Anda di halaman 1dari 9

PROTOKOL

No. 001 / 2008

STUDI BIOEKIVALENSI TABLET KAPTOPRIL 50 mg (NOVIPRIL®)


PRODUKSI PT. NOVIVIAN FARMA DIBANDINGKAN TERHADAP TABLET
CAPOTEN® PRODUKSI PT. BRISTOL-MYERS SQUIBB

Diajukan oleh:
Laboratorium Q-Lab
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Disponsori oleh:
PT. Novivian Farma

Jakarta, Desember 2008


Judul
Studi Bioekivalensi tablet Kaptopril 50 mg (NOVIPRIL ®) produksi PT. Novivian Farma
dibandingkan terhadap tablet Capoten® produksi PT. Bristol-Myers Squibb

Nomor Protokol
No. 001/2008

Sponsor
Nama : PT. Novivian Farma
Alamat : Jl. Raya Bogor km 26,5 No.7, Jakarta Timur 13740

Tempat Penelitian
Nama : Laboratorium Pengujian Q-Lab Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Alamat : Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640

Personil
Peneliti Utama : Novi Yantih, S.Si., M.Si., Apt
Peneliti Pendamping : Verawaty, S.Farm., Apt
Chrismawan, S.Farm., Apt
Analis : Atut Ruswita Handayani, S.Farm., Apt
Suwartini, A.Md.
Tiwi Aryani, A.Md.
Dokter Penanggungjawab : dr. Davina Rizkika Tamawulan

Tanggal Pelaksanaan
Januari –Mei 2009
LEMBAR PENGESAHAN

Sponsor

Nabil Zidane
Direktur Utama
PT. Novivian Farma
Tanggal: 18 Desember 2008

Peneliti Utama

Novi Yantih, S.Si., M.Si., Apt


Tanggal: 18 Desember 2008

Peneliti Pendamping

Verawaty, S.Farm., Apt Chrismawan, S.Farm., Apt


Tanggal: 18 Desember 2008 Tanggal: 18 Desember 2008

Dokter Penanggungjawab

dr. Davina Rizkika Tamawulan


Tanggal: 18 Desember 2008
STUDI BIOEKIVALENSI TABLET KAPTOPRIL 50 mg (NOVIPRIL®)
PRODUKSI PT. NOVIVIAN FARMA DIBANDINGKAN TERHADAP TABLET
CAPOTEN® PRODUKSI PT. BRISTOL-MYERS SQUIBB

PENDAHULUAN

Kaptopril, (s)-1-(3-mercapto-2-metil-L-oxo-propil)-L-proline (Gambar 1), merupakan


penghambat enzim konversi angitensin (Angiotensin Converting Enzym, ACE) yang
pertama ditemukan.dan secara luas digunakan sebagai obat antihipertensi. [1] Sekitar
60-75% dosis kaptopril dapat diabsorbsi dari saluran gastrointestinal dan akan mencapai
konsentrasi maksimum dalam plasma lebih kurang 1 jam setelah pemberian secara oral.[1]

N
HS
COOH

Gambar 1. Struktur kimia kaptopril

Adanya makanan pada saluran cerna akan menurunkan 30-40% absorbsi kaptopril,
sehingga pemberian kaptopril sebaiknya 1 jam setelah makan. Interaksinya dengan
antasida juga akan mengurangi bioavailabilitas kaptopril. Pemberian kaptopril bersama
dengan besi (II) sulfat akan meningkatkan jumlah total kaptopril di dalam darah melalui
peningkatan ketersediaan kaptopril disulfide yang siap diabsorbsi.[2] Bentuk kaptopril
disulfide secara in vivo akan terkonversi menjadi kaptopril yang aktif. Dalam sirkulasi
darah, 25-30% kaptopril terikat oleh protein plasma.

Sebagian besar kaptopril (95%) diekskresi melalui urin dalam waktu 24 jam. Sekitar
40-50% dalam bentuk utuh, sedangkan sisanya sebagai konyugat disulfide dan metabolit
lainnya. Waktu paruhnya telah dilaporkan sebesar 1-3 jam. [1] Rentang konsentrasi kaptopril
dalam plasma yang telah diuji secara invivo adalah 20-800ng/ml. [1]

Batuk kering merupakan efek samping yang paling sering terjadi, terutama pada wanita
dan pada malam hari. Efek samping ini disebabkan oleh peningkatan bradikinin akibat dari
dihambatnya ACE yang memetabolisme bradikinin. Efek tersebut bergantung pada
besarnya dosis dan bersifat reversible bila obat dihentikan. Efek lain yang tidak
dikehendaki adalah alergi pada kulit, hipotensi, angiodema, dan hiperkalemia.

NOVIPRIL® merupakan produk copy untuk antihipertensi produksi PT. Novivian Farma
yang setiap tabletnya mengandung 50 mg kaptopril. Bioekivalensinya akan diuji dengan
menggunakan produk inovator CAPOTEN ® produksi PT. Bristol-Myers Squibb sebagai
pembanding. Studi bioekivalensi ini perlu dilakukan untuk menjamin khasiat, keamanan,
dan mutu obat copy, terutama obat untuk kondisi serius yang memerlukan respon yang
pasti seperti antihipertensi.

Studi akan melibatkan 14 sukarelawan (subjek) sehat, pria dan wanita. Jumlah kaptoril
dalam plasma ditentukan dengan metode KCKT menggunakan lorazepam sebagai baku
internal.[1]
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai bioekivalensi dari tablet kaptopril
(NOVIPRIL®) produksi PT. Novivian Farma dibandingkan dengan produk standarnya
yaitu CAPOTEN® produksi PT. Bristol-Myers Squibb.

METODE
a. Desain Penelitian
Uji bioekivalensi ini didesain secara random menyilang dua arah yang melibatkan 14
subjek. Setiap subjek akan diberikan tablet NOVIPRIL® dan CAPOTEN® dalam dua
periode diselingi periode pembersihan (washout) selama 1 minggu. Subjek akan
berpuasa selama 10 jam sebelum pemberian obat. Dosis tunggal 50 mg akan diberikan
secara oral pada pukul 07.00 yang diminum dengan 200 ml air. Subjek akan
mengkonsumsi makanan standar pada waktu 4, 8, dan 12 jam setelah pemberian obat.
Selama periode washout subjek tidak dikarantina, sedangkan selama periode puasa,
pemberian dosis obat, dan pengambilan sampel subjek akan dikarantina di Hotel Bulan
Bintang.

b. Subjek
Pedoman Uji Bioekivalensi Tahun 2004 yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengatur jumlah minimal subjek
berdasarkan parameter bioavailabilitas utama, yakni area under curve (AUC) kadar
obat dalam darah terhadap waktu, yang menunjukkan jumlah obat yang masuk
peredaran darah sistemik. Untuk nilai simpangan baku relatif (relative standart
deviation, RSD) dari AUC sebesar 15,0-17,5 % dapat melibatkan subjek antara 12-16
orang.[1] Dari parameter farmakokinetik kaptopril yang dilaporkan oleh Sayed-Mohsen
Foroutan et al. diketahui nilai RSD dari AUC adalah sebesar 16,2% [3], sehingga studi
ini akan melibatkan 14 orang sehat dan ditambah 2 orang sebagai cadangan.

Subjek yang berpartisipasi berumur antara 18-40 tahun dengan Indeks Masa Tubuh
antara 18-25 kg/m2.[1] Sebelum studi, setiap subjek akan menandatangai informed
consent setelah menerima penjelasan secara detail tentang ruang lingkup studi
bioekivalensi, termasuk larangan dan rasa yang kurang nyaman yang mungkin timbul
akibat penggunaan obat tersebut. Kondisi kesehatan subjek ditentukan berdasarkan
pemeriksaan kesehatan fisik, tes darah, dan urin. Semua subjek harus memenuhi
kriteria inklusi dan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama 2 minggu sebelum dan
selama studi, serta harus menghindari kegiatan fisik yang berat. Studi akan dilakukan
sesuai good clinical practice (GLP) dan akan diajukan ke Komisi Etik RSCM FK-UI,
Jakarta untuk memperoleh ethical clearance.

Kriteria Inklusi
Subjek telah melewati pemeriksaan fisik, ECG, dan tes laboratorium klinik yang
meliputi: glukosa darah, urea, kreatinin, SGOT-SGPT, alkalin fosfatase, bilirubin total,
asam urat, kolesterol, TEG, albumin dan protein total, hemoglobin, hematokrit, jumlah
sel darah putih total, jumlah sel darah merah, laju pengendapan sel darah, dan urinalisis
harian. Semua hasil pemeriksaan tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Kriteria Eksklusi
Sukarelawan yang menderita HIV, HBV, dan HCV positif, penyakit jantung, hati,
ginjal, paru-paru, syaraf, dan saluran cerna tidak dapat dilibatkan dalam studi ini.

Standarisasi Kondisi Penelitian


1. Puasa
a. Lama Puasa
Sebelum obat diberikan subjek diharuskan berpuasa selama 10 jam dan 4 jam
setelah obat diberikan. Puasa bertujuan agar absorbsi obat tidak terganggu oleh
adanya makanan.

b. Standarisasi makanan
Makanan yang boleh dimakan ditentukan dengan total kalori sebesar 800 kkal.
Selama berpuasa diperbolehkan minum air putih maksimal sebanyak 400 ml,
kecuali 1 jam sebelum dan sesudah pemberian obat. Air yang diminum tidak
boleh terlalu banyak karena dapat mempengaruhi kecepatan ekskresi.

c. Interaksi obat dengan makanan dan obat lain


Subjek diberi penjelasan tentang makanan dan obat-obatan yang tidak boleh
dikonsumsi 24 jam sebelum dating ke lokasi pengambilan sample dan selama
studi. Subjek tidak boleh minum kopi, teh, minuman berkarbonasi, jus, dan
minuman beralkohol, serta tidak boleh mengkonsumsi obat lain, selain obat uji.
Makanan dan obat antasida dapat menurunkan absorbsi kaptopril, sedangkan
besi (II) sulfat akan meningkatkan absorbsinya.[2]

2. Aktivitas Subjek selama Puasa dan Pengambilan Sampel


Subjek selama pengambilan sample tidak boleh melakukan aktivitas fisik berat
yang dapat mempengaruhi transit obat dalam saluran cerna dan aliran darah ke
usus. Subjek hanya diperbolehkan duduk normal dan beristirahat dengan nyaman
dalam ruangan yang telah ditentukan. Selama duduk, subjek dapat melakukan
kegiatan membaca, menonton, dan mengobrol.

3. Karantina Subjek
Subjek akan mengalami masa karantina selama pengambilan darah (periode I dan
II). Terdapat masa karantina umum dan karantina khusus. Masa karantina umum
adalah masa dimana subjek dapat melakukan kegiatan sehari-hari tetapi dibatasai
dengan larangan-larangan yang telah ditetapkan dan disepakati sebelumnya.
Larangan meliputi konsumsi obat-obatan, teh, kopi, dan makanan bersantan, serta
larangan melakukan aktivitas berat seperti: lari, angkat beban, berenang, olah raga
berlebihan dan yang dapat menimbulkan kecelakaan.

c. Formulasi Sediaan Farmasi

Tablet NOVIPRIL® yang diuji adalah tablet produksi PT. Novivian Farma dengan
identitas sebagai berikut:
No. Batch : 081175
Waktu kadaluarsa : November 2011.
Tablet CAPOTEN® yang digunakan sebagai standar di produksi oleh PT. Bristol-
Myers Squibb dengan identitas:
No. Batch : 070706
Waktu Kadaluarsa : Juli 2011

Kedua tablet yang diuji diproduksi sesuai good manufacturing practice (GMP).

d. Sampel dan Waktu Sampling


Sampel darah diambil 12 titik, yaitu pada saat sebelum pemberian kaptopril (0 jam),
0,25, 0,50, 0,75, 1, 1,50, 2, 2,5, 3, 4, 6, dan 12 jam. Sampel darah diambil sebanyak 5
ml setiap kali pengambilan, dan dikumpulkan dalam tabung yang telah diberi
antikoagulan. Dalam waktu 10 menit setelah pengambilan, darah disentrifus (3000
rpm, selama 10 menit). Aliquot dipindahkan dalam beberapa tabung kecil yang telah
diberi label. Penanganan sampel dilakukan pada suhu kamar dan disimpan pada suhu
-20°C sebelum dianalisis.

e. Metode Analisis
1. Prosedur Analisis
Analisis kaptopril dalam plasma akan dilakukan menggunakan metode KCKT fase
normal.

Penyiapan Sampel
Sebanyak 1ml plasma yang telah dicairkan pada suhu kamar ditambahkan 50µl air
berisi lorazepam 10µg/ml sebagai baku dalam dan 20µl NaOH 1M dan 20µl
2-bromo-2-asetofenon 0,02% dalam aseton. Campuran didiamkan 30 menit.
Setelah ditambah 20µl asam fosfat 20% dan 1ml asetonitril, campuran divortex
selama 5 menit, dan disentrifus selama 10 menit. Sebanyak 500µl aliquot diuapkan
di bawah aliran gas nitrogen. Residu dilarutkan dengan 50µl asetonitril dan siap
diinjeksi ke dalam kolom KCKT.
Sistem KCKT
Kolom : Nucleosil-NH2 (250mm x 4mm, ukuran partikel 5µm, Knauer
Germany)
Fase gerak : heksan-etil asetat (1:1)
Laju alir : 1 ml/menit
Volume injeksi : 20µl
Detektor : Spektrofotometer UV-VIS, panjang gelombang 245 nm

2. Validasi Metode Analisis


Parameter validasi metode analisis kaptopril dalam plasma yang telah dilakukan
meliputi linearitas, range, akurasi, presisi, batas deteksi, dan batas kuantitasi
(Tabel 1).

Tabel 1. Range linearitas, akurasi, presisi intraday, dan batas kuantitasi validasi
metode analisis kaptopril dalam plasma
Parameter Validasi Hasil Validasi
Range linearitas 20-800ng/ml
Akurasi 95-102%
Presisi intra day RSD = 5,2% (20ng/ml)
RSD = 8,9% (500ng/ml)
Batas kuantitasi 10 ng/ml (berdasarkan rasio signal to noise)
f. Perhitungan Parameter Bioavailabilitas
Bioavailabilitas menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah obat aktif terapeutik
yang dapat mencapai sirkulasi sistemik. Penilaiannya pada suatu obat berdasarkan data
hasil analisis plasma yang digunakan untuk menentukan parameter AUC, t max, dan Cmax.
AUC mencerminkan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. AUCtx
merupakan area di bawah kurva hubungan antara kadar obat dalam darah (C) dan
waktu dari mulai percobaan (t0) hingga akhir pengambilan sempel pada jam tertentu
(tx). AUC dapat dihitung dengan menggunakan rumus penentuan area bidang
trapesium.

[AUC]tx-1 = (Cx-1) + Cx (tx-(tx-1))


2
Cx dan Cx -1 adalah kadar obat dalam daeah pada waktu x dan x-1.

AUC bergantung pada jumlah total obat yang tersedia (FD0) dibagi tetapan laju
eliminasi (k) dan volume distribusi (Vd). F adalah fraksi dosis terabsorbsi. Setelah
pemberian secara IV F=1, karena seluruh dosis terdapat dalam sirkulasi sistemik
dengan segera. Pada pemberian obat secara oral, F dapat berbeda-beda mulai dari harga
F=0 (tidak ada yang diabsorbsi) sampai F=1 (absorbsi obat sempurna).

[AUC]0 = F D0 = F D0
Cl k Vd
Bioavailabilitas (BA) relatif adalah ketersediaan suatu obat dalam sirkulasi sistemik
dibandingkan dengan standar obat yang sudah diketahui. Bioavailabilitas relatif dari
dua produk obat yang diberikan pada dosis dan rute pemberian yang sama dapat
diperoleh dengan persamaan berikut ini.

BA relatif = [AUC]A
[AUC]B

Produk B merupakan standar pembanding yang telah diketahui bioavailabilitasnya.


Nilai BA dari rumus diatas dapat dikalikan 100 untuk menghasilkan persen
bioavailabilitas relatif. Untuk pemberian dosis yang berbeda, dapat ditentukan BA
relatifnya dengan memberi koreksi untuk dosisnya seperti rumus dibawah ini.

BA relatif = [AUC]A/dosis A
[AUC]B/dosis B

g. Perhitungan Statistik dan Kriteria yang Dapat Diterima


Parameter bioavailitas yang dibandingkan untuk penilaian bioekivalensi adalah AUC, t max,
dan Cmax. Data akan diolah menggunakan statistik.
1. Data AUC dan Cmax dibuat dalam bentuk logaritmik (ln) sebelum dianalisis
secara statistik karena kinetika obat mengikuti kinetika orde pertama,
sehingga dalam skala logritmik akan diperoleh distribusi normal dan varian
yang homogen.
2. Nilai AUC dibandingkan menggunakan analisis varian (ANOVA), dengan
variasi produk obat yang dibandingkan (sampel dan standar), periode
pemberian obat I dan II, subjek dan urutan pemberian produk obat.
3. Nilai ln Cmax kedua produk juga dibandingkan dengan cara yang sama.
4. Hasil ketiga parameter, selain didukung 90% confidence interval untuk
membandingkan dua produk, juga dibuat ringkasan statistiknya seperti nilai
rata-rata (aritmetik dan geometrik dari AUC dan C max) atau modern (untuk
tmax), serta nilai minimum dan maksimum.
5. Produk uji (test,T) dinyatakan bioekivalen dengan produk pembanding
(reference, R), jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Rasio rata-rata geometric [AUC]T/[AUC]R = 1,00 dengan 90 %
confidence interval = 80-125%.
- Rasio rata-rata geometrik [Cmax]T/[Cmax]R = 1,00 dengan 90 %
confidence interval = 80-125%
- Perbandingan untuk nilai tmax dilakukan hanya jika ada klaim yang
relevan secara klinik mengenai pelepasan atau kerja yang cepat atau
adanya tanda-tanda yang berhubungan dengan efek samping obat.

Daftar Acuan
1. Foroutan, Seyed-Mohsen et al., 2003, Bioequivalence studies of two iranian generic
formulations of captopril in healthy volunteers, Arch Iranian Med., 6(1):44-48.

2. Schaefer, J.P. et al., 1998, Ferrous sulphate interacts with captopril, Br. J. Clin.
Pharmacol., 46:377-381.

3. Anonim, 2004, Pedoman uji bioekivalensi, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai