Anda di halaman 1dari 11

BAGIAN KEDUA

AKUNTANSI KLIRING

Transaksi yang cukup banyak volumenya dalam lalu lintas pembayaran dalam bank
adalah transaksi kliring. Kliring merupakan mekanisme perhitungan hutang – piutang antara
satu bank dengan bank lainnya karena transaksi yang di akibatkan oleh para nasabah.

Transaksi kliring yang di selenggarakan oleh Bank Indonesia, dalam hal ini sebagai
penyelenggara kliring, dewasa ini sudah di proses secara komputerisasi atau diproses otomatis,
tidak lagi secara manual. Dengan adanya otomatis kliring yang telah di prakarsai oleh Bank
Indonesia, telah menciptakan suatu sistim yang lebih cepat dan akurat dari sistim manual yang
sebelumnya di terapkan.

Pada bagian ini akan di bahas kedua macam transaksi kliring, yaitu manual dan otomatis.
Bab 4 akan mengupas mekanisme transaksi kliring secara manual sebagai dasar pengetahuan
bagi para profesi atas mekanisme transaksi kliring di Indonesia. Pada bab selanjutnya akan di
bahas kliring otomasi yang kini sedang di terapkan pada Bank Indonesia.
BAB 4
AKUNTANSI KLIRING MANUAL

Semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pembayaran dengan bank


mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank, kelancaran pembayaran
transaksi yang timbul dari pembayaran menurut semakin mudah dan rapi transaksi
penyelesayan transaksi giral. Oleh sebab itu, bank selaku lembaga keuangan penyelanggara
transaksi giral harus menyediakan kemudahan mekanisme transaksi giral ini.

Kliring merupakan sarana untuk menyelesaikan transaksi giral. Kegiatan ini merupakan
kegiatan paling lazim di temukan dalam setiap bank, karena pada kegiatan ini akan di
selesaikan hutang dan piutang antar bank yang berasal dari transaksi giral para nasabah.

PENGERTIAN KLIRING
Kliring sebenarnya merupakan transaksi lalulintas pembayaran yang di maksudkan untuk
memudahkan penyelesayan hutang-piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral.
Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta kliring melalui perantara Bank Indonesia
sebagai Lembaga Kliring.

Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud agar
penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dan
memperlancar lalulintas pembayaran giral.

Lalulintas pembayaran giral ini adalah suatu proses kegiatan bayar-membayar dengan
warkat kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan di antara bank-bank, baik
atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan.

Akibatnya, setiap bank diwajibkan memelihara sejumlah saldo alat likuid dalam bentuk
rekening Giro pada Bank Indonesia untuk menampung semua penarikan dan penyetoran
nasabah masing-masing yang akan mangakibatkan bertambah atau berkurangnya saldo giro
tersebut. Alat likuid yang harus dipelihara oleh suatu bank pada rekening Giro di Bank
Indonesia harus memenuhi syarat tertentu. Hal ini akan di bahas pada bab lain.

Warkat Kliring
Warkat kliring adalah alat atau sarana yang di pakai dalam lalulintas pembayaran giral
yang di perhitungkan dalam kliring dan biasanya terdiri atas cek, bilyet giro, surat bukti
penerimaan transfer dari luar kota (kiriman uang), wesel bank untuk transfer atau wesel unjuk,
nota debet atau kredit, dan jenis-jenis warkat lain yang telah di setujui penyelenggara.

Warkat kliring yang dapat dikliringkan adalah harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah
dan bernilai nominal penuh (seratus persen nilai nominal) serta telah jatuh tempo pada saat di
kliringkan. Nota atau warkat yang diikutsertakan dalam kliring dapat di kelompokkan menjadi
empat macam nota atau warkat kliring.
Nota debet keluar
Merupakan warkat yang di setorkan oleh nasabah untuk keuntungan rekeningnya. Bank
penarik akan mendebit rekening giro pada Bank Indonesia.
Nota kredit masuk
Merupakan warkat yang di terima oleh suatu bank untuk keuntungan suatu rekening
nasabah Bank tersebut. Disini bank penerima warkat ini akan mendebit rekening giro
pada Bank Indonesia.
Nota debit masuk
Merupakan warkat yang di terima oleh suatu bank atas cek sendiri yang telah di tarik
oleh nasabahnya. Bank ini akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia.
Nota kredit keluar
Merupakan warkat dari nasabah sendiri untuk di setorkan kepada nasabah pada bank
lain. Disini akan tercipta perhubungan giro. Bank yang menyerahkan warkat kepada
bank lain akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia.

JENIS-JENIS KLIRING

Ada tiga jenis kliring yang dapat dilakukan, antara lain kliring umum, kliring local, dan
kliring antar cabang.

Kliring Umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang


pelaksanaannya di atur oleh bank Indonesia. Kliring lokal adalah sarana perhitungan warkat
antar bank yang berada dalam suatu wilayah kliring (telah di lakukan). Kliring antar cabang
(interbrench clearing) adalah sarana perhitungan warkat antar kantor cabang suatu bank
peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. Kliring ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu kantor cabang untuk kantor cabang lainnya
yang bersangkutan pada kantor induk yang bersangkutan.

Penyelanggaraan Kliring
Kliring di Indonesia hanya dapat dilaksanakan oleh Bank sentral,dalam hal ini adalah
Bank Indonesia.Namun demikian,apabila di suatu derah belum terdapat Bank Indonesia maka
akan diatur lain pelaksanaan kliring oleh Bank Indonesia. Dengan demikian penyelenggaraan
kliring dapat dilakukan sebagai berikut.

Langsung diselanggaraan oleh Bank Indonesia.


Dalam hal kliring yang diselenggarakan langsung oleh Bank Indonesia, segala kegiatan
dalam penyelenggaraan kliring ditangani langsung oleh Bank Indonesia, baik sebagai
rekapitulator, penghubung, pelaksana penyusunan statistik atau laporan, maupun sebagai
coordinator. Bila peserta kliring cukup banyak, maka pelaksanaan kliring dapat di bagi-bagi
kedalam beberapa kelompok yang di koordinasikan oleh pimpinan kelompok. Pemimpin
kelompok ini bertugas untuk :

a. Menggabungkan angka-angka bank peserta kelompok.


b. Mengawasi dan menjaga ketertiban untuk kelancaran pelaksanaan perhitungan kliring
dalam kelompok yang bersangkutan.

Ditunjuk Oleh Bank Indonesia


Dalam hal ini segala kegiatan yang menyangkut kegiatan kliring ditangani oleh bank
operasional (kantor cabang) milik pemerintah yang di tunjuk oleh Bank Indonesia selaku
koordinator di suatu daerah yang tidak ada atau belum ada kantor cabang Bank Indonesia.

Peserta Kliring
Ada dua macam peserta kliring. Yang pertama adalah Peserta Kliring Langsung yang
merupakan bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan dapat memperhitungkan
warkatnya secara langsung dalam pertemuan kliring. Peserta lainnya adalah Peserta Kliring
Tidak Langsung yang merupakan bank-bank yang belum tercatat sebagai peserta dan yang
memperhitungkan warkatnya dengan kantor pusat atau kantor cabang lainnya yang sudah
tercatat menjadi peserta kliring.
MEKANISME KLIRING
Mekanisme kliring dapat diilustrasikan seperti berikut ini

PROSES PERPINDAHAN DANA


Penarikan Cek
(Pembayar)

Mendebet Rekening Penyerahan Cek


Penarik Cek

Bank Penerima
Tertarik Cek
Menyetorkan cek
Untuk di kliringkan
Otorisasi
Pendebetan Bank
Penarik
Warkat
Debet
Masuk Menyetorkan warkat
Kliring “debet keluar”
Pengkreditan
BANK INDONESIA

Dalam transaksi kliring akan melibatkan pihak tertarik (yang menarik cek), pihak
penarik (yang menerima cek), dan Bank Indonesia. Kegiatan kliring di atas masih berjalan
secara manual, artinya belum adanya otomatisasi kliring.

Dewasa ini bagian kliring dilakukan secara otomatisasi melalui suatu Automated
Clearing House (ACH). Semua kegiatan kliring akan dilakukan tanpa adanya pertemuan
dengan bank-bank yang terlibat dalam lembaga kliring. Pertemuan kliring dapat dilakukan
secara on-line dan pisik warkatnya akan di kirimkan ke Bank Sentral setelah data entry
dilakukan oleh para peserta kliring. Mekanisme suatu ACH dapat dijabarkan sebagai berikut.

