Anda di halaman 1dari 2

PENGT

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN


TERAPI INTENSIF INDONESIA
(The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy)
Alamat :
Menteng Square, Gedung A no. 21 A Lantai 3
Jl. Matraman Raya no. 30, Jakarta Pusat, Indonesia, Telp/Fax : (021) 2961.4292
e-Mail : pp.perdatin@gmail.com website : www.perdatin.org

Jakarta, 30 September 2017

Nomor : 132/PP-Perdatin/IX/17
Lampiran : -
Perihal : Kompetensi Penata Anestesi

Kepada Yth,
Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
di Jakarta

Menanggapi surat saudara nomor DM.01.02/I/15397/2017 pada tanggal 18 September 2017 perihal
Kompetensi Penata Anestesi, dengan ini kami memberi jawaban sebagai berikut :
1. Dalam latar belakang, didapatkan pernyataan mengenai “jumlah dokter spesialis anestesiologi
yang belum memenuhi pelayanan kedokteran anestesi”, hal ini bukan meletigimasi perlunya
standar profesi penata anestesi. Jumlah yang kurang dari dokter anestesi berarti seluruh
pelayananan estesi tidak dapat dilakukan termasuk pelayanan asuhan kepenataan anestesi. Oleh
karena pelayanan anestesi merupakan pelayanan kedokteran anestesi yang bekerjasama dalam
tim bersama dokter lain, perawat, penata anestesi, tenaga kefarmasian, dan lain-lain.
2. Tidak terdapat batasan dari pelayanan asuhan penataan, yang mana hal tersebut penting untuk
menjadi batasan kewenangan dalam pemberian asuhan kepenata ananestesi dengan pelayanan
kedokteran anestesi. Seorang penata anestesi tidak dapat memberikan pelayanan anestesi
tanpa adanya seorang dokter anestesi. Oleh karena, untuk memberikan pelayanan anestesi,
tidak cukup hanya pengetahuan ilmu melakukan anestesi saja, namun juga pengetahuan
mengenai berbagai macam kondisi patologis dan patofisiologi dari pasien yang menjalani
pembedahan. Sementara itu, pengetahuan dan skill yang dimilliki oleh piñata anestesi tidak
mencapai kemampuan memahami patofisiologi dan kondisi penyakit pasien.
3. Menentukan status fisik ASA merupakan keputusan medik (medical decision making), sehingga
tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan asuhan kepenataan anestesi, tidak memiliki
kompetensi berupa kemampuan namun cukup berupa pengetahuan (kognitif).
4. Pada dasarnya, yang mendapatkan “informed consent” untuk melakukan tindakan pelayanan
kedokteran anestesi adalah dokter. Oleh karena itu, standar profesi kepenataan anestesi dalam
kaitannya dengan “informed consent” cukup berupa pengetahuan.
5. Penata anestesi tidak melakukan tindakan anestesi, melainkan membantu dokter spesialis
anestesi dan berkolaborasi dalam tim, maka tidak diperlakukan kemampuan untuk melakukan
tindak ananestesi. (poin 5.2.1.h)
6. Pemberian mandate dari dokter spesialis anestesiologi pada poin 5.2.10, dalam konteks dokter
tersebut tetap berada dalam pada tempat danwaktu yang sama dengan tindakan tersebut. Pada
dasarnya, pelayanan kedokteran anestesi dilaksanakan oleh seorang dokter yang dibantu oleh
tenaga-tenaga kesehatan lainnya. Penata anestesi tidak diperlukan kemampuan untuk
melakukan anestesi umum melainkan cukup pengetahuan dalam memberikan pelayanan
anestesi dan kemampuan dalam konteks asuhan pelayanan kepenataan anestesi sekalipun
dalam kondisi gawat darurat.
PENGT
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN
TERAPI INTENSIF INDONESIA
(The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy)
Alamat :
Menteng Square, Gedung A no. 21 A Lantai 3
Jl. Matraman Raya no. 30, Jakarta Pusat, Indonesia, Telp/Fax : (021) 2961.4292
e-Mail : pp.perdatin@gmail.com website : www.perdatin.org

Juga perlu dipertimbangkan hal-hal tersebut, antara lain:


1. Draf rancangan standar profesi penata anestesi tersebut bertentangan dengan isi UU no. 36
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, karena itu Pengurus Pusat Perdatin tidak bisa
menyepakati pemberian standar profesi yang isinya seperti pada draf tersebut.
2. Alasan mengapa bertentangan, karena:
a. Sesuai UU no 36 tahun 2014, penata anestesi tidak berada dalam kelompok profesi perawat,
namum berada dalam kelompok profesi tehnik medis. Implikasinya adalah profesi penata
anestesi adalah tenaga tehnik medis dalam pelayanan anestesi, yaitu yang berhubungan
dengan pemeliharaan / kalibrasi peralatan medis yang berhubungan dengan pelayanan
anestesia, yaitu alat-alat ventilator di kamar bedah, monitor-monitor / alat pantau seperti
tensimenter baik invasif maupun non invasif , dan juga peralatan lain seperti alat USG, monitor
nerve stimulator, BIS monitor, alat jalan nafas sulit seperti Glidescope, alat-alat monitor dari
PICCO, Masimo, dll.
b. Karena masuk dalam golongan profesi tehnik medis, maka penata anestesi tidak boleh
berhubungan langsung dengan pasien, apalagi sampai mengevaluasi keadaan pasien pra,
intra maupun pasca anestesia.
c. Sesuai UU no 36 tahun 2014 itu pula, profesi non dokter yang bisa berhubungan dengan
pasien adalah perawat, yang kelompok profesinya sudah ada yaitu profesi perawat. Dan
sesuai UU itu pula, perawat ada berbagai jenis termasuk perawat bedah, dan tidak menutup
kemungkinan perawat anestesia.

Demikian kami sampaikan. Kami mohon demi mutu pelayanan dan keamanan pasien, kami harapkan
pelayanan anestesi tetap berkoordinasi dengan Pengurus Pusat Perdatin.

Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami sampaikan terima kasih.

Hormat kami,
Pengurus Pusat PERDATIN

Andi Wahyuningsih Attas.,dr., SpAn., KIC., MARS


Ketua Umum,

Tembusan :
- Kepala Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
- Ketua Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI)

Anda mungkin juga menyukai