Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia jika dilihat dari pembagian aliran
pemikiran, yakni (1) nasionalisme radikal, (2) tradisionalisme jawa, (3) islma, (4) sosialisme
demokratis, serta (5) komunisme (Feith dan Castles 1988, LIV). Menurut Ir. Soekarno
(1964) terdapat tiga rumpun ideologi utama yang menaungi seluruh organisasi politik di
Indonesia yaitu, nasionalisme, islam, dan marxisme. Klasifikasi pemikiran politik dalam tiga
golongan tersebut dikoalisikan oleh partai – partai pro pemerintah yang disebut NASAKOM
dibawah kepemimpinan demokrasi terpimpin. Namun pada saat pemilihan umum untuk
pertama klainya di Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1955, terdapat empat partai
besar yang menjulang tinggi di atas partai lainnya, yaitu PNI, partai reformis islam yaitu
Masyumi, partai islam tradisional yaitu Nahdlatul Ulama, serta terakhir partai komunis yaitu
PKI. Dimana keempat partai ideologis tersebut sangat menonjol dan telah mengakibatkan
banyak orang berpikiran bahwa arena ideologi Indonesia terbagi ke dalam empat partai
tersebut.
Berdasarkan pemikiran Feith, bahwa dengan pembagian empat partai menjadi
pembagian arena politik Indonesia tidaklah lengkap sehingga ia lebih kepada lima pembagian
peimikiran politik Indonesia. Karena menurutnya, dua dari empat partai yang telah disebutkan
sebelumnya dipengaruhi oleh lebih dari satu aliran politik, contonya saja Nahdlatul ulama yang
tidak memperkembangkan konsep – konsep yang berhubungan dengan politik modern
sehingga para pemimpin partai ini cenderung mengandung aliran Masyumi. Akhirnya terdapat
dua aliran lainnya yang juga penting, yaitu tradisionalisme jawa dan sosialisme demokratis,
yang tidak secara khas terdapat di dalam salah satu keempat partai utama tersebut (Feith dan
Castles 1988, LV). Aliran tradisionalisme jawa lebih dianggap sebagai pemikiran politik
sendiri serta pemikiran yang kontroversi. Namun, ide – ide dari aliran tradisionalisme jawa ini
jelas ada dan memiliki pengaruh yang besar. PKI adalah golongan komunis di Indonesia
dimana mengambil konsep – konsep pemikiran barat. Kemudian PSI yang mewakili pemikiran
sosialis demokratis di Indonesia sama moderennya dengan PKI yang mengambil pemikiran
orang – orang barat, tetapi kurang mempengaruhi kalangan massa. Aliran nasionalisme radikal
yang secara organisatoris diwakili oleh PNI, dimana partai tersebut menempati bagian terbesar
dari wilayah tengah arena politik Indonesia. Konsep nasionalisme sebagai faktor persatuan
yang dijunjung tinggi dan yang dapat mempersatukan rakyat telah dimiliki oleh kaum
nasionalisme radikal semenjak tulisan Soekarno pada tahun 1926 mengenai “nasionalisme,
islam, dan marxisme.
Pemikiran politik dalam periode ini bersifat moralis, bercirikan kecenderungan untuk
melihat masyarakat sebagai tidak berbeda – beda, dan pemikiran ini bersifat optimis (Feith dan
Castles 1988, LX). Dikatakan bersifat moralis, menunjukkan fakta banhwa kebanyakan
pemikir politik cenderung berpendapat bahwa tidak ada aspek politik yang termasuk daerah
netral. Selain itu, politik jarang dianggap sebagai suatu bidang di mana terdapat banyak
paradoks dan ironi. Sebagai contoh gejala, bahwa politik yangbersifat otonom sering muncul
sebelum manusia sempat mengembangkan suatu model budaya khas sebagai pegangan untuk
memahami politik ini. Lalu pemikir politik Indonesia cenderung melihat masyarakatnya tidak
terbagi dalam golongan yang memiliki kepentingan – kepentingannya sendiri. Namun hanya
terdapat pembagian yang bersifat saling mengisi antara para pemimpin dengan rakyat.
Terakhir mengenai pemikiran politik Indonesia yang cenderung bersifat optimis. Seperti salah
satu bentuk optimis yang dilihat dari voluntarisme yang dianggap bahwa segala sesuatu akan
tercapai jika dihadapi dngan pikiran yang jernih, mempunyai itikad baik, serta sadar akan
adanya solidaritas persaudaraan. Anggapan – anggapan tersebut sering dituangkan ke dalam
keyakinan bahwa masalah – masalah Indonesia akan terpecahkan dengan mudah.Indonesia
Kesimpulannya, pemikir politik Indonesia merupakan hasil kreativitas para pemikir itu
sendiri dimana usaha mereka mempertahankan pemikiran dengan perspektif para pendahulu
mereka. Kemudian aspek – aspek penting dari pemikiran politik Indonesia harus didekati
melalui pendekatan sejarah, budaya, serta sosiologis kontemporer Indonesia.
0 komentar: