Modul - 5 PILAR STBM PDF
Modul - 5 PILAR STBM PDF
Kementerian Kesehatan RI
1.Judul
I. SANITATION – EDUCATION
II.SANITARY ENGINEERING
III. WASTE MANAGEMENT
IV. ENVIRONMENT AND PUBLICHEALTH
ii
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
DAFTAR ISI
iii
Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
DAFTAR GAMBAR
iv
Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
DAFTAR TABEL
v
Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
KURIKULUM
PELATIHAN UNTUK
FASILITATORSTBM
PELATIH (TOT)
Bagian1
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT)
Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
viii 1
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ......................................................................................... ................3
B. Filosofi Pelatihan...................................................................................... ................4
BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI...................................................................... 5
A. Peran ....................................................................................................... ................5
B. Fungsi ...................................................................................................... ................5
C. Kompetensi .............................................................................................. ................6
BAB III.TUJUAN PELATIHAN ................................................................................................ 6
A. Tujuan Umum .......................................................................................... ................6
B. Tujuan Khusus ......................................................................................... ................6
BAB IV. STRUKTUR PROGRAM ........................................................................................... 7
BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN .............................................. 8
BAB VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN .................................................................... 19
BAB VII. PESERTA, PELATIH DANPENGENDALI PELATIHAN ........................................... 22
A. Peserta .................................................................................................................... 22
B. Pelatih/Fasilitator/Instruktur ..................................................................................... 22
C. Pengendali Pelatihan (Master of Training) ............................................................... 22
D. Narasumber ............................................................................................................. 22
BAB VIII.PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN .................................... 23
A. Penyelenggara ......................................................................................................... 23
B. Tempat Penyelenggaraan ........................................................................................ 23
BAB IX. EVALUASI ................................................................................................................ 23
A. Evaluasi terhadap pesertamelalui: ........................................................................... 23
B. Evaluasi terhadap pelatih/fasilitator/narasumber ..................................................... 23
C. Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan ............................................................ 24
BAB X. SERTIFIKAT .............................................................................................................. 24
2
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CTS)
yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia,
khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan
perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara menyeluruh. Atas dasar
pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek
sanitasi lain yang saling berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum
dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT),
dan (5) Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). Pendekatan STBM terdiri dari tiga
komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan
kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan
yang kondusif. Dalam upaya penguatan kapasitas pelaksana program STBM, perlu disusun Buku
Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).Diharapkan
3
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
pelatihan tersebut mampu mencetak lebih banyak fasilitator STBM yang handal, yang mampu
merencanakan dan melaksanakan program STBM untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat
untuk mempraktikkan hidup bersih dan sehat, termasuk melakukan monitoring dan evaluasi
program STBM secara partisipatif dengan masyarakat.
Kurikulum ini didesain dengan pendekatan “learner centered” yakni pendekatan yang
menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih berperan
sebagai katalisator (catalyst), pembantu proses (process helper), dan penghubung sumber daya
(resource linker). Mengingat adanya perbedaan gaya pengajaran dan budaya setempat, maka
tujuan pembelajarannya pun diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan sendiri (self-
discovery), sehingga kompetensi yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam pelaksanaan
tugas sebagai seorang fasilitator STBM.
Kebutuhan terhadap Pelatihan Fasilitator STBM ini masih belum diimbangi dengan
ketersediaan jumlah tenaga pelatih yang mencukupi, mumpuni dan mampu memahami serta
menyampaikan atau memfasilitasi materi sesuai kurikulum dan modul pelatihan yang telah
ditetapkan. sehingga untuk mengakomodir kebutuhan ini maka perlu dilakukan suatu Pelatihan
untuk Pelatih (Traning of Trainer / TOT) Fasilitator STB Mini. Sehubungan dengan hal itu,
Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM ini menjadi begitu penting dan perlu segera
dilaksanakan untuk mencetak fasilitator-fasilitator STBM yang handal, yang mampu mendorong
percepatan pencapaian target sanitasi Indonesia yang berkelanjutan dan juga untuk
meningkatkan keterampilan para fasilitator dalam hal melatih, serta untuk memberikan
penyamaan persepsi diantara para fasilitator agar terdapat keseragaman materi yang akan
disampaikan pada pelatihan Pelatihan fasilitator STBM sesuai kurikulum yang telah ditetapkan.
Adapun penyelenggaraan pelatihan ini mengacu pada kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT)
Fasilitator STBM bagi pelaksana STBM.
B. Filosofi Pelatihan
Filosophi pelatihan untuk pelatih (TOF) Fasilitator STBM ini diselenggarakan dengan
memperhatikan:
1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelatihan peserta berhak
untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan masyarakat,
perubahan perilaku, danSTBM.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentangSTBM.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat menfasilitasi dengan berbagai metode,
melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM.
4
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial maupun
kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang STBM, saling
berbagi antar peserta maupun fasilitator.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat kemampuannya.
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk
a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi
yang diharapkan dalam mengelola programSTBM.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan
pada akhir pelatihan.
4. Melakukan experimentasi dengan menggunakan metode Experimental Learning Cycle (ELC)
yang memberikan petunjuk praktis tentang desain pembelajaran, dengankarakteristik:
a. terkait dengan kehidupannyata,
b. mendorong peserta untuk dapat mengekspresikan perasaan dan opini berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan mereka,dan
c. menerapkan evaluasi terintegrasi dengan memberikan umpan balik kepada peserta latih
tentang kemajuan yang telahdicapai.
5. Berdasarkan azas manfaat artinya setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai pelatih pada Pelatihan
Fasilitator STBM
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta berperan sebagai pelatih pada pelatihan fasilitator
STBM di wilayah kerjanya masing-masing.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi melatih pada pelatihan fasilitator STBM.
5
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
C. Kompetensi
Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki kompetensi sebagai
berikut :
1. Menjelaskan Konsep DasarSTBM.
2. Melakukan Pemberdayaan Masyarakat dalamSTBM.
3. Melakukan Komunikasi, Advokasi danFasilitasi.
4. Melakukan Pemicuan STBM diKomunitas.
5. Melatih pada Pelatihan FasilitatorSTBM.
B. TujuanKhusus
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Konsep Dasar STBM.
2. Melakukan Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM.
3. Melakukan Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.
4. Melakukan Pemicuan STBM diKomunitas.
5. Melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM.
6
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
BAB IV. STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi
pelatihan dengan struktur program yang terdiri dari materi dasar, materi inti dan materi penunjang
dengan jumlah keseluruhan jam pelajaran (JP) sebanyak 55 JP seperti yang tertera pada struktur
program sebagai berikut :
WAKTU
No MATERI JML
T P PL
A MATERI DASAR
1 Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2 0 0 2
Subtotal “A” : 2 0 0 2
B MATERI INTI
1 Konsep Dasar STBM 2 2 0 4
2 Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM 1 2 0 3
3 Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi 2 2 0 4
4 Pemicuan STBM di komunitas 4 2 10 16
5 Teknik Melatih 6 7 0 13
Subtotal “B” : 15 17 10 40
C MATERI PENUNJANG
1 Membangun Komitmen Belajar (BLC) 0 3 0 3
3 2 0 0 2
Anti Korupsi
Subtotal “C” : 2 5 0 8
Total 18 22 10 50
7
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
8 BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAMPEMBELAJARAN
8
Nomor : MD.1
Judul Materi : Kebijakan dan Strategi NasionalSTBM
Waktu : 2 JP (T= 2jp; P= 0 jp; PL= 0jp)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami arah kebijakan dan strategi nasional STBM.
Nomor : MI.2
Judul Materi : Pemberdayaan Masyarakat dalamSTBM
Waktu : 3 JP (T=1 jp; P=2 jp; PL=0jp)
TujuanPembelajaranUmum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam
STBM.
1. Melakukan 1. Komunikasi • CTJ, • Bahan tayang (slide • Dinkes RI, Pusat Promosi Kesehatan,
komunikasi yang a. Pengertian komunikasi, • Diskusi ppt,) Modul Teknologi Advokasi Kesehatan,
efektif, b. Bentuk-bentuk komunikasi, kelompok, • LCD, Jakarta:2002.
c. Membangun komunikasi yangefektif. • Bermain peran, • Komputer/laptop, • Kemenkes RI, Buku SisipanSTBM:
• Flipchart, Kurikulum dan Modul Pelatihan
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Nomor : MI.4
Judul Materi : Pemicuan 5 pilar STBM diKomunitas
Waktu : 16 JP (T=4 jp; P=2 jp; PL=10jp)
TujuanPembelajaranUmum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pemicuan STBM dikomunitas.
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Pokok Media dan Alat
Metode Referensi
Khusus (TPK)
Bahasan Bantu
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Sub Pokok Media dan Alat
Khusus (TPK) Metode Referensi
Bahasan Bantu
Nomor : MI. 5
Judul Materi : TeknikMelatih
Waktu : 13 JP (T= 6jp; P=7 jp; PL=0jp)
TujuanPembelajaranUmum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melatih pada pelatihan fasilitator STBM
Tujuan MediadanAlat
Pembelajaran Pokok Bahasan dan SubPokokBahasan Metode Referensi
Khusus (TPK) Bantu
Nomor : MP.1
Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC)
Waktu : 3 JP (T=1 jp; P=2 jp; PL=0jp)
TujuanPembelajaranUmum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung.
Nomor
18 : MP.2
18
1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL. 1. RTL: • Ceramah Tanya • Flipchart, • Kemenkes RI, Pusdiklat
a. Pengertian RTL Jawab • Spidol, Aparatur, Rencana
b. Ruang lingkup RTL. • Latihan • Metaplan, Tindak Lanjut, Kurmod
• Diskusikelompok • Kain tempel, Surveillance, Jakarta:
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Nomor : MP.3
18
TujuanPembelajaranUmum : Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu memahami anti korupsi
1. Konsep korupsi
1. Konsep korupsi
a. Definisi korupsi • Curah pendapat • Modul • Undang-undang Nomor
b. Ciri-ciri korupsi • Ceramah tanya • Bahan tayang 20 Tahun 2001 tentang
c. Bentuk/jenis korupsi jawab • Komputer Perubahan Atas
d. Tingkatan korupsi • Latihan kasus • Flipchart Undang-undang Nomor
e. Faktor penyebab korupsi • Spidol 31 Tahun 1999 tentang
f. Dasar hukum tentang • Panduan latihan Pemberantasan Tindak
korupsi Pidana Korupsi
• Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 2013
2. Konsep anti korupsi • Keputusan Menteri
2. Konsep anti korupsi a. Definisi anti korupsi Kesehatan Nomor
232/MENKES/SK/
b. Nilai-nilai anti korupsi
VI/2013 tentang Strategi
c. Prinsip-prinsip anti korupsi
Komunikasi Pekerjaan
dan Budaya Anti
3. Upaya pencegahan korupsi
3. Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan Korupsi
korupsi dan pemberantasan korupsi
a. Upaya pencegahan korupsi
b. Upaya pemberantasan
korupsi
c. Strategi komunikasi
Pemberatasan Korupsi (PK)
20
18
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran Tindak Tata cara pelaporan dugaan
Pidana Korupsi (TPK) pelanggaran Tindak Pidana
Korupsi (TPK)
a. Laporan
b. Penyelesaian hasil
penanganan pengaduan
masyarakat
c. Pengaduan
d. Tatacara penyampaian
pengaduan
e. Tim penanganan pengaduan
masyarakat terpadu di
lingkungan Kemenkes.
f. Pencatatan pengaduan
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
5. Gratifikasi 5. Gratifikasi
a. Pengertian gratifikasi
b. Aspek hukum
c. Gratifikasi dikatakan sebagai
Tindak Pidana Korupsi (TPK)
d. Contoh gratifikasi
e. Sanksi gratifikasi
BAB VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
21
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
d. Pembacaan doa agar pelatihan berjalan dengan lancar dan berhasil tanpa ada hambatan
yang berarti.
2. Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta
terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.
4. Pengisian wawasan
Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi
sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui oleh peserta dalam pelatihan ini,
yaitu Kebijakan dan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
22
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
6. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
Tujuan dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah agar peserta mampu menerapkan
peran dan fungsinya sebagai pelatih fasilitator STBM di Indonesia.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan cara melakukan review terhadap kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses
pembelajaran selanjutnya. Proses umpan balik juga dilakukan dari pelatih ke peserta
berdasarkan penjajagan awal melalui pre-test, pemetaan kemampuan dan kapasitas peserta,
penilaian penampilan peserta, juga melalui pengamatan langsung baik di kelas selama proses
pembelajaran maupun selama mengikuti praktik kerjalapangan.
8. Microteaching
Setelah semua materi selesai dipaparkan dan praktik kerja lapangan telah dilaksanakan maka
dilanjutkan dengan microteaching yang dilaksanakan secara perkelompok dengan masing-
masing peserta menyiapkan materi Satuan Acara Pembelajaran (SAP) dan bahan paparan
terkait materi yang telah disampaikan sebelumnya. Dan masing-masing peserta diberikan waktu
selama kurang lebih 30 menit untuk pemaparan materinya dalam praktik microteaching (teknik
melatih) dengan penilaian dilakukan oleh seorang widyaiswara dan faslitator pelatihan dimana
hasil microteaching ini menentukan layak atau tidaknya seorang peserta menjadi fasilitator
STBM.
10. Post-Test
Post-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi selama
pelatihan. Selain post-test, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan
yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik lapangan, termasuk
didalamnya pengamatan yang dilakukan oleh fasilitator terhadap peserta latih selama proses
pelatihan.
11. Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta
kepada penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan pelatihan yang akan datang. Dalam
penutupan dilakukan laporan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan termasuk terhadap
fasilitator, narasumber, peserta, sarana dan prasarana yang ada maupun kepada penyelenggara
sendiri yang disampaikan oleh Ketua panitia penyelenggara. Selanjutnya pelatihan ditutup
dengan resmi oleh pejabat yang berwenang, dengan ditandai pelepasan kartu tandu peserta oleh
masing-masing peserta latih dan diakhiri dengan pembacaan doa semoga hasil dari pelatihan ini
dapat bermanfaat sesuai dengan harapan dan tujuan pelatihan fasilitatorSTBM.
21
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN
A. Peserta
Kriteria peserta :
Peserta pelatihan untuk pelatih (TOT) Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini adalah:
a. Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi yang terkait dengan programSTBM.
b. Widyaiswara, diutamakan Widyaiswara yang memiliki minat di bidangSTBM.
c. Master Trainer (MT) / Pelatih Nasional STBM yang telah mengikuti pelatihankepemimpinan
dansejenisnya.
d. Bersedia menyelesaikan seluruh rangkaianpelatihan.
e. Berkomitmen sebagai pelatih pada pelatihan fasilitator STBM minimal 3 tahun kedepan.
Jumlah Peserta : Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang.
B. Pelatih/Fasilitator/Instruktur
Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM dari Kementerian Kesehatan dan praktisi STBM dari
berbagai instansi dan proyek pendukungSTBM, dengan memenuhi salah satu dari kriteria berikut
ini yaitu:
a. Memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta terlibat dalam kegiatanSTBM,
b. Memiliki pengalaman menjadi pelatih untuk STBM,
c. Widyaiswara sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki,
d. Pejabat struktural yang membidangi sanitasi dan penyehatan lingkungan.
Persyaratan:
a. Mengetahui programSTBM,
b. Merancang kerangkaacuan,
c. Menguasai materi secara garisbesar,
d. Pernah mengikuti pelatihan MOT,atau
e. Pernah mengikuti Training of Trainer(TOT).
D. Narasumber
Narasumber berasal dari:
a. Ditjen PP dan PL, Badan PPSDM Kementerian Kesehatan RI dan MasterTrainer/Pelatih
NasionalSTBM.
b. Narasumber/pelatih dari mitraSTBM.
Kriteria narasumber:
a. Menguasai materi dibidangnya.
b. Menguasai teknik melatih.
c. Pernah mengikuti pelatihan fasilitatorSTBM.
d. Pelaksana di salah satu programSTBM
22
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan untuk pelatih (TOT) fasilitator STBM di Indonesia adalah:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Badan PPSDMKesehatan,
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan PPSDMKesehatan,
3. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDM Kesehatan,
4. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDMKesehatan,
5. Balai Pelatihan Kesehatan Daerah di tingkat Provinsi,atau
6. Dinas atau lembaga / institusi yang sudah bekerja sama dengan Balai PelatihanKesehatan.
B. TempatPenyelenggaraan
Pelatihan akan diselenggarakan pada tempat/lokasi program yang telah menggunakan pendekatan
STBM di seluruh wilayah RepublikIndonesia.
B. Evaluasi terhadappelatih/fasilitator/narasumber
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan
tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan pengetahuan dan
atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh
peserta,meliputi:
a. Penguasaan materi,
b. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran,
c. Sistematika penyajianmateri,
d. Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran,
e. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta,
f. Penggunaan bahasa dan volume suara,
g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta,
h. Pencapaian Tujuan Pembelajaran(TPU/TPK),
i. Kesempatan Tanya jawab,
j. Kemampuan menyajikan,
k. Kerapihan berpakaian,
l. Kerjasama antar Tim Pengajar.
23
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
C. Evaluasi terhadap penyelenggarapelatihan
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah
pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi :
a. Tujuanpelatihan,
b. Relevansi program pelatihan dengantugas,
c. Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja,
d. Manfaat pelatihan bagipeserta/instansi,
e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan,
f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta,
g. Pelayanan akomodasi danlainnya,
h. Pelayanan konsumsi,
i. Pelayanan komunikasi dan informasi.
BAB X. SERTIFIKAT
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 01/PER/M.
PAN/2008 tanggal 28 Januari 2008 tentang Pedoman Penyusunan dan Pengangkatan Tenaga
Fungsional dan Angka Kreditnya, maka bagi peserta yang telah menyelesaikan proses pelatihan
selama 30 jp dengan kehadiran minimal 95 persen dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil
evaluasi pelatihan akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 1(satu).
Sertifikat akan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan
dan oleh panitia penyelenggara. Sertifikat juga bisa diberikan oleh Lembaga yang berwenang
menerbitkan sertifikat untuk pelatihan untuk pelatih Fasilitator SanitasiTotal Berbasis Masyarakat.
24
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
FASILITATOR STBM
PELATIHAN UNTUK
PELATIH (TOT)
MODUL
Bagian2
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
25
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
26
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
STRATEGI NASIONAL
KEBIJAKAN DAN
MD.1
STBM
ModulMD.1
Kebijakan dan Strategi Nasional STBM
27
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MD.1 - KEBIJAKAN DAN STRATEGINASIONALSTBM ........................................... 27
I. DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 29
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 29
A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................ 29
B. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................... 29
III. POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN .................................................. 30
A. Pokok Bahasan 1 - Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia.30
B. Pokok Bahasan 2 - Peran dan Strategi STBM ...................................................... 30
IV. BAHAN BELAJAR.................................................................................................... 30
V. METODE PEMBELAJARAN .................................................................................... 30
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN.............................................. 30
A. Langkah 1: Pengkondisian (20menit) .................................................................... 30
B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan(60menit)................................................. 30
C. Langkah 3: Rangkuman(10menit): ........................................................................ 31
VII. URAIAN MATERI...........................................................................................................31
A. POKOK BAHASAN 1 - KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
SANITASI DI INDONESIA .................................................................................... 31
B. POKOK BAHASAN 2 - PERAN DAN STRATEGIS TBM ...................................... 32
VIII. REFERENSI ............................................................................................................ 37
28
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MD.1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali peserta agar dapat
memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dalam
kaitannya dengan keberhasilan pembangunan kesehatan manusia Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang STBM dengan tujuan untuk mewujudkan
perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selanjutnya, pada tahun 2025,
diharapkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dasar yang layak dan
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya, sebagaimana amanat
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005-2025 dalam
mendukung pencapaian SDGs tahun 2030 tujuan 6 (khususnya 6.1 dan 6.2 ) tentang
peningkatan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak.
Pendekatan STBM terdiri dari tiga strategi yang harus dilaksanakan secara seimbang dan
komprehensif, yaitu:1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses
sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam
naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2)Cuci Tangan
Pakai Sabun(CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4)
Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
(PLC-RT).
29
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOKBAHASAN
A. POKOK BAHASAN 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA
a. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunansanitasi.
b. Arah kebijakan dan strategiSTBM.
B. POKOK BAHASAN 2
PERAN DAN STRATEGI STBM
a. Peran STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan7C,
b. Strategi STBM,
c. Pemetaan peran dan tanggung jawab pemangku kebijakan di masing-masingtingkatan.
IV. BAHANBELAJAR
Bahan tayang (slide ppt), LCD projector, komputer / laptop, modul.
V. METODEPEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab dan curah pendapat.
30
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
C. Langkah 3: Rangkuman (10menit):
1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas,dan fasilitator
memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.
2. Meminta komentar,penilaian,saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah
disediakan.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya TPU dan TPK sesi ini.
Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud.Selanjutnya dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2015-2019 No.
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang visi dan misi Kementerian Kesehatan yaitu terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air
minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan Riskesdas 2018, proporsi perilaku
buang air besar di jamban masyarakat adalah 88,2%, proporsi cara penanganan tinja balita
menggunakan jamban di rumah tangga adalah 37,8%, proporsi perilaku cuci tangan dengan benar
di masyarakat pada waktu kritis adalah 49,8 %, proporsi status gizi sangat pendek 11,5%, proporsi
status gizi pendek 19,3% dan prevalensi diare adalah 6,8%. Jumlah kasus keracunan pangan tahun
2018 adalah 4520 kasus, dengan 94 kejadian (PHEOC, 2018).
Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi
total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari
pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi
daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan
perilaku higienis.
Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation
(CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006,uji coba ini
telah
31
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecation free-
ODF), sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan
kampanye cuci tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah
ODF dan pada tahun 2008. Pada tahun 2014, Kepmenkes tersebut disesuaikan dan diganti
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang STBM. Data terkini 2019
telah tercapai 18.665 desa/kelurahan ODF, 51.265 desa/kelurahan melaksanakan STBM dan
42 kabupaten/kota dan satu Provinsi DI Yogyakarta sudah ODF.
Arah Kebijakan dan Strategi STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku
higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Pendekatan STBM memiliki indikator outcome dan indikator output.
Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut:(diganti dengan indikator terbaru, usulan utk
RPJMN ke depan)
1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang
tempat (SBS).
2. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah,
kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun,
sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
3. Setiap rumah tangga telah melakukan pengolahan air minum dan makanan yang aman dan
sehat.
B. POKOK BAHASAN 2
PERAN DAN STRATEGI STBM
a. Peran STBM Dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan SDGs Tujuan6
33
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Pokok Kegiatan :
• Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan
pelaksanaan sosialisasi pengembangankebutuhan
• Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan
buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan
perilakukomunitas,
• Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan
biaya sarana sanitasi yangsehat.
• Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk
memfasilitasi pemicuan perubahan perilakumasyarakat.
• Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk
meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.
3. Peningkatan penyediaan suplai (supply improvement)
Prinsip :
• Meningkatkan kertersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Pokok Kegiatan :
• Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana
sanitasi
• Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga
keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan saranasanitasi
• Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk
pengembangan rancangan sarana sanitasi tepatguna.
Peningkatan
lingkungan
yang kondusif
Institusionalisasi
Peningkatan Peningkatan
kebutuhansanitasi penyediaan sanitasi
34
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk
pencapaian 5 (lima) pilar STBM,yaitu:
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT);
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT);
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga(PLC-RT).
STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan koordinasi lintas sektor dan lintas
pemangku kepentingan,termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi,sehingga
keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai.
35
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tahapan penyelenggaraan STBM terlihat pada bagan dibawah :
36
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tugas dan fungsi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menfasilitasi penyelenggaraan STBM
di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan dibawah:
VIII. REFERENSI
1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta:2003.
2. Setneg RI, Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta:2005.
3. Setneg RI, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta:2009.
4. Kemenkes RI, Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
2014.
5. Update terkait STBM, www.stbm.kemkes.go.id.
37
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
38
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ModulMI.1
PENDEKATAN STBM
KONSEP DASAR
MI.1
Konsep Dasar Pendekatan STBM
39
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.1 - KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM ........................................................ 39
I. DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 41
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 41
A. Tujuan Pembelajaran Umum................................................................................. 41
B. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................... 41
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ................................................. 41
A. Pokok Bahasan 1: Pengertian STBM .................................................................... 41
B. Pokok Bahasan 2: Tiga Komponen STBM ............................................................ 42
C. Pokok Bahasan 3: Lima Pilar STBM ..................................................................... 42
D. Pokok Bahasan 4: Prinsip-prinsip STBM .............................................................. 42
E. Pokok Bahasan 5: Tangga Perubahan Perilaku .................................................... 42
IV. BAHAN BELAJAR.................................................................................................... 42
V. METODE PEMBELAJARAN .................................................................................... 42
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................. 42
VII. URAIAN MATERI...........................................................................................................43
A. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM ........................................................ 43
B. POKOK BAHASAN 2: TIGA Strategi STBM .......................................................... 50
C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM ............................................................ 52
D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM .................................................. 52
E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKU .................................. 54
VI. REFERENSI ............................................................................................................ 57
VII. LAMPIRAN............................................................................................................... 57
40
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.1.
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Konsep Dasar Pendekatan STBM ini disusun untuk membekali peserta agar memahami
pengertian, komponen-komponen pokok, pilar-pilar, prinsip-prinsip dasar, dan tangga perubahan
perilaku pada STBM secara lebih rinci dan mendalam.
STBM adalah pendekatan untuk memberdayakan masyarakat dalam merubah perilaku higiene
dan saniter dengan cara pemicuan, yang meliputi 5 pilar STBM yaitu ; 1). Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS), 2). Cuti Tangan pakai Sabun (CTPS), 3). Pengelolaan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga (PAMMRT), 4). Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT), 5).
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).
Strategi penyelenggaraan pendekatan STBM meliputi ; 1). Penciptaan lingkungan yang kondusif,
2). Peningkatan kebutuhan sanitasi, 3). Peningkatan penyediaan akses sanitasi.
41
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
B. POKOK BAHASAN 2: TIGA KOMPONEN STRATEGI STBM
1. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi,
2. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi, dan
3. Penciptaan lingkungan yang kondusif.
C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM
1. Pengertian,
2. Penyelenggaraan pelaksanaan 5 pilar STBM,
3. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM,
4. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM.
5. Indikator 5 Pilar STBM
D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM
1. Tanpa subsidi,
2. Masyarakat sebagai pemimpin,
3. Tidak menggurui/memaksa,
4. Totalitas seluruh komponen masyarakat.
E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKU
1. Pilar 1, Stop Buang Air Besar Sembarangan,
2. Pilar 2, Cuti Tangan Pakai Sabun,
3. Pilar 3, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT),
4. Pilar 4, Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT),
5. Pilar 5, Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, putar film, curah pendapat, diskusi dan bermain peran.
A. Pengertian STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk merubah
perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Penyelenggara STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari individu, rumah tangga, maupun
kelompok-kelompok masyarakat. Untuk memahami STBM maka pengertian-pengertian berikut perlu
diketahui, yaitu:
1. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan saniter individu atau
masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan
kebiasaan indivudu atau masyarakat.
40
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
2. Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM
dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian
kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) minimal telah
ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) ada
masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti
disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) sebagai
respon dari aksi intervensi STBM, kelompok masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan
dalam rangka mencapai komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati
bersama; misal: mencapai status ODF (Open Defecation Free)/Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS).
3. Desa/Kelurahan ODF/SBS adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air
besar di jamban sehat.
4. Desa STBM, adalah desa yang telah mencapai 5 (lima) pilar STBM atau kondisi sanitasi total.
• Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar
sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan
yang aman ; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah
tangga dengan aman.
• ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah
kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang
air besar sembarang yang berpotensi menyebarkan penyakit.
• Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit.
• Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air
bersih yang mengalir dan sabun.
• Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang
dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah.
• Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah pelaksanaan
kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan
menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk
menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di
rumah tangga.
• Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
• Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga,
biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan
lahan.
• LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang
secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan
untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
• Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh
masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.
• Desa/Kelurahan ODF(Open Defecation Free) / SBS (Stop Buang air besar Sembarangan)
42
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban
sehat,yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM.
• Desa/Kelurahan CTPS adalah desa yang seluruh anggota rumah tangga melakukan
praktek cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu penting (sebelum makan, setelah
buang besar, setelah membersihkan popok bayi, sebelum mengolah makanan, setelah
memegang hewan, sebelum menyusui,
• Desa/Kelurahan PAMMRT:
Desa/Kelurahan PAMMRT:
Semua rumah tangga telah melakukan pengolahan air minum dan makanan yang
aman dan sehat
Semua rumah tangga telah melakukan pengolahan air minum dan makanan yang
aman dan sehat secara lengkap (4 indikator pengolahan air minum dan 7 indikator
pengolahan makanan).
Indikator suatu Rumah Tangga dikatakan telah mencapai status Rumah Tangga
Pangan Aman Sehat adalah Rumah Tangga tersebut telah melakukan pengolahan
air minum dan makanan yang aman dan sehat.
Keluarga PAMMRT
Keluarga yang sudah Melaksanakan Pangan Aman Sehat adalah keluarga yang
telah melakukan pengolahan air minum dan makanan yang aman dan sehat
B. Tujuan STBM
Tujuan penyelenggaraan STBM untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter
secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 5 tahun 1974 tentang Bantuan Pembangunan Sarana
Kesehatan yang memerintahkan dibangunnya gedung Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
sarana penyediaan air minum pedesaan, dan tempat pembuangan kotoran (jamban keluarga).
Program pembangunan tentang sarana air minum dan jamban keluarga dikenal dengan singkatan
“SAMIJAGA”. Tujuan Inpres tersebut adalah memberikan pelayanan kesehatan secara lebih merata
dan sedekat mungkin kepada masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan dan perkotaan
berpenghasilan rendah, serta meningkatkan realisasi derajat kesehatan rakyat terutama dengan
mewujudkan keadaan higiene dan sanitasi masyarakat pedesaan yang lebih baik.
Pada tahap awal disediakan 10.500 unit sarana air minum dan 150.000 unit jamban keluarga.
Pembagian per provinsi berdasarkan kejadian wabah kolera dan penyakit perut lainnya, daerah sulir
air bersih, tersedianya tenaga higiene sanitasi, dan tersedianya hasil survei pendahuluan. Bantuan
sarana air minum dalam bentuk salah satu jenis berikut ini; penampungan mata air dengan
perpipaannya, penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur artesis, dan sumur dengan
pompa tangan. Bantuan sarana pembuangan kotoran manusia dalam bentuk jamban keluarga.
Semua jenis teknologi sarana air minum dan jamban keluarga sudah ditentukan desain teknisnya.
Penentuan lokasi sarana air minum dan jamban keluarga ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah atas
usulan Kepala Dinas Kesehatan.
Hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) mencatat hanya 53% dari
masyarakat Indonesia yang BAB di jamban yang layak pada tahun 2007, sedangkan sisanya BAB di
sembarang tempat. Lebih jauh hal ini berkorelasi dengan tingginya angka diare dan penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih.
Pembangunan sanitasi di Indonesia sebelum lahirnya STBM tahun 2008 pada umumnya dilakukan
dengan pendekatan proyek dimana masyarakat sebagai sasaran program kurang terlibat dalam
proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi.
Masyarakat hanya menerima walaupun sarana yang dibangun tidak tanggap terhadap kebutuhan
mereka.
Desain proyek yang demikian mengakibatkan tidak terjaminnya keberlanjutan sarana. Sarana kurang
dimanfaatkan dan dipelihara oleh masyarakat karena mereka kurang merasa memiliki. Banyak sarana
tidak berfungsi. Akibatnya kondisi sanitasi tetap buruk sehingga dampak yang diharapkan yaitu
menurunnya kejadian penyakit berbasis air dan sanitasi seperti diare tidak tercapai. Diare tetap
menjadi kelompok penyakit terbesar di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan pembangunan sanitasi
dengan pendekatan yang lebih baik yaitu mengedepankan peran aktif dan partisipasi masyarakat.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan keberlanjutan program dan tingkat keberhasilan yang ingin
dicapai, pemerintah melakukan perubahan pendekatan pembangunan sanitasi, dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat. Pada tahun 2008, pemerintah mencanangkan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).
44
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Secara ringkas, perbedaan pendekatan pembangunan sanitasi masa lalu dan saat ini terlihat dari ciri-
ciri sebagai berikut:
Konsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah disesuaikan
dengan konteks dan kebutuhan di Indonesia. CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan
sanitasi pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini awalnya diujicobakan di
beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah diadopsi secara massal di 60 negara
(http://www.communityledtotalsanitation.org).
Pendekatan ini berawal dari penilaian dampak partisipatif program air bersih dan sanitasi yang
dijalankan oleh Water Aid selama 10 tahun. Salah satu rekomendasi dari penilaian tersebut adalah
perlunya mengembangkan sebuah strategi untuk secara perlahan-lahan mencabut subsidi
pembangunan toilet. Ciri utama pendekatan CLTS adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur
(jamban keluarga) dan tidak menetapkan model standar jamban yang nantinya akan dibangun oleh
masyarakat.
Pada dasarnya CLTS adalah “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”. Artinya,
masyarakat yang menentukan sendiri jenis sarana sanitasi yang akan dibangun dan dimiliki sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuan mereka sendiri.
Pendekatan Community lead tidak hanya diterapkan dalam sektor sanitasi, tetapi juga dapat
digunakan dalam sektor lain seperti pendidikan, pertanian, dan lain-lain. Prinsip yang terpenting
adalah:
1. Inisiatif masyarakat;
2. Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci
utama;
3. Solidaritas masyarakat (laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin) sangat terlihat dalam
pendekatan ini;
45
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4. Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya akan muncul
“natural leader”.
2) Tahun 2005 : Pilot project CLTS di 17 desa di 6 kab. (Pokja AMPL & WSP)
3) Tahun 2006 : Pendekatan CLTS digunakan untuk program sanitasi nasional (Agustus), WSLIC-
2 (September), dana bergulir menjadi CLTS (36 kab). Beberapa LSM : a.l PCI dan Plan (di 9
kabupaten) mulai mengadopsi pendekatan CLTS.
4) Tahun 2007 : PAMSIMAS memasukkan pendekatan CLTS (dan pemasaran sanitasi) di 115
Kabupaten, ilementasi TSSM di 10 kab di Jatim, pendekatan CLTS diadopsi oleh program
sanitasi ADB (CWSH) di 20 Kabupaten dan ODF di 500 desa.
5) Tahun 2008: implementasi 10.000 desa STBM dan Penerbitan Kepmenkes tentang Stranas
STBM.
6) Tahun 2009 – 2010: Implementasi STBM secara luas. STBM masuk dalam RPJM 2010 –
2014 untuk menccapai “Indonesia ODF pada tahun 2014”. 2011: Manlak STBM diluncurkan
oleh Kemenkes. Peluncuran Logo & Website STBM. STBM u/perkotaan mulai
diimplementasikan oleh High Five, IUWASH, dan WVI.
7) Tahun 2012: Sekretariat STBM yang diinisiasi oleh Pokja AMPL dan Plan Indonesia pada
tahun 2009, diambil alih oleh Kemenkes untuk memperkuat koordinasi & monev . Pembuatan
sistem untuk monitoring nasional berbasis web dan SMS. STBM dilaksanakan di 6.456 desa.
9) Tahun 2017 : 23 Kabupaten sudah ODF (Bebas dari BAB sembarangan) dan perilaku 4 pilar
lainnya sudah dikampanyekan secara massif.
10) Tahun 2018 : Kemenkes memberikan reward “STBM Berkelanjutan” kepada Kabupaten yang
sudah ODF.
46
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
pemerintah sehingga bila tidak ada bantuan masyarakat tidak mau bergerak atau berubah
walaupun kondisi tersebut tidak sehat bagi masyarakat.
2. Program higiene dan sanitasi yang lalu merupakan paket yang sudah ditentukan dari pemerintah
atau pemberi bantuan (donor), dimana desain proyek dan pilihan teknologi sudah ditetapkan,
sehingga masyarakat hanya sebagai obyek yang tidak punya kuasa untuk memutuskan. Teknologi
yang disediakan sering tidak tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, baik dipandang dari segi
budaya, lokasi, lingkungan, ekonomi maupun kemampuan teknis opersional serta pemeliharaan.
Masyarakat merasa tidak cocok dengan teknologi tersebut sehingga sarana yang dibangun tidak
dipakai atau tidak dipelihara.
4. Evaluasi terhadap keberhasilan program sanitasi masa lalu difokuskan pada jumlah sarana yang
telah dibangun, jadi bila target jumlah sarana yang telah dibangun telah dicapai maka program
tersebut dikatakan berhasil. Namun tidak memperhatikan apakah sarana sanitasi yang dibangun
digunakan atau tidak oleh masyarakat, dipelihara atau tidak.
5. Program sanitasi masa lalu sifatnya top-down, apa yang sudah ditetapkan dari atas harus
dilaksanakan di lapangan, pendekatannya kaku tidak fleksibel.
6. Seiring dengan perjalanan waktu setelah bantuan pembangunan Samijaga untuk tahap-tahap
berikutnya dilaksanakan, ternyata tujuan akhir yang ingin dicapai dari Inpres tersebut yaitu
menurunnya kejadian penyakit diare tidak kunjung terwujud. Penyakit diare selalu dalam posisi
lima besar penyakit di masyarakat dan menjadi kontributor yang cukup besar terhadap terjadinya
kematian penduduk.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan program sanitasi yang gagal dimasa lalu, maka dilakukan
kajian untuk menemukan penyebab utama kegagalan tersebut. Hasilnya dijadikan sebagai prinsip
dalam pendekatan pembangunan sanitasi berikutnya dan juga digunakan sebagai pendekatan untuk
mencegah stunting, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
A. Tanpa subsidi.
Pada program sanitasi terdahulu ciri khas yang menonjol adalah adanya subsidi bagi masyarakat
untuk membangun sarana sanitasinya baik berupa material sanitasi maupun dibangunkan secara
penuh. Namun kenyataannya subsidi tidak bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat sehingga
penerima bantuan hanya keluarga tertentu saja, dan sering terjadi penerimanya dari golongan kerabat
keluarga penentu keputusan, yang belum tentu membutuhkan bantuan tersebut.
Oleh karena itu prinsip yang pertama adalah tidak boleh ada bantuan untuk masyarakat dari
pemerintah atau pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya. Penyediaan sarana sanitasi
dasar adalah tanggung jawab masyarakat. Sekiranya individu masyarakat belum mampu
menyediakan sanitasi dasar yang improve sesuai dengan standar teknis jamban keluarga yang
ditetapkan oleh WHO, maka masyarakat bisa memulai dengan membangun sarana sanitasi yang
sederhana namun tetap berfungsi untuk memutus alur penularan penyakit. Setelah masyarakat
47
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
merasakan manfaatnya dan memiliki dana yang cukup maka akan mendorong untuk meningkatkan
kualitas jamban yang dimiliki.
Oleh karena itu prinsip yang kedua yaitu memposisikan masyarakat sebagai pemimpin yang
menentukan keputusan dan berinisiatif pembangunan sarana sanitasinya. Jenis pilihan teknologi
sanitasi, kualitas material, jenis makanan yang akan dikonsumsi, pendanaannya, serta penggunaan
dan pemeliharaannya ditentukan sendiri oleh masyarakat. Pihak luar bertindak sebagai fasilitator
yang berfungsi memudahkan masyarakat mengakses material sanitasi dan gizi baik yang diperlukan
dan sumber pendanaan yang diperlukan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta natural leader di
masyarakat yang akan menggerakkan masyarakat lainnya untuk melakukan perubahan memperbaiki
kondisi sanitasi.
C. Tidak menggurui/memaksa
Program sanitasi terdahulu telah dirancang oleh pemerintah atau pihak donor berdasarkan kajian
yang mereka lakukan tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat. Seolah-olah pihak luar
tersebut mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan apa yang sesuai
dengan keinginan masyarakat. Pihak luar merasa lebih tahu dan lebih ahli dalam menentukan
kebutuhan masyarakat, namun melupakan masyarakat yang sudah bertahun-tahun tinggal di wilayah
tersebut dengan kebiasaan dan budaya mereka. Pihak luar secara tidak sadar telah memaksa
masyarakat untuk menerima sesuatu yang baru yaitu sarana sanitasi yang telah ditetapkan teknologi
maupun modelnya.