KLIRING SECARA ELEKTRONIK


MELALUI AUTOMATED CLEARING HOUSE (ACH)

Penarik cek

Penyerahan cek

Bank tertarik Penerima

cek
Mengkliring kan
Otomasi Bank Penarik
Perpindahan dana
Automatic
clearing house
(ACH) On-line clearing

BANK INDONESIA
Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatisasi melalui ACH, bank penarik tidak
perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta kliring yang terlibat dalam
transaksi kliring akan saling mengkliringkan warkat-warkatnya melalui media elektronik
komputer yang on-line dengan ACH. Warkat secara pisik akan di kirim langsung ke Bank
Indonesia untuk tujuan pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring ACH. Disini pihak
bank penarik akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik.

Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar atas warkat
debet keluarnya. Disini ia akan bersikap mempercepat (accelerate) penarikan dana dari
warkat kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam pengendapan dana kliring
tersebut. Dengan demikian bank penarik tidak akan membiarkan dananya menganggur belum
tertarik walau sehari. Dipihak lain bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank
tertarik akan melakukan kliring.
Bank Indonesia, sebagai bank penyelenggara kliring melalui ACH, di tuntut untuk
memiliki administrasi yang sempurna yang dapat memantau seluruh arus dana yang masuk
dan keluar dari semua peserta kliring yang terlibat.

ILUSTARSI KLIRING
Tn.Ali, nasabah giro pada Bank Omega Cabang Jakrta, membeli barang dari Tn.
Badu,nasabah giro Bank ABC-cabang Jakarta. Seharga Rp. 30 JUTA. Tuan Ali membayar
dengan menerbitkan cek Bank Omega. Ilustrasi kegiatan kliring dapat di jabarkan sebagai
berikut.

Bank Penyelenggara
Kliring (B.I )

BANK ABC Bank Omega


Cabang Jakarta Cabang Jakarta

Tuan Badu Tuan Ali

TRANSAKSI
Membayar dengan menerbitkan cek

Setelah Badu menerima cek Bank Omega dari Ali, Badu akan segera mengkliringkan
cek tersebut di lembaga kliring-Bank Indonesia untuk di setorkan bagi keuntungan
rekeningnya. Badu menyerahkan cek dari Ali tersebut ke Bank ABC dan Bank ABC akan
menyerahkan cek tersebut kepada Bank Omega di lembaga kliring. Apabila transaksi melalui
kliring ini tidak mengalami hambatan, pada akhirnya akan terjadi mutasi pembukuan sebagai
berikut:
 Simpanan giro Badu akan bertambah pada Bank ABC cabang Jakarta sebesar Rp. 30 juta.
 Simpanan giro Ali pada Bank Omega cabang Jakarta akan berkurang sebesar Rp. 30 juta.
 Simpanan giro Bank Omega pada Bank Indonesia akan berkurang sebesar Rp. 30 juta
karena penarikan cek nasabahnya.
 Simpanan giro Bank ABC pada Bank Indonesia akan bertambah sebesar Rp. 30 juta
karena menerima penyetoran dari Bank Omega.

Bagi Bank ABC cek giro yang di terima dari Badu, nasabahnya, di anggap sebagai
Warkat Debet Keluar, karena Bank ABC akan mendebet rekening giro pada Bank Indonesia
dan mengkredit rekening giro Badu. Sedangkan bagi Bank Omega, setelah menerima tagihan
untuk mencairkan cek dari Bank ABC, warkat yang di terimanya di anggap sebagai Warkat
Debet Masuk, karena Bank Omega akan mendebet rekening Ali dan mengkredit rekening Giro
pada Bank Indonesia.
Transaksi antar Badu dan Ali dapat pula di lakukan dengan perjanjian bahwa Ali
menghendaki agar Bank Omega menyetorkan cek giro untuk keuntungan Badu nasabah Bank
ABC. Dalam hal ini warkat cek yang di serahkan oleh Ali akan di anggap oleh Bank Omega
sebagai Warkat Kredit Keluar, karena akan mengkredit rekening giro pada Bank Indonesia
dan mendebet rekening giro Ali. Transaksi ini di sebut dengan perhubungan giro. Sedangkan
bagi Bank ABC yang menerima cek untuk keuntungan rekening giro Badu, akan mengaggap
warkat tersebut sebagai Warkat Kredit Masuk, karena akan mengkredit rekening giro Badu
dan mendebet rekening Bank Indonesia.

Pertemuan kliring
Kliring yang di laksankan tidak melalui Automated Clearing House, pertemuan kliring
biasanya di lakukan sebanyak dua kali. Pertama kali bertemu, Bank-bank yang terlibat dalam
transaksi kliring akan saling menyerahkan warkat. Pada pertemuan kedua, Bank peserta
kliring akan saling mengembalikan warkat apabila terjadi penolakan.

Waktu pertemuan kliring biasanya di atur sebagai berikut :

Senin sampai dengan jum’at :

Kliring I : Pukul 10:30 – 11:30


Kliring II : Pukul 13:00 – 14:00

Sabtu :

Kliring I : Pukul 10:00 – 11:00


Kliring II : Pukul 12:00 – 13:00

Peserta yang karena satu atau lain hal tidak dapat ikut serta dalam pertemuan kliring, di
haruskan mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia melalui penyelenggara 10 hari
sebelumnya, untuk kemudian di umumkan kepada semua peserta sekurang-kurangnya 2hari
kerja. Hal ini di kecualikan apabila terjadi force majeur, seperti bencana alam, kebakaran,
pemogokan, sabotase, dan lain sebagainya.

Dalam pertemuan kliring pertama, setiap peserta kliring akan berkumpul di tempat
kliring untuk menyerahkan warkat-warkat kliring kepada bank peserta lainnya. Warkat-warkat
yang di terima dan di serahkan oleh bank-bank peserta kliring, sebagaimana telah di singgung
di atas, dapat di jabarkan sebagai berikut

Warkat Kliring yang di serahkan suatu bank kepada bank peserta lainnya.
a. Warkat (nota) Debet Keluar
b. Warkat (nota) Kredit Keluar

Warkat Kliring yang di terima suatu bank kepada bank peserta lainnya.
a. Warkat (nota) Debet Masuk
b. Warkat (nota) Kredit Masuk
Hubungan antara warkat debet keluar dan warkat debet masuk dapat di jabarkan sebagai
berikut :
1. warkat Debet Keluar 2. warkat Debet Keluar

Giro BI Giro Nasabah Giro BI Giro Nasabah

Debet Kredit Debet Kredit


(+) (+) (-) (-)

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, atau warkat debet keluar, akan
menikmati penambahan giro pada Bank Indonesia. Sedangkan bank yang menerima
warkatnya sendiri, atau warkat debet masuk, saldo gironya pada Bank Indonesia akan
berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut.

Hibungan antara warkat kredit keluar dan warkat kredit masuk dapat di jabarkan sebagai
berikut :

3. warkat Kredit Keluar 4. warkat Kredit Keluar

Giro BI Giro Nasabah Giro BI Giro Nasabah

Debet Kredit Debet Kredit


(-) (-) (+) (+)

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar, dalam hal ini warkat kredit keluar, akan
menyebabkan pengurangan dalam rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan bank yang
menerima warkat tersebut, atau warkat kredit masuk, saldo gironya pada Bank indinesia akan
bertambah sebesar nilai nominal warkat tersebut.

PROSEDUR AKUNTANSI KLIRING


Setiap bank peserta kliring akan menyelenggarakan akuntansi atas transaksi kliring
sesuai dengan sistim akuntansi yang di terapkan pada bank masing-masing.Arus warkat,
apakah warkat debet atau warkat kredit, akan di catat dalam buku harian kliring yang akan di
buat oleh setiap bank. Atas dasar buku harian kliring ini akan di buat daftar kliring keluar
untuk kemudian di jadikan dasar untuk pembuatan neraca kliring. Dari neraca kliring inilah
pada akhir hari akan di ketahui apakah suatu bank menang atau kalah dalam kliring.

Suatu bank akan menang kliring apabila mutasi debet giro pada Bank Indonesia lebih
besar daripada mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank Indonesia
akan bertambah. Suatu bank akan kalah kliring apabila mutasi debet giro lebih kecil daripada
mutasi kredit pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank Indonesia akan berkurang.
Bank yang kalah kliring mengakibatkan semakin kecilnya reserve requirement yang harus di
pelihara pada Bank Indonesia.

Prosedur akuntansi kliring dapat di jabarkan sebagai berikut :


Nota Warkat Nota Warkat Nota Warkat Nota Warkat
Debet dari Debet dari Debet dari Debet dari
nasabah nasabah nasabah nasabah

Buku Harian Buku Harian Buku Harian Buku Harian

Daftar Kliring Daftar Kliring


Harian Harian

Rekapitulasi Rekapitulasi
Pengeluaran Pengeluaran

Neraca Kliring Neraca Kliring

Saldo Bilyet
Kliring
Keluar Masuk

Pembukuan Transaksi Kliring


Kembali ke ilustrasi di atas. Pada saat Bank ABC menerima Warkat giro dari Bank
Omega kedua bank akan mencatat transaksi kliring tersebut sebagai berikut.

Pembukuan transaksi kliring ini dapat di tampung pada rekening sementara “kliring”
atau dapat langsung ke Rekenung Giro pada Bank Indonesia.

Pada Bank ABC- cabang Jakarta.

Pada saat terima warkat dari Tn. Ali untuk di setorkan bagi keuntungan rekening giro
Badu di butuhkan sebagai berikut :
D : Kliring ……………………………… Rp. 30.000.000,-
K : Giro – Rekening Tn. Badu …………….. Rp. 30.000.000,-

Setelah di ketahui hasilnya baik, biasanya pada waktu kliring ke dua, akan dinihilkan
rekening kliring.
D : Bank Indonesia – Giro ……………… Rp. 30.000.000,-
K : Kliring ……………………………… Rp. 30.000.000,-

Ayat jurnal di atas biasanya di lakukan pada akhir hari kliring.

Pada Bank Omega – cabang Jakarta.

Pada saat menerima warkat nasabahnya sendiri (warkat giro Ali) akan membebenkan
rekening giro Ali dengan jurnal sebagai berikut :
D : Giro Rekening Tn. Ali ………………… Rp. 30.000.000,-
K : Bank Indonesia – Giro ………………… Rp. 30.000.000,-

Bank Omega dapat langsung mengkredit Rekening Giro pada Bank Indonesia karena cek
tersebut adalah cek dari nasabahnya sendiri.
Sifat rekening kliring hamper serupa dengan rekening bersyarat atau tangent account
yang harus di bukuka karena memiliki nilai moneter yang cukup material mengingat transaksi
giral dalam suatu bank cukup besar. Karena sifatnya yang masih sementara sambil menunggu
di terima atau di tolaknya hasil kliring. Maka saldo harian rekening kliring harus nihil pada
akhir hari kliring dimana sudah jelas di perhitungkan hubungan hutang dan piutang.

Rekening sementara kliring ini tidak di masukkan kedalam rekening administrasive


karena sifatnya yang akan mengakibatkan hubungan hutang dan piutang.

Apabila Broto, seorang nasabah Bank Omega – cabang Jakarta menyerahkan sebuah
warkat giro senilai Rp. 50 juta kepada bank untuk di serahkan kepada Sutrisno, salah seorang
nasabah bank Lippo cabang Jakarta, oleh kedua bank akan di bukukan sebagai berikut.

Pada Bank Omega cabang Jakarta.

Pada saat menerima amanat dan warkat dari Broto, akan di bukukan sebagai berikut.
D : Giro – Rekening Broto …………………… Rp. 50.000.000,-
K : Bank Indonesia – Giro …………………… Rp. 50.000.000,-

Pada Bank Lippo cabang Jakarta.

Pada saat menerima warkat setoran untuk keuntungan Sutrisno di bukukan sebagai
berikut :
D : Bank Indonesia – Giro ……………………. Rp. 50.000.000,-
K : Giro – Rekening Sutrisno ………………… Rp. 50.000.000,-

Sifat transaksi di sini sudah pasti karena bank yang di beri amanat sudah mengetahui
hasil kliring sebelum kliring di laksanakan, dengan demikian kedua bank yang terlibat
langsung membukukan transaksi diatas kedalam rekening giro pada Bank Indonesia.

Neraca Kliring

Pada akhir hari kliring akan di buatkan neraca kliring sebagai laporan akhir transaksi
kliring. Dari neraca ini akan di ketahui apakah rekening giro pada Bank Indonesia mengalami
kenaikan atau penurunan, yang lazimnya di kenal dengan menang atau kalah kliring.

Apabila penjumlahan debet neraca lebih besar dari penjumalah kredit, berarti bank yang
bersangkutan menang kliring, artinya besarnya hasil penagihan lebih besar dari pada
besarnya kewajiban kepada bank-bank lain. Dengan demikian, untuk menutup transaksi
kliring pada hari yang bersangkutan akan di bukukan semua seldom rekening kliring dan giro
pada Bank Indonesia.

Pada kedua contoh di atas, bagi Bank Omega cabang Jakarta transaksi kliring ini
mengakibatkan saldo giro Bank Omega pada Bank Indonesia mengalami penurunan sebesar
Rp 80 juta (dari pengkreditan Rp 30 juta ditambah Rp 50 juta). Dengan demikian Bank Omega
cabang Jakarta akan menyelesaikan transaksi tersebut sebagai kalah kliring.

Bagi Bank ABC, transaksi ini di anggap sebagai menang kliring karena saldo rekening
giro pada Bank Indonesia bertambah sebesar Rp 30 juta. Sedangkan untuk Bank Lipo juga
sebagai bank yang menang kliring karena ia hanya akan mendebet rekening giro pada Bank
Indonesia sebesar 50 juta.

Apabila BankOmega membuat neraca kliring ,akan dapat diketahui kekalahan kliring
nya seperti tampak sebagai berikut.
PT. Bank Omega

NERACA KLIRING

Warkat Debet
Masuk ……….. Rp. 30 jt
Warkat Kredit
Keluar ………... Rp. 50 jt
Kalah
Kliring ………….. Rp. 80 jt
Keseimbangan ………… Rp. 80 jt Keseimbangan ……….. Rp. 80 jt

Apabila dalam pembukuan transaksi kliring, bank Omega selalu mempergunakan


rekening sementara kliring dan pendebetan atau mengkreditkan rekening giro pada Bank
Indonesia dilaksanakan pada akhir hari kliring, untuk mengetahui bank menang atau kalah
kliring, maka kekalahan kliring di atas akan di bukukan sebagai berikut :
D : Kliring ……………………………………… Rp. 80.000.000,-
K : Bank Indonesia – Giro ……………………... Rp. 80.000.000,-

Neraca Kliring Bank Indonesia

Dilihat dari sudut Bank Indonesia atau sebagai penyelenggara kliring, tidak akan
terdapat selisih pendebetan maupun pengkreditan rekening giro masing-masing bank peserta
kliring. Neraca kliring Bank Indonesia dapat di jabarkan sebagai berikut :

Neraca Kliring Tgl ……………

Nama Bank Yang Kalah Kliring Nama Bank Yang Menang Kliring

Bank Omega ……… Rp 80 jt Bank ABC …………........ Rp 30 jt


Bank Lippo …………….. Rp 50 jt

Jumlah Debet Rp 80 jt Jumlah Kredit Rp 80 jt

Selanjutnya untuk mencatat transaksi hasil kliring diatas, oleh Bank Indonesia akan di
bukukan sebagai berikut :
D : GIRO – BANK OMEGA …………………… Rp. 80.000.000,-
K : GIRO – BANK ABC ……………………….. Rp. 30.000.000,-
K : GIRO – BANK LIPPO ……………………... Rp. 50.000.000,-

Dengan demikian, pada Bank Indonesia hanya akan terjadi perpindahan dana dari satu
bank yang kalah kliring kepada bank lainnya yang menang kliring. Pada contoh di atas, dan
giro Bnk Omega di Bank Indonesia akan berkurang sebesar Rp 80 juta dan giro Bank ABC
serta Lippo bertambah masing-masing sebesar Rp 30 juta dan Rp 50 juta.

Melalui kalah atau menang kliring ini, oleh Bank Indonesia akan di pantau saldo
minimum dari reserve requirement. Bila suatu bank reserve requirementnya lebih rendah dari
pada apa yang seharusnya di pelihara, maka kepada bank yang tidak memenuhi persyaratan
tersebut akan di kenakan dendaoleh Bank Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai