PENDAHULUAN
Vaskulitis merupakan suatu proses klinis dan patologi yang disebabkan oleh
inflamasi pada pembuluh darah. Proses inflamasi ini dapat mengenai baik arteri
maupun vena, dalam berbagai ukuran, dari kapiler sampai aorta.banyak penyakit yang
berhubungan dengan vaskulitis, tetapi terdapat kelompok penyakit dengan vaskulitis
sebagai gambaran primer (vaskulitis sistemik primer). Sebagai suatu penyakit sendiri,
vaskulitis pertama kali ditemukan oleh Kussmaul dan Maier pada tahun 1866.
Walaupun prevalensi vaskulitis belum banyak di laporkan, tetapi penyakit ini dapat
di jumpai seiring dengan kemajuan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan
imunologi lainnya. Vaskulitis baru di curigai bila di jumpai gejala yang tidak dapat di
terangkan dengan keadaan iskemia pada kelompok usia muda dan di tentukan kelainan
berbagai organ, neuritis atau adanya kelainan pada kulit.Berbagai ahli mengemukakan
criteria diagnostic vaskulitis agar penyakit tersebut mudah diketahui supaya pengobatan
dapat dilakukan lebih dini. Disebut vaskulitis primer bila kumpulan gejala (sindrom)
yang ditemukan tidak diketahui penyebabnya dan ini merupakan kelompok terbanyak,
sedang vaskulitis sekunder penyebabnya dapat diketahui, missal oleh karena infeksi,
virus, tumor dan kerusakan pembuluh darah akibat obat.
1.3 Tujuan
Vaskulitis Page 1
BAB. II
LANDASAN TEORI
Vaskulitis adalah sebuah istilah yang terkait dengan kelompok penyakit heterogen
yang mengakibatkan peradangan pembuluh darah. Pembuluh darah yang dimaksud
adalah system vaskular yang terdiri dari arteri yang membawa darah penuh oksigen ke
jaringan tubuh dan enayang membawa kembali darah kurang oksigen dari jaringan ke
paru-paru. Vaskulitis dapat mengenai vena, arteri maupun kapiler. Peradangan pada
arteri disebut arteritis sedangkan peradangan pada vena disebut phlebitis.
Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang ditandai dengan
adanya proses inflamasi dari nekrosis dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang
terkena dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran. Vaskulitis merupakan proses
patologis yang ditandai dengan adanya peradangan dan nekrosis dari pembuluh darah
baik arteri kecil atau besar maupun vena.Vaskulitis adalah peradangan pada pembuluh
darah.
Vaskulitis adalah proses kliniko patologi dicirikan oleh peradangan dan kerusakan
pembuluh darah. Lumen pembuluh darah biasanya turut serta, dan ini dikaitkan dengan
iskemia jaringan yang dipasok oleh pembuluh darah yang terlibat. Sebuah kelompok
yang luas dan heterogen dari sindrom merupakan hasil dari proses ini, karena setiap
jenis, ukuran, dan lokasi pembuluh darah mungkin terlibat. Vaskulitis dan konsekuensi-
konsekuensinya mungkin manifestasi utama atau satu-satunya penyakit; alternatif lain,
vaskulitis dapat menjadi komponen sekunder primer lain penyakit. Vaskulitis bisa
terbatas pada satu organ tunggal, seperti kulit, atau mungkin secara simultan melibatkan
beberapa sistem organ.
Klasifikai ciri utama dari sindrom vaskulitis sebagai sebuah kelompok adalah
kenyataan bahwa ada banyak heterogenitas pada saat yang sama karena ada tumpang
tindih cukup besar di antara mereka. Sifat heterogenitas dan tumpang tindih ini
disamping kurangnya pemahaman tentang pathogenesis sindrom ini telah menjadi
halangan besar untuk pengembangan sebuah sistem yang koheren dalam klasifikasi
untuk penyakit ini.
Vaskulitis Page 2
Klasifikasi Vaskulitis
Vaskulitis Page 3
Vaskuliti dapat diklasifikasikan oleh tipe''atau ukuran pembuluh darah''bahwa
mereka terutama mempengaruhi. Terlepas dari perbedaan arteritis / flebitis disebutkan
di atas, vaskulitis sering diklasifikasikan oleh ukuran pembuluh yang terkena. Namun,
perlu dicatat bahwa ada beberapa variasi bisa dalam ukuran pembuluh yang terkena.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab penyakit ini belum di ketahui dengan jelas, namun ada
beberapa yang memegang peranan yang memicu timbulnya penyakit ini, yaitu:
a. Komplek imun
c. Elergi terhadap obat atau akibat pajanan terhadap bakteri, virus dan parasit.
d. Genetik
e. Nekrosis granulomatosa
2.3 Patogenesis
Vaskulitis Page 4
Ketika inflamasi ini terjadi, hal ini menyebabkan perubahan pada dinding
pembuluhdarah seperti penebalan dan penyempitan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Sumbatan pembuluh darah yang berat akan
berefek pada jaringan yangdiperdarahi oleh pembuluh darah tersebut, menimbulkan
gangguan perfusi dan distribusi nutrisike jaringan, terjadi iskemi, kerusakan bahkan
kematian jaringan.
Pada vaskulitis yang di dasarkan pada komplek imun menunjukkan bahwa terdapat
kaitan antara antigen permukaan virus hepatitis B dengan Ig M terhadap terjadinya
parubahan pada didinding arteri pasien polierteritis.
Pada sebagian besar vaskulitis terdapat bukti bahwa mekanisme terjadinya adalah
melalui kompleks imun. Keadaan imunologi yang dapat menerangkan timbulnya
aktivasi imunologi ditentukan ileh beberapa keadaan, yaitu jumlah antigen, kemampuan
tubuh mengenai antigen, kemempuan respons imun untuk mengeliminasi antigen dan
route (target organ) yang dirusak.
Patologi pada penyakit ini yaitu: adanya inflamasi nekrotik fokal,panmural mengenai
arteri otot berukuran kecil dan sedang. Seluruh arteri tubuh dapat terkena dengan
berbagai tingkatan inflamasi. Lesi awal berupa nekrosis fibrinoid bersebukan sel
radang. Perubahan kronik tampak sebagai parut yang tebal dan menyebabkan oklusi
pembuluh darah. Pada tahap awal tampak adanya deposit komplek imun baik
immunoglobulin maupun komplemen dan sulit di temukan pada fase kronik.
b. Vaskulitis Hipersensitif
Proses inflamasi dapat di cetuskan oleh reaksi alergi terhadap obat atau akibat pajanan
terhadap bakteri, virus atau parasit. Reaksi di perantarai sel maupun komplek imun
dapat terlihat pada penyakit ini. Pada fese akut tampak pembengkakan endotel
pembuluh darah di sertai oklusi lumen, sebukan sel radang polimurfonuklear dan
tampak adanya fragmentasi nucleus serta leukositoklasik. Tampak pula nekrosis
fibrinoid dan ekstrafasasieritrosit. Fase lanjut akan mengenai jaringan ikat yang lebih
luas dari dermis
Vaskulitis Page 5
c. Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
d. Arteritis Takayasu
Proses patofisiologi penyakit ini di kaitkan dengan adanya infeksi oleh spirochaeta,
basil tuberculosis dan streptococcus. Di jumpai adanya antibodi terhadap aorta.
e. Purpura Henoch-Schonlein
f. Granulomatosis Wegener
Pada tahap awal terlihat keterlibatan paru dan di ikuti oleh berbagai proses inflamasi
sistemik di banyak jaringan lain termasuk ginjal. Terdapat gangguan imunitas yang di
perantarai sel dan di curigai berkaitan dengan faktor genetik berkaitan dengan HLA-
DR2 dan HLA-B8. pada fase awal tampak adanya granuloma nekrotik yang di kelilingi
oleh histiosid yang membentuk palisade.
Ada banyak kondisi yang telah vaskulitis sebagai gejala yang menyertai atau
atipikal, termasuk:
4. Paparan bahan kimia dan obat-obatan, seperti amfetamin, kokain, dan vaksin antraks
Vaskulitis Page 6
c) Otot dan sendi: myalgia atau myositis, artralgia atau arthritis
h) Ginjal: Glomerulonefritis
2.5 Diagnosa
1) Laboratorium tes darah atau cairan tubuh dilakukan untuk pasien dengan vaskulitis
aktif. Hasilnya biasanya akan menunjukkan tanda-tanda peradangan dalam tubuh,
seperti tingkat sedimentasi eritrosit meningkat (ESR), peningkatan protein C-reaktif
(CRP), anemia, peningkatan jumlah sel darah putih dan eosinofilia. Temuan lain yang
mungkin ditinggikan antibodi sitoplasmik antineutrofil (ANCA) tingkat dan
hematuria.
2) Tes fungsional organ lain mungkin abnormal. Kelainan spesifik tergantung pada
tingkat keterlibatan berbagai organ.
3) Diagnosis pasti dari vaskulitis didirikan setelah biopsi organ yang terlibat atau
jaringan, seperti kulit, sinus, paru-paru, saraf ginjal, dan. Biopsi memaparkan pola
peradangan pembuluh darah.
4) Sebuah alternatif untuk biopsi dapat angiogram (x-ray tes pembuluh darah). Hal ini
dapat menunjukkan pola-pola karakteristik peradangan di pembuluh darah yang
terkena.
a) Vaskulitis Reumatoid
Vaskulitis Page 7
b) Poliarteritis Nodosa (Poliarteritis nodosa klasik)
Suatu penyakit kompleks imunarteri muskularis dan arteriol. Penyakit ini jarang
mengenai paru dan etiologinya belum diketahui. Gejala yang dapat di temukan ialah:
artralgia, mialgia, gangguan saraf perifer, kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri
abdomen, hipertensi, dan gangguan pada jantung (gagal jantung). Pada beberapa kasus
terdapat perforasi usus dan instususepsi ileoilel yang disebabkan oleh vaskulitis dinding
usus yang menyebabkan udema dan pendarahan submukosa.
c) Vaskulitis Hipersensitif
Demam merupakan gejala sistemik yang paling sering pada penyakit ini, di duga
demam terjadi akibat pelepasan mediator sitokin yang bersifat vasokontriktor yang
menghambat pengeluaran panas tubuh. Gejala lain pada penyakit ini yaitu purpura yang
dapat di raba, nyeri abdominal dan arthritis. Edema pada kaki, tangan, periorbital
seringkali di jumpai. Artritis terutama mengenai sendi lutut dan pergelangan kaki.
Hipertensi di jumpai pada 13% pasien, dan jarang terjadi kelainan fungsi ginjal.
e) Arteritis Takayasu
Adalah suatu penyakit kronik yang tidak di ketahui etiologinya yang sering muncul
pada perempuan muda. Awalnya dominansi gejala sistemik lebih manonjol seperti:
demam ringan, kelelahan, penurunan BB, artalgia maupun artritis dan panas yang tidak
terlalu tinggi. Kemudian di ikuti oleh infusisinensi vaskuler akibat sumbatan atau
penyempitan arteri besar. Klaudikasio, penurunan suhu ekstremitas sering di jimpai.
Hipertensi di jumpai lebih dari 50% pasien. Apabila kelaini ini mengenai arteri
pulmonalis dapat timbul gejala sesak nafas, hemoptisis atau hipertensi pulmonal.
Kelainan akibat stenosis arteri mesentrika dapat menimbulkan nyeri abdominal atau
pendarahan gastrointestinal. Pada arteri koronaria yang manyempit dapat timbul gejala
angina pectoris.
Berawal berupa ruam macula erterimatosa pada kulit yang disertai rasa gatal dan
berlanjut menjadi palpable purpura tanpa adanya trombosotopenia. Purpura dapat
timbul dalam 12-24 jam. Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena
tekanan. Penyakit ini merupakan suatu sindrom tanpa trombositopenia, nyeri abdomen,
Vaskulitis Page 8
kadang ditemukan perdarahan saluran cerrna, dan kelainan ginjal. Ditemukannya
kompleks imun IgA di jaringan merupakan hal yang patognomonik. Umumnya pasien
adalah anak-anak dan kadang-kadang penyakit ini self limiting yang tidak memerlukan
pengobatan.
g) Granulomatosa Wegener
Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran nafas bagian atas seperti: rinorea,
sinusitis, ulkus mukosa hidung, otitis media bahkan sampai ketulian dengan gejala
seperti: batuk, hemoptisis, sesak nafas, bahkan sampai terjadi efusi pleura.pada stadium
lanjut biasanya dapat di jumpai kegagalan ginjal yang progresif. Proses inflamasi yang
terjadi dapat mengenai system arteri dan vena terbukti dengan di temukannya deposit
sel limfosit dan sel fagosit lainnya. Dari keadaan ini dapat di simpulkan bahwa yang
bertanggung jawab pada proses ini adalah system imun. Kelainan sendi berupa artalgia,
kelainan seraf cranial dapat di jumpai pula pada penyakit ini.
2. Vaskulitis Hipersensitif
Dalam penatalaksanaan vaskulitis hipersensitif, suatu hal yang harus di lakukan
pertama kali adalah menyingkirkan seluruh obat-obatan atau antigen yang di duga
sebagai penyebabnya. Pada kasus yang ringan hanya di jumpai purpura pada kulit tanpa
dijumpainya gejala sistemik atau keterlibatan organ internal, umumnya tidak di
perlukan pengobatan spesifik. Pada kasus dengan gejala sistemik atau keterlibatan
organ vital dapat di berikan pengobatan glukokortikoid yang setara dengan 20-60
mg/hari tergantung pada beratnya gejala klinis. Jika glukokortikoid tidak memberikan
perbaikan yang bermakna atau timbul efek samping pada penggunaan obat, penggunaan
sitostatika dapat di pertimbangkan walaupun belum jelas bahwa pemberian sitostatika
merupakan cara pengobatan yang lebih baik. Pada kasus vaskulitis hipersensitif kronik
dimana factor pencetus sulit di tentukan, penggunaan dopsone, OAINS atau colchicines
dapat di coba, walaupun hasil pengobatan dengan penggunaan modalitas ini umumnya
masih bervariasi.
Vaskulitis Page 9
3. Angitis Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
Pengobatan utama penyakit ini adalah: pemberian kartikosteroid serta dengan
prednisone 20-40 mg/hari, dalam dosis yang terbagi. Penggunaan kartikosteroid
bersama pulse siklofosfamid atau pertukaran plasma bersama sitostatika pada kelainan
ini belum jelas manfaatnya. Prognosis pasien pada penyakit ini umumnya lebih baik
dari jenis poliarteritis yang lain.
4. Arteritis Takayasu
Pada tahap awal pemberian steroid sangat membantu dalam menekan gejala sistemik
serta mengatasi timbulnya stenosis pembuluh darah. Pemberian dengan teknik pulse
dapat dengan cepat memperbaiki keadaan penyakit terutama keluhan klaudikasio. Dosis
yang di anjurkan adalah: 45-60 mg prednison dalam dosis ekuivalen. Parameter
laboratorik saperti laju endapan darah (LED) di pakai untuk menentukan aktifitas
penyakit, serta dosis steroid dapat di turunkan sampai dosis minimum yang tetap
memberikan efek supresi terhadap gejala klinisnya. Selanjutnya di lanjutkan dengan
dosis pemeliharaan (dosis kecil) jangka panjang. Penggunaan sitostatik, vasodilator
atau anti koagulan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Penyakit ini dapat
mengalami remisi spontan atau menjadi lebih buruk dan menimbulkan kematian.
6. Granulomatosa Wegener
Pada beberapa kasus penggunaan glukokortikoid memberikan hasil yang baik, di
samping penggunaan siklofosfamid, azatioprin, metotreksat, klorambusil, dan nitrogen
mustard. Siklofosfamid labih baik dari azatioprin dalam menginduksi timbulnya remisi.
Di pakai dosis 2 mg/kbBB secara oral. Pada pasien yang menunjukkan reaksi elergi
terhadap siklofosfamid dapat di pakai azatioprin atau dengan penambahan
kotrimoksazol. Apabila di jumpai manifastsi sistemik yang berat, harus di berikan pula
prednison secara bersamaan dengan siklofosfamid dengan dosis 1 mg/kgBB dalam
dosis terbagi. Dosis prednison dapat di turnkan apabila gejala sistemik telah teratasi.
Evaluasi penyakit dapat di lakukan dengan pemeriksaan terhadap laju endapan darah,
kadar c-reactive protein (CRP). Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal biasanya
prognosisnya lebih buruk dan bila terjadi gagal ginjal di perlukan tindakan cuci darah.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari vaskulitis tergantung pada jenis vaskulitis yang Anda miliki.
Secara umum, komplikasi yang dapat terjadi adalah:kerusakan organ. Beberapa jenis
vaskulitis mungkin parah, menyebabkan kerusakan pada organ utama. Episode
berulang dari vaskulitis. Bahkan ketika pengobatan vaskulitis adalah awalnya berhasil,
kondisi bisa kambuh dan memerlukan perawatan lebih lanjut. Dalam kasus lain,
Vaskulitis Page 10
vaskulitis mungkin tidak pernah benar-benar pergi dan membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan
Vaskulitis Page 11
BAB. III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
3. Kebiasaan sehari-hari
a. Biologis
Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang
disukai dan tidak disukai.
Pola minum : frekuensi
Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur
Aktifitas sehari-hari : Kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau
tidur krmbali
b. Psikologis
4. Pemeriksaan fisik:
Vaskulitis Page 12
Hidung: Pernafasan koping hidung
Mulut: mucosa bibir kering
Paru: Inspeksi: RR: 15 x/i, penggunaan ptpt bantu pernafasan (+), hipernea
(+), Takipnea (+), dispenea (+), perubahab kedalaman pernafasan.
5. Pemeriksaan penunjang
- penurunan eritrosit
- hipergamaglobulin
- luokosit normal
- trombosit normal
- peningkatan eosinofil
Hasil foto rotgen: menunjukkan foto dada abnormal, ada nodul, kafitas, dan
infiltrate paru yang tidak menetap
Pemeriksaan urine: di temukan hematuri, sendimen urine
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala: limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan, kelelahan
Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak, keleinan
pada kulit dan pembuluh darah.
2) Sirkulasi
3) Intergritas Ego
Gejala: factor- factor stress akut/kronis, situasi ketidak mampuan dan ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi.
4) Makanan/cairan
Gejala : tidak napsu makan, mual, anoreksia, Tanda : penurunan BB, kekeringan pada
membran mukosa, dan dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif.
5) Higiene
Vaskulitis Page 13
Gejala: kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri.
6) Neurosensori
7) Pernapasan
8) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi,
sertarasa nyeri yang kronis. Tanda : penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi
bagian yang sakit.
9) Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, lesi kulit, ruam, Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam ringan menatap.
11) Penyuluhan/Pembelajaran
Vaskulitis Page 14
3.2 Analisa Data
2. DS:
-Klien mengatakan sangat mudah ketidak seimbangan Intoleransi
kelelahan. antara suplai dan aktivitas
-Klien mengatakan tidak mampu kebutuhan
melakukan aktivitas secara efektif. oksegen(anemia)
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak keletihan
- Klien tampak pucat
- Klien mengalami penurunan
toleransi aktivitas/latihan
- Klien banyak tidur/istirahat
- Palpitasi (+)
- Takikardia (+)
- Respon pernafasan dengan kerja
ringan
-TTV:
TD : 130/90 mmHg
RR : 15 x/i
3. DS:
-Klien mengatakan gelisah. Nyeri dada yang Pola nafas tidak
-Klien Mengatakan kesulitan bernafas diakibatkan oleh efektif
karena nyeri. sesak nafas
-Klien mengatakan hanya dapat
bernafas dengan dangkal karena nyeri
pada dadanya.
DO:
- Klien tampak lemah
Vaskulitis Page 15
- Klien tampak kesulitan bernafas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak nyeri dada setiap kali
bernafas
- Klien tmpak menahan nafas
- Terjadi perubahan kedalaman
pernafasan
- Pernafasan cuping hidung
- TTV:
TD : 100/80 mmHg
ND : 60 x/i
RR : 15 x/i
- Penggunaan otot Bantu pernafasan
(+)
- Bunyi nafas terdengar
- Dispenea (+)
- Hipernea (+)
- Takipnea (+)
- Perubahan kedalaman pernafasan
- Penurunan kapasitas vital
- Mukosa bibir kering dan pucat
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri kronik) berhubungan dengan radang pada dinding
usus dan stenosis arteri masentrika.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan katidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksegen(anemia)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri
Vaskulitis Page 16
mengalami nyeri
, khususnya pada
perubahanalasan
lain untuk
perubahan tanda
3.berikan vital telah
tindakan terlihat
nyaman 3. tindakan ini
misalnya , untuk
pijatan menmenghilangk
punggung , an rasa ketidak
perubahan nyamanan atau
posisi, musik mengurangi
tenang,
Kalaborasi:
Berikan obat Obat ini bertujun
sesuai indikasi untuk meningkat
kan kenyamanan
atau istirahat
umum
2 Intoleransi Setelah -ditunjukkan Mandiri:
aktivitas dilakukan penurunan tanda 1. kaji
1. mencegah
berhubunga intervensi pisiologis,intoleran kemampuan terlalu lelah
n dengan keperawata si,misalnya pasien untuk
katidak n selama 2x nadi,pernafasan, melakukan
seimbangan 24 jam masih dalam aktivitas, catat
antara diharapkan rentang pasien kelelahan dan
suplai dan intoleransi kesulitan dalam
kebutuhan aktifitas beraktivitas
oksigen(ane dan
mia) kebutuhan 2.kaji tanda- 2 perubahan
oksigen tandaa vital pekuensi jantung
dapat setelah TD menunjukan
terpenuhi beraktivitas bahwah pasien
mengalami sesak
napas ,
khususnya bila
alas an lain untuk
tanda vital telah
terlihat
3. catat respon
terthadap tingkat
aktivitas 3 ketika
beraktivitas
terdapat
kesulitan dan
4. beri kelelahan
lingkungan yang
tenang
Vaskulitis Page 17
4,lingkungan
5. ubah posisi yang tenang
pasien dengan meningkatkan
berlahan kenyamanan atau
dan pantau istirahat pasien
5.
lingkungan yang
tenang
meningkatkan
kenyaman atau
istirahat pasien
3 Pola nafas Setelah napas normal Mandiri: Diberikan untuk
tidak efektif dilakukan 1. kaji memperbaiki
b.d nyeri intervensi frekuensi/kedala kulit dengan
keperawata man pernapasan menurunkan
n selama 2x atau gerakan ketidak
24 jam dada nyamanan tetapi
diharapkan harus di gunakan
tidak terjadi secara hati- hati
lgi resiko
tinggi 2.bantu pasien Untuk
terhadap untuk latihan menghilangkan
infeksi napas sering ketidak
,pasien nyamanan
mempelajari
melakukan Salah satu
bantuan penyebab
mis:efektif vaskulitis adalah
sementara posisi kompleks iumn
duduk tinggi sehingga
mengakibatkan
lesi
Vaskulitis Page 18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vaskulitis merupakan suatu proses klinis dan patologis yang disebabkan oleh
inflamasi pada pembuluh darah. Proses inflamasi ini dapat mengenai baik arteri
maupun vena, dalam berbagai ukuran, dari kapiler sampai aorta.banyak penyakit yang
berhubungan dengan vaskulitis, tetapi terdapat kelompok penyakit dengan vaskulitis
sebagai gambaran primer (vaskulitis sistemik primer).
Vaskulitis bisa mengenai pembuluh darah besar sampai pembuluh darah kecil
(seperti kapiler dan venula). Vaskulitis dapat terjadi akibat penyakit kronis dan dapat
dipresipitasi oleh infeksi atau obat-obatan. Namun, sebagian besar kasus bersifat
idiopatik. Gambaran klinisnya bervariasi sesuai dengan pembuluh darah yang terkena.
Disamping pemeriksaan histopatologis,pemeriksaan laboratoris perlu dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis,selain anamnesis dan pemeriksaan fisik. Secara
histopatologis, diagnosis vaskulitis ditegakkan apabila terdapat sekurangkurangnya satu
kriteria mayor (adanya PMN dan nuclear dust pada dinding pembuluh darah, atau
nekrosis sel endotel dan deposit fibrin pada dinding pembuluh darah) ditambah dua
atau lebih kriteria minor (edema sel endotel, perdarahan kontinu pada pembuluh darah,
trombosis, nekrosis epidermal, vesikel epidermal/subepidermal, dan infiltrasi campuran
termasuk sel mononukelar dan eosinofil–pada tunika adventisia).
Tipe vaskulitis harus diketahui, dan diberikan terapi yang tepat. Bila penyebabnya
diketahui, seperti penyakit kronis, infeksi, atau obat-obatan, penyebabnya harus segera
ditangani sebagaimana mestinya. Organ dalam yang terkena juga harus diterapi dengan
tepat dan adekuat.
4.2 Saran
Vaskulitis Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Rizasyah. I, Kasjmir Yoga.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi ketiga.1996. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Sukmana, Nanang. Jilid I edisi IV Ilmu Penyakit Dalam. Juni 2006. Penerbit Depatemen Ilmu
penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta.
Kalim, Handono. Singgih, Wahono C. Jilid II edisi IV Ilmu Penyakit Dalam. Juni 2006.
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Vaskulitis Page 20