Anda di halaman 1dari 22

Otitis Media Serosa 2.2.

1 Definisi Otitis media serosa adalah keradangan non


bacterial mukosa kavum timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak
purulen (serous atau mucus).14 Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya
secret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membrane timpani utuh. Adanya
cairan ditelinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda
infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer
disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut
otitis media mukoid (glue ear).10 Sinonimnya otitis media efusa, otitis media
sekretoria, otitis media musinosa, glue ear. 2.2.2 Etiologi Gangguan fungsi tuba
eustachius merupakan penyebab utama. Gangguan tersebut dapat terjadi pada:14

1. Kegagalan fungsi tuba Eustachi. Disebabkan oleh:

a.

Hiperplasia adenoid

b.

Rinitis kronik dan sinusitis

c.

Tonsilitis kronik. pembesaran tonsil akan menyebabkan obstruksi mekanik pada


pergerakan palatum molle dan menghalangi membukanya tuba Eustachi.

d.

Tumor nasofaring yang jinak dan ganas. Kondisi ini selalu menyebabkan timbulnya
otitis media unilateral pada orang dewasa.

e.

Defek palatum, misalnya celah pada palatum atau paralisis palatum.11


2. Alergi

Alergi inhalans atau ingestan sering terjadi pada anak-anak. Ini tidak hanya
menyebabkan tersumbatnya tuba eustachi oleh karena udem tetapi juga dapat mengarah
kepada peningkatan produksi sekret pada mukosa telinga tengah.11

3. Otitis media yang belum sembuh sempurna

Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi tetapi
tidak dapat menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan infeksi dengan grade yang
rendah Proses ini dapat merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah
banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus juga bertambah.11

4. Infeksi virus

Berbagai virus adeno dan rino pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga
tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret.11

2.2.3. EPIDEMIOLOGI OME

Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan anak-
anak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering pada anak-anak yang
lebih muda dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter.10

Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis
media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia
tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di
Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh
tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.5

Pada tahun 1990, 12.8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun. Anakanak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk
kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari, dan
10% lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedikitnya 3.84 juta kasus OME terjadi
pada tahun tersebut; 1.28 juta kasus menetap setelah 3 bulan.10
Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME. Kasus OME
berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada
anak usia prasekolah, sekitar 2838%.2,3

2.2.4

Patofisiologi

Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut
(OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah
memiliki sebuah episode dari otitis media akut, sebanyak 45 % memiliki efusi
persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini menurun menjadi 10 % setelah 3 bulan.
Terdapat 3 fungsi utama tuba eustachius yaitu ventilasi untuk menjaga agar tekanan
udara antara telinga tengah dan telinga luar selalu sama, pembersihan sekret dan
sebagai proteksi pada telinga tengah. Gangguan fungsi yang dapat disebabkan oleh
sejumlah keadaan dari penyumbatan anatomi peradangan sekunder terhadap alergi ,
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau trauma. Jika gangguan fungsi tuba
eustachius berlangsung terus-menerus, tekanan negatif berkembang dalam telinga
tengah dari penyerapan dan atau penyebaran nitrogen serta oksigen ke dalam sel
mukosa telinga tengah. Jika berlangsung cukup lama dengan sejumlah besar yang
sesuai, terjadi transudasi dari mukosa akibat tekanan negatif yang menyebabkan
terjadinya akumulasi serosa dengan dasar efusi yang steril. Disebabkan gangguan
fungsi dari tuba eustachius, efusi menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan
bakteri dan bisa mengakibatkan terjadinya otitis media akut.5 Hampir keseluruhan
otitis media efusi disebabkan gangguan fungsi tuba eustachius. Apabila peradangan
dan infeksi bakteri akut telah jelas, kegagalan dari mekanisme pembersihan telinga
tengah memungkinkan terjadinya efusi pada telinga tengah. Banyak faktor yang telah
terlibat dalam kegagalan dari mekanisme pembersihan , termasuk gangguan fungsi
siliar, edema mukosa, hiperviskositas efusi, dan tekanan udara antar telinga tengah
dan telinga luar yang tidak baik.5

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan
yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama dalam
keadan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat
berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum
(cleft-palate), tumor di nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis, defisiensi
imunologik atau metabolic. Keadaan alergik sering berperan sebagai factor tambahan
dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi ditelinga tengah).

Gambar 31 . Patofisiologi Otitis media Otitis media sering diawali dengan infeksi
pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga
tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakterimelalui saluran Eustachius, mereka
dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain
itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Gambar 32. Patofisiologi otitis media Jika lendir dan nanah bertambah banyak,
pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel
(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga
akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut
akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Gambar 33. Patofisiologi otitis media

2.2.5 Klasifikasi 10 1. Otitis media serosa akut Otitis media serosa akut adalah
keadaan terbentuknya sekret di telinga secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
gangguan fungsi tuba. Kadaan akut ini dapat disebakan antara lain oleh:
-

Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh


tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotraumas. Virus. Terbentuknya
cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan nafas atas
Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi
pada jalan nafas atas Idiopatik

Gambar 34. Otitis media serosa akut 2. Otitis media serosa kronik Batasan antara
kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya secret. Pada otitis media
serosa akut secret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa
nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Otitis
media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media
serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral
pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu difikirkan kemungkinan
adanya karsinoma nasofaring. Sekret pada otitis ,.media serosa kronik dapat kental
seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi
sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

Gambar 35. Otitis media serosa kronik


2.2.6

Diagnosis

1. Anamnesa14 a. Telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg)

b. Pendengaran menurun c. Terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan atau


menguap

2. Pemeriksaan fisik : a. pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang


telinga pada penilaian otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat
pada liang telinga, diberikan tekanan positif dan negative. Jika terdapat udara
dalam tympanum, maka udara itu akan tertekan sehingga membrana timpani akan
terdorong ke dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif.
Gerakan menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau mukoid.
Pada otitis media serosa, membrane timpani tampak berwarna kekuningan, sementara
pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek,
retraksi dan berwarna putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung
otitis media serosa dapat tampak lewat membrane timpani yang semitransparan.
Membrane timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada produk-produk darah
dalam telinga2 otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat mebrana timpani
retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara (air bubles) atau permukaan cairan
dalam kavum timpani (air-fluid level). otitis media serosa kronik : pada otoskopi
terlihat mebrana timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan.

b. reflek cahaya berubah atau menghilang c. garpu tala : untuk membuktikan adanya
tuli konduksi10

3. Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana) a. Audiogram : tuli konduktif

b. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan didalam telinga


tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karana prosesnya sendiri yang kerap tidak
bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media. Dengan absennya
gejala seperti nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak
terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.10

Gejala klinik meliputi:

a.

Berkurangnya fungsi pendengaran. Keadaan ini sering ditemukan dan kadang-kadang


satu-satunya gejala. Onsetnya tersembunyi dan jarang melebihi 40 dB. Ketulian bisa
saja tidak terdeteksi oleh orang tua dan mungkin ditemukan secara tidak sengaja
pada saat dilakukan skrining tes audiometri.

b. Percakapan yang lambat dan bisu. Disebabkan oleh ketulian, perkembangan dari
fungsi percakapan menjadi lambat atau bisu.

c.

Sakit pada telinga tengah. Hal ini mungkin disebabkan adanya infeksi pada saluran
pernapasan atas.12

Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik telinga dengan


menemukan cairan di belakang membran timpani yang normalnya translusen.

Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:

Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), nyeri tumpul, dan opaque yang
ditandai dengan hilangnya refleks cahaya

Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.

Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol dan Processus longus tertarik
medial dari membran timpani.

Adanya level udara-cairan (air fluid level) membuat diagnosis lebih nyata.2,10

Pada gambar ini terlihat distorsi dari membran thympani, dilatasi pembuluh darah di
bagian atas membran, dengan nyeri tumpul yang terdapat pada bagian bawah membran.
Di bagian atas membran juga terdapat pembengkakan dan garis dari maleus tidak dapat
terlihat.
Gambar 36. Membran Timpani Penderita OME

Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara lain: 
Pneumatic otoscope Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk
memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat
adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi
kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.2,3,5

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik


(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi
dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali
dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.3,5

Impedance audiometry (tympanometry): digunakan untuk mengukur perubahan impedans


akustik sistem Membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di
telinga luar. 2,5

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan


terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang
anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah
usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan
gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian
antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.5

Pure tone Audiometry: juga banyak digunakan, terutama menilai dari sisi gangguan
dengar atau tuli konduktif yang mungkin berasosiasi dengan OME. Meski teknik
initime consuming dan membutuhkan peralatan yang mahal, tetap digunakan sebagai
skrining, dimana tuli konduktif berkisar antara derajat ringan hingga sedang.2,10
2.2.6

Penatalaksanaan Dokter umum harus merujuk ke ahli THT setiap kali curiga terdapat
gangguan tuli konduktif persisten pada anak-anak , terutama mereka dengan tanda-
tanda keterlambatan perkembangan bahasa. Selain itu, harus dirujuk ke ahli THT jika
penyakit ini berulang, jika terapi medis tersedia yang sesuai yang diberikan dokter
umum tidak membaik, dan/atau jika ditemukan kriteria untuk intervensi operasi.
Sejumlah besar bukti epidemiologi menunjukkan bahwa pantas dilakukan modifikasi
faktor risiko pada intervensi pelayanan primer. Modifikasi berikut ini mungkin
membantu

   

Menghindari asap rokok Menyusui bila memungkinkan Menghindari makan, baik dengan
payudara atau botol ketika terlentang

Menghindari berada ditempat yang terdapat sejumlah besar anak, terutama di pusat-
pusat penitipan anak
 

Menghindari paparan dari anak yang diketahui menderita OME Menghindari alergen
dikenal6

Gambar 37 anak suspek OME Penelitian dari Kouwen dan Dejonckere menunjukkan
penurunan prevalensi 40% pada anak-anak dari Belanda dengan otitis media efusi yang
secara rutin (setidaknya mingguan) mengunyah permen karet.6 Terapi medikamentosa
dari otitis media efusi (OME) termasuk penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin
dan dekongestan, serta mukolitik. Karena otitis media efusi menunjukkan terdapatnya
bakteri patogen, diperlukan pengobatan dengan antibiotik yang tepat, meskipun bukti
yang menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa pendek. Penelitian eritromisin,
sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan trimetoprim-sulfametoksazol
telah menunjukkan tingkat kesembuhan lebih cepat dibandingkan dengan plasebo,
meskipun perbedaannya hampir tidak signifikan secara statistik di sebagian besar
uji coba ini.6 Apabila otitis media efusi menjadi kronis (3 bulan), efektivitas
antibiotik berkurang, meskipun temuan ini masih kontroversial. Studi yang
diterbitkan antara 2002 dan 2004 dan dikutip oleh
pedoman praktek klinis untuk otitis media efusi juga menunjukkan kesembuhan efusi
telinga tengah dengan antibiotik, namun mereka juga menunjukkan cepat dan sering
terjadinya rekuren. Dalam 3 uji klinis plasebo terkontrol secara acak, otitis media
efusi tidak membaik dengan hanya steroid oral dalam waktu 2 minggu pengobatan.
Ketika steroid oral dikombinasikan dengan antibiotik, tingkat kesembuhan efusi
telinga tengah tidak ada peningkatan dibandingkan dengan hanya memakai antibiotik.
Studi lain menemukan bahwa steroid topikal intranasal saja atau kombinasi dengan
antibiotik tidak memiliki manfaat jangka pendek maupun jangka panjang dalam
pengelolaan anakanak dengan otitis media efusi.6 Hidung tersumbat, rinore, dan
sinusitis sering menyertai otitis media, antihistamin dan dekongestan dapat
dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala-gejala yang terkait terutama jika
disebabkan oleh alergi. Antihistamin mencegah degranulasi sel mast dan pelepasan
histamin yang dapat menyebabkan peradangan mukosa akibat peningkatan obstruksi
hidung dan peningkatan produksi lendir. Studi besar terkontrol secara acak dari 430
anak-anak mengungkapkan bahwa tingkat penyembuhan otitis media efusi tidak
meningkat secara signifikan dengan mukolitik dibandingkan plasebo. Temuan 2 uji
lebih kecil lainnya mengkonfirmasi hasil ini

Operasi menjadi terapi yang paling banyak diterima untuk otitis media efusi
persisten (OME), dan ini jelas efektif. Intervensi termasuk miringotomi dengan atau
tanpa penempatan tuba, adenoidektomi, atau keduanya. Tonsilektomi telah terbukti
sedikit bermanfaat sebagai pengobatan primer dari otitis media efusi. Rekomendasi
pedoman klinis bagi intervensi operasi dari The American Academy of Family
Physicians (AAFP), American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-
HNS), dan American Academy of Pediatrics (AAP) :

Ketika terdapat indikasi operasi pada seorang anak, penempatan tuba tympanostomy
adalah prosedur awal yang sering dipakai

Adenoidektomi tidak boleh dilakukan, kecuali ada terdapat indikasi misalnya,


sumbatan hidung, dan adenoiditis kronis

Operasi ulang terdiri dari adenoidektomi ditambah miringotomi, dengan atau tanpa
penembatan tuba

Tonsilektomi atau miringotomi saja tidak berguna untuk mengobati otitis media
efusi.6

Pada pasien otitis media efusi dengan gangguan pendengaran, hilangnya 40 dB atau
lebih besar menjadi indikasi absolut untuk dimasukkan tabung pemerataan tekanan
sedangkan
kehilangan sekitar 21-40 dB adalah indikasi relatif. Selain itu, pedoman klinis
menyarankan terapi lebih agresif untuk anakanak beresiko terjadinya keterlambatan
perkembangan khususnya dalam perkembangan bicara dan bahasa. Anak-anak yang mungkin
berisiko termasuk salah satu dari berikut:

Anak-anak dengan kehilangan pendengaran permanen independen akibat otitis media

efusi

Mereka dicurigai atau didiagnosis dengan gangguan atau keterlambatan bicara dan

bahasa

Mereka dengan gangguan autisme atau gangguan perkembangan terkait lainnya

Anak-anak dengan sindrom (misalnya sindrom Down) atau kelainan kraniofasial yang
meliputi keterlambatan kognitif, bicara, dan bahasa

Mereka yang buta atau memiliki gangguan penglihatan yang tidak bisa diperbaiki
Anak-anak dengan labiopalatoskisis, dengan atau tanpa sindrom terkait Anak-anak
dengan keterlambatan perkembangan6

