Protokol Be Kaptopril
Protokol Be Kaptopril
Diajukan oleh:
Laboratorium Q-Lab
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Disponsori oleh:
PT. Novivian Farma
Nomor Protokol
No. 001/2008
Sponsor
Nama : PT. Novivian Farma
Alamat : Jl. Raya Bogor km 26,5 No.7, Jakarta Timur 13740
Tempat Penelitian
Nama : Laboratorium Pengujian Q-Lab Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Alamat : Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640
Personil
Peneliti Utama : Novi Yantih, S.Si., M.Si., Apt
Peneliti Pendamping : Verawaty, S.Farm., Apt
Chrismawan, S.Farm., Apt
Analis : Atut Ruswita Handayani, S.Farm., Apt
Suwartini, A.Md.
Tiwi Aryani, A.Md.
Dokter Penanggungjawab : dr. Davina Rizkika Tamawulan
Tanggal Pelaksanaan
Januari –Mei 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Sponsor
Nabil Zidane
Direktur Utama
PT. Novivian Farma
Tanggal: 18 Desember 2008
Peneliti Utama
Peneliti Pendamping
Dokter Penanggungjawab
PENDAHULUAN
N
HS
COOH
Adanya makanan pada saluran cerna akan menurunkan 30-40% absorbsi kaptopril,
sehingga pemberian kaptopril sebaiknya 1 jam setelah makan. Interaksinya dengan
antasida juga akan mengurangi bioavailabilitas kaptopril. Pemberian kaptopril bersama
dengan besi (II) sulfat akan meningkatkan jumlah total kaptopril di dalam darah melalui
peningkatan ketersediaan kaptopril disulfide yang siap diabsorbsi.[2] Bentuk kaptopril
disulfide secara in vivo akan terkonversi menjadi kaptopril yang aktif. Dalam sirkulasi
darah, 25-30% kaptopril terikat oleh protein plasma.
Sebagian besar kaptopril (95%) diekskresi melalui urin dalam waktu 24 jam. Sekitar
40-50% dalam bentuk utuh, sedangkan sisanya sebagai konyugat disulfide dan metabolit
lainnya. Waktu paruhnya telah dilaporkan sebesar 1-3 jam. [1] Rentang konsentrasi kaptopril
dalam plasma yang telah diuji secara invivo adalah 20-800ng/ml. [1]
Batuk kering merupakan efek samping yang paling sering terjadi, terutama pada wanita
dan pada malam hari. Efek samping ini disebabkan oleh peningkatan bradikinin akibat dari
dihambatnya ACE yang memetabolisme bradikinin. Efek tersebut bergantung pada
besarnya dosis dan bersifat reversible bila obat dihentikan. Efek lain yang tidak
dikehendaki adalah alergi pada kulit, hipotensi, angiodema, dan hiperkalemia.
NOVIPRIL® merupakan produk copy untuk antihipertensi produksi PT. Novivian Farma
yang setiap tabletnya mengandung 50 mg kaptopril. Bioekivalensinya akan diuji dengan
menggunakan produk inovator CAPOTEN ® produksi PT. Bristol-Myers Squibb sebagai
pembanding. Studi bioekivalensi ini perlu dilakukan untuk menjamin khasiat, keamanan,
dan mutu obat copy, terutama obat untuk kondisi serius yang memerlukan respon yang
pasti seperti antihipertensi.
Studi akan melibatkan 14 sukarelawan (subjek) sehat, pria dan wanita. Jumlah kaptoril
dalam plasma ditentukan dengan metode KCKT menggunakan lorazepam sebagai baku
internal.[1]
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai bioekivalensi dari tablet kaptopril
(NOVIPRIL®) produksi PT. Novivian Farma dibandingkan dengan produk standarnya
yaitu CAPOTEN® produksi PT. Bristol-Myers Squibb.
METODE
a. Desain Penelitian
Uji bioekivalensi ini didesain secara random menyilang dua arah yang melibatkan 14
subjek. Setiap subjek akan diberikan tablet NOVIPRIL® dan CAPOTEN® dalam dua
periode diselingi periode pembersihan (washout) selama 1 minggu. Subjek akan
berpuasa selama 10 jam sebelum pemberian obat. Dosis tunggal 50 mg akan diberikan
secara oral pada pukul 07.00 yang diminum dengan 200 ml air. Subjek akan
mengkonsumsi makanan standar pada waktu 4, 8, dan 12 jam setelah pemberian obat.
Selama periode washout subjek tidak dikarantina, sedangkan selama periode puasa,
pemberian dosis obat, dan pengambilan sampel subjek akan dikarantina di Hotel Bulan
Bintang.
b. Subjek
Pedoman Uji Bioekivalensi Tahun 2004 yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengatur jumlah minimal subjek
berdasarkan parameter bioavailabilitas utama, yakni area under curve (AUC) kadar
obat dalam darah terhadap waktu, yang menunjukkan jumlah obat yang masuk
peredaran darah sistemik. Untuk nilai simpangan baku relatif (relative standart
deviation, RSD) dari AUC sebesar 15,0-17,5 % dapat melibatkan subjek antara 12-16
orang.[1] Dari parameter farmakokinetik kaptopril yang dilaporkan oleh Sayed-Mohsen
Foroutan et al. diketahui nilai RSD dari AUC adalah sebesar 16,2% [3], sehingga studi
ini akan melibatkan 14 orang sehat dan ditambah 2 orang sebagai cadangan.
Subjek yang berpartisipasi berumur antara 18-40 tahun dengan Indeks Masa Tubuh
antara 18-25 kg/m2.[1] Sebelum studi, setiap subjek akan menandatangai informed
consent setelah menerima penjelasan secara detail tentang ruang lingkup studi
bioekivalensi, termasuk larangan dan rasa yang kurang nyaman yang mungkin timbul
akibat penggunaan obat tersebut. Kondisi kesehatan subjek ditentukan berdasarkan
pemeriksaan kesehatan fisik, tes darah, dan urin. Semua subjek harus memenuhi
kriteria inklusi dan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama 2 minggu sebelum dan
selama studi, serta harus menghindari kegiatan fisik yang berat. Studi akan dilakukan
sesuai good clinical practice (GLP) dan akan diajukan ke Komisi Etik RSCM FK-UI,
Jakarta untuk memperoleh ethical clearance.
Kriteria Inklusi
Subjek telah melewati pemeriksaan fisik, ECG, dan tes laboratorium klinik yang
meliputi: glukosa darah, urea, kreatinin, SGOT-SGPT, alkalin fosfatase, bilirubin total,
asam urat, kolesterol, TEG, albumin dan protein total, hemoglobin, hematokrit, jumlah
sel darah putih total, jumlah sel darah merah, laju pengendapan sel darah, dan urinalisis
harian. Semua hasil pemeriksaan tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Kriteria Eksklusi
Sukarelawan yang menderita HIV, HBV, dan HCV positif, penyakit jantung, hati,
ginjal, paru-paru, syaraf, dan saluran cerna tidak dapat dilibatkan dalam studi ini.
b. Standarisasi makanan
Makanan yang boleh dimakan ditentukan dengan total kalori sebesar 800 kkal.
Selama berpuasa diperbolehkan minum air putih maksimal sebanyak 400 ml,
kecuali 1 jam sebelum dan sesudah pemberian obat. Air yang diminum tidak
boleh terlalu banyak karena dapat mempengaruhi kecepatan ekskresi.
3. Karantina Subjek
Subjek akan mengalami masa karantina selama pengambilan darah (periode I dan
II). Terdapat masa karantina umum dan karantina khusus. Masa karantina umum
adalah masa dimana subjek dapat melakukan kegiatan sehari-hari tetapi dibatasai
dengan larangan-larangan yang telah ditetapkan dan disepakati sebelumnya.
Larangan meliputi konsumsi obat-obatan, teh, kopi, dan makanan bersantan, serta
larangan melakukan aktivitas berat seperti: lari, angkat beban, berenang, olah raga
berlebihan dan yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Tablet NOVIPRIL® yang diuji adalah tablet produksi PT. Novivian Farma dengan
identitas sebagai berikut:
No. Batch : 081175
Waktu kadaluarsa : November 2011.
