Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AGAMA ISLAM IV

“AKHLAK TERHADAP SESAMA”

Dosen Pengampu :
Muhammad Arifin, Dr. M.Pd

Disusun Oleh :

Nabila Soviatul Fitria (21801082057)


Radiah Deriwani (21801082051)
Ahmad Sahlan Usman (21801082182)
Yanuar Makrifdin (21801082238)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami sekelompok dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Akhlak Terhadap Sesama” dalam memenuhi tugas mata kuliah “Agama
Islam IV” yang dibimbing oleh bapak Muhammad Arifin Dr. M.Pd oleh karena
itu kami berterima kasih kepada beliau.

Dalam proses pengerjakan tugas ini pastilah menjumpai hambatan, namun


karena bantuan berbagai pihak dan kerja sama dalam kelompok, akhirnya kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berbagai


kalangan yang membacanya. Akhir kata, kami sekelompok mengucapkan terima
kasih dan mohon maaf apabila ada salah kata.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat kami,

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................

2.1 Pengertian HAM....................................................................................

2.2 Makna HAM dalam kehidupan manusia...............................................

2.3 Sifat dan Sikap terpuji terhadap sesama................................................

2.4 Implementasi akhlak kepada sesama dalam kehidupan sehari hari.......

BAB III PENUTUP............................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak


berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan
meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan nilai dari Syariat Islam.
Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak
menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari
keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya, berjuang dilihat dari
kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya
dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa,
jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang diterima.
Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari
Syariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai sisi,
sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai
aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia.
Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata
kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada
perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran
(sunat) dan larangan anjuran (makruh).
Akhlak dalam islam dapat dicerminkan melalui berbagai cara yang di
antaranya dapat dilakukan dengan cara berperilaku baik terhadap sesama.
Dalam menjalankan akhlak yang baik dan benar diperlukan adanya
pembahasan yang menjelaskan tentang bagaimana seorang muslim berakhlak
baik terhadap sesama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian HAM ?
2. Apakah makna HAM dalam kehidupan manusia?
3. Apkah sifat dan sikap terpuji terhadap sesama?
4. Bagaimanakah implementasi akhlak kepada sesama dalam kehidupan
sehari hari?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM

Hak asasi manusia (HAM) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia
adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan
kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat
dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan
saling bergantung. Hak asasi manusia biasanya dialamatkan kepada negara, atau
dalam kata lain, negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan
menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh swasta.
 Pengertian HAM menurut para ahli

1. HAM Menurut Jhon Locke

Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan kepada
manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di
dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar dan
suci.

2. HAM Menurut Jan Materson

Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB. Menurutnya HAM


adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia
mustahil hidup sebagai manusia.

3. HAM Menurut Miriam Budiarjo

HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir di dunia. Hak
itu sifatnya universal, karena hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik
itu ras, kelamin, budaya, suku, dan agama.
4. HAM Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto

HAM adalah suatu hak yang bersifat mendasar. Hak yang dimiliki
manusia sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan sehingga bersifat suci.

5. HAM Menurut Undang-Undang Nomer 39 Tahun 1999

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai
mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hak tersebut merupakan anugerah
yang wajib di lindungi dan di hargai oleh setiap manusia.

 Konsep HAM dalam Islam

HAM dalam Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah


Allah di muka bumi. Dalam Islam, HAM menganut pandangan yang bersifat
theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi
kepada-Nya.

Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka nilai-


nilai larangan dan perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari
al-Quran dan Hadis. Al-Quran menjadi  transformasi dari kualitas kesadaran
manusia. Manusia diperintahkan untuk hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh
bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah. Oleh karena
itu mengakui hak-hak antar manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka
kepatuhan kepada-Nya.

Dalam perspektif Islam dianggap dan diyakini sebagai anugerah dari


Tuhan dan oleh karenanya setiap individu akan merasa bertanggung jawab kepada
Tuhan. Dengan demikian, penegakan HAM dalam Islam tidak hanya didasarkan
kepada aturan-aturan yang bersifat legal-formal saja tetapi juga kepada hukum-
hukum moral dan akhlaqul karimah.

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam


masyarakat, Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi munkar.
Islam mengajarkan tiga tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut:
1. Melalui tangan (kekuasaan)
2. Melalui lisan (nasihat)
3. Melalui gerak hati nurani

yaitu membenci kemungkaran sambil mendoakan agar pelakunya sadar. Sehingga


untuk mengatasi mengatasi terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya
melakukan tindakan represif teatapi lebih menekankan tindakan preventif. Sebab,
tindakan represif cenderung berpijak hanya pada hukum legal-formal yang
mengandalkan bukti-bukti yang bersifat material semata. Sedangkan tindakan
preventif tidak memerlukan adanya bukti secara hukum.

 Hak Asasi Manusia di dalam al-Quran

Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam misinya sebagai khalifah,
kepadanya Allah memberikan sejumlah hak yang harus dipelihara dan dihormat.
Hak-hak itu bersifat sangat mendasar, dan diberikan langsung oleh Allah sejak
kehadirannya di muka bumi.

Berikut  beberapa  hak-hak asasi yang terdapat dalam al-Qur’an:

1. Hak untuk Hidup

Hak yang pertama kali dianugerahkan Islam di antara HAM lainnya


adalah hak untuk hidup dan menghargai hidup manusia. Islam memberikan
jaminan sepenuhnya bagi setiap manusia, kecuali tentu saja jika ada alasan
yang dibenarkan. Prinsip tentang hak hidup tertuang dalam dua ayat al-
Quran:

“Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah


(membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang
siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi
kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas
dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat
pertolongan.” (Q.S Al-Isra’:33)
"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).” (al-An’am: 151)

Dua ayat di atas membedakan dengan jelas antara pembunuhan yang


bersifat kriminal, dengan pembunuhan untuk menegakkan keadilan. Untuk
menegakkan keadilan hanya pengadilan yang berwenang saja yang berhak
memutuskan apakah seseorang harus kehilangan haknya untuk hidup atau
tidak. Oleh karena itu haruslah berlaku prinsip peradilan yan gjujur dan
tidak memihak.

2. Hak Kepemilikan Pribadi


Berkaitan dengan kepemilikan pribadi ini Islam sangat mengharagai
hak-hak kepemillikan pribadi seseorang. hal ini tercermin dari adanya
persyaratan hak milik untuk kewajiban zakat dan pewarisan. Seseorang
juga diberi hak untuk mempertahankan hak miliknya dari gangguan orang
lain. Bahkan, jika ia mati ketika membela dan mempertahankan hak
miliknya itu maka ia dipandang sebai syahid.

Salah satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya hak


milik terdapat pada Q.S. an-Nisaa ayat 29 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An- Nisaa ayat 29)

Ayat tersebut mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber-


sumber kekayaan alam dan lingkungan itu, seseorang harus menghormati
pula kepentingan orang lain. Dengan kata lain, ia harus menempuh cara
yang halal dan bukan melalui cara yang haram.

3. Persamaan Hak dalam Hukum


Agama Islam menekankan persamaan seluruh umat manusia di mata
Allah, yang menciptakan manusia dari asal yang sama dan kepadaNya
semua harus taat dan patuh. Islam tidak mengakui adanya hak istimewa
yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan, ataupun halangan buatan lainnya
yang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Kemuliaan itu terletak pada amal
kebajikan itu sendiri.

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari sesorang laki-


laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulai di antara kamu di sisi Allah ialah orang orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (al-Hujarat: 13)

Agama Islam menganggap bahwa semua manusia itu sama dan


merupakan anak keturunan dari nenek moyang sama. Dalam Haji
wada’nya, Nabi mendeklarasikan hal tersebut bahwa “Orang Arab tidak
mempunyai keunggulan atas orang non-Arab, begitu juga orang non-Arab
tidak mempunyai keunggulan atas orang Arab.demikian juga orang kulit
putih tidak memiliki keunggulan atas orang kulit hitam dan sebaliknya.
Semua adalah anak keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah liat”
Agama Islam telah menhancurkan diskriminasi terhadap kasta,
kepercayaan, perbedaan warna kulit, dan agama. Rasulullah tidak hanya
secara lisan menegakkan hak persamaan ini, namun juga telah
memperhatikan pelaksanaanya selama beliau hidup.

4. Hak Mendapatkan Keadilan


Hak mendapatkan keadilan merupakan suatu hak yang sangat penting
di mana agama Islam telah menganugerahkannya kepada setiap umat
manusia. Sesungguhnya agama Islam telah datang ke dunia ini untuk
menegakkan keadilan, sebagaimana al-Quran menyatakan:

“Dan Aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu” (Q.S Asy-
Syura: 15)

Umat Islam diperintahkan supaya menjungjung tinggi keadilan


meskipun kepentingan mereka sendiri dalam keadaan bahaya

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-


benar penegak keadlilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau
miskin, maka Allah lebih tahun kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jikakamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (an-Nisa: 135).

5. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan


Salah satu dari hak asasi yang terpenting adalah hak untuk
memperoleh pendidikan. Tidak seorangpun dapat dibatasi haknya untuk
belajar dan mendapatkan pengetahuan dan pendidikan, sepanjang ia
memenuhi kualifikasi untuk itu. Ajaran Islam tidak saja menegakkan sendi
kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibkan semua orang Islam
untuk belajar.Pentingnya pendidikan dan pengetahuan tertuang dalam
surat at-Taubah ayat 122:
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, sehingga mereka waspada.” (QS. At-Taubah ayat 122)

Landasan ayat lain yang meninggikan pentingnya pendidikan ada di


dalam surat al-Mujadilah ayat 11, yang memiliki arti:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah ayat 11)

2.2 Makna HAM dalam kehidupan manusia

Makna HAM bagi kehidupan manusia adalah, agar manusia saling


menghargai martabat manusia lain, serta ikut serta menjaga keamanan dan
kenyamanan hidup dalam bermasyarakat.

