengkategorikan
2. Mengkombinasikan
3.Mendesain
4.menciptakan
5.menyusun kembali
6.mengarang
7.membuat rencana
8.merevisi
9. Mereorganisasi
10. Merekonstruksi
F. Evaluasi 
kata kerja operasional yang dipakai untuk menyusun tujuan pembelajaran untuk
mengukur aspek Evaluasi adalah...
1. Menilai
2. Mengeritik
3. Mendeskripsikan
4. Menafsirkan
5. memutuskan
6. memberi Argumentasi
7. Mendukung
8. Menolak.
Demikian sedikit tambahan dari saya kurang lebihnya mohon maaf ,
Terimakasih
Aas Daswati, UPBJJ BOGOR
 
 
 
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh HANING SUSILO WARDANI 530026797 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 19:42
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Hormat saya kepada tutor online Dek Ngurah Laba Laksana serta rekan mahasiswa
seperjuangan yang saya hormati.
Alhamdulillah kita telah sampai dalam diskusi 7, semoga kita selalu diberi
kesehatan.
Dalam diskusi 7 ini kita akan membahas tentang analisis pembelajaran,
pengembangan tujuan pembelajaran, dan penyusunan tes hasil belajar.
Analisis pembelajaran yaitu proses penyusunan secara logis dan sistematis dari
perilaku umum ka perilaku khusus untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus
yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci.
Untuk menganalisis pembelajaran terdapat berbagai macam susunan struktur
perilaku, yaitu hirarkikal, prosedural, pengelompokan, dan kombinasi.
Sekolah kami sudah semua kelas menggunakan kurikulum 2013. Dalam kurikulum
2013, tiap tema sudah ada jaring-jaring tema dimana di tiap muatan pelajaran
terdapat kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pengembangan tujuan pembelajaran yaitu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran.
Rumusan tujuan pembelajaran yang baik, yaitu dirumuskan dengan kata kerja
operasional, berpusat pada perubahan tingkah laku siswa, mencerminkan hasil
belajar, dan tidak boleh mengandung tujuan yang rangkap.
Merumuskan tujuan pembelajaran dapat menggunakan rumus ABCD(Audience,
Behavior, Condition, Degree)
Penyusunan tes hasil belajar
Langkah untuk menyusun tes hasil belajar, yaitu:
1. Menentukan tujuan pengukuran/evaluasi.
2. Membatasi cakupan isi tes.
3. Menentukan tingkat kompetensi yang akan diukur.
4. Menentukan tipe butir tes yang akan digunakan.
5. Menentukan banyaknya butir tes.
6. Menyusun kisi-kisi tes.
Dalam kurikulum 2013 yang kami laksanakan ini, sudah jelas bahwa tiap kelas
terdapat beberapa tema, dalam satu tema terdapat beberapa sub tema, dalam satu
sub tema terdapat 6 pembelajaran dimana satu pembelajaran dilaksanakan untuk
satu hari. Pada hari keenam inilah terdapat penilaian harian yang berisi pertanyaan
seputar materi yang telah dipelajari pada pembelajaran pertama hingga
pembelajaran keenam. untuk melaksanakan penilaian harian ini, guru dituntut
membuat kisi-kisi, soal penilaian, soal perbaikan, soal pengayaan serta analisis
jawabannya.
Demikian uraian singkat tentang analisis pembelajaran, pengembangan tujuan
pembelajaran, dan penyusunan tes hasil belajar dari saya berdasarkan BMP yang
saya baca, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
 
Haning
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7tujuan pembelajaran


oleh LINDA 530028214 - Minggu, 20 Oktober 2019, 07:55
tujuan kkurikulum berdasarkan permendiknas no 41 tahun 2007  merupakan proses
dan hasil belajar yang diharapkan  dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar.pengembangan tujuan pembelajaran salahsatu kemampuan yang
harus dikuasai oleh guru. segala kegiatan dalam proses pembelajaran muaranya
pada tercapainya tujuan tersebut..dengan mengembangkan tujuan akan
memberikan keuntungan untuk peserta didik, guru dan evaluator. tujuan
pembelajaran yang dikembangkan harus mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SARIFAH 530027355 - Senin, 21 Oktober 2019, 06:20
Sebagai seorang pendidik kita tidak terlepas dari proses pembelajara karena proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang tiap komponennya
sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Analisis pembelajaran merupakan
proses penyusunan secara logis dan sistematis dari prilaku umum keprilaku
khusus.Maksudnya supaya bisa mengidentifikasikan perilaku – perilaku khusus yang
dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci . Dick and Carry
(2009 ) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu
dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan yang mengharuskan
siswa belajar menguasahinya , dan langkah-langkah procedural bahasan yang ada
harus diikiuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. ( Modul Hal 7.3 )
Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-
bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi
argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Pembelajaran yaitu proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Bertujuan agar
perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta
didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi analisis pembelajaran yaitu
proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara
logis dan sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan perilaku khusus dari
yang awal sampai yang paling akhir.
Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan sebelum
melakukan pembelajaran. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara
keseluruahan terdiri atas :
 1). Analisis kebutuhan
pembelajaran                                                                                     
2) Menentukan tujuan pembelajaran
3). Memilih dan mengembangkan bahan ajar                                                        
4). Memilih sumber belajar yang relvan
5). Memilih dan merencanakan system evaluasi dan tindak lanjut. Tahapan ini
dilakukan             terutama untuk menentukan tujuan pembelajaran.
 Pelaksanaan Analisis Pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi akurat
mengenai komponen-komponen pembelajaran. setelah didapat informasi yang
akurat, penyelenggara kegiatan pembelajaran dalam hal ini guru atau sekolah bisa
menjadikan informasi tersebut sebagai dasar dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Analisis pembelajaran perlu dilakukan untuk
meminimalisir  kesalahan tindakan atau kesalahan penerapan strategi pembelajaran
yang mengakibatkan kegiatan pembelajaran menjadi tidak optimal dan tujuan
pembelajaran gagal dicapai.
Macam – Macam Struktur Perilaku

1. 1.      Struktur Hirarkikal

Struktur prilaku ini adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah
satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Dimana
tingkatan tersebut mengambarkan tingkat kesulitan dalam mempelajari atau
mencapainya.dengan kata lain ada syarat yang harus dilalui untuk dapat
mempelajari sesuatu.
Contohnya Melakuakan pembagian terhadap melakukan perkalian dan melakukan
penjumlahan.maksudnya perilaku pembagian tidak dapat dilakukan kalau kita belum
menguasai perkalian dan pembagian.

1. Struktur procedural

Struktur perilaku ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukan satu
seriurutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilakuprasyarat
untuk yang lain.walaupun kedua perilaku khusus iniharus dilakukan beurutan untuk
dapat melakukan suatu perilaku umum , tetapi  setiap perilaku itu dapat kita pelajari
secara terpisah.
Contohnya kita jumpai dalam kegiatan sehari – hari seperti orang yang sedang
menelpon, menggunakan mikroskop, menggunakan computer disitu terlihat dari cara
mereka memengang ,menghidupkan dll itulah contoh dari struktur procedural
 3.      Struktur Pengelompokkan
Pada struktur ini  terjadi pengelompokkan dari masing – masing perilaku-perilaku
khusus yang dapat diurut sebagai hirarkikal dan procedural dan terdapat perilaku-
perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang
lainnya. Walaupun semuanya berhubungan.
Contohnya dalam pelajaran IPA siswa dapat mengelompokkan kelompok
unggas,hewan mamalia,hewan vetebrata dll.
4.       Struktur kombinasi
Struktur ini merupakan kombinasi antra struktur hiarkokal,procedural dan
pengelompokan ,sebagian dari perilaku khusus yang terdapat didalam ruang
lingkupperilaku umum untuk mempersyaratkan perilaku khusus yang lain.contohnya
untuk satu matapelajaran biasanaya merupakan .( Buku Modul MPDR5203 Hal 7.4
– 7.12 )
 
Langkah-langkah melakukan analisis pembelajaran.
1. Menuliskan prilaku umum yang ditulis dalam TPU untuk mata pelajaran yang
sedang dikembangkan.
2. Menuliskan setiap prilaku khusus yang merupakan bagian dari prilaku umum.
Jumlah prilaku khusus untuk setiap prilaku umum berkisar antara 5-10 buah, bila
sangat dibutuhkan dapat ditambah.
3. Membuat prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari prilaku umum.
Prilaku khusus yang terdekat hubungannya dengan prilaku umum diteruskan
mundur sampai prilaku yang sangat jauh dari prilaku umum.
4. Menambahkan prilaku khusus atau kalau perlu dikurangi
5. Setiap prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu/ kertas ukuran 3×5 cm.
6. Kemudian kartu disusun dengan menempatkannya dalam struktur hirarkhis
prosedural, atau dikelompokkan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu
lain.
7. Bila perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi sesuai kedudukan
masing-masing.
8. Letak prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai
dengan letak kartu yang telah disusun. Hubungkan kotak-kotak yang telah digambar
dengan garis-garis vertikal dan horisontal untuk menyatakan hirarkhikal, prosedural
dan pengelompokkan.
9. Meneliti kemungkinan hubungan prilaku umum yang satu dengan yang lain atau
prilaku khusus yang berada di bawah prilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomer urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari yang terjauh hingga
yang terdekat dari prilaku umum.
 
Penyususnan Tes Hasil Belajar
Dalam pembuatan tes hasil belajar, kita harus mengetahui beberapa ciri dari tes
yang bagus itu, diantaranya :
1.      Valid (shahih)
2.      Reliabel (tsabit)
3.      Obyektif (maudu’iy)
4.      Praktis (‘amaliy)
 
 

Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

◄ Analisis pembelajaran, pengembangan tujuan pembelajaran, dan penyusunan tes


hasil belajar
Pindah ke

Diskusi.7 DIfusi
Mode Penampilan                                                                      
Tampilkan tanggapan dalam bentuk sarang

 
Diskusi.7
Rabu, 28 Agustus 2019, 09:00
Setelah menyimak dan mempelajari materi tentang Kesiapan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Inovasi Pembelajaran berkaitan
dengan E- Readiness. Silakan berdiskusi dan memberikan pendapat berkaitan
dengan materi tersebut.
Selamat berdiskusi.
Tutor
Permalink | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh DIAN AMRILLAH 530027918 - Jumat, 18 Oktober 2019, 01:52
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Yth Ibu Dra. Dewi Artati Padmo Putri, M.A., Ph.D selaku Dosen Tuton, juga rekan-
rekan mahasiswa Program Pendidikan Dasar dimanapun berada.
Alhamdulillah kita sudah memasuki inisiasi ke-7 dengan topik Kesiapan
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Inovasi Pembelajaran
berkaitan dengan E- Readiness.
E-Readiness adalah pengukuran tingkat kualitas infrastruktur jaringan teknologi
informasi dan komunikasi sebuah wilayah negara termasuk pemanfaatannya oleh
konsumen, bisnis maupun pemerintah untuk kepentingan dan keuntungan mereka
(Economist Intelligence Unit, 2005). Definisi tersebut pada tahun 2009 lebih
diperluas cakupannya, yaitu menekankan bahwa kemajuan pendayagunaan sistem
digital dalam sebuah negara bergantung pada kemajuan negara tersebut membiayai
bidang lainnya yang saling berhubungan seperti lingkungan dunia bisnis dan
pendidikan, dukungan terhadap inovasi, kerangka hukum legal, kebijakan dan visi
pemerintah (Economist Intelligence Unit, 2009).
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sangat luas, mulai dari penggunaan TIK yang
paling sederhana msampai pada yang lebih canggih. Allen (2003) mendefiniskan e-
learning sebagai pembelajaran yang terstruktur menggunakan teknologi elektronik
atau computer dalam mendukung proses pembelajaran. Definisi lain dari e-learning
oleh American Society for Training and Development (ASTD) adalah pembelajaran
yang menggunakan berbagai bentuk aplikasi dan proses teknologi yang meliputi
pembelajaran berbasis jaringan (web-based learning), pembelajaran berbasis
computer (computer-based learning), kelas maya (virtual classroom), dan kolaborasi
digital (digital collaboration).
Seberapa siap pelaksanaan pembelajaran menggunakan TIK sebagai inovasi perlu
dikaji melalui sejumlah kriteria E-readiness. Schreurs, Ehler dan Moreau (2008)
merumuskan kriteria kesiapan menggunakan teknologi antara lain dengan melihat:

1. Karakteristik peserta didik


2. Ketersediaan fasilitas untuk mengikuti e-learning
3. Organisasi dan manajemen e-learning
4. Proses pembelajaran serta pemecahan masalah
5. Partisipasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis elektronik
6. Pengelolaan isu kegiatan pembelajaran melalui teknologi lektronik.

Walaupun tingkat kesiapan pemanfaatan TIK (E-readiness) di Indonesia masih


berada pada posisi 10 terbawah dari 70 negara , namun tidak berarti dunia
pendidikan tidak dapat mendayagunakan TIK.
Konektivitas internet yang berbeda-beda  di seluruh wilayah Indonesia, agaknya
perlu menjadi perhatian pemerintah bila ingin E-readiness pemanfaatan TIK
meningkat. Begitupula dengan pengadaan sarana dan prasarana untuk TIK oleh
sekolah melalui dana BOS, seharusnya lebih dipermudah dengan tidak adanya
pembatasan pengadaan sarana dan prasarana tersebut. Sebagai tenaga pendidik
kita juga harus menjadi pendidik yang melek TIK dan terus berusaha
memaksimalkan penggunaan TIK dalam pembelajaran, meskipun masih dari cara
penggunaan yang paling sederhana.
Demikian pendapat yang dapat saya sampaikan. Sekian dan terima kasih.
Dian Amrillah, UPBJJ Bogor
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi
Re: Diskusi.7
oleh AAS DASWATI 530028207 - Jumat, 18 Oktober 2019, 03:31
Asalamualaikum Wr, Wb , Ibu Dosen Tuton Yang terhormat serta temen-temen
Mahasiswa yang baik, saya akan coba menannggapi diskusi ini , Trims bu Dian yang
sudah mengawali Diskusi ini.
E-Readiness adalah pengukurn tingkat kualitas infrastruktur jaringan teknologi
informasi dan komunikasi sebuah wilayah negara termasuk pemanfaatannya oleh
konsumen bisnis maupun pemerintah untuk kepentingan dan keuntungan mereka.
E-Learning sebagai contoh pelaksanaan pembelajaran Memanfaatkan TIK
E-Learning sebagai pembelajaran terstruktur dengan menggunakan tekhnologi
elektronik atau komputer dalam mendukung proses pembelajaran saat ini tren E-
Learning menunjukkan peningkatan bahkan berbagai perusahaan sudah
mengembangkan E-learning untuk melatih para karyawannya.
Seberapa siap untuk E_Learning ?
1. Karakteristik peserta didik 
2. Ketersediaan jaringan 
3. Kemampuan mengorganisasi
4. Kualitas proses pembelajaran
5. Kemampuan peserta didik untuk berpartisipasi
6. Kemampuan mengelola berbagai masalah yang terkait dengan teknologi
elektronik 
Kesiapan Peserta Didik dalam TIK
1.Self -regulated learning
2.Kemampuan menggunakan teknologi
3.Kemampuan bekerja sama dengan peserta didik yang lain
4.Kemampuan berinteraksi dengan instruktur atau tutor
Strategy Meningkatkan E_Readiness Dalam Pendidikan
1.Intrinsic goal orientation
2.Extrinsic goal oriatation
3.sel-efficacy for learning and performance
4.rehearsal
5.Elaboration
6.organization
7.critical thinking
8.Metacognitive self-regulated learning
9.Time and study envirment
10. effort Regulation
11.Peer learning
12.Hel seeking
Secara umum pemanfaatan TIK di Indonesia masih sangat terbatas antara lain
disebabkan oleh beberapa hal :
1. Konektivitas terhadap internet masih terbatas dan membutuhkan pengembangan
di masa mendatang 
2. E-Pembelajaran belum menjadi perioritas dalam pengembangan strategi nasional
3. Secara sosial dan budaya ,SDM Indonesia masih memerlukan upaya melek TIK
serta penggunaannya secara cerdas
Hal yang penting dalam pembelajaran TIK adalah kemampuan untuk disiplin diri
,mengatur diri sendiri untuk dapat mempelajari materi yang disampaikan 
Kemampuan menggunakan Teknologi menjadi sangat penting dalam pembelajaran
TIK ,peserta didik harus mengetahui dan mengenal perangkat teknologi seperti
komputer dan akat komunikasi yang dapat digunakan untuk memanfaatkan
pembelajaran berbasis teknologi.
Demikian pendapat yang saya sampaikan
Terimakasih
Aas Daswati UPBJJ Bogor
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh SUHARJITO 530028887 - Jumat, 18 Oktober 2019, 18:34
Manfaat penerapan e-learning dalam proses pembelajaran jelas tidak diragukan
lagi, yang 10 manfaat terbaiknya adalah sebagai berikut:
 

1. E-learning membawa pengetahuan kepada kita; bukan kita yang pergi untuk


mendapatkan pengetahuan. Kita dapat belajar dan mengakses
pengetahuan kapanpun dan bagaimanapun.
2. E-learning membebaskan pikiran kita dan memperbaiki cara berpikir kita.
Dengan bere- learning kita dapat meng-update kemampuan yang kita miliki,
meningkatkan karir, serta belajar dengan cara yang menyenangkan.
3. Karena e-learning merupakan fenomena dunia, siswa dapat menjalin
komunikasi dengan siapapun di dunia ini, tanpa ada batasan.
4. E-learning meningkatkan kemampuan computer dan komunikasi karena
pembelajaran dengan e-learning bersifat praktikal dan aktif seperti forum
(grup), chat rooms, dan tidak terbatas pada jadwal dan buku yang tealah
dibutuhkan..Kemampuan belajar terasah dengan baik melalui e-learning.
5. E-learning tidak terbatas pada satu bidang saja, karenanya tiap orang dapat
mempelajari ilmu apapun yang ia sukai baik yang berhubungan maupun
tidak berhubungan dengan pekerjaan ataupan sekolahnya.
6. E-learning menyediakan sumber belajar yang tidak terbatas dan tidak
sekedar audiovisual.
1. Karena e-learning bersifat individu, siswa dapat terhindar dari stress
dan tekanan yang biasa dialami saat mengikuti pembelajaran secara
tradisional. Dengan e-learning, siswa dapat misalnya mengikuti ujian
ketika ia siap dan terlibat dalam berbagai proyek sebagai tugas
mahasiswa.
2. E-learning bersifat interaktif dan inovatif. Suatu pelajaran dapat
diajarkan melalui kuis different it is interactive and innovative. Suatu
pelajaran dapat diajarkan melaui gambar maaupun grafik dan proses
pembelajaran seringkali berlangsung tanpa disadari oleh siswa.
3. E-learning sangat menekankan pada kerja tim dan interaksi. Dan
karena e-learning melibatkan penggunaan teknologi secara ekstensif,
tanpa sadar siswa akan lebih familiar atau mahir dan karenanya
percaya diri berhubungan dengan teknologi.
4. E-learning membangun keingintahuan dan kreativitas siswa karena
siswa didorong untuk mengekslporasi berbagai situs yang berbeda
melalui World Wide Web dan kemudian menemukan, memahami
serta menyelesaikan sekumpulan tugas secara mandiri. Dalam e-
learning, siswa tidak selalu berada dalam ruang kelas. Karenanya,
lingkungan pembelajaran sangat membuka pintu akan masuknya
pemikiran baru, kecepatan belajar yang bervariasi, serta pendekatan
pembelajaran yang berbeda-beda dan kreatif. Dengan kata lain, e-
learning telah menciptakan dunia baru dimana pembelajaran bersifat
abadi dan tidak terbatas.

 
 

TIK dan E-Learning


 
Praktik e-learning, berdasarkan definisi e-learning dan kategorisasi penerapan TIK,
termasuk dalam kategori kedua, ketiga, dan keempat. Kategori kedua menekankan
pada
 
penggunaan program computer-assisted teaching seperti CD-ROMs, sedangkan
kategori ketiga memfokuskan pada pemanfaatan maksimal computer sebagai alat
bekerja, dan kategori keempat merupakan manifestasi e-learning yang termaju dan
terlengkap. Meskipun begitu, ditilik dari perbandingan antara lingkungan belajar
terbuka dan tertutup di atas, dan merujuk pada kategorisasi penerapan TIK dalam
proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa penerapan TIK kategori keempatlah
yang memenuhi keseluruhan karakter atau ciri lingkungan belajar terbuka. Padahal,
pemanfaatan TIK secara mutakhir secara multimedia dengan melibatkan media
internet, intranet atau ekstranet jelas masih barang mahal di lingkungan pendidikan
di Indonesia, meskipun memang manfaat yang dijanjikan sangatlah baik dalam
perannya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sayangnya keterbatasan
akses internet/jaringan, biaya dan kemampuan atau pengetahuan dalam penerapan
teknologi dalam proses pembelajaran akan sangat mungkin menghilangkan ciri e-
learning yang utama yakni fleksibel dan terdistribusi.
Dalam kaitan tersebut, menurut Tella, diantara keempat kategori penerapan TIK
tersebut di atas, kategori ketiga, menurut Tella, merupakan kategori yang paling
tepat untuk diintegrasikan kedalam metode pengajaran.dewasa ini. Penggunaan TIK
sebagai alat bekerja memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih
bervariasi, lebih bersifat individual, dan lebih efektif. Tidak hanya siswa, guru pun
dapat memanfaatkan TIK dalam perannya sebagai alat bekerja. Yang dimaksud
sebagai alat bekerja di sini, guru maupun siswa dapat memanfaatkan TIK untuk
mengembangkan produk atau program yang mendukung penguasaan terhadap
bidang studi yang diajarkan atau dipelajari seperti pengembangan CD-ROMs atau
software pembelajaran, atau TIK sebagai alat untuk untuk belajar itu sendiri.
Pengembangan CD-ROMs dewasa ini semakin marak dan bervariasi baik dari
jenjang pendidikan dasar maupun tinggi. Berbeda dengan pengembangan software
yang mengharuskan pembuatnya memiliki paling tidak kemampuan di bidang
pemrograman, pengembangan CD- ROMs bukanlah monopoli mereka yang ahli
computer atau teknologi informasi saja. Guru yang memiliki minat dalam bidang
computer dan teknologi informasi serta mau mempelajari software atau program
yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah CD-ROMs seperti yang telah
dicontohkan sebelumnya pada penjelasan di atas, tidaklah mustahil dapat
mengembangkan CD- ROMs yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan bidang studi
yang diajarkannya. Sebagai contoh, program sejenis Ms Word dapat dimanfaatkan
untuk mengolah kata, kalimat, bahkan bisa
 
memasukkan gambar, grafik (batang, pie, garis, dll), table, dari luar maupun dalam
computer untuk memperindah atau memperkaya dokumen yang diketik. Sementara
itu, dengan program pengolah dan pengedit gambar (image editing and
processing) seperti Photoshop, Corel Draw, Ms Paint guru dapat membuat dan
mengedit gambar. Bahkan dengan program-program seperti (M@ya, 3DSMax,
Macromedia Flash, Swish Max) guru dapat membuat animasi baik dalam bentuk
dua dimensi maupun tiga dimensi, yang tentunya menarik perhatian dan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Pun dengan data processing yang melibatkan
fitur-fitur yang ditawarkan oleh Microsoft Offie, guru dapat mengolah data menjadi
grafik yang bermacam-macam jenisnya. Singkatnya, seorang guru dengan keahlian
yang mencukupi dalam beberapa program di atas tidaklah mustahil dapat
mengembangkan CD-ROMs pembelajarannya sendiri. Namun, pada praktiknya,
sangatlah jarang seorang guru maupun dosen sekalipun yang mampu dan mau
mengembangkan CD-ROMs pembelajarannya sendiri karena berbagai alasan
seperti waktu, tenaga, biaya, kemampuan dan sebagainya. Padahal, dengan daya
dukung yang memadai dari diri pribadi dan tentunya sekolah atau perguruan tinggi,
seorang guru maupun dosen dapat meningkatkan produktivitasnya dalam
pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi
Re: Diskusi.7
oleh SARIFAH 530027355 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 05:36
Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat yang berdampak pada seluruh sendi
kehidupan termasuk didalam bidang pendidikan. Teknologi semakin mendekatkan
informasi, ilmu dan pengetahuan dari berbagai belahan dunia dalam genggaman
tangan. Seberapa siapkah dunia pendidikan dan pembelajaran secara lebih khusus
siap untuk mmemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ( TIK ) .karena saat
ini kita telah berada pada era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
membuat kita harus dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk kesiapan
pembelajaran.Terutama bagi kami yang tinggal didaerah terisoler sangat susah
untuk mengembangkan TIK ini, sehingga menjadi PR besar selaku pendidik harus
mampu mempunyai kompetensi mengenai stategi membentuk TIK ini sesuai dengan
kondisi dan situasi saat sekarang ini.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh bapak Waryanto (2010) bahwa E-Readiness
adalah merupakan tingkat dimana masyarakat disiapkan untuk berpartisipasi dalam
teknologi yang dapat membantu untuk membangun menuju masyarakat yang lebih
baik. Dari paparan bapak ini dapat kita ambil penjelasan bahwa kesiapkan
masyarakat diawali oleh Gurunya sendiri,karena anak sekarang akan lebih meniru
cepat apa yang dikatakan gurunya dari pada orang tuanya.
Ifinedo 2005 mengemukakan beberapa factor yang mempengaruhi kesiapan untuk
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran diantaranya yaitu : Pengetahuan, support,
dan penyediaan infrastruktur TIK pada tingkat organisasi,termasuk kesediaan
badan yang  terampil.
( Buku MPDR5204 Hal 4.29)
Stategi lain yang dapat mempengaruhi percepatan untuk kesiapkan pemanfaatan
pembelajaran berbasis TIK adalah seperti yang dikemukakan
oleh Farrell dan  Wachholz 2003 bahwa dalam proses adopsi TIK dalam
pembelajaran dalam dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Memberikan pelatihan pada Guru  tentang TIK , mengembangkan 


kompetensi berbasis TIK ,menyedikan laboratorium computer, serta
mengembangkan kurikulum pembelajaran berbasis TIK.
2. Guru mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber belajar berbasis
TIK untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
3. Berinisiatif untuk mengubah peran guru yang bersifat tradisional menjadi
sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Membentuk jaringan sekolah schoolnets untuk mendorong dan mendukung
penggunaan TIK. ( Modul Difusi Inovasi Pendidikan Hal 4.32 )

 
Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran menurut Willis 2006 memiliki
banyak sisi positif .Salah satu sisi positifnya adalah pemanfaatan teknologi adalah
kemampuan teknologi untuk memberikan reinforcement atau penguatan yang
sangat penting dalam proses belajar peserta didik..Guru dalam pembelajaran tatap
muka tidak selalu dapat hadir bertatap muka dengan peserta didiknya untuk
memberikan reinforcement namun guru dapat melakukan denga menggunakan
teknologi.
Contoh pada diri saya pribadi Alhamdulillah sambil mengajar saya bisa melanjutkan
perkuliyahan saat ini ,walaupun jarah yang memisahkan mahasiswa yang jauh yang
tidak memungkinkan untuk melakukan tatap muka tapi karena cangihnya TIK saat ini
kita bisa melakukan perkuliyahan dimanapun kita berada .tiada yang tidak mungkin
selagi kita punya kemauan .inilah salah satu manfaat TIK yang kita rasakan.
Jadi dari paparan saya diatas dapat disimpulkan Peran Guru,sekolah akan sangat
beperan dalam meninkatkan E-Readiness dalam proses pembelajaran. Apabila hal
ini dapat dikondisikan maka kebiasaan atau kultur memanfaatkan TIK dalam
kehidupan sehari – hari dapat secara otomatis terbentuk.
 
 
 
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7e readness


oleh LINDA 530028214 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 17:03
saya setuju dengan rekan-rekan tentang e readness pada diskusi 7 ini. tanggapan
saya bahwa e readness adalah pengukuran untuk kualitas infrastruktur jaringan TIK
termasuk pemanfaatnya oleh suatu wilayah/negara. e-readness berkaitan dengan
kematangan organisasi dalam memberdayakan teknologi yang berdampak pada
pendidik dan peserta didik yang merupakan SDM dan pembelajar. kesiapan pendidik
dan pembelajar dalam pembellajaran melalui penggunaan TIK. pada kenyataannya
kesiapan dengan penggunaan TIK tidak mudah karena ada beberapa alasan yg
akan dihadapi terutama masalah konektivitas internet
Permalink | Tampilkan induk | Tanggapi

Re: Diskusi.7
oleh HANING SUSILO WARDANI 530026797 - Sabtu, 19 Oktober 2019, 19:10
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Hormat saya kepada tutor online Dra. Dewi Artati Padmo Putri, M.A., Ph.D. serta
rekan mahasiswa seperjuangan yang saya hormati.
Alhamdulillah kita telah sampai dalam diskusi 7, semoga kita selalu diberi
kesehatan.
Dalam diskusi 7 ini kita akan membahas tentang Kesiapan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Inovasi Pembelajaran berkaitan dengan E-
Readiness.
E-Readiness adalah kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk mengembangkan ekonomi dan kesejahteraan
seseorang(Wikipedia).
Kesiapan E-Readiness dapat diketahui dengan melakukan evaluasi terhadap
kualitas infrastruktur jaringan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta
kemampuan dan pengalaman individu dalam menggunakan peralatan komputer.
Kriteria kesiapan untuk menggunakan teknologi, yaitu:
1. Karakteristik peserta.
2. Ketersediaan fasilitas teknologi untuk pembelajaran elektronik.
3. Kemampuan organisasi untuk mengelola pembelajaran berbasis teknologi
elektronik.
4. Proses pembelajaran berbasis teknologi elektronik serta solusi-solusi terhadap
masalah proses belajar yang mungkin terjadi.
5. Memampukan peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran berbasis
teknologi elektronik.
6. Kemampuan mengelola berbagai isu yang terkait dengan kegiatan pembelajaran
maupun training melalui teknologi elektronik.
Demikian Kesiapan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
Inovasi Pembelajaran berkaitan dengan E-Readiness semoga bermanfaat bagi kita
semua.
Terima kasih.
 

Anda mungkin juga menyukai