Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel
koloid berkisar antara 1-100 nm.
Contoh aerosol
2. Sol
Sol merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi padat dan medium
pendispersi cair. Contoh sol adalah sol sabun, sol kanji, tinta tulis, cat, selai.
3. Emulsi
Emulsi merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi cair dan medium
pendispersi cair. Syarat terjadinya emulsi adalah kedua jenis zat cair tersebut
tidak saling melarutkan atau bercampur.
Emulsi digolongkan ke dalam dua bagian yaitu :
o Emulsi minyak dalam air (M/A) atau tipe O/W (oil in water)
Contoh : santan, susu, lateks
o Emulsi air dalam minyak (A/M) atau tipe W/O (water in oil)
Contoh : minyak bumi, minyak ikan
Untuk membuat emulsi diperlukan zat pengemulsi (emulgator). Contohnya,
sabun mengemulsikan minyak ke dalam air, kasein dalam susu, kuning telur
dalam mayonaise.
Contoh emulsi
4. Buih
Buih merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi padat atau cair. Seperti pada emulsi, buih dapat terbentuk jika ada
zat pembuih. Contoh:
o Buih padat (gas-padat) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam
zat fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat.
Contoh: busa jok dan batu apung.
o Buih cair (gas-cair) atau buih adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi
dalam zat fase cair. Berarti, zat terdispersi fase gas dan medium fase cair.
Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok
5. Gel
Gel merupakan sistem koloid setengah kaku (di antara cair dan padat). Gel akan
terbentuk jika suatu sol yang fase terdispersinya mengabsorpsi medium
pendispersinya sehingga terbentuk koloid yang agak padat. Contoh gel: agar-
agar, jeli, lem kanji, silika gel.
No
Nama Alat Keterangan
.
1. Lumpang dan Alu
2. Gelas Kimia 100 ml
3. Tabung Reaksi
4. Alat Pembakar
6. Pipet Tetes
7. Spatula Kaca -
8. Silinder Ukur
9. Cawan Porselin
B. Bahan
1. Larutan Sabun
2. Gula Pasir
3. Belerang
4. Agar-agar
5. Minyak Tanah
6. Larutan Besi (III) Klorida Jenuh
No
Kegiatan Pengamatan
.
1. Pembuatan sol belerang dalam air Terbentuk campuran yang
berwarna putih keruh dan
terdapat endapan berwarna
kuning di dasar gelas kimia (saat
dibiarkan agak lama).
2. Pembuatan so agar-agar dalam air Saat pemanasan dihentikan
campuran agar-agar akan
berbentuk cairan kental. Ketika
cairan tersebut didinginkan, maka
berbentuk gel.
3. Pembuatan sol Fe(OH)3 dalam air Larutan FeCl3 makin pekat ditandai
dengan berubah warna menjadi
coklat tua. Warna coklat tua
tersebut menunjukan bahwa sol
Fe(OH)3 sudah terbentuk
4. Pencampuran air dengan minyak Air dan minyak goreng tidak
tercampur. Kedudukan minyak
goreng di permukaan air.
5. Pencampuran air, minyak, dengan air Minyak tanah dapat tercampur
sabun rata dalam air. Namun bila
didiamkan dapat terbentuk suatu
zat berwarna kuning pucat yang
mengumpul di permukaan, serta
terdapat buih yang menyelimuti
gumpalan itu.
► Tidak ditambah apa-apa (padat dalam cair). Masuk dalam sistem koloid sol.
Agar-agar yang telah diberi air kemudian dipanaskan, apabila didinginkan akan
menjadi padat yang fase terdispersinya padat, dan fase pendispersinya cair.
Padatan itu berupa endapan yang dapat diubah menjadi koloid kembali dengan
dipanaskan yang disebut peptisasi (pemecahan partikel). Agar-agar termasuk hidrofil
karena tetap mau mencampur ketika dipanaskan kembali dengan dicampur air. Zat
yang termasuk hidrofil itu pasti organik dan reversible. Agar-agar terbuat dari
rumput laut (organik). Hidrofil sulit terjadi pengendapan.
Ketika air hanya dicampur dengan minyak, air dan minyak tidak dapat
menyatu. Namun ketika ditambah sabun, air dan minyak dapat menyatu. Hal
tersebut terjadi karena sabun adalah emulgator. Emulgator adalah zat yang
berfungsi untuk menghindari terjadinya koagulasi. perbedaan emulgator dengn zat
inet adalah emulgator hanya khusus untuk emulsi sedangkan zat inet adalah zat
yang harus digerus bersama. Emulgator harus mempunyai dua sifat polar dan non
polar. Selain emulgator, pada suatu sistem koloid juga dapat digunakan koloid
pelindung.
X. Kesimpulan
1. Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara
dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus
menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat
dilakukan dengan cara hidrolisis, sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.
2. Pembuatan koloid sol besi Fe(OH)3 dengan cara kondensasi yaitu hidrolisis. Pada
percobaan ini garam FeCl3 dilarutkan dalam air.
3. Pembuatan sol belerang menggunakan cara dispersi yaitu dengan menggerus
serbuk belerang dengan gula pasir sehingga diperoleh campuran yang lebih
halus, kemudian campuran dilarutkan dalam air dan diaduk hingga menghasilkan
suatu koloid.
4. Cara pembuatan agar-agar termasuk dalam cara dispersi dengan cara peptisasi
karena dari butir-butir kasar agar-agar membutuhkan zat pemecah yang berupa
air agar dapat menjadi partikel koloid.
5. Air jika ditambahkan dengan minyak tergolang dalam jenis koloid emulsi karena
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan. Namun saat ditambahkan dengan sabun, air dan minyak dapat
bercampur karena adanya zat emulgator yang berupa sabun.
XI. Lampiran
Pembuatan Sol Dengan Cara Dispersi
Sol Belerang dalam Air
Pembuatan Emulsi
Pencampuran Air dengan Minyak
Pencampuran Air dengan Minyak ditambah Air Sabun
Foto Hasil
1. Belerang dan air tidak dapat menyatu