Anda di halaman 1dari 3

RESUME MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 12 A
1. FAUZIA CHOERUNNISA M 071711333077
2. AINI FADLILA 101711133006
3. AJENG S. WIDYATI 101711133063
PERAN KONSTITUSI DI DALAM KEBERLANGSUNGAN
PENYELENGGARAAN NEGARA

Hari senin kali ini merupakan pertemuan kelima mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang diisi oleh presentasi dari kelompok 3A dengan tema
“Negara dan Konstitusi”. Setelah sebelumnya beradu semangat dengan kelompok
3B untuk menentukan siapakah yang akan presentasi minggu ini.
Seperti biasa pertemuan dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan Hymne Airlangga dilanjut oleh Pak Adib yang sudah dapat kembali mengajar
setelah dua minggu berada di Palembang, beliau tak lupa memberikan energi
positif kepada para mahasiswa dengan memandu kami meneriakkan jargon mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di pagi hari ini.
Negara dan konstitusi adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Di
mana konstitusi berperan sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Salah satu perannya adalah menjadi pembagi dan pembatas kekuasaan.
Tanpa adanya konstitusi, kasus-kasus tentang penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang akan semakin banyak. Negara sendiri merupakan tempat
berkumpulnya suatu kelompok manusia yang diakui karena adanya pemerintahan
yang berjalan. Singkatnya, sebuah negara dapat terbentuk dari unsur-unsur berupa
rakyat, wilayah, dan pemerintahannya. Disini konstitusi dilahirkan oleh
pemerintah untuk mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan yang terjadi
di dalam kumpulan tersebut. Di dalamnya terdapat aturan yang bersifat
fundamental. Konstitusi terdiri dari konstitusi tertulis yaitu konstitusi yang
termuat dalam undang-undang dan konstitusi tidak tertulis yaitu kosntitusi
berdasarkan adat istiadat atau kebiasaan. Konstitusi Negara Republik Indonesia
sendiri yakni UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945. UUD 1945 sendiri
telah diamandemen sebanyak empat kali dengan tujuan menyempurnakan aturan
dasar yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah UUD 1945 masih relevan?
menurut pandangan kelompok kami UUD 1945 yang telah dirumuskan dan
ditetapkan Indonesia sudah relevan, justru permasalahannya terletak pada
masyarakat Indonesia. Mayoritas masyarakat Indonesia kurang sadar bahwa masa
depan negara Indonesia berada di tangan mereka. Oleh karena itu diperlukan
pendidikan agar tidak terjadi pelanggaran konstitusi, salah satunya melalui
Pendidikan Kewarganegaraan dalam memantapkan karakter bangsa, dengan
begitu kita akan terbiasa dalam mengaplikasikan hidup disiplin dan taat.
Pemerintah Indonesia telah menyediakan wadah dalam menerapkan pelaksanaan
konstitusi, hanya saja masyarakat masih kurang sadar dan kurang peduli. Sebagai
contoh yaitu di perguruan tinggi negeri maupun swasta, mahasiswa memperoleh
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan
seharusnya bisa menjadi sarana mahasiswa dalam memantapkan karakter bangsa.
Kita sudah difasilitasi oleh pemerintah, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk
menerapkannya. Contoh lainnya yaitu di dalam bidang kesehatan, dengan
berdirinya banyak Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, maupun Fakultas
Kesehatan Masyarakat dalam rangka usaha mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia yang tinggi. Sebagai bagian dari civitas akademika, kita
perlu berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
Selain itu dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial perlu diterapkan guna
tercapainya kesamarataan hak di kalangan masyarakat yang berbeda-beda status
sosial-ekonominya. Dan UUD NRI 1945 tetaplah relevan, pelanggaran-
pelanggaran hukum yang terjadi semata-mata hanyalah kesalahan dari warga
negara itu sendiri. Dengan adanya peraturan, pemerintah sudah menjamin
keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan hubungan di masyarakat.
Dua puluh menit sebelum kuliah berakhir, Pak Adib menjelaskan
penambahan materi yang telah disampaikan oleh kelompok 3A. bahwa pada
dasarnya setiap manusia itu melakukan pelanggaran. Oleh karena itu peraturan
atau konstitusi diperlukan untuk mengaturnya. Sebagai mahasiswa kita harus
sadar bahwa melakukan sebuah pelanggaran merupakan bentuk
ketidaktanggungjawaban terhadap sebuah kewajiban dan tentu saja pelanggaran
tidak mencerminkan kepribadian karakter bangsa.

Fauzia Choerunnisa Mahendra


071711333077 Aini Fadlila
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu 101711133006
Politik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Ajeng Setianingrum Widyati


101711133063
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai