Anda di halaman 1dari 5

Oleh : Mujais Yudian

PROLOG
Berbicara tentang Hukum tidak pernah lepas dari kehidupan manusia ubi societas
ibi ius, ada masyarakat ada hukum. Sebab, Hukum di buat oleh manusia untuk
melindungi dan menjaga hak serta kepentingan manusia itu sendiri, oleh karena itu
dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara
hukum untuk memberikan kepastian hukum itu sendiri. hal ini sangat lah penting
mengingat setiap manusia punya kepentingan masing-masing di luar dari pada
kelompok tempat di mana ia tinggal, untuk menjamin hal tersebut maka Negara
memiliki kewajiban untuk melindungi hak-hak individu tersebut. rule the law biar
lah hukum yang berkuasa bukan hanya sebagian orang atau kelompok yang
menguasai hukum, selain itu. Hukum menjamin adanya persamaan untuk setiap
orang tanpa terkecuali. Oleh sebab itu di dalam pasal 27 UUD 1945 hukum juga
menuntut ada nya equality before the law, ada nya persamaan di muka hukum
tanpa memandang golongan mana pun, tidak ada seseorang atau kelompok yang
boleh kebal terhadap peraturan-peraturan yang telah di buat dan telah tertuang di
dalam Undang-Undang yang berlaku. Namun pada praktek nya fakta yang sering
terjadi di lapangan berbanding terbalik dengan apa yang selalu kita dapatkan di
bangku-bangku perkuliahan hal-hal seperti ini sungguh sangat lah mengecewakan.
Karena, Hukum yang seharus nya di buat untuk melindungi masyarakat dari
kepentingan  individu beralih fungsi menjadi siapa yang beruang dia yang akan
menang. Realita yang seperti ini membawa kita berangkat dari teori Thomas
hobbes “homo homoni lupus”,  bahwa manusia adalah serigala bagi manusia yang
lain, yang lemah di akan tindas dan yang kuat yang akan bertahan. dapat saya
simpulkan bahwa dalam praktek nya, sistem hukum kita belum sesuai dengan apa
yang kita cita-citakan, yaitu memberikan kepastian hukum, Hukum. Dewasa ini
menjadi tajam ke bawah dan tumpul ke atas, dalam teori hukum yang semsesti nya
terjadi, adalah. Pencerminan dari nilai-nilai keadilan itu sendiri, berangkat dari
adagium bahwa “fiat justitia roet coelum fiat justicia pereat mundus”  sekali pun
besok langit akan runtuh atau dunia akan musnah, keadilan harus tetap di tegak
kan.

 Prof.dr. sudikno  mertokusumo, S.H., mengenal hukum (Yogyakarta,  cahaya atma pustaka, 2010) 3-5

HUKUM

Perlu kita ketahui bahwa Hukum adalah seperangkat peraturan yang di buat
mengikat dan memaksa baik itu secara tertulis maupun  tidak tertulis dan akan
memberikan sanksi yang tegas  bagi setiap orang yang melanggar nya, hukum di
buat  tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjaga kebebasan setiap individu
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan bebas tanpa perlu merasa takut akan
ancaman dari siapa pun, namun perlu di ketahui bahwa hukum itu sendiri juga di
buat untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari kepentingan individu yang
sewenang-wenang dalam bertindak, manusia tidak mungkin berdiri di luar atau
tanpa masyarakat begitu pula sebalik nya masyarakat juga tidak mungkin ada tanpa
ada nya manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Hukum di perlukan untuk mengawal
hal tersebut, agar menghindari permasalan yang kemungkinan akan timbul dalam
kehidupan  bermasyarakat, sebab hanya dalam masyarakat lah manusia di
mungkinkan memenuhi panggilan hidup nya, memenuhi kebutuhan dan
kepentingan hidup nya, maka penting adanya hukum untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat sehingga tercipta nya lingkungan hidup yang harmonis. Adanya
supremasi hukum di dalam suatu Negara juga merupakan suatu kewajiban dari
Negara itu sendiri, Hukum sebagai panglima dalam suatu Negara tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk mengawal  Negara  tersebut dalam menjalankan segala
aspek kenegaraan tanpa harus melanggar hak-hak dari warga Negara nya, hal ini di
lakukan  agar tercipta nya kedamaian dalam segala aspek kehidupan, tetapi. Perlu
kita ketahui bersama. Bahwa, Dalam perspektif ilmu hukum tatanan yang di
berikan oleh ilmu hukum akan menjadi kenyataan apa bila kepada setiap dari kita
di berikan hak dan kewajiban oleh karena itu lah kita mengenal adanya hak dan
kewajiban.

HAK DAN KEWAJIBAN

Hak adalah kebebasan setiap individu dalam bertindak tanpa ada intervensi dari
lingkungan sekitar hak itu sendiri memberikan kenikmatan dan keleluasaan kepada
individu dalam melaksanakan nya hak di miliki oleh setiap individu dan dapat di
nikmati tanpa mengenyampingkan dan melanggar hak daripada orang lain
sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban yang di miliki oleh
individu. Sehingga yang lebih menonjol merupakan segi aktif dalam hubungan
hukum itu sendiri yaitu hak, kita dapat melihat juga bahwa pada umumnya yang di
tonjolkan adalah hak-hak asasi sedangkan mengenai kewajiban tidak pernah
terdengar dan tidak pernah di sebut-sebut. Perlu di pahami bahwa kewajiban dan
hak merupakan dua hal yang sangat erat kaitan nya. sebab, Ada nya kewajiban agar
hak tidak langgar setiap orang boleh melakukan sesuatu sesuai dengan hak nya
tetapi perlu di ingat bahwa dia juga memiliki kewajiban yang harus di penuhi agar
hak-hak dari orang lain tidak di langgar, sebab hal ini merupakan konsekuensi dari
hidup bermasyarakat, kalau dalam kata saya. “berjalan lah sesuai koridor sebagai
konsekuensi zoon politicon”, hal ini juga di lakukan untuk menghindari gesekan
sesama anggota masyarakat, manusia di dalam masyarakat memerlukan
perlindungan kepentingan. Perlindungan kepentingan itu tercapai dengan tercipta
nya pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia harus
bertingkah laku dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain dan diri nya
sendiri. Oleh sebab itu. perlu ada nya penghargaan terhadap  hak orang lain dengan
melaksanakan kewajiban dari masing-masing individu.

HUKUM DAN KEADILAN

Hukum sejati nya harus lah mencermin kan nilai-nilai keadilan yang terkandung di
dalam nya, karena itu lah yang di khendaki oleh hukum itu sendiri perlu kita
perhatikan bahwa keadilan yang di maksud dalam perspektif ilmu hukum disini
adalah keadilah. dimana, Penempatan sesuatu hal berdasarkan kepada hak dan
kewajiban setiap individu. agar tercipta nya hukum yang proporsional tanpa ada
berat sebelah ke salah satu pihak atau kelompok, perlu kita ketahui bahwa ketika
kita berbicara mengenai keadilan, kita perlu berangkat dari konsep keadilan
menurut aristoteles dimana keadilan itu sendiri di bagi menjadi dua, yaitu :

 Keadilan komunikatif adalah perilaku kepada semua orang tanpa


melihat jasa-jasa nya, Contoh : pemberian sanksi kepada seseorang
tanpa melihat jasa dan jabatan 
 Keadilan distributif adalah keadilan kepada seseorang dengan
memandang jasa-jasa dari seseorang tersebut, Contoh : bos yang
memberikan gaji kepada seseorang karyawan yang kerja nya lebih rajin
dari yang lain

Keadilan yang di maksudkan di dalam perspektif ilmu hukum adalah keadilan yang
sebagaimana mestinya, tidak memihak dan menjujung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan di dalam nya, sebab pengakuan terhadap HAM merupakan salah satu
ciri dari Negara hukum itu sendiri

LUNTUR NYA SUPREMASI HUKUM

Dalam hal ini. supremasi hukum, dapat saya simpulkan bahwa dalam penegakan
hukum yang terjadi sekarang ini tidak sesuai dengan yang di khendaki oleh hukum
itu sendiri, melemah nya supremasi hukum membuat masyarakat tidak lagi percaya
kepada hukum itu sendiri dan cenderung mengatakan bahwa hukum adalah lembah
hitam yang tidak jelas kepastian nya, menurut saya. hukum kita, dapat di katakan
melemah karena akibat dari pihak berwenang yang menegakan hukum itu sendiri,
karena dalam praktek nya. Masih kurang, dalam penegakan supremasi hukum,
sehingga terjadi pergeseran pola pikir, dewasa ini. Rata-rata masyarakat lebih
cendrung untuk lebih takut terhadap penegak hukum nya daripada pada hukum itu
sendiri. Ini merupakan suatu mindset yang keliru dalam masyarakat. Kita ambil
saja, Contoh : 
ketika si A berkendara dengan motor di suatu kawasan dan tidak terlihat adanya
penertiban lalu lintas pada lokasi tersebut, dia bisa dengan bebas nya berjalan tanpa
perlu takut untuk di tertibkan. Tetapi, ketika si A berkendara di suatu kawasan
kemudian dia bertemu dengan adanya penertiban lalu lintas maka si A secara
otomatis akan berusaha untuk sebisa mungkin menghindari penertiban tersebut.
 Hal seperti ini merupakan contoh kecil yang dapat kita ambil, sebenarnya. ini
merupakan sebuah kekeliruan yang timbul di dalam pola pikir masyarakat, karena
yang sepantas nya harus di taati adalah hukum itu sendiri karena hukum bersifat
memaksa, oleh karena itu. Hal seperti ini yang seharus nya di ubah dalam mindset
masyarakat, guna. untuk upaya penegakan supremasi hukum yang kita lakukan
secara bersama. Mari  kita wujudkan Indonesia sebagai Negara hukum yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan apa yang di amanat kan
dari UUD 1945.

HUKUM SEBAGAI PANGLIMA

Dalam perspektif ilmu hukum, sebuah Negara idealnya memposisikan hukum


sebagai “panglima”. namun realita yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
tidak sesuai dengan hal tersebut, yakni. Politik lah yang mendominasi penguasaan
tersebut. Tujuan penempatan hukum sebagai panglima adalah agar tercipta nya
kepastian hukum. Namun ketika politik yang “lebih berkuasa” akan terjadi tawar
menawar kepentingan, fenomena seperti ini terkadang membingungkan di satu sisi
kita di ajar kan suatu hal namun dalam kenyataan nya justru tidak sesuai. Hukum
yang selalu kita agung-agungkan di bangku perkuliahan seakan tidak berdaya
dalam pelaksanaan nya. Kenapa politik cenderung lebih dominan dalam
pelaksanaan nya ?. Kita lihat saja, bahwa. Karena hukum ialah prodak dari politik
itu sendiri, dapat kita katakan seperti itu karena dalam Pembagian kekuasaan
Negara memang selalu berkaitan dengan politik. Kita berangkat saja dari teori
triaspolitica oleh negarawan asal perancis, Charles Louis de secondant baron de
Montesquieu (1689-1755). Menurut teori ini, dalam suatu Negara. Kekuasaan di
bagi menjadi dalam eksekutif (pemerintah), legislative (parlemen/DPR), dan
yudikatif (pengadilan/MA). Ketiga wilayah kekuasaan ini memiliki kekuatan yang
sama dalam wilayah kerja yang berbeda. Dengan demikian tidak ada satu pun dari
ketiga nya yang punya hak mendominasi. Secara tidak langsung hukum belum bisa
mengambil peran sebagai panglima secara penuh.
Karena sejajar, maka. saling mengontrol satu dengan yang lain. Pemerintah,
dengan aparat keamanan dan kejaksaan nya dapat mengontrol parlemen dan aparat
pengadilan. Parlemen, dengan kewenangan yang ada pada diri nya bisa mengontrol
pemerintah dan aparat pengadilan dalam menjalankan dan menegakan undang-
undang. Begitu pun Mahkama Agung. Punya kewenangan mengadili siapa pun
( termasuk aparat pemerintah dan anggota parlemen) yang di duga melanggar
undang-undang. Dari teori tersebut dapat kita simpulkan bahwa undang-undang di
buat melalui parlemen di awasi oleh Mahkama Agung dan di jalankan oleh
pemerintah. Yang berarti, politik memang mendominasi hukum, karena hukum
pada dasar nya merupakan seperangkat peraturan hasil dari pada perpolitikan.
Karena di buat oleh manusia sama hal nya dengan manusia hukum juga tidak
sempurna. Dapat kita katakan bahwa hukum harus lah memegang peranan penting
sebagai panglima dalam satu Negara dalam pelaksanaan nya melidungi seluruh
warga Negara tanpa terkecuali, segala aspek pemerintahan harus lah berdasarkan
kepada hukum, jangan menganggap bahwa seseorang dapat tidak dapat di sentuh
oleh hukum itu sendiri dan berkuasa atas segalanya sehingga nilai-nilai dalam
hukum tersebut dengan sengaja di hilang kan, jadi terkesan bahwa hukum bagaikan
komoditas yang dapat di perjual belikan. Setelah memperhatikan hal ini, maka
dapat di simpul kan bahwa Perlu adanya upaya supremasi hukum dalam suatu
Negara, dan di jadikan sebagai suatu prioritas untuk pelaksanaan penegakan nya,
guna. Menjamin tercipta nya kepastian hukum, penempatan hukum sebagai
panglima. Sehingga segala aspek pemerintahan tidak mengenyamping kan, akan.
Ada nya ketentuan hukum yang berlaku. Tegakan hukum, dan. letakan hukum
sebagaimana mesti nya, Hukum sebagai panglima. Mari sama-sama kita wujudkan
Indonesia sebagai Negara hukum sesuai dengan amanat Undang-Undang  dan
dengan  memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan !

Anda mungkin juga menyukai