Tablet CAPOTEN® yang digunakan sebagai standar di produksi oleh PT. Bristol-
Myers Squibb dengan identitas:
No. Batch : 070706
Waktu Kadaluarsa : Juli 2011
Kedua tablet yang diuji diproduksi sesuai good manufacturing practice (GMP).
e. Metode Analisis
1. Prosedur Analisis
Analisis kaptopril dalam plasma akan dilakukan menggunakan metode KCKT fase
normal.
Penyiapan Sampel
Sebanyak 1ml plasma yang telah dicairkan pada suhu kamar ditambahkan 50µl air
berisi lorazepam 10µg/ml sebagai baku dalam dan 20µl NaOH 1M dan 20µl
2-bromo-2-asetofenon 0,02% dalam aseton. Campuran didiamkan 30 menit.
Setelah ditambah 20µl asam fosfat 20% dan 1ml asetonitril, campuran divortex
selama 5 menit, dan disentrifus selama 10 menit. Sebanyak 500µl aliquot diuapkan
di bawah aliran gas nitrogen. Residu dilarutkan dengan 50µl asetonitril dan siap
diinjeksi ke dalam kolom KCKT.
Sistem KCKT
Kolom : Nucleosil-NH2 (250mm x 4mm, ukuran partikel 5µm, Knauer
Germany)
Fase gerak : heksan-etil asetat (1:1)
Laju alir : 1 ml/menit
Volume injeksi : 20µl
Detektor : Spektrofotometer UV-VIS, panjang gelombang 245 nm
Tabel 1. Range linearitas, akurasi, presisi intraday, dan batas kuantitasi validasi
metode analisis kaptopril dalam plasma
Parameter Validasi Hasil Validasi
Range linearitas 20-800ng/ml
Akurasi 95-102%
Presisi intra day RSD = 5,2% (20ng/ml)
RSD = 8,9% (500ng/ml)
Batas kuantitasi 10 ng/ml (berdasarkan rasio signal to noise)
f. Perhitungan Parameter Bioavailabilitas
Bioavailabilitas menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah obat aktif terapeutik
yang dapat mencapai sirkulasi sistemik. Penilaiannya pada suatu obat berdasarkan data
hasil analisis plasma yang digunakan untuk menentukan parameter AUC, t max, dan Cmax.
AUC mencerminkan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. AUCtx
merupakan area di bawah kurva hubungan antara kadar obat dalam darah (C) dan
waktu dari mulai percobaan (t0) hingga akhir pengambilan sempel pada jam tertentu
(tx). AUC dapat dihitung dengan menggunakan rumus penentuan area bidang
trapesium.
AUC bergantung pada jumlah total obat yang tersedia (FD0) dibagi tetapan laju
eliminasi (k) dan volume distribusi (Vd). F adalah fraksi dosis terabsorbsi. Setelah
pemberian secara IV F=1, karena seluruh dosis terdapat dalam sirkulasi sistemik
dengan segera. Pada pemberian obat secara oral, F dapat berbeda-beda mulai dari harga
F=0 (tidak ada yang diabsorbsi) sampai F=1 (absorbsi obat sempurna).
[AUC]0 = F D0 = F D0
Cl k Vd
Bioavailabilitas (BA) relatif adalah ketersediaan suatu obat dalam sirkulasi sistemik
dibandingkan dengan standar obat yang sudah diketahui. Bioavailabilitas relatif dari
dua produk obat yang diberikan pada dosis dan rute pemberian yang sama dapat
diperoleh dengan persamaan berikut ini.
BA relatif = [AUC]A
[AUC]B
BA relatif = [AUC]A/dosis A
[AUC]B/dosis B
Daftar Acuan
1. Foroutan, Seyed-Mohsen et al., 2003, Bioequivalence studies of two iranian generic
formulations of captopril in healthy volunteers, Arch Iranian Med., 6(1):44-48.
2. Schaefer, J.P. et al., 1998, Ferrous sulphate interacts with captopril, Br. J. Clin.
Pharmacol., 46:377-381.
3. Anonim, 2004, Pedoman uji bioekivalensi, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.