Anda di halaman 1dari 7

2.

3 Saham Biasa

2.3.1 Pengertian Saham Biasa

(Wikipedia.com) Saham biasa (adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau
sertifikat yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban
menyangkut andil kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham biasa mempunyai
sifat kebalikan dari Saham Preferen (Prefered Stock) dalam hal pengambilan suara,
pembagian deviden dan hak-hak yang lain.

Pemegang saham biasa dapat memengaruhi kebijakan korporasi melalui proses


pengambilan suara (voting) dalam pembuatan tujuan dan kebijakan, stock split dan
memilih dewan direksi perusahaan. Pemegang saham biasa mempunyai
keuntungan dalam bentuk Deviden dan capital gain.

2.3.2 Prinsip Menentukan Nilai yang Wajar dari Saham Biasa

Menghitung Harga Wajar Saham

Perhitungan harga wajar saham atau valuasi saham dilakukan dalam tahap sebagai
berikut : 

1. Menentukan profil saham emiten

Profil disini mencakup:

 Nilai PER
 Nilai PBV
 Nilai Rata-rata pertumbuhan laba selama 5 tahun belakangan (Average
Growth Rate)
 Nilai EPS di setahunkan = Laba bersih kuartal terakhir / Jumlah saham
beredar. Jika laporan keuangan yang anda dapatkan adalah laporan keuangan
kuartal 1, maka nilai EPS x 4 / 1, jika kuartal 2 maka EPS x 4 / 2, jika
kuartal 3 maka EPS x 4 / 3, jika kuartal 4 maka EPS x 4 / 4 
 Dividen yang dibagikan tahun terakhir, lalu dihitung dividen payout ratio
atau ratio nilai dividen dengan laba bersih perusahaan. Dividen Payout
Ratio = Dividen / Laba bersih
 Nilai Risk Premium, saat ini untuk Indonesia mayoritas memakai angka
12.88%.
2.  Menghitung EPS next year

EPS next year adalah nilai EPS yang diharapkan (prediksi & ekspektasi) di tahun-
tahun mendatang dengan memperhitungkan persentase pertumbuhan laba
perusahaan. 

EPS year+1 = EPS year 0 + (EPS 0 year x Growth Rate), kita ambil asumsi growth
rate 15% sehingga:

EPS year 0 adalah EPS saat ini yang ada di laporan keuangan sedangkan EPS y10
adalah EPS prediksi pada tahun ke 10
Total EPS adalah jumlah total EPS dari tahun 1 (y1) hingga tahun ke 10 (y10)

3. Menghitung prediksi harga saham tahun ke 10

Dengan mempertimbangkan PER pada saat ini kita memprediksi nilai saham pada
tahun ke 10 dengan mengalikan EPS y10 dengan PER sehingga, Harga saham y10
= EPS y10 x PER

4. Menghitung prediksi total Dividen hingga tahun ke 10

Kita asumsikan perusahaan selalu membagi dividen dengan persentase yang sama
setiap tahunnya hingga tahun ke 10 maka kumulatif Dividen yang kita terima di
tahun ke 10 adalah Total Dividen = Dividen Payout Ratio x Total EPS

5. Menghitung Total harga saham di tahun ke 10

Total harga saham di tahun ke 10 = Harga saham tahun ke 10 + Total Dividen

6. Menghitung Harga Wajar Saham saat ini


Harga wajar saham saat ini kita cari dengan cara perhitungan mundur setelah kita
bisa memprediksi berapa harga saham di tahun ke 10. Jelas sekali metodenya
karena dari awal kita memprediksi berapa laba bersih per saham / EPS di masa
mendatang.

Harga saham y9 (Price y9) = Price y10 


                                      (1+Risk Premium %)

Risk premium merupakan nilai resiko yang diperhitungkan akibat terjadinya


inflasi, suku bunga bank dan juga kondisi moneter per masing-masing negara,
sehingga membagi dengan risk premium di harapkan imbal hasil yang di dapat
setidaknya sama dengan nilai risk premium tersebut 

Rumusnya menjadi:

6. Menghitung Margin of Safety

Margin of Safety (MOS) adalah tingkat keamanan yang terdapat dalam harga
saham saat ini dengan nilai wajarnya.

