Anda di halaman 1dari 2

Analisis Dampak Kenaikan Tarif Impor Bagi Pemerintah, Pengusahan, dan Konsumen

Kelompok 3 :

Efbrina Lorenzia (175030407111029)

Ricardo (185030400111013)

Annisa Nindita (185030401111018)

Pajak Impor

Pemerintah resmi menaikkan tarif PPh impor (PPh pasal 22) terhadap 1.147 item komoditas pada 5
September 2018.

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 110/PMK. 010/2018
tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan
Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

Aturan baru di bidang impor ini menggantikan peraturan lama yang dinilai tidak lagi relevan yakni
PMK Nomor 34 Tahun 2017 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea
Masuk atas Barang Impor

Dengan naiknya tarif impor tentunya akan memberikan dampak kepada beberapa pihak. Dampak-
dampak tersebut antara lain :

1. Bagi Pemerintah
Alasan utama dilakukannya penyesuaian tarif impor terhadap 1.147 item adalah untuk
menekan defisit transaksi berjalan. Apa itu defisit transaksi berjalan? Secara sederhana, ini
adalah kondisi pendapatan suatu negara yang diperoleh dari barang/jasa/investasi yang
diperoleh dari impor lebih besar dibandingkan ekspor.
pada kasus Indonesia, penyebab defisit transaksi berjalan adalah pertumbuhan impor
sebesar 24,5% berbanding dengan pertumbuhan ekspor 11,4% (per Juli 2018). Nah, salah
satu dampak langsung dari defisit tersebut adalah dinamika yang tinggi terhadap mata uang
rupiah.
Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan neraca ekspor dan impor yang timpang tersebut,
pemerintah berencana mengendalikan laju impor barang dengan menaikkan tarif terhadap
1.147 item barang. Dalam beberapa kesempatan wawancara dengan media massa, Menteri
Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dampak kenaikan pajak impor ini bisa menurunkan
persentase impor hingga 2% per tahun.
2. Bagi Pengusaha
Penyesuaian tarif PPh impor ini tidak akan mengganggu produksi industri dalam negeri yang
berorientasi ekspor. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Sejalan
dengan ini maka kapasitas produksi industri dalam negeri perlu ditingkatkan, khususnya di
tingkat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan diberlakukannya kenaikan tarif
impor ini diharapkan industri dalam negri dapat beroperasi dengan lebih baik lagi sehingga
mampu bersaing dengan barang-barang impor. Pemerintah memberikan peluang bagi
industri dalam negri untuk tumbuh dan berkembang. Dengan begitu hasil ekspor akan lebih
besar daripada impor dan menyebabkan kenaikan pada devisa negara serta neraca
perdagangan Indonesia menjadi Surplus.
Sedangkan bagi pengusaha dalam negri yang berorientasi pada impor tentunya dengan
adanya kebijakan ini akan mempengaruhi penjualan mereka. Dengan naiknya tarif impor
tentunya harga dari barang yang mereka jual akan naik sehingga minat dari konsumen akan
menurun. Sehingga untuk menjamin keadilan hendaknya pemerintah memberikan subsidi
kepada perusahaan yang berorientasi pada impor.
3. Bagi Konsumen
Penyesuaian tarif PPh impor ini memberikan dampak positif dan negatif kepada konsumen.
Dampak positifnya mereka dapat meminimalisir pengeluaran mereka untuk membeli
barang-barang impor yang tidak begitu berguna. Konsumen juga ikut serta memajukan
pertumbuhan ekonomi dalam negri dengan membeli barang-barang lokal dalam negri.
Dengan menurunnya minat konsumen terhadap produk-produk luar negri dikarenakan
kenaikan harganya diharapkan dapat membuat neraca perdagangan indonesia menjadi
surplus.
Sedangkan dampak negatifnya harga bahan-bahan mentah yang diimpor akan naik sehingga
harga barang-barang yang berbahan dasar dari bahan-bahan mentah impor tersebut akan
ikut naik juga dan merugikan konsumen.

Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations, warga akan berkenan bayar pajak
jika sistem pemungutan pajak memenuhi empat azas pemungutan pajak, atau yang juga
dikenal dengan istilah "The Four Maxims", sebagai berikut:
(1) Azas Equality (azas keseimbangan dengan kemampuan atau azas keadilan), yaitu
pemungutan pajak impor yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan
finansial importir. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap importir;
(2) Azas Certainty (azas kepastian hukum), yaitu semua pungutan pajak impor harus
berdasarkan UU PDRI, sehingga bagi yang melanggar akan dikenai sanksi hukum;
(3) Azas Convinience of Payment (azas pemungutan pajak yang tepat waktu atau azas
kesenangan), yaitu pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi importir (saat yang paling
baik), misalnya di saat importir baru menerima penghasilannya atau di saat importir
menerima hadiah;
(4) Azas Efficiency (azas efisien atau azas ekonomis), yaitu biaya pemungutan pajak impor
diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak impor lebih
besar dari hasil pemungutan pajak impor.

Refrensi
https://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/kenaikan-tarif-pph-impor-yang-wajib-anda-pahami-
sebagai-pengusaha/
https://www.pajak.go.id/artikel/kenaikan-tarif-pph-impor-picu-lonjakan-harga
https://www.online-pajak.com/pajak-impor-naik-ini-5-hal-penting-yang-harus-anda-ketahui

Anda mungkin juga menyukai