Ketika dilakukan miringotomi dan aspirasi efusi tanpa penempatan tabung pemerataan
tekanan, prosedur ini telah terbukti mengecewakan dalam tindak lanjut jangka
panjang pada anak. Gates dkk telah menunjukkan bahwa ketika miringotomi dilakukan
dengan penempatan tabung pemerataan tekanan terdapat perbaikan pendengaran, durasi
efusi telinga tengah, waktu untuk kambuh, dan perlunya prosedur ulang. Miringotomi
dan aspirasi berguna untuk mengobati pasien dengan gangguan pendengaran sedang
sampai berat dengan pemulihan fungsi normal telinga tengah.6
Tingkat komplikasi secara keseluruhan setelah penempatan tabung pemerataan tekanan
adalah sekitar 11%. Otorrhea Persistent adalah komplikasi yang paling umum, terjadi
pada 15% pasien dan bertahan selama 1 tahun sebanyak 5%. Komplikasi kedua tersering
adalah timpanosklerosis, yang tidak mungkin secara klinis signifikan kecuali
terjadinya perluasan. Perforasi
persisten adalah komplikasi paling umum yang ketiga. Meskipun frekuensi yang tepat
tidak diketahui (kira-kira 2%), perforasi persisten meningkat dengan nyata jika
tabung tekanan pemerataan ditempatkan lebih dari 18 bulan. Komplikasi ini juga
diketahui meningkat dengan penempatan tabung tympanostomy (T-tubes) yang dirancang
untuk tinggal di membran timpani lebih lama dari Grommet-tube tipikal. Umumnya
digunakan untuk pasien dengan otitis media berulang atau kronis yang gagal dengan
penempatan Grommet-tube. Komplikasi potensial lainnya termasuk pembentukan jaringan
granulasi, kolesteatom, dan tuli sensorineural.6 Meskipun adenoidektomi pernah
menjadi pengobatan utama untuk otitis media efusi (OME), penempatan tabung
pemerataan tekanan (PETs) kini disukai karena mudah dan resiko rendah. Pengobatan
dengan hanya adenoidektomi ditemukan hampir sama efektifnya dengan penempatan
tabung pemerataan tekanan untuk pengobatan otitis media efusi. Apabila
adenoidektomi dilakukan dengan penempatan tabung pemerataan tekanan, frekuensi
penyakit berulang, interval bebas penyakit, dan durasi penyakit semua membaik,
dibandingkan dengan penggunaan hanya salah satu prosedur.6 Terdapat 3 alasan
dilakukan adenoidektomi. Alasan pertama adalah pengangkatan karena pembesaran
kelenjar gondok menutup jalan nasofaring dan koana sehingga menyebabkan tekanan
yang berlebihan selama nasofaring menelan. Ini berpontensi terjadinya refluks tuba
Eustachius. Namun, berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa hasil
adenoidektomi tidak tergantung dari ukuran adenoid. Temuan ini menunjukkan bahwa
proses-proses lain dari massa adenoid sederhana yang terlibat. Alasan kedua
pengangkatan untuk perbaikan fungsi tuba Eustachius, kelenjar gondok yang sangat
besar secara fisik mungkin menutup muara tuba Eustachius, meskipun Bluestone dkk
telah menunjukkan bahwa ini jarang terjadi. Alasan ketiga untuk adenoidektomi
adalah untuk menghapus sumber inflamasi potensial dan terdapatnya infeksi pada
muara tuba Eustachius. Ketika dilakukan dengan benar, adenoidektomi dapat digunakan
untuk membuat mukosa nasofaring licin, yang menurunkan kolonisasi bakteri yang
dapat terjadi di kriptus jaringan adenoid.6 Pasien dinasehatkan bahwa jika terjadi
lebih dari 2 episode otorrhea sebelum 6 bulan followup yang dijadwalkan, mereka
harus kontrol ke ahli THT di samping dokter umumnya. Disarankan pengangkatan tabung
pemerataan tekanan yang belum secara spontan diekstrusi antara 18-24 bulan setelah
penempatan karena meningkatnya risiko perforasi membran timpani persisten.
Peraturan itu umumnya dilakukan pada set pertama gaya Grommet-tube. Sebuah tim
multidisiplin harus mengikuti ketat dan mengobati dengan cepat terkait
keterlambatan perkembangan bahasa. Intervensi harus termasuk penggunaan alat bantu
dengar, jika diperlukan.6

Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat medis dan kemudian jika perlu,
secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan,
latihan ventilasi tuba eustakius dan hiposensitisasi alergi. Hiposensitisasi alergi
hanya dilakukan pada kasuskasus yang jelas memperlihatkan alergi dengan tes kulit.
Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu di batasi. Antihistamin hanya
diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan kongesti
hidung atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila
tidak ada kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya gangguan
penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan
hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan
selama 3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 persen
pasien. Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini
terdiri dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga
pemasangan suatu tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi
sebagai ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan
demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan
diabsorpsi.2

Gambar 38. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa15 Antibiotik yang digunakan15 :
Lini pertama jika alergi, Eritromycin 333 mgp.o 7-10 hari : Amoksisilin 500 mg p.o
7-10 hari atau

Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10 hari atau
Pediazole (Pediatrics) atau Sefalosporin generasi 3. Keputusan untuk melakukan
intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit. Derajat gangguan
pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan pendahulu yang juga perlu
dipertimbangkan. Gangguan seringkali bilateral, namun anak dengan cairan yang
sedikit, gangguan pendengaran minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat
diobati lebih lama dengan pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan
membrane timpani, retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat
merupakan indikasi untuk miringotomi segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada
tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun.
Sayangnya karena cairan sering kali berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang
dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang
tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba
ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan membrane timpani yang
mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negative yang menetap.2
Gambar 39. Miringotomi Dan Pemasangan Tuba16 Keburukan utama dari tuba ventilasi
adalah telinga tengah perlu dijaga agar tetap kering. Untuk tujuan ini telah
dikembangkan berbagai macam sumbat telinga. Insisi miringotomi dan pemasangan tuba
telah dikaitkan dengan pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang).
Drainase melalui tuba bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan
infeksi saluran napas atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah,
dan pada kasus-kasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa
dijelaskan. Pada kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik
atau tetes telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba
masih terpasang.2 Gagalnya penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram
mastoid dan penilaian lebih lanjut. Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan,
kelenjar adenoid dapat menjadimembesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena
adenoid yang di sebelah area tuba eustakius, pembesaran atau infeksi dapat
menyebabkan masalah telinga berulang. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran
kelenjar adenoid adalah dengan sinar-X. X-ray ini sangat berguna dalam menilai
apakah kelenjar adenoid yang menghalangi daerah eustakius. Sebuah perkiraan kasar
dari ukuran adenoid juga dapat diperoleh dengan mencatat ukuran amandel.Jika
amandel sangat besar, adenoid biasanya membesar.16

Gambar 40. Adenoidektomi 16 Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik
masih diperdebatkan. Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan
adenoid yang besar sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun
sebagian besar anak tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada
anak dengan jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih
dalam penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi
terbukti menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan
obstruksi.2 Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling
sering, masalahcairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas:
sinusitis, alergi berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan
dan
antibiotik biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan mengalir.
Pada beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung atau sinus yang
mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien.
Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atauMedrol, dapat diberikan selama
enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalammembersihkan cairan ketika
pengobatan lain gagal.16 Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki
ventilasi normal telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh
secara alamiah, terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan.
Artinya banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik
menangani faktor predisposisi-nya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka
aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti:
penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah
menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan anak dari
fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau lingkungan
jika anak diduga kuat alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan tersebut.2

Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu
dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava selama
tidak terdapat infeksidi jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang
bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka
dianjurkanuntuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi
(Grommet).1

Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen
karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun
untuk mendarat.1

Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mulai
diindikasikan, seperti:

1.

Antihistamin atau dekongestan.

Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem telinga
tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan dekongestan
terbukti membantu membersihkan dan
menghilangkan sekresi dan sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis bahwa
keduanya dapat memberikan efek yang sama untuk OME. Jika ternyata alergi adalah
faktor etiologi OME, maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek yang
menguntungkan terhadap OME.2,5,13

2.

Mukolitik.

Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk memperbaiki


transport mukus dari telinga tengah melalui TE ke nasofaring. Namun demikian
mukolitik ini tidak memegang peranan penting dalam pengobatan OME.2

3.

Antibiotik.

Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati. Karena OME bukanlah
infeksi sebenarnya (true infection). Meskipun demikian OME seringkali diikuti oleh
OMA, di samping itu isolat bakteri juga banyak ditemukan pada sampel cairan OME.
Organisme tersering ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable, M.
catarrhalis, dan grup A streptococci, sertaStaphyllococcus aureus. Controlled
studies menunjukkan antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-klavulanat,
sefaklor, eritromisin, trimetropim-sulfametoksazol, atau eritromisin-
sulfisoksazole, dapat memperbaiki klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian
antibiotika juga meliputi dosis profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada
infeksi akut. Namun demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara antibiotika
profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies bakteri yang
resisten. 2,5,13

4.

Kortikosteroid.

Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi respon


inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-aktif di
permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan cairan melalui
tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau topikal (nasal),
ataupun kombinasi. Berdasarkan clinical guidance 1994, pemberian steroid bersama-
sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu memperbaiki klirens OME dalam 1
bulan sebesar 25%. Namun demikian karena hanya memberikan hasil jangka pendek
dengan kejadian OME rekuren yang tinggi, serta resiko sekuele maka kortikosteroid
tidak lagi direkomendasikan.1,2,5

5.

Myringotomy

Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa
infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur
ini dilakukan di bawah anestesi umum.14
Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil (small surgical
incision : melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di
belakangnya) ke dalam gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan menghilangkan
rasa sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam beberapa hari tanpa
tanda atau luka pada gendang telinga.5,13,15

Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi pertama di daerah
anteroinferior dan insisi kedua di daerah anterosuperior, untuk mengaspirasi sekret
yang tebal seperti lem.12

Myringotomy juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala
yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus dikultur.5,13,15

6.

Pemasangan Tube Ventilasi (Grommet's Tube)

Terkadang tube ventilasi (umumnya dikenal sebagai Grommet’s tube) diletakan di


dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jangka waktu yang lama.

Gambar 41. Grommet’s Tube

Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6 hingga 12 bulan di


dalam telinga hingga infeksi telinga bagian tengah membaik dan sampai tuba Eustachi
kembali normal. Selama masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak masuk
kedalam telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu, tube
tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat perkembangan yang sangat
baik pada pendengaran dan penurunan pada frekuensi infeksi telinga.15

Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi, mungkin dibutuhkan


adenoidektomi, tonsilektomi dan mencuci (membersihkna) sinus maksillaris. Hal ini
biasanya dilakukan pada waktu dilakukannya myringoktomi.12

Gambar 42. Penatalaksanaan OME dangan ABD dan Grommet

Gambar 43. Penatalaksanaan OME lanjutan


Gambar 44. Penatalaksanaan OME plus adenoidektomy

Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior
nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara
fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini
membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali
pada usia 14 tahun.(1,2,3) Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian
atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan mengabatkan sumbatan pada
koana, sumbatan tuba eustachius serta gejala umum. Akibat sumbatan koana maka
pasien akan bernapas lewat mulut sehingga terjadi : a. Jika berlangsung lama
menyebabkan palatum durum lengkungnya menjadi tinggi dan sempit, area dentalis
superior lebih sempit dan memanjang daripada arcus dentalis inferior hingga terjadi
malocclusio dan overbite (gigi incisivus atas lebih menonjol ke depan). b. Muka
penderita kelihatannya seperti anak yang bodoh, dan dikenal sebagai facies
adenoidea. c. Mouth breathing juga menyebabkan udara pernafasan tidak disaring dan
kelembabannya kurang, sehinnga mudah terjadi infeksi saluran pernafasan bagian
bawah. d. Pada sumbatan, tuba eustachius akan terjadi otitis media serosa baik
rekuren maupun otitis medis akut residif, otitis media kronik dan terjadi ketulian.
Obstruksi ini juga menyebabkan perbedaan dalam kualitas suara.(1) Gejala umum yang
ditemukan pada hipertrofi adenoid yaitu gangguan tidur, tidur ngorok/mendengkur,
retardasi mental dan pertumbuhan fisis kurang dan dapat menyebabkan sumbatan pada
jalan napas bagian atas yang dapat mencetuskan kor pulmonale dimana sukar
disembuhkan dengan penggunaan diuretik tetapi memberikan respon yang cepat terhadap
adenoidektomi13

gambar 45. adenoid gambar 46. adenoidektomi

gambar 47. Operasi adenoidektomi

Alat bantu dengar merupakan suatu alat akustik listrik yang dapat digunakan oleh
manusia dengan gangguan fungsi pendengaran pada telinga. Biasanya alat ini dapat
dipasang pada bahagian dalam telinga manusia ataupun pada bagian sekitar telinga.

Alat bantu dengar tersebut dibuat untuk memperkuat rangsangan bahagian sel-sel
sensorik telinga bagian dalam yang rusak terhadap rangsangan suara dan bunyi-
bunyian dari luar.
Alat Bantu dengar tersebut merupakan sebuah alat elektronik yang menggunakan batere
dimana dalam pemakaiannya terdapat mikrofon yang mengubah gelombang dari suara
tersebut menjadi energi listrik yang kemudian diterima amplifier yang dapat
memperbesarvolume suara dan mengirimkannya pada speaker yang ada pada bagian dalam
telinga. Jika ingin menggunakan alat Bantu dengar ini maka terlebih dahulu harus
memeriksakan ambang pendengaran dengan alat yang dinamakan audiogram. Setelah itu
barulah dapat ditentukan jenis dan model apa yang cocok digunakan untuk kasus
kerusakan pendengaran yang dialami. ABD terdiri dari 3 komponen utama: mikrophon,
amplifier dan speaker. ABD menerima suara melalui mikrophone yang mengubah sinyal
suara menjadi sinyal listrik kemudian mengirimkannya ke amplifier. Amplifier
meningkatkan kekuatan sinyal listrik dan mengirimkannya ketelinga pemakai ABD
melalui speaker.14

gambar 48. Alat bantu dengar

2.2.7

Diagnosis banding14

Otitis media supuratif akut tipe kataral 2.2.8 Komplikasi 17 Infeksi akut telinga
Kista di telinga tengah kerusakan tetap pada telinga dengan kehilangan pendengaran
parsial atau lengkap Jaringan parut dari gendang telinga (timpanosklerosis)
2.2.9

Bicara terlambat (jarang) Prognosis

Otitis media dengan efusi (Ome) adalah penyebab utama gangguan pendengaran pada
anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa pada anak-anak muda
tertundadari 10 tahun, dan kehilangan pendengaran konduktif, dengan ambang konduksi
udara ratarata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis media dengan efusi juga telah
dikaitkan dengan hilangnyapendengaran sensorineural. Kedua prostaglandin dan
leukotrien telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada efusi telinga tengah
(MEE). Paparan kronis ini metabolit asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran sementara dan kadang18 kadangpermanen sensorineural. Otitis media
dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama beberapa mingguatau bulan.
Pengobatan dapat mempercepat proses ini. Ome biasanya tidak mengancam nyawa.
Kebanyakan anak tidak mengalami kerusakan pada pendengaran jangka panjangmereka
atau kemampuan berbicara, bahkan ketika cairan tetap selama berbulan-bulan. 17

Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu minggu atau
bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan. Selama
cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka akan mengurangi fungsi
pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak.
Gangguan ini tidak akan menjadi ancaman bagi kehidupan tetapi dapat mengakibatkan
komplikasi serius.17

2.2.10 Pencegahan Modifikasi berikut dengan efusi(Ome)17:   dapat membantu


mengurangi frekuensi otitis media

Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba eustakius.
Identifikasi dan menghindari allergen yang dapat menyebabkan Ome anak Anda.

Cuci tangan dan mainan udara segar untuk

 Gunakan filter udara dan mendapatkan membantu menurunkanpaparan terhadap kuman


udara.

 Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu menggunakan antibiotikketurunan


bakteri semakin resisten.  tahun.

sering

Menyusui akan membuat anak kurang rentan terhadap infeksi telinga selama bertahun-

 Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling umum
dariinfeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan Ome). Vaksin flu juga dapat
membantu

Anda mungkin juga menyukai