MOS = Fair Value y0 - Price y0 x 100%


                           Price y0

Nilai MOS untuk perusahaan menengah adalah >29% dan perusahaan big-cap
adalah >9%. Mengapa cukup kecil? karena di saat kondisi ekonomi membaik dan
cenderung stabil seperti ini cukup sulit untuk menemukan perusahaan bagus
dengan laba tumbuh bagus yang memiliki harga terdiskon lebih dari 30%.
2.3.3 Penilaian Saham Biasa Berdasarkan Asumsi Dividen

Dividend Discount Model (DDM) adalah salah satu metode klasik yang digunakan
untuk menentukan harga wajar saham. Idenya sederhana, harga wajar dari suatu
saham merupakan present value dari seluruh dividen yang akan didapatkan di masa
datang. Pemikirannya cukup logis karena memang jika seorang investor membeli
suatu saham dan memegangnya selama-lamanya, maka hasil investasinya hanyalah
dividen yang diberikan oleh perusahaan. Value perusahaan adalah present value
dari potensi keseluruhan dividen yang akan diterimanya.

Formula DDM adalah sebagai berikut:

Di mana:

V = Harga wajar suatu saham

D0 = Dividen tahun sebelumnya

g =long term growth

k = cost of equity (return minimal yang diharapkan oleh pemegang saham)

Untuk cost of equity sendiri bisa didapatkan dengan menggunakan formula CAPM:

Di mana:

k = cost of equity

Rf = risk free rate (biasanya menggunakan BI rate).

RM = return pasar (dalam hal ini adalah IHSG)

β = beta (sensitivitas perubahan harga saham terhadap perubahan pasar).

Dari formula DDM di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa growth harus
konsisten untuk waktu yang sangat panjang bahkan kalau bisa selamanya. Tentu
saja hal ini hampir tidak mungkin dalam kehidupan nyata. Namun yang agak
mendekati mungkin adalah apabila suatu perusahaan yang berada dalam tahap
mature dan cenderung memiliki growth yang konsisten.

Contoh kasus: PT. Unilever Indonesia (UNVR)

Saya memilih UNVR karena memang bisnisnya sudah berada dalam tahap mature
dan secara historis, dividen yang dibagikan cukup konsisten baik jumlah maupun
pertumbuhannya.

Mari kita cek satu-persatu komponen pembentuk valuasinya.

D0 adalah dividend per share untuk tahun 2009, yaitu sebesar Rp 320 per lembar
saham.

g saya dapatkan dari reuters.com adalah sebesar 15%

Yang cukup tricky adalah mencari nilai cost of equity (k). Mungkin penjelasannya
membutuhkan satu artikel tersendiri karena melibatkan analisis regresi. Dari hasil
regresi diperoleh nilai β untuk UNVR adalah 0.32. Untuk nilai Rf, saya
menggunakan BI rate yaitu 6.75%. Return pasar (RM) adalah 46.13%.

Dengan demikian cost of equity (k) UNVR adalah sebesar 6.75% + 0.32(46.13% –
6.75%) = 19.35%.

Jadi, value dari UNVR adalah:

VUNVR = 320(1+15%)/(19.35%-15%) = Rp 8,460 per lembar saham.

Sebagai catatan, jika menggunakan metode yang biasa saya gunakan di blog ini,
maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Tampak bahwa dengan menggunakan metode yang biasa saya gunakan, fair value
UNVR adalah 8,827. Hasilnya hanya sedikit berbeda dengan metode DDM
sebelumnya (8,460). Mengapa bisa hampir sama hasilnya? Kuncinya adalah karena
UNVR adalah perusahaan yang stabil membagikan dividen sehingga kedua metode
valuasi tersebut dapat diaplikasikan.

Metode DDM sendiri sebenarnya sudah sangat jarang digunakan karena sangat
sulit untuk mencari perusahaan yang memenuhi persyaratan agar metode tersebut
dapat digunakan. Selain itu, DDM memiliki kelemahan mendasar yaitu saat cost of
equity lebih kecil daripada growth, valuasi akan memberikan hasil yang negatif.
Apabila cost of equity sama dengan growth, maka harga wajar sahamnya menjadi
tak terhingga.

Walaupun begitu, metode DDM ini cukup bagus untuk memberikan insight awal
bagi Anda yang ingin mempelajari tentang valuasi saham.

2.3.4 Tingkat Pengembalian yang Diharapkan oleh Pemegang Saham Biasa

Tingkat Pengembalian yang Diharapkan oleh Pemegang Saham

Tingkat pengembalian atas saham preferen/saham biasa tergantung dari kebijakan manajer
keuangan,karena manajer lebih mengetahui ekspektasi dari investor yang nantinya dapat
mempengaruhi pembiayaan atas proyek baru.

Tingkat pengembalian yang diharapkan – Saham Biasa :

Kcs = D1/P0 + g

kcs       = tingkat pengembalian yang diharapkan saham biasa

D1       = dividen pada tahun kesatu

P0         = harga pasar

g        = tingkat pertumbuhan

Anda mungkin juga menyukai