Dalam lingkungan masyarakat yang baik, suatu keluarga akan berkembang 
secara wajar, dan kepribadian individu akan tumbuh secara sehat. Diantara
akhlak terhadap masyarakat adalah:

1. Memelihara perasaan umum masyarakat yang telah terjalin. Setiap


individu hendaknya menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dapat
melukai perasaan umum,meskiperbuatan itu sendiri halal.
2. Berperilaku disiplin dalam urusan publik. Disiplin adalah mengerjakan
sesuatu sesuai dengan kemestiannya, menyangkut waktu, biaya, dan
prosedur.
3. Memberi kontribusi secara optimal sesuai dengan tugasnya. Ulama dan
Cendekiawan menyumbangkan ilmunya, pemimpin mengedepanan
keadilan dan tanggungjaab/amanah, pengusah mengutamakan kejujura,
dan sebagainya.
4. Amar makruf nahi munkar. Setiap anggota masyarakat harus memiliki kep
edulian terhadap hal-hal yang potensil merusak masyarakat, oleh karena
itu mereka harus aktif menganjurkan perbuatan baik yang nyatanya telah
ditinggalkan masyarakat dan mencegah perbuatan buruk yang dilakukan
secara terang terangan oleh sekelompok anggota masyarakat.

Pentingnya HAM dalam kehidupan manusia adalah agar setiap mausia mampu
bersikap baik, saling menghargai dan menjunjung tinggi persamaan derajat
manusia. Hal ini yang dapat mengurangi terjadinya pelanggaran HAM yaitu :

1. Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama rekan atau


tetangga dan berupaya menyelesaikan pertengkaran tersebut dengan baik
dan terhormat, serta jangan ikut-ikutan main hakim sendiri.
2. Melakukan kegiatan rumah tangga dengan tidak mengganggu ketenangan
dan ketertiban tetangganya.
3. Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di lingkungan masyarakat
masing-masing.
4. Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing merasa dirinya
benar.
5. Jangan mengembangkan perselisihan antar anak menjadi perselisihan antar
orang tua

Pelanggaran HAM di Indonesia juga dapat diatasi dengan cara-cara yang


sederhana dan dapat dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Namun,
apabila pelanggaran HAM sudah termasuk pada pelanggaran yang berat maka
perlu adanya pengadilan HAM untuk mengatasi masalah tersebut

2.3 Sifat dan sikap terpuji terhadap sesama


SIFAT DAN SIKAP TERPUJI TERHADAP SESAMA:

1. Rahmah artinya penyayang, di mana sifat ini menunjukkan kepada sesema


manusia yg usianya lebih kecil dari kita.
2. Takrim artinya penghormatan, di mana sifat ini menunjukkan kepada
sesame manusia yg usiannya jauh lebih tua dari kita.
3. Sikap memberi manfaat ditunjukkan untuk orang yg selalu member
dampak positif di setiap tindakannya
4. Sikap menghargai HAM adalah sikap toleransi kita kepada sesame
manusia

ITSAR

Itsar adalah mendahulukan orang lain dari pada diri sendiri.

 Dalil Dalil Itsar

Allah Ta’ala memuji kaum Anshar dengan sifat itsarnya dalam firman-Nya,

ٌ‫صة‬ َ َ‫َوي ُْؤثِرُونَ َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم خ‬


َ ‫صا‬

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri,


sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS. al-Hasyr: 9)

Ibnu Katsir mengatakan, “Mereka mendahulukan orang-orang yang sangat


membutuhkan daripada kepentingan pribadi.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/70)

Ibnu Taimiyyah berkata, “Adapun mengutamakan orang lain padahal ia sedang


kesusahan, itu lebih utama daripada sekadar bersedekah dengan senang hati.
Karena tidak semua orang yang bersedekah itu senang hati lagi dalam
kesusahan.” (Minhajus Sunnah 7/129)

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ٍد ثُ َّم‬h‫ب َوا ِح‬ٍ ْ‫و‬hَ‫ َدهُ ْم فِي ث‬h‫انَ ِع ْن‬h‫ا َك‬h‫وا َم‬hُ‫ ِة َج َمع‬hَ‫الِ ِه ْم بِ ْال َم ِدين‬hَ‫ا ُم ِعي‬h‫ َّل طَ َع‬hَ‫ز ِو أَوْ ق‬hَ
ْ ‫إِ َّن اأْل َ ْش َع ِريِّ ْينَ إِ َذا أَرْ َملُوا فِي ْالغ‬
‫ا ْقتَ َس ُموا بَ ْينَهُ ْم فِي ِإنَا ٍء َوا ِح ٍد بِالس َِّويَّ ِة فَهُ ْم ِمنِّي َوأَنَا ِم ْنهُ ْم‬

“Sesungguhnya keluarga Asy’ari jika perbekalan makanan mereka habis tatkala


berperang atau keluarga mereka kekurangan makanan di Madinah, mereka
mengumpulkan yang ada di kain-kain mereka, kemudian meletakkan di sebuah
nampan lalu membaginya sama rata. Mereka termasuk saya dan saya juga
termasuk mereka.” (HR. al-Bukhari: 2846, Muslim: 2500)
Berkata Abul Abbas al-Qurthubi, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa sifat yang
dominan dari keluarga Asy’ari adalah itsar dan berbagi rata tatkala sama-sama
membutuhkan.” (al-Mufhim Syarh Shahih Muslim 6/452)

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

َ‫ َوطَ َعا ُم اأْل َرْ بَ َع ِة يَ ْكفِي الثَّ َمانِيَة‬،َ‫ َوطَ َعا ُم ااْل ِ ْثنَ ْي ِن يَ ْكفِي اأْل َرْ بَ َعة‬،‫طَ َعا ُم ْال َوا ِح ِد يَ ْكفِي ااْل ِ ْثنَ ْي ِن‬

“Makanan untuk satu orang bisa mencukupi dua orang, makanan untuk dua
orang bisa mencukupi empat orang, dan makanan untuk empat orang bisa
mencukupi delapan orang.” (HR. Muslim: 2059)

al-Muhallab mengatakan, “Maksud hadits ini adalah anjuran untuk saling


berbuat baik dalam hal makan dan berbagi, serta mendahulukan orang lain dari
diri sendiri.” (Syarh Shahih al-Bukhari Ibnu Baththal, 9/471)

 MACAM-MACAM ITSAR

Itsar ditinjau dari keterkaitannya dengan yang lain, dibagi dua macam:

1. Itsar yang berhubungan dengan al-Khaliq (Sang Pencipta)

Ibnul Qayyim berkata, “Itsar yang berhubungan dengan Khaliq lebih


mulia dan lebih afdhal daripada itsar yang berhubungan dengan makhluk.
Yaitu mendahulukan ridha Alah daripada ridha makhluk, mengutamakan
kecintaan kepada Allah daripada kecintaan makhluk, mendahulukan rasa
takut dan raja’ (berharap) kepada-Nya daripada takut dan berharap
kepada makhluk, lebih mendahulukan penghinaan diri, ketundukan dan
merendahkan diri kepada-Nya daripada kepada mahkluk, lebih
mengutamakan meminta kepada-Nya daripada bergantung kepada selain-
Nya.” (Thariqul Hijratain 1/449).

2. Itsar yang berhubungan dengan makhluk

Adapun itsar yang berhubungan dengan makhluk adakalanya


haram, makruh, atau mubah.
Haram jika engkau mendahulukan orang lain dalam sesuatu yang
wajib engkau kerjakan, karena itu sama saja telah menggugurkan
kewajiban tersebut atasmu. Misalnya, mendahulukan orang lain untuk
shalat, puasa dan kewajiban-kewajiban syariat lain, sementara ia sendiri
tidak mengerjakannya.

Makruh atau mubah jika engkau mendahulukan orang lain dalam


hal-hal mubah, yang sebagian ulama memakruhkannya dan sebagian
membolehkannya. Itsar yang mubah yaitu mendahulukan orang lain dalam
perkara-perkara yang bukan termasuk ibadah. (Syarh Riyadush Shalihin,
Ibnu Utsaimin 3/416-417)

Ibnul Qayyim menyebutkan syarat-syarat itsar berkaitan dengan


makhluk yang bisa memindahkannya dari hukum haram atau makruh
menjadi hukum mubah. Yaitu tidak menyia-nyiakan
waktu muatstsir (orang yang berbuat itsar) tersebut, tidak menyebabkan
keadaannya menjadi rusak (gara-gara mendahulukan orang lain), tidak
menyebabkan hancur agamanya, tidak menyebabkan tertutupnya pintu
kebaikan bagi muatstsir.

Jika syarat-syarat ini terpenuhi maka perbuatan mendahulukan


orang lain mencapai puncak keutamaannya, namun jika terdapat salah satu
dari hal-hal di atas, maka mendahulukan diri sendiri lebih utama.
Mendahulukan orang lain yang terpuji adalah mendahulukan orang lain
dengan dunia, bukan dengan waktu, agama, dan hal-hal yang membuat
baiknya hati.” (Thariqul Hijratain 1/446)

 Itsar ditinjau dari faktor pendorongnya


- Fitrah dan kasih sayang seperti mendahulukan bapak, ibu dan orang-
orang yang dicintai daripada selain mereka. ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata,

‫ت إِلَى‬ ْ ‫رةً َو َرفَ َع‬h


َ h‫ت ُك َّل َوا ِح َد ٍة ِم ْنهُ َما تَ ْم‬ ْ َ‫ت فَأ َ ْعط‬ ْ َ ‫َجا َء ْتنِى ِم ْس ِكينَةٌ تَحْ ِم ُل ا ْبنَتَ ْي ِن لَهَا فَأ‬
َ َ‫ط َع ْمتُهَا ثَال‬
ٍ ‫ث تَ َم َرا‬
‫أْنُهَا‬h ‫أ َ ْع َجبَنِى َش‬hhَ‫َت تُ ِري ُد أَ ْن تَأْ ُكلَهَا بَ ْينَهُ َما ف‬
ْ ‫ت التَّ ْم َرةَ الَّتِى َكان‬
ِ َّ‫َط َع َم ْتهَا ا ْبنَتَاهَا فَ َشق‬ْ ‫فِيهَا تَ ْم َرةً ِلتَأْ ُكلَهَا فَا ْست‬
ْ‫ا ْال َجنَّةَ أَو‬hhَ‫ا بِه‬hhَ‫ب لَه‬
َ ‫ ْد أَوْ َج‬hَ‫ا َل إِ َّن هَّللا َ ق‬hhَ‫ فَق‬-‫لم‬hh‫ه وس‬hh‫لى هللا علي‬hh‫ص‬- ِ ‫و ِل هَّللا‬h‫ت لِ َر ُس‬ َ ‫ت الَّ ِذى‬
ْ ‫نَ َع‬h‫ص‬ ُ ْ‫فَ َذكَر‬

ِ َّ‫أَ ْعتَقَهَا بِهَا ِمنَ الن‬


‫ار‬

“Telah datang seorang wanita miskin bersama dua orang anaknya, lalu
aku memberi mereka makan dengan tiga butir kurma. Ibu itu memberi
anaknya masing-masing sebutir. Tatkala wanita ini mengangkat
tangannya hendak memasukkan sebutir kurma itu ke mulutnya, kedua
anaknya meminta kembali. Kemudian satu butir kurma itu dibelah dua.
Aku sangat kagum dengan ibu itu, lalu aku menceritakan perihal tersebut
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bersabda,
‘Sungguh, Allah telah mewajibkan wanita itu masuk surga karena
perbuatannya tersebut, atau Allah membebaskannya dari api neraka.’”
(HR.Muslim: 2630).

- Pendorongnya adalah iman dan senang kebaikan bagi orang lain,


sebagaimana yang banyak dilakukan oleh salafush shalih umat ini.

 POTRET ITSAR RASULULLAH SAW. DAN PARA SAHABAT

Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata,“Pernah datang seorang


perempuan membawa burdah kepada Nabi. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata, ‘Tahukah kalian, burdah apa ini?’ Ada yang menjawab, ‘Ya,
Pakaian yang dibordir bagian bawahnya’. Perempuan itu berkata, ‘Wahai
Rasulullah, pakaikanlah aku!’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‘Ya’. Nabi duduk di majelis, kemudian keluar dengan menggenggam burdah itu,
lalu menyuruh untuk memberikan orang tersebut. Orang-orang berkata
kepadanya, ‘Alangkah baiknya engkau, engkau meminta kepada beliau, padahal
engkau tahu beliau tidak pernah menolak orang yang meminta.’ Orang itu
berkata, ‘Demi Allah, tidaklah saya memintanya kecuali agar itu menjadi kafan
saya jika meninggal.’ Ternyata itulah kafannya.” (HR. Al-Bukhari:2093)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Yang jelas, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam sangat mengutamakan orang lain. Dalam ash-Shahihain telah shahih
bahwa jika Rasulullah diberikan kemenangan pada Khaibar atau tempat yang
lain, beliau menyimpan (fa’i atau ghanimah) buat makanan pokok keluarganya
untuk beberapa waktu, kemudian sisanya untuk di jalan Allah. Dan jika ada
keperluan mendadak atau tamu datang, maka beliau mengisyaratkan kepada
keluarganya untuk mendahulukan orang lain, sehingga habis semua atau
sebagian besar simpanan makanan beliau.” (Fathul Bari 11/280).

Adapun itsar para sahabat dan generasi terbaik umat ini sangatlah banyak.


Cukuplah mereka sebagai sebab turunnya ayat al-Qur’an dalam surat al-Hasyr
ayat 9 di atas itu. Wallahul muwaffiq.

UKHWAH

Ukhwah dibagi menjadi 3 yakni: Ukhuwah Islamiyah, Ukhwah Insaniyah


dan Ukhwah Wathaniyah

Rasa memiliki ukhuwah atau rasa persaudaraan yang ikhlas diantara sesama
muslim dan seluruh umat beragama lainnya sampai saat ini masih belum bisa
dikatakan maksimal.

Masih banyak orang-orang yang tidak memperdulikan kesengsaraan orang lain


bahkan masih banyak yang belum bisa menerima sebuah kebersamaan didalam
perbedaan untuk dijadikan kekuatan dalam persatuan.

Masih banyak orang yang terikat dengan rasa egonya yang tinggi karena merasa
diri adalah yang paling benar. “Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya)
bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari
dan Muslim).

 Syarat syarat untuk menciptakan rasa ukhuwah:


1. Melakukan dengan ikhlas karena allah SWT dan sesuai dengan kaidah isi
alqur’an dan sunnah rasul.
2. Melakukan dengan ikhlas karena iman dan taqwa kita yang tak bisa
tergantikan oleh apapun.
3. Melakukan segala perbuatan sesuai dengan kaidah islam yang baik dan
benar
4. Banyak cara untuk bisa kita lakukan dengan besar hati bahwa menebarkan
rasa ukhuwah dalam kehidupan sehari hari adalah menyenangkan:
5. Menjalankan sholat bersama-sama (berjamaah) ; dengan hati yang ikhlas
dan memahami bahwa kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain tanpa harus melihat siapa dan bagaimana status
sosialnya. Kebersamaan dalam menjalin rasa kasih sayang dengan
kemurnian batin adalah mutlak kita perlukan
6. Kesombongan tidak ada artinya satu persenpun ketika kita mengalami
musibah yang maha dasyat , ketika sakit keras hingga ajal menjemput atau
ketika agama dan keyakinan kita dipermalukan bangsa lain
7. Ikhlas membantu kesusahan sesama muslim ; dan sesama umat beragama
tanpa ada  rasa pamrih atau menolong hanya karena menginginkan sesuatu
( pamer kekayaan atau meningkatkan gengsinya agar dihormati orang
lain).
8. Ikhlas memaafkan kesalahan orang lain ; dan memahami bahwa didunia
ini tak ada satu manusiapun yang bisa lolos dari yang namanya kesalahan,
kekurangan dan kelemahan
9. Saling bertegur sapa ; dan menebarkan salam dengan wajah yang damai
dan menciptakan rasa saling sayang.
10. Melupakan perbedaan dan merajut kebersamaan ; untuk menciptakan
masyarakat yang  bersatu , rukun, saling menghargai dan mau menerima
kekurangan masing masing.
11. Memperkuat dan meningkatkan rasa silahturahim ; dengan cara misalnya
mengadakan pengajian bersama, atau ketika bulan ramadan bisa
mengadakan acara buka bersama dan sholat tarawih berjamaah

Rasulullah WAS pernah ditanya oleh seorang sahabat,

“Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke


surga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan
menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat
dan engkau menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari)

1. Menjauhi perbuatan yang dibenci allah ; dan memberi pemahaman pada


semua orang tentang perbuatan apa saja yang tidak disukai allah dan
mengandung azab yang pedih, misalnya melakukan pembunuhan, perbuatan
maksiat dan lain lain
2. Mendoakan ; orang yang baik atau yang jahat dengan doa kebaikan
3. Berlomba berbuat kebaikan karena Allah SWT ; dalam bentuk apapun tetapi
perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain
4. Ikhlas dan menerima kritikan: menjaga hati dalam islam yaitu dengan pikiran
positif dari sesama muslim demi perbaikan ahklak kita dimasa yang akan
datang dengan cara membuat hati ikhlas.
5. Tidak merasa diri selalu benar ; karena tidak ada manusia yang sempurna.
Apa yang baik untuk kita, apa yang kita anggap baik pada kenyataannya
belum tentu orang lain merasakan hal yang sama. Saling menghargai
pendapat orang lain adalah kunci terbentuknya rasa saling rukun.

Ada perilaku yang harus  dijalankan demi terciptanya suasana Ukhuwah


Islamiyah, Insaniyah dan wathaniyah, yaitu:

1. Ukhuwah Islamiyah

Merasa dan mengakui bahwa sesama muslim diseluruh belahan dunia adalah
saudara yang patut kita lindungi,  kita perjuangkan hak mereka atas islam jika
berada pada negara yang sedang berperang serta mendoakan mereka untuk
kebaikan

Inilah tahapan tahapan berharga dalam Ukhuwah islamiyah:

- Ta’awun ; yaitu rasa saling tolong menolong antar umat beragama


karena Allah
- Ta’fahum ; Yaitu rasa saling memahami bahwa tidak ada satu
manusiapun yang bisa lolos dari kekurangan dan kesalahan.
- Ta’aruf ;  ta’aruf menurut islam yaitu rasa ingin mengenal orang lain
dengan maksud memperbanyak persaudaraan.
- Takaful ; yaitu saling bersatu dalam suka maupun duka serta bersama-
sama menyelesaikan segala permasalahan dengan rasa kasih sayang
dan rasa saling menghargai pendapat yang berbeda
2. Ukhuwah Insaniyah

Merasa dan mengakui bahwa seluruh umat manusia didunia adalah


saudara kita. Tidak ada perbedaan yang menjadi dasarnya untuk saling
bermusuhan, karena tidak ada satu manusiapun yang hidup dalam
keabadian.

3. Ukhuwah Wathaniyah

Saling Menjaga kerukunan antar umat beragama dan


membudidayakan rasa saling membutuhkan, saling menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada didalam negara kesatuan republik
indonesia serta bersama sama menjunjung tinggi martabat bangsa dimata
bangsa lain

Tetapi saat ini keberadaan ukhuwah didalam kehidupan


nasionalime bangsa indonesia masih jauh dari harapan. merasa diri adalah
yang paling benar selalu ada pada setiap individu dan tidak
memperdulikan rasa kebersamaan ironisnya mereka sudah tahu tentang
ukhuwahdan dasar hokum islam yaitu kaidah islam yang mewajibkan
untuk memupuk rasa kasih sayang, cinta sesama umat, dan saling peduli
dengan orang lain.

Mereka tetap mengabaikan dan tidak melakukan norma-norma


kebaikan yang ada pada Ukhuwah islamiyah, insaniyah dan Wathaniyah
Jika ini terus berlanjut dalam jangka panjang Indonesia bisa mengalami
krisis ukhuwah yang bisa saja menjadi bahan tertawaan oleh bangsa lain.

Marilah kita bersama sama melakukan dengan kejujuran dan


kebersihan hati apa yang telah menjadi ketetapan ukhuwah dalam islam.
Jika bukan sekarang  kapan lagi? tidak mungkin harus menunggu seribu
tahun lagi yang mungkin kaidah kaidah islam yang baik sudah benar benar
dinodai oleh prilaku yang tidak seharusnya ada

Saat inipun jika kita telah dengan teliti dengan mata batin, makna
ukhuwah sudah terabaikan karena sudah dinodai oleh kepentingan
dunia yang bagi mereka lebih memiliki pesona yang tidak bisa mereka
tolak. Kepentingan yang dilandasi saling menghujat, saling menjelekkan,
saling menjatuhkan dan saling merasa diri paling benar

Kepentingan yang telah membuat makna ukhuwah semakin jauh


dan jarang diterapkan dalam kehidupan sehari hari adalah karena urusan
duniawi  yang penuh persaingan bisnis, kepentingan politik, kepentingan
suku suku tertentu dan sebagainya, bagi mereka terasa lebih penting dan
menguntungkan dan menganggap ukhuwah islamiyah, insaniyah dan
wathaniyah hanya membuang waktu dan merugikan. Perlu diperjuangkan
agar Ukhuwah diantara umat beragama di negeri nusantara tetap terjaga
dan semakin kuat setiap harinya.

Keberadaan norma norma ukhuwahbanyka disalah artikan oleh


pihak pihak tertentu yang mengatas namakan islam, ini adalah musuh
paling berbahaya bagi umat muslim sendiri. Banyak sudah ajaran ajaran
islam yang dimodifikasi dengan berbagai aturan dan  perilaku yang
menyimpang dan berdosa. Saat itulah kaidah islam yang ada pada ajaran
tentang ukhuwah islamiyah, insaaniyaah dan waathaniyah menjadi tidak
berarti apa apa

Sudah waktunya seluruh kaum islam diindonesia dan seluruh dunia


bersatu dan memperjuangkan kaidah kaidah islam yang benar yang
dilandasi rasa ukhuwah yang kuat dan sudah tiba waktunya untuk kita
bahu membahu perangi ajaran islam yang tidak sesuai dengan ajaran Allah
SWT dan hadits rasul yang hanya membuat bobrok masa depan bangsa
saja.

2.4 Implementasi akhlak kepada sesama dalam kehidupan sehari hari

 Akhlak kepada allah swt

Antara ciri-ciri penting akhlak manusia dengan Allah swt ialah :

1. Beriman kepada Allah,yaitu: mengakui, mempercayai dan meyakini


bahawa Allah itu wujud serta beriman dengan rukun-rukunnya dan
melaksanakan tuntutan-tuntutan di samping meninggalkan sebarang sifat
atau bentuk syirik terhadapnya.
2. Beribadah atau mengabdikan diri, tunduk, taat dan patuh kepada Allah
,yaitu: melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala
larangannya dengan ikhlas semata-mata kerana Allah swt.
3. Senantiasa bertaubat dengan Tuhannya,yaitu: apabila seseorang mukmin
itu terlupa atau jatuh kepada kesalahan dan kesilapan yang tidak
seharusnya berlaku lalu ia segera sadar dan insaf lalu meminta taubat atas
kesalahannya.
4. Mencari keridhaan Tuhannya,yaitu: sentiasa mengharapkan Allah dalam
segala usaha dan amalannya. Segala gerak gerik hidupnya hanyalah untuk
mencapai keridhaan Allah dan bukannya mengharapkan keridhaan
manusia walaupun kadang kala terpaksa membuat sesuatu kerja yang
menyebabkan kemarahan manusia.
5. Melaksanakan perkara-perkara yang wajib, fardhu dan nawafil(shalat
sunnah).
6. Ridha menerima Qadha’ dan Qadar Allah : Sabda Rasulullah saw yang
bermaksud : “Apabila mendapat kesenangan dia bersyukur dan apabila dia
ditimpa kesusahan dia bersabar maka menjadilah baik baginya.”

 Akhlak kepada Manusia

Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan


wujud dari rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar,
sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mukmin yang paling sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara
kamu ialah mereka yang paling baik terhadap isterinya“. (HR. Ahmad).

1. Akhlak kepada Rasulullah


- Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunnahnya
- Menjadikan Rasulullah sebagai idola,suri tauladan dalam hidup
dan kehidupan
2. Akhlak kepada Diri Sendiri

Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di


antaranya:

- Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai


hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
- Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah
yang tidak bisa terhitung banyaknya.Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan.Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur
dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
- Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki
yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
- Memelihara kesucian diri
- Menutup Aurat
- Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas dan rendah hati
- Malu melakukan perbuatan jahat

3. Akhlak kepada keluarga


- Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan kasih sayang di
antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk
komunikasi.
- Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
- Berbakti kepada ibu bapak
- Mendidik anak-anak dengan kasih saying
- Memelihara hub.silahturrahim dan melanjutkan silatuhrrrahmi
yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia
4. Akhlak kepada Orang Tua
- Berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.
- Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih
dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut,
- Mentaati perintah,
- Meringankan beban,
- Serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi
berusaha.
- Merendahkan diri kepada keduannya diiringi perasaan kasih
sayang

5. Akhlak kepada tetangga


- Saling mengunjungi
- Saling bantu di waku senang ataupun susah
- Saling beri-memberi
- Saling menghormati
- Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan

6. Akhlak kepada masyarakat


- Memulilakan tamu
- Mengormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
bersangkutan
- Saling menolond dalam melakukan kebaikan dan taqwa
- Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan
bersama.

 Adab terhadap golongan jin diantaranya Rasulullah melarang membuang


air seni di dalam lubang-lubang di bumi kerena ia adalah kediaman jin.
Sabda Rasulullah Akhlak terhadap makhluk selain manusia
1. Malaikat
Akhlak Islam menuntut seseorang muslim supaya
menghormati para malaikat dengan menutup kemaluan walaupun
bersendirian dan tidak ada orang lain yang melihat.

2. Jin

SAW yang bermaksud : “Jangan kamu beristinjak dengan tahi


kering dan jangan pula dengan tulang-tulang kerana sesungguhnya
tulang-tulang itu adalah makanan saudara kamu dari kalangan jin.”

3. Hewan ternakan/peliharaan

Hewan yang digunakan untuk berkerja, maka tidak boleh


membebani mereka di luar kesanggupan mereka atau dianiaya atau
disakiti. Jikapun ketika hendak disembelih untuk dimakan sekalipun,
maka hendaknya penyembelihan dilakukan dengan cara yang paling
baik yaitu dengan menggunakan pisau yang tajam, tidak mengasah
pisau di hadapan hewan tersebut atau menyembelih hewan di
samping hewan-hewan yang lain.

4. Hewan bukan ternakan/peliharaan

Tidak menganiayai hewan-hewan bukan ternakan seperti


melukainya dengan menggunakan batu dan sebagainya.

5. Alam

Manusia diperintahkan untuk memakmurkan sumber-sumber


alam demi kebaikan bersama. Islam menetapkan bahawa alam ini
tidak boleh dicemari dengan kotoran yang dapat merusak kehidupan
manusia dan kehidupan lainnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak asasi manusia (HAM) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia
adalah seorang manusia.

Makna HAM bagi kehidupan manusia adalah, agar manusia saling menghargai


martabat manusia lain, serta ikut serta menjaga keamanan dan kenyamanan hidup
dalam bermasyarakat.

Sifat dan Sikap terpuji terhadap sesama : 1. Rahmah artinya penyayang, 2. Takrim
artinya penghormatan, 3. Itsar : mendahulukan orang lain dari pada diri sendiri, 4.
Sikap memberi manfaat ditunjukkan untuk orang yg selalu member dampak
positif di setiap tindakannya, 5. Sikap menghargai HAM adalah sikap toleransi
kita kepada sesame manusia

Implementasi akhlak kepada sesama dalam kehidupan sehari hari :


Akhlak kepada allah swt, Dengan cara : 1. Beriman kepada Allah, 2. Beribadah,
3. Senantiasa bertaubat dengan Tuhannya,. 4. Mencari keridhaan Tuhannya,
5. Melaksanakan perkara-perkara yang wajib, fardhu dan nawafil(shalat sunnah),
6. Ridha menerima Qadha’ dan Qadar Allah

Akhlak kepada Manusia : Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya


merupakan wujud dari rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Romadecade.2020.Pengertian HAM.(online).di akses tanggal 10 Maret 2020.


https://www.romadecade.org/pengertian-ham/#!

Wikipedia.2020.Hak Asasi Manusia.(online).di akses tanggal 10 Maret 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

Wawasansejarah.2020.Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam.(online).di


akses tanggal 10 Maret 2020. https://wawasansejarah.com/hak-asasi-manusia-
dalam-perspektif-islam/

Muslim.or.id.2020.Itsar Mendahulukan Saudaranya dari diri sendiri.(online).di


akses tanggal 10 Maret 2020. https://muslim.or.id/10250-itsar-mendahulukan-
saudaranya-dari-diri-sendiri-1.html

Gurupkn.2020.Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam kehidupan sehari-


hari.(online).di akses tanggal 10 Maret 2020.
https://gurupkn.wordpress.com/2008/02/26/implementasi-hak-asasi-manusia-ham-
dalam-kehidupan-sehari-hari/

Anda mungkin juga menyukai