Anda di halaman 1dari 23

BAB 3 Akuntansi Kliring

AKUNTANSI KLIRING
3
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana
kliring untuk memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Hal itu
dikarenakan semakin banyak transaksi dagang yang melibatkan pembayaran
dengan bank akan mengakibatkan semakin banyaknya transaksi surat-surat
berharga (giral) antar bank. Bank akan dapat saling memperhitungkan
hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-
masing nasabahnya. Tansaksi antar nasabah bank tersebut menggunakan
alat bayar berupa cek, bilyet giro dan surat dagang lainnya yang lazim
diterima oleh bank. Penyelesaian hutang piutang melalui kliring bisa saja
dilakukan diluar cara ini, namun degan kliring akan dapat dilakukan secara
cepat, aman, efektif dan efisien.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam
bentuk surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselengarakan oleh bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam
perkembangannya kliring tidak hanya dapat dilakukan secara manual tetapi
juga secara otomatis maupun elektronik. Oleh karena itu Kliring dapat pula
didefinisikan sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar
bank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu.

Akuntansi Perbankan 15
BAB 3 Akuntansi Kliring

SISTEM KLIRING
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:
1. Sistem Manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilahan
warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
2. Sistem semi otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
dilakukan secara otomatis, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta.
3. Sistem otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dan
pemilahan warkat dilakukan secara otomatis oleh penyelenggara.
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik
yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
didasarkan pada data keuangan elektronik (DKE) disertai dengan
penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan
kepada peserta penerima.
Warkat Kliring
Warkat kliring merupakan alat atau sarana yang dipakai dalam lalulintas
pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri dari:
cek, bilyet giro, surat nukti penerimaan transfer dari luar kota (kiriman uang),
wesel bank untuk transfer atau wesel tunjuk, nota debet atau kredit, dan jenis-
jenis warkat lain yang telah disetujui oleh penyelenggara.

Akuntansi Perbankan 16
BAB 3 Akuntansi Kliring

Warkat kliring yang dapat dikliringkan harus dinyatakan dalam mata


uang rupiah dan bernilai nominal penuh (100%) serta telah jatuh tempo pada
saat dikliringkan. Warkat (nota) yang dapat dikliringkan dapat dikelompokan
menjadi empat yaitu:
1. Nota debet keluar, merupakan warkat yang disetorkan oleh nasabah untuk
keuntungan rekeningnya. Bank penarik akan mendebet rekening giro pada
Bank Ind (BI).
2. Nota kredit masuk, merupakan warkat yang diterima oleh suatu bank untuk
keuntungan rekening nasabah bank tersebut. Disini Bank penerima warkat
akan mendebit rekening giro BI.
3. Nota debit masuk, merupakan warkat yangditerima oleh suatu bank atas
cek sendiri yang telah ditarik oleh nasabahnya. Bank ini akan mengkredit
rekening giro pada BI.
4. Nota kredit keluar, merupakan warkat dari nasabah sendiri untuk
disetorkan kepada nasabah bank lain. Dengan transaksi ini maka akan
timbul hubungan giro. Bank yang menyerahkan warkat kepada bank lain
akan mengkredit rekening giro pada BI.

Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring :
1. Neraca kliring penyerahan / pengembalian gabungan , formulir ini
disediakan oleh penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk

Akuntansi Perbankan 17
BAB 3 Akuntansi Kliring

menyusun rekapitulasi neraca kliring penyerahan / pengembalian dari


seluruh peserta.
2. Neraca kliring penyerahan / pengembalian , formulir ini disediakan oleh
peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan / pengembalian atas dasar daftar kliring penyerahan /
pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring, formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring
penyerahan dan neraca kliring pengembalian.

JENIS-JENIS KLIRING
Ada tiga jenis kliring yang dapat dilakukan yaitu:
1. Kliring umum, adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang
pelaksanaannya diatur oleh BI.
2. Kliring Lokal, adalah sarana perhitungan warkat antar bank yang berada
dalam satu wilayah kliring (telah ditentukan).
3. Kliring antar cabang, adalah sarana perhitungan warkat antar kantor
cabang bank peserta yang berada dalam satu wilayah kota. Kliring ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu
kantor cabang untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada
kantor induk yang bersangkutan.
Penyelenggaraan Kliring

Akuntansi Perbankan 18
BAB 3 Akuntansi Kliring

Kliring di Indonesia hanya dapat dilaksanakan oleh Bank Sentral (BI).


Namun demikian, bila disuatu daerah belum terdapat BI maka akan diatur lain
dalam pelaksanaan kliring oleh BI.
1. Langsung diselenggarakan oleh BI, dalam hal ini segala kegiatan dalam
penyelenggaraan kliring ditangani langsung oleh BI, baik sebagai
rekapitulator, penghubung, pelaksanaan penyusunan statistik atau
laporan, maupun sebagai koordinator. Jika peserta kliring banyak maka
akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang dikoordinasikan oleh
pemimpin kelompok.
2. Ditunjuk oleh BI, segala kegiatan ditangani oleh bank operasional (kantor
cabang) milik pemerintah yang ditunjuk oleh BI selaku koordinator di suatu
daerah yang belum ada kantor cabang BI.

MEKANISME KLIRING
Mekanisme Kliring Manual
Dalam transaksi kliring pasti akan melibatkan pihak yang menarik cek,
pihak yang menerima cek, dan BI. Mekanisme kliring secara manual dapat
digambarkan pada proses perpindahan dana berikut ini.

Akuntansi Perbankan 19
BAB 3 Akuntansi Kliring

Penarik Cek
(pembayar)
PROSES PERPINDAHAN DANA
Penyerahan Cek
Mendebet Rekening
Penarik Cek Penerima
Cek
Bank
Tertarik Menyetorkan Cek
Untuk dikliringkan

Otorisasi
Warkat Pendebetan Bank
Debet Penarik
Masuk
Akuntansi Perbankan 20
Pengkreditan

BANK INDONESIA
BAB 3 Akuntansi Kliring

Mekanisme Kliring Elektronik


Dewasa ini kegiatan kliring dilakukan secara otomatisasi melalui suatu
Automated Clearing House (ACH). Dengan cara ini maka semua kegiatan
kliring akan dilakukan tanpa adanya pertemuan dengan bank-bank yang
terlibat dalam lembaga kliring. Pertemuan kliring dapat dilakukan secara on-
line sedangkan pisik warkatnya akan dikirim ke bank sentral (BI) setelah data
entry dilakukan oleh pada peserta kliring.
Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatis melalui ACH, maka
bank penarik tidak perlu bertemu langsung dengan pihak bank tertarik.
Sedangkan bank peserta kliring yang terlibat didalam transaksi kliring akan
saling mengkliringkan warkat-warkatnya melalui media elektronik komputer
yang on-line dengan ACH. Warkat secara pisik akan dikirim langsung ke BI

Akuntansi Perbankan 21
BAB 3 Akuntansi Kliring

guna tujuan pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring ACH. Disini pihak
bank penarik akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik.
Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar
atas warkat debet keluarnya. Disini ia akan bersikap mempercepat penarikan
dana dari warkat kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam
pengendapan dana kliring tersebut. Dengan demikian bank penarik tidak akan
membiarkan dananya mengganggur belum tertarik walaupun sehari. Dipihak
lain bank tertarik akan bersikap pasif. Bank tertarik tidak akan
mempermasalahkan kapan bank tertarik akan melakukan kliring. BI sebagai
bank penyelenggara kliring melalui ACH, dituntut untuk memiliki administrasi
yang sempurna yang dapat memantau seluruh arus dana yang masuk dan
keluar dari semua peserta kliring yang terlibat.

Penarik Cek
(pembayar)

Penerima Cek
KLIRING SECARA ELEKTRONIK
BankMelalui
TertarikAutomated Clearing House (ACH)

Bank Penarik
Penyerahan
Akuntansi Perbankan Cek 22
Otomatisasi Perpindahan
dana
AUTOMATIC CLEARING
HOUSE (ACH)
BAB 3 Akuntansi Kliring

Mengkliringkan

Memantau
On-line
Kegiatan
clearing
BANK INDONESIA kliring

CONTOH KLIRING (1)


Tuan Ali, nasabah giro Bank Danamon Cabang Jakarta, dia membeli barang
dari Tuan Budi, nasabah giro bank ABC cabang Jakarta, seharga Rp. 30 juta.
Tuan Ali membayar dengan menerbitkan cek Bank Danamon. Kegiatan kliring
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Bank
Penyelenggara
Akuntansi Perbankan 23
Kliring (BI)
BAB 3 Akuntansi Kliring

Menagi 3 4 Menagi
h h
BANK ABC BANK DANAMON
Cab. Jakarta Cab. Jakarta

Menyetorkan Membeba
2 5
Cek TRANSAKSI ni
1 nasabah
Tuan Ali
Tuan Budi
Membayar
dng
Setelah Budi menerima cek Bank Danamon dari Ali, Budi akan segera
Menerbitkan
mengkliringkan cek tersebut dilembaga
Cek kliring (BI) untuk disetorkan bagi
keuntungan rekeningnya. Budi menyerahkan cek dari Ali tersebut ke Bank
ABC dan Bank ABC akan menyerahkan cek tersebut kepada Bank Danamon di
lembaga kliring. Apabila transaksi melalui kliring ini tidak mengalami
hambatan, pada akhirnya akan terjadi mutasi pembukuan sebagai berikut:
 Simpanan Giro Budi akan bertambah pada bank ABC cabang Jakarta
sebesar Rp. 30 juta.
 Simpanan Giro Ali pada Bank Danamon cabang Jakarta akan berkurang
sebesar Rp. 30 juta.

Akuntansi Perbankan 24
BAB 3 Akuntansi Kliring

 Simpanan Giro Bank Danamon pada Bank Ind akan berkurang sebesar Rp.
30 juta karena penarikan cek nasabahnya
 Simpanan Giro Bank ABC pada Bank Ind akan bertambah sebesar Rp. 30
juta karena menerima penyetoran dari Bank Danamon.
Bagi Bank ABC cek giro yang diterima dari Budi, nasabahnya, dianggap
sebagai Warkat Debet Keluar, karena Bank ABC akan mendebet rekening giro
Bank Indonesia dan mengkredit rekening giro Budi. Sedangkan bagi Bank
Danamon, setelah menerima tagihan untuk mencairkan cek dari Bank ABC,
warkat yang diterimanya dianggap sebagai Warkat Debet masuk, karena Bank
Danamon akan mendebet rekening Ali dan mengkredit rekening Giro pada BI.
Transaksi antara Budi dan Ali dapat pula dilakukan dengan perjanjian
bahwa Ali menghendaki agar Bank Danamon menyetorkan cek giro untuk
keuntungan Budi nasabah Bank ABC. Dalam ha ini warkat cek yang
diserahkan oleh Ali akan diangap oleh Bank Danamon sebagai warkat kredit
keluar, karena akan mengkredit rekening giro pada BI dan mendebet rekenin
giro Ali. Transaksi ini disebut dengan perhubungan giro. Sedangkan bagi Bank
ABC yang menerima cek untuk keuntungan rekening giro Budi, akan
menganggap warkat tersebut sebagai warkat kredit masuk, karena akan
mengkredit rekening giro Budi dan mendebet rekening giro pada BI.
Warkat Kliring yang diserahkan suatu bank kepada bank peserta lain:
a. Warkat (nota) Debet Keluar
b. Warkat (nota) Kredit Keluar
Warkat Kliring yang diterima suatu bank kepada bank peserta lain:
Akuntansi Perbankan 25
BAB 3 Akuntansi Kliring

a. Warkat (nota) Debet masuk


b. Warkat (nota) Kredit masuk
Hubungan warkat debet keluar dan warkat debet masuk tersebut dapat
digambarkan sbb:

1. Warkat Debet 2. Warkat Debet


Keluar Masuk

Giro Giro Giro Giro


BI Nasabah BI Nasabah
Debet Kredit Debet Kredit
(+) (+) (-) (-)
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, atau warkat debet keluar akan
menikmati penambahan giro pada BI. Seangkan bank yang menerima
warkatnya sendiri atau warkat debet masuk, saldo gironya pada BI akan
berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut.

Sedangkan Hubungan warkat kredit keluar dan warkat kerdit masuk tersebut
dapat digambarkan sbb:

3. Warkat Kredit Keluar 4. Warkat Kredit


Masuk

Akuntansi Perbankan 26
Giro Giro Giro Giro
BI Nasabah BI Nasabah
Debet Kredit Debet Kredit
(-) (-) (+) (+)
BAB 3 Akuntansi Kliring

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, dalam hal ini warkat kredit
keluar,akan menyebabkan pengurangan dalam rekening giro pada BI.
Sedangkan bank yang menerima warkat tersebut, atau warkat kredit masuk,
saldo gironya pada BI akan bertambah sebesar nilai Nominal warkat tersebut.

PROSEDUR AKUNTANSI KLIRING


Setiap bank peserta kliring akan menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi kliring sesuai dengan sistem akuntansi yang diterapkan pada bank
masing-masing. Arus warkat, apakah warkat debet atau warkat kredit, akan
dicatat dalam buku harian kliring yang akan dibuat oleh setiap bank. Atas
dasar buku harian kliring ini akan dibuatkan daftar kliring keluar untuk
kemudian dijadikan dasar pembuatan neraca kliring. Dari neraca kliring inilah
pada akhirnya akan diketahui apakah suatu bank menang atau kalah dalam
kliring.
Suatu bank akan menang dalam kliring apabia mutasi debet giro pada BI
lebih besar daripada mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro
pada BI akan bertambah. Suatu bank akan kalah kliring apabila mutasi debet
giro lebih kecil daripada mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening

Akuntansi Perbankan 27
BAB 3 Akuntansi Kliring

giro pada BI akan berkurang. Bank yang kalah kliring akan mengakibatkan
semakin kecilnya reserve requirement yang harus dipelihara pada BI.
Prosedur Akuntansi Kliring dapat digambarkan sebagai berikut:

Nota/Warkat Nota/Warkat Nota/Warkat Nota/Warkat


Debet dari Debet dari Debet dari Debet dari
Nasabah Nasabah Nasabah Nasabah

Buku Harian Buku Harian Buku Harian Buku Harian

Daftar Kliring Daftar Kliring


Harian Harian

Rekapitulasi Rekapitulasi
Pengeluaran Pengeluaran

Neraca
Akuntansi Kliring
Perbankan Neraca Kliring
28
Saldo Bilyet
Keluar Masuk
Kliring
BAB 3 Akuntansi Kliring

Pencatatan Transaksi Kliring


Berdasar pada Contoh Soal diatas, Pada saat Bank ABC menerima
warkat giro dari bank Danamon maka kedua bank akan mencatat taransaksi
kliring tersebut sebagai berikut:
Pembukuan transaksi kliring ini dapat ditampung pada rekening sementara
kliring atau dapat langsung ke rekening giro pada BI.
Pencatatan pada Bank ABC cabang Jakarta:
Pada saat menerima warkat dari tuan Ali untuk disetor bagi keuntungan
rekening giro Budi, maka akan dicatat sbb:
Kliring Rp.30.000.000
Giro-Rekening Tn. Budi Rp.30.000.000

Setelah diketahui hasilnya baik, biasanya pada waktu kliring kedua akan
dinihilkan rekening kliring. Ayat jurnal yang biasanya dilakukan pada akhir hari
kliring sbb:
Akuntansi Perbankan 29
BAB 3 Akuntansi Kliring

BI - Giro Rp.30.000.000
Kliring
Rp.30.000.000
Sifat rekening kliring hampir serupa dengan rekening bersyarat atau
contingent account yang harus dicatat karena memiliki nilai moneter yang
cukup material mengingat transaksi giral dalam suatu bank cukup besar.
Karena sifatnya yang masih sementara sambil menunggu diterima atau
ditolaknya hasil kliring, maka saldo harian rekening kliring harus nihil pada
akhir hari kliring dimana sudah jelas diperhitungkan hubungan hutang piutang
dari bank yang satu dengan bank lain.
Rekening sementara kliring tersebut tidak dimasukan kedalam rekening
administratif karena sifatnya yang akan berakibat hubungan hutang piutang.
Pencatatan pada Bank Danamon cabang Jakarta:
Pada saat menerima warkat nasabahnya sendiri (warkat giro Tn.Ali) maka
bank akan membebank Buanan rekening giro Tn. Ali dengan jurnal sbb:

Giro
Bank – Rekening
Danamon Tn. langsung
dapat Ali Rp.30.000.000
mengkredit Rekening Giro pada BI karena cek
tersebutBIadalah
– Giro cek dari nasabahnyaRp.30.000.000
sendiri.
CONTOH KLIRING (2)
Tuan Andi, seorang nasabah Bank Danamon cabang Jakarta, dia
menyerahkan sebuah warkat giro senilai Rp.50.juta kepada Bank Danamon,

Akuntansi Perbankan 30
BAB 3 Akuntansi Kliring

untuk diserahkan kepada Joko, salah seorang nasabah Bank Lippo cabang
Jakarta, oleh kedua bank akan dicatat sbb:
Pada Bank Danamon cab. Jakarta
Pada saat menerima amanat warkat dari Andi, maka akan dicatat sbb:
Giro – Rekening Andi Rp. 50.000.000
BI – Giro Rp.50.000.000

Pada Bank Lipoo cab. Jakarta


Pada saat menerima warkat setoran untuk keuntungan Joko akan dicatat sbb:
BI- Giro Rp. 50.000.000
Giro – Rekening Joko Rp.50.000.000

Sifat taraksaksi contoh tersebut diatas sudah pasti karena bank yang diberi
amanat sudah mengetahui hasil kliring sebelum kliring dilaksanakan. Dengan
demikian kedua bank tersebut dapat langsung mencatat transaksi diatas
kedalam rekening giro pada BI.
Neraca Kliring
Pada akhir hari kliring akan dibuat neraca kliring sebagai laporan akhir
tarnsaksi kliring. Dari neraca ini akan diketahui apakah rekening giro pada BI
mengalami kenaikan atau penurunan, yang lazim dikenal dengan menang
atau kalah kliring.
Apabila penjumlahan debet neraca lebih besar dari penjumlahan kredit,
berarti bank yang bersangkutan menang kliring, artinya besarnya hasil
penagihan lebih besar dari pada besarnya kewajiban kepada bank-bank lain.
Akuntansi Perbankan 31
BAB 3 Akuntansi Kliring

Dengan demikian, untuk menutup semua transaksi kliring pada hari yang
bersangkutan akan dibukukan semua seldom rekening kliring dan giro pada
BI.
Pada kedua contoh diatas, bagi bank Danamon cabang Jakarta
mengakibatkan saldo giro Bank Danamon pada BI mengalami penurunan
sebesar Rp.80 juta (dari pengkreditan Rp.30 juta ditambah Rp.50 juta).
Dengan demikian Bank Danamon cabang jakarta akan menyelesaikan
transaksi tersebut sebagai kalah kliring.
Bagi Bank ABC, transaksi ini diangap sebagai menang kliring karena
saldo rekening giro pada BI bertambah sebesar Rp.30 juta. Sedangkan untuk
Bank Lippo juga sebagai bank yang menang kliring karena ia hanya akan
mendebet rekening giro pada BI sebesar Rp.50juta.
Apabila Bank Danamon membuar neraca kliring maka akan tampak
kekalahan kliringnnya sbb:
NERACA KLIRING
Kalah kliring Rp.80 juta Warkat Debet masuk Rp.30 juta
Warkat Debet keluar Rp.50 juta
Keseimbangan Rp.80 juta Keseimbangan Rp.80 juta
Apabila dalam pencatatan transaksi kliring, bank Danamon selalu
mempergunakan rekening sementara kliring dan pendebetan atau
pengkreditan rekening giro pada BI dilaksanakan pada akhir hari kliring, untuk
mengetahui apakah bank menang atau kalah kliring, maka kekalahan kliring
diatas akan dibukukan sbb:
Kliring Rp.80.000.000
Akuntansi Perbankan 32
BAB 3 Akuntansi Kliring

BI Giro Rp.80.000.000
Neraca Kliring Bank Indonesia
Bila dilihat dari sudut BI atau sebagai penyelenggara kliring, tidak akan
terdapat selisih pendebetan maupun pengkreditan rekening giro masing-
masing bank peserta kliring, sehingga neraca kliring BI akan tampak sbb:

NERACA KLIRING Tgl…..


Nama Bank Yg Kalah Kliring Nama Bank Yg Menang Kliring
Bank Danamon Rp.80 juta Bank ABC Rp.30 juta
Bank Lippo Rp.50 juta
Jumlah Debet Rp.80 juta Jumlah Kredit Rp.80 juta
Selanjutnya untuk mencatat transaksi hasil kliring diatas, oleh BI akan
dibukukan sbb:
Giro – Bank Danamon Rp.80.000.000
Giro – Bank ABC Rp.30.000.000
Giro – Bank Lippo Rp.50.000.000
Dengan demikian, pada BI hanya akan terjadi perpindahan dana dari satu
bank yang kalah kliring kepada bank lainnya yang menang kliring. Pada
contoh diatas, daana giro bank Danamon di BI akan berkurang sebesar Rp.80
juta dan giro bank ABC serta bank Lippo akan bertambah masing-masing
sebesar Rp.30 juta dan Rp.50 juta.
Melalui kalah atau menang kliring ini, oleh BI akan dipantau saldo
minimum dari reserve requirement. Bila suatu bank reserve requirement lebih

Akuntansi Perbankan 33
BAB 3 Akuntansi Kliring

rendah dari pada apa yang seharusnya dipelihara maka kepada bank yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut akan dikenakan denda oleh BI.
MEKANISME KLIRING LUAR WILAYAH
Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank
untuk melakukan verivikasi secara on-line terhadap cer atau Bilyet Giro (BG)
luar kota. Untuk itu BI mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal
atas cek dan BG yang berasal dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan
kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah
penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor bank
yang bukan peserta di wilayah kliring dimana cek dan BG tersebut
dikliringkan.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat guna
efisiensi dalam penyelesaian pembayaran cek / BG luar kota, baik efisiensi
waktu maupun efisiensi biaya, sebab:
1. Efektifitas dana cek / BG sesuai kliring lokal dimana warkat dikliringkan.
2. Biaya proses oleh BI sama dengan warkat lokal lainnya.
Dengan manfaat tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu
lintas pembayaran giral antar daerah.

Contok kliring (3) Luar Wilayah:


Pada tanggal 12 Juni 2003 Tn. Anto telah membeli barang kepada Tn Romy
senilai Rp.100 juta. Tn Anto adalah nasabah Bank Surya Surabaya sehingga
melakukan pembayaran dengan menarik cek bank tersebut sebesar Rp.100
juta, kemudian diserahkan kepada Tn Romy nasabah Bank Buana Jakarta. Tgl
Akuntansi Perbankan 34
BAB 3 Akuntansi Kliring

14 Juni 2003 Tn Romy melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan


cek tersebut yang telah diterima dari Tn Anto. Informasi dari lembaga kliring
bahwa cek tersebut dinyatakan efektif (dana terpenuhi). Pencatatan yang
dilakukan pada tanggal 14 Juni 2003 oleh masing-masing bank adalah sbb:
Pencatatan jurnal bank Buana Jakarta
Kliring 1 Debet Rekening RAR Kliring Rp.100.juta
Credit rekening RAR Kliring Rp.100 juta
RAR : Rekening Administratif Rupiah
Kliring 2 Debet rekening Diro BI Rp.100 juta
Credit rekening giro Tn Romy Rp.100 juta
Pencatatan jurnal pada bank Surya Jakarta
Kliring 2 Debet rekening RAK cab. Surabaya Rp.100 juta
Credit rekening Giro BI Rp.100 juta
RAK : Rekening Antar Kantor
Pencatatan Jurnal di bank Surya Surabaya
Transaksi antar cabang:
Debet rekening Giro Tn Anto Rp.100 juta
Credit rekening RAK cab. Jakarta Rp.100 juta
Contoh tersebut memberikan pemahaman bahwa transaksi kliring
warkat luar wilayah dalam penyelewaiannya akan melibatkan transaksi antar
cabang bank sendiri. Pada kliring pertama antar bank (Bank Buana dengan
bank Surya Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut dengan BI
Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif, maka
bank Surya jakarta akan mencaatat RAK cabang Surabaya sebagai
Akuntansi Perbankan 35
BAB 3 Akuntansi Kliring

konsekuensi bank Surya Jakarta telah membayar kepada banA Jakarta.


Dengan demikian bank Surya Jakarta mempunyai rekening tagihan antar
cabang kepada bank Surya cabang Surabaya. Sedangkan untuk ekening
administratif rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.

TUGAS TERSETRUKTUR INDIVIDU

Pada tanggal 26 September 2003 Tn. Bowo, nasabah giro Bank BNI
Purwokerto menarik cek bernomor 011.000.26 senilai Rp.30.000.000 dan cek

Akuntansi Perbankan 36
BAB 3 Akuntansi Kliring

011.000.27 senilai Rp.20.000.000 untuk melunasi hutang dagang Tn. Tono. Tn


Tono sendiri merupakan nasabah bank BCA purwokerto. Pada hari yang sama,
bank BCA menerima bilyet giro dari Tn.Dedi untuk pembarayan barang
dagang Nn. Dewi senilai Rp. 10.000.000, Nn. Dewi sendiri merupakan nasabah
bank BII Purwokerto. Seorang nasabah bank BII bernama Noni menarik cek
senilai Rp. 20.000.000 guna membayar barang dagang kepada Tn. Bimo
seorang nasabah bank BCA. Bank BNI menerima warkat debet masuk untuk
beban nasabah giro Nn. Rani sebesar Rp.40.000.000. Warkat ini diterima dari
bank BII melalui lembaga kliring BI purwokerto untuk keuntungan giro Tn.Duki.
Dari transaksi tersebut diatas diminta:
1. Pencatatan Jurnal pada masing-masing bank peserta kliring, bila kliring
diselesaikan melalui BI Purwokerto
2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring.
3. Neraca kliring yag perlu disajikan oleh BI selaku lembaga kliring.

Akuntansi Perbankan 37

Anda mungkin juga menyukai