Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH TES PSIKOLOGI AWAL

Disusun oleh :

Nama: Maria Matterna Dwina Angelina

NIM : 1843009

FAKULTAS HUMANIORA DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


SEJARAH TES PSIKOLOGI

Bentuk modern tes psikologi bermula pada masa sedikit lebih lama dari seratus tahun
silam dalam studi laboratorium tentang pembedaan sensori, keterampilan motorik, dan waktu
reaksi. Jenius Inggris Francis Galtoon (1822-1911) menemukan rangkaian tes pertama , yaitu
gabungan istimewa antara pengukuran sensori dan motorik. Psikolog Amerika James McKeen
Cattell (1860-1944) melakukan penelitian bersama Galtoon dan kemudian, pada tahun 1890,
mengemukakan agenda tes modern dalam makalah klasiknya yang berjudul “Mental Tests and
Measurements” Ia ragu- ragu dan merendah ketika menjelaskan tujuan dan penerapan
instrumennya.

Psikologi tidak bisa memiliki kepastian dan ketepatan ilmu-ilmu fisika, jika tidak
diletakan pada suatu pondasi eksperimen dan pengukuran. Langkah kearah tersebut dapat
dilakukan dengan menerapkan serangkaian tes dan pengukuran mental terhadap sejumlah besar
individu. Hasilnya akan menemukan nilai ilmiah yang tinggi dalam menemukan ketepatan
proses-proses mental, saling ketergantungan dan variasinya dilingkungan yang berbeda-beda.
Disamping itu, orang-orang juga akan menganggap tes sebagai sesuatu yang menarik dan
mungkin bermanfaat dalam pelatihan mode hidup atau indikasi suatu penyakit. Nilai ilmiah dan
praktis dari tes-tes semacam itu akan sangat meningkat jika sistem yang seragam dilakukan,
sehingga ketetapan-ketetapan yang dibuat pada waktu dan tempat yang berbeda dapat
dibandingkan serta digabungkan.

Dugaan Cattell bahwa tes “mungkin” akan bermanfaat dalam “pelatihan, mode hidup
atau indikasi penyakit” jelas harus diberi peringkat sebagai salah satu pernyataan ramalan paling
merendah sepanjang masa. Siapapun yang dibesarkan di dunia berat pasti mengetahui bahwa tes
psikologi telah berkembang dari awal yang malu-malu menjadi sebuah bisnis besar dan institusi
budaya yang menembus ke masyarakat modern. Sejarah tes psikologi adalah sebuah kisah
menarik yang memiliki relevansi kuat dengan praktek-praktek pada masa kini.
 BENTUK-BENTUK DASAR TES DI CINA PADA TAHUN 2200 SM

Meskipun penggunaan tes psikologi secara luas sebagian besar merupakan suatu
fenomena abad 20, para ahli sejarah mencatat bahwa bentuk-bentuk dasar tes berawal pada
sekitar tahun 2200 SM, yaitu ketika kaisar Cina memerintahkan para pejabatnya untuk diuji
setiap 3 tahun untuk menentukan kelayakan mereka atas suatu jabatan. Tes semacam itu
dimodifikasi dan diperbaiki selama berabad-abad hingga ujian tertulis diperkenalkan pada masa
dinasti Han (202 SM – 200 M). Ada 5 topik yang dites hukum perdata, masalah-masalah militer,
pertanian, pajak, dan geografi.

Sistem ujian di Cina mencapai bentuk finalnya sekitar tahun 1370 ketika keahlian dalam
ajaran-ajaran klasik Konfusius ditekankan. Dalam ujian pendahuluan, para calon diharuskan
menginap selama 1 hari dan 1 malam dalam bilik kecil yang terisolasi, menulis puisi. Satu
hingga tujuh persen calon yang lulus akan pindah ke distrik ujian, yang memerlukan tiga sesi
terpisah selama tiga hari dan tiga malam. Distrik ujian jelas sangat melelahkan dan berat tetapi
itu bukan tingkat akhir. Satu hingga sepuluh persen calon yang lulus akan mendapatkan hak
istimewa pergi ke Peking untuk mengikuti putaran final ujian. Mungkin tiga persen dari
kelompok terakhir ini yang lulus dan menjadi orang mandarin, akan terpilih sebagai pejabat
kantor publik.

 FISIOGNOMI, FRENOLOGI, DAN PSIKOGRAF

Fisiognomi dilandasi pendapat bahwa kita dapat menilai karakter dalam diri orang-orang
dari penampilan luar mereka, terutama wajah. Meskipun menyesatkan dan sekarang sangat
diragukan fisiognomi mewakili bentuk awal tes psikologi. Ketertarikan terhadap fisiognomi
bearawal pada abad ke-4, yaitu ketika filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) menerbitkan
sebuah risalah pendek yang didasarkan pada pendapat bahwa jiwa dan tubuh saling “bersimpati”.
Pada intinya, Aristoteles beragumen bahwa perubahan-perubahan dalam jiwa seseorang (karakter
dalam diri ) dapat mempengaruhi penampilan tubuh, dan begitu juga sebaliknya.
Hubungan antara keduanya memungkinkan pengamat yang lihai untuk menyimpulkan
karakteristik kepribadian dari penampilan seseorang. Aristoteles mendata sejumlah besar sifat
yang dapat dilihat dari ciri-ciri rambut, dahi, alis, mata, hidung, bibir,dsb. Rambut yang terurai
kebawah tanpa mengikal, jika berkulit terang, kurus, dan ditambah lagi halus, menandakan
seorang pria yang secara alami penakut, dan bertubuh lemah namun memiliki pembawaan tenang
dan tidak berbahaya. Rambut yang mekar dan tebal, ditambah lagi pendek menunjukkan seorang
pria yang bertubuh kuat, aman, serta penuh tipu daya terutama tidak tenang dan suka
menonjolkan diri serta nafsu pada kecantikan, lebih merupakan orang bodoh ketimbang
bijaksana, meskipun keberuntungan dapat berpihak padanya.

Fisiognomi tetap populer selama berabad-abad dan meletakan dasar bagi bentuk yang
lebih khusus dari praktek perdukunan yang dikenal sebagai “frenologi” membaca tonjolan-
tonjolan dikepala. Tengkorak menyesuaikan dengan bentuk otak, suatu “tonjolan” pada
tengkorak akan menunjukkan peningkatan kecakapan dasar.

 ERA TES DENGAN INSTRUMEN KUNINGAN

Psikologi eksperimen berkembang pada akhir tahun 1800-an di Eropa kontinental dan
Inggris Raya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ahli psikolog beralih dari metode yang
sepenuhnya subjektif dan introspektif yang telah diikuti dengan sia-sia pada abad-abad
sebelumnya. Kemampuan manusia kemudian dites di laboratorium. Para peneliti menggunakan
prosedur-prosedur objektif yang dapat diulang. Telah berlalu masa-masa ketika laboratorium
pesaing akan mengajukan argumen tajam tentang “pemikiran tanpa gambaran” dimana satu
kelompok mengatakan bahwa hal itu ada, sementara kelompok lainnya mengatakan peristiwa
mental semacam itu adalah mustahil.

Meskipun penekanan pada metode objektif dan kuantitas yang dapat diukur merupakan
suatu kemajuan besar dari mentalisme sangat mandul yang mendahuluinya, psikologi
eksperimen yang baru merupakan jalan buntu. Masalahnya adalah para psikolog eksperimen
yang terdahulu salah mengira proses-proses sensori sederhana sebagai intelegensi.
Mereka menggunakan berbagai instrumen kuningan untuk mengukur ambang batas
sensori dan wakt u reaksi, berpikir bahwa kemampuan-kemampuan tersebut adalah adalah inti
dari intelegensi. Terlepas dari awal para yang salah dilakukan para eksperimentalis terdahulu,
paling tidak mereka telah menyumbangkan suatu metodologi yang tepat bagi psikologi.

