Anda di halaman 1dari 3

materi78.co.

nr KIM 3

Titrasi Asam-Basa
A. KEMOLARAN Jika larutan asam dan basa tepat habis bereaksi,
maka pH campuran = 7 (netral).
Dalam asam-basa, besaran yang digunakan
adalah kemolaran benda. Contoh:
Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut Sebanyak 50 mL HCl 0,1 M dicampurkan dengan
dari tiap liter larutan. 50 ml NaOH 0,1 M. Tentukan pH campuran.
n H+ pada HCl = 0,1 x 50 = 5 mmol
n M = kemolaran/molaritas (mol/L)
-
M= n = jumlah mol zat terlarut (mol) n OH pada NaOH = 0,1 x 50 = 5 mmol
V V = volume larutan/ruangan gas (L) Jumlah mol sama, maka pH = 7.
Kemolaran larutan jika kadar diketahui: Jika larutan asam bersisa, maka pH campuran
dihitung menggunakan [H+] sisa.
ρ = massa jenis larutan (kg/L)
ρ × K × 10 Contoh:
M= K = persen kadar zat terlarut
mm mm = massa molar/Ar/Mr (kg) Sebanyak 50 mL HBr 0,2 M dicampurkan dengan
50 mL KOH 0,1 M. Tentukan pH campuran.
Rumus pengenceran larutan:
n H+ pada HBr = 0,2 x 50 = 10 mmol
M1.V1 = M2.V2 -
n OH pada NaOH = 0,1 x 50 = 5 mmol
Jumlah mol H+ berlebih 5 mmol, maka:
B. PH CAMPURAN 5 mmol
+ [H+] = = 0,05 M
Konsentrasi H campuran dua larutan asam (50+50)mL
kuat dengan pH berbeda adalah: pH = –log(5 x 10-2) = 2 – log5 pH = 1,3
Jika larutan basa bersisa, maka pOH campuran
n H+ total
[H+] = dihitung menggunakan [OH-] sisa.
V total
Contoh:
Contoh: Tabung reaksi berisi 50 mL NaOH 0,48 M ditetesi
100 mL HCl pH = 4 ditetesi dengan 100 mL HCl 10 mL H2SO4 0,9 M. Tentukan pH campuran.
pH = 3. Tentukan pH campuran. n H+ pada H2SO4 = 2 x 0,9 x 10 = 18 mmol
+ -1 -4 -5
n H pada HCl 1 = 10 x 10 = 10 mol n OH- pada NaOH = 0,48 x 50 = 24 mmol
n H+ pada HCl 2 = 10-1 x 10-3 = 10-4 mol Jumlah mol OH- berlebih 6 mmol, maka:
-5 -4
(10 +10 ) 6 mmol
[H+] = -1 -1 = 5,5 x 10-4 M [OH-] = = 0,1 M
(10 +10 ) (50+10)mL
pH = –log(5,5 x 10-4) = 4 – log5,5 pH = 3,25 pOH = –log(1 x 10-1) = 1
Konsentrasi OH– campuran dua larutan basa pH = 14 - 1 pH = 13
kuat dengan pH berbeda adalah:
C. TITRASI ASAM-BASA
- Titrasi asam-basa adalah prosedur yang
n OH total
[OH-] = dilakukan untuk menentukan kemolaran/kadar
V total
suatu asam/basa berdasarkan reaksi netralisasi.
Contoh: Istilah dalam titrasi asam-basa:
10 mL NaOH 0,1 M dicampur dengan 20 mL 1) Pentiter, zat yang mentitrasi suatu asam-
Ca(OH)2 0,8 M. Tentukan pH campuran. basa yang akan ditentukan kemolarannya.
n OH- pada NaOH = 0,1 x 10 = 1 mmol 2) Daerah perubahan pH drastis, daerah
n OH- pada Ca(OH)2 = 0,8 x 20 = 16 mmol dimana penambahan sedikit tetes pentiter
15 mmol akan mengubah warna indikator asam-basa.
[OH-] = = 0,5 M
(10 + 20)mL 3) Titik ekuivalen, titik dimana asam dan basa
-1
pOH = –log(5 x 10 ) = 1 – log5 tepat habis bereaksi.
pH = 14 – 1 + log5 pH = 12,3 4) Titik akhir titrasi, titik dimana indikator
pH campuran larutan asam kuat dan basa kuat asam-basa mengalami perubahan warna.
dihitung dari jumlah ion H+ dan OH- akhir.

LARUTAN ASAM-BASA 1
materi78.co.nr KIM 3
Titrasi asam-basa dilakukan menggunakan Prosedur titrasi (contohnya asam dengan basa):
sebuah indikator asam-basa dan zat pentiter. 1) Asam yang akan dititrasi ditetesi indikator
Indikator asam-basa yang baik untuk titrasi: asam-basa secukupnya.
1) Punya trayek perubahan pH yang berada 2) Masukkan pentiter berupa basa setetes demi
pada atau sekitar titik ekuivalen. setetes sambil menghitung.
2) Perubahan warna terlihat jelas dan tajam. 3) Ketika warna indikator berubah, hentikan
titrasi (titik akhir titrasi).
Titrasi Kurva titrasi Keterangan

10  Zat pentiter adalah basa kuat.


 Daerah perubahan pH drastis 4 – 10.
Asam kuat dengan pH TE = 7  pH titik ekuivalen 7.
basa kuat  Indikator yang dapat digunakan adalah
4 metil merah, bromtimol biru, dan
pH fenolftalein (lebih tajam).
awal
volume basa kuat

pH
awal
10  Zat pentiter adalah asam kuat.
 Daerah perubahan pH drastis 4 – 10.
Basa kuat dengan pH TE = 7  pH titik ekuivalen 7.
asam kuat  Indikator yang dapat digunakan adalah
4 metil merah, bromtimol biru, dan
fenolftalein (lebih tajam).

volume asam kuat

7  Zat pentiter adalah basa lemah.


pH TE = 5 – 6  Daerah perubahan pH drastis 4 – 7.
Asam kuat dengan
4  pH titik ekuivalen 5 – 6.
basa lemah
 Indikator yang dapat digunakan adalah
pH metil merah.
awal

volume basa lemah

pH
awal
 Zat pentiter adalah asam kuat.
7  Daerah perubahan pH drastis 4 – 7.
Basa lemah dengan
pH TE = 5 – 6  pH titik ekuivalen 5 – 6.
asam kuat
4  Indikator yang dapat digunakan adalah
metil merah.

volume asam kuat

LARUTAN ASAM-BASA 2
materi78.co.nr KIM 3
pH
awal
10  Zat pentiter adalah asam lemah.
pH TE = 8 – 9  Daerah perubahan pH drastis 7 – 10.
Basa kuat dengan
7  pH titik ekuivalen 8 – 9.
asam lemah
 Indikator yang dapat digunakan adalah
fenolftalein.

volume basa kuat

10  Zat pentiter adalah basa kuat.


pH TE = 8 – 9  Daerah perubahan pH drastis 7 – 10.
Asam lemah
7  pH titik ekuivalen 8 – 9.
dengan basa kuat
 Indikator yang dapat digunakan adalah
pH fenolftalein.
awal
volume basa kuat

Titrasi asam lemah menggunakan basa lemah


dan sebaliknya tidak dilakukan karena:
1) Perubahan pH drastis terjadi sangat singkat.
2) Tidak ada indikator yang cukup teliti untuk
mengamati perubahan.
3) Reaksi berlangsung lambat dan tidak tuntas.
Pada titrasi asam-basa, berlaku rumus titrasi:
Asam-basa monovalen dan asam-basa divalen

Ma. Va = Mb. Vb

Asam divalen-basa monovalen

2. Ma. Va = Mb. Vb

Basa divalen-asam monovalen

Ma. Va = 2. Mb. Vb

LARUTAN ASAM-BASA 3

Anda mungkin juga menyukai