Namun kenyataannya teknologi dan model sarana sanitasi tersebut tidak selalu cocok bagi
masyarakat.. Terkadang ada program pemerintah maupun pihak donor yang kurang sesuai dengan
kondisi di suatu tempat, misalnya memperkenalkan hanya nasi sebagai karbohidrat di daerah yang
mayoritas penduduknya mengkonsumsi singkong atau sagu, atau memperkenalkan makanan
tambahan produksi industri yang tidak benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu
sebaiknya pihak luar tidak lagi memaksa masyarakat dan seakan lebih tahu (menggurui) apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Pihak luar berperan sebagai fasilitator dan mendorong masyarakat
untuk melakukan kajian terhadap kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang dapat merugikan
dirinya sendiri serta menemukan solusi dari permasalahan yang ditemukan.
48
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
D. Totalitas
Program sanitasi terdahulu tidak banyak melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
maupun monitoring dan evaluasi serta pemanfaatan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang
dibangun. Hanya sebagian anggota masyarakat yang terlibat dan menjadi sasaran penerima
program bantuan pembangunan sarana air minum dan jamban keluarga. Akibatnya masyarakat
merasa keputusan yang ditetapkan bukan merupakan keputusan kolektif masyarakat, serta
membuat masyarakat yang tidak menerima bantuan merasa iri dan menunggu bantuan berikutnya.
Akibatnya tujuan yang diharapkan tidak tercapai, kondisi sanitasi tetap buruk, dan transmisi penyakit
tetap terjadi dan masyarakat tetap dalam risiko terkena penyakit.
Oleh karena itu seluruh anggota masyarakat baik laki-laki atau perempuan, yang kaya atau miskin,
yang tua atau muda (totalitas) terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana sanitasi dan perubahan perilaku higiene dan saniter.
Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci keberhasilan STBM.
Totalitas dimaksudkan pula selain semua golongan yang ada di masyarakat, juga meliputi delapan
pilar STBM-stunting untuk mencegah stunting secara maksimal, tidak cukup satu atau dua pilar saja.
Pendekatan STBM merupakan interaksi yang saling terkait antara ketiga strategi pokok yang
dilaksanakan secara terpadu, sebagai berikut:
49
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
C. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif.
Strategi ini mencakup advokasi kepada para pemimpin pemerintah, pemerintah daerah, dan
pemangku kepentingan dalam membangun komitmen bersama untuk melembagakan kegiatan
pendekatan STBM yang diharapkan akan menghasilkan:
• Komitmen pemerintah daerah menyediakan sumber daya untuk melaksanakan pendekatan
STBM dan menyediakan anggaran untuk penguatan institusi;
• Kebijakan dan peraturan daerah mengenai program sanitasi dan pencegahan stunting
seperti Surat Edaran Kepala Daerah, SK Bupati/Walikota, Perda, RPJMD, Renstra, dan
lain-lain;
• Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi untuk
meningkatkan akses sanitasi, menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah,
koordinasi sumber daya dari pemerintah maupun non-pemerintah;
• Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM dan kegiatan peningkatan kapasitas;
• Adanya sistem pemantauan hasil kinerja dan proses pengelolaan pembelajaran.
Strategi peningkatan kebutuhan dan permintaan STBM dapat dilaksanakan terlebih dulu untuk
memberikan gambaran kepada masyarakat sasaran tentang resiko hidup di lingkungan yang kumuh,
seperti mudah tertular penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman yang tidak higienis,
lingkungan yang kotor dan bau, pencemaran sumber air terutama air tanah dan sungai, daya belajar
anak menurun, dan kemiskinan. Salah satu metode yang dikembangkan untuk peningkatan
kebutuhan dan permintaan sanitasi adalah CLTS yang mendorong perubahan perilaku masyarakat
sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri dan menyediakan
sarana untuk mencegah sesuai kemampuan.
Peningkatan layanan penyediaan sanitasi perlu dilakukan untuk mendekatkan pelayanan jasa
pembangunan sarana sanitasi dan memudahkan akses oleh masyarakat, menyediakan bebagai tipe
sarana yang terjangkau oleh masyarakat dan opsi keuangan khususnya skema pembayaran
sehingga masyarakat yang kurang mampu memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang layak.
Pendekatan ini dapat dilakukan tidak hanya dengan melatih, namun juga memperkuat layanan
melalui penyediaan berbagai variasi/opsi jenis sarana yang dibangun, sehingga dapat memenuhi
harapan dan kemampuan segmen pasar. Infomasi yang rinci, akurat, dan mudah dipahami oleh
masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung promosi sarana sanitasi yang sehat yang dapat
disediakan oleh wirausaha sanitasi dan hal ini dapat disebarluaskan melalui jejaring pemasaran untuk
menjaring konsumen.
Kedua strategi tersebut dapat berinteraksi melalui mekanisme pasar bila mendapatkan dukungan dari
pemerintah yang dituangkan dalam bentuk regulasi, kebijakan, penganggaran dan pendekatan yang
dikembangkan. Bentuk upaya tersebut adalah penciptaan lingkungan yang kondusif untuk
mendukung kedua strategi berinteraksi. Ada beberapa indikator yang dapat menggambarkan
lingkungan yang kondusif antara lain:
• Kebijakan,
• Kelembagaan,
• Metodologi pelaksanaan program,
• Kapasitas pelaksanaan,
• Produk dan perangkat,
• Keuangan,
• Pelaksanaan dengan biaya yang efektif,
• Monitoring dan evaluasi.
50
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
POKOK BAHASAN 6: LIMA PILAR STBM
STBM-Stunting terdiri dari lima Pilar STBM dan tiga pilar pencegahan stunting, yaitu:
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)
PILAR INDIKATOR
52
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
7. Menyimpan peralatan pengolah pangan dengan aman dan
menjaga kebersihannya.
8. Mengkonsumsi makanan yang dimasak sampai matang.
9. Menutup makanan yang disajikan dengan baik dan benar.
10. Makanan yang mudah basi/rusak disajikan tidak lebih dari 4 jam
setelah dimasak (makanan yang beresiko pertumbuhan bakteri,
bersantan, berkuah berair).
11. Menyimpan makanan matang (masak) dan mentah secara
terpisah.
Dalam melakukan perilaku BAB yang benar, dibutuhkan sarana jamban yang sehat. Kriteria jamban
yang sehat terlihat pada gambar berikut:
53
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Gambar 1. Kriteria Jamban Sehat
54
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Gambar 2. Tangki septik cor langsung tanpa sambungan
Hasil penelitian Laston (1992), Pinfold (1994), Curtis (2003), Luby et al (2005), dan Burton et al
(2011) menemukan bahwa mencuci tangan dengan menggunakan sabun lebih efektif daripada
mencuci tangan dengan menggunakan air saja. Perilaku ini sangat efektif mencegah dan
menurunkan insiden diare sebesar 42-53%. Dengan perilaku ini, satu juta kematian akibat diare
dapat dicegah.
Waktu kritis yang mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun untuk mencegah diare dan ISPA
(Tifus/Hepatitis A dan E/Polio):
1. Sebelum makan
2. Sesudah BAB
3. Sebelum mempersiapkan makan
4. Sesudah membersihkan kotoran bayi
5. Sebelum menyuapi anak.
55
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Pengolahan bahan makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5) Pengangkutan makanan, (6) Penyajian
makanan.
1) Pengolahan air baku, dilakukan apabila air baku keruh dengan cara pengolahan awal:
- Pengendapan dengan gravitasi alami
- Penyaringan dengan kain
- Penjernihan dengan bahan kimia/tawas
2) Pengolahan air minum di rumah tangga, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
kualitas air yang layak untuk dikonsumsi dengan menghilangkan bakteri dan kuman
penyebab penyakit melalui:
- Filtrasi (penyaringan), contoh: biosand filter, keramik filter.
- Klorinasi, contoh: klorin cair, klorin tablet.
- Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan) contoh: pemberian bubuk koagulan pada air
baku.
- Desinfeksi, contoh: merebus air, Sodis (Solar Water Disinfection).
3) Wadah Penyimpanan Air Minum. Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan
air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:
- Wadah penyimpanan; tertutup, berleher sempit atau lebih baik dilengkapi dengan kran.
Wadah penyimpanan dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang
sudah diolah sebagai air bilasan terakhir
- Penyimpanan air yang sudah diolah; disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu
tertutup.
Pengolahan pangan yang baik dan benar akan menghasilkan pangan yang bersih, sehat,
aman dan bermanfaat serta tahan lama. Untuk menjamin higiene sanitasi pangan perlu
melaksanakan 6 prinsip higiene sanitasi pangan berikut ini: (1) Pemilihan bahan makanan, (2)
Penyimpanan bahan makanan, (3) Pengolahan bahan makanan, (4) Penyimpanan makanan,
(5) Pengangkutan makanan, (6) Penyajian makanan.
Perilaku baru yang diperkenalkan petugas kesehatan kepada masyarakat, pada tahap awal,
masyarakat akan menilai (perenungan/pre-contemplation) perilaku baru tersebut, apakah akan
menimbulkan masalah atau malah sebaliknya justru baik dan sehat.
Jika penilaian/perenungan mereka baik, maka akan berlanjut dengan tahapan kedua “sadar
akan/paham/contemplation“. Kesadaran masyarakat akan perilaku baru yang diperkenalkan diikuti
dengan tahapan perubahan ke-3 yakni menaruh minat untuk mencoba bertindak melakukan perilaku
baru “preparation “.
Jika masyarakat merasakan manfaat dalam proses mencoba perilaku baru, maka berlanjut dengan
tindakan melakukan perilaku baru “action“. Demikian perilaku baru dilakukan menjadi kebiasaan
sehari-hari dan dilakukan secara berkesinambungan “maintenance“.
57
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
A. Tangga Perubahan Perilaku Sanitasi
Tangga perubahan perilaku higiene dan sanitasi masyarakat adalah tahap perkembangan
perubahan perilaku dari kebiasaan awal yang masih buang air besar sembarangan, tidak berperilaku
cuci tangan dengan benar, tidak mengelola sampah dan limbah cair rumah tangga berubah
mempraktikkan perilaku higienis dan saniter dengan budaya sehari-hari hidup bersih dan sehat.
Bila budaya masyarakat sudah mempraktikkan perilaku higinies dan saniter secara permanen maka
sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan sehingga akan terjadi kondisi sanitasi total
sesuai dengan tujuan dari pendekatan STBM ini. Tangga perubahan perilaku (terlihat dalam gambar
di bawah), belajar dari pengalaman global, diketahui perilaku higiene tidak dapat dipromosikan untuk
seluruh rumah tangga secara bersamaan. Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada
satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat bersamaan.
Masyarakat
• Terjadinya peningkatan
kualitas sarana sanitasi.
Improved
• Terjadinya perubahan
+ perilaku hygienes lainnya
Perilaku di masyarakat.
Hygienes • Adanya upaya pamasaran
lainnya dan promosi sanitasi.
• Adanya pemantauan dan
evaluasi
58
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
B. Tangga perubahan perilaku visi STBM
Untuk mencegah dan menurunkan kejadian penyakit berbasis lingkunganv serta untuk meningkatkan
perilaku sanitasi total, perubahan perilaku STBM perlu dilaksanakan secara terintegrasi. Integrasi
kegiatan STBM perlu dilakukan secara bertahap. Berikut adalah tangga perubahan perilaku visi STBM
a. Perilaku BABS
Perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) adalah kebiasaan/praktik budaya sehari-hari
masyarakat yang masih membuang kotoran/tinjanya di tempat terbuka dan tanpa ada pengelolaan
tinja yang higienis.
Tempat terbuka untuk BABS biasanya dilakukan di kebun, semak-semak, hutan, sawah, sungai
maupun di tempat-tempat masyarakat secara kolektif membuat jamban helikopter/ jamban plung lap
(jamban yang dibuat tanpa ada lubang septik langsung dibuang ke tempat terbuka seperti sungai,
rawa dll).
Kebiasaan BABS ini terjadi karena tidak adanya pengelolaan tinja yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan, sehingga menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan baik untuk individu yang
melakukan praktik BABS maupun komunitas lingkungan tempat hidupnya.
Kondisi masyarakat seperti ini perlu diubah melalui sebuah kegiatan perubahan perilaku secara
kolektif dengan pendekatan STBM, yang bisa dilakukan dengan cara:
1. Diadakan pemicuan ke masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan atau masyarakat
yang sudah terlatih menjadi fasilitator STBM.
2. Dari pemicuan tersebut diharapkan munculnya natural leader atau komite yang dibentuk oleh
komunitas masyarakat tersebut.
3. Komite yang terbentuk mempunyai rencana aksi yang sistematis dalam rangka menuju status
SBS.
4. Adanya kegiatan pemantauan secara terus menerus yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok dari masyarakat tersebut.
5. Tersedianya supply atau layanan pemenuhan akses sanitasi untuk masyarakat dengan kualitas
sesuai dengan standar kesehatan dengan harga yang terjangkau.
b. Perilaku SBS
Perilaku SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kebiasaan/ praktik budaya sehari- hari
masyarakat yang tidak lagi membuang kotoran/tinjanya di tempat yang terbuka dan sudah dilakukan
pengelolaan tinjanya yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit.
Perilaku SBS ini biasanya diikuti dengan kemauan masyarakatnya yang mempunyai kemampuan
untuk mendapatkan sarana akses sanitasi yang dimulai dari sarana jamban sehat paling sederhana
sampai dengan tingkat sarana jamban yang sudah bagus sistem pengelolaannya seperti IPAL
komunal maupun IPAL terpusat. Kemauan serta komitmen dari masyarakat ini dilakukan secara
kolektif dan partisipatif dalam mengambil keputusannya.
59
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Ketika masyarakat secara keseluruhan sudah berperilaku SBS maka dikatakan komunitas tersebut
mencapai kondisi Desa/Kelurahan SBS/ODF dimana kondisi komunitas tersebut dengan kondisi
sebagai berikut:
a. 100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status SBS (sudah terverifikasi oleh tim
verifikasi dari puskesmas setempat),
b. Adanya rencana untuk merubah perilaku higiene lainnya,
c. Adanya aturan dari masyarakat untuk menjaga status SBS, dan
d. Adanya pemantauan dan verifikasi secara berkala.
Ketika masyarakat secara keseluruhan sudah berperilaku sanitasi total maka dikatakan
komunitas tersebut mencapai kondisi Desa/Kelurahan STBM dengan Kondisi Sanitasi Total.
IX. LAMPIRAN
LEMBAR PENUGASAN
1. Pembelajaran/Refleksi
a. Ajukan pertanyaan kepada peserta program/proyek apa saja yang memfasilitasi penerapan
STBM yang sedang atau pernah dilaksanakan di kabupaten/wilayah kerja peserta.
b. Sepakatilah dengan peserta 3-4 program/proyek pelaksana STBM yang akan diambil
pembelajarannya, dan juga 1-2 nara sumber yang memahami program /proyek tersebut.
c. Minta peserta berbagi dalam 3-4 kelompok sesuai program/proyek yang akan didiskusikan.
Aturlah agar jumlah peserta setiap kelompok seimbang.
d. Minta setiap kelompok untuk menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi
pilihannya (selama 10 menit) dengan pokok-pokok kajian, sebagai berikut:
Capaian ODF/SBS dibandingkan dengan target? dan kenapa capaiannya seperti itu?
62
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Kesinambungan program (replikasi atau penyebarluasan ke wilayah lain)? Dan kenapa
kondisinya seperti itu?
e. Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas plano, dan jika sudah selesai
menempelkannya di dinding atau kain rekat.
f. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, minta masing-masing kelompok
mempresentasikan secara singkat hasil diskusinya selama 3 menit. Berikan kesempatan
kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan
diskusi.
g. Dari hasil diskusi pleno, Pemandu memfasilitasi penyimpulan diskusi refleksi
pelaksanaan STBM. Penyimpulan jangan terlalu difokuskan pada hasil diskusi yang
membahas mengenai “kenapa”, karena akan dibahas pada diskusi selanjutnya.
a. Sebagai pengantar diskusi, pemandu mengangkat kembali hasil diskusi sebelumnya bahwa
ada 2 kondisi berbeda yaitu a) optimis, target tercapai dan penerapan STBM
berkesinambungan, dan b) pesimis, target sulit tercapai dan penerapan STBM tidak
berkesinambungan.
b. Pemandu meminta peserta kembali ke kelompok diskusi semula untuk mendiskusikan hal
berikut selama 10 menit:
Apa yang menjadi faktor pendukung untuk kondisi yang optimis?
Apa yang menjadi faktor penghambat bagi kondisi yang pesimis?
c. Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas metaplan dengan warna yang
berbeda untuk jawaban faktor pendukung dan faktor penghambat.
d. Sementara peserta berdiskusi, pemandu menyiapkan kain rekat dengan 2 kolom terpisah
dengan judul ”faktor pendukung” dan ”faktor penghambat” dalam kertas metaplan
panjang.
e. Mintalah salah satu kelompok untuk menempelkan terlebih dahulu jawaban faktor
pendukung. Kemudian kelompok lain menambahkan jika ada jawaban yang berbeda.
Lakukan hal yang sama untuk jawaban faktor penghambat. Lakukan proses klarifikasi dan
penyepakatan dengan peserta jika ada beberapa jawaban yang kurang pas atau tidak
jelas.
f. Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan penyimpulan) tentang
faktor-faktor pendukung dan penghambat.
g. Penutup
B. Strategi STBM
Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 30 menit.
Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:
63
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
1. Pemandu menanyakan apakah peserta pernah mendengar mengenai strategi STBM. Mintalah
2-3 peserta untuk menjelaskan mengenai strategi STBM.
2. Tuliskan poin-poin kunci jawaban peserta ke dalam kertas plano.
3. Peserta diminta untuk kembali dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hal berikut dengan
menggunakan hasil diskusi tentang faktor pendukung dan penghambat:
Kegiatan apa saja yang diperlukan untuk memunculkan faktor pendukung dan mengatasi
faktor penghambat dalam pelaksanaan STBM?
Mintalah kelompok menulis kegiatan-kegiatan tersebut pada kertas metaplan.
4. Sementara peserta berdiskusi, pemandu menuliskan 3 strategi STBM (demand, supply,
enabling) dalam kertas metaplan dan menempelkan pada kain rekat di 3 tempat berbeda yang
berbentuk segitiga.
ENABLING
Ilustrasi:
DEMAN SUPPLY
65
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
66
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
67
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ModulMI.2
Pemberdayaan Masyarakat Dalam STBM
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DALAM STBM
MI.2
63
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.2 - PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM STBM ......................................... 63
I. DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 65
II. TUJUANPEMBELAJARAN ...................................................................................... 65
A. Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................................ 65
B. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................... 65
III. POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN .................................................. 65
A. Pokok Bahasan 1:Pemberdayaan Masyarakat ..................................................... 65
B. Pokok Bahasan 2: Partisipasi Masyarakat dalam STBM ...................................... 66
IV. BAHAN BELAJAR.................................................................................................... 66
V. METODE PEMBELAJARAN .................................................................................... 66
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................. 66
A. Langkah 1: Pengkondisian(15 menit) .................................................................... 66
B. Langkah 2; Pengkajian Pokok Bahasan(105menit)............................................... 66
C. Langkah 3: Rangkuman(15 menit): ....................................................................... 66
VII. URAIANMATERI............................................................................................................67
A. POKOK BAHASAN 1 :PEMBERDAYAANMASYARAKAT........................................67
B. POKOK BAHASAN 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAMSTBM ..................... 67
VIII. REFERENSI ............................................................................................................ 70
IX. LAMPIRAN............................................................................................................... 70
A. Pokok Bahasan 1: Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ........................................ 70
B. Pokok Bahasan 2:Tingkat Partisipasi .................................................................... 70
64
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.2
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Masyarakat merupakan pondasi paling utama dari pendekatan STBM. Suksesnya STBM hanya
akan terjadi apabila masyarakat terpicu untuk mau, berdaya dan melakukan praktik-praktik hidup
bersihdansehat.KegiatanSTBMdimulaidariadanyapemahamanmasyarakatataspermasalahan
yangmerekahadapi,adanya inisiatif dan keputusan masyarakat untuk berubah,dan diikuti dengan
pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama menggunakan sumber daya yang merekamiliki.
Modul pemberdayaan masyarakat dalam STBM disusun untuk memberikan pemahaman kepada
para pihak yang menfasilitasi peyelenggaraan STBM untuk memahami secara utuh perannya
sebagai fasilitator STBM.
B. Tujuan PembelajaranKhusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pemberdayaanmasyarakat,
2. Menerapkan partisipasi masyarakat dalamSTBM.
65
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
B. POKOK BAHASAN 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAMSTBM
a. Pengertian partisipasi masyarakat dalamSTBM,
b. Tingkatan partisipasi masyarakat diSTBM.
IV. BAHANBELAJAR
Bahan tayang (slide ppt), LCD, komputer/laptop, flipchart (lembar balik), spidol, metaplan, kain
tempel, panduan diskusi kelompok, panduan bermain peran.
V. METODEPEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, dan bermain peran.
2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai
melalui sesiini,
3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yangdigunakan,
4. Menggali pendapat peserta tentang pemberdayaan masyarakat dan mendiskusikannya.
Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secaraaktif,
5. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat
dalamSTBM.
B. Langkah 2; Pengkajian Pokok Bahasan (105menit)
1. Fasilitator menyampaikan pokokbahasan:
• Pemberdayaan masyarakat,
• Partisipasi masyarakat dalamSTBM.
C. Langkah 3: Rangkuman (15menit):
1. Fasilitator merangkum sesipembelajaran,
2. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas,dan fasilitator
memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain,
3. Meminta komentar, penilaian,saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang
telah disediakan,
4. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan TPU dan TPK sesi telah tercapai.
66
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
VII. URAIAN MATERI
A. POKOK BAHASAN 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
68
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Pada tingkat organisasi :
Pemberdayaan mencakup struktur dan proses organisasi yang memperkuat
partisipasi anggota dan peningkatan kinerja untuk tujuan organisasi).
• Pada tingkat masyarakat :
Pemberdayaan merujuk kepada tindakan kolektif untuk peningkatan kualitas
hidup di masyarakat dan hubungan antar masyarakat).
69
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Pemandirian Masyarakat
Inisiatif fasilitator
Inisiatif Masyarakat
Semakin Bertambah
70
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Siapa yang melakukan pemberdayaan?
Untuk memberdayakan masyarakat dibutuhkan para fasilitator handal, yang :
• Mampu membantu masyarakat untuk menyadari permasalahan yang mereka hadapi,
mencari solusi dan mewujudkan solusi yang mereka sepakati.
• Memiliki pemahaman dan kompetensi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk menolong dirinya dan mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat.
71
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
`Beberapa hal terpenting dalam STBM adalah:
• STBM adalah inisiatifmasyarakat,
• Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan bersama
(kolektif) adalah kunciutama,
• Solidaritas masyarakat (laki-laki, perempuan, kaya, miskin, tua, muda) sangat
penting dan terlibat dalam pendekatanSTBM,
• Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada campur tangan pihak luar, dan
biasanya akan muncul “natural leader” dimasyarakat.
Partisipasi Masyarakat
• Secara harfiah, partisipasi berarti :
Turut berperan serta dalam suatu kegiatan.
Keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan.
Peran serta aktif atau pro-aktif dalam suatu kegiatan.
• Partisipasi dalam program pembangunan adalah: suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan
masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dalam dirinya (intrinsik) maupun
dari luar (ekstrinsik), dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan.
• Keterlibatan masyarakat adalah keterlibatan yang mengarah kepada tumbuhnya kemampuan
mereka untuk lebih berdaya menghadapi berbagai tantangan hidup tanpa harus bergantung
kepada orang lain. Ketika masyarakat semakin kuat, peran orang luar semakin dikurangi
Pendekatan partisipatif disebut juga pendekatan pemberdayaan masyarakat.
72
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tingkatan Partisipasi :
Tingkatan partisipasi masyarakat, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah
sebagai berikut:
• Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat hanya sampai
diberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan
ditentukan oleh si pemberi informasi (pihaktertentu).
• Masyarakat mulai diajak untuk berunding; Pada level ini sudah ada komunikasi dua
arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini
meskipun sudah dilibatkan dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang
luar atau orang-orangtertentu.
• Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar;
Pada tahapan ini masyarakat dilibatkan dalam memutuskan sebuah kegiatan/program,
namaun dalam pelaksanaan, evaluasi, monitoring dan pengembangan masih dilakukan
oleh pihakluar
• Masyarakat mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat
keputusan; Pada tahapan ini masyarakat dilibatkan secara keseluruhan, yaitu mulai
darimelakukanperencanaan,pelaksanaan,monitoringdanevaluasisampaipadatahap
replikasi/pengembangan.
73
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Dari keempat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam STBM adalah tingkat
partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak
berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah
mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap
keputusan yang mereka buat.
74
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
VIII. REFERENSI
1. DepKes RI, Pusat Promkes, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Jakarta:2004.
2. DepKes RI, Pusat Promkes, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Jakarta:
2005.
3. Totok Mardikanto, Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta:2010.
4. Kemenkes RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan:
Buku Sisipan STBM, Jakarta:2013.
IX. LAMPIRAN
Panduan Diskusi Kelompok
A. POKOK BAHASAN 1: PRINSIP PEMBERDAYAANMASYARAKAT
1. Masih dalam 3 kelompok tadi, minta setiap kelompok untuk mendeskripsikan 3 topik
berikut (Note: upayakan dengan menggunakan gambar):
6. Berdasarkan hasil diskusi kelompok, bahas dan sepakati rumusan masing-masing sub
pokok bahasan.
7. Fasilitator member kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan
peserta,
8. Fasilitator mengajak peserta untuk terlibat aktif dalam pembelajaran melalui diskusi
kelompok dan simulasi,
9. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi hasil diskusi
kelompok dan simulasi yang dilakukan.
72
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan tertinggi):
Menerima Informasi
Membuat keputusan
Diajak Berunding secara bersama-sama
antara masyarakat dan
pihak luar
Mendapatkan wewenang
untuk mengatur sumber
daya dan membuat
keputusan
3. Tempelkan keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain temple, tanpa
memberikan tanda tingkatan partisipasi.
4. Saat peserta telah selesai menggambar, tempelkan gambar-gambar tersebut di kain
tempel. Setelah itu minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-gambar tersebut,
lalu mereka diminta untuk memindah gambar mereka ke dalam empat kelompok tingkat
partisipasi yang sudah disiapkan oleh fasilitator sesuai pemahaman mereka.
5. Minta peserta untuk membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai
tertinggi (dimulai dengan tingkat terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada
diantaranya).
6. Tanyakan pada tingkat partisipasi mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan
STBM.
7. Fasilitasi beberapa diskusi tentang hal tersebut sekitar 5-10 menit, kemudian minta
peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang seharusnya ada. Akhiri dengan
kesepatan dari hasil pilihan tersebut.
8. Ajak peserta bermain peran sebuah proses pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.
• Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok musyawarah warga yang salah
satunya adalah fasilitator pemberdayaan.
73
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Setelah semua kelompok bermain peran, tanyakan bagaimana perasaan
peserta? Seperti apa peran fasilitator pemberdayaan masyarakat? Bagaimana
proses musyawarah yang dilakukan oleh warga? Apa tanggapan peserta
terhadap proses tersebut?
• Apakah kegiatan tersebut dapat membantu pemahaman peserta tentang
pemberdayaan masyarakat dan juga tingkatan partisipasi masyarakat?
Skenario pertama:
Desa Suka Damai, terletak di kecamatan Pantang Mundur merupakan salah satu desa yang
cukup jauh dari perkotaan. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani,
sebagian mempunyai ladang yang cukup jauh dari rumahnya. Di desa tersebut mengalir
sungai yang setiap hari dipergunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas mencuci
pakaian, mandi dan juga BAB. Selain di sungai mereka juga terbiasa BAB di
kebun/ladang.
Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM, masyarakat desa Suka Damai
berkeinginan untuk membangun jamban.
Pak Kepala Desa mengundang tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, kader dan
anggota masyarakat untuk melakukan pertemuan dengan agenda menyusun rencana
kegiatan siapa saja yang sudah berminat untuk membangun jamban, kapan akan
dilaksanakan, jenis jamban apa yang akan dibangun dan berapa besarnya dana yang
diperlukan serta bagaimana melaksanakan rencana tersebut.
Skenario kedua:
74
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
lingkungan mereka terlihat sangat kotor.
Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM, masyarakat tergerak untuk memperbaiki
lingkungan mereka. Masyarakat berkeinginan untuk mengatasi masalah bau busuk tersebut.
Masyarakat juga berkeinginan untuk membersihkan lingkungan dengan mengatasi masalah
sampah. Disepakati akan dibuat pertemuan untuk membahas rencana tersebut dipimpin oleh
Pak RW. Pada pertemuan tersebut hadir juga Ketua RT 01 dan RT 02, tokoh agama, Ibu
kader kesling, kader PKK dan masyarakat.
Skenario ketiga:
Kelurahan Nyiur Melambai terletak di Kecamatan Pantai Indah. Sebagian besar
masyarakatnya adalah Nelayan. Ada beberapa masyarakat mempunyai kapal ikan. Di
Kelurahan Nyiur Melambai juga sudah ada Koperasi nelayan. Rumah mereka terletak di
pinggir pantai bahkan ada sebagian yang rumahnya terletak diatas laut. Meskipun begitu
masyarakat sudah biasa BAB di jamban, karena disamping sebagian warga sudah memiliki
jamban, di sepanjang pantai ada sarana MCK umum yang dibangun oleh pemerintah.
Akan tetapi berdasarkan informasi dari Puskesmas setempat, kunjungan pasien karena
Diare penyakit kulit setiap bulan meningkat. Maka Kepala Lingkuangan bersama petugas
kesehatan memeriksa “dugaan” penyebab masalahanya. Maka ditemukan beberapa indikasi
penyebabnya antara lain; buangan air limbah dari MCK dan dapur warga meluber di
sekitar rumah warga, anak-anak dan remaja yang tiap sore berolah raga di pinggir
pantai biasa minum air dari kran MCK umum.
Setelah dilakukan pemicuan oleh fasilitator STBM, masyarakat tergerak untuk melakukan
perubahan dan berkeinginan untuk memperbaiki lingkungan mereka. Pak Kepala Lingkungan
mengundang tokoh masyarakat ,tokohagama, pengurus koperasi, tokoh pemuda, kader dan
masyarakat untuk membahas rencana tersebut.
Skenario keempat:
75
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
siswa bahkan guru yang absen karena sakit; ada yang diare, thypus, dan lain-lain.
Puskesmas setempat juga mendapatkan data pasien para karyawan yang memeriksakan diri
karena sakit seperti tersebut di atas tiap hari cukup tinggi. Maka Puskesmas berinisatif
melakukan penyelidikan. Maka ditemukan kebiasaan; pedagang yang melayani pembeli
sambil masak, karyawan makan di tempat tanpa cuci tangan, anak-anak habis main
langsung makan tanpa cuci tangan, juga kebiasaan pengasuh penitipan anak ketika
menyuapi bayi tidak cuci tangan.
Tugas kelompok:
Berbagilah peran sebagai aparat dan warga yang sedang bermusyawarah untuk
menyusun rencana kegiatan. Sepakati apa saja bentuk partisipasi yang bisa diberikan
oleh warga dan pihak terkait. Siapa saja yang hadir dalam rapat.
76
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ModulMI.3
Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM
FASILITASI STBM
ADVOKASI DAN
KOMUNIKASI,
MI.3
73
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.3 - KOMUNIKASI, ADVOKASI DAN FASILITASI STBM ....................................... 73
I. DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 75
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 75
A. Tujuan Pembelajaran Umum................................................................................. 75
B. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................... 75
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ................................................. 75
A. Pokok Bahasan 1: Komunikasi.............................................................................. 75
B. Pokok Bahasan 2: Advokasi .................................................................................. 76
C. Pokok Bahasan 3: Prinsip-Prinsip Dasar Fasilitasi................................................ 76
D. Pokok Bahasan 4: Teknik Fasilitasi ....................................................................... 76
IV. BAHAN BELAJAR.................................................................................................... 76
V. METODE PEMBELAJARAN .................................................................................... 76
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................. 76
A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit) ................................................................... 76
B. Langkah 2: Pembahasan Pokok Bahasan (150 menit) ......................................... 77
C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit): ...................................................................... 77
VII. URAIAN MATERI...........................................................................................................77
A. POKOK BAHASAN 1: KOMUNIKASI .................................................................... 77
B. POKOK BAHASAN 2: ADVOKASI ........................................................................ 85
C. POKOK BAHASAN 3: PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI .............................. 92
D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK FASILITASI .............................................................96
VIII. REFERENSI ............................................................................................................ 105
IX. LAMPIRAN............................................................................................................... 105
74
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI-3
KOMUNIKASI, ADVOKASI, DAN FASILITASI STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Keberhasilan STBM ditentukan oleh perubahan perilaku masyarakat untuk menerapkan perilaku
sanitasi yang sehat dan berkelanjutan, yang didukung oleh tiga komponen STBM, yaitu peningkatan
kebutuhan, penyediaan layanan, dan lingkungan yang kondusif. Untuk itu diperlukan fasilitator-
fasilitator yang terampil, khususnya dalam berkomunikasi, melakukan advokasi dan memfasilitasi
kegiatan-kegiatan masyarakat.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi, melalui
ucapan, tulisan, maupun tanda-tanda yang dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan
orang lain. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Fasilitasi adalah proses
sadar untuk membantu sebuah kelompok sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka
sambil tetap berhasil menjaga eksistensi kelompok tersebut.
Modul komunikasi, advokasi dan fasilitasi ini disusun untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada para pelaksana STBM untuk memahami secara utuh perannya sebagai
fasilitator STBM.
75
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
B. POKOK BAHASAN 2: ADVOKASI
a. Pengertian advokasi,
b. Langkah-langkah advokasi STBM,
c. Cara melakukan advokasi yang efektif.
C. POKOK BAHASAN 3: PRINSIP-PRINSIP DASAR FASILITASI
a. Prinsip dasar fasilitasi,
b. Peran dan fungsi fasilitator,
c. Perilaku fasilitator dalam STBM,
d. Fasilitasi yang harus dilakukan dan dihindari dalam STBM.
D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK FASILITASI
a. Teknik mendengar,
b. Teknik bertanya,
c. Teknik menghadapi situasi sulit,
d. Dinamika bertanya,
e. Curah pendapat.
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, curah pendapat dan bermain peran.
76
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
B. Langkah 2: Pembahasan Pokok Bahasan (150 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
• Komunikasi,
• Advokasi,
• Prinsip-prinsip dasar fasilitasi, dan
• Teknik fasilitasi.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.
3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta mereka untuk bermain peran
komunikasi, advokasi dan fasilitasi yang efektif.
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi hasil diskusi kelompok
dan simulasi yang dilakukan.
Dengan demikian maka komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain.
b. Bentuk-Bentuk Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Yang dimaksud dengan verbal adalah lisan, dengan demikian komunikasi verbal adalah
penyampaian suatu informasi secara lisan, yang biasa kita kenal dengan berbicara. Namun
77
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
dalam praktik sehari-hari, informasi juga disampaikan melalui tulisan. Meskipun dalam
bentuk tulisan tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan, sehingga digolongkan ke
dalam komunikasi verbal. Pengiriman SMS (Short Message Service) merupakan salah
satu contoh. Bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan, yang menunjukkan hubungan
personal yang tinggi. Penerima pesan juga dapat langsung memberikan umpan balik.
Bahkan orang dapat bertransaksi melalui SMS, seolah-oleh berbicara satu sama lain.
78
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Contoh lainnya adalah media tulisan, seperti buletin, pamflet, leaflet, dan sebagainya
yang juga bertutur menyampaikan maksud dan tujuannya.
78
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Membangun Komunikasi yang Efektif
1. Strategi Membangun Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator
(sender) dapat diterima dengan baik dalam arti kata menyenangkan, aktual, nyata oleh
si penerima (komunikan), kemudian penerima menyampaikan kembali bahwa pesan
telah diterima dengan baik dan benar. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah atau
komunikasi timbal balik. Agar terjadi komunikasi yang efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Mengetahui siapa mitra bicara
Dalam berkomunikasi kita harus menyadari benar dengan siapa kita berbicara,
apakah dengan camat, lurah, bidan desa, tokoh masyarakat, atau kader. Kenapa kita
harus mengetahui dengan siapa kita bicara? Karena dengan mengetahui audience,
kita harus cerdas dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan
informasi buah pikiran kita. Kita harus memakai bahasa yang sesuai dan mudah
dipahami oleh audience kita.
Selain itu pengetahuan mitra bicara kita juga harus diperhatikan. Informasi yang ingin
kita sampaikan mungkin bukan merupakan hal yang baru bagi mitra kita, tetapi kalau
penyampaiannya menggunakan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh mitra kita,
informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak dipahami oleh mitra.
Dengan memperhatikan mitra bicara kita akan dapat menyesuaikan diri dalam
berkomunikasi dengannya.
b. Mengetahui apa tujuan komunikasi
Cara kita menyampaikan informasi sangat tergantung kepada tujuan kita
berkomunikasi, misalnya:
- Fasilitator STBM ingin menyampaikan informasi mengenai pelatihan
pemanfaatan sampah plastik menjadi kerajinan tangan di wilayah kecamatan
A. Jika tujuannya hanya menyampaikan informasi maka komunikasi dapat
dilakukan dengan membuat pengumuman atau surat edaran.
- Sebagian besar masyarakat di desa A masih belum mengetahui tentang
penanganan hygiene sanitasi pangan, sehingga potensi tinggi terjadinya diare
dan keracunan makan di desa A tinggi. Untuk itu, fasilitator mengusulkan
dilakukan pemicuan di masyarakat. Bila tujuannya seperti ini tentu
pendekatannya bukan dengan surat tapi melalui advokasi.
- Masyarakat desa A yang sudah terpicu, ingin membuat jamban sehat dan
fasilitas CTPS, namun, mereka tidak memiliki cukup biaya untuk membayar
biaya pembuatan jamban secara kontan. Mereka mampu membayar secara
mencicil selama beberapa waktu. Untuk kasus seperti ini tentunya yang paling
cocok adalah melalui negosiasi dengan penyedia jasa (wirausaha STBM).
- Mengetahui dalam konteks apa komunikasi dilakukan.
79
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Dalam berkomunikasi maka kita perlu mempertimbangkan keadaan
atau lingkungan saat kita berkomunikasi. Bahasa dan informasi yang
disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana
komunikasi itu terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa dan informasi
yang jelas dan tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat, reaksi yang
kita peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Misalnya penggunaan kata mendukung :
Kita harus mendukung pelaksanaan STBM di desa/kelurahan kita.
Pemuda itu mendukung nenek tua yang sakit itu.
Penggunaan kata mendukung pada kedua kalimat tersebut konteksnya
berbeda satu sama lain.
c. Mengetahui budaya/kebiasaan masyarakat setempat
Dalam berkomunikasi harus diingat peribahasa “dimana bumi dipijak, disitu langit
dijunjung” artinya dalam berkomunikasi kita harus memperhatikan dan menyesuaikan
diri dengan budaya atau kebiasaan orang atau masyarakat setempat. Misalnya
berbicara sambil menunjuk sesuatu dengan telunjuk kepada orang yang lebih tua atau
lebih tinggi kedudukannya di daerah Jawa Barat atau Jawa Tengah bisa dianggap
kurang sopan atau kurang ajar walaupun mungkin di daerah lain itu biasa-biasa
saja. Atau kalau di daerah Sumatera Utara orang bisa berbicara dengan intonasi
dan suara yang keras, maka apakah orang non Sumatera Utara harus mengimbangi
pula dengan nada yang keras? Dalam hal ini, misalnya orang Sunda kalau berbicara
dengan orang Batak tidak perlu bertutur seperti orang Batak, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian maka tidak terjadi salah tafsir yang mengakibatkan kegagalan
komunikasi.
d. Mengetahui bahasa
Dalam berkomunikasi seyogyanya kita memahami bahasa mitra kita. Hal ini tidak
berarti kita harus memahami semua bahasa dari mitra bicara. Oleh karena ada kata-
kata yang menurut etnis tertentu merupakan hal yang lumrah tapi menurut etnis lain
merupakan hal yang tabu untuk dikatakan atau mempunyai arti yang berbeda.
Misalnya ucapan ‘nangka tok’ menurut bahasa Sunda berarti ‘nangka saja’, tetapi
untuk orang Jawa ini lain artinya. Begitu juga ‘gedang’ menurut orang Sunda artinya
‘pepaya’ tapi menurut orang Jawa artinya ‘pisang’. Bahasa asing juga perlu kita
pahami manakala kita berkomunikasi dengan orang asing yang tidak bisa berbahasa
Indonesia, misalnya ada turis asing yang tersasar ke kampung kita, kita ingin
menolongnya tapi tidak mengerti bahasa asing misalnya bahasa Inggris, padahal
si turis tidak menguasai Bahasa Indonesia, maka jelas komunikasi akan terhambat
sebab komunikasi verbal tidak jalan. Selain itu untuk memperjelas pesan yang
hendak disampaikan dalam berkomunikasi, gunakanlah kalimat-kalimat sederhana
80
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
yang mudah dipahami. Kalimat panjang dan kompleks seringkali mengaburkan arti
dan makna pesan yang akan disampaikan. Misalnya kepala puskesmas, berbicara
kepada para sanitarian dalam suatu rapat “Bapak Ibu Sanitarian sekalian dalam
rangka mensukseskan STBM, maka semua sanitarian harus menyadari akan arti
pentingnya pembangunan kesehatan dengan memberdayakan semua potensi
yang ada dalam masyarakat, untuk itu maka Bapak Ibu Sanitarian harus berusaha
sekuat tenaga untuk membuat masyarakat berdaya dan mendukung STBM”. Kalimat
tersebut terlalu panjang dan kompleks. Padahal informasi yang perlu disampaikan
adalah bahwa agar program sanitasi yang menggunakan pendekatan STBM dapat
dilaksanakan dengan memberdayakan potensi yang ada di masyarakat.
2. Komunikasi Verbal yang Efektif
Komunikasi akan efektif bila pesan yang disampaikan pemberi pesan diterima oleh
penerima pesan sesuai dengan maksud penyampai pesan dan menimbulkan saling
pengertian. Dalam komunikasi verbal atau berbicara yang didengar adalah suara yang
diucapkan melalui kata-kata yang keluar dari mulut. Suara-suara itu harus mempunyai
makna sehingga maksud dari berbicara itu dapat dimengerti. Komunikasi dapat dikatakan
efektif apabila:
- Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh si pengirim.
- Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang dikehendaki
oleh pengirim.
- Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
a. Ciri-ciri komunikasi verbal yang efektif
- Langsung (to the point, tidak ragu menyampaikan pesan).
- Asertif (tidak takut mengatakan apa yang diinginkan dan mengapa).
- Ramah dan bersahabat (congenial).
- Jelas (hal yang disampaikan mudah dimengerti).
- Terbuka (tidak ada pesan dan makna yang tersembunyi).
- Secara lisan (menggunakan kata-kata untuk menyampaikan gagasan
dengan jelas).
- Dua arah (seimbang antara berbicara dan mendengarkan).
- Responsif (memperhatikan keperluan dan pandangan orang lain).
- Nyambung (menginterpretasi pesan dan kebutuhan orang lain dengan
tepat).
- Jujur (mengungkapkan gagasan, perasaan, dan kebutuhan yang
sesungguhnya).
81
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
b. Ciri-ciri komunikasi verbal yang tidak efektif
- Tidak langsung (bertele-tele).
- Tidak mengatakan.
- Pasif (malu-malu, tertutup).
- Antagonistis (marah-marah, agresif, atau bernada kebencian).
- Kriptis (pesan atau maksud yang sesungguhnya tidak pernah
diungkapkan secara terbuka).
- Satu arah (lebih banyak berbicara daripada mendengarkan).
- Tidak responsif (sedikit/ tidak ada minat terhadap pandangan atau
kebutuhan orang lain).
- Tidak nyambung (respon dan kebutuhan orang lain disalahartikan dan
disalah interpretasikan).
- Tidak terus terang (perasaan, gagasan dan keputusan diungkapkan
secara tidak jujur).
c. Keterampilan berbicara
Pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan ditingkatkan
dengan berlatih, agar mampu berbicara secara efektif maka dalam tiap
komunikasi baik informal maupun formal, beberapa teknik dapat dimanfaatkan
dalam meningkatkan efektivitas berbicara sebagai berikut:
- Percaya diri.
- Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.
- Bicara dengan wajar, seperi biasanya jangan terkesan sebagai penyair
atau sedang deklamasi.
- Atur irama dan tekanan suara dan jangan monoton. Gunakan tekanan
dan irama tertentu, untuk menampilkan poin-poin tertentu, tapi
hindarkan kesan sebagai pemain drama.
- Tarik nafas dalam-dalam 2 atau 3 kali untuk mengurangi ketegangan.
Mengatur nafas secara normal dan jangan terkesan seperti orang
yang dikejar-kejar. Bila perlu menghentikan pembicaraan sejenak,
selain untuk mengambil napas juga berfungsi menarik perhatian.
- Hindari sindrom: ehm, ah, au, barangkali, mungkin, anu, apa, dan
lain-lain. Jika terpojok dan kehabisan bicara atau lupa cukup berhenti
sejenak, cara ini menunjukkan bahwa seakan-akan kita sedang berpikir
dan akan berdampak positif dibanding mengatakan mengatakan ’apa’,
’ya, eh ...’, ’apa ya, saya pikir...’, ’barangkali’, dan seterusnya.
82
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
- Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks tulisan. Jangan
merasa malu melakukan hal ini, karena pendengar akan berpikir
bahwa kita hanya menekankan poin pembicaraan tertentu agar lebih
lengkap.
- Siapkan air minum. Ini sangat membantu pembicara berhenti sejenak
juga untuk membasahi kerongkongan.
3. Komunikasi Non-Verbal yang Efektif
Komunikasi non verbal adalah proses pertukaran pesan/makna melalui berbagai cara
selain kata-kata, yaitu melalui bahasa tubuh, ekspresi muka, tatapan, sentuhan tampilan
vokal suara (volume, intonasi, irama, dsb.), baju yang dipakai, penggunaan ruangan, dll.
Wajah mengekspresikan bagaimana perasaan kita, tubuh mengekspresikan intensitas
emosi. Misal kalau sedih wajah terlihat murung atau dengan tangan mengepal kalau
sedang marah.
Dalam komunikasi pertukaran makna verbal dan non verbal saling melengkapi, saling
mempengaruhi dan tidak terpisahkan satu sama lain. Komunikasi interpersonal selalu
menyangkut pesan verbal dan non verbal. Suatu kata yang sama diekspresikan dengan
berbeda emosi yang berbeda akan bermakna berbeda. Misal: ”Bapak sudah baik
memiliki jamban sendiri dirumah, tapi lebih baik lagi jika tidak dialirkan ke sungai tapi
menggunakan penampungan yang kedap”, bila disampaikan dengan kata-kata yang
lembut akan diterima berbeda jika disampaikan dengan dengan kata-kata yang sama
tapi dengan volume suara yang keras dan tegas. Kualitas komunikasi verbal seringkali
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: intonasi suara, ekspresi raut wajah, gerakan
tubuh (body language).
Sebuah hasil riset (Mechribian & Ferris) menunjukkan bahwa dalam komunikasi verbal,
khususnya pada saat presentasi keberhasilan penyampaian informasi adalah sebagai
berikut :
- 55 % ditentukan oleh bahasa tubuh (body language),
- 38 % ditentukan oleh isyarat dan kontak mata,
- 7 % ditentukan oleh kata-kata.
Beberapa contoh yang dapat dikembangkan, agar komunikasi non verbal dapat lebih
efektif :
a. Cara berpakaian
Cara berpakaian mengkomunikasikan siapa dan apa status seseorang, baik
dalam pekerjaan sehari-hari maupun dalam waktu tertentu. Dalam STBM,
fasilitator yang bertugas untuk membantu masyarakat, hendaknya berpakaian
seperti masyarakat. Fasilitator janganlah berpakaian yang berbeda, misalnya
datang ke masyarakat dengan menggunakan jas atau pakaian dokter, karena
masyarakat akan merasa sungkan untuk berdiskusi dengan fasilitator ataupun
dengan anggota masyarakat lainnya di dekat fasilitator. Jangan pula fasilitator
83
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
datang dengan pakaian compang-camping seperti pengemis, karena masyarakat
akan merasa fasilitator sebagai orang yang lebih rendah dari mereka dan tidak
bisa menghargai fasilitator secara setara dengan mereka.
b. Waktu
Di dalam berkomunikasi manfaatkan waktu secara tepat, artinya manfaatkanlah
waktu dengan sebaik-baiknya. Karena waktu adalah sesuatu yang sangat berarti.
Misalnya, kalau fasilitator akan berdiskusi dengan masyarakat, maka pilihlah
waktu ketika masyarakat sedang santai, misalnya di sore atau malam hari.
c. Tempat
Tempat sangat menentukan efektivitas komunikasi, misalnya kantor adalah tempat
kerja, restoran adalah tempat makan, lapangan tenis adalah tempat olahraga.
Namun demikian seringkali urusan kantor bisa diselesaikan di lapangan tenis atau
bahkan di hotel atau restoran. Dalam dunia bisnis dikenal istilah entertain yaitu
untuk melobi rekan bisnis, pertemuan diadakan di restoran atau di hotel sambil
menjamu rekan bisnis. Dan hal ini ternyata banyak membawa hasil ketimbang
pertemuan dilakukan secara formal di kantor. Demikian pula misalnya tim fasilitator
STBM bertemu dengan masyarakat di sawah, di sela-sela waktu istirahat dapat
berkomunikasi secara informal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
sanitasi masyarakat. Selanjutnya hasil pembicaraan tersebut ditindaklanjuti di
puskesmas bersama sanitarian dan tim fasilitator kecamatan lainnya.
Selain hal-hal tersebut diatas, perlu juga dipahami fungsi-fungsi yang menunjukkan
ke-non-verbal-an komunikasi, antara lain :
• Pengulangan (repetition) yaitu pengulangan pesan dari individu dilakukan
dengan verbal.
• Penyangkalan (contradiction) yaitu penyangkalan pesan yang dilakukan
terhadap seseorang. Misalnya mengangkat bahu menyatakan ”tidak
tahu”, menggeleng kepala sama dengan ”tidak”, dan sebagainya. Namun
penggunaannya juga harus memperhatikan budaya atau kebiasaan, misal,
untuk orang India menggelengkan kepala bukan berarti tidak.
• Pengganti pesan (substitution) misal mendelik berarti marah.
• Melengkapi pesan verbal, misalnya mengatakan ”bagus” sambil
mengacungkan ibu jari, dan sebagainya.
• Penekanan (accenting) menggarisbawahi pesan verbal misalnya berbicara
dengan sangat pelan atau menekan kaki.
84
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
B. POKOK BAHASAN 2: ADVOKASI
a. Pengertian Advokasi
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui macam-macam bentuk
komunikasi persuasif (JHU, 1999).
Advocacy is a combination on individual and action to design to gain political commitment,
policy support, social acceptance and system support for particular health goal programs
(WHO, 1989).
Advokasi STBM 5 Pilar adalah suatu upaya yang digunakan untuk menciptakan suatu
perubahan dalam opini publik dan kebijakan pemerintah dengan menggerakkan sumberdaya
serta kekuatan yang diperlukan untuk mendukung isu, keputusan kebijakan, alokasi
anggaran dan lainnya agar program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, menjadi prioritas
dalam pembangunan daerah.
Intinya advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda
dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa
kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan seperti perundang-undangan, peraturan daerah
sampai dengan peraturan desa dll), dana, sarana, dll. Stakeholders yang dimaksud bisa
tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan,
kelompok pengaruh yang mendorong keluarnya keputusan seperti legislatif dan penyandang
dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama,
tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak
tertulis) di bidangnya. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, NGO
(organisasi non pemerintah) misal seperti Lembaga donor, LSM, Institusi Pendidikan dan Lembaga
potensial lainnya yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah
atau menjadi mitra kerja STBM.
Proses advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau
menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah,
(4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan
masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi
harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
1. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi,
2. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah,
3. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah,
4. Berdasarkan kepada fakta (evidence-based),
5. Dikemas secara menarik dan jelas,
6. Sesuai dengan waktu yang tersedia.
85
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan
membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama.
86
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
b. Langkah-Langkah Advokasi STBM
Mendefinisikan isu strategis
Untuk melakukan advokasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan
atau mendefinisikan isu-isu strategis di suatu wilayah. Penetapan isu ini sangat penting
sebagai dasar untuk melakukan kebijakan.
Sebagai contoh, isu strategis di bidang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah
sebagai berikut :
- Saat ini dari data Susenas/BPS 2017 Sanitasi layak di Indonesia baru mencapai
67,54% sehingga diperkiraakan masih 70 juta penduduk di Indonesia tidak
mempunyai akses terhadap sanitasi yang layak dan menghadapi resiko kesehatan
yang lebih tinggi, setiap tahun tercatat sekitar 121.100 kasus diare yang memakan
korban lebih dari 50.000 jiwa akibat kondisi sanitasi yang buruk, biaya kesehatan per
tahun akibat sanitasi yang buruk mencapai 31 triliun rupiah. Indonesia kehilangan 5
triliun per tahun akibat buruknya sanitasi dan kebersihan, dan air limbah yang tidak
diolah menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang langsung ke
badan air, sehingga biaya pengolahan air bersih menjadi semakin mahal.
Setelah diterapkan isu-isu strategis, kemudian dilakukan inventarisasi pemangku kepentingan,
dan kemudian ditetapkan kegiatan-kegiatan advokasi yang perlu dilakukan. Sebagai contoh,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
PEMANGKU
NO. ISU KEGIATAN ADVOKASI
KEPENTINGAN
87
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tabel 5: Inventarisasi Pemangku Kepentingan dan Kegiatan Advokasi
Kerangka Isu Pilihan
NILAI (P)
NO KRITERIA UNTUK MEMILIH ISU
1 2 3
TOTAL NILAI
88
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Mengembangkan Pesan Advokasi
Pesan adalah terjemahan tujuan advokasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai
untuk khalayak sasaran.
Mengembangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan perpaduan antara ilmu
pengetahuan dan seni. Pesan advokasi mengajukan fakta dan data akurat, juga diharuskan
mampu untuk membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk mempengaruhi para
penentu kebijakan.
Efektivitas pesan (Seven C’s for Effective Communication)
Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika memenuhi tujuh kriteria
sebagai berikut :
- Command Attention
Kembangkan suatu isu atau ide yang merefleksikan desain suatu pesan. Bila terlalu
banyak ide akan membingungkan penentu kebijakan, sehingga mudah dilupakan.
- Clarify the Message
Buatlah pesan advokasi yang mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi penentu kebijakan. Sebab bila
diremehkan oleh mereka secara otomatis pesan tersebut sudah gagal.
- Create Trust
Pesan advokasi dapat dipercaya dengan menyajikan data dan fakta yang akurat.
- Communicate the Benefit
Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan sehingga penentu kebijakan
merasa termotivasi untuk menerapkan kebijakan yang baru.
- Consistency
Pesan advokasi harus konsisten. Artinya sampaikan suatu pesan utama di media
apa saja secara terus-menerus, baik melalui pertemuan, tatap muka, atau pun
melalui media.
- Cather to the Heart and Head
Pesan advokasi harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak
hanya memberikan alasan teknis, tetapi harus menyentuh nilai-nilai emosi dan
membangkitkan kebutuhan yang nyata.
- Call to Action
Pesan advokasi harus dapat mendorong penentu kebijakan untuk bertindak atau
berbuat sesuatu. Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang
dicanangkan oleh pemerintah, merupakan suatu tindakan nyata untuk meningkatkan
akses masyarakat perdesaan terhadap jamban yang layak.
Pesan Advokasi
- Merupakan pernyataan yang singkat, padat dan bersifat membujuk.
- Berhubungan dengan tujuan Anda dan menyimpulkan apa yang ingin Anda capai.
- Bertujuan untuk menciptakan aksi yang Anda inginkan untuk dilakukan oleh
pendengar pesan Anda.
88
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Gaya Pesan Advokasi
- Seruan : Emosional vs Rasional
- Seruan : Positif vs Negatif
- Seruan : Masa vs Individu
- Kesimpulan Tertutup vs Kesimpulan Terbuka
Pengemasan Pesan
- Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan.
- Sebuah presentasi yang berhasil adalah presentasi yang menarik, didukung oleh
fakta yang sahih dan tampilan yang menarik.
- Pengemasan mencakup cetakan, materi audiovisual.
- Dukungan kemasan dengan ilustrasi sederhana, grafik dan foto.
89
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Pengambil Keputusan
Hal yang perlu diidentifikasi adalah:
- Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin.
- Pengetahuan tentang masalah atau isu advokasi.
- Saluran untuk mencapai pengambil keputusan.
- Seberapa jauh pengaruhnya terhadap isi advokasi.
- Apakah mendukung atau menentang masalah/isu advokasi dan alasannya.
Sekutu/mitra/teman
Hal yang perlu diidentifikasi adalah :
• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin.
• Pengetahuan tentang isu advokasi.
• Jejaring kerja dan besarnya kelompok.
• Kekuatan spesial seperti hubungan dengan media, kemampuan mobilisasi massa.
• Pengalaman masa lalu di bidang advokasi.
• Keinginan untuk membagi pengalaman keahlian dan sumber daya.
• Harapan bergabung sebagai anggota sekutu.
2. Strategi Advokasi
Adalah sebuah kombinasi dari pendekatan, teknik dan pesan-pesan yang diinginkan
oleh para perencana untuk mencapai maksud dan tujuan advokasi.
90
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Rangkaian Perubahan Perilaku :
Strategi Advokasi yang memungkinkan perubahan
3. Pendekatan
Pendekatan merupakan kunci advokasi antara lain dengan melibatkan para
pemimpin/pengambil keputusan, menjalin kemitraan dan memobilisasi kelompok peduli.
Adapun bentuk kegiatan advokasi yang sering digunakan antara lain loby, negosiasi,
debat/dialog, petisi, penggunaan media masa, seminar /lokakarya, dan sebagainya.
Dibawah ini ada 2 (tiga) bentuk advokasi yang sering digunakan sebagai berikut:
a. Loby
Merupakan suatu teknik advokasi yang bertujuan untuk menyampaikan kebijakan
publik melalui pertemuan, telepon resmi, surat, intervensi media, dll. Loby seringkali
diarahkan kepada sekelompok pengambil kebijakan/keputusan (decision maker )
disuatu wilayah tertentu. Hal-hal yang harus diingat bahwa loby akan efektif bila
terdapat kebutuhan bersama yang spesifik dari sistem yang sedang ada
didaerah/wilayah tersebut. Misal STBM dikaitkan dengan visi dan misi daerah, dan
target program dalam RPJMD. Advokasi akan lebih terfokus apabila yang diangkat
/ditetapkan hanya pada satu pokok permasalahan saja.
92
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
yang berhubungan dengan pokok persoalan yang akan diangkat. Dan dengan
hubungan personal denga teman atau kolega dari pengambil keputusan dan intensif
mengkomunikasikan tentang program yang dikerjakan misal STBM . Dalam melobi,
informasi fakta dan kebenaran akan sangat penting, memberikan informasi yang
salah akan berakibat sebaliknya. Melobi membutuhkan waktu yang intensif dan
berkesinambungan
b. Mobilisasi
Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber
daya di masyarakat serta sarana dan prasarana yang dipersiapkan sebagai
komponen kekuatan advokasi untuk digunakan secara tepat, terpadu, dan terarah
untuk mencapai tujuan tertentu. Mobilisasi bisa dilakukan dalam bentuk pengerahan
massa, penguatan aliansi dan kemitraan. Pemicuan STBM dengan mengerahkan
warga merupakan salah satu bentuk advokasi dan komunikasi untuk perubahan
perilaku. Sedangkan gerakan-gerakan yang dilakukan secara bersama dalam
bentuk aliansi misal peduli sanitasi untuk mendorong kepala daerah mengadopsi
STBM juga bentuk advokasi.
c. Petisi
Dari berbagai informasi dan pendapat masyarakat, fasilitator kemudian meramu suatu
pertanyaan tentang apa yang akan diperbuat masyarakat ke depan untuk keluar dari kondisi
buruk/tidak nyaman seperti sekarang ini. Jawaban masyarakat akan menjadi komitmen
mereka tentang apa yang akan mereka lakukan (berubah perilaku), kapan memulai dan
bagaimana caranya.
94
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Jika seorang calon fasilitator belum bersikap dan perilaku seperti diatas maka sangat penting
untuk memulai perubahan sikap dan perilaku dari sisi diri sendiri (sebagai individu), juga dari
sisi profesi dan dari sisi institusi. Jika perubahan sikap dan perilaku seorang fasilitator sudah
terjadi maka dia akan bisa berbagi (sharing) informasi dengan masyarakat sasaran dan dapat
berupaya untuk merubah perilaku masyarakat menggunakan metode pemicuan yang ada. Hal
diatas menjadi 3 pilar utama dalam pendekatan penilaian secara partisipatif seperti tergambar
dalam segitiga berikut:
Mengajari Memfasilitasi
94
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Memberikan alat-alat atau petunjuk kepada Melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat
orang perorangan untuk proses fasilitasi.
Memberitahukan apa yang baik dan apa yang Membiarkan mereka menyadarinya sendiri
buruk
Langsung memberikan jawaban terhadap Kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada
pertanyaan-pertanyaan masyarakat masyarakat itu sendiri, misalnya: “jadi bagaimana
sebaiknya menurut bapak/ibu?”
APA YANG DILAKUKAN (DO) DAN TIDAK DILAKUKAN (DON’T) UNTUK PELATIHAN
DAN PERLUASAN KEGIATAN
Dilakukan
• Identifikasi orang yang sudah dilatih dengan kinerja yang baik selama melakukan
pemicuan.
• Pilih, latih dan dukung fasilitator yang baik kinerjanya.
• Menegaskan bahwa semua pelatihan memanfaatkan pengalaman pembelajaran
pemicuan dan tindak lanjut yang segera dapat dilaksanakan.
• Komitmen untuk bekerja penuh waktu (full time) bagi tenaga pelatih dan fasilitator.
• Arahkan fasilitator untuk berkerja secara tim.
• Mulai dengan situasi yang menyenangkan.
• Cari dan bentuk jejaring dengan duta (champion).
• Penyuluhan/kampanye.
• Mendorong kompetisi dan rayakan bila ada yang sukses.
• Perkuat inovasi dan pembelajaran.
• Identifikasi dan dukung fasilitator masyarakat.
• Monitor progress setelah pemicuan.
• Kembangkan metode yang menjadikan STBM sebuah gerakan yang luas dan mandiri.
• Pertimbangkan penggunaan STBM bagai pintu masuk untuk pengembangan strategi
program lain.
Mungkin yang Paling Penting dari Semua adalah
Pastikan bahwa semua pelatihan dilaksanakan sesuai prinsip STBM termasuk pemicuan
masyarakat
Tidak Dilakukan
95
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK FASILITASI
a. Teknik Mendengar
Apakah bedanya mendengar dan ”mendengarkan”? Apakah bedanya menggambar
dan ”menggambarkan”? Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga,
sedangkan mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara yang masuk
ke telinga menjadi lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis tangan
kita dengan pensil atau alat tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang kedua
adalah menggambarkan bentuk yang bermakna.
Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan
itu membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara. Ketika
si pembicara mengatakan ” Saya setuju bahwa”. Maka kita ajukan pertanyaan: ”Apa yang
anda setuju tadi?”. Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau mendorong orang
lain untuk mendengar secara lebih baik.
Apabila terdapat peserta yang berbicara berputar- putar dan nampak tidak yakin apakah
penjelasannya ditangkap oleh pendengar sehingga mengulang-ulang dan menjadi bingung
sendiri, triks paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN
POKOK yang ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara
secara lebih baik dan membantu pendengar untuk mendengarkan secara lebih baik.
Untuk peserta atau pembicara yang ’pelit’ bicara, atau peserta yang kesulitan menyampaikan
gagasannya secara lengkap, triks ”drawing people out” diperlukan. Triksi ini dimaksudkan
untuk meminta pembicara menjelaskan lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi,
serta merumuskan kembali gagasan pokoknya. Triks ”mirroring” serupa tapi tidak sama
dengan paraphrasing, karena menyampaikan kembali pembicaraan peserta tetapi
dengan mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator tidak menggunakan
kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara) seperti apa adanya.
Trik - Trik Mendengarkan
Berikut adalah 11 macam teknik mendengarkan yang sebaiknya dimiliki fasilitator:
96
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Sesudahnya perhatikan reaksi orang itu. Sertai dengan kata, misalnya : ”Apa itu
yang ibu maksud?”
97
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Triks- 5 : Mengurutkan (stacking)
• Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa orang
bermaksud berbicara pada waktu bersamaan.
• Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang
berebut kesempatan bicara.
• Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.
Bagaimana Caranya?
• Fasilitator meminta mereka yang hendak bicara untuk mengacungkan tangan.
• Fasilitator mengurutkan giliran yang akan bicara.
• Fasilitator mempersilahkan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya.
• Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain
yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.
98
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• ”Kita sudah mendengar pendapat ibu Tini tentang prinsip-prinsip umum memilih
kepala desa. Adakah yang ingin memberikan contoh tentang pelaksanaan prinsip
tersebut?”.
• ”Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?”.
• ”Mari kita dengar pendapat dari teman-teman yang sementara ini belum berbicara”.
99
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Triks - 10 : Diam Sejenak (Intentional Silence)
• Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si
pembicara menemukan apa yang ingin ia katakan.
• Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk untuk mengenali pemikiran
atau perasaannya. Kadang - kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum
mengatakan sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk
menyusun pikirannya.
• Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terlalu mudah berbicara. Teknik ini akan
mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.
Bagaimana Caranya?
• Hening selama lima detik tampaknya begitu lama, Banyak orang tak sabar
dengan ”keheningan” tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain pun
akan mampu.
• Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.
• Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk-batuk kecil atau
menggaruk dan menggeleng-gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan
perhatian.
• Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang-orang agar tidak
memecahkan keheningan.
Triks-11: Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar
• Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta
diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak
persamaan dan pertentangan pendapat yang terjadi dalam diskusi.
• Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga tersadar bahwa mereka
saling bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka
memiliki banyak kesamaan.
Bagaimana Caranya?
• Katakan bahwa kita akan merangkum hal-hal yang menjadi perbedaan dan
persamaan di dalam kelompok diskusi.
• Ringkaskan perbedaan-perbedaan.
• Catat aspek-aspek dasar yang sama.
• Periksa catatan tersebut bersama peserta.
b. Teknik Bertanya
Agar proses fasilitasi berhasil, fasilitator harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan
matang. Sebagai acuan dalam diskusi penting dilakukan untuk membuat daftar pertanyaan
kunci supaya proses diskusi tidak melebar kemana-mana. Dalam pelaksanaan juga perlu
diperhatikan karakteristik peserta supaya kita dapat mengatasi peserta-peserta yang ‘sulit’
(dominan, diam saja, ngobrol sendiri dan sebagainya).
100
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Anggapan banyak pihak, keterampilan yang paling dibutuhkan untuk memfasilitasi adalah
“pandai berbicara” padahal keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh seorang fasilitator
adalah mendengarkan dan bertanya. Bertanya adalah keterampilan yang mutlak harus
dikuasai oleh fasilitator, karena hakekat dari fasilitasi dan komunikasi partisipatif adalah
menggali dengan pertanyaan-pengalaman peserta dan membantu proses agar peserta bisa
menganalisa sendiri masalah-masalah yang dihadapi dan menemukan jalan pemecahannya.
Tidak jarang ditemui, biasanya terjadi pada fasilitator pemula, fasilitator panik dan bukannya
menggali pemahaman peserta akan tetapi malah menyimpulkan dan berceramah berdasarkan
pengetahuannya dengan mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta. Di lain pihak
fasilitator juga seiringkali tidak sabar untuk “menunggu” peserta berpikir dan mendengarkan
peserta dalam mengungkapkan isi pikirannya.
Agar peserta bisa mengungkapkan isi pikirannya, dan fasilitator konsentrasi mendengarkan
yang diungkapkan peserta maka kita perlu dibantu oleh beberapa pertanyaan. Pertanyaan
itu akan membuat peserta lain dan kita lebih mengerti makna yang ingin diungkapkan oleh si
pembicara.
Teknik bertanya dalam proses fasilitasi sebenarnya sederhana, yang paling penting harus tetap
mencerminkan komunikasi yang dialogis dan multi arah sehingga proses diskusi bukan hanya
milik fasilitator akan tetapi milik para peserta diskusi. Artinya fasilitator harus memberikan
ruang kepada peserta untuk mengungkapkan pendapat dan pengalamannya.
101
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Apakah Anda melihatnya?
Pertanyaan Analitis
• Mengapa perbedaan itu terjadi?
• Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok?
Pertanyaan Hipotetik (Memancing Praduga)
• Apa yang akan terjadi jika….?
• Kemungkinan apa akibat seandainya….?
Pertanyaan Pembanding
• Siapakah yang dalam hal ini yang benar?
• Mana yang Anda anggap paling tepat antara…. dan ….?
Pertanyaan Proyektif (Mengungkap ke Depan)
• Coba bayangkan seandainya Anda menghadapi situasi seperti itu, apa yang akan
Anda lakukan?
Apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya mengacu pada pertanyaan pokok,
APA, SIAPA, DIMANA, MENGAPA, KAPAN dan BAGAIMANA. Bila dihubungkan dengan
tahapan dalam alur belajar pengalaman berstruktur, maka kunci–kunci pertanyaan yang biasa
dipakai adalah:
Mengungkapkan;
1) Mengungkapkan fakta biasanya memakai kata tanya : APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN
2) Mengungkapkan fakta atau pendapat (opini) bisanya memakai kata kunci BAGAIMANA ;
3) Mengungkapkan apa yang nyata-nyata terjadi dan dialami peserta memakai kata kunci
APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN selain itu juga jenis-jenis ’pertanyaan ingatan’ dan
’pengamatan’ banyak digunakan dalam tahap ini.
Menganalisa dan kesimpulan menggunakan kata kunci BAGAIMANA dan MENGAPA.
Jenis pertanyaan ’analitik’, hipotetik’ dan ’pembanding’ juga lebih banyak digunakan. Jenis
pertanyaan ’proyektif lebih tepat digunakan pada tahap kesimpulan.
103
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
e. Curah Pendapat
Metode curah pendapat (asah otak/brainstorming) adalah suatu cara yang cocok untuk
menghasilkan ide-ide baru. Asah otak memungkinkan warga belajar saling bekerjasama
mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan masalah mereka.
Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan
masalah tertentu, atau kegiatan-kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-
gagasan baru.
Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak :
• Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide. Ide tersebut
bisa ditulis di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau
menuliskannya secara langsung dalam sebuah bagan-bagan. Warga dilarang
berkomentar selama tahap ini.
• Tahap kedua adalah mengevaluasi ide-ide yang dihasilkan selama tahap
pertama. Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide-ide yang sama, lalu
memberikan tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas (ada kelompok ide
dengan prioritas paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)
Langkah Umum Penggunaan Metode
• Identifikasi dan tulis masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta di papan tulis
atau lembaran kertas,
• Mintalah peserta untuk memikirkan masalah-masalah tersebut selama beberapa
menit,
• Mintalah ide-ide/gagasan seketika peserta (tanpa perlu dipikirkan terlebih
dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut,
• Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide-ide yang
dilontarkan tersebut,
• Tunjuklah seseorang untuk menulis ide-ide tersebut di papan tulis,
• Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah
warga belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut,
• Kelompokkan ide-ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya, dan
• Diskusikan dan garisbawahi ide-ide yang telah disetujui bersama.
VIII. REFERENSI
1. Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, Modul Teknologi Advokasi Kesehatan, Jakarta: 2002.
2. Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013.
104
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
IX. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
a. Simulasi (Games) Perubahan Perilaku:
1. Minta peserta untuk membagi dalam 3 kelompok kecil, dan masing-masing kelompok
membahas sekurang-kurangnya 5 point siapa yang dianggap upper dan lower (1
kelompok membahas personal, 1 kelompok membahas institusional dan yang lainnya
membahas dari segi profesional).
2. Setelah diskusi dalam kelompok kecil, minta masing-masing mempresentasikan dan
kelompok lain memanggapi atau memberi masukan.
3. Kembangkanlah diskusi tentang mengapa seseorang atau sesuatu dianggap “upper”
dan yang lainnya dianggap “lower”.
105
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4. Di akhir diskusi sepakati bahwa dalam pendekatan STBM cara pandang tersebut harus
diubah sehingga tidak ada pendapat siapa upper dan siapa lower (tidak ada yang
memposisikan dirinya sebagai upper dan tidak ada pula pihak lain yang dipandang
sebagai lower).
5. Setelah diskusi pleno 1 selesai, minta kelompok yang sama untuk membuat skenario
melalui bahasa tubuh (gesture), masing-masing kelompok menggambarkan kegiatan
yang top – down, partisipatif dan bersahabat.
6. Minta masing-masing kelompok untuk menampilkan skenarionya (hanya melalui
bahasa tubuh) dan kelompok lain menjadi pengamat.
7. Di setiap akhir penampilan kelompok, tanyakan kepada kelompok pengamat apa yang
menjadi karakteristik dari bahasa tubuh yang ditampilkan.
8. Pada diskusi pleno, tanyakan kepada peserta bahasa tubuh yang bagaimana yang
sesuai untuk pendekatan STBM (didasarkan pada pemahaman bahwa tidak ada yang
dianggap upper dan lower).
Selamat berpentas!
106
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4. Tidak mendominasi materi atau proses, tetapi menjamin partisipasi yang setara,
5. Hanya melakukan intervensi kalau peserta mengalami kesulitan,
6. Membantu peserta untuk merangkum, menyimpulkan dan mengambil keputusan,
7. Tidak menguasai hasilnya.
Selamat berpentasi!
Siapkanlah suatu konsep advokasi yang memuat materi dan strategi/cara advokasinya untuk
suatu kabupaten yang memiliki banyak permasalahan sanitasi dan belum ada dukungan
kebijakan yang memadai dari pemerintah dan DPRD setempat serta juga masyarakatnya.
Tujuan :
Pada akhir praktik, peserta:
Dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak,
Dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan
dalam menyimak,
Dapat mendaftar apa yang dilakukan dan tidak dilakukan selama menyimak sebagai
seorang fasilitator.
Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada
pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian ketiga 1
turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada pemberhentian
kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun dan 7 naik. Siapa
kah sopir bisnya?
Langkah-langkah :
1. Bentuk kelompok menjadi 5.
2. Minta peserta dalam setiap kelompok jangan menulis apa pun selama menyelesaikan
teka-teki yang Anda akan bacakan berikut. Bacakan keras-keras (jangan dibagikan):
107
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3. Minta setiap kelompok (5 kelompok) untuk mendiskusikan apa yang terjadi. Gunakan
pertanyaan panduan berikut:
• Kenapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya (melewatkan bagian awal,
asumsi mengenai masalahnya)?
• Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak?
• Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih? (menyimak
masukan dan opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-
poin utama, elemen-elemen umum, merumuskan dll.)
4. Minta setiap kelompok menuliskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat
menyimak sebagai fasilitator pada flipchart seperti berikut ini;
seorang fasilitator yang baik akan....
Seorang fasilitator yang baik tidak akan.....
5. Bantu kelompok untuk melakukan sharing dengan meminta menempel hasilnya (kertas
flipcharts) dan minta semua orang berkeliling untuk membaca
Komentar :
Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa
menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan betapa
gampangnya untuk tenggelam dalam detail dan melewatkan poin-poin kritis.
Pengantar
Ada keterampilan yang bisa diuji dan bisa membantu seorang fasilitator untuk melakukan sesi
pelatihan atau pemicuan yang lebih efektif. Jadilah seorang pendengar yang baik kemudian
menjadi ahli dalam seni menggunakan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu
yang tepat. Beberapa cara yang bisa Anda lakukan, Anda bisa mendorong partisipasi peserta
dan memberi mereka kesempatan untuk merefleksikan, berpikir, menemukan dan belajar sendiri.
Mengajukan pertanyaan adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan
partisipatif dan pemicuan STBM. Fasilitator harus bisa mengajukan pertanyaan yang tepat dengan
cara yang tepat pula.
108
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Buatkan 1 contoh kalimat pertanyaan
Alasan untuk:
yang tepat
6. Jawaban kelompok ditulis di kertas plano untuk dipresentasikan setelah diskusi selesai.
109
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
g. Diskusi kelompok ”Bentuk Intervensi Dalam Menghadapi Situasi Sulit”
Selama 10 menit diskusikan dalam kelompok apa bentuk intervensi yang memungkinkan untuk
menghadapi berbagai tipe dan kesulitan orang yang difasilitasi.
3. Agresif
4. Terlalu dominan
6. Pelawak
7. Penyendiri
Setelah selesai diskusi pleno, bagikan tulisan “Tips untuk menyeimbangkan dinamika dan
mengelola anggota kelompok yang sulit” terlampir.
110
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ModulMI.4
Pemicuan STBM di Komunitas
PEMICUAN STBM
DI KOMUNITAS
MI.4
111
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.4 - PEMICUAN STBMDIKOMUNITAS ................................................................. 111
I. DESKRIPSISINGKAT .............................................................................................. 113
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 113
A. TujuanPembelajaran Umum ................................................................................. 113
B. TujuanPembelajaran Khusus ................................................................................ 113
III. POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN .................................................. 113
A. Pokok Bahasan 1:Pra Pemicuan........................................................................... 113
B. Pokok Bahasan 2:Pemicuan ................................................................................. 113
C. Pokok Bahasan 3:Paska Pemicuan ...................................................................... 113
D. Pokok Bahasan 4: Simulasi Pemicuan STBMdiKomunitas ................................... 114
E. Pokok Bahasan 5: Praktik PemicuandiLapangan.................................................. 114
IV. BAHAN BELAJAR.................................................................................................... 114
V. METODEPEMBELAJARAN ..................................................................................... 114
VI. LANGKAH-LANGKAHKEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 114
A. Langkah 1: Pengkondisian(15 menit) .................................................................... 114
B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan(1050 menit)............................................ 114
C. Langkah 3 : Rangkuman(15 menit) ....................................................................... 115
VII. URAIANMATERI............................................................................................................115
A. POKOK BAHASAN 1:PRAPEMICUAN ................................................................. 115
B. POKOK BAHASAN 2:PEMICUAN ........................................................................ 117
C. POKOK BAHASAN 3:PASKAPEMICUAN ............................................................. 145
D. POKOK BAHASAN 4: SIMULASI PEMICUAN STBMDIKOMUNITAS .................. 175
E. POKOK BAHASAN 5: PRAKTIK PEMICUANDILAPANGAN ................................ 177
IV. REFERENSI ............................................................................................................ 177
V. LAMPIRAN............................................................................................................... 177
112
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI-4
PEMICUAN STBM DI KOMUNITAS
I. DESKRIPSISINGKAT
Modul ini bertujuan untukmemperkuatpengetahuandanketerampilanpesertadalammenerapkan
pendekatan STBM ketika memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam
melakukan pemicuan STBM dikomunitas.
Dalammateriinidibahasbagaimanamelakukanprapemicuan,pemicuan,fasilitasipaskapemicuan,
simulasi pemicuan STBM di komunitas dan mempraktikkan pemicuan di lapangan untuk 5 Pilar
STBM.
113
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
d. Pendampingan dan monitoring,
e. Menggali media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan.
IV. BAHANBELAJAR
Bahan tayang (slide ppt, film), LCD, komputer/laptop, flipchart (lembar balik), spidol,
metaplan, lembar diskusi kelompok,tali,kain tempel,Alat-alat dan bahan untuk
pemicuan,lembar observasi, pedoman simulasi, dan panduan praktik kerja lapang.
V. METODEPEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, bermain peran, putar film, pemilihan kelompok
secara partisipatif, penugasan, dan praktik kerja lapang.
114
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Pemicuan,
3. Penggunaan alat/teknik PRA (Participatory Rural Appraisal) yang dalam pemicuan STBM
• Lakukan curah pendapat dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan:
Siapa yang pernah mengenal dan mengimplementasikan metode partisipatif untuk melakukan
kajian pedesaan (PRA).
Apa saja alat (tool) yang digunakan?
Bagaimana cara melakukannya?
• Sampaikan secara ringkas tentang metode partisipatif untuk melakukan kajian pedesaan (PRA).
• Jelaskan mengenai metode partisipatif yang akan digunakan dalam pemicuan STBM (slide “Pemicuan
STBM”). Buka ruang tanya jawab bagi peserta untuk memperdalam materi tersebut.
• Sampaikan materi tentang beberapa alat yang digunakan untuk memfasilitasi proses analisis kondisi
higiene dan sanitasi secara patisipatif.
Putar cuplikan video penggunaan alat-alat tesebut.
115
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Peragakan setiap langkah pemicuan tersebut agar semua peserta memiliki gambaran tentang cara
penggunaan alat tersebut.
Pilih beberapa orang peserta untuk memperagakan kembali penggunaan alat pemicuan yang telah
dipelajarinya.
• JIka tersedia narasumber yang mempunyai pengalaman dalam melakukan “pemicuan 5 pilar STBM”,
minta narasumber tersebut untuk berbagai pengalaman dengan peserta.
• Paskapemicuan,
• Jika ada narasumber yang wilayah kerjanya mempunyai pengalaman dalam melaksanakan STBM,
minta dia untuk berbagi tentang “pengalaman &pembelajaranpasca pemicuan 5 pilar STBM”.
• Masih dalam 6 kelompok pemicuan, minta peserta untuk menyusun langkah-langkah dan kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai desa STBM 5 pilar, siapa yang bertanggungjawab, siapa saja
yang harus dilibatkan secara aktif? Apa peran dari masing-masing pemangku kepentingan?
Gunakan matriks di bawah ini.
Penyediaan suplai :
1. ………..
2. …………
3. Dst
Penciptaan lingkungan
yang kondusif :
1. ………..
2. …………
3. Dst
116
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Bahas bersama langkah-langkah yang sudah disusun oleh peserta. Buka ruang tanya jawab untuk
memperkaya hasil diskusi .
• Sampaikan materi tentang “Paska Pemicuan” (slide ).
• Buka ruang tanya jawab dengan peserta.
• Jelaskan bahwa sebelum melakukan praktek kerja lapang, peserta harus mempersiapkan diri:
Berbagi peran dalam satu tim (tegaskan bahwa semua anggota tim harus berperan dalam
proses fasilitasi pemicuan),
Mempelajari “ panduan pemicuan” yang sudah diberikan dan meringkas panduan tersebut untuk
diri sendiri.
Berlatih (melakukan simulasi pemicuan STBM di kelas).
• Bagi peserta menjadi 6 kelompok (setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan individu-individu
yang mewakili kapasitas yang berimbang dan mencakup berbagai komponen yang ada (bidang
keahlian, unsur instansi, lokasi kerja, dll.)
• Jelaskan proses dan bagaimana simulasi Pemicuan 5 Pilar STBM akan dilakukan.
• Minta peserta di kelompok masing-masing untuk mendiskusikan:
Pembagian peran dalam satu tim,
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan,
Menyusun ringkasan panduan pemicuan mandiri.
• Kelompokkan masing-masing 2tim dalam sebuah kelompok besar. Fasilitasi proses simulasi
pemicuan STBM 5 pilar di kelas atau halaman terbuka. Saat salah satu kelompok melakukan
simulasi pemicuan, peserta lainnya berperan sebagai masyarakat.
Catatan: semua tim harus mendapat kesempatan untuk melakukan simulasi pemicuan.
• Bahas bersama, apa yang sudah dikuasai dan apa yang masih harus diperbaiki.
• Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan : “Setelah kegiatan pemicuan, apa yang
selanjutnya harus dilakukan ?” Catat apa yang katakan oleh peserta.
• Sampaikan langkah-langkah fasilitasi pertemuan pleno masyarakat.
2. Fasilitator memberikesempatankepadapesertauntukmenanyakanhal-halyangkurang
jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.
3. Fasilitatormengajakpesertauntukmelakukandiskusikelompok,simulasi,dancurahpendapat.
118
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4. Membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta mereka untuk bermain peran terkait
pemicuan STBM dimasyarakat.
5. Fasilitatormemberikankesempatankepadapesertauntukmenanggapihasildiskusikelompok dan
simulasi yangdilakukan.
VII. URAIANMATERI
Pengantar
Pemicuan adalah kegiatan bersama masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat melakukan
analisa terkait perilaku higienitas dan sanitasi.
Maksud pemicuan adalah masyarakat secara bersama-sama bisa menyadari bahaya kebiasaan
buang air besar sembarangan dan merasa jijik melakukan kebiasaan BABS, meskipun mereka
hanya melakukan BABS satu hari saja, dan sudah tiap hari. Kebiasaan tidak cuci tangan pakai
sabun dengan benar, kebiasaan tidak melakukan pengamanan makanan dan minuman yang
aman dan sehat,kebiasaan tidak melakukan pengamanan sampah dan kebiasaan tidak
melakukan pengambanan limbah cair di skala rumah tangga.
Tujuannya adalah agar masyarakat menyadari dan mau berubah perilakunya menjadi perilaku
higiene dan sanitasi yang baik. Perilaku yang diharapkan dalam 5 Pilar STBM skala rumah tangga:
1. Kebiasaan buang air besar sembarangan menjadi buang air besar di jamban yang
higiene dan layak,
2. Kebiasaan tidak cuci tangan pakai sabun dengan benar menjadi melakukan cuci tangan
pakai sabun dengan baik dan benar
3. kebiasaan tidak melakukan pengamanan makanan dan minuman yang aman dan sehat
menjadi melakukan pengelolaan makanan dan minuman dengan aman dan sehat,
4. kebiasaan tidak melakukan pengamanan sampah menjadi melakukan pengamanan
sampah dengan aman
5. kebiasaan tidak melakukan pengambanan limbah cair menjadi melakukan pengamanan
limbah cair.
Sering kali dalam pemicuan, masyarakat berkomentar mengenai sulitnya mengubah kebiasaan
BABS karena beberapa alasan klise seperti: kita ini orang miskin dan tidak mampu untuk
membangun jamban. Apakah Anda bisa membantu untuk membangun jamban? kami akan
berhentimelakukanBABSsecepatnyadankamiakansegeramembangunlubang. Makan dengan
tangan yang kotor, makanan yang terbuka, minum air yang tidak sehat, membiarkan sampah
119
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
terbuka serta membiarkan sampah dan sisa makanan di saluran limbah. Olehkarena itu
pemicuan dilakukan bersama-sama sekelompok masyarakat agar masyarakat yang sudah
terpicu dapat dengan cepat mengambil keputusan secara kolektif untuk menghentikan kebiasaan
BABS.
Kegiatanpemicuandilakukansecarabertahap,yangterdiridaritigakegiatanutamayaitukegiatan pra-
pemicuan, saat pemicuan dan pasca pemicuan. Penjelasan lebih detail akan dijabarkan pada
pokok bahasanberikut.
120
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Untuk itu peserta pelatihan sebaiknya sudah melakukan observasi (peninjauan) maupun diskusi
dengan masyarakat di lokasi pemicuan untuk mendapatkan informasi. Beberapa informasi yang
perlu dicari adalah:
• Jumlah KK / kependudukan dibedakan atas kaya, sedang,miskin.
• Pendidikan dan pekerjaan masyarakatsetempat.
• Kondisigeografis.
• Kepemilikan jamban: cemplung terbuka, cemplung tertutup, leherangsa.
• Ada tidaknya aliran sungai, kolam,rawa.
• Tradisi/ budaya : karakter, tokohmasyarakat.
• Sarana dan prasarana yang ada di masyarkat seperti sekolah, madrasah, masjid,
gerejadll.
• Ada tidaknya program sanitasi 3 tahun terakhir (proyek/pemberian subsidijamban).
• Kebiasaan masyarakat terkait perilaku Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah
Tangga: masyarakat yang sudah berperilaku Pengelolaan Makanan dan Minuman
Rumah Tangga yaitu sudah melakukan 6 proksi dari 11 indikator Pengelolaan
Makanan dan Minuman Rumah Tangga contohnya sudah merebus air, sudah
menutup makanan dengan tutup saji, masyarakat berprilaku Pengelolaan Makanan
dan Minuman Rumah Tangga Bersyarat dari 6 proksi masyarakat baru melakukan 1
proksi minuman (Contoh perilaku dari 1 proksi minuman : Mengkonsumsi air minum
yang melalui proses pengolahan yang mmenuhi syarat kesehatan atau menyimpan
air minum di dalam wadah yang tertutup rapat, kuat, serta terbuat dari bahan yang
aman pangan dan diambil dengan cara yang aman) dan 3 proksi makanan (contoh
perilaku dari 3 proksi makanan : mencuci bahan pangan dengan air minum/higiene
sanitasi yang mengalir atau menyimpan peralatan pengolah pangan dengan aman
dan menjaga kebersihannya atau mengkonsumsi makanan yang dimasak sampai
matang atau menutup makanan yang disajikan dengan baik dan benar), masyarakat
berprilaku Tidak Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga yaitu
masyarakat yang belum melakukan 6 proksi dari Pengelolaan Makanan dan
Minuman Rumah Tangga (contoh perilaku dari masyarakat yang belum melakukan 6
proksi : belum mengkonsumsi air minum yang melalui proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan atau belum menyimpan air minum di dalam wadah yang
tertutup rapat, kuat, serta terbuat dari bahan yang aman pangan dan diambil dengan
cara yang belum aman) dan 3 proksi makanan (contoh perilaku dari 3 proksi
makanan : belum mencuci bahan pangan dengan air minum/higiene sanitasi yang
mengalir atau belum menyimpan peralatan pengolah pangan dengan aman dan
belum menjaga kebersihannya atau belum mengkonsumsi makanan yang dimasak
sampai matang atau belum menutup makanan yang disajikan dengan baik dan
benar .
• Dari mana saja sumber air minum kita?
• Bagaimana syarat air minum sehat dan aman untuk dikonsumsi?
• Mengapa kita harus merebus air sampai mendidih atau mengolah air untuk diminum
misalnya SODIS dan lain-lain serta mengapa kita harus mengelola air higiene
sanitasi sebelum diolah menjadi air minum?
• Dimana seharusnya sampah harus dibuang?
• Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan pemilahan sampah?
• Bagaimana pendapat Bapa/Ibu dengan pembakaran sampah?
• Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan sedot tinja?
• Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan Bank Sampah?
• Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan popok sekali pakai yang langsung
diletakkan di tempat sampah terbuka dengan tinja masih ada di popok tersebut.
• Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan genangan air di tanah tanpa ada saluran.
121
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Data-data jumlah penduduk dan data-data perilaku 5 pilar STBM tersebut dapat
dikumpulkan melalui baseline survei dengan menggunakan form yang sudah
tersedia.
122
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
pemetaan sosial mesti dilakukan pertama sekali. Lokasi pemetaan sosial sebaiknya dilakukan di
lahan (halaman) terbuka. Hasilnya kemudian harus dipindahkan ke kertas plano.
Pemicuan bisa dilakukan di ruang terbuka maupun tertutup, asal bisa mengoptimalkan rasa
jijik, takut penyakit, berdosa, dll., yang bisa memicu masyarakat untuk berubah. Beberapa
kegiatan bisa dilakukan pada proses pemicuan. Untuk pemicuan pilar 1 STBM, Stop Buang Air
Besar Sembarangan, tim pemicu bisa mengajak masyarakat melakukan kegiatan mencari tinja,
menghitung tinja, dan demonstrasi air yang terkena tinja. Untuk pilar 2 STBM, Cuci Tangan Pakai
Sabun, tim pemicu bisa mengajak masyarakat bermain alur penularan penyakit (diagram F) dan
simulasi cuci tangan pakai sabun. Tim pemicu bisa menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan
pemicuan yang akan dilakukan, baik untuk pilar 1,2,3,4, ataupun 5.
Sebelum melakukan pemicuan, tim pemicu perlu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan,
seperti tepung,dedak,botol air mineral,puzzle simulasi diagram F,sabun,ember,kertas metaplan,
spidol, kertas potong, lem, peralatan yang disiapkan terkait 5 Pilar STBM. Untuk pilar 3 siapkan
makanan basah yang terbuka, apel, cerek, piring dan gelas plastik sedangkan untuk pilar 4 dan
pilar 5 bisa dilihat ketika melakukan transeck walk. Gambar alur penularan penyakit yang
disiapkan adalah gambar alur 5 pilar STBM.
Peserta perlu mendiskusikan lebih detail dengan anggota kelompok mengenai alat yang
diperlukan sesuai dengan kondisi dan rencana proses melakukan pemicuan dimasyarakat.
123
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik. Lebih jauh,
diharapkan orang yang biasa BAB, buang sampah sembarangan dan membiarkan
genangan air di tempat tersebut akan terpicu rasa malunya.
Mengunjungi beberapa rumah warga untuk melihat kondisi dapur, kondisi
penyimpanan pangan, kondisi peralatan masak/ minum/makan yang dibersihkan atau
tidak, kondisi sumber air dan sabun di rumah warga, kondisi penyimpanan pangan,
kondisi pengolahan pangan di beberapa rumah warga. Dapat memicu rumah tangga
untuk memilih pangan lokal sebagai makanan keluarga.
Alur Kontaminasi (Oral Fecal); mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran
manusia dapat dimakan oleh manusia yanglainnya.
Alur penularan penyakit (diagram F) :
Keterangan :
Alur Penularan/Kejadian
120
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia di bawah lima tahun
meninggalkarenadiare.SementaraUNICEFmemperkirakanbahwasetiap30detikadasatuanak
yangmeninggalkarenadiare.Kematiandiarepadabalitadinegara-negaraberkembangmencapai
1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan diare adalah pembunuh balita kedua setelah
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal
karena diare.
Penyebab utama diare adalah bakteri Eschericia coli selanjutnya disingkat menjadi E.coli. E.
coli adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang
dan manusia. Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya
kotoran manusia dan hewan.
Diagram penyebaran kuman diare biasa di sebut Diagram F. Diagram ini pertama ditemukan oleh
E.G. Wagner dan J.N. Lanoix pada tahun 1958. Diagram F menggambarkan bagaimana
bakteri E.coli yang ada didalam kotoran manusia dan hewan bias masuk ke perut melalui
beberapa cara, antara lain melalui tangan (fingers), air (fluid), dan lalat(flies).
Lalat sering hinggap di kotoran manusia dan hewan. Pada saat hinggap di makanan, lalat
menempelkan kotoran manusia dan hewan ke makanan dan minuman yang tidak ditutup
dengan baik, yang bisa menyebabkan diare. Makanan dan minuman yang tidak ditutup rapat,
juga bisa terkena udara yang mengandung kuman penyakin dan bisa menyebabkan diare.
Kotoran manusia yang berserakan ataupun tidak dibuang kesaluran yangbenar,dapat
mencemari air. Jika langsung diminum, air tersebut bias berbahaya.
Sehabis buang air besar/buang air kecil,tangan kita juga bias mengandung kuman penyakit
diare, yang bisa masuk ke tubuh kita jika kita tidak membersihkan tangan. Perilaku buang air
besar sembarangan merupakan perilaku yang dapat membantu penyebaran bakteri E. Coli.
Saat turun hujan, E. Coli dapat terbawa ke sumber-sumber air misalnya ke sungai, danau, dan
air bawah tanah. Jika sumber-sumber air ini tidak diolah dengan baik, maka E. Coli akan
masuk ke dalam makanan dan minuman kita. Kuman penyakit yang terdapat dalam tinja, tidak
sengaja masuk ke dalam mulut.
Bagaimana kita bisa mencegah penyakit diare tersebut?
1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat menyentuh kotoran manusia.
2. Pengelolaan air minum mulai dari sumber sampai siap untuk diminum.
3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting.
Langkah kerja dari masing-masing alat tersebut dapat dilihat (untuk dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan lapangan) dalam lampiran “PANDUAN FASILITASI DI TINGKAT KOMUNITAS”
b. Elemen Pemicuan dan Faktor Penghambat Pemicuan.
Dalampemicuandimasyarakatterdapatbeberapafaktoryangharusdipicusehinggatargetutama
yang diharapkan dari pendekatan STBM, salah satunya, yaitu: merubah perilaku sanitasi dari
masyarakat yang masih melakukan kebiasaan buruk terkait perilaku 5 Pilar STBM dapat
tercapai.
Secara umum faktor-faktor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku
sanitasi dalam suatu komunitas, diantaranya:
o Perasaan jijik,
o Perasaan malu dan kaitannya dengan privacy seseorang,
o Perasaan takut sakit,
o Perasaan takut berdosa,
o Perasaan tidak mampu dan kaitannya dengan kemiskinan.
Berikut ini adalah elemen-elemen yang harus dipicu, dan alat – alat PRA yang digunakan
untuk pemicuan faktor-faktor tersebut.
123
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• FGD (terutama untukperempuan)
124
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Privacy FGD (terutama dengan perempuan)
Deteksi Bahan Kimia • Menguji boraks dengan menggunakan kunyit dan tusuk gigi.
Menggunakan Tes Parut kunyit kemudian rendam tusuk gigi selama 30 menit,
Sederhana di rumah kemudian tusukkan tusuk gigi selama 5 detik ke makanan
yang akan diuji jika tusuk gigi berwarna merah bata maka
makanan tersebut mengandung boraks. Tusuk Gigi yang
sudah direndam tadi bisa dibawa selama berpergian.
• Menguji Minuman atau makanan yang mengandung pewarna
buatan (Sunset Yellow, Carmoisine, Briliant Blue) dengan
menggunakan air kapur. Siapkan gelas air minum bekas,
sendok, sampel makanan berwarna kuning misal tahu kuning,
kuah kare, opor dan sebagainya. Contoh kuah yang
mengandung pewarna kunyit alami sebelum ditetesi air kapur
dan sesudahnya, kuah tersebut akan berubah warna menjadi
lebih tua misal kuning menjadi jingga, jingga menjadi jingga
kecoklatan sedangkan kuah yang menggunkan pewarna
buatan tidak akan berubah wana/tetap. Air kapur bisa diganti
air sabun atau larutan basa lainnya
Tabel 5: Elemen Pemicuan
Dalam memicu elemen-elemen di atas, dalam suatu komunitas biasanya ada juga faktor-faktor
penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan subsidi,
sementara dalam pendekatan STBM tidak ada unsur subsidi sama sekali.Berikut adalah
beberapa hal yang biasanya menjadi penghambat pemicuan di masyarakat, dengan alternatif
solusi untuk mengurangi atau mengatasi faktor penghambat tersebut.
Kebiasaan dengan subsidi / bantuan Jelaskan dari awal bahwa kita tidak punya apa-
apa, kita tidak membawa bantuan
Faktor gengsi; malu untuk membangun sarana Gali model-model sarana higienitas dan
higienitas dan sanitasi (sarana CTPS, jamban, sanitasi menurut kemampuan masyarakat dan
tempat sampah, dll.) yang sangat sederhana (ingin jangan memberikan 1 pilihan model/teknologi
sarana yang permanen)
Tidak ada tokoh panutan Munculkan natural leader, jangan mengajari
dan biarkan masyarakat mengerjakannya
sendiri.
125
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Do and Don’t dalam melakukan pemicuan
• Hal-hal yang tidak boleh dilakukan, antara lain :
menawarkan subsidi;
mengajari;
memberitahun apa yang baik atau yang buruk;
menyuruh membuat jamban serta sarana dan pra sarana sanitasi;
menjadi pemimpin, mendominasai proses diskusi;
langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan masyarakat (peserta
pemicuan).
• Hal- hal yang seharusnya dilakukan, antara lain:
mengatakan dari awal bahwa kita datang tidak untuk menawarkan subsidi;
melakukan fasilitasi;
memfasilitasi masyarakat untuk menganalisis kondisi lingkungan dan perilaku higine dan
sanitasi mereka; mendorong mereka untuk untuk melakukan perubahan;
membiarkan masyarakat untuk menyadari sendiri akibat dari perilakunya dan mendorong
mereka untuk untuk melakukan perubahan;
Fasilitator hanya menyampaikan “pertanyaan sebagai pancingan” dan biarkan masyarakat
yang berbicara/ diskusi lebih banyak (masyarakat yang memimpin);
kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada masyarakat sendiri, misalnya: “Jadi
bagaimana sebaiknya menurut bapak/ ibu?”
c. Langkah-langkah pemicuan
1. Perkenalan dan penyampaian tujuan
Perkenalkan terlebih dahulu anggota tim fasilitator dan sampaikan tujuan bahwa tim ingin
“melihat” kondisi sanitasi dari kampung tersebut. Jelaskan dari awal bahwa kedatangan
tim bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin
melihat dan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat
mendapat air bersih, bagaimana masyarakat melakukan kebiasaan buang air besar,
kebiasaan buang sambah, genagan limbah, kebiasaan cuci tangan dan Juga tim ingin
"melihat dan belajar" tentang kondisi perilaku pengolahan pangan aman sehat yaitu
pengolahan makanan dan minuman yang aman dan sehat di tingkat rumah tangga di
komunitas tersebut. Jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk memberikan
penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari
bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air higiene sanitasi,
bagaimana masyarakat mengolah makanan dan minuman, bagaimana kondisi
dapur/tempat mengolah makanan dan minuman di tingkat rumah tangga, dan aktivitas
lainnya yang beresiko terjadinya kontaminasi silang. Tanyakan kepada masyarakat
apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan.
126
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
2. Bina suasana
Untuk menghilangkan “jarak” antara fasilitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi
berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. Pada saat itu temukan istilah
setempat untuk “tinja” (misalnya tai, dll) dan BAB (ngising, naeng, dll) untuk sampah,
temukan juga istilah setempat untuk makanan, minuman, talenan, dapur, tudung saji, nasi
basi dan lain-lain.
3. Analisa partisipatif danpemicuan
Memulai proses pemicuan dimasyarakat,yang diawali dengan analisa partisipatif misalnya
melalui pembuatan peta desa/dusun/kampung yang akan menggambarkan wilayah BAB
masyarakatnya.
Juga peta yang akan menggambarkan rumah yang memiliki dapur/tempat mengolah
pangan masyarakat dan sarana air minum masyarakat.
127
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Pemetaan
Tujuan:
Mengetahui/ melihat peta wilayah BAB masyarakat,
rumah masyarakat yang memiliki yang memiliki dapur/tempat mengolah pangan masyarakat dan
sarana air minum masyarakat.
Sebagai alat monitoring (pasca pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat).
Alat yangdiperlukan:
Tanah lapang atauhalaman,
Bubuk putih untuk membuat batasdesa,
Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumahpenduduk,
Bubuk kuning untuk menggambarkankotoran,
Spidol,
Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap saranasanitasi,
Bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti daun, batu, ranting, kayu.
potongan kertas,
bubuk warna,
misalnya:
Bubuk putih untuk membuat batas desa.
Bubuk biru untuk menggambarkan sungai/kolam.
Bubuk kuning untuk menggambarkan tinja.
Bubuk merah untuk menggambarkan genangan-genangan air & air limbah RT.
Bubuk hijau untuk menggambarkan sampah.
tali rapiah,
kertas plano/karton manila,
spidol warna,
botol berisi air minum 4 buah,
nasi basi atau makanan basi,
gambar Alur Kontaminasi Silang dan Media Panah,
Nasi Basi,
Buah Lokal setempat (pepaya atau jambu) 2 buah,
Air Kotor,
Bakso,
Mie,
Tahu,
Kunyit,
Tusuk Gigi,
128
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Cairan Sabun/Cairan Kapur,
Mangkok,
Minuman yang warnanya mencolok,
minuman/kuah makanan dari air kunyit,
air daun suji atau air secang,
Peta prilaku PAS-RT hasil pemicuan,
lembar kesepakatan warga, RTL PAS-RT,
kontrak sosial,
daftar nama natural leader
dan daftar nama komite STBM jika di Desa/Kelurahan tersebut belum pernah
dibentuk komite STBM,
lembar matriks benchmark antar dusun,
panduan praktik kerja lapang,
panduan pengisian lembar observasi faktor resiko kontaminasi silang.
Proses:
Ajak masyarakat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampong, seperti batas desa/
dusun/kampong, jalan, sungai,dll.
Siapkan potongan-potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya,
menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan menempatkannya sebagai
rumah, kemudian peserta berdiri di atas rumahmasing-masing.
Minta masyarakat menunjukkan pada peta tempat BAB, tempat akhir buangan
tinja, tempat membuang sampah, aliran air limbah rumah tangga masing-masing
serta genangan-genangan air, dengan menayakan
beberapa hal berikut .
Di mana mereka biasanya BAB. Jika mereka BAB di
jamban, kemana tempat pembuangan akhir tinjanya?
Bagi peserta yang BAB di luar rumah/di tempat
terbuka dan menyalurkan tinjanya ke kebun atau
kali/sungai, selokan dan tempat terbuka lainnya,
minta mereka menunjukkan tempatnya dan tandai
dengan bubuk kuning.
Di mana anak-anak (terutama yang berusia Balita), orangtua yang sudah jompo
BAB dan BAK. Tanyakan pula di mana mereka BAB dan BAK dalam kondisi
darurat seperti pada saat malam hari atau saat hujan. Jika memakai popok sekali
pakai tanyakan di mana mereka membuang popok sekali pakai bekas, apakah
dibersihkan terlebih dahulu atau tidak. Tandai tempat BAB dan tempat membuang
popok sekali pakai dengan bubuk warna kuning.
Di mana mereka biasanya membuang sampah. Minta mereka menunjukan
tempatnya dan tandai dengan bubuk warna hijau.
129
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Ke mana mereka mengalirkan cairan limbah rumah tangga. Minta mereka
menandai dengan bubuk warna merah tempat yang sering terdapat genangan air
dan aliran limbah cair rumah tangga yang mencemari lingkungan.
Beri tanda (garis akses) dari masing-masing KK ke tempat BAB, tempat-tempat
pembuangan sampah dan genangan air.
Tanyakan pula dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti malam
hari, saat hujan atau saat terserang penyakit perut.
Pendalaman/ Analisa Partisipatif dari Kegiatan Pemetaan
Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap
harinya. Sepakati jumlahrata-ratanya.
Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga di atas kertas yang berisi
nama KK dan berapa jumlah total “tinja” yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap
harinya.
Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat)
yang paling banyak menghasilkan tinja. (Beri tepuktangan).
Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliranairnya.
Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu
masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang adatinjanya.
Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih BAB di
sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada
di desa/ dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarangan
tempatberlangsung?
Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja-tinjatersebut.
fokus sarana air minum, pemetaan rumah, dapur/tempat pengolahan pangan, metode
mendapatkan air minum di RT (gali informasi mulai dari pengolahan, wadah penyimpanannya dan
perilaku penanganannya).
Lanjutkan dengan simulasi air minum yang terkontaminasi (air pake rambut) dan makanan yang
terkontaminasi (donat kena tai ayam atau kena lumpur).
Lakukan demonstrasi air yang terkena tinja kemudian air tersebut digunakan untuk mencuci buah
atau sayuran,
demonstrasi cairan daging mentah menetes dan mengenai sayuran yang akan disajikan sebagai
lalap,
demonstrasi sayuran/buah lalapan yang dicuci tidak menggunakan air yang sudah dimasak/air
minum
dan demontrasi menggunakan nasi basi atau makanan kadarluarsa untuk memicu rasa takut
sakit,
Dari mana saja sumber air minum kita?
Bagaimana syarat air minum sehat dan aman untuk dikonsumsi?
Mengapa kita harus merebus air sampai mendidih atau mengolah air untuk diminum misalnya
SODIS dan lain-lain serta mengapa kita harus mengelola air higiene sanitasi sebelum diolah menjadi
air minum?
Dimana seharusnya sampah harus dibuang?
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan minuman yang warnanya mencolok?
Mengapa air untuk higiene sanitasi tidak boleh langsung diminum?
Mengapa kita harus minum air yang matang?
Bagaimana menyimpan air minum yang benar?
Mengapa kita harus mencuci peralatan masak dan minum sampai bersih?
Selain direbus cara apa saja yang dilakukan untuk mengolah air bersih menjadi air minum?
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan orang yang mencuci tangan dengan air kobokan?
130
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Mengapa makanan basi tidak boleh dimakan?
Kenapa anak bisa diare/muntaber?
Mengapa makanan ditutup dengan tudung saji?
Mengapa buah-buahan dan sayuran sebelum dimakan harus dicuci terlebih dahulu?
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dengan makanan dan minuman yang dihinggapi lalat?
Jika Bapak/Ibu setelah pulang dari kebun atau setelah BAB langsung pegang makanan dan
langsung makan apakah ini boleh? Jika anak-anak setelah bermain langsung makan apakah boleh?
Adakah yang tau makanan kadarluarsa itu apa?
Kecacingan itu apa?
Mengapa kita harus memasak makanan sampai matang?
Mengapa kita tidak boleh membeli makanan yang dibungkus langsung dengan kertas koran atau
kertas bekas?
Menurut Bapak/Ibu apa manfaat CTPS? Kapan waktu CTPS?
Bagaimana cara melakukan CTPS yang benar?
Sebutkan makanan sehat dan bergizi?
Mengapa makanan yang masih mentah harus dipisahkan dengan makanan matang?
Apa ciri-ciri anak yang sehat?
Sebutkan ciri-ciri ikan, tahu, mie, bakso yang berformalin?
Mengapa makanan panas tidak boleh disajikan di wadah plastik/melamine?
Sebutkan bahan kimia berbahaya yang tidak boleh ditambahkan dalam olahan pangan?
Apakah besok akan melakukan hal yang sama? Mengapa?
Dan kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya untuk memicu rasa jijik, malu, takut sakit,
dll.
Di akhir kegiatan, tanyakan: kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah
mereka akan melakukan hal yangsama?
Catatan:
Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayahnya sendiri, peta di
atas lahan “harus” disalin ke dalam kertasflipchart,
Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan bisa dilakukan dengan menggunakan
kertas yang cukup besar.
Transect Walk
Tujuan
Untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling
sering dijadikan tempat BAB, tempat buangan akhir
tinja di tempat terbuka, tempat pembuangan sampah
(sembarangan) dan lokasi-lokasi genangan air
(limbah cair RT).
Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan
berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat
akan merasa jijik.
Memicu rasa malu bagi orang yang biasa BAB, buang
sampah sembarangan dan buang air limbah di tempat
tersebut.
Dengan mengetahui kontaminasi silang yang terjadi di dapur, peralatan masak, peralatan
makan/minum diharapkan masyarakat menjadi paham terkait patogen, vektor dan binatang
pembawa penyakit, masyarakat akan merasa jijik dan masyarakat akan merasa takut sakit
jika perilaku yang dilakukan belum PMM-RT. Mengunjungi beberapa rumah warga untuk
melihat kondisi dapur, kondisi penyimpanan pangan, kondisi peralatan masak/minum/makan
131
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
yang dibersihkan atau tidak, kondisi air mengalir dan sabun di rumah warga, kondisi
pengolahan pangan, di beberapa rumah warga.
Proses :
Ajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat BAB,
tempat buangan akhir tinja di tempat terbuka dan buangan sampah (sembarangan) serta
tempat-tempat yang terdapat genangan air (didasarkan pada hasil pemetaan).
Tanya siapa saja pada hari ini atau yang sering BAB/BAK, membuang sampah dan
mengalirkan tinja serta limbah cair RT di tempat tersebut.
Jika di antara masyarakat yang ikut transek ada yang biasa melakukan BAB/ BAK, atau
mengalirkan tinjanya atau membuang sampah atau mengalirkan limbah cair RT di
tempat tersebut, tanyakan:
o Bagaimana perasaannya?
o Berapa lama kebiasaan itu berlangsung?
o Apakah besok akan melakukan hal yang sama?
Jika tidak ada di antara masyarakat yang ikut transek yang biasa melakukan BAB/buang
sampah/mengalirkan tinja/membuang limbah cair RT di tempat itu, tanyakan bagaimana
perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada warga yang
rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB/membuang
sampah/membuang limbah cair RT/mengalirkan tinja tersebut, dan tanyakan pula apa
yang hendak mereka lakukan bersama agar tidak ada lagi yang BAB/BAK atau membuang
sampah atau mengalirkan limbah cair RT ke tempat tersebut..
Jika ada anak kecil yang ikut dalam transek atau berada tidak jauh dengan tempat
BAB/BAK/ membuang sampah/mengalirkan limbah cair RT/mengalirkan tinja tersebut,
tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan
tidak suka, ajak anak-anak untuk menghentikan kebiasaan tersebut, yang bisa dituangkan
dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.
Minta kesediaan beberapa warga untuk dimasuki rumahnya. Ajak peserta untuk melihat
kondisi dapur, penyimpanan pangan, penyimpanan air yang siap diminum, penyimpananan
peralatan masak/ minum/makan, tempat mencuci tangan.
masyarakat diajak untuk mengkaitkan dengan pengamanan pangan dari patogen, vektor
dan binatang pembawa penyakit seperti lalat, kecoa, bakteri.
Catatan:
Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah baru sebagian),
natural leader dan anggota masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transect walk
dengan membawa “peta”. Transect walk ini dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah
dan menanyakan kepada mereka kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya
132
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
yangsudahmulaiberubah?Mintawaktuyangdetil,misalnyatanggalberapa.Tandairumah
masing-masing dengan tanggal sesuai kesiapan mereka.
133
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tanyakan pula apakah pernah terjadi kasus keracunan makanan? Apa penyebabnya?
Bisakah manusia mendapat penyakit langsung dari makanan tanpa perantara lalat atau
debu? Jika bisa bagaimana caranya? (catatan bagi fasilitator: Makanan merupakan
perantara yang baik untuk bakteri berkembang biak. Bakteri yang terdapat di
makanan tumbuh karena berbagai hal seperti, tidak membiasakan mencuci tangan
dengan bersih, kontaminasi silang, suhu penyimpanan dan pemasakan, dan
kontaminasi makanan dari limbah. Kontaminasi dapat terjadi bahkan sejak Anda
membeli bahan makanan di pasar hingga ketika waktu makan datang.)
Tanyakan: Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah akan tetap melakukan kebiasaan
yang sama?
Lakukan FGD untuk mengidentifikasi upaya untuk memutus alur penularan penyakit).
Tanyakan kepada mereka:
o Apa yang harus dilakukan agar tinja/sampah/air limbah dan makanan yang dimakan tidak
menimbulkan penyakit?
o Apakah mereka akan melaksanakan apa yang telah mereka sebutkan sebagai perilaku
yang akan dilakukan agar tinja/ sampah/air limbah serta makanan yang dimakan dan
minuman tidak menimbulkan penyakit?
Proses
Dengan disaksikan oleh seluruh masyarakat yang hadir, ambil 1 ember air sungai dan minta salah
seorang warga untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur dan lain-lain seperti
yang biasa dilakukan oleh warga di sungai.
Ambil kayu atau lidi yang sudah diolesi tinja. Aduk air di dalam ember yang sama dengan kayu atau
lidi tersebut dan minta salah seorang warga untuk melakukan hal yang sama yang telah dilakukan
sebelumnya.
Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan
kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi selama ini? Apa yang akan dilakukan masyarakat di
kemudian hari?
Lakukan langkah 1 – 3 dengan mengganti tinja dengan sampah dan limbah cair rumah.
Siapkan 1 gelas air minum (atau air minum dalam kemasan) dan tawarkan kepada beberapa warga
untuk menjadi relawan meminum air tersebut. Minta relawan tersebut untuk menyisakan air minum
hingga setengahnya.
Dengan disaksikan oleh seluruh warga yang hadir, celupkan sehelai rambut yang telah dioleskan
pada tinja ke dalam air minum yang tersisa tadi.
Minta relawan yang sama untuk meminum sisa air dalam gelas tersebut dan tawarkan juga kepada
beberapa warga yang lain untuk meminumnya.
134
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan
kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi selama ini? Apa yang akan dilakukan masyarakat di
kemudian hari?
FGD
Proses:
Mengajak masyarakat untuk mengetahui bahan berbahaya yang terdapat pada pangan
seperti boraks dan pewarna buatan dan cara mengatasinya dengan tes sederhana untuk
pangan yang mengandung bahan berbahaya.
Pembahasan meliputi:
FGD untuk menghitung volume/jumlah tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dari
masyarakat yang BAB di tempat terbuka, dari masyarakat yang buang sampah
sembarangan dan dari masyarakat yang limbah cair rumah tangganya belum dikelola
dengan benar selama 1 hari, 1 bulan, dalam 1 tahun dst.,
FGD tentang harga diri/privacy, agama, kemiskinan dll.
Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat,
diantaranya:
Proses memicu rasa malu, takut terhadap dampak akibat perilaku dan rasa jijik dengan
melakukan FGD menghitung volume tinja, sampah dan cairan limbah RT
Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap harinya.
Sepakati jumlah rata-ratanya.
Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat/di
tempat terbuka) yang paling banyak menghasilkan tinja. (beri tepuk tangan).
Bagi penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya dan digunakan
untuk apa saja air sungai tersebut. Kepada penduduk yang berada di daerah hilir,
135
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
tanyakan untuk apa saja sungai digunakan? Picu masyarakat bahwa mereka telah
menggunakan air sungai yang ada tinjanya. Tanyakan bagaimana perasaannya?
Minta masyarakat untuk menulis kembali pada kertas metaplan yang berisi nama KK dan
jumlah anggota keluarga yaitu berapa jumlah total “tinja” yang dihasilkan oleh 1
keluarga/rumah setiap harinya. Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari
masyarakat yang masih BABS per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja”
yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB di
sembarang tempat berlangsung?
Tanyakan kemana kira-kira “perginya” tinja – tinja tersebut?
Tanyakan, kira-kira ke mana besok mereka akan BAB? Apakah mereka akan
melakukan hal yang sama?
Tanyakan tentang sampah:
“Apa saja sampah yang dihasilkan dari masing-masing rumah?”.
Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih buang sampah di sembarang
tempat) yang paling banyak menghasilkan sampah. (beri tepuk tangan).
Kepada penduduk yang membuang sampah di sungai, tanyakan ke mana arah aliran
airnya dan digunakan untuk apa saja air sungai tersebut. Apa yang akan terjadi pada
sungai tersebut? Kepada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan untuk apa saja
sungai digunakan? Picu masyarakat bahwa mereka telah menggunakan air sungai
yang tercemar oleh sampah. Tanyakan bagaimana perasaannya?
Minta masyarakat untuk menulis kembali pada kertas metaplan yang berisi nama KK,
berapa banyak jumlah sampah yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap harinya.
“Berapa kira-kira jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap keluarga/rumah setiap
harinya?” Ajak masyarakat menghitung jumlah “sampah” dari masyarakat yang masih
dibuang di sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak
“sampah” yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan
tersebut akan berlangsung?
Tanyakan apa kira-kira dampak yang akan timbul jika sampah-sampah tersebut tetap
dalam kondisi seperti itu?
Tanyakan, apa yang akan mereka lakukan terhadap sampah-sampah rumah tangga
yang mereka hasilkan? Kira-kira ke mana besok mereka akan membuang sampah?
Apakah mereka akan melakukan hal yang sama?
Tanyakan tentang air limbah:
“Air limbah apa saja yang dihasilkan dari masing-masing rumah?”.
Kepada penduduk yang mengalirkan air limbah rumah tangganya ke sungai, tanyakan
ke mana arah aliran airnya dan digunakan untuk apa saja air sungai tersebut. Kepada
penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan untuk apa saja sungai digunakan? Picu
masyarakat bahwa mereka telah menggunakan air sungai yang tercemar oleh air limbah
rumah tangga. Tanyakan bagaimana perasaannya?
Minta masyarakat untuk menulis kembali pada kertas metaplan yang berisi nama KK dan
tanyakan “Berapa banyak (liter) kira-kira jumlah air limbah rumah tangga yang dihasilkan
oleh setiap keluarga setiap harinya?”
Ajak masyarakat menghitung banyaknya “air limbah” dari masyarakat yang masih belum
dikelola dengan benar per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “air limbah”
yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan tersebut akan
berlangsung?
136
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tanyakan apa kira-kira dampak yang akan timbul jika air limbah tersebut tetap dalam
kondisi seperti itu?
Tanyakan, apa yang akan mereka lakukan terhadap limbah cair rumah tangga yang
mereka hasilkan? Apakah mereka akan melakukan hal yang sama?
Proses FGD memicu rasa harga diri, rasa malu dan hal hal yang bersifat pribadi
Ajukan pertanyaan-pertanyan berikut:
Berapa banyak perempuan yang biasa BAB di tempat terbuka dan apa alasan mereka
melakukannya?
Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka sehingga apa yang
dilakukannya dapat dilihat oleh orang lain/banyak orang?
Bagaimana perasaan kaum laki-laki ketika istri, anak perempuan atau ibunya melakukan
BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapa saja baik sengaja maupun tidak
sengaja.
Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka padahal dia
sedang mendapat haid. Apa yang dirasakan?
Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah akan tetap melakukan kebiasaan yang
sama?
Proses FGD memicu rasa malu dan hal hal yang bersifat pribadi
FGD ini dilakukan ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah namun terhambat dengan
tidak adanya uang untuk membuat sarana sanitasi.
Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun sarana higienitas dan sanitasi
(jamban, sarana CTPS, tempat sampah, SPAL, dll.) perlu biaya besar, fasilitator
menanyakan : “Apakah benar membangun sarana higienitas dan sanitasi itu harus mahal ?
Tanyakan kepada peserta lain, siapa yang pernah melihat atau punya ide tentang bentuk
sarana HS yang harganya terjangkau atau bahkan tanpa biaya?
Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada masyarakat:
Sebenarnya tanggung jawab siapa masalah higienitas dan sanitasi ini? Apakah untuk
urusan higienitas dan sanitasi saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan pihak
luar lainnya?
Momen/Puncak pemicuan
Sampaikan kembali jawaban-jawaban warga atas setiap pertanyaan kunci yang diajukan saat
melakukan analisis partisipatif pada masing-masing tools.
Tanyakan, apakah BAB, buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang tempat itu
lebih banyak mendatangkan manfaat atau lebih banyak kerugiannya?
Apa saja kerugiannya? (lakukan pendalaman untuk memperoleh jawaban yang diinginkan dan
masyarakat merasa yakin bahwa semua ini adalah masalah besar bagi mereka)
Apakah kita mau begini terus? Kalau tidak harus bagaimana? Bagaimana caranya agar
kotoran tidak sampai ke mulut manusia?
Apa yang akan kita lakukan setelah ini? (lakukan pendalaman hingga diperoleh solusi yang
mengarah pada 5 pilar STBM dari masyarakat sendiri).
137
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Minta masyarakat yang mau berubah (membuat jamban/tempat cuci tangan/tempat sampah/bak
peresapan untuk limbah cair RT dan mengelola makanan dan minuman di tingkat RT) untuk ke
depan dan berikan apresiasi dengan tepuk tangan.
Minta mereka (yang mau berubah) untuk menanda tangani ‘kontrak sosial’ (komitmen pembuatan
sarana sanitasi) pada matriks yang sudah disiapkan oleh Fasilitator. Beri semangat kepada para
masyarakat dan tanyakan siapa lagi yang ingin berubah dan minta mereka menuliskan nama dan
perubahan yang akan dilakukan pada matriks tersebut.
Jenis sarana
Nama sanitasi yang Tanggal Tanggal Tanda
No.
Warga akan Mulai selesai Tangan
dibangun
Buat kesepakatan waktu pertemuan dengan masyarakat untuk membuat Rencana Aksi.
Tutup pertemuan dengan ucapan terimakasih kepada masyarakat dan ajak mereka untuk bertepuk
tangan.
138
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
UNTUK SELANJUTNYA PENEKANAN PADA BLOKING YANG DIKEHENDAKI.
FECAL ORAL YANG DIGUNAKAN SATU UNTUK SEMUA PADA TAHAP AWAL KEMUDIAN
++
Pemetaan ++ ++ ++
++
Transect Walk ++ ++ ++
Simulasi/demo air + ++ -- ++ -- --
tinja + lumpur
++
Simulasi /cuci tangan ++
Simulasi
ELEMEN PEMICUAN Rasa Jijik, Rasa Takut Sakit, Jijik, Takut sakit, Jijik, Takut sakit, Jijik, Takut sakit, Jijik,
Malu, Takut Dosa/ Agama, Gaya hidup, Gengsi, Ekonomis, Najis,Bau, Banjir, Kotor, Najis, Bau,
rasa bersalah/takut Rasa malu. Hemat, Dosa Kecelakaan, Agama, Dosa,Tokoh
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Hasil yang diharapkan ODF = 100 % 100 % masyarakat Seluruh Rumah 100 % masyarakat 100 % KK mengelola
masyarakat akses CTPS, dengan benar Tangga mengelola mengelola sampah limbah secara aman.
ke wc dan pada saat yang pangan aman ditingkat keluarga/ Ada resapan atau
tepat sehat (air minum lingkungan dialirkan.
dan makanan) Kawasan Bebas
Sampah.
LEMBAR PROSES UNTUK FASILITATOR STBM KOMPONEN 1 (STOP BABS)
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
1. Perkenalan dan Agar masyarakat dengan fasilitator saling 1. Fasilitator menyampaikan maksud dantujuan. 15 menit -
penyampaian mengenal, 2. Fasilator melakukan bina suasana/ice breaking yang
tujuan. Agar masyarakat mengetahui maksud sesuai dengan situasikondisi.
kedatanganfasilitator.
Agar masyarakat mengetahui bahwa fasilitator
tidak membawa bantuanapapun.
2. Pencairan Agar masyarakat merasa senang mengikuti 1. Ajak masyarakat melakukan perma-inan/game yang 15 menit Sesuai
suasana acarapertemuan menimbulkan rasa lucu dan membuatgembira. kebutuhan
Agar masyarakat tidak merasa rendah diri 2. Atau ajak masyarakat bernyanyi atau membuat joke/
terhadap fasilitator lelucon.
Agar tidak ada kekakuan suasana acara
pertemuan
3. Kesepakatan Agar ada kesepakatn istilah tinja, BAB & Jamban 1. Tanyakan kebiasaan masyarakat setiap bangunpagi. 10menit -
istilah tinja, antara masyarakat denganfasilitator. 2. Gali intilah tinja, BAB & jamban yang dipakai sehari-
BAB & Jamban Agar istilah tinja, BAB & Jamban yang digunakan hari masyarakatsetempat.
betul-betul istilah sehari-hari dan cenderung 3. Sepakati istilah istilah tersebut yang akan dipakai
bahasa kasar sehingga efektif dipakai sebagai selama pertemuanberlangsung.
bahasapemicu.
1. Minta beberapa sukarelawan untuk meng-gambarkan
4. Pemetaan Digunakan untuk alatP.R.A. batasdesa/dusun/RW. 25menit Bahan
Digunakan untuk mengetahui tempat-tempat 2. Minta sukarelawan menggambarkan tempat-tempat setempat
masyarakat biasaBABS. yang mungkin dipakai sebagaiBABS.
Digunakan sebagai alat bantupemicuan 3. Minta sukarelawan menandai posisi melakukan
Digunakan sebagai alatmonitoring pertemuan.
4. Minta kepada semua peserta/masya-rakat yanghadir
menandai rumah-nya masing-masing dengan benda
sesuai kesepakatan.
5. Pemicuan
dengan FGD :
a. Elemen Rasa Menimbulkan rasa malu melakukan BABS. Buat posisi masyarakat melingkar satulapis. 15 menit -
Malu Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah Tanya kepada peserta pertemuan : siapa yang pagi
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop ini tadi BAB di sungai/sawah/kebun dll ? (Jangan
BABS. sebut :tidak dijamban ). Minta untuk tunjuktangan.
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun &
129
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
b. Elemen Rasa Jijik Menimbulkan rasa jijik terhadap tinja yangdibuang Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen rasa 15 menit Visualisasi
sembarangan. malu, lanjutkan dengan elemen rasajijik. tinja
Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah Tanyakan berapa anggota keluarga dan berapa kali
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop setiap hariBAB.
BABS. Minta mereka membuat tumpukan bahanmenyerupai
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun & tinja (yang sudah disiapkan) sejumlah anggota
menggunakan jamban sebagai tempatBAB. keluarganya.
Minta mereka untuk melihat visualisasi tumpukan
tinja dan tanyakan perasaanmereka
Bila ada yang menyatakan jijik, tanyakan :Apakah
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Elemen Rasa Menimbulkan rasa takut sakit karena tahu bahwa Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen rasa 15 menit Diagram
Takut Sakit tinja yang dibuang sembarangan bisa termakan malu dan jijik lanjutkan dengan elemen rasa takut F, Meta
dan mengakibatkansakit. sakit. plan &alat
Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah Simulasikan air minum yang tercemar tinja atau gali tulis,
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop pengetahuan masyarakat bagaimana tinjaseseorang Flip Chart
BABS. bisa masukkemulut.
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun & Tanyakan perasaan mereka setelah melihat
menggunakan jamban sebagai tempatBAB. peragaan tinja bisa masukmulut.
Bila ada yang menyatakan jijik atau takut sakit
tanyakan : Apakah mau seperti ini terus?
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
d. Elemen Rasa Menimbulkan rasa takut dosa karena tahu bahwa Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen rasa 15 menit -
Takut Dosa tinja yang dibuang sem-barangan bisa membuat malu, jijik dan rasa takut sakit lanjutkan dengan
najis alat ibadah atau orang lain yang mau elemen rasa takutdosa.
beribadah. Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa
Menimbulkan rasa takut dosa karena tahu bahwa tinja mereka bisa masuk mulut orang lain dan
tinja yang dibuang sem-barangan bisa membuat menimbulkan sakitatau
orang lain jatuhsakit. Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa tinja
Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah mereka bisa membuat ibadah orang lain tidak
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop diterimaTuhankarenaalatibadahataubadannya
BABS. tidak suci karena terkenan najisnya ?atau
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun & Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa
menggunakan jamban sebagai tempatBAB. tinja mereka bisa masuk mulut orang lain dan
menimbulkan sakit.
Bila ada yang menyatakan takut dosa tanyakan :
Apakah mau seperti ini terus?
Bila mereka menyatakan mau ber-ubah,berikan
reward/pujian.
Yang menyatakan mau berubah itulah masyarakat
yangterpicu.
Bila belum terpicu juga, gunakan elemen selanjutnya
atau gunakan hadist atau ayat dari KitabSuci.
e. Elemen Rasa Menimbulkan rasa jatuh harga diri karenamasih Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen- 15 menit -
Harga Diri berperilakuBABS. elemendiataslanjut-kandenganelemenrasaharga
Menumbuhkan kebanggaan karena telah diri.
mempunyai jamban dan telah melaksanakan Stop Tanyakan perasaan mereka kalau ada tamu yang
BABS. sangat dihormatinya mau numpang BAB dan
Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah ternyata nggak punya jambanatau
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa banyak
BABS. orang yang lebih miskin darinya sudah mau berubah
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun & atau sudah punya jamban ?atau
menggunakan jamban sebagai tempatBAB. Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa dirinya
tidak lebih baik dari kucing dalam halBAB.
131
132
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
f. Elemen lain. Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah Tanyakan perasaan mereka dengan menggunakan
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop elemen-elemen pemicu lain yang sesuai dengan
BABS. situasi dan kondisisetempat.
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun &
menggunakan jamban sebagai tempatBAB.
5. Transect Walk Menimbulkan rasa malu/jijik/takut sakit/takut dosa/ Transect Walk adalah kegiatan mengajak peserta 30 menit -
jatuh hargadiri pertemuan untuk menelusuri desa/dusun/kampung
Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah untuk melihat dimana masyarakat biasa melakukan
kebiasaan BABS-nya dengan melaksanakan Stop BAB.
BABS. Transect bisa dilakukan sebelum pemetaan, atau
Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun & sesudah pemetaan dan tidak ada yang terpicu
menggunakan jamban sebagai tempatBAB. (setelah ada pemicuan) atau tidak usah dila-kukan
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
biladenganpemetaandanelemenpemicunyasudah
berhasil ada yangterpicu.
Ditempat yang ada tumpukan tinja lakukan FGD
dengan elemen-ele-menpemicuan.
Bila ada yang menyatakan mau berubah,berikan
reward/pujian.
6. Kesepakatan Membangun komitmen dari masyara-kat yang Minta kepada masyarakat yang terpicu untuk 30 menit Flip Chart
mau berubah: kapan akan merealisasikan menuliskan komitmen/ kesanggupan mereka untuk & alat tulis
keinginannya untukberubah. mulai membangunjamban
Membuat kesepakatan keberadaan Komite Minta kepada masyarakat yang terpicu : kapan hasil
Masyarakat yang akan mempelopori karya mereka bisa dilihat oleh ..........?
pembangunan jamban dikomunitasnya. Fasilitasi masyarakat yang terpicu dalam menyusun
Struktur Organisasi Komite Masyarakat.
7. RTL Memfasilitasi masyarakat yang terpicu untuk Minta kepada Komite untuk membu-at Rencana 30 menit Flip Chart
membuat Rencana Tindak Lanjut untuk Tindak Lanjut dalam rangka untukmerealisasikan & alat tulis
merealisasikan Komitmen mereka komit-men mereka untuk mewujudkanODF.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
1. Perkenalan Saling mengenal (antar masyarakat dengan fasilitator), 1. Fasilitator menyampaikan maksud dantujuan. 15 menit
Masyarakat/ Peserta pertemuan merasa senang, tanpa 2. Fasilator melakukan bina suasana/icebreaking
beban mengikuti orientasi.Maksud dan tujuan diketahui yang sesuai dengan situasi kondisi.
oleh masyarakat.
2 Alur Penyakit Untuk mengetahui penyebab penyakit, cara penularan, 1. Fasilitator menanyakan beberapa penyakit o Kertas
pencegahan. yang sering muncul. meta plan
2. Masyarakat diminta menuliskan di kertas meta Spidol
plan. Stiky cloth
3. Pilih salah satu penyakit yang berkaitan
dengan sanitasi (contohdiare)
4. Buat alur penyakittersebut
5. Fasilitator menanyakan bagaimana
cara pencegahannya dan masyarakat
menuliskannya.
3 Demo cuci Memberi penjelasan pentingnya cuci tangan pakai 1. Minta kesediaan dua orang (si Adan B) dari Aqua botol
tangan pakai sabun masyarakat Lem dari
sabun 2. Si A praktik ctps yangbenar tepung
3. Si B praktik ctps yang tidakbenar kanji
4. Fsilitator meminta masyarakat untuk menilai Betadin
dan memberikantanggapan Ember
5. Fasilitator menyimpulkan perilaku CTPS yang Sabun
benar Tisu
133
LEMBAR PROSES UNTUK FASILITATOR STBM (PAS RT)
134
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
3. Agar ada kesepakatn istilah 1. Tanyakan Dari mana saja sumber air minum kita?
Kesepakatan Pada saat itu temukan istilah 2. Tanyakan Bagaimana syarat air minum sehat dan aman untuk dikonsumsi? 10 menit
Pada saat itu setempat untuk makanan, 3. Mengapa kita harus minum air yang matang?
temukan istilah minuman, talenan, dapur, 4. Mengapa makanan basi tidak boleh dimakan?
setempat untuk tudung saji, nasi basi dan 5. Mengapa makanan ditutup dengan tudung saji?
makanan, lain-lain..antara masyarakat 6. Gali intilah makanan, minuman, talenan, dapur, tudung saji, nasi basi dan lain-lain..,
minuman, dengan fasilitator. yang dipakai sehari- hari masyarakat setempat.
talenan, dapur,
tudung saji, nasi Agar istilah Pada saat itu 3. Sepakati istilah istilah tersebut yang akan dipakai selama pertemuan berlangsung.
basi dan lain- temukan istilah setempat
lain.., untuk makanan, minuman,
talenan, dapur, tudung saji,
nasi basi dan lain-lain..ang
digunakan betul-betul istilah
sehari-hari dan cenderung
bahasa kasar sehingga
efektif dipakai sebagai
bahasa pemicu.
4.
Pemetaan • untuk mengetahui/melihat peta wilayah dapur masyarakat, SAM masyarakat, jumlah anggota 20 menit
keluarga, faktor risiko kontaminasi silang, nama KK, serta sebagai alat monitoring (paska
pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat).
• Mengetahui rumah yang sudah PAS-RT Lengkap, PAS-RT, PAS-RT bersyarat dan rumah
yang PTATS-RT
• Lanjutkan dengan simulasi air minum yang terkontaminasi
5. Menimbulkan rasa • mengunjungi beberapa rumah warga untuk melihat kondisi dapur, kondisi penyimpanan
Transect malu/jijik/takut sakit pangan, kondisi peralatan masak/ minum/makan yang dibersihkan atau tidak,
• kondisi sumber air dan sabun di rumah warga, kondisi penyimpanan pangan, kondisi
Menimbulkan keinginan pengolahan pangan di beberapa rumah warga.
kuat untuk merubah • Dapat memicu rumah tangga untuk memilih pangan lokal sebagai makanan keluarga.
kebiasaan pangan yang tidak • Simulasi air atau peralatan yang telah terkontaminasi, mengajak masyarakat untuk melihat
sehat (minum air mentah, bagaimana benda atau patogen dapat dimakan oleh manusia yang lainnya dan bagaimana
makanan tidak tertutup, air kotor bisa mencemari makanan dan bagaimana kontaminasi silang bisa terjadi pada
CTPS sebelum menyiapkan talenan atau pisau yang digunakan untuk memotong pangan mentah digunakan untuk
makanan, dll) memotong pangan matang. Mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi faktor risiko
kontaminasi silang yang dimiliki dan yang harus dirubah dengan perilaku pencegahan pilar
Menimbulkan keinginan 3 STBM di tingkat rumah tangga.
kuat untuk melakukan PAS
RT
6. bertujuan mengajak
Alur Kontaminasi masyarakat untuk • mengajak masyarakat untuk menganalisis bersama tentang cara kuman penyakit yang
menganalisis bersama terdapat pada sumber-sumber kontaminasi silang antara lain lingkungan (air, tanah, udara),
tentang cara kuman penyakit peralatan, orang yang mengolah makanan, serta permukaan kerja yang kontak dengan
yang terdapat pada sumber- bahan pangan yang mengkontaminasi pangan dapat masuk ke tubuh manusia dan
sumber kontaminasi silang menimbulkan penyakit.
• Mengajak masyarakat untuk mengetahui bahan berbahaya yang terdapat pada pangan
seperti formalin dan boraks. Masyarakat bisa mengetahui sumber kontaminasi silang yaitu
kontaminasi dari bahan pangan ke bahan pangan lain, kontaminasi dari peralatan ke bahan
pangan dan kontaminasi dari manusia ke bahan pangan. Kontaminasi silang adalah proses
perpindahan mikroba patogen (penyebab penyakit) dari satu objek ke objek yang lain atau
pindahnya mikroba patogen ke dalam makanan dari sumber lain yang sudah
terkontaminasi.
• Adanya mikroba dalam makanan bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, mual,
muntah, pusing, bahkan sampai kematian. Untuk mengetahui bahan pangan mengandung
formalin dan boraks menggunakan kunyit dan tusuk gigi.
• Peserta menyusun alur kontaminasi, Peserta membuat blocking kontaminasi Peserta
menyajikan dan menyimpulkan
7. bertujuan bersama-sama
FGD dengan masyarakat, melihat • untuk mengali informasi mengenai upaya pengamanan pangan di rumah tangga masing-
kondisi yang ada dan masing peserta (pengolahan, penyimpanan dan perilaku penagananyan). Tandai/ingat
menganalisisnya sehingga beberapa peserta yang belum melakukan upaya pengamanan pangan. Lemparkan kepada
diharapkan dengan peserta yang telah melakukan upaya 3 komponen PAS-RT. Mengajak masyarakat untuk
sendirinya masyarakat dapat mengetahui bahan berbahaya yang terdapat pada pangan seperti formalin, boraks dan cara
merumuskan apa yang mengatasinya dengan tes sederhana. Simulasi Apel yang terkontaminasi dan Tes
sebaiknya dilakukan atau Sederhana untuk Pangan yang mengandung bahan berbahaya.
tidak dilakukan • tentang rasa jijik, rasa takut sakit dan lain-lain disesuaikan dengan kondisi di masyarakat
yang ditemui
8.
Elemen Rasa Jijik Rasa Jijik yang ditimbulkan • Setelah mengorek tai hidung kemudian memegang pepaya yang akan dipotong
dari Kontaminasi Silang • Batuk-batuk atau bersin di depan makanan yang sedang diolah atau disajikan.
• Setelah mengaruk kepala kemudian memegang bahan makanan.
• Serbet untuk membersihkan meja kerja namun serbet tersebut digunakan lagi untuk
membersihkan piring.
• Serbet untuk membersihkan keringat digunakan untuk membersihkan piring
• Demo cuci piring, cuci panci, cuci makanan/ beras/buah-buahan menggunakan air
kotor(menggunakan air dalam satu wadah saja)
• Memperlihatkan roti berjamur dan roti tidak berjamur.
• Menawarkan kepada peserta pemicuan memakan pepaya yang dipotong menggunakan
pisau dan talenan yang sama setelah digunakan untuk memotong ikan.
Bagaimana perasaan peserta?
9.
Elemen Takut • Ayam yang sudah digoreng tetapi masih ada darahnya
sakit
• Kangkung yang masih ada siput atau cacing
• Demo Makanan mentah dan makanan matang dicampur.
• Demo air kotor untuk digunakan cuci piring, cuci panci, cuci makanan/ beras/buah-buahan.
• Melihat dan mengambil piring makan yang tidak dibersihkan dengan baik, lalu peserta
diminta menaruh makanan diatas piring tersebut.
Lakban hitam dibalik dibiarkan sebentar debu akan menempel atau menggunkan
makanan(teri asin,cumi asin) sehingga lalat hinggap di makanan tersebut.
Deteksi Bahan • Menguji boraks dengan menggunakan kunyit dan tusuk gigi. Parut kunyit kemudian rendam
Kimia tusuk gigi selama 30 menit, kemudian tusukkan tusuk gigi selama 5 detik ke makanan yang
Menggunakan akan diuji jika tusuk gigi berwarna merah bata maka makanan tersebut mengandung
Tes Sederhana di boraks. Tusuk Gigi yang sudah direndam tadi bisa dibawa selama berpergian.
rumah
• Menguji Minuman atau makanan yang mengandung pewarna buatan (Sunset Yellow,
Carmoisine, Briliant Blue) dengan menggunakan air kapur. Siapkan gelas air minum bekas,
sendok, sampel makanan berwarna kuning misal tahu kuning, kuah kare, opor dan
sebagainya. Contoh kuah yang mengandung pewarna kunyit alami sebelum ditetesi air
kapur dan sesudahnya, kuah tersebut akan berubah warna menjadi lebih tua misal kuning
menjadi jingga, jingga menjadi jingga kecoklatan sedangkan kuah yang menggunkan
pewarna buatan tidak akan berubah wana/tetap. Air kapur bisa diganti air sabun atau
larutan basa lainnya.
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
1. Perkenalan • Saling mengenal ( antar 1. Fasilitator memperkenalkan diri dan mencoba mengenal beberapa anggota 5 menit
masyarakat dengan masyarakat yanghadir
fasilitator), 2. Fasilitator menyampaikan maksud dantujuan.
• Maksud dantujuan
diketahui oleh masyarakat.
2 Bina Masyarakat/peserta merasa Fasilitator melakukan bina suasana/ice breaking yang sesuai dengan situasi kondisi 10 menit
suasana senang, tanpa beban dalam
mengikuti pertemuan
3 Identifikasi Mengajak masyarakat • Fasilitator menyampaikan pertanyaan apa saja yang menjadi air limbah dirumah? 25 menit • Kertas
limbah mengenali permasalahan • Ketikamasyarakattelahmenyampaikanwujudlimbahcairyangdihasilkan,fasilitator flipchart
cair rumah pengelolaan limbah cairnya menuliskan pada kertas metaplan dan menempelkan pada kaintempel. • Spidol
tangga, sendiri • Fasilitator meminta peserta membagi kelompok sesuai dengan wujud limbah yang • Kertas
Pemetaaan disampaikan, kemudian diminta untuk menggambarkan bagaimana air limbah itu metaplan
Hitung disalurkan?
Volume • Fasilitator menanyakan apakah nilai positif dan negatif dari adanya limbah cairdari
limbah cair setiap jenis penyaluran?
• Ajukanpertanyaankunci:Bagaimanaperasaankitakalaumelihatlingkungankita
dengan limbah cair seperti tergambarkan dalam bagan identifikasi?
• Fasilitator menanyakan berapa banyak limbah cair yang dihasilkan setiapharinya?
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3 Pemicuan:
A Alur Mengajak masyarakat untuk • Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke 10 menit • Gambar
kontaminasi melihat bagaimana kotoran dalammulut? tinja dan
manusia dapat dimakan oleh • Tanyakan bagaimana limbah cair masuk ke tubuh kita? melalui apa saja? Minta gambar
manusia yang lainnya masyarakat untuk menggambarkan hal – hal yang menjadi perantara limbah cair mulut
sampai ke mulut. • Potongan
• Analisis hasilnya bersama–sama dengan masyarakat dan kembangkandiskusi kertas
(misalnya FGD) • Spidol
WAKTU BAHAN
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
C FGD Bersama dengan masyarakat, • Ajak semua peserta untuk berjalan-jalan mengelilingi kampung mereka. Tujuan 20 menit
mendiskusikan kondisi yang ada perjalanan adalah lokasi-lokasi dimana masyarakat membuang limbah cair tidak
dan menganalisisnya, sehingga padatempatnya
diharapkan dengan sendirinya • Jikamenemukanlokasipembuanganlimbahcair,ajukanpertanyaan:siapayang
masyarakat dapat merumuskan buang limbah cair di sini?
yang sebaiknya dilakukan atau • Bagaimana perasaan kita dengan melihat kondisi lingkungan yang sepertiini?
tidak dilakukan
Penelusuran • Untuk melihat dan • Fasilitator bertanya: Apakah bapak/ibu mau terus dalam kondisi sepertiini? 5 menit
Wilayah mengetahui tempat yang • Apa yang akandilakukan?
paling sering dijadikan • Apakah kita sepakat untuk melakukan tindakantersebut?
tempat buang limbahcair.
• Dengan mengajak
masyarakat berjalan
ke sana dan berdiskusi
di tempattersebut,
diharapkan masyarakat
akan merasa jijik, bau, dsb
• Memicu rasa malu bagi
yang membuang limbah
cair tidak padatempatnya.
Kesepakatan • Fasilitator mengajak masyarakat untuk menuliskan rencananya dalam rangka 5 menit • kertas
mewujudkan kesepakatan flipchart
• spidol
RTL • Fasilitator mengajak masyarakat untuk menuliskan rencananya dalam rangka 5 menit • kertas
mewujudkan kesepakatan flipchart
• spidol
139
LEMBAR PROSES UNTUKFASILITATOR
140
1. Perkenalan Agar masyarakat dengan fasilitator 1. Fasilitator menyampaikan maksud dantujuan. 15 menit -
dan saling mengenal, 2. Fasilator melakukan bina suasana/ice breaking yang sesuai
penyampaian Agar masyarakat mengetahuimaksud dengan situasikondisi.
tujuan. kedatanganfasilitator.
Agar masyarakat mengetahui bahwa
fasilitator tidak membawa bantuan
apapun.
2. Pencairan Agar masyarakat merasa senang 1. Ajak masyarakat melakukan perma-inan/game yang menimbulkan 15 menit Sesuai
suasana mengikuti acarapertemuan rasa lucu dan membuatgembira. kebutuhan
Agar masyarakat tidak merasa 2. Atau ajak masyarakat bernyanyi atau membuatjoke/lelucon.
rendah diri terhadapfasilitator
Agar tidak ada kekakuan suasana
acarapertemuan
3. Pemetaan Digunakan untuk alatP.R.A. 1. Minta bbrp sukarelawan untuk meng-gambarkan batas desa/ 25 menit Bahan
Digunakan untuk mengetahui tempat- dusun/RW. setempat
tempat masy. biasa BuangSampah. 2. Minta sukarelawan menggambarkan tempat-tempat yang mungkin
Digunakan sbg alat bantupemicuan dipakai sebagai tempat buangsampah.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4. Pemicuan
dengan FGD :
a. Elemen Rasa Menimbulkan rasa malu melakukan Buat posisi masyarakat melingkar satulapis. 15 menit -
Malu buang sampahsembarangan Tanya kepada peserta pertemuan : siapa yang pagi ini tadi buang
Menimbulkan keinginan kuat untuk sampah di sungai/sawah/kebun dll ? Minta untuk tunjuktangan.
merubah kebiasaan buang sampah Yang tunjuk tangan pisahkan/minta maju satu langkah dari
sembarangan. lingkaran(dipisahkandarilingkarandiharap-kansudahmuncul
Menimbulkan keinginan kuat untuk rasa malu)
mengelola sampah yang memenuhi GaliRasaMalumerekadenganper-tanyaan-pertanyaanyangada
syarat kesehatan. kaitannya dengan rasamalu.
Bila ada yang menyatakan malu, tanyakan : Apakah mauseperti
ini terus?
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
b. Elemen Rasa Menimbulkan rasa jijik terhadap sam- Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen rasa malu, lanjutkan 15 menit Visualisasi
Jijik pah yang dibuangsembarangan. dengan elemen rasajijik. sampah
Menimbulkan keinginan kuat untuk Tanyakan berapa anggota keluarga dan berapa kali setiap hari
merubah kebiasaan buang sampah membuang sampah
sembarangan. Minta mereka membuat tumpukan bahan menyerupai sampah
Menimbulkan keinginan kuat untuk (yang sudah disiapkan) sejumlah berapa kali keluarga mereka
mengelola sampah yang memenuhi buangsampah.
syarat kesehatan. Minta mereka untuk melihat visuali-sasi sampah berserakan dan
tanyakan perasaanmereka
Bila ada yang menyatakan jijik, tanyakan : Apakah mau sepertiini
terus ?
Bila mereka menyatakan mau ber-ubah, berikanreward/pujian.
Yang menyatakan mau berubah itulah masyarakat yangterpicu.
Bila belum terpicu juga, kita ajak menghitung jumlah sampah yang
dihasilkan perhari/bulan dantahun.
c. Elemen Rasa Menimbulkan rasa takut sakit karena Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen rasa malu dan jijik 15 menit Diagram F,
Takut Sakit tahu bahwa sampah yang dibuang lanjutkan dengan elemen rasa takutsakit. Meta plan
sembarangan bisa termakan dan Simulasikan air minum yang terce-mar kotoran dari sampah atau & alat tulis,
mengakibatkan sakit. gali pengetahuan masyarakat bagaima-na kotoran disampah Flip Chart
Menimbulkan keinginan kuat untuk seseorang bisa masukkemulut.
merubah kebiasaan buang sampah Tanyakan perasaan mereka setelah melihat peragaan kotoran
sembarangan. disampah bisa masukmulut.
Menimbulkan keinginan kuat untuk Bila ada yang menyatakan jijik atau takut sakit tanyakan :Apakah
mengelola sampah yang memenuhi mau seperti ini terus?
syarat kesehatan. Bila mereka menyatakan mau berubah, berikanreward/pujian.
Yang menyatakan mau berubah itulah masyarakat yangterpicu.
Bila belum terpicu juga, gunakan elemenselanjutnya.
141
142
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
d. Elemen Rasa Menimbulkan rasa takut dosa karena Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen rasa malu, jijik dan 15 menit Visualisasi
Takut Dosa tahu bahwa sampah yang dibuang rasa takut sakit lanjutkan dengan elemen rasa takutdosa. sampah
sembarangan bisa membuat najis Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa sampah yang mereka
alat ibadah atau orang lain yang mau buang bibit penyakit yang dibawanya bisa masuk mulut orang lain
beribadah. dan menimbulkan sakitatau
Menimbulkan rasa takut dosa karena Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa sampah yang mereka
tahu bahwa sampah yang dibuang buang (misalnya ke sungai) bisa membuat ibadah orang lain tidak
sembarangan bisa membuat orang lain diterimaTuhankarenaalatibadahataubadannyatidaksucikarena
jatuhsakit. terkenan najis dari sampah ?atau
Menimbulkan keinginan kuat untuk Tanyakan perasaan mereka kalau tau bahwa bibit penyakit yang
merubah kebiasaan buang sampah ada disampah yang mereka buang sembarangan bisa masukmulut
sembarangan. orang lain dan menimbulkansakit.
Menimbulkan keinginan kuat untuk Bila ada yang menyatakan takut dosa tanyakan : Apakahmau
mengelola sampah yang memenuhi seperti ini terus?
syarat kesehatan. Bila mereka menyatakan mau ber-ubah, berikanreward/pujian.
Yang menyatakan mau berubah itulah masyarakat yangterpicu.
Bila belum terpicu juga, gunakan elemen selanjutnya atau gunakan
hadist atau ayat dari KitabSuci.
e. Elemen Rasa Menimbulkan rasa jatuh harga diri Kalau belum ada yang terpicu dengan elemen-elemen diatas 15 menit -
Harga Diri karena masih berperilaku buang lanjut-kan dengan elemen rasa hargadiri.
sampah sembarangan. Tanyakan perasaan mereka kalau ada tamu yang sangat
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
f. Elemen Nilai Menimbulkan keinginan kuat untuk Tanyakan apakah masyarakat tau bahwa ada kegiatan 15 menit Barang
Tambah dari merubah kebiasaan buang sampah pengelolaan sampah yang bisa mendatangkan keuntungan secara hasil
sampah sembarangan. ekonomi? Reuse &
Menimbulkan keinginan kuat untuk Tanyakan apakah ada yang sudah kenal dengan 3 R dan apa Recycle
mengelola sampah yang memenuhi manfaat yangdidapatkannya.
syarat kesehatan dan memberikan nilai
ekonomi dengan 3R.
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
g. Elemen lain. Menimbulkan keinginan kuat untuk Tanyakan perasaan mereka dengan menggunakan elemen-elemen -
merubah kebiasaan buang sampah pemicu lain yang sesuai dengan situasi dan kondisisetempat.
sembarangan.
Menimbulkan keinginan kuat untuk
mengelola sampah yang memenuhi
syarat kesehatan dan memberikan nilai
ekonomi dengan 3R.
5. Transect Menimbulkan rasa malu/jijik/takut sakit/ Transect Walk adalah kegiatan mengajak peserta pertemuan 30 menit -
Walk takut dosa/jatuh hargadiri untukmenelusuridesa/dusun/kampunguntukmelihatdimana
Menimbulkan keinginan kuat untuk masyarakat biasa melakukan buang sampahsembarangan.
merubah kebiasaan buang sampah Transect bisa dilakukan sebelum pemetaan, atau sesudah
sembarangan. pemetaan dan tidak ada yang terpicu (setelah ada pemicuan)
Menimbulkan keinginan kuat untuk atautidakusahdila-kukanbiladenganpemetaandanelemen
mengelola sampah yang memenuhi pemicunya sudah berhasil ada yangterpicu.
syarat kesehatan dan memberikan nilai Ditempat yang ada tumpukan sam-pah lakukan FGD dengan
ekonomi dengan 3R. elemen-elemenpemicuan.
Bila ada yang menyatakan mau berubah, berikanreward/pujian.
6. Kesepakatan Membangun komitmen dari masyara- Minta kepada masyarakat yang terpicu untuk menuliskan 30 menit Flip Chart
kat yang mau berubah :kapan akan komitmen/ kesanggupan mereka untuk mulai melaksanakan 3 R & alat tulis
merealisasikan keinginannya untuk dan membentukPSRT-BM
berubah. Minta kepada masyarakat yang terpicu : kapan hasil karya mereka
Membuat kesepakatan keberadaan bisa dilihat oleh ..........?
Komite Masyarakat yang akan Fasilitasi masyarakat yang terpicu dalam menyusun Struktur
mempelopori Pengelolaan Sampah OrganisasiPSRT-BM
Rumah Tangga Berbasis Masyarakat
dengan 3 R ( Reduce, Reuse &
Recycle ) dikomunitasnya.
7. RTL Memfasilitasi masyarakat yang terpicu Minta kepada Komite PSRT-BM untuk membuat Rencana Tindak 30 menit Flip Chart
untuk membuat Rencana Tindak Lanjut dalam rangka untuk merealisasikan komitmen mereka untuk & alat tulis
Lanjut untuk merealisasikan Komitmen mewujudkan Kawasan Bebas Sampah (KBS).
mereka membentukPSRT-BM.
143
LEMBAR PROSES UNTUK FASILITATOR
144
STBM,(KOMPONEN 5 LIMBAH)
WAKTU BAHAN
NO KEGIATAN TUJUAN PROSES
(DURASI) ALAT
1. Perkenalan • Saling mengenal ( antar masyarakat 3. Fasilitator memperkenalkan diri dan mencoba mengenal beberapa 5 menit
denganfasilitator), anggota masyarakat yanghadir
• Maksud dan tujuan diketahui oleh 4. Fasilitator menyampaikan maksud dantujuan.
masyarakat.
2 Bina suasana Masyarakat/peserta merasa senang, tanpa Fasilitator melakukan bina suasana/ice breaking yang sesuai dengan 10 menit
beban dalam mengikuti pertemuan situasi kondisi
2 Identifikasi Mengajak masyarakat mengenali • Fasilitator menyampaikan pertanyaan apa saja yang menjadi air 25 menit • Kertas
limbah cair permasalahan pengelolaan limbah cairnya limbah dirumah? flipchart
rumah tangga, sendiri • Ketika masyarakat telah menyampaikan wujud limbah cair yang • Spidol
Pemetaaan dihasilkan, fasilitator menuliskan pada kertas metaplan dan • Kertas
Hitung Volume menempelkan pada stickycloth metaplan
limbah cair • Fasilitator meminta peserta membagi kelompok sesuaidengan
wujud limbah yang disampaikan, kemudian diminta untuk
menggambarkan bagaimana air limbah itu disalurkan?
• Fasilitator menanyakan apakah nilai positif dan negatif dari adanya
limbah cair dari setiap jenispenyaluran?
•
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3 Pemicuan:
a Alur Mengajak masyarakat untuk melihat • Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja 10 menit • Gambar
kontaminasi bagaimana kotoran manusia dapat dimakan bisa masuk ke dalammulut? tinja dan
oleh manusia yang lainnya • Tanyakan bagaimana limbah cair masuk ke tubuh kita? melalui gambar
apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan hal – hal yang mulut
menjadi perantara limbah cair sampai kemulut. • Potongan
• Analisis hasilnya bersama–sama dengan masyarakatdan kertas
kembangkan diskusi (misalnya FGD) • Spidol
KomposisitimpemicuyangbiasanyadigunakandalammemfasilitasiSTBMdikomunitas,sebagai
berikut:
Lead facilitator :fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang
Content recorder: perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan
dokumentasi/pelaporanprogram
Process facilitator :penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses sesuai alur
dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana
ada hal-hal yang perludikoreksi.
Environment Setter :penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya
dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa
mengajak mereka terlibat dalam kampanye STBM, misalnya dengan: menyanyi bersama,
meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau
mengganggu proses, dsb.
147
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Mengulang kembali transect walk dilakukan sebagai berikut:
Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah baru sebagian),
“natural leader” (tokoh yang muncul secara alamiah) dan anggota masyarakat lainnya
dapat melakukan kembali transek dengan membawa “peta”.
Natural leader dan anggota masyarakat lainnya melakukan transek dengan cara
mengunjungi rumah-rumah dan menanyakan kepada mereka kapan mereka mau
berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai berubah? Jika di rumah tersebut
ada bumil dan orang jompo apa yang akan mereka lakukan agar bumil dan orang jompo
bisa dengan mudah dan nyaman menggunakan jamban yang akan mereka bangun.
Natural leader meminta waktu yang rinci, misalnya tanggal berapa keluarga tersebut
akan mengubah perilaku. Bagaimana caranya? Tandai rumah masing-masing dengan
tanggal sesuai kesiapan mereka.
Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM harus sesuai dengan standar kesehatan, mudah
dan terjangkau oleh masyarakat. Pemilihan opsi teknologi sanitasi yang ada di masyarakat
harus memahami tangga sanitasi untuk 5 pilar STBM. Tangga sanitasi (sanitation ladder)
merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang
sangat sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan,
keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya. Adanya tahapan sarana sanitasi bukan berarti
bahwa proses pengembangan harus dimulai dari tingkat paling dasar ke tingkat-tingkat
berikutnya secara berurutan. Pengembangan sarana sanitasi bisa dimulai dari tahapan mana pun
sesuai dengan kemampuan masyarakat, pemahaman ini yang harus ditanamkan kepada
masyarakat untuk mematahkan anggapan bahwa sarana sanitasi adalah sebuah bangunan yang
kokoh, permanen dan membutuhkan biaya besar.
Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi yang
digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat
layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.
DalamSTBM,masyarakattidakdimintaataudisuruhuntukmembuatsaranasanitasitetapihanya
mengubahperilakusanitasimereka.Namunpadatahapselanjutnyaketikamasyarakatsudahmau
merubah kebiasaan BAB nya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidakterpisahkan.
Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana sanitasi adalah sebuah bangunan yang kokoh,
permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini sedikit banyak
menghambat animo masyarakat untuk membangun sarana sanitasi, seperti jamban, karena
alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan masyarakat untuk buang air besar pada tempat
148
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
yang tidak seharusnya tetap berlanjut.
Pada prinsipnya sebuah jamban yang saniter dan layak terbagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah tanah yang
berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah tanah adalah untuk
melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil.Kedua adalah bangunan dipermukaan
tanah(landasan). Bangunan di permukaan ini erat kaitannya dengan keamanan saat orang
tersebut membuang hajat. Terminologi aman disini dapat diartikan aman dari terperosok kepada
lubang kotoran, aman saat membuang hajat (malam hari/saat hujan/ aman digunakan oleh orang
jompo). Ketiga adalah bangunan dinding. Bangunan atau dinding penghalang erat kaitannya
dengan factor kenyamanan, psikologis dan estetika.
Definisi jamban sehat (improved latrine) mengacu kepada definisi dalam Joint Monitoring
Program (JMP), dengan batasan sebagai berikut:
149
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Desa/kelurahan Mencapai Status SanitasiTotal
Indikator untuk mencapai Sanitasi Total sebagai berikut:
No. Pilar STBM Indikator Keberhasilan Indikator Keberhasilan terkait Indikator
terkait dengan perilaku dengan akses Keberhasilan
150
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Opsi Teknologi untuk 5 Pilar STBM
a. JambanSehat
UntukpilarISTBM:StopBuangAirBesarSembarangan,jenisprodukSTBMyangbisaditawarkan ke
masyarakat adalah jambansehat.
Jamban sehat memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Tidak mencemari air (badan air, airtanah),
2. Tidak mencemari tanah permukaan (airresapan),
3. Bebas dariserangga,
4. Tidak menimbulkan bau dan nyamandigunakan,
5. Aman digunakan olehpemakainya,
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagipemakainya,
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurangsopan.
149
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3. Jambanyangbebasdariseranggamemilikilobangjambanyangtertutupatauberupajamban
leherangsa.Lobangjambanyangterbukaakanmemudahkanlalatmasukkelobangtersebut,
sebagai contoh “jamban cubluk” haruslah dibuatkan tutup dari kayu atau benda lain agar
serangga atau lalat tidak dapatmenembusnya.
150
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Jamban hendaknya mudah dibersihkan, dimana lantai kamar mandi berada pada posisi miring
1 derajat mengarah ke saluran pembuangan air supaya kamar mandi selalu bersih dan kering.
Disana juga dilarang membuang sampah, seperti plastik, puntung rokok atau benda lainnya
karena bisa menghambat saluran pembuangan.
6. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan sehingga jamban sebaiknya memiliki
dinding yang lebih tinggi dari manusia dan memiliki pintu. Sebaiknyajamban
7. juga memiliki atap agar penggunanya aman dari hujan danpanas.
11.
12.
13.
Sarana cuci tangan tidak perlu terdiri dari keran dan wastafel yang mewah atau mahal. Sarana
CTPSyangsederhanadanyangtepatgunayaitudibuatdaribahan/materialyangdapatdiperoleh
denganmudah,misalnya:dapatdibuatdariruasbambu,tempat-tempatbekassepertibotolplastik besar,
jerigen, gentong, kaleng besar dan lain sebagainya, yang dibolongi sehingga air dapat mengalir
dan ditutupkembali.
151
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Contoh-contoh sarana CTPS yang memenuhi persyaratan minimum adalah antara lain:
152
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Sarana CTPS (CARE) dibuat dari jerigen
Sarana CTPS dibuat untuk acara gerakan dileng-kapi stand dan penampungan
CTPS serempak pada hari-hari perayaan air limbah untuk acara gerakan CTPS
khusus. Suplai air adalah melalui selang yang serempak pada hari-hari perayaan khusus.
disambung ke truk air. Sumber: Hari CTPS Sumber: PP&PL,
Sedunia 15 Oktober 2008/ Unilever Departemen Kesehatan
Sarana CTPS yang dibuat khusus dengan Sarana CTPS dari gentong plastik
ukuran tinggi untuk anak-anak sekolah. ditemukan di Posyandu Subang Cijambe.
Sumber foto: WSLIC-2 Foto: ESP-USAID
153
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tippy-tap – contoh dari Kenya.
Gambar 13: Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak
154
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Sarana Pengelolaan Air Minum dan Makanan di RumahTangga
Hal penting untuk dilakukan :
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siapsantap.
- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumahtangga.
- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap dan mengolah
makan siap santap.
- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi airminum.
- Secara periodik meminta petugas untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian
laboratorium.
155
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
1. Bagaimana Mengolah Air Minum yangSaniter?
Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan
penyakit,selainituwadahairharusbersihdantertutup,airyangtidakdikeloladengan
standar Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAMRT) dapat menimbulkan
penyakit.
156
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
2. Wadah Penyimpanan Air Minum:
- Wadahyangamanadalahbertutup,berlehersempitdanlebihbaikjugadilengkapi
dengankeran.
- Air minum sebaiknya di simpan di wadahpengolahannya
- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu
tertutup.
- Janganminumairlangsungdarimulut/wadahkeran,gunakangelasyangbersih
dankering.
- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau olehbinatang.
- Wadah air minum sebaiknya dicuci setiah tiga hari atau saat air habis. Gunakan
air yang sudah diolah sebagai air bilasanterakhir.
1. Pemilihan bahanmakanan
Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi
persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar,
tidak busuk,tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan
beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan
dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merk, komposisi jelas,
terdaftar dan tidakkadaluarsa.
2. Penyimpanan bahanmakanan
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam
kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus
terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan
hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang
disimpanlebihduluataumasakadaluarsanyalebihawaldimanfaatkanterlebihdahulu.
157
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3. Pengolahanmakanan
Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan
makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :
• Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis
higienesanitasiuntukmencegahrisikopencemaranterhadapmakanansertadapat
mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewanlainnya.
• Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak
berbahayabagikesehatan(lapisanpermukaanperalatantidaklarutdalamsuasana
asam/basadantidakmengeluarkanbahanberbahayadanberacun)sertaperalatan
harus utuh, tidak cacad, tidak retak, tidak gompel dan mudahdibersihkan.
• Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas
Perlakukanmakananhasilolahansesuaipersyaratanhigienedansanitasimakanan,
bebas cemaran fisik, kimia danbakteriologis.
• Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit
menular dan berperilaku hidup bersih dansehat
4. Penyimpanan makananmatang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan,
tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat
baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan
sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
5. Pengangkutanmakanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus
memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara
pengangkutan,lamapengangkutandanpetugaspengangkut.Haliniuntukmenghindari
risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupunbakteriologis.
6. Penyajianmakanan
Makanandinyatakanlaiksantapapabilatelahdilakukanujiorganoleptikatauujibiologis
atauujilaboratorium,halinidilakukanbilaadakecurigaanterhadapmakanantersebut.
Adapun yang dimaksud dengan:
• Ujiorganoleptikyaitumemeriksamakanandengancaramenelitidanmenggunakan
5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur,
keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa).
Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
• Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila
dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut
dinyatakanaman.
158
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia
maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil
mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan denganstandar
yang telahbaku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian,
waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan
mulaidariselesaiprosespengolahandanmenjadimakananmatangsampaidengandisajikan
dandikonsumsitidakbolehlebihdari4(empat)jamdanharussegeradihangatkankembali
terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikantetap
dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya
bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan padakesehatan.
Pengomposan ini diperkenalkan oleh Mr. Koji Takakura dari Jepang. Langkah-langkah
membuat kompos Tatakura:
a) Sampah sisa sayur/nasi, sebelum dimasukkan ke dalam keranjang/komposter perlu
dicacah terlebihdahulu,
b) Masukkan sisa makanan yang akan dikompos ke dalam keranjang, dan usahakan
sampah yang dimasukkan adalah sampahbaru,
c) Tekan-tekan atau masukkan sampah ke dalam materi kompos dalam keranjang
atau aduk-aduk sehingga materi sampah tertutup oleh komps dalam keranjang.
Tutupdenganbantalsekamhinggarapatuntukmencegahlalatataubinatanglain
masuk.
d) Tutup dengan kainhitam.
159
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Selain kompos, kita juga bisa mendaur ulang kertas. Berikut alat-alat dan langkah-
langkah daur ulang kertas yang bisa dilakukan di skala rumah tangga:
Alat-Alat:
1. Blender,
2. Sceen (Cetak saring),
3. Rekel (dapat dibeli di tokokertas),
4. Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kainhero),
5. Bak besar.
Bahan-Bahan:
1. Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebihbaik),
2. Lemkertas,
3. Air.
Langkah Pembuatan:
1. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dengan ukuran sekitar 3 x 3 cm. Potongan kertas
direndam di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya).
Kertas dilunakkan dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur
kertas (pulp). Masukkan bubur kertas (pulp) ke dalam bak besar lagi. Bubur kertas
dan lem kemudian dimasukkan ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara
air, bubur kertas dan lem adalah: 15 liter air : liter bubur kertas :
2 sendok makan lem. Masukkan karakteristik yang dipilih ke dalam bak, lalu aduk
hingga merata dengan campuran pulp danlem.
3. Masukkan screen ke dalam bak. Angkat screen hingga pulp tinggal di atasscreen.
4. Basahi papan yang telah dilapisi dengan kain hero. Tempelkan screen ke papan lalu
dirakel sehingga airnya turun. Angkat screen hingga kertas menempel dipapan.
5. Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata, jemur
papan di tempat panas hingga kertas menjadikering.
6. Setelah kering, cabut kertas denganperlahan-lahan.
160
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Berikut adalah beberapa kegiatan pengelolaan sampah berbasis komunitas:
Pengomposan Skala Kawasan
161
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
(4) Sarana Pengelolaan LimbahCair
Limbah cair rumah tangga dapat dibedakan menjadi black water dan grey water.
BlackwaterdihasilkandariWCsebagaibuangansepertiurin,tinja,airguyuran,danmateri
pembersih lainnya yang dibuang ke toilet, seperti kain lap, pembalut,dll.
Greywaterdihasilkandariairbekasmandi,mencucipakaian,danbuangancairdaridapur. Air
seperti ini bisa mencapai 60% dari air yang dihasilkan rumahtangga.
Contoh sarana pengelolaan limbah cair adalah bak perangkap lemak. Lemak dan minyak
bisa merusak sistem pengolahan, sehingga lemak dan minyak tidak boleh dimasukkan ke
dalam tempat cuci (sink). Perangkap lemak adalah metode sederhana yang dipakai dalam
sistem pengolahan grey water skala kecil.
Contoh lain adalah filter anaerobik, yaitu bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglas,
PVC atau plastik, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Ini
adalah tangki pengendapan, dan proses anaerobic membantu mengurangi padatan serta
material organik.
162
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Catatan:
Contoh-contoh yang disampaikan diatas hanya sebagian dari jenis pilihan produk
dan jasa sanitasi yang ada. Masih banyak sarana lain yang tersedia. Wirausaha
STBM dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat di
wilayah kerjanya.
163
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tabel 8: Alur dan Proses Pendampingan Masyarakat
Proses pemicuan juga perlu diitegrasikan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun. Terutama
ditujukan pada ibu-ibu dan anak-anak sekolah sebagai kelompok sasaran sehingga kedua
kelompok tersebut dapat berinteraksi melalui kegiatan di sekolah dan di lingkungan rumah.
Pentahapan pendampingan dapat dilaksanakan sebagai berikut :
Keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan apakah mempengaruhi perubahan yang diinginkan
atau tidak, tidak akan terjadi apabila kita tidak melakukan monitoring. Informasi yang diperoleh
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses dan pendekatan kegiatan, dan bahan perencanaan
ke depan.
164
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Monitoring dan evaluasi program STBM melalui Sistem Informasi Monitoring dilaksanakan secara
umum melalui tahapan, yaitu pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data
dan informasi, dan pelaporan dan pemberian umpan-balik. Tahapan ini terjadi di masing-masing
tingkatan.
MonitoringprogramSTBMsedapatmungkindapatdilakukansecaramandiridanpartisipatorioleh
masyarakat sendiri, dan diharapkan peran aktif dari natural leader yang muncul dan organisasi
masyarakat seperti PKK, kelompok dasa wisma, dan lainnya. Namun demikian tetap diharapkan
peran aktif dari petugas PUSKESMAS/ sanitarian sebagai fasilitator dan katalisator di tingkat
kecamatan/desa dalam mengelola data dan informasi hasil monitoring kegiatan kesehatan
lingkungan ini. Bila di tingkat kabupaten terdapat proyek terkait STBM sedang berjalan, fungsi
monitoring ini akan diperkuat dengan memanfaatkan sumber daya tenaga konsultan/fasilitator di
tingkatkabupatenuntukmelakukanalihpengetahuandanpembinaan,baikterhadapparapetugas
PUSKESMAS/sanitarian maupun langsung kepada masyarakat (natural leader/ organisasi
masyarakat yang berperan aktif). Adapun gambaran sederhana dari pelaksanaan monitoring
program STBM seperti pada tabel 13berikut.
165
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
166
Tahap 1 2 3 4 5 6
Kabupaten/
Desa/Kelurahan Kecamatan Provinsi
Tingkatan Pusat
dan pelaporan dari masyarakat hingga tingkat pusat
Kota
Tabel 10 : Alur pikir tata laksana monitoring
Dinas DInas
Pelaku Naturalleader/ Kementerian
Fasilitator StafPuskesmas Kesehatan Kesehatan
pemantauan Komite Kesehatan
Kabupaten/Kota Provinsi
Workshop review
Konsolidasidata pembelajaran
melalui SMS tahunan dananalisis
Mengkompilasi
gateway komparatif Rakornas STBM:
update progress
Melalui pemicuan Analisis data: pencapaian hasil
pemicuan review tahunan dan
masyarakatataupun Memantau
Memverifikasiklaim perbaikankegiatan antar kabupaten/ analisis komparatif
secara khusus ada perkembangan dan perencanaan kota
STBM dan pencapaian hasil
Aksi yang upaya untuk pemicuan di kedepan antar propinsi.
melaporkan hasil Disseminasi kepada
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Penanggung
Pelaku Peran
Jawab
Kabupaten Merekam/ entry data dan informasi hasil monitoring Staf Dinkes
kedalamdatabase, yang
Melakukan pemantauan rutin terhadap indikator- membidangi
indikator tertentu yang harus dilakukan oleh tim Program STBM
kabupaten1,
Menganalisis data dan informasi hasilmonitoring,
Memberikan umpan balik terhadap hasil analisis data
dan informasimonitoring,
Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap
kecamatanyangtelahmencapaiODF,hinggaSanitasi
Total (5pilar).
167
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Kecamatan Melakukan pengumpulan data dan informasi Petugas
monitoring di tingkatmasyarakat, PUSKESMAS/
Melakukan verifikasi dan sertifikasi hasil monitoring Sanitarian
yang dilakukan oleh masyarakat, sebelum dikirimkan
kekabupatenuntukdirekam/di-entridalamdatabase,.
Melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap
komunitas yang telah mencapai ODF, hingga Sanitasi
Total (5pilar).
Tabel 11: Peran dan Fungsi Pelaku dalam pelaksanaan Monitoring Program STBM
Pelaksanaan monitoring di tingkat masyarakat akan lebih bertumpu kepada indikator monitoring
yang mudah dilihat dan dirasakan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri, antara lain terkait:
1. Pengumpulandatadasarterkaitindikator5pilarperubahanperilakuhidupbersihdansehat, yaitu:
a) data akses awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan jamban sehat,
memiliki dan menggunakan jamban tidak sehat, jumlah masyarakat yang masih numpang
ke jamban tetangga atau umum dibedakan menurut jenis jamban sehat dan tidak sehat,
dan terakhir masih BAB di sembarang tempat; b) data akses awal jumlah keluarga
(termasukanggotakeluargadidalamnya)yangtelahterbiasacucitanganpakaisabunpada
waktu-waktu kritis; c) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola air minumnya
dengan aman; d) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya
dengan aman; e) data akses awal jumlah keluarga yang telah mengelola limbah cair rumah
tangganya denganaman.
2. Proses pemicuan perubahan perilaku Buang Air Besarmasyarakat.
Indikator yang direkam antara lain: a) peningkatan akses masyarakat kepada penggunaan
sarana jamban sehat; b) kebersihan lingkungan sekitar rumah keluarga; c) peningkatan
perubahan perilaku pilar lainnya.
3. Pendataan tukang yang terkait dengan jasa dan layanansanitasi.
Pendataan ini bertujuan untuk menjaring informasi jumlah tukang yang beredar di desa
bersangkutan yang memiliki pengalaman dan/ atau ketrampilan membangun/ memperbaiki
sarana jamban.
168
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Berikut dibawah ini disajikan beberapa model pelaksanaan monitoring yang dapat dilakukan di
tingkat masyarakat.
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan Monitoring:
• Masyarakat yang telah berupaya berubah perilaku
untuk tidak BAB di sembarang tempat (termasuk
membuang kotoran anak batita tidak sembarangan),
menempelkan tanda kertas spot di depan rumah
mereka pada tempat yang tampak dari pandangan
orang yang berdiri di depan atau melalui rumah
tersebut. Warna yang ditempel sesuai kondisi
perkembangan upaya perubahan perilakumereka.
• Pada kertas tersebut dapat dituliskan tanggal mereka
melakukan perubahantersebut.
• Apabila pada keluarga tertentu ada peningkatan
perubahan perilaku dengan ditandai perubahan warna
kertas spot yang ditempel. Tempel warna baru diatas
warna lama, sehingga informasi warna awal masihada.
• Natural leader atau komite secara berkala
memperbaharui informasi tersebut dalam peta
masyarakat (tanpa mengganggu informasibaseline)
169
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Telahdijelaskansebelumnyabahwamonitoringditingkatmasyarakatinimenggunakanpendekatan
partisipatori dan mengangkat peran aktif masyarakat untuk melakukan monitoring mandiri. Oleh
karena itu, penting sekali bahwa selama proses kegiatan STBM, fasilitator kabupaten membantu
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk melakukan monitoring mandiri melalui on the job
training.
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
170
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan monitoring:
3. MonitoringstatusDesaSTBMyangdicapaisuatukomunitas(VerifikasiDesaSTBM)
171
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan monitoring:
Fasilitator Persiapan:
pemicu
(Kecamatan/ Menyiapkan dan memahami cara pengisian format
Puskesmas) LB-3.
172
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan:
Fasilitator Persiapan:
pemicu bekerja
sama dengan Menyiapkan dan memahami cara pengisian format
natural leader LT-3.
(NL)/ komite
Pelaksanaan:
Pelaksanaan monitoring:
173
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan monitoring:
Pelaksanaan:
Tim Persiapan:
Puskesmas/
kecamatan • Menyiapkan dan memahami cara pengisian
format pendataan kegiatan peningkatan
kapasitas (format LT-5)
174
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Waktu
Pelaku Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan
176
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktik kerja lapang
idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang). Setiap kelompok diharapkan merupakan
gabungandariindividu-individuyangmewakiliberbagaikomponenyangada(berdasarkanbidang
keahlian,unsurinstansiataulokasikerja,danseterusnya),sehinggadiharapkansemuakelompok
memikili kapasitas yangberimbang.
Prosespembentukan/pembagiankelompokdilakukandengancaramembentukbarisanmemanjang
ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk membagi peserta berdasar
komposisi (gender) dan unsur peserta. Misalnya, peserta dari bidang kesehatan mengambil
tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang
perenanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran
tidak merata jenis kelamintertentu.
Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.
Masing-masing peserta memerankan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam tim. Skenario
dibuat berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan berdasarkan informasi yang didapatkan
dari petugas kesehatan atau dari tokoh pemerintah setempat yang sebelumnya sudah dilakukan
kordinasi.
Setelah skenario dan strategi tersusun, masing-masing kelompok melakukan simulasi praktik
pemicuandenganduakelompokyangberpasangan.Satukelompokberperansebagaitimpemicu
kelompokyanglainberperansebagaimasyarakatjikasudahselesaibisabergantianuntukbertukar
peran dengan kelompoklainnya.
177
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
E. POKOK BAHASAN 5: PRAKTIK PEMICUAN DILAPANGAN
Praktik pemicuan di lapangan
Praktik pemicuan di lapangan ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan
peserta dalam menerapkan pendekatan STBM, sehingga kegiatan ini banyak dilakukan dalam
diskusi dan praktik di kelompok. Sesi praktik lapang ini diawali dengan persiapan lapang, praktik
lapangitusendiri,refleksidanreviewprosesdanhasildarikegiatanpraktiklapangtersebutdalam bentuk
laporantertulis
IV. REFERENSI
1. WSP, Film Memicu Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashta, India, New Delhi:2004.
2. Depkes RI, Sekretariat STBM, Film Proses Pemicuan di Kenongo,2005.
3. Depkes RI, Sekretariat STBM, Film Pemicuan di Muara Enim,2006.
4. Kemenkes RI, Pedoman Teknis Lapangan STBM, Ditjen PP&PL, Jakarta:2013.
V. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
a. Panduan Persiapan Lapang
Persiapan lapang menjadi bagian yang terpisahkan dengan pesiapan penyelenggaran pelatihan.
Panitia/pelatih melakukan kunjungan kepada pemerintah daerah yang akan digunakan sebagai
lokasipraktikkerjalapangandandijelaskansecararincikegiatanyangakandilaksanakanselama
kunjungan lapangan termasuk proses pemberdayaanmasyarakat.
b. Panduan PembentukanKelompok
1. Jelaskanlah kepada peserta, bahwa akan dilaksanakan Praktik Kerja Lapang Fasilitasi
STBM di masyarakat. Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk
kepentingan praktik kerja lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang)
Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili
berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur instansi atau lokasi
kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memiliki kapasitas yang
berimbang.
177
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
membagi peserta berdasarkan komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta dari
bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang berbeda,
selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula
aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu.
TUJUAN:
1. Tersusunnya panduan praktiklapang,
2. Peserta siap memfasilitasi proses STBM dimasyarakat.
WAKTU:
Maksimum 90 menit
METODE:
Simulasi
Penugasan dan pendampingan.
MATERI:
Komposisi tim dalam memfasilitasi STBM di komunitas
Panduan Fasilitasi STBM di Komunitas
ALAT BANTU:
Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial:
Kertas potong (metaplan), Kertas plano, Spidol besar dan kecil, Flagband,
Ember berisi air bersih, Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas),
Video camera.
PROSES:
1. Jelaskanlah bahwa peserta akan melaksanakan praktik kerja lapang. Oleh karena itu setiap
kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu). Berikanlah
gambaran tentang komposisi tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi
STBM di komunitas, sebagaiberikut:
o Leadfacilitator : fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi,
biasanya 1orang,
o Co – facilitator : membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai
dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan
situasi,
o Contentrecorder : perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk
kepentingan dokumentasi/pelaporanprogram,
o Process facilitator: penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses
178
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator
(dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang
perlu dikoreksi,
oEnvironment Setter : penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya
dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak
menggangguproses(sekaligusjugabisamengajakmerekaterlibat
dalam kampanye STBM, misalnya dengan: menyanyi bersama,
meneriakkanslogan,dsb.),mengajakberdiskusiterpisahpartisipan
yang mendominasi atau mengganggu proses,dsb.
2. Panitia menjelaskan lokasi praktik lapang dan gambaran awal jika tersedia, rencana
keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan,dll.),
3. Berikanlah penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingilah
sesuai dengan keperluan. Berpakaian yang bersahaja guna menghidari kesan upper-lower,
bia perlu berpakaian seperti yang dikenakan oleh masyarakat yang akandikunjungi.
4. Bila masih ada cukup waktu, lakukan bermain peran fasilitasi STBM di masyarakat. Minta
salah satu kelompok untuk menjadi tim fasilitator dan peserta lainnya sebagai masyarakat
(10 – 15orang).
CATATAN PENTING
»Dalamfasilitasisebenarnya,urutantidaklahdibakukan,namunpemetaansosialsemestinya
dilakukanpertama,
» Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya harus
segera dipindahkan ke kertas plano,
» Lokasi pemicuan dengan alat-alat seperti alur kontaminasi, menghitung tinja, dll.
tidaklah harus di ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa
mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa,dll.
TUJUAN:
1. Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan berkomitmen untuk
memecahkannya secara swadaya,
2. Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di
komunitasnya,
3. Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatanmasyarakat.
WAKTU:
4 jam di masyarakat
179
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
METODE:
Praktik Lapang:
1. Pemetaan
2. Transectwalk
3. Fokus group discussion untuk melakukan pemicuan dan rencana tindak lanjut untuk
mendukung individu yang telahterpicu.
4. Alur kontaminasi
Pemantauan:
Observasi dan asistensi terhadap praktik fasilitasi yang dilakukan peserta.
MATERI:
- Buku catatan - Spidol
- Alat dokumentasisepertikamera - Kertas flipchart
ALAT BANTU:
- Talirafia/plastik
- Bubuk/tepung berwarna : 3-4warna
PROSES:
Karena kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukan
simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi pelatih yang
melakukanobservasidanasistensiadalahmenjaminagarprosesdanhasilfasilitasiyangdilakukan
peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para
peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil sesuai yang diharapkan
namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga (apalagi akan terus memfasilitasi
komunitastersebut).Bilamemungkinkan,setiapkelompoksebaiknyadidampingioleh1-2fasilitator
yang hanya berkonsentrasi untuk kelompoktersebut.
CATATAN PENTING
» Ingatkanlah, bahwa perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per
desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam
09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi hingga saat ini) dan
rencanakedepankepadaseluruhpesertapelatihanditempatpenyelenggaraanpelatihan,
sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun/desa
sekitar jam 14.00 dari tempatpelatihan.
» Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas (plano) sebagai
bahan presentasi masyarakat.
» Hal ini bisa disesuaikan dengan rencana pelatihan yang akan dilaksanakan.
180
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
e. Panduan Kompilasi Temuan DanPelaporan
TUJUAN:
1. Tersusunnya item-item pembelajaran dari praktik lapang setiapkelompok,
2. Tersusunnya laporan proses dan hasil praktik lapang setiapkelompok.
WAKTU:
Maksimum 60 menit
METODE:
Diskusi kelompok
MATERI:
Hasil praktik lapang.
ALAT BANTU:
Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta
PROSES:
1. Jelaskanlah, bahwa esok hari sebelum bertemu dengan masyarakat akan dilakukan
refleksi temuan praktik lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang
menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktik lapang
tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya.
Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan tentang analisis yang
bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud, misalnya: analisa SWOT (kekuatan,
kelemahan, peluang danancaman).
2. Persilahkanlah masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya.
Fasilitaor pendamping di lapang setiap kelompok, tetaplah mendampingi agar tugas benar-
benar terselesaikan dengan baik.
CATATAN PENTING
» Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang
mendampingi dalam praktik lapang.
TUJUAN:
1. Ditemukannya item-item pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam proses memfasilitasi
STBM selanjutnya,
2. Ditemukannyaitem-itempembelajaranyangspesifiklokalyangperludikembangkandalam
rangka optimalisasi STBM.
181
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
WAKTU:
Maksimum 60 menit
METODE:
Presentasi kelompok
Diskusi pleno
MATERI:
Laporan praktik lapang masing-masing kelompok
ALAT BANTU:
Sesuai keperluan presentasi
PROSES:
1. Jelaskanlah tujuan dari session ini dan tegaskanlah bahwa waktu yang tersedia untuk setiap
kelompokhanyasekitar15menit(5menitpresentasidan10menituntukdiskusipenajaman)
2. Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan tanya jawab
pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh (total 25 menit), lanjutkan
sampai seluruh kelompok mempresentasikanlaporannya.
3. Diskusikanlah secara pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh, khususnya
tentang ‘apa yang seharusnya dilakukan’, ‘apa yang seharusnya dihindari’ serta ‘apa yang
spesifik bisa dikembangkan di daerahsetempat’.
g. Pleno DenganMasyarakat
PENGANTAR
Dalam rangka memastikan rencana individu/ rumah tangga terkonsolidasi di tingkat RT dan
Kelurahan/ Desa, serta Kelurahan/Desa memiliki rencana yang jelas tentang target STBM dalam
perubahan perilaku yang lebih luas, maka dipandang perlu melakukan pleno masyarakat.
PlenomenjadiajangkompetisidanpemicuanulangantarRT,sehinggaakanmelahirkankomitmen
kongkrit dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan/desa secara
bersama-sama (collectiveaction).
182
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
METODE : • Presentasi masyarakat
• Sharingpengalaman
• Diskusipleno
• Feedbackprogresif.
TUJUAN
PESERTA
Peserta pleno dari setiap RT yang dipicu sebanyak 4 orang yang terdiri dari unsure:
1. NaturalLeader(Kampium) 3orang
2. Ketua RT atautokohformal 1orang
Peserta adalah mereka-mereka yang kita sebut tamu istimewa, karena mereka adalah pilihan
dan leader alami yang diharapkan akan menjadi pemicu lanjutan. Peserta dari Natural Leader
atau kampium umumnya mereka yang terpicu lebih awal atau memiliki semangat belajar dan
kerelawanan yang kuat. Nama-nya sangat tergantung siapa yang terpicu lebih awal dan muncul
tanda-tanda sebagai relawan untuk menjadi leaderalami.
Sedangkan peserta dari unsure RT atau tokoh formal, secara otomatis harus diinformasikan oleh
Peserta Latih. Peserta dari setiap RT diundang secara lisan oleh Tim Pemicu.
Peserta lainnya adalah perwakilan Dinas Kesehatan Kota Depok dan Unsur Puskemas yang
diundang oleh Panitia.
PEMANDU/FASILITATOR
Pleno dipandu atau difasilitasi oleh peserta latih yang dipilih pada saat pelatihan di kelas (sebelum
ke lapangan) dan disebut Tim Pemandu. Fasilitator adalah dalam bentuk tim yang terdiri dari:
183
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Proses:
No Langkah Output
PERSIAPAN
2. Tim Pemandu berbagi tugas dan memastikan bahwa rencana Tugas dihapami
pleno benar-benar siap. dengan baik.
PELAKSANAAN PLENO
1. RombonganpesertadariperwakilanRTdimintamasukkedalam
ruangan secara beriringan olehMC.
184
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
No Langkah Output
8. Pemandu Utama meminta komunitas yang mau berubah lebih Reward untuk
cepat, maju kedepan kelas untuk diberi applaus dan selamat kampiun
serta foto bersama sebagai reward. Tanyakan “siapa lagi yang
mau menyusul?”.
185
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Lampiran: Matriks Aspek Benchmark antar RT (Harus Divisualisasikan ketika pleno)
RW – 2 RW – 6
(Kelurahan Pasir Putih) (Kel. Pasir Putih)
Aspek Kategori
RT – 2 RT – 4 RT – 5 RT – 2 RT – 4
186
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
TEKNIK MELATIH
MI.5
ModulMI.5
TEKNIK MELATIH
187
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI.5 -TEKNIK MELATIH ........................................................................................... 187
I. DESKRIPSISINGKAT .............................................................................................. 189
II. TUJUANPEMBELAJARAN ...................................................................................... 189
A. TujuanPembelajaran Umum ................................................................................. 189
B. TujuanPembelajaran Khusus ................................................................................ 189
III. Pokok Bahasan dan SubPokok Bahasan ................................................................ 190
A. Pokok Bahasan 1: Model pendekatan pembelajaran orangdewasa(POD) ........... 190
B. Pokok Bahasan 2: Satuan AcaraPembelajaran (SAP) .......................................... 190
C. Pokok Bahasan 3: Penciptaan iklim pembelajaranyang kondusif ......................... 190
D. Pokok Bahasan 4: Teknik presentasi interaktif dalamprosespembelajaran ........... 190
E. Pokok Bahasan 5:Metode pembelajaran .............................................................. 190
F. Pokok Bahasan 6: Media dan alatbantupembelajaran .......................................... 191
G. Pokok Bahasan 7: Evaluasihasilpembelajaran ..................................................... 191
IV. BAHANBELAJAR..................................................................................................... 191
V. METODEPEMBELAJARAN ..................................................................................... 191
VI. LANGKAH-LANGKAHKEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 191
VII. URAIANMATERI............................................................................................................194
A. POKOK BAHASAN 1 : MODEL PENDEKATANPEMBELAJARAN
ORANGDEWASA(POD) ....................................................................................... 194
B. POKOK BAHASAN 2 : SATUAN ACARAPEMBELAJARAN (SAP) ....................... 205
C. POKOK BAHASAN 3 : PENCIPTAAN IKLIM PEMBELAJARANYANG
KONDUSIF ........................................................................................................... 208
D. POKOK BAHASAN 4: TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIFDALAM
PROSESPEMBELAJARAN .................................................................................. 213
E. POKOK BAHASAN 5:METODE PEMBELAJARAN .............................................. 217
F. POKOK BAHASAN 6: MEDIA DAN ALATBANTU PEMBELAJARAN ................... 225
D. POKOK BAHASAN 7: EVALUASIHASILPEMBELAJARAN ................................. 232
VIII RANGKUMAN.......................................................................................................... 235
IX. REFERENSI ............................................................................................................ 236
X. LAMPIRAN............................................................................................................... 236
188
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MI-5
TEKNIK MELATIH
I. DESKRIPSISINGKAT
Modul ini bertujuan membekali fasilitator dengan beberapa keterampilan dasar mengajar dan
prosespembelajaran.Bagiparacalonfasilitatormodulinitentunyaakanmemberikanpengalaman
mengajar yang nyata dan memberikan latihan dengan sejumlah keterampilan dasar mengajar
secara terpisah, serta dapat mengembangkan dengan baik keterampilan dasar mengajarnya
sebelum mereka melaksanakan tugasnya sebagai tenaga fasilitator pada pelatihanselanjutnya.
Didalam praktik melatih (micro teaching) ini diperlukan beberapa pemahaman tentang materi
model pendekatan pembelajaran orang dewasa (POD), pembuatan satuan acara pembelajaran
(SAP), iklim pembelajaran yang kondusif dalam sebuah proses pembelajaran, pemahaman
tentang metode dan media alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan evaluasi hasil pembelajaran serta teknik presentasi interaktif itu sendiri sebagai bahan dalam
melakukan teknik melatih.
Diharapkan dengan mempelajari modul ini dengan seksama akan dapat menghantarkan para
pembacanya untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang lebih baik lagi dalam
melakukan kegiatan pelatihan dan memberikan tambahan wawasan yang lebih luas bagi para
fasilitator.
189
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOKBAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut :
190
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
G. POKOK BAHASAN 7: EVALUASI HASILPEMBELAJARAN
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prinsip evaluasi hasilpembelajaran
d. Jenis-jenis, tujuan dan proses evaluasi hasilpembelajaran
e. Bentuk, kaidah dan instrument serta pengukuran evaluasi hasilpembelajaran
f. Nilai hasilpembelajaran
IV. BAHANBELAJAR
Flipchart (lembar balik), meta plan, kain tempel lembar diskusi/simulasi, spidol papan tulis,
alat-alat pemicuan, lembar diskusi, lembar latihan, pedoman praktik melatih (micro teaching)
V. METODEPEMBELAJARAN
Curah pendapat, Ceramah Tanya Jawab, Diskusi kelompok, Latihan dan praktik melatih
(micro teaching).
191
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Langkah 2 : Review pokok bahasan (210 menit)
1. KegiatanFasilitator
a. MenyampaikanPokokBahasandansubpokokbahasandarimateriawalsampai
dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yangsingkat
b. Memberikankesempatankepadapesertauntukmenanyakanhal-halyangmasih
belumjelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan olehpeserta
2. KegiatanPeserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggappenting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukanfasilitator.
192
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Memberikan masukan-masukan dari hasildiskusi.
d. Memberikanklarifikasidaripertanyaan-pertanyaanyangbelumdimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasildiskusi
2. KegiatanPeserta
a. Mengikuti proses penyajiankelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin olehfasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing
pokok bahasan yang telah dipresentasikan denganbaik.
193
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
2. KegiatanPeserta
a. Mempersiapkan bahan SAP dan paparan untukpresentasi.
b. Mempersiapkan segala sesuatu yang terkait denganpaparannya.
c. Mempresentasikan bahan paparannya dengan bekal teknik melatih yang sudah
didapatsebelumnya.
VII. URAIANMATERI
A. POKOK BAHASAN 1 : MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN ORANG
DEWASA(POD)
Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang
dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa
sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik
biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami
bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep
diribergerakdariketergantungansepertiyangterjadipadamasakanak-kanakmenujuke arah
kemandirian atau pengarahan dirisendiri.
Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri
sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan
dipandangdandiperlakukanoranglainsebagaipribadiyangmengarahkandirinyasendiri,
bukandiarahkan,dipaksadandimanipulasiolehoranglain.Denganbegituapabilaorang
dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri
maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa
bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan
pendidikananaksekolah.Perludipahamiapapendoronghagiorangdewasabelajar,apa
hambatan yang dialaminya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling
baik dan sebagainya (Lunandi,1987).
194
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan
cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial
bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha
pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki
pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman
orang dewasa sebagaisiswa.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah
dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan
masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang
dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan
memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan
atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi
pencapaiancita-citapendidikanseumurhidupdapatdiperolehdengandukungankonsep
teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah adanya pandangan yang
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan.
Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi
penduduk,perubahansistemekonomi,dansejenisnyabegitucepatterjadi.Dalamkondisi
sepertiini,makapengetahuanyangdiperolehseseorangketikaiaberumur21tahunakan
menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan
sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan
modern(Arif,1994).Olehkarenaitu,bagaimanacaranyauntukmengkajiberbagaiaspek yang
mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa sebagai salah satu
altematif pemecahan masalah kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi
dirumuskan hanya sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi
dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long lifeeducation).
b. Pedagogi danAndragogi
Malcolm Knowles (1970) menguraikan perbedaan antara anak-anak (pedagogi) dan
orang dewasa (andragogi) sebagai kerangka model pendekatan pendidikan, perbedaan
antara kedua pendekatan ini bukan hanya sebatas objek pesertanya tetapi juga dalam
hal seni bagaimana mendidik. Pedagogi yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak, dimana sepenuhnya peserta didik
menjadiobjekyangdalamhalinigurumenggurui,gurumemilihapayangakandipelajari, guru
mengevaluasi dan muid tunduk pada pilihan guru. Sedangkan andragogi yang juga
berasal dari bahas Yunani yang berarti ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa
belajar, diman fungsi guru hanya sebagai fasilitator dan bukanmenggurui.
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan
melekatpadaingatannya),bilamanapembimbing(fasilitator,pengajar,penatar,instruktur,
195
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
dan sejenisnya) tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara,
namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-
alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik
harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang,
kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka.
Orang dewasa pada hakekatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang
mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini,
diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran
tersebut. Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka
merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan
memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga
dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar
lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh
sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing
melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepadamereka.
Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka
terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat perasaan, pikiran, gagasan, teori,
sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan)
hargadirimereka,hanyaakanmematikangairahbelajarorangdewasa.Namundemikian,
pembelajaranorangdewasaperlupulamendapatkankepercayaandaripembimbingnya, dan
pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa
kepercayaan diri tersebut maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernhterwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian
yangberbeda.Denganterciptanyasuasanayangbaik,merekaakandapatmengemukakan isi
hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda
pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi
belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah
tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan,dll).
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan
unik.Faktortingkatkecerdasan,kepercayaandiri,danperasaanyangterkendaliharus
196
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
diakuisebagaihakpribadiyangkhassehinggakeputusanyangdiambiltidakharusselalu sama
dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama
dalampribadi,sebabakansangatmembosankankalausajasuasanayangseakanhanya
mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaantersebut.
Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman
masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap
keputusan yangdiambil.
Bagiorangdewasa,terciptanyasuasanabelajaryangkondusifmerupakansuatufasilitas yang
mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku
dengansikapbarudanmaumencobapengetahuanbaruyangmerekaperoleh.Walaupun
sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan
kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar. Pada akhimya, orang
dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada
kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian,
diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok yang dirasakannya
berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dan
orang lain yang persepsinya bisa saja memilikiperbedaan.
2. Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar. Adalah
sangatpentingmenciptakaniklimkerjasamayangmenghargaiantarafasilitatordan
siswa. Suatu iklim belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan
lingkunganfisikyangmemberikankenyamanandaninteraksiyangmudah,misalnya
mengatur kursi atau meja secara melingkar, bukan berbaris-baris ke belakang.
Fasilitator lebih bersifat membantu bukanmenghakimi.
197
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
5. Mengembangkan model umum, ini merupakan aspek seni dan perencanaan
program,dimanaharusdisusunsecaraharmoniskegiatanbelajardenganmembuat
kelompok-kelompok belajar baik kelompok besar maupun kelompokkecil.
Aplikasi yang diuraikan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip atau rambu-
rambu sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu,
keberhasilannya akan lebih banyak bergantung pada setiap pelaksanaan dan tentunya
juga tergantung kondisi yang dihadapi. Tapi, implikasi pengembangan teknologi atau
pendekatan andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan kurikulum atau cara
mengajar terhadap pembelajar. Namun, karena keterikatan pada sistem lembaga yang
biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau kurikulum akan banyak lebih
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan andragogi ini.
c. Prinsip-prinsip POD
Pendidikan orang dewasa dapat. diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang
digunakandalamprosespendidikantersebut,baikformalmaupunnonformal,baikdalam
rangkakelanjutanpendidikandisekolahmaupunsebagaipenggantipendidikandisekolah, di
tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang
dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam
upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan
pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan
sosialbudaya,ekonomi,danteknologisecarabebas,seimbangdanberkesinambungan.
Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin
dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan, pertama untuk mewujudkan
pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan
keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang
bersangkutan. Begitu pula pula, bahwa pendidikan orang dewasa mencakup segala
aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa baik pria maupun wanita,
sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.
198
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses
perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi peruhahan kepercayaan diri
secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan
perilakuterjadikarenaadanyaperubahan(penambahan)pengetahuanatauketerampilan
serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan orang
dewasatidakcukuphanyadenganmemberitambahanpengetahuan,tetapiharusdibekali
juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja
tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif
berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan
berkesinambungan.
Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses pendidikan
yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini
sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan
kesejahteraandirisendiri,maupunkesejahteraanbagioranglain,disebabkanproduktivitas
yang lebih meningkat. Bagi orang dewasa pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar,
sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih kearah usaha pemenuhan
kebutuhan lain yang lebih diperlukannya sebagai penyempurnaanhidupnya.
Setiap individu wajib terpenuhi kebutuhannya yang paling dasar (sandang dan pangan),
sebelum ia mampu merasakan kebutuhan yang lebih tinggi sebagai penyempurnaan
kebutuhan dasar tadi, yakni kebutuhan keamanan, penghargaan, harga diri, dan
aktualisasi dirinya. Bilamana kebutuhan paling dasar yakni kebutuhan fisik berupa
sandang,pangan,danpapanbelumterpenuhi,makasetiapindividubelummembutuhkan atau
merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar itu
terpenuhi,makasetiapindividuperlumerasaamanjauhdarirasatakut,kecemasan,dan
kekhawatiran akan keselamatan dirinya, sebab ketidakamanan hanya akan melahirkan
kecemasan yang berkepanjangan. Kemudian kalau rasa aman telah terpenuhi, maka
setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap
individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan
mempunyai hargadiri.
Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan dirinya
membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya.
Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta
kegiatan pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan
kondisibelajaryangharusdisediakan,isimateriapayangharusdiberikan,strategi,teknik serta
metode apa yang cocokdigunakan.
Menurut Lunandi(1987) yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa
yang dipelajari pembelajar, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang
dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari pertemuan pendidikan/pelatihan,
bukan apa yang dilakukan pengajar, fasilitator atau penceramah dalam pertemuannya.
199
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
d. Ruang lingkup Pendekatan & tujuanPOD
Pertumbuhan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja (adolescence) sampai
dewasa, di mana setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah
menggerakkan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain memandang
dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan begitu orang
dewasa tidak menginginkan orang memandangnya apalagi memperlakukan dirinya
seperti anak-anak. Dia mengharapkan pengakuan orang lain akan otonomi dirinya,
dan dijamin ketentramannya untuk menjaga identitas dirinya dengan penolakan dan
ketidaksenangan akan usaha orang lain untuk menekan, memaksa, dan memanipulasi
tingkah laku yang ditujukan terhadap dirinya. Tidak seperti anak-anak yang beberapa
tingkatan masih menjadi objek pengawasan, pengendalian orang lain yaitu pengawasan
dan pengendalian orang dewasa yang berada di sekelilingdirinya.
Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi obyek
sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya
dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan
belajar alau pendidikan orang dewasa tentunya lehih mengarah kepada pencapaian
pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri menurut Rogers
dalamKnowles(1979),kegiatanbelajarbertujuanmenghantarkanindividuuntukmenjadi
pribadi atau menemukan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan
processofbecomingaperson.Bukanprosespembentukanatauprocessofbeingshaped yaitu
proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau kalau
meminjam istilah Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk mencapai aktualiasi
diri(self-actualization).
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa dalam diri orang dewasa sebagai siswa yang
sudah tumbuh kematangan konsep dirinya timbul kebutuhan psikologi yang mendalam
yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh yang
mengarahkan dirinya sendiri. Namun tidak hanya orang dewasa tetapi juga pemuda
atauremajajugamemilikikebutuhansemacamitu.SesuaiteoriPeaget(1959)mengenai
perkembangan psikologi dari kurang lebih 12 tahun ke atas individu sudah dapat berfikir
dalam bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah mencapai perkembangan pikir
formal operation. Dalam tingkatan perkembangan ini individu sudah dapat memecahkan
segala persoalan secara logik, berfikir secara ilmiah, dapat memecahkan masalah-
masalah verbal yang kompleks atau secara singkat sudah tercapai kematangan struktur
kognitifnya. Dalam periode ini individu mulai mengembangkan pengertian akan diri (self)
atau identitas (identity) yang dapat dikonsepsikan terpisah dari dunia luar di sekitarnya.
Berbeda dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence) tidak hanya dapat mengerti
keadaan benda-benda di dekatnya tetapi juga kemungkinan keadaan benda-benda itu
di duga. Dalam masalah nilai-nilai remaja mulai mempertanyakan dan membanding-
bandingkannilai-nilaiyangdiharapkanselaludibandingkandengannilaiyangaktual.
200
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Secara singkat dapat dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan dimana proses
semacam itu terjadi, dan ini berjalan terus sampai mencapai kematangan.
Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa pemuda (tidak hanya orang dewasa) memiliki
kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan menyadari bahwa terdapat keadaan yang
bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan tingkah laku orang lain. Oleh karena itu,
dapat dikatakan sejak pertengahan masa remaja individu mengembangkan apa yang
dikatakan “pengertian diri” (sense of identity).
Asumsi ketiga, bahwa pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara
implisit atau eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan
orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masayarakat. Karena
itu, sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi
maupundisintegrasisosialditengahmasyarakat(KartiniKartono,1992).Sejalandengan itu,
kita berasumsi bahwa setiap individu menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar
kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih
ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan
sosialnya. Dengan perkataan lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan
tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah sebagai
pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain. Kesiapan belajar mereka
bukansemata-matakarenapaksaanakademik,tetapikarenakebutuhanhidupdanuntuk
melaksanakan tugas peran sosialnya. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa
seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalahhidupnya.
201
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
e. Strategi POD
Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education). Namun,
ada korelasi negatif antara perubahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa.
Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar
baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya
daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-
lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula.
Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh
denganmenantikanpengalamanmelintasihidupsaja.Kemajuanyangseimbangdengan
perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan. Menurut Vemer dan Davidson
dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis dapat menghambat
keikutsertaan orang dewasa dalam suatu programpendidikan:
1. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat
dilihatsecarajelasmulaibergerakmakinjauh.Padausiaduapuluhtahunseseorang
dapatmelihatjelassuatubendapadajarak10cmdarimatanya.Sekitarusiaempat puluh
tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23cm.
2. Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat
dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu
diperhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alatpendidikan.
3. Makinbertambahusia,makinbesarpulajumlahpeneranganyangdiperlukandalam
suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt
cahaya maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun
seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat denganjelas.
4. Makinbertambahusia,persepsikontraswarnacenderungkearahmerahdaripada
spektrum.Halinidisebabkanolehmenguningnyakorneaataulensamata,sehingga
cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya
warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang
kontras untuk alat-alatperaga.
5. Pendengaranataukemampuanmenerimasuaramengurangdenganbertambahnya
usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya
membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria
cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari
orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51 persen
dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurangpendengaran.
202
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
bagaimenyatudenganbicaraorang.Makinsukarpulamembedakanbunyikonsonan
seperti t, g, b, c, dand.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang dewasa dalam situasi belajar
mempunyai sikap tertentu, maka perlu diperhatikan hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Terciptanya proses belajar adalah suatu proses pengalaman yang ingin
diwujudkan oleh setiap individu orang dewasa. Proses pembelajaran orang
dewasa berkewajiban memotivasi/mendorong untuk mencari pengetahuan
yang lebihtinggi.
b. Setiap individu orang dewasa dapat belajar secara efektif bila setiap individu
mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang maknayang
baik itu berhubungan dengan keperluanpribadinya.
c. Kadangkala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif, hal ini
dikarenakan belajar hanya diorientasikan terhadap perubahan tingkah laku,
sedangperubahanperilakusajatidakcukup,kalauperubahanitutidakmampu
menghargai budaya bangsa yang luhur yang harus dipelihara, di samping
metode berpikir tradisional yang sukardiubah.
d. Proses pembelajaran orang dewasa merupakan hal yang unik dan khusus
sertabersifatindividual.Setiapindividuorangdewasamemilikikiatdanstrategi
sendiriuntukmempelajaridanmenemukanpemecahanmasalahyangdihadapi
dalam pembelajaran tersebut. Dengan adanya peluang untuk mengamati kiat
dan strategi individu lain dalam belajar, diharapkan hal itu dapat memperbaiki
dan menyempurnakan caranya sendiri dalam belajar, sebagai upaya koreksi
yang lebihefeklif.
e. Faktor pengalaman masa lampau sangat berpengaruh pada setiap tindakan
yang akan dilakukan, sehingga pengalaman yang baik perlu digali dan
ditumbuhkembangkan ke arah yang lebihbermanfaat.
f. Pengembangan intelektualitas seseorang melalui suatu proses pengalaman
secara bertahap dapat diperluas. Pemaksimalan hasil belajaran dapat dicapai
apabila setiap individu dapat memperluas jangkauan polaberpikirnya
Disatusisi,belajardapatdiartikansebagaisuatuprosesevolusi.Artinyapenerimaanilmu tidak
dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara bertahap melalui
suatu urutan proses tertentu. Dalam kegiatan pendidikan, umumnya pendidik
menentukan secara jauh mengenai materi pengetahuan dan keterampilan yang akan
dipresentasikan. Mereka mengatur isi (materi) ke dalam unit-unit, kemudian memilih alat
yangpalingefisienuntukmenyampaikanunit-unitdarimateritersebut,misalnyaceramah,
membaca, pekerjaan laboratorium, pemutaran film, mendengarkan kaset dan lain-lain.
Selanjutnya mengembangkan suatu rencana untuk menyampaikan unit-unit isi ini dalam
suatu bentukurutan.
203
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Dalam andragogi, pendidik atau fasilitator mempersiapkan secara jauh satu perangkat
proseduruntukmelibatkansiswa,untukselanjutnyadalamprosesnyamelibatkanelemen-
elemen sebagai berikut:
1. Rancangan proses untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi
pengalaman baru dengan memmedomani masa lampau yang pernah dialami,
misalnyadenganlatihanketerampilan,melaluitanyajawab,wawancara,konsultasi,
latihan kepekaan, dan lain-lain, sehingga mampu memberi wawasan baru pada
masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudahdiketahuinya.
3. Sejalandenganitu,orangdewasabelajarlebihefektifapabilaiadapatmendengarkan
dan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia dapat melihat pula, dan makin
efektif lagi kalau dapat jugamengerjakan.
204
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Fungsi bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi
bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara
demonstrasi,pesertasekaligusmendengar,melihatdanberbicara.Padasaatlatihan
praktis peserta dapat mendengar, berbicara, melihat dan mengerjakan sekaligus,
sehingga dapat diperkirakan akan menjadi palingefektif
b. Manfaat SAP
Manfaat penyusunan SAP dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh setiap fasilitator antara lain :
a) Menjadi instrumen pengendalian dan pembinaan terhadap fasilitator dalam
melaksanakan kegiatanpembelajaran.
b) Fasilitator dan peserta dapat mengetahui proses pembelajaran yang akan
berlangsung dan metode-metode untuk mencapai tujuan materitersebut.
c. TujuanSAP
Sebagai pedoman dan arah bagi fasilitator dalam melaksanakan proses kegiatan
pembelajaran.
205
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
d. Sistematika SAP
Komponen –komponen suatu SAP adalah sebagai berikut :
a) Matadiklat(materi) : diisi dengan pokok / sub pokok bahasan
b) Tujuanmateri : di ambil dari tujuan pembelajaran umum (TPU)
dan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
c) Sasaranlatihnya : sebutkan kriteria / siapa pesertanya.
d) Waktu : dalam menit atau jam pelajaran (JP).
e) Tempat : Kelas / Lab. / tempat lain (mis : bangsal RS).
f) Metodeygdigunakan : cara pembelajaran yang akan digunakan.
g) Alatbantu : alat / instrumen yang akan digunakan.
h) Slide / transparant : bahan yang akan dipaparkan/ ditayangkan.
i) Lembartugas : petunjuk penugasan.
j) Kegiatanpembelajaran : pembukan, pelaksanaan (inti)/penyajian, penutup.
k) DaftarRujukan : buku yang digunakan sebagai referensi/
kepustakaan
l) Evaluasi : nilai evaluasi.
e. Teknik PenyusunanSAP
Dalam melakukan penyusunan SAP beberapa komponen penting yang perlu dipahami
yaitu :
a) Tujuan pembelajaran ; umum maupunkhusus.
b) Metodepembelajaran
c) Alat bantupembelajaran.
d) Kegiatanpembelajaran.
e) Instrument evaluasi formatif (setelah materiselesai).
Adapun komponen-komponen yang lain seperti ; pokok bahasan / sub pokok bahasan,
waktu dan tempat bukan tidak penting akan tetapi cara penulisannya lebih bervariasi
tergantung tujuan dan kebutuhan peserta.
Rumusan TPU yang baik harus memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:
1. Merupakan kompetensi umum dari suatu kemampuan tertentu (TPU merupakan
gabungan dari beberapa kompetensikhusus).
2. Terdiri dari kata kerja operasional (= hasilnya dapat diukur dan diamati) yang diikuti
katabenda(objek=keterangandariperilakuyangakandicapai),sehinggarumusan TPU
menjadi rasional.
206
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tujuan pembelajaran khusus (TPK) :
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari TPU yang harus dicapai atau dikuasai oleh
peserta setelah menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran.
1. Rumusan TPK memerlukan kriteria, bahwa kompetensi yang harus dicapai harus
berorientasi pada peserta dan dapat diukur. Mengingat yang menjadi subjek aktif
proses diklat adalahpeserta.
2. RumusanTPKharusmengandungkomponenA,B,CdanDyangberarti(A=audience
[peserta] harus dapat mengerjakan atau berpenampilan seperti yang dinyatakan
dalam TPK, B=behaviour [perilaku] peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran,
C=condition [persyaratan] yang harus dipenuhi pada saat peserta menampilkan
perilaku setelah selesai kegiatan pembelajaran, D=degree [tingkat keberhasilan]
peserta setelah selesai kegiatanpembelajaran).
Contoh TPK :
Peserta latih (Audience) dapat melakukan pengobatan (Behaviour) pasien HIV AIDS
(Condition) sesuai dengan standar pengobatan yang ada (Degree).
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam suatu pelatihan sangat tergantung dari
tujuan kompetensi yang ingin dicapai. Walaupun hampir sama tujuannya, tetapi dengan
audience yang berbeda mungkin metode yang dipilih tidak persis sama.
Dalam setiap kegiatan pelatihan mungkin akan bervariasi metodenya, selain materi dan
peserta juga sangat tergantung pada waktu, alat yang tersedia, lokasi pembelajaran,
fasilitator dan sebagainya.
1. Alat bantu pembelajaran umum : seperti papan tulis (white board) beserta
kelengkapannya.
2. Alat bantu pembelajaran khusus : seperti alat peraga tertentu atau disebutteaching
/ training aids (Sebaiknya ditulis secara spesifik seperti contohnya : dildo, model
jantung, phantom., instrumen kesehatan seperti tensimeter, alat KB kondom dll)
merupakan alat yang mendukung peningkatan pemahaman, kemampuan dan
memperlancar kegiatan pembelajaran.
3. Pemilihan alat bantu pembelajaran, didasarkan atau sesuai tujuan dari metode
pembelajaran yang akandilaksanakan.
4. AlatbantupembelajaranyangakandigunakandalamprosespembelajaranHARUS
ditulis secara jelas dan rinci, agar tidak menimbulkan kesulitan pada saat kegiatan
berlangsung.
207
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
f. Kegiatan Pembelajaran
Penyusunan kegiatan pembelajaran harus berfokus kepada peserta yang diposisikan
sebagai subyek, diikuti dengan bentuk kegiatan yang harus dilakukannya (behaviour).
Setiap langkah kegiatan pembelajaran harus ditulis secara berurutan (sequencing) mulai
dari awal s/d akhir, juga disesuaikan dengan pokok dan sub pokok bahasan yang tertera
dalam GBPP.
Untuk itu seluruh sumber daya di kelas yang terlibat dalam proses pembelajaran
diupayakan agar senantiasa menimbulkan perasaan nyaman dan menyenangkan
pembelajar. Keberadaan pembelajar yang hadir dan diterima seutuhnya dalam proses
pembelajaran akan melibatkan seluruh unsur individu yang terdiri dari intelektualitas,
kondisi fisik, maupun mentalnya yang sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang
berbeda disekitarnya.
Keterampilanmengelolakelasmerupakanseniyangharusdikuasaiolehfasilitatorkarena hal
ini merupakan bagiab dari tugasnya dalam menciptakan iklimpembelajaran yang
kondusif. Untuk itu diperlukan kreatifitas dalam menciptakan proses pembelajaran yang
nyaman, aman dan jugamenyenangkan
Kegagalan mengelola kelas dengan baik biasanya akan memunculkan indikator yang
segeratampakyakniritmeprosespembelajaranmelemahkarenaketerlibatanpembelajar
berada pada titik yang terendah. Masalah ini dapat terjadi karena berbagai sebab antara
lain oleh : Manusia (pembelajar, pelatih/fasilitator atau panitia), sarana (misalnya : media
pembelajaran dan fasilitas fisik lainnya) dan organisasi (misalnya : perubahan jadwal,
pergantian fasilitatordsbnya).
208
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
dan P. Cassel menyatakan bahwa kegagalan mengelola kelas akan memunculkan
masalah kelas secara individual yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
b. Perkembangan kelompok
Pengelompokan orang dapat terjadi karena disengaja ataupun karena tanpa disengaja.
Pengelompokan orang yang disengaja biasanya menggunakan kriteria tertentu yang
sudah dirancang sebelumnya, tetapi pengelompokan yang tidak disengaja biasanya
berkaitan dengan adanya kesamaan tujuan tertentu yang dirasakan oleh anggotanya.
Dalam kegiatan diklat sering terjadi keduanya, kelompok formal biasanya dilakukan
pengelompokannya oleh fasilitator dengan menggunakan kriteria / variabel tertentu
209
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, sedangkan kelompok non formal biasanya
terjadi karena adanya kesamaan tertentu misalnya : merasa satu suku, merasa pernah
bersama-sama dalam satu diklat terdahulu,merasa ada kesamaan hobi dan kesamaan
lainnya.
Semua jenis kelompok hampir dipastikan mengalami tahapan ini dkarenakan adanya
sifat manusia yang ingin selalu berkembang melalui berbagai kesempatan. Dalam kaitan
ini tugas fasilitator adalah memfasilitasi terbentuknya kelompok menjadi tim efektif yang
berguna untuk turut berperan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
Kelompokyangdinamisselaluterjadisiklusperkembangandalamempattahapansebagai
berikut:
1) TahapForming
Padatahapinisetiapanggotakelompokberhubungansecaraformal,masing-masing
masih saling mengobservasi dan melempar ide / pendapat ke forum kelompok.Ide
/ pendapat terus bermunculan. Fasilitator / pelatih pada tahap ini berperan dalam
memberikan rangsangan agar pada tahapini seluruh anggota kelompok berperan
serta dan memunculkan ide /pendapat yang bervariasi.
2) TahapStorming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin ”memanas”
karena ide / pendapat yang dilemparkan mendapat tanggapan yang saling
mempertahankan ide / pendapatnya masing-masing. Fasilitator / pelatih pada saat
tahapaninimemberikanrangsanganpadaindividuyangkurangterlibatmenanggapi
atau mempertahankannya, dan hendaknya para fasilitator / pelatih secara samar
(tidak terbuka) berusaha mempertahankan keutuhankelompok.
3) TahapNorming
Tahapselanjutnyasuasanategangsudahmulairedakarenakelompoksudahsetuju
dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing
anggota kelompok mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide /pendapat
orang lain demi kepentingan kelompok./Tahapan inilah sebenarnya telah terbentuk
“norma”baruyangtelahdisepakatiolehkelompok.Fasilitator/pelatihpadatahapan ini
harus mampu membulatkan ide/ pendapat yang telah disepakati kelompok menjadi
ide / pendapatkelompok.
4) TahapPerforming
Pada tahapan ini kelompok telah menjadi “kompak”, diliputi suasana kerja sama
yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama untuk
menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.
210
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Perananfasilitator/pelatihpadatahapaniniadalahmemacukelompokagarmasing-
masing idividu berperan serta dalam setiap proses kerja kelompok dengan tetap
pada jalur norma yang telah disepakatibersama.
Untuk dapat memenuhi desain pembelajaran seperti tersebut diatas maka seorang
pelatih / fasilitator harus mampu menciptakan kondisi-kondisi tertentu dan situasi belajar
yang berpusat pada pembelajar.
Fasilitator harus dapat mengendalikan diri agar tidak terjebak pada situasi
belajar searah dalam arti pembelajar menjadi objek fasilitator / pelatih yang
sedang berorasi, dengan cara mengambil posisi pasif.
211
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Acquiring, memperoleh informasi yang terkait fakta yang relevan dengan
kepentiganpembelajarsertajikadiperlukandapatmemanipulasinyadengan
cara mengkombinasikannya dengan faktalainnya.
Searching, selalu mencari kebermaknaan agar dapat memahamisetiaptopik
bahasan dan menjadikannya berarti dalam kehidupannya (personal
meaning).
Trigger, menyulut memori sehingga materi, pengetahuan dan pengalaman
yang tersimpan dalam “long term memory” dapat digali kembali dan
berasosiasi dengan yang baruditerima.
Exhibiting, memaparkan apa yang telah diketahui kepada forum kelas untuk
berbagi pengalaman dengan sesamasejawat.
Reflecting, merefleksikan kembali tentang apa-apa yang telah didapatpada
proses pembelajaran terdahulu dan bagaimana mempelajarinya.
d. Jurnalpembelajaran
Jurnal pembelajaran merupakan sebuah refleksi berupa proses pembelajaran, dan
pengalaman belajar yang muncul setelah sehari berproses. Isi jurnal dapat berupa hal-
hal sebagai berikut :
1) Apa saja materi yang telah dipelajari sepanjanghari.
2) Bagaimana proses pembelajaran yang telahterjadi.
3) Bagaimanaperasaanyangmunculsetelahmendapatpengalamanpembelajaran
pada kurun waktusehari.
4) Apa manfaat yang telah dirasakan oleh pembelajar terhadap pembahasan
materi, proses pembelajaran dan pengalaman belajar yang telahdialami.
Pembuatanjurnalpembelajaranmerupakansalahsatuunsurpenunjangdalampenciptaan
iklimpembelajaranyangkondusif,karenamelaluijurnalpembelajaran,pembelajarsecara
individualdapatmengekspresikan/merefleksikanperasaandantanggapannyaterhadap
materi, proses dan pengalaman belajar yang telah didapat hari demihari.
Demikian juga bagi fasilitator jurnal pembelajaran berguna sebagai cermin umpan balik
tentangresponpembelajarbaiksecaraindividualmauunrata-ratakelasterhadapmateri,
proses dan pengalaman belajar yang telahdialami.
Manfaat jurnal pembelajaran bagi pembelajar yaitu :
1) Pembelajar tanpa sadar telah melakukan review tentang substansi materi yang
ia tangkap pada proses pembelajaran setiapharinya.
212
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
2) Beranimengungkapkanapayangdilihat,dirasakandandidapatkansecaratulus
demi kemajuanbersama.
3) Ikut bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran sesi-sesiberikutnya.
4) Dapat mengukur seberapa jauh dirinya telah mendapatkan manfaat dan
keterlibatan diri pada setiap pembahasan materipembelajaran.
5) Denganmembandingkanjurnalyangdibuatnyasetiapharimakadapatdiketahui
tingkat perkembangan pembelajaran yangdialaminya.
Manfaat jurnal pembelajaran bagi fasilitator :
1) Mengukurseberapajauhmateribahasantelahdapatdiserapdenganbenaroleh
pembelajar secara reratakelas.
2) Mengetahui efektivitas metode, media dan alat bantu serta sumber daya
pembelajaran lainnya yang telahdipergunakan.
3) Mengetahui tingkat atensi pembelajar terhadap setiap materi yangdipelajari.
4) Mengetahui kualitas interaksi sesama pembelajar dan pembelajar dengan
fasilitator.
D. POKOKBAHASAN4:TEKNIKPRESENTASIINTERAKTIFDALAMPROSES
PEMBELAJARAN
a. Pengertian dan tujuan presentasiinteraktif
Presentasi interaktif terdiri dari 2 (dua) kata yaitu presentasi dan interaktif. Presentasi
yang berarti pemaparan atau penyajian, sedangkan interaktif mengandung arti saling
mempengaruhi secara timbal balik (mutually).
Jadi presentasi interaktif mempunyai makna suatu penyajian timbal balik / bergantian
antarapelatih/fasilitator(penyaji)denganpembelajaryangsalingmeresponpembelajaran
dalamsuatutopikbahasan.Dalamkaitaninipembelajardapatmeresponditengah-tengah
paparanpenyajidanpenyajidapatmengembangkanresponpembelajarsepanjangmasih
dalamkoridorpokokbahasandanhalinidapatdilakukanberulang-ulangsampaituntas.
Dengankatalainpenyajian(stimulus)yangdilakukanol
eh pelatih / fasilitator telahmemperolehrespon
~ KATA-KATA BIJAK ~
dari pembelajar dan
Pembelajar akan responpembelajarini(sebagai
belajardariapayang stimulus)mengundangrespon pelatih/fasilitator.
213
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Yang perlu diperhatikan oleh fasilitator / peatih dalam menggunakan pendekatan
presentasi interaktif adalah :
1) Waktu
2) Jangan keluar dari pokokbahasan
3) Tidakmendominasi
4) Menangkap dan membulatkanmasukan/tanggapan.
214
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Merangkum sesipembelajaran
Rangkuman digunakan untuk menguatkan isi penyajian dan menyediakan ruang bagi
pembelajar untuk meninjau ulang butir-butir inti penyajian. Pada umumnya rangkuman
dibuat pada setiap akhir presentasi. Apabila pokok bahasannya kompleks atau terputus
oleh waktu istirahat maka rangkuman perlu dibuat secara periodik per pokok bahasan
untuk meyakinkan bahwa pembelajar telah dapat menangkap materi yang disajikan
dengan benar.
2) Menggambarkankesatuanbutir-butirinti,rangkumanhendaknyadibuatsecara
kronologis berupa butir-butir inti sesuai dengan sekuenspembahasan.
1) Meminta pembelajarbertanya
2) Bertanya kepadapembelajar
3) Melaksanakan latihan atau testertulis
4) Tanya jawab silang antar kelompok pembelajar.
Agar kegiatan tanya jawab menjadi momentum produktif maka pelatih/fasilitator perlu
mempunyai kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut ;
215
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
pertanyaan menyelidik, pertanyaan ingatan, pertanyaan pengamatan,
pertanyaananalisis,pertanyaanperbandingan,pertanyaanproyektif.Apapun
jenispertanyaanyangakandipakaisebaiknyapergunakankatatanya:APA,
SIAPA, DIMANA, KAPAN, BAGAIMANA dan MENGAPA dengan panduan:
Untuk mengungkap fakta pergunakan :Apa, Siapa, Kapan dan Dimana,
Sedangkan untukmengungkap ide, pendapat atau gagasan yang
berhubungan dengan proses,kerangka pikir dan fakta lain pergunakan
:Mengapa dan Bagaimana.
3) Teknik bertanya; overhead question, targetquestion
4) Teknik menanggapipertanyaan
5) Teknik menghadapi situasisulit
216
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
g. Bukalah pikiran dengan mempertimbangkan perbedaan sudut pandang
walaupun tajamadanya.
h. Usahakan agar tidak dengan segera melakukan evaluasi tentang apa
yang sedang dikatakan,kecuali jika lawan bicara telah mengutarakan
kesimpulan akhir.
3) Menyadari apa yang sedang terjadi ketika proses pembelajaran sedang
berlangsung; contohnya : pembelajar terlihat resah, suasana kelas menjadi
hening, ekspresi wajah gerak tubuh dan suarafasilitator/pelatih
d. Menetapkannorma-normadanbatasminimalkeberhasilanataukriteriadanstandar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh fasilitator dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Dari setiap metode pembelajaran, memiliki satu „ranah pembelajaran‟ yang paling
menonjol meskipun juga mengandung ranah pembelajaran lainnya. Ranah pembelajaran
217
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
tersebut ada 3 (tga), yaitu: Ranah kognitif atau ranah perubahan pengetahuan(P);
Ranah afektif atau ranah perubahan sikap-perilaku (S);dan Ranah psikomotorik atau
ranah perubahan / peningkatan keterampilan(K).
Ranah Pembelajaran
Metode Pembelajaran
Diklat Pengetahuan (P) Sikap-nilai (S), Keterampilan(K),
kognitif afektif psikomotorik
1. Diskusi kelas
2. Curah pendapat
3. Diskusi kelompok
4. Ceramah
5. Penugasan
7. Drama / sandiwara
8. Simulasi
9. Studi kasus
14. Demonstrasi
b. Ragam metodepembelajaran
Berikut ini pemaparan berbagai jenis metode yang ada yaitu :
• CERAMAH
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang
bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan
sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, diskusi, pleno,
penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud di sini adalah ceramah
yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau
perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta.
218
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• DISKUSIKELAS
Metode ini bertujuan untuk tukar-menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman
di antara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu
argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya.Kesepakatan pikiran inilah yang
kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah),
curah pendapat, diskusi kelompok, permainan danlain-lain.
• CURAHPENDAPAT
Metodecurahpendapatadalahsuatubentukdiskusidalamrangkamenghimpungagasan,
pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan
diskusi, gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi,
atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat,
ide/ gagasan orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk
membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang
samaatauberbeda.Hasilnyakemudiandijadikanpetainformasi,petapengalaman,atau peta
gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaranbersama.
• BERMAIN PERAN(ROLEPLAY)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peran-
peranyangadadalamdunianyatakedalamsuatu„pertunjukanperan‟didalamkelas/
pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan
penilaian. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran
tersebut, untuk selanjutnya memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan
peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran.
• SIMULASI
Simulasi digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan mental/ fisik/ teknis peserta diklat. Metode ini memindahkan suatu
situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk
melakukan praktik didalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan
praktik penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam
simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya
(replikasikenyataan).Contohlainnya,dalamsebuahpelatihanfasilitasi,seorangpeserta
melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama
kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan
yangbenar-benarakanditemuidalamkeseharianpeserta(ibutani,bapaktani,pengurus
219
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
kelompok, dsb.). Dalamc ontoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain
peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri
saatmelakukan suatu kegiatan / tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
• SANDIWARA
Metode sandiwara seperti memindahkan „sepenggal cerita‟ yang menyerupai kisah
nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan
untuk mengembang kan diskusi dan analisis peristiwa (kasus). Tujuannya adalah
sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik)
sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, ranah
penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.
• DEMONSTRASI
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan
cara menceritakan sekaligus memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan
sesuatu. Demonstrasi merupakan praktik yang diperagakan kepada peserta. Karena
itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami
langkahdemilangkah;dandemonstrasihasiluntukmemperlihatkanataumemperagakan
hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktik oleh
peserta sendiri. Sebagai hasil,peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung
setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang
dikombinasikan dengan praktikadalah membuat perubahan pada ranah keterampilan.
• PRAKTIK LAPANGAN
Metodepraktiklapanganbertujuanuntukmelatihdanmeningkatkankemampuanpeserta
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini
dilakukan di „lapangan‟, yang dapat berarti di tempat kerja, maupun dimasyarakat.
Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung
dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam
mengembangkan kemampuan nya. Sifat metode praktik adalah pengembangan
keterampilan.
• PERMAINAN (GAMES)
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-
breaker)ataupenyegaran(energizer).Artiharfiahice-breakeradalah„pemecahes‟.Jadi,
artipemanasandalamprosesbelajaradalahpemecahsituasikebekuanpikiranataufisik
peserta.Permainanjugadimaksudkanuntukmembangunsuasanabelajaryangdinamis,
penuhsemangat,danantusiasme.Karakteristikpermainanadalahmenciptakansuasana
belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk
penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari
jenuhmenjadiriang(segar).Metodeinidiarahkanagartujuanbelajardapatdicapai
220
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
secaraefisiendanefektifdalamsuasanagembirameskipunmembahashal-halyangsulit atau
berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan
hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya
dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian Suasana Saat Permainan yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang
mendalam(prinsip,nilai,ataupelajaran-pelajaran).Wilayahperubahanyangdipengaruhi
adalah ranahsikap-nilai.
2) DiskusiKelas
Kelebihan :
a. Anggota kelompok berpartisipasiaktif
b. Mengembangkan tanggung jawabpeserta
c. Mengukur konsep & ide daripeserta
d. Mengembangkan percayadiri
e. Mendorong cara berpikir yangterbuka
f. Memperoleh banyak informasi
Kekurangan :
a. Memerlukan waktu yang relatiflama
b. Keterealisasian kurang (lebih banyak bertukarpendapat)
c. Memerlukan persiapan matang(bahan)
d. Tidak cocok jika ada yang terlalu dominan dan ada yang terlaluminor
221
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3) CurahPendapat
Kelebihan :
a. Merangsang partisipasiaktif
b. Menghasilkan reaksi rantaipendapat
c. Tidak menyitawaktu
d. Dapat dipakai dalam kelompok besar maupunkecil
e. Memerlukan pengalaman yangcukup
f. Tidak perlu figur pimpinan yang terlaludominan
Kekurangan :
a. Mudah terpancingemosi
b. Kesulitan dalam menyatukanpendapat
4) Bermain peran(roleplay)
Kelebihan :
a. Mendorong keterlibatan yang mendalam
b. Membangkitkan pengertian, prasangka, danpersepsi
c. Memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang dikehendaki
Kekurangan :
a. Keengganan untuk memerankansesuatu
b. Kurang realistis
c. Dianggap dialogbiasa
5) Simulasi
Kelebihan :
a. Menyenangkan pesertadidik
b. Eksperimen dilakukan tanpa memerlukan lingkungansebenarnya
c. Mengurangi hal-hal yangabstrak
d. Tidak memerlukan pengarahan yangrumit
e. Menimbulkan interaksi aktif antarpeserta
f. Menumbuhkan cara berpikirkritis
g. Memperbanyak kesiapan dan penguasaanketerampilan
h. Mampu menambah kepercayaan diri
Kekurangan :
a. Peserta harus siapmental
b. Lebih mementingkan proses pengertian dan kurang memperhatikan
pembentukansikap
c. Tidak memberikan kesempatan berpikirkreatif
d. Peran fasilitator dalam membangun suasana sangatpenting.
222
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
6) Sandiwara
Kelebihan :
a. Lebih mengena padasasaran
b. Dapat dikemas dengan menarik sehingga peserta tidakbosan
c. Menimbulkan pengertian, prasangka, persepsi, dan imajinasi yang
lengkap
Kekurangan :
a. Butuh waktu persiapan yangpanjang
b. Memerlukan biaya yang relatifbesar
c. Sulit menemukan ide cerita yang cocok dengan materi yang akan
disampaikan
d. Peserta kurang aktif karena sudah disetting dariawal
7) Demonstrasi
Kelebihan :
a. Lebih menimbulkanminat
b. Menjelaskan sesuatu yang sifatnya masihabstrak
c. Penyampaian materi lebih jelas dan terarah
Kekurangan :
a. Membutuhkan persiapan yangmatang
b. Memerlukan biaya yang relatifmahal
c. Hanya cocok diterapkan untuk kelompokkecil
d. Perlu persiapan yangpanjang.
8) Praktik Lapangan
Kelebihan :
a. Menyenangkan pesertadidik
b. Mengurangi hal-hal yangabstrak
c. Tidak memerlukan pengarahan yangrumit
d. Menimbulkan interaksi aktif antarpeserta
e. Menumbuhkan cara berpikirkritis
f. Memperbanyak kesiapan dan penguasaanketerampilan
g. Mampu menambah kepercayaan diri
Kekurangan :
a. Peserta harus siapmental
b. Lebih mementingkan proses pengertian dan kurang memperhatikan
pembentukansikap
c. Tidak memberikan kesempatan berpikirkreatif
d. Peran fasilitator dalam membangun suasana sangatpenting
223
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
9) Permainan (games)
Kelebihan :
a. Menarik dalampenyajiannya
b. Mendorong keterlibatan yang mendalam
c. Membangkitkan pengertian, prasangka, danpersepsi
d. Memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang dikehendaki
Kekurangan :
a. Menyita banyakwaktu
b. Materi kurang dapat disampaikan denganlugas
c. Keengganan untuk memerankansesuatu
d. Kurang realistis
e. Dianggap dialogbiasa
f. Cenderungmemperhatikanperanoranglain,sehinggakurangmenghayati
peransendiri.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1) Pengajar / fasilitator : (pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, kepribadian,
tanggung jawab danresponsif)
2) Peserta pelatihan : (tingkat intelektual, latar belakang pendidikan, umur,
pengalaman kerja, lingkungan sosial danbudaya)
3) Tujuan pembelajaran : (pengetahuan, sikap danketrampilan)
4) Bidangpelatihan
224
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
5) Waktu dan peralatan : (lama persiapan, jangka waktu pelatihan, kapan
pelaksanaannya, fasilitas saranaprasarana)
6) Prinsip-prinsip pembelajaran (tingkat motivasi, keterlibatan aktif peserta,
pendekatan perorangan, pengaturan urutan dan struktur, umpan balik dn
pengalihan)
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan peserta diklat sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada
diri peserta diklat.
Dari uraian tersebut maka jenis dari media pembelajaran bisa dikelompokkan menjadi:
a) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun,komik
b) Media Audio: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dansejenisnya
225
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c) Projected still media: slide; over head projector (OHP), LCD projector, dan
sejenisnya
d) Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan
sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual,
audio, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara
bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh: dewasa
ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat
meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Software adalah isi pesan yang disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah
peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam
material untuk dikirim kepada audience.
Contoh : OHP, proyektor film, video tape recorder, proyektor slide, proyektor filmstrip.
Setelahkitamengetahuibegitubanyaknyamediapembelajarandiklatmemangagaksulit
menentukan kelemahan masing masing media dan keuntungannya tetapi setidaknya
sedikit banyak kita dapat mengetahui hubungan antar media pembelajaran tersebut.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran,
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
226
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tabel : Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran
1 Gambar Diam S T S S R R
2 Gambar Hidup S T T T S S
3 Televisi S S T S R S
5 Rekaman Audio S R R S R S
6 Programmed Instruction S S S T R S
7 Demonstrasi R S R T S S
Keterangan :
R=Rendah 3 = Belajar prinsip, konsep danaturan
S = Sedang 4 = Prosedurbelajar
T=Tinggi 5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik
1 = BelajarInformasi faktual 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
2 = Belajar pengenalanvisual
227
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
tidak mempunyai kemampuan untuk menghadirkan kelima stimulus itu dengan program
komputer sedangkan pemrogram komputer tidak menguasai pembelajaran bahasa.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan
sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kriteria pertamanya adalah biaya.
Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media
itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan
dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga
penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan.
Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin
baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional.Thorn
mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995).
Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus
dirancang sesederhana mungkin sehingga peserta didik bahasa tidak perlu belajar
komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang
lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk
menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan
pembelajaranpesertadidikataubelum.Kriteriakeempatadalahintegrasimediadimana media
harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan bahasa yang harus dipelajari.
Untukmenarikminatpesertadidikprogramharusmempunyaitampilanyangartistikmaka
estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi
secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran
yang diinginkan oleh peserta didik. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan
sebuah program dia akan merasa telah belajarsesuatu.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh: bila tujuan
atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio
yangtepatuntukdigunakan.Jikatujuanataukompetensiyangdicapaibersifatmemahami isi
bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran
bersifatmotorik(gerakdanaktivitas),makamediafilmdanvideobisadigunakan.Di
228
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
1. Sebagai alat untuk merangsang indera yang dikehendaki oleh fasilitator sesuai
dengan tingkatan domain yang ingin dicapai dalam tujuanpembelajaran.
2. Mengurangi efek distorsi persepsi, pemahaman, dan komunikasi yang sedang
ditangkap oleh pesertalatih.
3. Menghasilkan daya lekat yang relatif lebih lama pada memori pesertalatih.
4. Meningkatkan minat / gairah pembelajar dalam mengikuti proses pembelajaran
terutama sesi dengan durasi yanglama.
Ketepatan dalam pemilihan dan penggunaan alat bantú pembelajaran ini akan
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien karena disamping dapat
merangsanginderapenglihatanjugainderayanglainpunikutdirangsangnyapuladanhal ini
akan berefek secarakumulatif.
a) Wilbur Schramm,
MenurutSchramm,mediadigolongkanmenjadimediarumit,mahal,danmediasederhana.
Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan,yaitu:
• liputan luas dan serentak seperti TV, radio, danfax
• iputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster, audiotape
• media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan
komputer damtelepon.
229
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
b) Gagne,
Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu :
1. benda untukdidemonstrasikan,
2. komunikasilisan,
3. media cetak,
4. gambardiam,
5. gambarbergerak,
6. film bersuara,dan
7. mesinbelajar.
Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya
memenuhi fungsi menurut hierarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus
belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal,
menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan
balik.
c) Allen,
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu :
1) visualdiam, 6) pelajaranterprogram,
2) film, 7)demonstrasi,
3) televisi, 8) buku teks cetak,dan
4) obyektigadimensi, 9) sajian lisan.
5) rekaman,
Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran
dantujuanpembelajaranyangakandicapai.Allenmelihatbahwa,mediatertentumemiliki
kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yanglain.
Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain :
1. infofaktual,
2. pengenalanvisual,
3. prinsip dankonsep,
4. prosedur,
5. keterampilan,dan
6. sikap.
Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan
belajar; ada tinggi, sedang, danrendah.
d) Gerlach danEly
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan
kelompok, yaitu :
1) bendasebenarnya,
2) presentasiverbal,
230
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3) presentasigrafis,
4) gambardiam,
5) gambarbergerak,
6) rekaman suara,
7) pengajaran terprogram,dan
8) simulasi.
e) Ibrahim.
MenurutIbrahim,mediadikelompokkanberdasarkanukuransertakomplekstidaknyaalat dan
perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu:
1) media tanpa proyeksi duadimensi;
2) media tanpa proyeksi tigadimensi;
3) mediaaudio;
4) mediaproyeksi;
5) televisi, video,komputer.
Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan
mempermudah para pengajar/fasilitator atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan
media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan
dan karakteristik peserta didik, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses
dan hasil pembelajaran
b) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak
mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu
obyek, yang disebabkan, karena:
231
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
(4) obyek yang bergerak terlalucepat;
(5) obyek yang terlalukompleks;
(6) obyek yang bunyinya terlaluhalus;
(7) obyek mengandung berbahaya dan resikotinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada peserta didik;
c) Mediapembelajaranmemungkinkanadanyainteraksilangsungantarapesertadidik
dengan lingkungannya;
d) Media menghasilkan keseragamanpengamatan;
e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret, dan realistis;
f) Media membangkitkan keinginan dan minatbaru;
g) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untukbelajar;
h) Media memberikan pengalaman yang integral / menyeluruh dari yang kongkret
sampai denganabstrak.
G. POKOK BAHASAN 7: EVALUASI HASILPEMBELAJARAN
a. Pengertian
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk memberikan
nilai dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasilbelajar
dengan menggunakan instrumen tes ataupun non tes./
b. Tujuan
Tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah :
1) Mengetahui tingkat kebehasilan pencapaian TPU danTPK
2) Umpan balik perbaikan prosespembelajaran.
3) Pedoman penentuan “passing grade” dan posisiperingkat.
4) Dasar untuk menyusun laporan kemajuanpembelajaran.
c. Prinsip evaluasi hasilpembelajaran
Prinsip-prinsip dalam evaluasi hasilpembelajaran :
1) Harus jelas kemampuan mana yangdinilai.
2) Penilaianmerupakanbagianintegraldariseluruhrangkaianprosespembelajaran
dalam sebuahdiklat.
3) Mengukur seluruh domain kognitif, afektif dan psikomotor sesuai dengan hasil
analisisTPK.
4) Alat pengukuran yang digunakan harus sesuai dengan apa yang harus diukur.
(mengukur apa yang harusdiukur)
5) Pengukuran harus diikuti dengan tindaklanjut.
232
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
d. Jenis-jenis, tujuan dan proses evaluasi hasilpembelajaran
Jenis-jenis :
1) Pre dan posttest
2) Formative test
3) Sumative test
Tujuan :
1) Pre dan post test : untuk mengetahui hasilpembelajaran secara rata-rata kelas dan
hasilnya dapat dianggap sebagai hasil penyelenggaraanpelatihan.
2) Formatvetest:untukmengetahuitingkatperkembangandandayaserapyangdapat
dilihat melalui butir-butir soal yang dapat dijawab denganbenar.
3) Sumativetest:untukmenentukankelulusanbagisetiapindividupesertadiklatyang ber
STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan danPelatihan).
Proses :
1) Pre dan post test : menghitung prosentase rata-rata kenaikan nilai yang didapat
melalui tes sebelum dan sesudah pembelajaran, bila perlu lakukan t-test, dengan
anggapan selisih kenaikan nilai yang didapat adalah sebagai hasil pembelajaran
pada diklat yang diselenggarakan. Perakitan soal disusun secara komprehensif
yang mewakili materi-materi yang telah dipelajari (dangkal tetapiluas).
3) Sumativetest:dilakukanpadaakhirsebuahdiklat,denganperakitansoalmemenuhi
seluruhTPU/TPKpadameteridasar15,materiinti70%danmateripenunjang15% yang
disusun dengan tingkat kesulitan bervariasi dari yang mudah 20%, sedang
50%dansulit30%.PenentuanbataskelulusanmenggunakanPAP/CRT(Criterion
Referenced Test) menetapkan batas kelulusan. Butir-butir soal harus mempunyai
daya saring / daya pembeda dan jika lulus melewati saringan ujian ini berarti yang
bersangkutan memang memenuhi kualifikasi seperti yang diharapkan oleh tujuan
pelatihan dan berhak mendapatkanSTTPL.
233
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
e. Bentuk, kaidah dan instrument serta pengukuran evaluasihasil
pembelajaran
• Prosedur penyusunan instrumen penilaian pembelajaran:
Syarat Penilaian :
1) Validitas (menilai apa yang seharusnya dinilai)
2) Reliabilitas (kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun penilaian itu digunakan
kan mendapatkan hasil yang relatifsama)
3) Pengukuran evaluasi hasilpembelajaran
a. Pengukuran domainkognitif
Mengukur “apa yang diketahui”, bukan apa yang dirasakan / dikerjakan
Jenjang domain kognitif terdiri dari :
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Penerapan
4) Analisa
5) Sintesis
6) Penilaian
Metode pengukuran dengan tes lisan dan tertulis, dengan alat ukur :
soal, kuesioner, checklist, angket dan lembar panduan.
b. Pengukuran domainafektif
Mengukur “apa yang dirasakan”, bukan apa yang diketahui.
Jenjang domain afektif terdiri dari :
1) Receiving
2) Responding
3) Valuing
4) Organization
5) Character
234
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Metode pengukuran dengan observasi langsung/partisipatif,wawancara dan angket
dengan alat ukur : check list, lembar lisan, lembar panduan dan studi kasus.
f. Nilai hasilpembelajaran
Nilai hasil pembelajaran ditentukan berdasarkan :
1) Tingkat kesukaran (DifficultyIndex)
Untuk mengetahui derajat kesukaran pada setiap butir soal
2) Tingkat dayapembeda
Untuk mengetahui tingkat daya beda pada setiap butir soal sehingga dapat
membedakan yang pandai dan kurang pandai.
VIII. RANGKUMAN
Pengajaran mikro (microteaching) bertujuan membekali fasilitator beberapa keterampilan dasar
mengajar dan pembelajaran. Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu
mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa.Oleh sebab itu,
kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi
kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau real-isasi
pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik
atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Disamping itu juga perlu diperhatikan penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif dalam
menghantar setiap sesi pembeljaran sehingga fasilitator dan peserta dapat berinteraksi dengan
baikdantujuanpembelajarandapattercapai,yangdisertaidenganpenggunaanteknikpresentasi
yanginteraktfdalamprosespembelajaranmulaidarimembuka,menghantarkandanmenutupsesi
pembelajaran.
Adapun pembuatan SAP merupakan pedoman / panduan yang memberi arah kepada fasilitator
dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan
menggunakanmetodedanalatbantuyangsesuaigunamencapaitujuanpembelajaranyangtelah
ditentukan.
235
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Media dan alat bantu pembelajaran juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, dan semua itu dapat
dipraktikan pada saat melakukan teknik melatih sehingga terlihat keterkaitan satu dengan yang
lainnya, termasuk juga didalamnya membuat evaluasi proses pembelajaran terhadap peserta.
IX. REFERENSI
1. Abbat, F.R, Teaching for better learning, A guide for teachers of primary helath care staff, 2nd
edition, WHO, Geneva,1992
2. BukuSisipanSTBM:KurikulumdanModulPelatihanFasilitatorPemberdayaanMasyarakatdi
Bidang Kesehatan,2013
3. BukuPanduan,PengembangandanPenggunaanModulPelatihanWirausahaSanitasi,WSP-
EAP Indonesia,2012.
4. Modul pelatihan Training of trainer’s (TOT), Pusdiklat aparatur Badan PPSDM Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI,2011
X. LAMPIRAN
a. Lembar penilaian praktik mengajar di kelas (Micro Teaching) Pelatihan untuk Pelatih
Wirausaha STBM
236
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
LEMBAR PENILAIAN
Praktik MENGAJAR DI KELAS (MICRO TEACHING)
PELATIHAN UNTUK PELATIH FASILITATOR STBM
NamaPeserta Praktik :
Materi Pembelajaran :
Pokok Bahasan :
Sub Pokok Bahasan :
Waktu :
PETUNJUK PENILAIAN
1. Obyek penilaian adalah aktifitas /kegiatan praktik melatih di kelas, untuk itu amatilah secara
seksama seluruh komponen kegiatan berjumlah....butir seperti yang tercantum pada halaman
2(dua).Sedangkanuntukmemberikannilaipadasetiapbutirobyekpenilaiandapatdigunakan
panduan pada halaman 4, 5 dan6.
2. Berilah nilai pada kolom hasil pengamatan denganketentuan:
[ √ ] Jika komponen kegiatan yang dilakukan/ dimunculkan sesuai dengan kaidah yang
tercantum pada panduan dan dilakukan secara baik dan benar (efektif dan efisien),
maka dapat diberikan nilai 8, 9 atau 10
[ x ] Jika komponen kegiatan yang dilakukan / dimunculkan sesuai dengan kaidah yang
tercantum pada panduan tetapi dilakukan dengan kurang baik atau kurang benar
(kurang efektif/efisien), atau kegiatan yang dilakukan/ dimunculkan kurang sesuai
dengan kaidah yang tercantum pada panduan, maka dapat diberikan nilai 5, 6 atau 7
[O]Jikakomponenkegiatantidakdilakukan/dimunculkansamasekali,makadapatdiberikan nilai
2, 3 atau4
3. Berikan catatan khusus berupa kritik dan saran jika Anda temukan hal-hal yang kurang sesuai
dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar sesuai dengan panduan. Tetapi berikan pujian
jika Anda temukan hal-hal yang sudah baik sesuaipanduan.
237
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
LEMBAR PENILAIAN
HASIL OBSERVASI
NO Praktik MELATIH
[V] [X] [O]
A PEMBUKAAN
1. Pengucapan salam dan perkenalan pengkondisian situasidan
lingkungan
C PENGAKHIRAN :
1. Merangkum sesi pembelajaran/ evaluasi/ pencapaian TPU/
TPK
JUMLAH:
PENILAI
Jumlah Kumulatif : [v] + [x]+ [o] =
10 (……………………….)
CATATAN [kritik, saran,perbaikan dan pujian] : …………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
238
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
b. Panduan Penilaian MicroTeaching
PANDUAN PENILAIAN
PRAKTIK MENGAJAR DI KELAS
(MICRO TEACHING)
A. PEMBUKAAN
1. Pengucapan salam perjumpaan dan perkenalan (singkat, wajar, proporsional tapi
berkesan) dan pengkondisian situasi dan lingkungan ( kesesuaian lay out ruangan untuk
memeriksa kesepian, ekspresi wajah bersahabatdll).
2. Keterkaitan dengan materi sebelumnya dengan TPU/TPK dan Apersepsi: Menyajikan
judul materi (tulisan atau gambar/ grafis affirmasi) dan meminta pembelajaran untuk
mempersepsikan/menebak kira-kira apa yang akan “kita bahas” bersama, kemudian
dilakukan klarifikasi olehkelas
B. PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Presentasi Interktif
a. Menghantar sesipembelajaran:
Menangkap minat keseluruhan kelompok pembelajaran dan membuat pembelajar
menyadari harapan pelatih/fasilitator dengan cara:
Mereview tujuan sesi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sesuai
dengan situasi kondisi pekerjaan pembelajaran di unitkerjanya
Menghubungkan pokok bahasan dengan: materi sebelumnya, pengalaman nyata
di tempat kerja penyaji, pengalaman kerja pembelajar, berbagi pengalaman antar
pembelajaran
• Jika menginginkan agar suasana lebih “hidup” dapat dilakukan: (salahsatu)
Mengajukan pertanyaan yang bersifatretorikal
Membuat definisi/pengertian/sinonim yang tidak“ghaib”
Mengutip pendapat orangbijak
Memberikan pertanyaan“misterius”
Mengemukakan ide yang mendukung pokok bahasan dengan : analogi ilmiah fakta
statistik, kesaksian pakar, pengalamantragis/dramatis
• Mengelola hubungan interaktif:
Menyesuaikan diri dengan pembelajar sebagai pendengar : bahasa yang digunakan,
berbicara efektif, gayapenampilan
Mendengarkan secara efektif: memberi perhatian khusus padapenanya
239
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Menyadari apa yang sedang terjadi ketika proses pembelajaran sedang berlangsung:
keadaan tiap individu, suasana kelas, sarana, lingkungandll.
Ekspresiwajahramah,geraktubuhdinamistapiwajar,volumesuara,intonasi,kecepatan
berbicara.
a. Sistematikapenyajian
b. Penggunaan Bahasa, Volume suara, Bahasa tubuh dan sikap terhadappeserta
c. Pemberian motivasi belajar kepadapeserta
d. Teknik bertanyaEfektif
Cara/kaidah pertanyaan: dirumuskan secara jelas, bersifat sederhana, bersifat
menantang, bersifatkhusus
Kesesuaianpertanyaandengantujuan/moment:pertanyaanyangdianjurkanmempunyai
tujuan tertentu dan sesuai denganmomentumnya
Cara menanggapi jawaban:
• Untuk pertanyaan yang dijawab sekalibenar
• Untuk pertanyaan yang dijawab kurangbenar
• Untuk pertanyaan yang dijawab berkali-kali barubenar
• Untuk pertanyaan yang sasarannya tidak maumenjawab
Cara menanggapi pertanyaan : Seluruh pertanyaan dari pembelajar dilempar ke forum
dan dibimbing untukmenemukanjawabannya
2. Pemilihan metoda pembelajaran:
Beragam metoda yang digunakan sesuai dengan dinamikakelas
Kesesuaian setiap metoda yang digunakan denganTPK
Pengembangan/kreatifitas metoda yangdigunakan
3. Pemilihan media & Alat Bantu Pembelajaran (APB):
Beragam media & APB yang digunakan sesuai dengan dinamikakelas
Kesesuaian setiap media & APB yang digunakan denganTPK
Pengembangan/kreatifitas media & APB yangdigunakan
240
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
5. Ketetapan alokasi waktu: Penggunaan waktu secara efektif denganproporsi:
>75% digunakan untuk membahas materi yang harus dibahas sesuaiTPU/TPK
<15% digunakan untuk membahas materi yang perlu dibahas sesuaiTPU/TPK
<10%digunakanuntukmembahasmateriyangbaikuntukdibahassesuaiTPU/TPK
241
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
242
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ModulMP.1
KOMITMEN BELAJAR
MEMBANGUN
MP.1
(BLC)
Membangun Komitmen Belajar (BLC)
243
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MP.1 - MEMBANGUN KOMITMENBELAJAR (BLC)................................................. 243
I. DESKRIPSISINGKAT .............................................................................................. 245
II. TUJUANPEMBELAJARAN ...................................................................................... 245
III. POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN .................................................. 246
IV. BAHANBELAJAR..................................................................................................... 246
V. METODEPEMBELAJARAN ..................................................................................... 246
VI. LANGKAH-LANGKAHKEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 246
VII. URAIANMATERI............................................................................................................249
A. POKOK BAHASAN 1: PERKENALAN .................................................................. 249
B. POKOK BAHASAN 2: PENCAIRAN ..................................................................... 249
C. POKOK BAHASAN 3 : HARAPAN-HARAPAN DALAMPROSES
PEMBELAJARAN DAN HASIL YANGINGIN DICAPAI ............................................250
D. POKOK BAHASAN 4 : NORMA KELASDALAMPEMBELAJARAN...................... 251
E. POKOK BAHASAN 5 : KONTROL KOLEKTIF DALAMPELAKSANAAN
NORMAKELAS ..................................................................................................... 251
F. POKOK BAHASAN 6 :ORGANISASI KELAS ....................................................... 252
VIII. RANGKUMAN.......................................................................................................... 252
IX. REFERENSI ............................................................................................................ 252
X. LAMPIRAN............................................................................................................... 252
244
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MP.1.
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)
I. DESKRIPSISINGKAT
Dalamsuatupelatihanterutamapelatihandalamkelas(inclasstraining),akanbertemusekelompok
orang yang belum saling mengenal sebelumnya, dan berasal dari tempat yang berbeda, dengan
latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku
yangberbedapula.Apabilahalinitidakdiantisipasisejakawalpelatihan,kemungkinanbesarakan
dapatmengganggukesiapanpesertadalammemasukiprosespelatihanyangbisaberakibatpada
terganggunya kelancaran dari proses pembelajaranselanjutnya.
MembangunkomitmenBelajar(BLC)merupakansalahsatumetodeatauprosesuntukmencairkan
kebekuantersebut.BLCjugamengajakpesertamampumengemukakanharapanharapanmereka
dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai-nilai dan norma yang kemudian disepakati bersama
untukdipatuhiselamaprosespembelajaran.Membuatkontolkolektifdanstrukturorganisasikelas. Jadi
inti dari BLC juga adalah terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta
dalammencapaiharapandantujuanpelatihan,sertamentaatinormayangdibangunberdasarkan
perbauran nilai-nilai yang dianut dandisepakati.
B. Tujuan PembelajaranKhusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Mengenal sesama warga pembelajar pada prosespelatihan.
2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang
kondusif.
3. Merumuskan harapan- harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses
pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhirpelatihan.
4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga
pembelajar selama pelatihan berlangsung selama pelatihanberlangsung.
5. Merumuskan kesepakatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan
normakelas
6. Membentuk organisasikelas.
245
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOKBAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut :
1. Pokok Bahasan 1 :Perkenalan
2. Pokok Bahasan 2 :Pencairan
3. Pokok Bahasan 3 : Harapan-harapan dalam proses pembelajaran dan hasil
yang ingindicapai
4. Pokok bahasan 4.: Norma kelas dalampembelajaran
5. Pokok bahasan 5 : Kontrol kolektif dalam pelaksanaan normakelas
6. Pokok bahasan 6 : Organisasikelas
IV. BAHANBELAJAR
1. Modul BLC,
2. Flipchart,
3. Spidol,
4. Metaplan,
5. Kaintempel,
6. Jadwal dan alurpelatihan,
7. Panduanpermainan,
8. Papantulis.
9. Norma / tata tertib standarpelatihan.
V. METODEPEMBELAJARAN
CTJ, curah pendapat, diskusi kelompok dan permainan.
246
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang building learning
commitment (blc) dengan metode curah pendapat(brainstorming).
• Menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam BLC dan
menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus dariBLC.
• Menyampaikan alur proses pelatihan.yang akan dilalui selamapelatihan.
2. Kegiatan Peserta
• Mempersiapkan diri dan alat tulis biladiperlukan.
• Mengemukakan pendapat atas pertanyaanfasilitator.
• Memperkenalkan diri dan asalinstitusinya.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan mempersiapkan diri mengikuti games yang akan
dimainkan.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila masih ada yang belum
dipahami.
c. Melakukan tugas yang diberikan olehfasilitator.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris danpenyaji.
b. Mendengar,mencatatdanbertanyaterhadaphal-halyangmasihbelumjelas
kepadafasilitator.
247
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan masalah yang ditugaskan
oleh fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas flipchart untuk
dipresentasikan.
2. Kegiatan Peserta
248
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
a. Bersama fasilitator merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
membangun komitmenpembelajaran.
b. Mendengar dan menyepakati hasil dari norma kelas yang telahdibuat.
c. Membalas salamfasilitator.
VII. URAIANMATERI
A. POKOK BAHASAN 1 :PERKENALAN
Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana kebekuan
(freezing), karena belum tentu pelatihan yang diikuti merupakan pilihan prioritas dalam
kehidupannya. Mungkin saja kehadirannya di pelatihan karena terpaksa, tidak ada pilihan
lain, harus menuruti ketentuan / persyaratan. Mungkin juga terjadi, pada saat pertama
hadir sudah memiliki anggapan merasa sudah tahu semua yang akan dipelajari atau
membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi. Untuk mengantisipasi semua itu, perlu
dilakukan suatu prosespencairan(unfreezing).
Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi,
mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya norma
kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya. Pada proses BLC setiap peserta
harusberpartisipasiaktifdandinamis.KeberhasilanatauketidakberhasilanprosesBLCakan
berpengaruh pada proses pembelajaranselanjutnya.
Pada tahap perkenalan fasilitator memperkenalkan diri dan asal usul institusinya dilanjutkan
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian mengajak peserta untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam memandu peserta untuk proses
perkenalan dengan menggunakan metode yaitu : dalam 5 menit pertama setiap peserta
diminta berkenalan dengan peserta lain sebanyak-banyaknya. Meminta peserta yang
berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan dengan jumlah peserta paling sedikit
untuk memperkenalkan teman-temannya. Meminta peserta yang belum disebut namanya
untuk memperkenalkan diri, sehingga seluruh peserta saling berkenalan, diikuti juga oleh
panitia untuk memperkenalkan dirinya.
249
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan identitas yang
berbeda,misalnyapesertayangberkacamataatauyangberbajubatikdanlain-lain.Lakukan
permainan tersebut selama 10 – 15 menit, tergantung situasi dankondisi.
Fasilitatormembagipesertadalamkelompokkecil@5–6orang,kemudianmenjelaskantugas
kelompoktersebut.Masing-masingkelompokakanmenentukanharapanterhadappelatihan ini
serta kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Juga didiskusikan bagaimana solusi
(pemecahan masalah) untuk mencapai harapan tersebut serta menghilangkan
kekhawatiranyangakanterjadiselamapelatihan.Mula-mulasecaraindividu,kemudianhasil
setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga menjadi harapankelompok.
Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dan peserta dari
kelompok lainnya diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan bila ada. Fasilitator
memandupesertauntukmembahasharapandankekhawatirandarisetiapkelompoktersebut
sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati bersama. Berdasarkan hasil pemaparan
diskusi seluruh kelompok maka disepakati bersama fasilitator untuk menentukan ketua
kelasdansekretarisyangakanmemandupesertasecarabersama-samauntukmerumuskan
norma-normakelasyangakandisepakatibersama.Pesertadifasilitasisedemikianrupaagar
semua berperan aktif dan memberikan komitmennya untuk metaati norma kelastersebut.
Dengan membangun komitmen belajar maka para peserta akan berupaya untuk mencapai
harapan yang diinginkannya dalam setiap proses pembelajaran. Dalam hal ini harapan
peserta adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam
pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang diinginkan
250
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
sebagai hasil proses pembelajaran. Dalam menetukan harapan harus realistis dan rasional
sehinggakemungkinanuntukmencapainyamenjadibesar.Harapanjanganterlalutinggidan
jangan terlalu rendah. Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk
mencapainya, dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal-asalan. Dengan demikian
dinamika pembelajaran akan terus terpelihara sampai proses pembelajaranberakhir.
Pada kesempatan ini juga fasilitator akan merumuskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam kegiatan membangun komitmen belajar, sehingga dengan demikian para
peserta dengan sendirinya sadar akan peran dan tanggung jawabnya dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan pada pelatihan tersebut.
Normakelasmerupakannilaiyangdiyakiniolehsuatukelompokataumasyarakat,kemudian
menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari
kelompok/ masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,
instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok. Norma dalam suatu
pelatihan,adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang diterima
oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua anggota kelompok (peserta, pelatih/
fasilitator danpanitia).
251
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
F. POKOK BAHASAN 6 : ORGANISASIKELAS
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta suasana/
lingkungan pembelajaran yangkondusif.
Fasilitator memandu peserta membuat rangkuma
n dari semua proses dan hasil pembelajaran selama sesi ini. Fasilitator memberi ulasan
singkat tentang materi yang terkait dengan BLC. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri
membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, dan mengucapkan ikrar bersama untuk
mencapai harapan kelas dan mematuhi norma yang telah disepakati. Dan untuk mengakhiri
sesi diminta kepada peserta secara bersama-sama untuk bertepuk tangan. Fasilitator
mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling bersalaman.
VIII. RANGKUMAN
Dengan melakukan building learning commitment (BLC) yang didahului dengan proses
perkenalan dan dilanjutkan proses pencairan (unfreezing / ice breaking) maka akan
didapatkan komitmen peserta dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya
dengan baik berdasarkan dari norma-norma kelas yang dibuat oleh peserta sendiri. Adapun
untuk keberhasilan proses BLC ini diperlukan adanya partisipasi aktif dari seluruh peserta
pelatihan.
IX. REFERENSI
• Munir, Baderal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu
Perilaku, Jakarta:2001.
• DepkesRI,PusdiklatKesehatan,KumpulanGamesdanEnergizer,Jakarta:2004.
• LAN dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan Dinamika Kelompok,
Jakarta:2010.
X. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
a. Permainan untuk Perkenalan dan Pencairan Suasana
Deskripsi singkat:
Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suasana pelatihan untuk
menciptakan suasana akrab dan dinamika positif. Fasilitator harus menyiapkan suasana
252
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
agar para peserta, termasuk fasilitator, dapat saling mengenal satu sama lain. Proses
perkenalan yang dinamis dapat mencairkan suasana, menciptakan kondisi belajar yang
mendukung dimana para peserta dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide
dan pengalamannya, serta berbagi untuk memahami masalah-masalah yang berkaitan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan masalah kesehatan secara umum. Proses
belajar akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di masyarakat.
Waktu: 20 menit
Tujuan
o Mencairkan situasi kaku dan saling mengenal antar peserta sehingga mudah untuk
bekerjasama,
o Terjadinya interaksi antar individu dalam kelompok secara lebih mendalam dan
dinamis,
o Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan kebersamaan antar seluruh
peserta.
Langkah-langkah:
Acara perkenalan bisa dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif yang bisa
digunakan:
253
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
• Alternatif2:Mintalahpartisipanberpasang-pasangan.Disarankanuntukberpasangan
dengan partisipan lain yang belum/ kurang dikenal dan saling memperkenalkan diri
(nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal, tanggal lahir, status perkawinan,
jumlah anak, dsb.). Setelah setiap pasangan selesai saling memperkenalkan diri,
mintalah mereka untuk memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap
orang memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya. Jika seluruh pasangan
telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal
bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Puncak acara perkenalan dapat
dilakukan dengan menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan?
Untuk itu, mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama
partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan
cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu persatu.
Pencairan suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang
kondusif(suasanakesetaraan:tidakkaku,tidakformal,tidakadasekat-sekat)untuk
mencapaitujuanpelatihandalamtingkatoptimal.Padaakhirsessionini,pastikanlah
bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan memiliki hubungan yang
akrab.
CATATAN:
Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan dan
pencairan suasana ini. Ajaklah mereka secara persuasif (dengan melibatkan
partisipan lainnya) agar mereka mau terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan
pula membatalkan proses karena beberapa individu tidak bersedia terlibat. Untuk
mempercepat perkenalan, peserta diminta menulis nama panggilan dan asal
instansipadasecarikkertasdenganspidoldanditempelkanpadadadasebelahkiri.
254
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ModulMP.2
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
RENCANA TINDAK
LANJUT (RTL)
MP.2
255
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MP.2 - RENCANA TINDAKLANJUT(RTL) ................................................................ 255
I. DESKRIPSISINGKAT .............................................................................................. 257
II. TUJUANPEMBELAJARAN ...................................................................................... 257
III. POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN .................................................. 257
IV. BAHANBELAJAR..................................................................................................... 257
V. METODEPEMBELAJARAN ..................................................................................... 258
VI. LANGKAH-LANGKAHKEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................. 258
VII. URAIANMATERI............................................................................................................258
A. POKOK BAHASAN 1 : RENCANA TINDAKLANJUT(RTL) ................................... 258
B. POKOK BAHASAN 2. LANGKAH-LANGKAHPENYUSUNAN RTL ...................... 260
C. POKOK BAHASAN 3 : PENYUSUNAN RTL DAN GANTTCHART
UNTUK KEGIATAN YANGAKAN DILAKUKAN...................................................... 262
a. PenyusunanRTL ............................................................................................ 262
b. GanttChart ..................................................................................................... 263
D. POKOK BAHASAN 4 : EVALUASIPELAKSANAAN STBM................................... 264
VIII. REFERENSI ............................................................................................................ 264
IX. LAMPIRAN............................................................................................................... 265
TIM PENYUSUN KURMODWIRAUSAHASTBM ............................................................... 266
256
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
MODUL MP-2
RENCANA TINDAK LANJUT
I. DESKRIPSISINGKAT
Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan suatu dokumen tentang rencana yang akan dilakukan
setelahmengikutisuatukegiatanataumerupakantindaklanjutdarikegiatantersebut.Dalamsuatu
pelatihan, RTL merupakan dokumen rencana yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan setelah peserta kembali ketempat tugas untuk menerapkan hasilpelatihan.
Modul RTL ini disusun dalam rangka untuk membekali para fasilitator STBM agar mampu
memahamirinciankegiatandandapatmenyusunRTLyangakandilaksanakanditempattugasnya
masing-masing.
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut proses belajar
mengajar dan mengevaluasi kegiatan STBM.
B. Tujuan PembelajaranKhusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. MenjelaskanRTL,
2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunanRTL,
3. Menyusun RTL dan Gantt Chart untuk kegiatan yang akandilakukan,
4. Melakukan evaluasi pelaksanaanSTBM.
IV. BAHANBELAJAR
• Flipchart • Presentasi powerpoint
• Spidol • Lembar/FormatRTL.
• Metaplan
• Kain tempel
• LCD
257
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
V. METODEPEMBELAJARAN
• Ceramah Tanya Jawab
• Latihan
• Diskusikelompok
VII. URAIANMATERI
A. POKOK BAHASAN 1 : RENCANA TINDAKLANJUT
Proses diklat merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan
tersebut dimulai dengan Analisis Kebutuhan Pelatihan, Penentuan Tujuan Pelatihan,
Rancang Bangun Program Pelatihan, Pelaksanaan Pelatihan serta Evaluasi Pelatihan.
Oleh karena itu seorang pengelola (fasilitator) pelatihan dituntut memiliki kompetensi
dalam bidang tersebut. Disamping itu pengelola pelatihan dituntut selalu mengembangkan
258
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
organisasinya agar mencapai visi dan misi organisasi secara optimal. Untuk itu maka
wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang membuat perencanaan tindak
lanjut perlu mendapat prioritas. Hal ini dimaksudkan agar peserta memahami dengan jelas
arah dan tujuan pelatihan yang telah dijalaninya.
a. Pengertian Rencana TindakLanjut
Rencana tindak lanjut (RTL) merupakan suatu dokumen yang menjelaskan tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, setibanya peserta di wilayah kerja masing-
masingdenganmemperhitungkanhal-halyangtelahditetapkanberdasarkanpotensi
dan sumber daya yangada.
RTL merupakan sebuah rencana kerja yang dibuat secara individual oleh peserta
diklat yang berisi tentang rencana kerja yang menjadi tugas dan wewenangnya.
Rencana ini dibuat setelah peserta pelatihan mengikuti seluruh mata diklat yang
telah diberikan.
b. Ruang Lingkup Rencana Tindak Lanjut(RTL)
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut ini dimaksudkan untuk mengaplikasikan teori-
teori yang telah diberikan dalam pelatihan ini dengan pengalaman peserta latih.
Perpaduan antara teori dan pengalaman ini merupakan salah satu metode untuk
lebih meningkatkan tingkat pemahaman peserta diklat akan teori-teori yang telah
diberikan selama pelatihan, sehingga tujuan pembelajaran khusus akan tercapai
secara maksimal
Rencana tindak lanjut sangat diperlukan bagi Peserta pelatihan, Widyaiswara
dan penyelenggara Diklat. Hal ini disebabkan Rencana Tindak Lanjut merupakan
sebuah rencana kerja yang dibuat oleh individual yang berisi tentang rencana unit
organisasi diklat yang menjadi tugas danwewenangnya.
Didalam membuat rencana tindak lanjut perlu mengacu pada struktur / sistematika
rencana tindak lanjut tertentu seperti yang telah disepakati dalam proses
pembelajaran.
Oleh karena itu RTL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Terarah
Setiap kegiatan yang dicantumkan dalam RTL hendaknya terarah untuk
mencapai tujuan.
• Jelas
Isi rencana mudah dimengerti dan ada pembagian tugas yang jelas antara
orang-orang yang terlibat didalam masing-masing kegiatan.
• Fleksibel
Mudah disesuaikan dengan perkembangan situasi. Oleh karena itu RTL
mempunyai kurun waktu relatif singkat.
259
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Tujuan RTL adalah agar peserta latih / institusi memiliki acuan dalam menindak
lanjuti suatu kegiatan pelatihan.
Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal :
• Menetapkan kegiatan apa saja yang akandilakukan,
• Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingindicapai,
• Menetapkan sasaran dari setiapkegiatan,
• Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiapkegiatan,
• Menetapkan waktu dan tempatpenyelenggaraan,
• Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap
kegiatan,
• Menetapkan besar biaya dansumbernya.
Oleh karena itu dalam menyusun RTL harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kegiatan
yaitu uraian kegiatan yang akan dilakukan, didapat melalui identifikasi kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar hal ini terealisasi maka di
identifikasi kegiatan kegiatan apa yang diperlukan.
2. Tujuan
adalah membuat ketetapan ketetapan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang
direncanakan pada unsur nomor 1. Penetapan tujuan yang baik adalah di rumuskan
secara konkrit dan terukur.
3. Sasaran
yaitu seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi target kegiatan yang
direncanakan.
260
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4. CaraMetode
yaitu cara yang akan dilakukan dalam melakukan kegiatan agar tujuan yang telah
ditentukan dapat tercapai.
5. Waktu danTempat
Dalam penentuan waktu sebaiknya menunjukkan kapan suatu kegiatan dimulai sampai
kapan berakhir. Apabila dimungkinkan sudah dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan.
Hal ini untuk mempermudah dalam persiapan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta
dalam melakukan evaluasi. Sedangkan dalam menetapkan tempat, seyogyanya
menunjukkan lokasi atau alamat kegiatan akan dilaksanakan
6. Biaya
Agar RTL dapat dilaksanakan perlu direncanakan anggaran yang dibutuhkan untuk
kegiatan tersebut.Akan tetapi perencanaan anggaran harus realistis untuk kegiatan yang
benar-benar membutuhkan dana, artinya tidak mengada-ada. Perhatikan/pertimbangkan
juga kegiatan yang memerlukan dana tetapi dapat digabung pelaksanaannya dengan
kegiatan lain yang dananya telah tersedia. Rencana anggaran adalah uraian tentang
biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari awal sampai selesai.
7. Pelaksana / penanggungjawab
yaitupersonal/timyangakanmelaksanakankegiatanyangdirencanakan.Halinipenting
karenapersonal/timyangterlibatdalamkegiatantersebutmengetahuidanmelaksanakan
kewajiban.
8. IndikatorKeberhasilan
merupakan bentuk kegiatan/sesuatu yang menjadi tolok ukur dari keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan.
261
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
C. POKOK BAHASAN 3 : PENYUSUNAN RTL DAN GANTT CHART UNTUK
KEGIATAN YANG AKANDILAKUKAN
a. PenyusunanRTL
Dalam menyusun RTL dapat menggunakan format isian sebagai berikut:
Format Isian Rencana Tindak Lanjut
PELAKSANA/
CARA/ WAKTU & INDIKATOR
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN BIAYA PENANGGUNG
METODE TEMPAT KEBERHASILAN
JAWAB
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dst
262
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Kolom 5 : Kolom cara/ metode
Pada kolom ini dicantumkan cara-cara/ metode/ teknik pelaksanaan setiap kegiatan.
b. GanttChart
Gantt chart adalah suatu alat yang bernilai khususnya untuk kegiatan-kegiatan dengan
jumlah anggota tim yang sedikit, kegiatan yang mendekati penyelesaian dan beberapa
kendala kegiatan.
Karakteristik Gantt Chart
Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh para
manajer kegiatan untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai
dan selesainya tugas-tugas dan sub- sub tugas dari suatu kegiatan.
Semakinbanyaktugas-tugasdalamkegiatandansemakinpentingurutanantaratugas-
tugas maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk memodifikasi ganttchart.
Ganttchartmembantumenjawabpertanyaan-pertanyaan“whatif”saatmelihatkesempatan-
kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadapkebutuhan.
Keuntungan menggunakan Gantt chart :
• Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat
komunikasi dalam penyelenggaraanproyek.
• Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan
sesungguhnya pada saatpelaporan
• Bila digabungkan dengan metoda lain dapat dipakai pada saatpelaporan
263
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Kelemahan Gantt Chart :
• Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan
dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan
oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhankegiatan.
• Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan,
karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balokbaru.
Pelaksanaan evaluasi kegiatan STBM perlu dilakukan dalam waktu 6 bulan sekali untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
VIII. REFERENSI
1. KemenkesRI,PusdiklatAparatur,RencanaTindakLanjut,KurmodSurveillance,Jakarta:
2008.
2. BPPSDM Kesehatan, Rencana Tindak Lanjut, Modul TOT NAPZA, Jakarta:2009.
3. Kemenkes RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,Jakarta:
2010,
4. KemenkesRI,SecondDecentralizedHealthServicesProject,ModelPelatihanPemberdayaan
Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta:2010.
264
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
IX. LAMPIRAN
LEMBAR KERJA
a. Pedoman PenyusunanRTL
Peserta dibagi kelompok menurut asal tempat tugas masing-masing
SUMBER PELAKSANA/
Penyusunan RTLTUJUAN
dapat menggunakanCARA/ WAKTU &berikut:
format sebagai INDIKATOR
NO KEGIATAN SASARAN DANA / PENANGGUNG
METODE TEMPAT KEBERHASILAN
BIAYA JAWAB
1 2 3 Format
4 Isian
5 Rencana
6 TindakLanjut
7 8 9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dst
265
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
TIM PENYUSUN
KURMOD TOT FASILITATOR STBM
Kementerian Kesehatan
Direktorat Kesehatan Lingkungan, Ditjen Kesmas:
F.EkoSaputro,SKM,MKM -Kasubdit PASD
Jelsi Natalia Marampa, SKM, M.Kes -Kasubdit PLR
Opang -Kasie Penyehatan Limbah PLR
Siti Nur Ayu -Kasie Standarisasi PASD
Kristin Darundiyah -Kasie Penyehatan Radiasi PLR
YulitaSuprihatin,SKM,M.Kes -Staf PASD(Koordinator Sekretariat STBM Nasional)
Nugroho - Staf PASD
IndahHidayat - Staf PASD
ZakiahDiana - Staf PASD
DewiMulyani - Staf PASD
Adelina Hutauruk -Staf PP
Suzanna -Staf PASD
Trisno Soebarkah -Staf PUTK
Ze Eza Yulia Pearlove -Staf PUTK
Iwan Nefawan -Staf PLR
266
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
Mitra STBM
INyomanOka -WaterandSanitationProgram,BankDunia
RahmiKasri -WaterandSanitationProgram,BankDunia
RoniePrasetyo -WaterandSanitationProgram,BankDunia
OntosenoMahartodjoOepojo - WASH,UNICEF
LilikTrimaya - WASH,UNICEF
NurApriatman -Waspola
Yusmaidi - SHAW,SIMAVI
Noor Dwiantoro -YPCII
Suprapto -Praktisi STBM
Wano Irwantoro -Praktisi STBM
Rostia La Ode Pado -Praktisi STBM
Wiwit Heris -SPEAK
Husyen -SPEAK
AsepM.Mulyana - HighFive
267
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
AndreK -IUWASH
KuwatKaryadi -IUWASH
TethyTafuli - PLANIndonesia
HerniSuwartini -USDP
Sujono -HAKLI
MitaSirait -WorldVisionInternational
MargarethaSiregar -WorldVisionInternational
Agustini -YayasanPembangunanCintaInsanIndonesia(YPCII)
Purwadidi -YayasanPembangunanCintaInsanIndonesia(YPCII)
268
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
269
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ISBN 978 - 602 - 235 - 523 - 6