 GALTON DAN RANGKAIAN TES MENTAL PERTAMA

Sir Francis Galton (1822-1911) memelopori psikologi eksperimen yang baru di Inggris
Raya pada abad 18. Galton terobsesi dengan pengukuran dan karier intelektualnya tampaknya
didominasi oleh suatu keyakinan bahwa nyaris semua hal bisa diukur. Galton menciptakan
teknik mengukur kecantikan, kepribadian, kebosanan, terhadap perkuliahan, dan kekuatan doa.
Galton adalah seorang jenius yang lebih tertarik pada masalah-masalah evolusi manusia
ketimbang psikologi. Dua karyanya yang paling berpengaruh adalah Hereditary Genius (1869)
suatu analisis empiris yang bertujuan untuk membuktikan bahwa faktor-faktor genetik sangat
penting bagi tercapainya suatu keunggulan dan Inquiries Human Faculty and Its Development
(1883), suatu rangkaian esai berbeda yang menekankan perbedaan individual dalam kecakapan
mental.

 SKALA PERINGKAT DAN ASAL MULANYA

Skala peringkat digunakan secara luas dalam psikologi sebagai cara untuk
mengkuantifikasi berbagai jenis variabel psikologis yang subjektif. Salah satu contoh skala
peringkat sederhana mungkin adalah skala sebelas poin yang digunakan para dokter ketika
bertanya kepada pasien di ruang gawat darurat. “Pada skala 0 sampai 10, dimana 0 berarti sama
sekali tidak ada rasa sakit , dan 10 adalah rasa sakit terburuk yang pernah anda rasakan”.
Meskipun masih mentah, ini merupakan suatu bentuk pengukuran psikologi. Para psikometrisi
telah mengembangkan suatu literatur lengkap tentang ciri-ciri dan penerapan jenis skala
peringkat ini. Para ahli psikologi sebelumnya berpikir bahwa skala menggunakan angka berasal
dari era “instrumen kuningan” Francis Galton.

Namun, sekarang tampak bahwa bentuk mentah skala peringkat dapat di runut ke Galen,
seorang dokter Romawi-Greko abad ke-2. Galen percaya pada teori humor umum tentang
kesehatan dan penyakit, dimana keselarasan atau ketidakselarasan diantara 4 cairan jasmani atau
“humor” menentukan kesehatan seseorang. Keempat humor tersebut adalah empedu kuning,
empedu hitam, lendir, dan darah. Humorologi waktu juga menonjolkan dikotomi panas-dingin
dan basah-kering, Galen mengakui adanya kebutuhan akan sesuatu yang lebih canggih daripada
dikotomi sederhana.

 PERUBAHAN KONSEP-KONSEP RETARDASI MENTAL PADA TAHUN


1800-an

Banyak penemuan besar telah dikembangkan sebagai respon terhadap kebutuhan praktis
yang muncul akibat adanya perubahan dalam nilai kemasyarakatan. Hal semacam itulah yang
terjadi dalam tes intelegensi. Untuk lebih spesifik tes-tes pertama semacam itu dikembangkan
oleh Binet pada awal tahun 1900-an untuk membantu mengidentifikasi anak-anak sekolah Paris
yang tidak mungkin mendapatkan manfaat dari cara pengajaran biasa.

Dunia Barat pada akhir tahun 1800-an baru saja keluar dari era ketidakpedulian dan
permusuhan selama berabad-abad terhadap orang-orang yang memiliki kelemahan psikiartik
serta mental. Para praktisi medis baru saja mulai mengakui perbedaan antara orang-orang
dengan gangguan emosional dan retardasi mental. Pada abad pertengahan, mereka kadang
“didiagnosis” sebagai penyihir dan dihukum mati dengan dibakar. Setelah itu, berganti-ganti
mereka diabaikan, diburu, atau disiksa. Hingga awal tahun 1800an, pemikiran-pemikiran yanng
lebih waras mulai muncul. Para praktisi medis menyadari bahwa beberapa diantara mereka yang
memiliki kelemahan psikiatrik menderita penyakit yang dapat disembuhkan yang tidak selalu
berarti kurang nya intelegensi, sedangkan orang-orang luar biasa lainnya, yaitu mereka yang
mengalami retadarsi mental, menunjukkan suatu kesinambungan perkembangan yang lebih besar
dan selalu memiliki intelegensi yang lemah.

 ESQUIROL DAN DIAGNOSIS RETARDASI MENTAL

Sekitar awal abad 19, banyak dokter mulai melihat perbedaan antara retardasi mental
(keidiotan) dan penyakit kejiwaan (dementia). J. E. D. Esquirol (1772-1840) adalah yang
pertama menyatakan perbedaan tersebut secara tertulis. Terobosan diagnostiknya menyebutkan
bahwa retardasi mental adalah suatu fenomena perkembangan sepanjang hidup sedangkan
penyakit kejiwaan biasanya terjadi secara mendadak dimasa dewasa. Ia berpendapat bahwa
retardasi mental tidak dapat disembuhkan, sedangkan penyakit kejiwaan dapat menunjukkan
perbaikan. Esquirol memberikan penekanan yang besar pada keterampilan bahasa dalam
diagnosis retardasi mental.

Esquirol juga mengusulkan sistem klasifikasi pertama dalam retardasi mental dan
tidaklah mengejutkan bahwa keterampilan bahas menjadi tiga tingkat retardasi mental:

1. Mereka yang menggunakan kalimat-kalimat pendek


2. Mereka yang hanya menggunakan satu suku kata
3. Mereka yang hanya menangis tanpa berbicara.

 SKALA REVISI DAN LAHIRNYA IQ

Pada tahun 1908 Binet dan Simon menerbitkan revisi dari skala tahun 1905. Pada skala
terdahulu, lebih dari separuh soal dirancang bagi mereka yang sangat terbelakang, namun
keputusan diagnostik utama mencakup anak-anak yang lebih tua dan mereka yang memiliki
intelegensi diambang batas. Untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini, sebagian besar soal
yang sangat sedehana dihilangkan dan soal-soal baru ditambahkan pada bagian akhir yang lebih
tinggi dari skala tersebut. Skala tahun 1908 berisi 58 soal atau tes, hampir dua kali lipat jumlah
soal tahun 1905. Beberapa tes baru ditambahkan yang banyak diantaranya masih digunakan
sekarang ini adalah menyusuk kalimat-kalimat yang tidak beraturan, menggambar sebutir
berlian, dan melaksanakan urutan tiga perintah. Pada skala tahun 1908 adalah pengenalan konsep
tingkat normal. Tes tersebut telah distandarisasi pada sekitar 300 anak normal berumur antara 3
sampai 13 tahun.

Pada tahun 1911, dilakukan revisi ketiga dari skala Binet-Simon setiap tingkat umur
sekarang memiliki tepat lima tes. Skala tersebut juga diperluas ke rentang dewasa. Pada tahun
1916, Terman dan rekan-rekannya dari Standford merevisi skala Binet-Simon yang
menghasilkan Standford-Binet, yaitu tes kesuksesan. Terman mengusulkan untuk mengalikan
hasil pembagian intelegensi dengan 100 demi menghilangkan pecahan , ia juga orang pertama
yang menggunakan singkatan IQ.
Tes-tes intelegensi nonverbal dikembangkan pada awal 1900an untuk memudahkan
pengujian para imigran yang tidak mampu berbahasa Inggris. Sebagai contoh , Knox
menerbitkan suatu tes puzzle kayu pada tahun 1914 dan juga menggunakan tes penggantian
angka-simbol yang kini tidak asing lagi

Pada tahun 1916, Lewis Terman merilis Standford-Binet, suatu revisi skala Binet. Tes
yang dirancang dengan baik dan dinorma dengan cermat ini akhirnya memberikan pijakan kokoh
bagi pengujian intelegensi. Selama Perang Dunia I Yerkes mengapalai tim psikolog yang
menghasilkan Army Alpha, yaitu tes kelompom bermuatan verbal untuk para calon tentara
berkemampuan rata-rata dan cerdas, dan Army Beta, yaitu tentara yang buta aksara serta tidak
mampu berbahas Inggris. Para pelopor pengujian dimasa awal seperti C.C Brigham
menggunakan hasil tes-tes intelegensi individual dan kelompok untuk membuktikan perbedaan
etnis dalam intelegensi dan karenanya membernarkan pembatasan imigrasi. Di kemudian hari,
beberapa pelopor pengujian ini mengingkari pandangan-pandangan terdahulu mereka.

 TES PENDIDIKAN MASA AWAL

Baik atau buruk, skema besar Yerkes untuk menguji para calom tentara membantu
mengantar ke era tes kelompok. Setelah Perang Duni I, pertanyaan-pertanyaan terlontar dari
industri, sekolah-sekolah negeri, dan perguruan-perguruan tinggi penerapan potensial tes-tes
yang mudah ini yang hampir semua orang dapat melaksanakannya dan memberikan skor. Para
psikolog yang bekerja dengan Yerkes segera meninggalkan tugas di dinas ketentaraan dan
membawa gagasan tes-tes intelegensi tertulis yang baru ditemukan tersebut ke dunia industri
serta pendidikan.

 PENGEMBANGAN TES-TES BAKAT

Tes-tes bakat mengukur kemampuan yang lebih spesifik dan terbatas ketimbang tes-tes
intelegnsi. Secara tradisional, tes intelegensi mengukur konstruk yang lebih global seperti
intelegensi umum. Pengembangan tes bakat tertinggal dari tes intelegensi karena dua sebab, yaitu
sebab statistikal dan sosial. Masalah statistikal adalah bahwa suatu teknik baru, yakni analisi
faktor, kerap dibutuhkan untuk mengetahui bakat-bakat mana yang utama sehingga berbeda satu
sama lain.

 TES KEPRIBADIAN DAN VOKASIONAL SETELAH PD I

Kendati metode pengukuran dasar seperti teknik asosiasi bebas telah digunakaj sebelum
peralihan ke abad-20 oleh Galton, Kraepelin dan lainya, baru pada PD I tes-tes kepribadian
berkembang dalam bentuk yang mirip tampilannya di masa kini. Seperti yang sangat sering
terjadi dalam sejarah tes, sekali lagi kebutuhan praktis lah yang berperan sebagai penggerak bagi
perkembangan ini. Tes kepribadian modern dimulai ketika Woodworth mencoba
mengembangkan suatu instrumen untuk mendeteksi para calon tentara yang rentan terhadap
psikonerosis.

 ASAL MULA TES PROYEKTIF

Pendekatan proyektif diawali dengan metode asosiasi kata yang dipelopori Francis
Galton pada akhir tahun 1800an. Galton memberikan waktu empat detik bagi dirinya untuk
menyebutkan sebanyak mungkin asosiasi terhadap suatu stimulus kata dan kemudian
mengkategorikan asosiasi nya sebagai membeotermediasi citra atau repesentasi histrionik.
Kategori yang terakhir tersebut meyakinkan bahwa operasi-operasi mental yang “sepenuhnya
berada dibawah kesadaran” berperan disni.

 PENGEMBANGAN INVENTORI-INVENTORI MINAT

Ketika para ahli klinis mengembangkan alat-alat ukur untuk menganalisis kepribadian
dan konflik-konflik bawah sadar, para ahli psikolog lain menyusun alat-alat ukur untuk
bimbingan dan konseling bagi sejumlah orang normal. Hal yang paling utama diantara alat-alat
ukur semacam itu adalah inventori minat, yang berakar pada studi perkembangan Thorndike
(1912) pada 100 mahasiswa. Pada tahun 1919-1920, Yoakum mengembangkan kumpulan
sebanyak 1.000 soal yang berkatian dengan minat dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa
awal. Banyak diantara butir soal tesebut dimasukkan kedalam Inventori Minat Carnegie.
Daftar Pustaka

https://www.google.com/search?q=tes+psikologi.com

J. Gregory, Robert. 2010. Tes Psikologi. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai