Laporan PTMC Fix
Laporan PTMC Fix
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga
laporan pelatihan Yang berjudul “ penatalaksaan PTMC (Percutaneus Transvenous Mitral
Commisurotomy) pada pasien mitral stenosis, kami dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa selesainya laporan ini tidak semata – mata karena kemampuan
penulis sendiri, namun banyak bantuan dari pihak lain baik tenaga maupun pikiran hingga
laporan ini terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Pudji Djanuartono, MARS. Selaku direktur RS PHC Surabaya yang memberi
kesempatan pada penulis untuk mengikuti pelatihan.
2. dr. Rony Kurniawan, MARS Selaku wakil direktur Pelayanan Medis RS PHC
Surabaya yang memberi kesempatan pada penulis untuk mengikuti pelatihan.
3. dr. Rini Murtisari Selaku SVP Medical yang memberi kesempatan pada penulis
untuk mengikuti pelatihan.
4. dr. Budi Bakti beserata Tim IDIK yang membimbing selama pelatihan di RSUD
dr.Soetomo.
5. Pembimbing RS PHC Surabaya yang sangat membantu penyelesaian laporan ini
6. Keluarga yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan atas penyelesaian laporan
ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut membantu
penyelesain laporan ini.
1
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR
SAMPUL DALAM.…..………...……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 TUJUAN 4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Stenosis mitral 5
2.1.1 Definisi dan etiologi stenosis mitral 5
2.1.2 Patogenesis stenosis mitral 6
2.1.3 Patofisiologi stenosis mitral 6
2.1.4 Klasifikasi stenosis mitral 8
2.1.5 Gejala dan tanda stenosis mitral 9
2.1.6 Ekokardiografi pada stenosis mitral 10
2.2 Hipertensi pulmonal 11
2.3 Penatalaksanaan Ptmc 11
BAB III 21
KESIMPULAN DAN SARAN 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mitral stenosis merupakan kondisi obstruksi aliran darah ke ventrikel kiri akibat adanya
halangan pembukaan katup atau yang disebut juga dengan pengurangan mitral valve area (MVA)
secara sempurna saat fase pengisian diastolik ventrikel kiri (Vijayalakhsmi dan Narasimhan, 2011).
Pengurangan MVA terjadi akibat inflamasi seperti penyakit jantung rematik yang mengakibatkan
penebalan, perlengketan serta fibrosis katup. Penyebab lain yang cukup jarang terjadi berupa mitral
stenosis kongenital, karsinoid, systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid, rheumatoid
arthritis dan kalsifikasi annulus daun katup (Indrajaya dan Ghanie, 2014).
Kondisi penyempitan MVA mengakibatkan berkurangnya pengisian pasif ventrikel kiri serta
peningkatan tekanan atrium kiri yang memunculkan berbagai komplikasi berupa atrial fibrilasi,
emboli, PH dan gagal jantung kanan (Indrajaya dan Ghanie, 2014; Vahanian et al., 2012; Le, 2014).
Komplikasi mitral stenosis tersebut dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas seperti atrial
fibrilasi dengan risiko stroke 5 kali lebih besar, gagal jantung 3 kali lebih besar, dan kematian 2 kali
lebih besar. Komplikasi mitral stenosis berupa emboli memiliki risiko infark miokardium dan
gangguan neurologis lainnya (Otto dan Bonow, 2012). Peningkatan risiko mortalitas tersebut juga
dilaporkan oleh Magoni et al (2002) akibat komplikasi berupa pulmonary hypertension (PH) dan
gagal jantung yang mengenai hampir setengah pasien mitral stenosis (Bui et al., 2011; Dar dan Cowie,
2011; Magoni et al., 2002). Risiko komplikasi yang lambat laun mengancam nyawa serta menurunkan
kualitas kehidupan tersebut terus menjadi perhatian karena diperkirakan sekitar 15 juta penduduk
dunia menderita penyakit jantung rematik (penyebab utama mitral stenosis) dengan 282,000 kasus
baru serta 233,000 jiwa meninggal setiap tahunnya (Seckeler dan Hoke, 2011).
Prevalensi kejadian mitral stenosis di Amerika Serikat yaitu 0,1% dan di Eropa berdasarkan
Euro Heart Survey mencapai 9% (Lung dan Vahanian, 2011). Angka kejadian di negara maju 4 kali
lebih rendah dibandingkan di negara berkembang walaupun penurunan insidensi di negara maju
cenderung tidak tampak karena angka imigrasi yang cukup tinggi. Negara berkembang yang
3
menempati 67% total penduduk dunia diperkirakan mempunyai tendensi multipel episode infeksi
yang tinggi sehingga mengakibatkan severitas stenosis lebih berat dan lebih dini (Le, 2011;
Berdasarkan uraian diatas, penyakit mitral stenosis masih menjadi problematika dengan berbagai
komplikasi dan tentunya membutuhkan intervensi yang tepat. Hal ini membuat penulis ingin tindakan
PTMC dapat dilakukan di Rumah Sakit PHC Surabaya. Diharapkan dapat bermanfaat dalam
1.2 TUJUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral.1 Penyebab stenosis mitral paling sering demam
rematik, penyebab lain adalah karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis,
5
Tabel 2. Etiologi stenosis mitral
Rematik karditis akut adalah pankarditis yang melibatkan perikardium, miokardium, dan
endokardium. Daerah dengan iklim sedang serta negara maju interval terjadinya rematik karditis
dengan munculnya stenosis mitral berkisar antara 10-20 tahun. Negara tropis, subtropis dan negara-
negara berkembang interval dapat lebih pendek. Tanda khas dari rematik karditis akut adalah aschoff
nodule. Lesi paling sering pada rematik endokarditis adalah mitral valvulitis. Katup mitral mengalami
vegetasi pada garis penutupan katup dan korda. Stenosis mitral biasanya terjadi akibat episode
berulang dari karditis yang diikuti dengan penyembuhan dan ditandai dengan deposisi jaringan
fibrosa.9 Stenosis mitral terjadi akibat dari fusi dari komisura, kuspis, korda atau kombinasi dari
ketiganya. Hasil akhir katup yang mengalami deformitas terjadi fibrosis dan kalsifikasi. Lesi tersebut
akan berlanjut dengan fusi dari komisura, kontraktur dan penebalan dari leaflets katup. Korda
mengalami pemendekan dan fusi. Kombinasi ini akan menyebabkan penyempitan dari orifice katup
mitral yang membatasi aliran darah dari LA (Left Atrium) dan LV (Left Ventricle).
Orang dewasa normal orifisium katup mitral adalah 4 sampai 6 cm2 . Adanya obstruksi yang
signifikan, misalnya, jika orifisium kurang lebih kurang dari 2 cm2 , darah dapat mengalir dari atrium
kiri ke ventrikel kiri hanya jika didorong oleh gradien tekanan atrioventrikel kiri yang meningkat
6
secara abnormal, tanda hemodinamik stenosis mitral. Apabila orifisium katup mitral berkurang
sampai 1 cm2 , tekanan atrium kiri kurang lebih 25 mmHg diperlukan untuk mempertahankan curah
jantung (cardiac output) yang normal. Tekanan atrium kiri yang meningkat, selanjutnya,
meningkatkan tekanan vena dan kapiler pulmonalis, yang mengurangi daya kembang (compliance)
paru dan menyebabkan dispnea pada waktu pengerahan tenaga (exertional dyspnea, dyspnea d’
effort). Serangan pertama dispnea biasanya dicetuskan oleh kejadian klinis yang meningkatkan
kecepatan aliran darah melalui orifisium mitral, yang selanjutnya mengakibatkan elevasi tekanan
atrium kiri. Untuk menilai beratnya obstruksi, penting untuk mengukur gradien tekanan transvalvuler
maupun kecepatan aliran. Gradien tekanan bergantung tidak hanya pada curah jantung tapi juga
denyut jantung. Kenaikan denyut jantung memperpendek diastolik secara proporsional lebih daripada
sistolik dan mengurangi waktu yang tersedia untuk aliran yang melalui katup mitral. Oleh karena itu,
pada setiap tingkat curah jantung tertentu, takikardia menambah tekanan gradien transvalvuler dan
Tekanan diastolik ventrikel kiri normal pada stenosis mitral saja; penyakit katup aorta,
hipertensi sistemik, regurgitasi mitral, penyakit jantung iskemik yang terjadi secara bersamaan dan
mungkin kerusakan sisa yang ditimbulkan oleh miokarditis reumatik kadang-kadang bertanggung
jawab terhadap kenaikan yang menunjukan fungsi ventrikel kiri yang terganggu dan/atau menurunkan
7
daya kembang ventrikel kiri. Disfungsi ventrikel kiri, seperti yang ditunjukan dalam berkurangnya
fraksi ejeksi dan kecepatan memendek serabut yang mengelilingi, terjadi pada sekitar seperempat
pasien dengan stenosis mitral berat, sebagai akibat berkurangnya preload kronik dan luasnya jaringan
Stenosis mitral murni dengan irama sinus, tekanan atrium kiri rata-rata dan pulmonal artery
wedge pressure biasanya meningkat,denyut tekanan menunjukan kontraksi atrium yang menonjol
(gelombang a) dan tekanan bertahap menurun setelah pembukaan katup mitral (y descent). Pada
pasien dengan stenosis mitral ringan sampai sedang tanpa peningkatan resistensi vaskuler paru,
tekanan arteri pulmonalis mungkin mendekati batas atas normal pada waktu istirahat dan meningkat
seiring dengan exercise. Pada stenosis mitral berat dan kapan saja ketika resistensi vaskuler paru naik,
tekanan arteri pulmonalis meningkat bahkan ketika pasien sedang istirahat, dan pada kasus ekstrim
dapat melebihi tekanan arterial sistemik. Kenaikan tekanan atrium kiri, kapiler paru, dan tekanan
arteri pulmonalis selanjutnya terjadi selama latihan. Jika tekanan sistolik arteri pulmonalis melebihi
kira-kira 50 mmHg pada pasien dengan stenosis mitral, atau pada keadaan dengan lesi yang mengenai
sisi kiri jantung, peningkatan afterload ventrikel kanan menghalangi pengosongan ruangan ini,
sehingga tekanan diastolik akhir dan volume ventrikel kanan biasanya meningkat sebagai mekanisme
kompensasi.10
Stenosis mitral diklasifikasikan menjadi tiga kelas dari ringan hingga berat sesuai dengan
8
2.1.5 Gejala dan tanda stenosis mitral
Gejala yang lazim dirasakan oleh pasien dengan stenosis mitral adalah cepat lelah, sesak
nafas bila aktivitas (dyspnea d’ effort) yang makin lama makin berat. Pada stenosis mitral yang berat,
keluhan sesak nafas dapat timbul saat tidur malam (nocturnal dyspnea), bahkan dalam keadaan
Irama jantung berdebar terkadang juga dapat didengar apabila terdapat fibrilasi atrium.
Keadaan lebih lanjut bisa ditemukan batuk darah (hemoptysis), akibat pecahnya kapiler pulmonalis
karena tingginya tekanan arteri pulmonalis; keluhan ini bisa disalahartikan sebagai batuk darah akibat
TBC, apalagi pasien stenosis mitral berat biasanya kurus. Pasien stenosis mitral juga kadang baru
diketahui setelah terkena stroke, terutama bila ada fibrilasi atrium yang mempermudah terbentuknya
trombus di atrium kiri dan kemudian lepas menyumbat pembuluh darah otak.
Aktivitas
Dispnea,
mengi,
batuk
Kelelahan
Keterbatasan aktivitas
Palpitasi
Sinkop
Istirahat
Batuk, mengi
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Orthopnea
Hemoptisis
Suara serak (sindrom ortner)
9
Pemeriksaan fisik dapat dijumpai malar facial flush, gambaran pipi yang merah keunguan
akibat curah jantung yang rendah, tekanan vena jugularis yang meningkat akibat gagal ventrikel
kanan. Kasus yang lanjut dapat terjadi sianosis perifer. Denyut apikal tidak bergeser ke lateral,
dorongan kontraksi ventrikel kanan pada bagian parasternal dapat dirasakan akibat dari adanya
hipertensi arteri pulmonalis. Auskultasi dapat dijumpai adanya S1 akan mengeras, hal ini hanya
terjadi bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila sudah terdapat kalsifikasi dan atau
penebalan pada katup mitral, S1 akan melemah. S2 (P2) akan mengeras sebagai akibat adanya
hipertensi arteri pulmonalis. Opening snap terdengar sebagai akibat gerakan katup mitral ke ventrikel
kiri yang mendadak berhenti, opening snap terjadi setelah tekanan ventrikel kiri jatuh di bawah
tekanan atrium kiri pada diastolik awal. Jika tekanan atrium kiri tinggi seperti pada stenosis mitral
berat, opening snap terdengar lebih awal. Opening snap tidak terdengar pada kasus dengan kekakuan,
fibrotik, atau kalsifikasi daun katup. Bising diastolik bersifat low-pitched, rumbling dan dekresendo,
makin berat stenosis mitral makin lama bisingnya. Tanda auskultasi stenosis mitral yang terpenting
untuk menyokong beratnya stenosis adalah A2-OS interval yang pendek dan lamanya rumble
diastolik.
Pemeriksaan penunjang dari rontgen toraks pada pasien stenosis mitral didapatkan
pembesaran segmen pulmonal, pembesaran atrium kiri, karina bronkus yang melebar dan bisa
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan untuk membantu menegakan diagnosis
stenosis mitral adalah dengan metode noninvasif ekokardiografi. Ekokardiografi merupakan metoda
yang sangat sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis stenosis mitral. Two dimensional color Doppler
flow echocardiographic imaging dan Doppler echocardiography memberikan informasi yang kritis,
mencakup perkiraan atau penilaian perbedaan transvalvuler dan ukuran orifisium mitral, adanya
regurgitasi mitral serta tingkat keparahan yang menyertai stenosis mitral, luasnya restriksi daun-daun
10
Ekokardiografi juga memberikan penilaian ukuran ruang-ruang jantung, perkiraan tekanan
arteri pulmonalis dan indikasi mengenai adanya regurgitasi trikuspid dan pulmonal serta derajat
Hipertensi pulmonal didefinisikan sebagai peningkatan rata-rata tekanan arteri pulmonalis 25 mmHg pada saat
Hipertensi pulmonal adalah salah satu komplikasi dari stenosis mitral, berdasarkan klasifikasi
hipertensi pulmonal pada stenosis mitral maka dapat digolongkan sebagai berikut:
Gejala hipertensi pulmonal pada stenosis mitral tidak spesifik, meliputi sesak nafas, letih,
lemah, angina, sinkop, dan distensi abdomen. Gejala yang muncul saat istirahat menunjukan kasus
yang sangat berat. Pemeriksaan fisik didapatkan: lifting parasternal kiri, komponen pulmonal dari S2
yang mengeras, bising pansistolik dari regurgitasi trikuspid, regurgitasi pulmonal, S3 pada ventrikel
11
kanan, distensi vena jugularis, hepatomegali, asites, edema perifer dan ekstremitas dingin. Suara paru
biasanya normal. Pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan hipertrofi ventrikel kanan dan strain,
hipertrofi atrium kanan. Pemeriksaan rontgen didapatkan pembesaran atrium kanan dan ventrikel
sebagai Balloon Mitral Valvotomy (BMV) merupakan pilihan tatalaksana untuk pasien
dengan stenosismitral. PMTC adalah prosedur yang dilakukan untuk melebarkan (dilatasi)
katup mitral yangsempit (stenosis). Dilakukan dengan meletakan balon pada katup mitral dan
kemudian balon dikembangkan. PTMC telah menjadi prosedur pilihan untuk pasien dengan
gejala mitral stenosis(MS) yang memiliki katup mitral valve (MV) yang sesuai dengan
ekokardiografi. Prinsip PTMCadalah bahwa ketika balon berisi cairan diperluas, tekanan
yang sama diterapkan pada MV,menghasilkan pemisahan sepanjang bidang dengan resistansi
terkecil, yang merupakan komisura.PTMC juga dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
risiko yang lebih rendah.. Jika MS berulang,PTMC dapat diulang kembali; tetapi jika ada
The Inoue-Balloon Catheter (IBC) adalah kateter tip balon yang dirancang khusus, yang
12
2. Bagian distal bagian balon yang sebagian ditingkatkan untuk memungkinkan flotasimelint
si MV.
3. Bagian distal balon yang sangat meningkat untuk menempatkannya di sisi ventrikelorifisiu
4. Bagian proksimal sebagian ditingkatkan untuk membentuk bentuk jam pasir, yang
5. Balon yang terisi penuh (pada diameter yang telah ditentukan dan dapat disesuaikan),
ventrikulogramkiri dapat dilakukan untuk menilai tingkat keparahan regurgitasi akhir. Sebuah gema
diperlukan beberapa hari setelah PTMC sebagai perhitungan tekanan setengah waktu untuk
ventrikel.
Penilaian MR dan defek septum atrium juga harus dilakukan. Diperlukan pemeriksaan
PTMC harus dilakukan pada pasien hamil yang simtomatik jika MV fleksibel dan risiko.
Pada pasien dan janin biasanya minimal. Pada pasien> 65 tahun, MV biasanya lebih kalsifikasi dan
fibrotik (skor Wilkins lebih tinggi), meminjamkan dirinya ke tingkat keberhasilan kurang dari
Kontraindikasi
13
3.regurgitasi aorta> 2+,
Risiko PTMC :
3. lepasnya thrombus (gumpalan darah) dari atrium kiri yang bisa menyebabkan
2. syok
4. kematian
2. pemantauan nadi
3. pemantauan suhu
4. pemantauan pernapasan
Interpretasi hasil
PTMC yang berhasil adalah prosedur yang tidak rumit dengan area MV akhir> 1,5 cm 2
dengantekanan LA <18 mm Hg. Ini biasanya terjadi penurunan gradien transmitral. Selama
beberapa bulan, ada regresi bertahap pada tekanan arteri pulmonalis.Pasca-PTMC pada
14
pasien dengan skor Wilkins lebih besar dari 8 memiliki tingkat gejala berulangyang lebih
tinggi sebagai akibat dari restenosis atau valvuloplasty yang tidak adekuat.
PTMC mengungguli closed mitral commissurotomy (CMC) seperti halnya open mitral
commissurotomy (OMC), karena CMC seperti itu telah ditinggalkan. Dibandingkan dengan
OMC hasil PTMC serupa, beberapa penelitian menunjukkan perbaikan serupa di area katup
mitral dan NYHA dan kebebasan dari tingkat reintervention dan restenosis.
Keuntungan utama PTMCadalah biaya yang lebih rendah dan penghindaran dari thoracotomy
Hasil
Prediktor utama dari kesuksesan PTMC langsung mencakup area katup mitral pra-PTMC yanglebih besar, ke
Pada pasien yang tidak cocok untuk PTMC, perbaikan bedah dapat dilakukan jika morfologi
rumahsakit bedah dengan penggantian MV kurang dari 5% pada kelompok yang lebih muda
tetapimeningkat hingga 10% hingga 20% pada kelompok yang lebih tua dengan hipertensi
pulmonal berat atau masalah medis lainnya. Namun, manfaatnya lebih besar daripada risiko
pada pasien ini,terutama jika ada di kelas fungsional NYHA IV, dengan penggantian bedah
MV.
15
1. Persiapan PTMC
A. Pasien datang dari rumah sehari sebelum tindakan (kecuali pasiean yang sudah rawat
inap)
B. Persiapan administrasi
C. Persiapan pasien
a. Penjelasan tentang prosedur dan komplikasi yang timbul saat tindakan dilakukan.
sebelumnya (HT,DM,ASMA)
2. Leukosit digunakan untuk mengetahui pasien ada proses infeksi atau tidak.
16
3. Ureum dan serum kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal, karena tindakan
perpanjangan atau tidak, karena ini erat hubungannya dengan aff sheath.
penularan dari pasien ke petugas atau antar pasien (alat yang yang digunakan
D. Persiapan alat :
17
2. Proses Tindakan :
dan kiri
5) Dilakukan Anestesi lokal dengan lidokain 2% di regio inguinalis kanan dan kiri
6) Dilakukan punksi dengan jarum 18G secara seldinger di femoralis kanan dan
kiri
7) Masuk sheat 7 fr dengan bantuan wire di vena femoralis kaan dan sheat 6fr di
8) Masuk kateter pigtail menuju aorta ascenden - LV, kateter pigtail standby di LV
18
10) Dilakukan LV ventrikulografi, dengan autoinject kontras volume di 35cc
15) Pullback PA - RV
17) Pullback RV - RA
21) Masuk transeptal needle ( Broken Brought ) menuju RA, dilakukan septostomy
menuju LA
25) Masuk ballon inoue dilakukan dilatasi sesuai nominal atau ukuran yang sesuai
30) Pullback LV - AO
19
31) AO post
36) Prosedur selesai, pullout semua alat, jangan lupa untuk mencatat / record semua
Perawatan pasien post PTA biasanya diobservasi di ruang ICU selama 2 sampai dengan
3 jam. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang biasa, hal – hal yang perlu diperhatikan
a. aff sheath dilakukan 2-3 jam setelah tindakan PTA ( mengingat penggunaan
e. Usahakan pasien posisi terlentang 1-6 jam, hal ini dilakukan untuk mengurangi
perdarahan serius
20
f. Infokan kepada pasien dan keluarga untuk segera melapor jika pasien terasa
syndrom)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Mitral stenosis merupakan kondisi obstruksi aliran darah ke ventrikel kiri akibat adanya
halangan pembukaan katup atau yang disebut juga dengan pengurangan mitral valve area
(MVA) secara sempurna saat fase pengisian diastolik ventrikel kiri (Vijayalakhsmi dan
Narasimhan, 2011).
Kondisi penyempitan MVA mengakibatkan berkurangnya pengisian pasif ventrikel kiri serta
peningkatan tekanan atrium kiri yang memunculkan berbagai komplikasi berupa atrial
fibrilasi, emboli, PH dan gagal jantung kanan (Indrajaya dan Ghanie, 2014; Vahanian et al.,
21
Percutaneous Transcatheter Mitral Commissurotomy (PTMC) yang disebut juga
B. Saran
dengan bentuk mentoring atau pelatihan khusus bagi tenaga keperawatan khususnya
di unit cathlab , Sehingga bisa meningkatkatkan mutu pelayanan rumah sakit terkait
DAFTAR PUSTAKA
Sial, J. A., Farman, M. T., Saghir, T., & Zaman, K. S. (2011). Percutaneous transvenous
mitralcommissurotomy (PTMC) and percutaneous coronary intervention (PCI)
successfullyapplied in one patient in same sitting. JPMA. The Journal of the Pakistan
MedicalAssociation, 61(1), 90-92
Standart Operating Prosedur. Instalasi Diagnostik dan Intervensi Kardiovaskuler RSUD Dr.
Soetomo.Surabaya tahun 2011 dan direvisi tahun 2015.
22