DOSEN PENGAMPU :
OLEH:
S1 FARMASI
TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,
namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasanya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi sempurnanya makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya
khasanah ilmu pendidikan. Terima kasih.
Tulungagung, 25 Maret 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyakit autoimun bisa berdampak pada banyak bagian tubuh. Ada lebih dari
100 jenis penyakit autoimun mulai dari yang ringan sampai berat. Adapun yang tergolong
penyakit autoimun antara lain juvenile idiopatik artritis (JIA), multipel sklerosis, lupus
eritemetosus sistemik (SLE), diabetes melitus tipe 1, sindrom grave, skleroderma, multipel
sklerosis (U.S. Departement of Health and Human Services, 2002). Penyakit autoimun
menyerang sekitar 8% dari polulasi di seluruh dunia, 78% diantaranya adalah perempuan
(Fairweather et al., 2008). Pada makalah ini akan membahas salah satu penyakit autoimun
yaitu radang pembuluh darah (vasculitis).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari vaskulitis.
2. Mengetahui klasifikasi vaskulitis.
3. Mengetahui etiologi vaskulitis.
4. Mengetahui patologi dari penyakit vaskulitis.
5. Mengetahui gejala yang ditimbulkan dari penyakit vaskulitis.
6. Mengetahui manifestasi klinis vaskulitis.
7. Mengetahui diagnosa dari penyakit vaskulitis.
8. Mengetahui komplikasi penyakit vaskulitis.
9. Mengetahui pemeriksaan diagnostik penyakit vaskulitis.
10. Mengetahui penatalaksanaan medis penyakit vaskulitis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Purpura Henoch-Schonlein Vaskulitis radiasi
Sindrom Bechet Keadaan lain seperti : akibat hipertensi
Tromboangitis obliterans
4
berhubungan dengan vaskulitis nekrosis pada
pembuluh darah kecil maupun sedang.
Glumerulonefritis necrotizing adalah yang paling
umum
Sindrom Churg-Straus‡ Inflamasi granulomatosa dan eosinofilia pada
traktus respiratorius disertai vaskulitis nekrosis
pada pembuluh darah kecil dan sedag yang
berhubungan dengan eosinofilia dan asma
Mikroskopik poliangiitis‡ Vaskulitis nekrosis dengan sedikit ataupun tidak
ada deposit imun pada pembuluh darah kecil.
Nekrosis arteritis pada arteri kecil maupun sedang
bisa juga terjadi. Nekrosi glumerulonefritis biasa.
Capilaritis pulmonary sering terjadi
Henoch Schonlen purpura Vaskulitis yang dicirikan dengan deposit imun
dominan Ig A pada pembuluh darah kecil. Khas
mengenai kulit dan glomerulus. Athralgia dan
arthritis sering dijumpai
Essential Vaskulitis dengan deposit imun cryoglobulin pada
cryoglobulinemic pembuluh darah kecil.
vasculitis
Angiitis leukositoklastik Angiitis leukositoclastik tanpa vaskulitis sistemik
kutaneus atau glumerulonefritis
*pembuluh darah besar: aorta dan cabang-cabang besar yang langsung menuju organ-organ
utama; pembuluh darah sedang: arteri renalis, hepatica, koroner dan mesenterik; pembuluh
darah kecil: venulae, kapiler, arteriole dan arteri serta arteriole distal intraparenkim.
†
Tulisan tegak merupakan komponen esensial; tulisan miring menunjukkan komponen biasa,
namun tidak esensial.
‡
Sangat berhubungan dengan antibodi sitoplasmik antinuklear
5
e Nekrosis granulomatosa
Terjadinya vaskulitis masih belum diketahui. Tetapi telah diketahui bahwa
sistemimun mempunyai peranan yang besar pada kerusakan jaringan akibat vaskulitis. Sistem
imun yang normalnya melindungi organ tubuh pada vaskulitis menjadi hiperaktif karena
dirangsang oleh stimulus yang belum diketahui mengakibatkan terjadinya inflamasi.
6
Pada vaskulitis yang di dasarkan pada komplek imun menunjukkan bahwa
terdapat kaitan antara antigen permukaan virus hepatitis B dengan Ig M terhadap terjadinya
parubahan pada didinding arteri pasien polierteritis.
Pada sebagian besar vaskulitis terdapat bukti bahwa mekanisme terjadinya
adalah melalui kompleks imun. Keadaan imunologi yang dapat menerangkan timbulnya
aktivasi imunologi ditentukan oleh beberapa keadaan, yaitu jumlah antigen, kemampuan
tubuh mengenai antigen, kemempuan respons imun untuk mengeliminasi antigen dan route
(target organ) yang dirusak.
a Vaskulitis Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa
Patologi pada penyakit ini yaitu : adanya inflamasi nekrotik fokal, panmural mengenai
arteri otot berukuran kecil dan sedang. Seluruh arteri tubuh dapat terkena dengan berbagai
tingkatan inflamasi. Lesi awal berupa nekrosis fibrinoid bersebukan sel radang. Perubahan
kronik tampak sebagai parut yang tebal dan menyebabkan oklusi pembuluh darah. Pada
tahap awal tampak adanya deposit komplek imun baik immunoglobulin maupun
komplemen dan sulit di temukan pada fase kronik.
b Vaskulitis Hipersensitif
Proses inflamasi dapat di cetuskan oleh reaksi alergi terhadap obat atau akibat pajanan
terhadap bakteri, virus atau parasit. Reaksi di perantarai sel maupun komplek imun dapat
terlihat pada penyakit ini. Pada fese akut tampak pembengkakan endotel pembuluh darah
di sertai oklusi lumen, sebukan sel radang polimurfonuklear dan tampak adanya
fragmentasi nucleus serta leukositoklasik. Tampak pula nekrosis fibrinoid dan
ekstrafasasieritrosit. Fase lanjut akan mengenai jaringan ikat yang lebih luas dari dermis
c Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
Pada pembuluh darah dapat di jumpai deposit imunoglobulin. Nekrosis granulomatosa di
jumpai baik pada arteri kecil dan sedang maupun pada vena. Granuloma berukuran 1 mm
yang terletak dekat arteri kecil mengandung banyak eusinofil yang di kelilingi oleh
makrofag dan sel raksasa epiteloid. Pada fese akut sebukan sel radang lebih banyak di
dominasi oleh eusinofil dan pada fese kronik lebih banyak di jumpai makrofag dan sel
raksasa. Pada kulit, ginjal gambaran patologi lebih karakteristik dimana terlihat granuloma
eusinofilik serta infiltrasi eusinofil.
d Arteritis Takayasu
Proses patofisiologi penyakit ini di kaitkan dengan adanya infeksi oleh spirochaeta, basil
tuberculosis dan streptococcus. Di jumpai adanya antibodi terhadap aorta.
7
e Purpura Henoch-Schonlein
Sepertihalnya vaskulitis hipersensitif, pada penyakit ini memberikan gambaran
patofisisologi yang hampir sama. Kebanyakan immunoglobulin yang di jumpai adalah IgA.
proses aktivasi komplemen lebih banyak melalui jalur alternatif.
f Granulomatosis Wegener
Pada tahap awal terlihat keterlibatan paru dan di ikuti oleh berbagai proses inflamasi
sistemik di banyak jaringan lain termasuk ginjal. Terdapat gangguan imunitas yang di
perantarai sel dan di curigai berkaitan dengan faktor genetik berkaitan dengan HLA-DR2
dan HLA-B8. pada fase awal tampak adanya granuloma nekrotik yang di kelilingi oleh
histiosid yang membentuk palisade.
2.7 Diagnosa
1. Laboratorium tes darah atau cairan tubuh dilakukan untuk pasien dengan vaskulitis aktif.
Hasilnya biasanya akan menunjukkan tanda-tanda peradangan dalam tubuh, seperti
tingkat sedimentasi eritrosit meningkat (ESR), peningkatan protein C-reaktif (CRP),
anemia, peningkatan jumlah sel darah putih dan eosinofilia. Temuan lain yang mungkin
ditinggikan antibodi sitoplasmik antineutrofil (ANCA) tingkat dan hematuria.
2. Tes fungsional organ lain mungkin abnormal. Kelainan spesifik tergantung pada tingkat
keterlibatan berbagai organ.
3. Diagnosis pasti dari vaskulitis didirikan setelah biopsi organ yang terlibat atau jaringan,
seperti kulit, sinus, paru-paru, saraf ginjal, dan. Biopsi memaparkan pola peradangan
pembuluh darah.
4. Sebuah alternatif untuk biopsi dapat angiogram (x-ray tes pembuluh darah). Hal ini dapat
menunjukkan pola-pola karakteristik peradangan di pembuluh darah yang terkena.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari vaskulitis tergantung pada jenis vaskulitis yang Anda miliki.
Secara umum, komplikasi yang dapat terjadi adalah:kerusakan organ. Beberapa jenis
10
vaskulitis mungkin parah, menyebabkan kerusakan pada organ utama. Episode berulang dari
vaskulitis. Bahkan ketika pengobatan vaskulitis adalah awalnya berhasil, kondisi bisa kambuh
dan memerlukan perawatan lebih lanjut. Dalam kasus lain, vaskulitis mungkin tidak pernah
benar-benar pergi dan membutuhkan perawatan yang berkelanjutan.
11
Panggunaan prosedur transfusi tukar walaupun telah di gunakan, saat ini masih
merupakan pengobatan alternative dalam tahap eksperimantal.
2. Vaskulitis Hipersensitif
Dalam penatalaksanaan vaskulitis hipersensitif, suatu hal yang harus di lakukan pertama
kali adalah menyingkirkan seluruh obat-obatan atau antigen yang di duga sebagai
penyebabnya. Pada kasus yang ringan hanya di jumpai purpura pada kulit tanpa
dijumpainya gejala sistemik atau keterlibatan organ internal, umumnya tidak di perlukan
pengobatan spesifik. Pada kasus dengan gejala sistemik atau keterlibatan organ vital
dapat di berikan pengobatan glukokortikoid yang setara dengan 20-60 mg/hari tergantung
pada beratnya gejala klinis. Jika glukokortikoid tidak memberikan perbaikan yang
bermakna atau timbul efek samping pada penggunaan obat, penggunaan sitostatika dapat
di pertimbangkan walaupun belum jelas bahwa pemberian sitostatika merupakan cara
pengobatan yang lebih baik. Pada kasus vaskulitis hipersensitif kronik dimana factor
pencetus sulit di tentukan, penggunaan dopsone, OAINS atau colchicines dapat di coba,
walaupun hasil pengobatan dengan penggunaan modalitas ini umumnya masih bervariasi.
3. Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
Pengobatan utama penyakit ini adalah: pemberian kartikosteroid serta dengan prednisone
20-40 mg/hari, dalam dosis yang terbagi. Penggunaan kartikosteroid bersama pulse
siklofosfamid atau pertukaran plasma bersama sitostatika pada kelainan ini belum jelas
manfaatnya. Prognosis pasien pada penyakit ini umumnya lebih baik dari jenis
poliarteritis yang lain.
4. Arteritis Takayasu
Pada tahap awal pemberian steroid sangat membantu dalam menekan gejala sistemik
serta mengatasi timbulnya stenosis pembuluh darah. Pemberian dengan teknik pulse
dapat dengan cepat memperbaiki keadaan penyakit terutama keluhan klaudikasio. Dosis
yang di anjurkan adalah: 45-60 mg prednison dalam dosis ekuivalen. Parameter
laboratorik saperti laju endapan darah (LED) di pakai untuk menentukan aktifitas
penyakit, serta dosis steroid dapat di turunkan sampai dosis minimum yang tetap
memberikan efek supresi terhadap gejala klinisnya. Selanjutnya di lanjutkan dengan dosis
pemeliharaan (dosis kecil) jangka panjang. Penggunaan sitostatik, vasodilator atau anti
koagulan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Penyakit ini dapat mengalami remisi
spontan atau menjadi lebih buruk dan menimbulkan kematian.
5. Purpura Henoch Schonlein
12
Penyakit ini bersifat self-limited dan berfariasi antara 6-16 minggu. Untuk kasus ringan
pengobatan soportif biasanya mencukupi, sedangkan pada kusu yang lebih berat di
perlukan steroid selama fase akut untuk mencegah perburukan maupun kelainan ginjal.
6. Granulomatosa Wegener
Pada beberapa kasus penggunaan glukokortikoid memberikan hasil yang baik, di samping
penggunaan siklofosfamid, azatioprin, metotreksat, klorambusil, dan nitrogen mustard.
Siklofosfamid labih baik dari azatioprin dalam menginduksi timbulnya remisi. Di pakai
dosis 2 mg/kbBB secara oral. Pada pasien yang menunjukkan reaksi elergi terhadap
siklofosfamid dapat di pakai azatioprin atau dengan penambahan kotrimoksazol. Apabila
di jumpai manifastsi sistemik yang berat, harus di berikan pula prednison secara
bersamaan dengan siklofosfamid dengan dosis 1 mg/kgBB dalam dosis terbagi. Dosis
prednison dapat di turnkan apabila gejala sistemik telah teratasi. Evaluasi penyakit dapat
di lakukan dengan pemeriksaan terhadap laju endapan darah, kadar c-reactive protein
(CRP). Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal biasanya prognosisnya lebih buruk
dan bila terjadi gagal ginjal di perlukan tindakan cuci darah.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk
salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru
dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi.Vaskulitis adalah radang
dinding pembuluh darah. Salah satu penyakit autoimun adalah vaskulitis atau radang
pembuluh darah.
Vaskulitis merupakan suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang ditandai
dengan adanya proses inflamasi dari nekrosis dinding pembuluh darah. Vaskulitis bisa
mengenai pembuluh darah besar sampai pembuluh darah kecil (seperti kapiler dan venula).
Peradangan pada arteri disebut arteritis sedangkan peradangan pada vena disebut phlebitis.
Kussmaul dan Maier merupakan orang yang pertama kali melaporankan
penyakit vaskulitis, seorang pasien dengan arteritis nekrotikans pada tahun 1866. Dengan
gejala yang ditimbulkan oleh seorang pasien yaitu demam, anoreksia, kelemahan otot,
parestesia, mialgia, sakit perut, dan oliguria di arteri berukuran sedang dan kecil di seluruh
tubuh.
Tipe vaskulitis harus diketahui, dan diberikan terapi yang tepat. Bila
penyebabnya diketahui, seperti penyakit kronis, infeksi, atau obat-obatan, penyebabnya harus
segera ditangani sebagaimana mestinya. Organ dalam yang terkena juga harus diterapi dengan
tepat dan adekuat.
3.2 Saran
1. Perawat bisa mengenal dengan cepat ciri-ciri dari Vaskulitis.
2. Perawat bisa menangani pasien dengan penyakit Vaskulitis dengan cepat, teliti dan
terampil.
3. Perawat dapat bekerjasama dengan baik dengan tim kesehatan lain maupun pasien dalam
tahap pengobatan.
14
DAFTAR PUSTAKA