Anda di halaman 1dari 18

Konsep Ketuhanan dalam Islam (Aqidah Islam)

A. Pengantar
Sebelum membahas konsepsi Ketuhanan dalam Islam, ada baiknya memahami terlebih
dahulu konsepsi Ketuhanan berbagai agama dan kepercayaan. Pembahasan pendahuluan ini
dipandang perlu karena seseorang akan lebih bisa mengenal kebenaran jika mengetahui
kebatilan, sebagaimana cahaya dikenal dengan baik jika kegelapan telah dialami sebelumnya.
Orang sehat benar-benar memahami arti kesehatan jika sebelumnya pernah mengalami sakit.
Pentingnya mempelajari kejahiliyahan juga pernah dinyatakan oleh Umar bin Khatthab
radhiyallaahu ‘anhu sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok. Beliau
berkata:
‫ " َﻗ ْﺪ َﻋﻠِ ْﻤ ُﺖ َو َر ﱢب ْاﻟ َﻜ ْﻌﺒَ ِﺔ َﻣﺘَﻰ‬:‫ﻮل‬ ُ ‫ ﯾَ ُﻘ‬،‫ﺿ َﻲ اﷲﱠُ َﻋ ْﻨ ُﻪ‬ ِ ‫ْﻦ ْاﻟ َﺨ ﱠﻄ‬
ِ ‫ﺎب َر‬ َ ‫ َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ ُﻋ َﻤ َﺮ ﺑ‬:‫ﺎل‬ َ ‫ َﻗ‬،‫ْﻦ‬ ِ ‫ﺼﯿ‬ َ ‫ْﻦ ْاﻟ ُﺤ‬ ‫ﱢ‬ ْ
ِ ‫َﻋ ِﻦ اﻟ ُﻤ ْﺴﺘَ ِﻈﻞ ﺑ‬
‫»ﻫ َﺬا‬
َ ‫ﺎﻫﻠِ ﱠﯿ ِﺔ‬ ِ ‫ِﺞ أَ ْﻣ َﺮ ْاﻟ َﺠ‬
ْ ‫ َوﻟَ ْﻢ ُﯾﻌَﺎﻟ‬،‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬َ ‫ﻮل‬َ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬
‫ﺼ َﺤ ِﺐ ﱠ‬ ْ َ‫ إِ َذا َوﻟِﻲ أَ ْﻣ َﺮ ُﻫ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾ‬:‫ﺗَ ْﻬﻠِ ُﻚ ْاﻟ َﻌ َﺮ ُب‬
‫ – ﺻﺤﯿﺢ‬8318[‫ ﻣﻦ ﺗﻠﺨﯿﺺ اﻟﺬﻫﺒﻲ‬- ‫ُﺨ ِﺮ َﺟﺎ ُه« ]اﻟﺘﻌﻠﯿﻖ‬ ْ ‫ َوﻟَ ْﻢ ﯾ‬،‫اﻹ ْﺳﻨَﺎ ِد‬ ْ ُ ‫ﺻ ِﺤ‬
ِ ‫ﯿﺢ‬ َ ‫ﯾﺚ‬ ٌ ‫َﺣ ِﺪ‬
Dari Al-Mustadhill bin Al-Hushoin beliau berkata, aku mendengar Umar bin Al-Khattab berkata:
“Sungguh aku telah mengetahui, demi Pemilik Ka’bah, kapan orang-orang Arab itu binasa.
Yakni ketika yang mengurus urusan mereka adalah orang yang tidak menjadi sahabat
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan tidak pernah memahami jahiliyah”.[1]
Ibnu Taimiyyah juga menyebut makna ini dengan redaksi yang sedikit berbeda. Dalam
kitabnya; Minhaj As-Sunnah beliau menyitir ucapan umar sebagai berikut:
َ َ ُ ‫ إِﻧﱠ َﻤﺎ ﺗُ ْﻨ َﻘ‬:- ‫ﺿ َﻲ اﷲﱠُ َﻋ ْﻨ ُﻪ‬
‫اﻹ ْﺳ َﻼ ِم َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ‬
ْ ْ
ِ ‫اﻹ ْﺳ َﻼ ِم ُﻋ ْﺮ َو ًة ُﻋ ْﺮ َو ًة إِذا ﻧَ َﺸﺄ ِﻓﻲ‬
ِ ‫ﺾ ُﻋ َﺮى‬ ِ ‫ْﻦ ْاﻟ َﺨ ﱠﻄ‬
ِ ‫ َر‬- ‫ﺎب‬ ُ ‫ﺎل ُﻋ َﻤ ُﺮ ﺑ‬َ ‫َﻗ‬
‫ﱠﺔ‬ ِ ‫ف ْاﻟ َﺠ‬
َ ‫ﺎﻫﻠِﯿ‬ ِ ‫ﯾَ ْﻌ ِﺮ‬
Umar bin Al-Khattab berkata: “Sesungguhnya simpul-simpul Islam itu dapat terurai sesimpul
demi sesimpul jika muncul dalam Islam orang yang tidak mengenal jahiliyah.”[2]
Artinya, orang yang tidak mengenal jahiliyah justru berbahaya karena ia tidak akan mengenal
kebenaran Islam. Dia tidak akan bisa membedakan yang haq dan yang batil yang mana hal
tersebut justru bisa menimbulkan syubhat-syubhat. Maka dari itu, mengenal kebathilan menjadi
penting agar seseorang bisa mengenal kebenaran.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Sayyid Quthub dalam kitabnya; Khoshois At-
Tashowwur Al-Islami Wa Muqowwimatuhu. Beliau berkata:
‫ وﺿﺮورة ﻫﺬا اﻻﻧﻔﻜﺎك ﻋﻦ اﻟﻀﻼﻻت اﻟﺘﻲ ﻛﺎﻧﺖ اﻟﺒﺸﺮﯾﺔ‬،‫وﻻ ﯾﺪرك اﻹﻧﺴﺎن ﺿﺮورة ﻫﺬه اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ‬
‫ ﺣﺘﻰ ﯾﻄﻠﻊ ﻋﻠﻰ ﺿﺨﺎﻣﺔ ذﻟﻚ‬...‫ وﺿﺮورة اﻻﺳﺘﻘﺮار ﻋﻠﻰ ﯾﻘﯿﻦ واﺿﺢ ﻓﻲ أﻣﺮ اﻟﻌﻘﯿﺪة‬،‫ﺗﺎﺋﻬﺔ ﻓﻲ ﻇﻠﻤﺎﺗﻬﺎ‬
‫ واﻟﺸﻌﺎﺋﺮ‬،‫ واﻷﻓﻜﺎر واﻷوﻫﺎم‬،‫ واﻟﻔﻠﺴﻔﺎت واﻷﺳﺎﻃﯿﺮ‬،‫ ﻣﻦ اﻟﻌﻘﺎﺋﺪ واﻟﺘﺼﻮرات‬،‫ وﺣﺘﻰ ﯾﺮﺗﺎد ذﻟﻚ اﻟﺘﯿﻪ‬،‫اﻟﺮﻛﺎم‬
‫ وﺣﺘﻰ‬،‫ اﻟﺘﻲ ﺟﺎء اﻹﺳﻼم ﻓﻮﺟﺪﻫﺎ ﺗﺮﯾﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻤﯿﺮ اﻟﺒﺸﺮي ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻜﺎن‬،‫ واﻷوﺿﺎع واﻷﺣﻮال‬،‫واﻟﺘﻘﺎﻟﯿﺪ‬
‫ اﻟﺘﻲ دﺧﻠﻬﺎ اﻟﺘﺤﺮﯾﻒ‬،‫ اﻟﺘﻲ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺘﺨﺒﻂ ﻓﯿﻬﺎ ﺑﻘﺎﯾﺎ اﻟﻌﻘﺎﺋﺪ اﻟﺴﻤﺎوﯾﺔ‬،‫ﯾﺪرك ﺣﻘﯿﻘﺔ اﻟﺒﻠﺒﻠﺔ واﻟﺘﺨﻠﯿﻂ واﻟﺘﻌﻘﯿﺪ‬
‫ واﻟﺘﻲ اﻟﺘﺒﺴﺖ ﺑﺎﻟﻔﻠﺴﻔﺎت واﻟﻮﺛﻨﯿﺎت واﻷﺳﺎﻃﯿﺮ ﺳﻮاء‬،‫ واﻹﺿﺎﻓﺎت اﻟﺒﺸﺮﯾﺔ إﻟﻰ اﻟﻤﺼﺎدر اﻹﻟﻬﯿﺔ‬،‫واﻟﺘﺄوﯾﻞ‬
Manusia tidak akan pernah bisa memahami pentingnya risalah Islam ini dan pentingnya untuk
terlepas dari kesesatan yang ummat sekarang ini tengah bingung di tengah kegelapannya,
serta tidak akan mengetahui pentingnya berada dalam keyakinan yang jelas dalam aqidah,
sampai dia bisa memahami besarnya gulungan ketersesatan itu, sehingga ia bisa mencari
ketersesatan itu baik berupa aqidah-aqidah, persepsi-persepsi, filsafat-filsafat, dongeng-
dongeng, pemikiran-pemikiran, ilusi-ilusi, syi’ar-syi’ar, tradisi-tradisi, kondisi-kondisi yang Islam
itu datang dan mendapati hal-hal tersebut sudah menguasai umumnya hati nurani manusia di
setiap tempat. Dia tidak akan memahami itu sampai dia bisa memahami hakikat kekacauan dan
pencampuradukan serta keruwetan dari aqidah-aqidah agama samawi yang kacau,
pengubahan ta’rif dan takwil yang masuk dalam agama mereka serta tambahan-tambahan yang
dilakukan oleh manusia dalam sumber-sumber ilahiyah yang mereka miliki sehingga
tercampurlah keyakinan mereka itu dengan filsafat-filsafat keberhalaan dan dongeng-dongeng.
[3]
Inti dari pernyataan beliau adalah, orang tidak akan mengerti betul pentingnya risalah Islam
kalau tidak mengetahui kekacauan paganisme atau agama non samawi, termasuk pula
memahami kekacauan agama samawi yang dulunya tauhid tetapi kemudian tercampur dengan
pemikiran-pemikiran manusia. Jika seseorang sudah memahami itu semua maka ia akan tahu
betapa agung dan pentingnya risalah Islam dan akan benar-benar memahami apa
sesungguhnya tujuan dari risalah Islam ini.
Untuk memahami berbagai kekeliruan, dalam hal ini adalah kepercayaan yang ada dalam
berbagai agama, tentu idealnya kita mempelajari seluruh kepercayaan yang ada di dunia. Akan
tetapi kita bisa mempelajari tiga konsep Ketuhanan utama yang cukup mewakili berbagai
kepercayaan keliru yang ada di dunia. Tiga konsep Ketuhanan tersebut adalah: 1) konsep
Ketuhanan orang-orang Romawi 2) konsep Ketuhanan agama samawi yang menyimpang, 3)
konsep Ketuhanan orang-orang Arab sebelum Nabi Muhammad diutus
B. Konsepsi Ketuhanan Berbagai Agama & Kepercayaan
1. Konsepsi Ketuhanan Bangsa Romawi
Konsep Ketuhanan orang-orang Romawi mirip dengan konsep Ketuhanan orang-orang
Yunani, hanya saja berbeda dalam penamaan dewa-dewa mereka. Oleh karena itu, konsep
Ketuhanan Romawi ini cukup mewakili untuk memahami konsep kepercayaan tehadap
dewa-dewa yang ada di dunia termasuk di dalamnya kepercayaan agama Hindu.
Menurut keyakinan orang-orang Romawi, Tuhan berjumlah banyak. Setiap urusan
manusia ada Tuhan tersendiri yang mengurusnya. Dalam urusan kesehatan, misalnya, ada
dewa tersendiri yang mengurusnya. Begitu pun dalam hal pengetahuan, cinta, bahkan
menjaga anak sekolah. Namun,diantara Tuhan-Tuhan yang banyak itu, dalam keyakinan
mereka ada satu Tuhan/dewa utama yang diyakini menjadi raja dari seluruh Tuhan, yaitu
Tuhan Yupiter atau Tuhan Zeus dalam kepercayaan Yunani. Dengan meneliti kisah-kisah
seputar dewa/Tuhan mereka, dapatlah dipahami bahwa mereka menggambarkan Yupiter
dan Tuhan-Tuhan lainnya dengan gambaran sifat seperti manusia.
Diceritakan bahwa, suatu hari Yupiter marah kepada dewa pengobatan yang bernama
Asklepios (Aesculapius/ Vediovis) karena dia mengobati orang sakit sampai-sampai bisa
menghidupkan orang yang mati dan mengambil bayaran untuk itu. Yupiter marah sebab hal
itu telah melawan hukum alam karena orang yang mati dan sakit juga diperlukan untuk
menjaga keseimbangan alam.
Selain itu, Yupiter juga marah pada Prometheus yakni dewa pengetahuan dan
kerajinan. Yupiter marah padanya karena Prometheus mengajarkan cara menggunakan api
dan pengetahuan sehingga hal itu membuat manusia mampu melawan Tuhan. Maka dari itu
Yupiter menghukumnya dengan hukuman yang kekal. Ia mengikat dewa Prometheus di
sebuah gunung yang terpencil dan mengirimkan burung-burung ganas yang akan memakan
hatinya. Saat malam tiba, hatinya akan utuh kembali dan siang harinya burung-burung ganas
itu akan datang kembali memakan hatinya. Filosof Hesiodos memberikan cerita versi lain
tentang sebab marahnya Yupiter kepada Prometheus. Konon, suatu hari Yupiter
mengadakan pesta Tuhan. Prometheus mengambilkan makanan untuk Yupiter, namun
makanan yang diambilkannya mengandung tulang yang banyak sedangkan daging dan
lemak yang sedikit. Hal itu membuat Yupiter marah kepada Prometheus karena
mengambilkan makanan yang tidak disukainya. Ironinya, filusuf Hesiodos ini adalah yang
termasuk berusaha mati-matian menggambarkan positif tentang kesucian dan keagungannya
Yupiter, sementara pada saat yang sama ia menggambarkan bahwa Yupiter adalah seorang
yang rakus dan gila makan.
Dalam cerita lain, orang Romawi menggambarkan bahwa Yupiter juga menipu istrinya,
Yuno. Diceritakan bahwa Yupiter adalah dewa yang suka main perempuan sementara
istrinya adalah seorang yang sangat pencemburu. Ia tidak ingin istrinya marah ketika dia
sedang berselingkuh. Maka dari itu ia berkonspirasi dengan dewa awan. Ia meminta agar
dewa menutup matahari dengan awan agar ketika matahari telah terbit dunia tetap gelap
sehingga Yuno tidak bisa menemukannya atau mengagetkannya ketika ia sedang
berselingkuh dengan kekasih-kekasihnya di Olympus[4].
Seperti itulah gambaran ringkas bagaimana orang-orang Romawi menggambarkan
Tuhan-Tuhan mereka. Tentunya masih banyak cerita yang lain. Cerita di atas adalah contoh
dari bagaimana mereka menggambarkan Tuhan tertinggi mereka. Setidaknya ada gambaran
bagi kita bagaimana Tuhan-Tuhan mereka secara umum dengan mengetahui bagaimana
Tuhan tertinggi mereka digambarkan.

2. Konsepsi Ketuhanan Yahudi


Konsep Ketuhanan Yahudi ini mewakili gambaran tentang bagaimana konsep
ketuhanan agama-agama samawi yang lain. Awalnya, konsep Ketuhanan Yahudi adalah
Tauhid, yaitu berasal dari dakwah Tauhid Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, dan Nabi Musa. Hal
itu dinyatakan dalam Al-Quran Al-Karim. Allah berfirman:
‫اﺻ َﻄ َﻔ ْﯿﻨَﺎ ُه ِﻓﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َوإِﻧﱠ ُﻪ ِﻓﻲ ْاﻵ ِﺧ َﺮ ِة ﻟَ ِﻤ َﻦ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺼﺎﻟِ ِﺤ‬
‫ﯿﻦ‬ ْ ‫اﻫﯿ َﻢ إِﱠﻻ َﻣ ْﻦ َﺳ ِﻔ َﻪ ﻧَ ْﻔ َﺴ ُﻪ َوﻟَ َﻘ ِﺪ‬ِ ‫ْﺮ‬ َ ‫} َو َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﺮ َﻏ ُﺐ َﻋ ْﻦ ِﻣﻠﱠ ِﺔ إِﺑ‬
‫ﻮب ﯾَﺎﺑَﻨِ ﱠﻲ إ ﱠن ﱠ‬
َ‫اﷲ‬ ِ ُ ‫اﻫﯿ ُﻢ ﺑَﻨِﯿ ِﻪ َوﯾَ ْﻌ ُﻘ‬
ِ ‫ْﺮ‬
َ ‫ﺻﻰ ﺑِ َﻬﺎ إِﺑ‬ ‫( َو َو ﱠ‬131) ‫ﯿﻦ‬ َ ‫ﺎل أَ ْﺳﻠَ ْﻤ ُﺖ ﻟِ َﺮ ﱢب ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤ‬
َ ‫ﺎل ﻟَ ُﻪ َرﺑﱡ ُﻪ أَ ْﺳﻠِ ْﻢ َﻗ‬ َ ‫( إِ ْذ َﻗ‬130)
َ ‫ﻮب ْاﻟ َﻤ ْﻮ ُت إِ ْذ َﻗ‬
‫ﺎل ﻟِﺒَﻨِﯿ ِﻪ َﻣﺎ‬ َ ‫ﻀ َﺮ ﯾَ ْﻌ ُﻘ‬َ ‫( أَ ْم ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ُﺷ َﻬﺪَا َء إِ ْذ َﺣ‬132) ‫ﻮن‬ َ ‫ﯾﻦ َﻓ َﻼ ﺗَ ُﻤﻮﺗُ ﱠﻦ إِﱠﻻ َوأَ ْﻧﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤ‬ َ ‫اﺻ َﻄ َﻔﻰ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱢﺪ‬
ْ
{ ‫ﻮن‬َ ‫اﺣ ًﺪا َوﻧَ ْﺤ ُﻦ ﻟَ ُﻪ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤ‬
ِ ‫ﺎق إِﻟَ ًﻬﺎ َو‬ َ ‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﯿﻞ َوإِ ْﺳ َﺤ‬ ِ ‫اﻫﯿ َﻢ َوإِ ْﺳ َﻤ‬
ِ ‫ْﺮ‬َ ‫ون ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪي َﻗﺎﻟُﻮا ﻧَ ْﻌﺒُ ُﺪ إِﻟَ َﻬ َﻚ َوإِﻟَ َﻪ آﺑَﺎﺋِ َﻚ إِﺑ‬ َ ‫ﺗَ ْﻌﺒُ ُﺪ‬
[133 - 130 :‫]اﻟﺒﻘﺮة‬
dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh
dirinya sendiri, dan sungguh Aku telah memilihnya di dunia dan Sesungguhnya dia di
akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. 131. ketika Tuhannya berfirman
kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan
semesta alam". 132. dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam". 133. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-
Nya".[5]
Ayat di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya ajaran agama awal Yahudi adalah
Tauhid. Lalu pada masa Nabi Musa mulai ada penyimpangan penyembahan anak sapi
yang digagas oleh seorang bernama Samiri sebagaimana firman Allah:
ٌ ‫} َﻓﺄَ ْﺧ َﺮ َج ﻟَ ُﻬ ْﻢ ِﻋ ْﺠ ًﻼ َﺟ َﺴ ًﺪا ﻟَ ُﻪ ُﺧ َﻮ‬
َ ‫ار َﻓ َﻘﺎﻟُﻮا َﻫ َﺬا إِﻟَ ُﻬ ُﻜ ْﻢ َوإِﻟَ ُﻪ ُﻣ‬
[88 :‫ﻮﺳﻰ َﻓﻨَ ِﺴ َﻲ{ ]ﻃﻪ‬
kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh
dan bersuara, Maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah
lupa".
Bahkan sebelum melakukan penyimpangan penyembahan sapi, mereka, orang-orang
Yahudi meminta dibuatkan patung untuk sesembahan. Allah berfirman:
‫اﺟ َﻌ ْﻞ ﻟَﻨَﺎ إِﻟَ ًﻬﺎ َﻛ َﻤﺎ ﻟَ ُﻬ ْﻢ آﻟِ َﻬ ٌﺔ‬ َ ‫ﺎم ﻟَ ُﻬ ْﻢ َﻗﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ ُﻣ‬
ْ ‫ﻮﺳﻰ‬ ْ َ‫ﻮن َﻋﻠَﻰ أ‬
ٍ َ‫ﺻﻨ‬ َ ‫ﯿﻞ ْاﻟﺒَ ْﺤ َﺮ َﻓﺄَﺗَ ْﻮا َﻋﻠَﻰ َﻗ ْﻮ ٍم ﯾَ ْﻌ ُﻜ ُﻔ‬
َ ِ‫} َو َﺟﺎ َو ْزﻧَﺎ ﺑِﺒَﻨِﻲ إِ ْﺳ َﺮاﺋ‬
[138 :‫ﻮن{ ]اﻷﻋﺮاف‬ َ ُ‫ﺎل إِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ َﻗ ْﻮ ٌم ﺗَ ْﺠ َﻬﻠ‬
َ ‫َﻗ‬
dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa.
buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak
mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Keyakinan menyimpang lainnya yaitu mereka meyakini bahwa Allah memiliki anak yang
bernama Uzair. Dalam surah At-Taubah Allah berfirman:
‫ْﻦ ﱠ‬
[30 :‫اﷲِ { ]اﻟﺘﻮﺑﺔ‬ ٌ ‫} َو َﻗﺎﻟَ ِﺖ ْاﻟﯿَ ُﻬﻮ ُد ُﻋ َﺰﯾ‬
ُ ‫ْﺮ اﺑ‬
Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah.”
Mereka juga mensifati Allah dengan sifat pelit dan miskin.[6] Allah berfirman:
َ ‫ْﻒ ﯾ‬
َ ‫ﺎن ﯾُ ْﻨ ِﻔ ُﻖ َﻛﯿ‬ ْ ‫اﷲِ َﻣ ْﻐﻠُﻮﻟَ ٌﺔ ُﻏﻠﱠ ْﺖ أَْﯾ ِﺪﯾﻬ ْﻢ َوﻟُ ِﻌﻨُﻮا ﺑ َﻤﺎ َﻗﺎﻟُﻮا ﺑ‬
َ ُ ‫َﻞ ﯾَﺪَا ُه َﻣﺒ‬ ‫} َو َﻗﺎﻟَ ِﺖ ْاﻟﯿَﻬُﻮ ُد ﯾَ ُﺪ ﱠ‬
[64 :‫َﺸﺎءُ{ ]اﻟﻤﺎﺋﺪة‬ ِ َ‫ْﺴﻮﻃﺘ‬ ِ ِ
orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah
yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan
itu. (tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana
Dia kehendaki.
Dalam ayat di atas orang-orang Yahudi mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu.
Tangan terbelenggu adalah sebuah kiasan yang bermakna pelit atau kikir. Perkataan
orang-orang Yahudi bahwa Allah itu miskin juga diabadikan di dalam Al-Quran surah Ali
‘Imran:
ُ ‫ﻮل ُذ‬
‫وﻗﻮا‬ َ ْ ‫ﯿﺮ َوﻧَ ْﺤ ُﻦ أَ ْﻏﻨِﯿَﺎ ُء َﺳﻨَ ْﻜﺘُ ُﺐ َﻣﺎ َﻗﺎﻟُﻮا َو َﻗ ْﺘﻠَ ُﻬ ُﻢ‬
ُ ‫اﻷ ْﻧﺒِﯿَﺎ َء ﺑِ َﻐﯿْﺮ َﺣ ﱟﻖ َوﻧَ ُﻘ‬ ‫ﯾﻦ َﻗﺎﻟُﻮا إ ﱠن ﱠ‬
ٌ ‫اﷲَ َﻓ ِﻘ‬ َ ‫}ﻟَ َﻘ ْﺪ َﺳ ِﻤ َﻊ اﷲﱠُ َﻗ ْﻮ َل اﻟﱠ ِﺬ‬
ِ ِ
[181 :‫ﯾﻖ{ ]آل ﻋﻤﺮان‬ ْ َ ‫َﻋ َﺬ‬
ِ ‫اب اﻟ َﺤ ِﺮ‬
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan:
"Sesunguhnya Allah miskin dan Kami kaya". Aku akan mencatat perkataan mereka itu dan
perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Aku akan
mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar".
Mereka juga meyakini bahwa Tuhan mereka hanya akan menghisab akhlak atau
muamalah mereka kepada sesama mereka dan tidak akan menghisab akhlak atau
muamalah mereka dengan bangsa di luar mereka. Misalnya, mereka meyakini haram
hukumnya bermuamalah dengan riba jika dilakukan sesama bangsa Yahudi, tetapi mereka
meyakini bahwa hal tersebut tidak berdosa jika dilakukan dengan bangsa selain Yahudi.
Jadi, konsepsi Ketuhanan mereka bersifat chauvinistik karena menganggap Tuhan
memberi keistimewaan dan syariat khusus kepada mereka. Hal ini pulalah yang membuat
mereka tega berbuat jahat kepada bangsa lain sebagaimana bisa disaksikan dalam banyak
segmen sejarah. Sifat seperti ini dijelaskan pula di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
ٌ ِ‫ﱢﯿﻦ َﺳﺒ‬ ُْ ‫ْﺲ َﻋﻠَ ْﯿﻨَﺎ ِﻓﻲ‬
َ ‫ْﻚ إِﱠﻻ َﻣﺎ ُد ْﻣ َﺖ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َﻗﺎﺋِ ًﻤﺎ َذﻟِ َﻚ ﺑِﺄَﻧﱠ ُﻬ ْﻢ َﻗﺎﻟُﻮا ﻟَﯿ‬
َ ‫ﺎر َﻻ ﯾُ َﺆ ﱢد ِه إِﻟَﯿ‬ ْ
‫ﯿﻞ‬ َ ‫اﻷ ﱢﻣﯿ‬ ٍ َ‫} َو ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻣ ْﻦ إِ ْن ﺗَﺄ َﻣ ْﻨ ُﻪ ﺑِ ِﺪﯾﻨ‬
[75 :‫ﻮن{ ]آل ﻋﻤﺮان‬ َ ‫اﷲِ ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب َو ُﻫ ْﻢ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻤ‬ ‫ﻮن َﻋﻠَﻰ ﱠ‬ َ ُ‫َوﯾَ ُﻘﻮﻟ‬
di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya.
yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi Kami terhadap orang-
orang ummi. mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
Selain dari Al-Quran, kita bisa mengetahui bagaimana gambaran orang-orang Yahudi
terhadap Allah berdasarkan kitab mereka sendiri yakni Taurat dan Talmud. Dalam kitab
kejadian (genesis) bab 3 mereka menggambarkan bahwa Allah merupakan Zat yang jahil
(bodoh) karena tidak tahu dimana posisi Adam.
3:8 And they heard the voice of the Lord God walking in the garden toward the cool of the
day; and the man and his wife hid themselves from the presence of the Lord God amongst the
trees of the garden.
3:9 And the Lord God called unto the man, and said unto him: 'Where art thou?'
3:10. And he said: 'I heard Thy voice in the garden, and I was afraid, because I was naked;
and I hid myself.'
3:11 And He said: 'Who told thee that thou wast naked? Hast thou eaten of the tree,
whereof I commanded thee that thou shouldest not eat?'
3:22 And the Lord God said: 'Behold, the man is become as one of us, to know good and
evil; and now, lest he put forth his hand, and take also of the tree of life, and eat, and live for
ever.'[7]
Dalam ayat-ayat dalam kitab Genesis di atas juga bisa difahami bahwa mereka
menggambarkan Allah berjalan seperti manusia, berjalan-jalan di surga, dan mengusir
Adam dari surga karena khawatir jika Adam memakan pohon kehidupan maka ia akan
menjadi kekal. Bahkan secara implisit mereka meyakini bahwa Allah hidup setelah
memakan dari pohon kehidupan tersebut.
Dalam kitab Genesis bab 6 mereka juga menisbatkan kesedihan dan penyesalan setelah
menciptakan manusia. Berikut kutipan mengenai penyesalan Allah:
6:5 And the Lord saw that the wickedness of man was great in the earth, and that every
imagination of the thoughts of his heart was only evil continually.
6:6 And it repented the Lord that He had made man on the earth, and it grieved Him at His
heart.
6:7 And the Lord said: 'I will blot out man whom I have created from the face of the earth;
both man, and beast, and creeping thing, and fowl of the air; for it repenteth Me that I have
made them.'
Tidak hanya itu, Tuhan digambarkan memiliki rasa takut, yakni takut jika manusia bersatu
dalam satu kelompok sehingga Dia berusaha mencerai-beraikan manusia dengan membuat
mereka berbeda-beda bahasa[8]. Berikut kutipan dari kitab mereka:
11:1 And the whole earth was of one language and of one speech.
11:2 And it came to pass, as they journeyed east, that they found a plain in the land of
Shinar; and they dwelt there.
11:3 And they said one to another: 'Come, let us make brick, and burn them thoroughly.'
And they had brick for stone, and slime had they for mortar.
11:4 And they said: 'Come, let us build us a city, and a tower, with its top in heaven, and let
us make us a name; lest we be scattered abroad upon the face of the whole earth.'
11:5 And the Lord came down to see the city and the tower, which the children of men
builded.
11:6 And the Lord said: 'Behold, they are one people, and they have all one language; and
this is what they begin to do; and now nothing will be withholden from them, which they
purpose to do.
11:7 Come, let us go down, and there confound their language, that they may not
understand one another's speech.'
11:8 So the Lord scattered them abroad from thence upon the face of all the earth; and they
left off to build the city.
11:9 Therefore was the name of it called Babel; because the Lord did there confound the
language of all the earth; and from thence did the Lord scatter them abroad upon the face of
all the earth.
Dalam kitab Samuel II mereka menggambarkan Allah menyesal telah berbuat buruk karena
menghukum bani Israil sehingga Allah mencegah malaikat membinasakan orang-orang. Hal
itu dinyatakan dengan redaksi sebagai berikut:
24:15 So the Lord sent a pestilence upon Israel from the morning even to the time
appointed; and there died of the people from Dan even to Beer−sheba seventy thousand
men.
24:16 And when the angel stretched out his hand toward Jerusalem to destroy it, the Lord
repented Him of the evil, and said to the angel that destroyed the people: 'It is enough; now
stay thy hand.'
Urian di atas adalah gambaran konsepsi Ketuhanan Yahudi yang diambil dari kitab suci
mereka sendiri, Taurat.
Dalam kitab mereka yang lain, Talmud (kitab penjelas/interpretasi Taurat yang tak kalah
pentingnya dengan Taurat) Tuhan digambarkan lebih jauh lagi. Dalam kitab tersebut Tuhan
digambarkan perlu membaca, belajar dan bermain-main. Hal tersebut dinyatakan dalam kitab
Talmud sebagai berikut:
‫ وﻓﻲ اﻟﺜﻼث‬.‫ ﻓﻲ اﻟﺜﻼث اﻷوﻟﻰ ﻣﻨﻬﺎ ﯾﺠﻠﺲ اﷲ وﯾﻄﺎﻟﻊ اﻟﺸﺮﯾﻌﺔ‬:‫ )إن اﻟﻨﻬﺎر اﺛﻨﺘﺎ ﻋﺸﺮة ﺳﺎﻋﺔ‬:‫ﻗﺎل اﻟﺘﻠﻤﻮد‬
.(‫ وﻓﻲ اﻟﺜﻼث اﻷﺧﯿﺮة ﯾﺠﻠﺲ وﯾﻠﻌﺐ ﻣﻊ اﻟﺤﻮت ﻣﻠﻚ اﻷﺳﻤﺎك‬.‫ وﻓﻲ اﻟﺜﻼث اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﯾﻄﻌﻢ اﻟﻌﺎﻟﻢ‬.‫اﻟﺜﺎﻧﯿﺔ ﯾﺤﻜﻢ‬
There are twelve hours in a day, three hours of which the Holy One, blessed be He, is occupied
with the Torah. The next three hours, He judges the whole world, and seeing that it is liable to
be destroyed, He rises from the chair of judgment and sits down on the chair of mercy. The third
three hours, He supports the whole world with food, from the very largest creature to the
smallest one. And the last three hours, He plays 1 with the leviathan, as it reads [Psalm civ. 26)
Sesungguhnya siang itu terdiri dari duabelas jam, pada tiga jam yang pertama Allah duduk dan
mempelajari syari’at. Pada tiga jam yang kedua Allah menghukum dan memerintah, pada 3 jam
yang ketiga Allah memberi makan alam semesta. Sedangkan pada 3 jam yang terakhir Allah
bermain-main dengan ikan Paus, rajanya para ikan.[9]
Masih dalam kitab yang sama, Tuhan digambarkan pada malam hari hanya sibuk
mempelajari Talmud bersama para malaikat dan bahkan bersama Asmudiyyah (rajanya para
setan) di sekolah langit[10]. Berikut kutipannya dari kitab Talmud versi bahasa Arab:
‫)إﻧﻪ ﻻ ﺷﻐﻞ ﷲ ﻓﻲ اﻟﻠﯿﻞ ﻏﯿﺮ ﺗﻌﻠﻤﻪ اﻟﺘﻠﻤﻮد ﻣﻊ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ وﻣﻊ )اﺳﻤﻮدﯾﻪ( ﻣﻠﻚ اﻟﺸﯿﺎﻃﯿﻦ ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ‬:‫وﻗﺎل ﻣﻨﺎﺣﻢ‬
.(‫ﻓﻲ اﻟﺴﻤﺎء ﺛﻢ ﯾﻨﺼﺮف )اﺳﻤﻮدﯾﻪ( ﻣﻨﻬﺎ ﺑﻌﺪ ﺻﻌﻮده إﻟﯿﻬﺎ ﻛﻞ ﯾﻮم‬
Sesungguhnya tidak ada kesibukan bagi Allah di malam hari selain hanya mempelajari Talmud
bersama para malaikat dan Asmudiyyah rajanya para setan di sekolah di langit kemudian
pergilah Asmudiyyah itu darinya setelah dia pergi ke langit itu setiap hari[11].
Mereka juga mensifati Tuhan dengan pensifatan yang lebih mirip dengan gambaran orang-
orang Romawi terhadap Tuhan, yakni bahwa Tuhan tidak lagi bermain dengan ikan setelah
menghancurkan kuil Haikal serta tidak berminat menari bersama Hawwa setelah ia dirias
dengan pakaiannya dan menjalin rambutnya.
‫ ﻛﻤﺎ أﻧﻪ ﻣﻦ ذﻟﻚ اﻟﻮﻗﺖ ﻟﻢ ﯾﻤﻞ إﻟﻰ اﻟﺮﻗﺺ ﻣﻊ ﺣﻮاء ﺑﻌﺪ ﻣﺎ زﯾﻨﻬﺎ‬،‫وﻟﻢ ﯾﻠﻌﺐ اﷲ ﻣﻊ اﻟﺤﻮت ﺑﻌﺪ ﻫﺪم اﻟﻬﯿﻜﻞ‬
‫ وﻋﻘﺺ ﻟﻬﺎ ﺷﻌﺮﻫﺎ‬،‫ﺑﻤﻼﺑﺴﻬﺎ‬
Dan Allah tidak bermain dengan ikan Paus setelah menghancurkan Haikal[12] sebagaimana
Dia sejak waktu itu tidak berminat menari bersama Hawwa sesudah Hawwa dihiasi dengan
pakaiannya dan ia menjalin rambutnya[13].
Mereka juga mensifati Tuhan memandang dirinya hina karena dipuji hamba-Nya (ummat
Yahudi) sementara Dia malah membuat mereka sengsara. Dinyatakan dalam kitab Talmud:
:‫وﻟﻤﺎ ﯾﺴﻤﻊ اﻟﺒﺎري ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺗﻤﺠﯿﺪ اﻟﻨﺎس ﻟﻪ ﯾﻄﺮق رأﺳﻪ وﯾﻘﻮل‬
‫ وﻟﻜﻦ ﻻ ﯾﺴﺘﺤﻖ ﺷﯿﺌﺎً ﻣﻦ اﻟﻤﺪح اﻷب اﻟﺬي ﯾﺘﺮك أوﻻده‬.‫)ﻣﺎ أﺳﻌﺪ اﻟﻤﻠﻚ اﻟﺬي ﯾﻤﺪح وﯾﺒﺠﻞ ﻣﻊ اﺳﺘﺤﻘﺎﻗﻪ ﻟﺬﻟﻚ‬
(‫ﻓﻲ اﻟﺸﻘﺎء‬
Tatkala Allah mendengar pujian orang-orang (ummat Yahudi) maka Dia pun menundukkan
kepala-Nya dan berkata: “Betapa berbahagianya seorang Raja yang dipuji dan diagungkan jika
memang Dia berhak mendapatkannya. Tetapi tidaklah berhak mendapatkan apapun pujian
seorang ayah yang meninggalkan anak-anaknya dalam kesengsaraan[14].”
Mereka juga menggambarkan Allah menampar-nampar, menangis, dan berjatuhan air mata-
Nya karena membiarkan orang-orang Yahudi sengsara[15]. Dikatakan di dalam Talmud:
‫ﯾﻨﺪم اﷲ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻛﻪ اﻟﯿﻬﻮد ﻓﻲ ﺣﺎﻟﺔ ﺗﻌﺎﺳﺔ ﺣﺘﻰ أﻧﻪ ﯾﻠﻄﻢ وﯾﺒﻜﻲ ﻛﻞ ﯾﻮم ﻓﺘﺴﻘﻂ ﻣﻦ ﻋﯿﻨﯿﻪ دﻣﻌﺘﺎن ﻓﻲ‬
‫ وﺗﺮﺗﺠﻒ اﻷرض ﻓﻲ أﻏﻠﺐ اﻷﺣﯿﺎن ﻓﺘﺤﺼﻞ‬،‫ وﺗﻀﻄﺮب اﻟﻤﯿﺎه‬،‫اﻟﺒﺤﺮ ﻓﯿﺴﻤﻊ دوﯾﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﺑﺪء اﻟﻌﺎﻟﻢ إﻟﻰ أﻗﺼﺎه‬
‫اﻟﺰﻻزل‬
Allah menyesal karena meninggalkan Yahudi dalam keadaan sengsara, sehingga akhirnya Dia
menampar dirinya, menangis setiap hari, sehingga jatuhlah dari kedua mata-Nya dua butir air
mata ke dalam laut, sehingga terdengarlah suara jatuhnya air itu semenjak dari awal alam
semesta hingga ujungnya dan bergolaklah air dan bergoncanglah bumi pada sebagian banyak
masa sehingga terjadilah gempa[16].
Allah juga digambarkan mengakui kesalahan, merasa berdosa dan menebus dosa dengan
cara berkurban. Mereka juga mensifati-Nya ceroboh dan menyesal setelah memutuskan
menghukum bani Israil.[17] Diceritakan bahwa bulan memprotes Allah karena bulan diciptakan
lebih kecil daripada matahari dengan redaksi sebagai berikut:
‫ اذﺑﺤﻮا ﻟﻲ ذﺑﯿﺤﺔ أﻛﻔﺮ ﺑﻬﺎ‬:‫ وﻗﺎل‬،‫ ﻓﺄذﻋﻦ اﷲ ﻟﺬﻟﻚ واﻋﺘﺮف ﺑﺨﻄﺌﻪ‬.‫ﺧﻄﺄت ﺣﯿﺚ ﺧﻠﻘﺘﻨﻲ أﺻﻐﺮ ﻣﻦ اﻟﺸﻤﺲ‬
‫ﻋﻦ ذﻧﺒﻲ ﻷﻧﻲ ﺧﻠﻘﺖ اﻟﻘﻤﺮ أﺻﻐﺮ ﻣﻦ اﻟﺸﻤﺲ‬
Engkau bersalah karena Engkau menciptakanku lebih kecil daripada matahari. Maka Dia
mengakui kesalahannya lalu mengatakan: “Sembelihlah untuk-Ku satu sembelihan yang
dengannya Aku akan menghapus dosa-Ku karena Aku menciptakan bulan lebih kecil daripada
matahari.”[18]
Dalam Al-Quran, gambaran terhadap Tuhan ini dikecam keras dan disebut meniru ucapan
orang-orang kafir sebelumnya yang menggambarkan Tuhan seperti manusia yakni berfikir,
bermain, menari, sedih, menangis, dan menyesal.
[30 :‫ﻮن{ ]اﻟﺘﻮﺑﺔ‬ ْ ‫ْﻞ َﻗﺎﺗَﻠَ ُﻬ ُﻢ اﷲﱠُ أَﻧﱠﻰ ﯾ‬
َ ‫ُﺆ َﻓ ُﻜ‬ ُ ‫ﯾﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا ِﻣ ْﻦ َﻗﺒ‬
َ ‫ﻮن َﻗ ْﻮ َل اﻟﱠ ِﺬ‬
َ ُ‫ﺎﻫﺌ‬ ِ ‫}ذﻟِ َﻚ َﻗ ْﻮﻟُ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺄَ ْﻓ َﻮ‬
َ ‫اﻫ ِﻬ ْﻢ ﯾ‬
ِ ‫ُﻀ‬ َ
orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al
Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka
sampai berpaling?
Ucapan orang-orang Yahudi tentang Allah mirip orang-orang Romawi dalam mensifatkan
Tuhan-Tuhan mereka dengan sifat-sifat manusia. Begitulah konsepsi Ketuhanan orang-orang
Yahudi setelah melewati zaman yang lama.

3. Konsepsi Ketuhanan Bangsa Arab sebelum diutus Nabi Muhammad


Konsep Ketuhanan orang-orang Arab asalnya adalah Tauhid juga sebagaimana ajaran Nabi
Ibrohim. Namun, agama mereka mulai berubah sekitar 400 tahun sebelum diutusnya Nabi
Muhammad yang dipelopori oleh seorang yang bernama ‘Amr bin Amir bin Luhay Al-Khuza’iy,
atau singkatnya disebut sebagai ‘Amr bin Luhay Al-Khuza’iy. Orang inilah yang dinyatakan
Rasulullah dalam hadits shahih Bukhari.
َ ُ ‫َر َﻫﺎ ﻟِ ﱠ‬
‫ﯿﺮ ُة اﻟﱠﺘِﻲ ﯾُ ْﻤﻨَ ُﻊ د ﱡ‬
َ ‫ﺎل ْاﻟﺒَ ِﺤ‬
ِ ‫ﯿﺖ َو َﻻ ﯾَ ْﺤﻠﺒُ َﻬﺎ أ َﺣ ٌﺪ ِﻣ ْﻦ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎس‬ ِ ‫اﻏ‬ ِ ‫ﻠﻄ َﻮ‬ َ ‫ﱠﺐ َﻗ‬ ِ ‫ْﻦ ْاﻟ ُﻤ َﺴﯿ‬َ ‫ﺎل َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ َﺳ ِﻌﯿ َﺪ ﺑ‬َ ‫اﻟﺰ ْﻫ ِﺮ ﱢي َﻗ‬
‫َﻋ ْﻦ ﱡ‬
َ ‫ﺎل أَﺑُﻮ ُﻫ َﺮﯾ‬
‫ْﺮ َة‬ َ ‫ﺎل َو َﻗ‬َ ‫ُﺤ َﻤ ُﻞ َﻋﻠَ ْﯿ َﻬﺎ َﺷ ْﻲ ٌء َﻗ‬ َ ‫اﻟﺴﺎﺋِﺒَ ُﺔ اﻟﱠﺘِﻲ َﻛﺎﻧُﻮا ﯾ‬
ْ ‫ُﺴﯿﱢﺒُﻮﻧَ َﻬﺎ ِﻵﻟِ َﻬﺘِ ِﻬ ْﻢ َﻓ َﻼ ﯾ‬ ‫َو ﱠ‬
‫ﺎن أَ ﱠو َل َﻣ ْﻦ‬
َ ‫ﺎر َو َﻛ‬
ِ ‫ﺼﺒَ ُﻪ ِﻓﻲ اﻟﻨﱠ‬ ِ ‫ْﻦ ﻟُ َﺤ ﱟﻲ ْاﻟ ُﺨ َﺰ‬
ْ ‫اﻋ ﱠﻲ ﯾَ ُﺠ ﱡﺮ ُﻗ‬ ِ ‫ْﻦ َﻋﺎ ِﻣ ِﺮ ﺑ‬َ ‫ْﺖ َﻋ ْﻤ َﺮو ﺑ‬ ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َرأَﯾ‬ َ ‫ﺎل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ‬َ ‫َﻗ‬
‫اﻟﺴ َﻮاﺋِ َﺐ‬
‫ﱠﺐ ﱠ‬ َ ‫َﺳﯿ‬
Dari Az Zuhriy berkata, aku mendengar Sa'id bin Al Musayyab berkata; Al Bahirah adalah unta
yang tidak boleh ditunggangi dan tidak boleh diambil air susunya oleh seorang pun
dipersembahkan untuk berhala, sedang as-sa'ibah (jamaknya as-Sawa'ib) adalah unta yang
tidak hamil lagi yang mereka persembahkan untuk Tuhan-Tuhan mereka (patung). Sa'id bin Al
Musayyab berkata; dan Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Aku melihat 'Amru bin Luhay Al Khuza'iy menyeret ususnya di neraka dan
dia adalah orang pertama mempersembahkan as-Sawa'ib (saibah) ".[19]
Ada beberapa pendapat mengenai awal mula penyembahan patung di tanah Arab. Pendapat
yang pertama yaitu Amr bin ‘Amir diberi petunjuk oleh jin untuk menggali peninggalan patung
yang ada sejak zaman Nabi Nuh lalu menyebarkannya di tanah Arab. Versi lain mengatakan
bahwa ‘Amr bin ‘Amir melihat penyembahan patung di Syam (sesembahan bangsa Romawi)
lalu ia merasa kagum terhadap patung-patung mereka. Ia meminta satu patung dari mereka
yang kemudian dipasang di Makkah yang menjadi awal mula penyembahan berhala di Makkah.
Manapun diantara dua versi ini yang benar, yang jelas kedua versi tersebut menunjukkan
bahwa Amr adalah pribadi yang berpengaruh karena ide, gagasan, dan perintahnya bisa
menyebar dan bahkan menjadi tradisi. Memang, dalam sejarah diketahui ‘Amr bin Luhay adalah
seorang tokoh politik, pemimpin bani Khuza’ah yang menguasai Makkah setelah mengusir
kabilah Jurhum dari Makkah. Dia suka memberi makan orang dan memberi pakaian. Konon
dalam satu musim haji dia menyembelih 10.000 unta dan memberi 10.000 pakaian. Dengan
latar belakang seperti ini barangkali bisa difahami mengapa Amr bin Luhay demikian dipatuhi
oleh kaumnya.
Konon, ‘Amr pula juga yang mengajak penyembahan Al-Lata. Al-Lata adalah nama seorang
lelaki yang terbiasa membuat adonan dari tepung di Thoif untuk orang-orang haji. Ketika
membuat adonan roti itu ia berdiri di sebuah batu segi empat. Setelah mati, Amr mengklaim
bahwa Al-Lata tidak mati, tetapi merasuk pada batu tersebut sehingga ia mengajak orang-orang
untuk menyembah batu tersebut.
‘Amr pula yang dianggap orang yang pertama kali mengubah talbiyah Tauhid menjadi syirik.
Konon, pada saat dia mengelilingi ka’bah, tiba-tiba ada seorang tua misterius yang mendatangi
‘Amr dan mengajarkan untuk mengatakan:
‫ ﻟﺒﯿﻚ ﻻ ﺷﺮﯾﻚ ﻟﻚ ﻟﺒﯿﻚ إﻻ ﺷﺮﯾﻜﺎً ﻫﻮ ﻟﻚ ﺗﻤﻠﻜﻪ وﻣﺎ ﻣﻠﻚ‬،‫ﻟﺒﯿﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﻟﺒﯿﻚ‬
Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi
panggilan-Mu, kecuali sekutu yang ia juga tetap milik-Mu, yang Engkau menguasainya tetapi
dia tidak punya kuasa.[20]
Sejak saat itu penyembahan berhala terus berkembang menjadi sangat luas. Mereka tidak
lagi hanya menyembah patung-patung yang dibawa oleh ‘Amr ibnu Luhay akan tetapi juga
menyembah batu. Kata Ibnu Ishaq, awal mula orang-orang Arab menyembah batu ini diawali
dengan perbuatan mengagungkan tanah suci. Setiap kali orang-orang meninggalkan tanah
suci, mereka membawa oleh-oleh berupa batu dan mensakralkannya. Dimana pun mereka
singgah mereka mengelilingi batu tersebut seperti thowaf keliling Ka’bah. Lama kelamaan batu-
batu tersebut disembah.[21]
Bahkan seiring berkembangnya waktu tidak hanya batu yang mereka sembah tetapi tanah
yang dilumuri susu pun mereka sembah untuk menggantikan batu. Diriwayatkan dalam Shahih
Bukhari sebagai berikut:
ُ ‫ﺎل َﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺖ أَﺑَﺎ َر َﺟﺎ ٍء ْاﻟ ُﻌ َﻄﺎر ِد ﱠي ﯾَ ُﻘ‬
‫ﻮل‬ َ ‫ﻮن َﻗ‬ٍ ‫ْﻦ َﻣ ْﯿ ُﻤ‬ َ ‫َﻣ ْﻬ ِﺪ ﱠي ﺑ‬
ِ
ٍ ‫ُﻛﻨﱠﺎ ﻧَ ْﻌﺒُ ُﺪ ْاﻟ َﺤ َﺠ َﺮ َﻓﺈِ َذا َو َﺟ ْﺪﻧَﺎ َﺣ َﺠ ًﺮا ُﻫ َﻮ أَ ْﺧﯿَ ُﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻪ أَْﻟ َﻘ ْﯿﻨَﺎ ُه َوأَ َﺧ ْﺬﻧَﺎ ْاﻵ َﺧ َﺮ َﻓﺈِ َذا ﻟَ ْﻢ ﻧَ ِﺠ ْﺪ َﺣ َﺠ ًﺮا َﺟ َﻤ ْﻌﻨَﺎ ُﺟ ْﺜ َﻮ ًة ِﻣ ْﻦ ﺗُ َﺮ‬
‫اب ﺛُ ﱠﻢ‬
‫ﺎﻟﺸﺎ ِة َﻓ َﺤﻠَ ْﺒﻨَﺎ ُه َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ ﺛُ ﱠﻢ ُﻃ ْﻔﻨَﺎ ﺑِ ِﻪ‬
‫ِﺟ ْﺌﻨَﺎ ﺑِ ﱠ‬
Mahdi bin Maimun berkata; aku mendengar Abu Raja' Al Atharidi berkata; dulu kami
menyembah batu. Apabila kami mendapatkan batu yang lebih baik, maka kami
melemparkannya dan mengambil yang lain. Dan apabila kami tidak menemukan batu, kami
mengumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian kami
peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf mengelilinginya[22]
Mereka suka menyembah batu sampai-sampai saat safar mereka membawa empat buah
batu, tiga buah batu dipakai untuk membuat perapian dan satu buah batu dipakai untuk
sesembahan. Dalam Sunan Ad-Darimi dinyatakan:
‫ﻛﺎن اﻟﺮﺟﻞ ﻓﻲ اﻟﺠﺎﻫﻠﯿﺔ إذا ﺳﺎﻓﺮ ﺣﻤﻞ ﻣﻌﻪ أرﺑﻌﺔ أﺣﺠﺎر ﺛﻼﺛﺔ ﯾﻘﺪره واﻟﺮاﺑﻊ ﯾﻌﺒﺪه وﯾﺮﺑﻲ ﻛﻠﺒﻪ وﯾﻘﺘﻞ وﻟﺪه‬
‫ إﺳﻨﺎده ﺣﺴﻦ‬: ‫ﻗﺎل ﺣﺴﯿﻦ ﺳﻠﯿﻢ أﺳﺪ‬
Seseorang pada masa Jahiliyah jika ia bersafar ia membawa 4 batu, 3 untuk perapian dan yang
keempat untuk disembah. Mereka lebih suka memelihara anjing tetapi membunuh anaknya.[23]
Dengan kondisi seperti ini, digambarkan dalam shahih Muslim bahwa Allah sangat membenci
orang-orang Arab dengan tradisi mereka yang seperti itu. Rasulullah bersabda:
َ َْ َ
ِ َ‫ض َﻓ َﻤ َﻘﺘَ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺮﺑَ ُﻬ ْﻢ َو َﻋ َﺠ َﻤ ُﻬ ْﻢ إِﱠﻻ ﺑَ َﻘﺎﯾَﺎ ِﻣ ْﻦ أ ْﻫ ِﻞ ْاﻟ ِﻜﺘ‬
‫ﺎب‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫َوإِ ﱠن اﷲَ ﻧَ َﻈ َﺮ إِﻟَﻰ أ ْﻫ ِﻞ اﻷ ْر‬
Sesungguhnya Allah memandang penduduk bumi lalu Allah membenci mereka, Arab maupun
non Arab, kecuali sisa-sisa dari ahli kitab.[24]
Bisa dikatakan bahwa semua orang menyembah berhala di tanah Arab kala itu dan dalam
sejarah tercatat hanya empat orang yang tidak mau melakukan tradisi penyembahan.
Yang pertama yaitu Waroqoh bin Naufal. Beliau adalah paman Khadijah yang menjadi
Nasrani dalam pencariannya mendapatkan kebenaran, tetapi akhirnya masuk Islam ketika
Rasulullah diutus. Yang kedua adalah Ubaidullah bin Jahsy. Ia menjadi muslim ketika
Rasulullah diutus, akan tetapi sayangnya ia menjadi murtad menjadi Nasrani ketika hijrah ke
Habasyah. Kemudian yang ketiga adalah ‘Utsman bin Al-Huwairits yang menjadi Nasrani
hingga matinya. Yang terakhir adalah Zaid bin ‘Amr yang memegang agama Ibrahim hingga
wafatnya.[25] Hal tersebut juga dinyatakan dalam beberapa hadits di antaranya adalah di dalam
hadits-hadits berikut.
ْ َ َ ٍ ‫ْﻦ َﻋ ْﻤﺮو ﺑْﻦ ﻧُ َﻔﯿ‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ِﻘ َﻲ َز ْﯾ َﺪ ﺑ‬ َ ‫ﺿ َﻲ اﷲﱠُ َﻋ ْﻨ ُﻬ َﻤﺎ أَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ‬ ‫ﱠ‬
‫َح‬ٍ ‫ْﻞ ﺑِﺄ ْﺳﻔ ِﻞ ﺑَﻠﺪ‬ ِ ِ ِ ‫َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﷲِ ﺑ‬
ِ ‫ْﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َر‬
‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ُﺳ ْﻔ َﺮٌة َﻓﺄَﺑَﻰ أَ ْن ﯾَ ْﺄ ُﻛ َﻞ‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ْاﻟ َﻮ ْﺣ ُﻲ َﻓ ُﻘ ﱢﺪ َﻣ ْﺖ إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ‬ َ ‫ْﻞ أَ ْن ﯾَ ْﻨ ِﺰ َل َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ‬
َ ‫َﻗﺒ‬
‫ْﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو‬ َ ‫اﷲِ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َوأَ ﱠن َز ْﯾ َﺪ ﺑ‬
‫اﺳ ُﻢ ﱠ‬ ْ ‫آﻛ ُﻞ إِﱠﻻ َﻣﺎ ُذ ِﻛ َﺮ‬ ُ ‫ﺼﺎﺑِ ُﻜ ْﻢ َو َﻻ‬َ ‫ﻮن َﻋﻠَﻰ أَ ْﻧ‬ َ ‫آﻛ ُﻞ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗَ ْﺬﺑَ ُﺤ‬ َ ‫ِﻣ ْﻨ َﻬﺎ ﺛُ ﱠﻢ َﻗ‬
ُ ‫ﺎل َز ْﯾ ٌﺪ إِﻧﱢﻲ ﻟَ ْﺴ ُﺖ‬
‫ض ﺛُ ﱠﻢ‬ َْ َ ْ ‫اﻟﺸﺎ ُة َﺧﻠَ َﻘ َﻬﺎ اﷲﱠُ َوأَ ْﻧ َﺰ َل ﻟَ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ ﱠ‬ ُ ‫ْﺶ َذﺑَﺎﺋِ َﺤ ُﻬ ْﻢ َوﯾَ ُﻘ‬
ِ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء اﻟ َﻤﺎ َء َوأ ْﻧﺒَ َﺖ ﻟَ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ اﻷ ْر‬ ‫ﻮل ﱠ‬ ٍ ‫ﯿﺐ َﻋﻠَﻰ ُﻗ َﺮﯾ‬ ُ ‫ﺎن ﯾَ ِﻌ‬ َ ‫َﻛ‬
‫ﺎرا ﻟِ َﺬﻟِ َﻚ َوإِ ْﻋ َﻈﺎ ًﻣﺎ ﻟَ ُﻪ‬ ‫اﺳﻢ ﱠ‬ ْ
ً ‫اﷲِ إِ ْﻧ َﻜ‬ ِ ْ ‫ْﺮ‬ ِ ‫ﺗَﺬﺑَ ُﺤﻮﻧَ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ َﻏﯿ‬
dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertemu
dengan Zaid bin 'Amru bin Nufail di suatu jalan di bawah lembah bernama Baldah sebelum Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menerima wahyu. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
disuguhi hidangan makanan namun beliau enggan memakannya. Kata beliau; "Wahai Zaid, aku
tidak memakan sesuatu yang kalian sembelih di atas nashab kalian (batu besar yang biasa
digunakan untuk menyembelih hewan yang ditujukan untuk behala) dan aku tidak akan
memakan sesuatu kecuali yang disembelih dengan menyebut nama Allah". Dan Zaid bin 'Amru
pernah mencela Quraisy dalam perkara sembelihan mereka dengan berkata; "Kambing itu
diciptakan oleh Allah dan Allah menurunkan air hujan dari langit untuknya, Allah juga
menumbuhkan tumbuhan di muka bumi untuknya, kemudian kalian menyembelihnya tanpa
menyebut nama Allah". Hal ini diungkapan oleh Zaid sebagai protes atas tindakan mereka
sekaligus menganggapnya sebagai perkara yang tidak sepele.
Bukti lainnya yang menunjukkan bahwa Zaid bin ‘Amr masih memegang ajaran Nabi Ibrahim
yang Tauhid adalah hadits berikut.
‫ﯾﻦ َوﯾَ ْﺘﺒَ ُﻌ ُﻪ َﻓﻠَ ِﻘ َﻲ َﻋﺎﻟِ ًﻤﺎ ِﻣ ْﻦ ْاﻟﯿَ ُﻬﻮ ِد َﻓ َﺴﺄَﻟَ ُﻪ‬ ُ َ ْ ‫ْﻞ َﺧ َﺮ َج إﻟَﻰ ﱠ‬ ٍ ‫ْﻦ ﻧُ َﻔﯿ‬ َ ‫ْﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ أَ ﱠن َز ْﯾ َﺪ ﺑ‬
ِ ‫اﻟﺸﺄ ِم ﯾَ ْﺴﺄل َﻋ ْﻦ اﻟ ﱢﺪ‬ ِ ِ ‫ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑ‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ اﺑ‬
ِ‫اﷲ‬‫ﻀ ِﺐ ﱠ‬ َ ‫ﺼﯿﺒِ َﻚ ِﻣ ْﻦ َﻏ‬ ِ َ‫ﻮن َﻋﻠَﻰ ِدﯾﻨِﻨَﺎ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَ ْﺄ ُﺧ َﺬ ﺑِﻨ‬ ُ ‫ﺎل َﻻ ﺗَ ُﻜ‬ َ ‫ﯾﻦ ِدﯾﻨَ ُﻜ ْﻢ َﻓﺄَ ْﺧﺒِ ْﺮﻧِﻲ َﻓ َﻘ‬ َ ‫ﺎل إِﻧﱢﻲ ﻟَ َﻌﻠﱢﻲ أَ ْن أَ ِد‬ َ ‫َﻋ ْﻦ ِدﯾﻨِ ِﻬ ْﻢ َﻓ َﻘ‬
َ ‫ْﺮ ِه َﻗ‬ ‫ْ ﱡ‬ َ َ َ ‫ﱠ‬ َ ‫اﷲِ َو َﻻ أَ ْﺣ ِﻤ ُﻞ ِﻣ ْﻦ َﻏ‬ ‫ﻀ ِﺐ ﱠ‬ َ ‫ﺎل َز ْﯾ ٌﺪ َﻣﺎ أَ ِﻓ ﱡﺮ إِﱠﻻ ِﻣ ْﻦ َﻏ‬
‫ﺎل‬ ِ ‫ﻀ ِﺐ اﷲِ َﺷ ْﯿﺌًﺎ أﺑَ ًﺪا َوأﻧﱠﻰ أ ْﺳﺘَ ِﻄﯿ ُﻌ ُﻪ َﻓ َﻬﻞ ﺗَ ُﺪﻟﻨِﻲ َﻋﻠَﻰ َﻏﯿ‬ َ ‫َﻗ‬
َ‫اﷲ‬‫ﺎ َو َﻻ ﯾَ ْﻌﺒُ ُﺪ إ ﱠﻻ ﱠ‬‫ﺼ َﺮاﻧِﯿ‬
ِ ْ َ‫ﺎ َو َﻻ ﻧ‬‫اﻫﯿ َﻢ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ُﻜ ْﻦ ﯾَ ُﻬﻮ ِدﯾ‬ِ ‫ْﺮ‬َ ‫ﯾﻦ إِﺑ‬ ُ ‫ﺎل ِد‬ َ ‫ﯿﻒ َﻗ‬ ُ ِ‫ﺎل َز ْﯾ ٌﺪ َو َﻣﺎ ْاﻟ َﺤﻨ‬ َ ‫ﯿﻔﺎ َﻗ‬ ً ِ‫ﻮن َﺣﻨ‬ َ ‫َﻣﺎ أَ ْﻋﻠَ ُﻤ ُﻪ إِﱠﻻ أَ ْن ﯾَ ُﻜ‬
‫ﺎل َﻣﺎ‬ َ ‫اﷲِ َﻗ‬‫ﺼﯿﺒِ َﻚ ِﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻌﻨَ ِﺔ ﱠ‬ ِ َ‫ﻮن َﻋﻠَﻰ ِدﯾﻨِﻨَﺎ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَ ْﺄ ُﺧ َﺬ ﺑِﻨ‬ َ ‫ﺎل ﻟَ ْﻦ ﺗَ ُﻜ‬ َ ‫ﺎرى َﻓ َﺬ َﻛ َﺮ ِﻣ ْﺜﻠَ ُﻪ َﻓ َﻘ‬ َ‫ﺼ‬ َ ‫َﻓ َﺨ َﺮ َج َز ْﯾ ٌﺪ َﻓﻠَ ِﻘ َﻲ َﻋﺎﻟِ ًﻤﺎ ِﻣ ْﻦ اﻟﻨﱠ‬
َ ‫ْﺮ ِه َﻗ‬ ‫ﻀﺒِ ِﻪ َﺷ ْﯿﺌًﺎ أَﺑَ ًﺪا َوأَﻧﱠﻰ أَ ْﺳﺘَ ِﻄ ُ ْ ﱡ‬ ‫اﷲِ َو َﻻ أَ ْﺣ ِﻤ ُﻞ ِﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻌﻨَ ِﺔ ﱠ‬ ‫أَ ِﻓ ﱡﺮ إ ﱠﻻ ِﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻌﻨَ ِﺔ ﱠ‬
‫ﺎل َﻣﺎ‬ ِ ‫ﯿﻊ َﻓ َﻬﻞ ﺗَ ُﺪﻟﻨِﻲ َﻋﻠَﻰ َﻏﯿ‬ َ ‫اﷲِ َو َﻻ ِﻣ ْﻦ َﻏ‬ ِ
َ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺎ َو َﻻ ﯾَ ْﻌﺒُ ُﺪ إِﻻ اﷲ َﻓﻠ ﱠﻤﺎ َرأى‬‫ﺼ َﺮاﻧِﯿ‬ ُ َ
ْ َ‫ﺎ َو َﻻ ﻧ‬‫اﻫﯿ َﻢ ﻟ ْﻢ ﯾَﻜ ْﻦ ﯾَ ُﻬﻮ ِدﯾ‬ ِ ‫ْﺮ‬َ ‫ﯾﻦ إِﺑ‬ َ
ُ ‫ﯿﻒ َﻗﺎل ِد‬ ْ َ
ُ ِ‫ﻮن َﺣﻨِﯿﻔﺎ َﻗﺎل َو َﻣﺎ اﻟ َﺤﻨ‬ً َ ‫أَ ْﻋﻠَ ُﻤ ُﻪ إِﻻ أ ْن ﯾَﻜ‬
ُ َ ‫ﱠ‬
َ َ ‫اﻟﺴ َﻼم َﺧ َﺮ َج َﻓﻠَ ﱠﻤﺎ ﺑَ َﺮ َز َر َﻓ َﻊ ﯾَ َﺪ ْﯾ ِﻪ َﻓ َﻘ َ ﱠ‬
‫اﻫﯿ َﻢ‬
ِ ‫ْﺮ‬
َ ‫ﯾﻦ إِﺑ‬ ِ ‫ﺎل اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ إِﻧﱢﻲ أ ْﺷ َﻬ ُﺪ أﻧﱢﻲ َﻋﻠَﻰ ِد‬ ‫اﻫﯿ َﻢ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ ﱠ‬ َ ‫َز ْﯾ ٌﺪ َﻗ ْﻮﻟَ ُﻬ ْﻢ ِﻓﻲ إِﺑ‬
ِ ‫ْﺮ‬
‫ْﻦ‬
ِ ‫ْﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ﺑ‬ َ ‫ْﺖ َز ْﯾ َﺪ ﺑ‬ُ ‫ﺿ َﻲ اﷲﱠُ َﻋ ْﻨ ُﻬ َﻤﺎ َﻗﺎﻟَ ْﺖ َرأَﯾ‬ ِ ‫ْﺚ َﻛﺘَ َﺐ إِﻟَ ﱠﻲ ِﻫ َﺸﺎ ٌم َﻋ ْﻦ أَﺑِﯿ ِﻪ َﻋ ْﻦ أَ ْﺳ َﻤﺎ َء ﺑِ ْﻨ ِﺖ أَﺑِﻲ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ َر‬ ُ ‫ﺎل اﻟﻠﱠﯿ‬ َ ‫َو َﻗ‬
‫ﱠ‬ ُ ‫ْﻞ َﻗﺎﺋِ ًﻤﺎ ُﻣ ْﺴﻨِ ًﺪا َﻇ ْﻬ َﺮ ُه إﻟَﻰ ْاﻟ َﻜ ْﻌﺒَ ِﺔ ﯾَ ُﻘ‬
‫ُﺤﯿِﻲ‬ ْ ‫ﺎن ﯾ‬َ ‫ْﺮي َو َﻛ‬ ِ ‫اﻫﯿ َﻢ َﻏﯿ‬ ِ ‫ْﺮ‬َ ‫ﯾﻦ إِﺑ‬ ِ ‫ْﺶ َواﷲِ َﻣﺎ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ِد‬ ٍ ‫ﺎﺷ َﺮ ُﻗ َﺮﯾ‬ ِ ‫ﻮل ﯾَﺎ َﻣ َﻌ‬ ِ ٍ ‫ﻧُ َﻔﯿ‬
‫ﻷﺑِﯿ َﻬﺎ إِ ْن‬ َ ِ ‫ﺎل‬َ ‫ﻠﺮ ُﺟ ِﻞ إِ َذا أَ َرا َد أَ ْن ﯾَ ْﻘﺘُ َﻞ ا ْﺑﻨَﺘَ ُﻪ َﻻ ﺗَ ْﻘﺘُ ْﻠ َﻬﺎ أَﻧَﺎ أَ ْﻛ ِﻔﯿ َﻜ َﻬﺎ َﻣﺌُﻮﻧَﺘَ َﻬﺎ َﻓﯿَ ْﺄ ُﺧ ُﺬ َﻫﺎ َﻓﺈِ َذا ﺗَ َﺮ ْﻋ َﺮ َﻋ ْﺖ َﻗ‬‫ﻮل ﻟِ ﱠ‬ُ ‫ْاﻟ َﻤ ْﻮ ُءو َد َة ﯾَ ُﻘ‬
‫ْﻚ َوإِ ْن ِﺷ ْﺌ َﺖ َﻛ َﻔ ْﯿﺘُ َﻚ َﻣﺌُﻮﻧَﺘَ َﻬﺎ‬ َ ‫ِﺷ ْﺌ َﺖ َد َﻓ ْﻌﺘُ َﻬﺎ إِﻟَﯿ‬
Dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma, bahwa Zaid bin Amru bin Nufail pergi ke negeri Syam
mencari agama yang hendak dia ikuti. Kemudian dia bertemu dengan seorang 'alim Yahudi
(rahib) dan bertanya kepadanya tentang agama mereka. Zaid berkata; "Sungguh barangkali aku
dapat memeluk agama kalian. Untuk itu tolong terangkan kepadaku". Maka rahib itu berkata;
"Janganlah kamu mengikuti agama kami kecuali jika kamu mau mendapat bagian dari murka
Allah". Zaid berkata; "Tidaklah aku lari melainkan karena menghindar dari murka Allah, dan
selamanya aku tidak mau menanggung sedikitpun dari murka Allah. Maka bagaimana mungkin
aku mampu menanggungnya?. Apakah engkau dapat menunjukkan aku kepada agama yang
lain?". Rahib Yahudi itu berkata; "Aku tidak tahu kecuali agama yang hanif". Zaid bertanya;
"Apakah yang dimaksud dengan hanif itu?". Rahib itu berkata; "Agama Nabi Ibrahim 'alaihis
salam, dan dia tidak beragama Yahudi dan tidak pula Nashrani, dia tidak menyembah kecuali
hanya kepada Allah". Maka Zaid pun pergi, kemudian dia bertemu dengan seorang 'alim
Nashrani (pendeta) dan menceritakan seperti tadi, tetapi sang pendeta berkata; "sekali-kali
tidaklah kamu mengikuti agama kami kecuali kamu akan mendapat bagian dari laknat Allah".
Maka Zaid berkata; "Tidaklah aku lari melainkan karena menghindar dari murka Allah, dan
selamanya aku tidak mau menanggung sedikitpun dari laknat Allah dan murka Allah. Maka
bagaimana mungkin aku mampu menanggungnya? Apakah engkau dapat menunjukkan aku
kepada agama yang lain?". Pendeta Nashrani itu berkata; "Aku tidak tahu kecuali agama yang
hanif". Zaid bertanya; "Apakah yang dimaksud dengan hanif itu?" Pendeta itu berkata; "Agama
Nabi Ibrahim 'alaihis salam, dan dia tidak beragama Yahudi dan tidak pula Nashrani, dia tidak
menyembah kecuali hanya kepada Allah". Setelah Zaid merenungkan apa yang mereka
katakan tentang Ibrahim 'alaihis salam, Zaid pergi dan setelah nampak dia berdo'a; "Ya Allah,
aku bersaksi bahwa aku memeluk agama Ibrahim". Dan Al Laits berkata; Hisyam menulis surat
kepadaku dari bapaknya dari Asma' binti Abu Bakr radliallahu 'anhuma berkata; Aku melihat
Zaid bin 'Amru bin Nufail berdiri sambil menyandarkan punggungnya di Ka'bah seraya berseru;
"Wahai sekalian kaum Quraisy, demi Allah, tidak ada seorangpun dari kalian yang berada di
atas agama Ibrahim selain aku". Zaid dahulu adalah orang yang mempertahankan hidup anak
perempuan yang biasanya dikubur hidup-hidup dan dia berkata kepada seseorang yang hendak
membunuh putrinya; "Janganlah kamu membunuhnya karena aku yang akan mencukupi
kebuTuhan hidupnya". Maka dia mengambil anak perempuan itu dan apabila anak perempuan
itu sudah beranjak menjadi dewasa, Zaid berkata kepada bapak anak perempuan itu; "Jika
kamu mau aku serahkan anak ini kepadamu, dan jika kamu mau aku bebaskan kamu dari
kebuTuhan hidupnya".
Maka jelaslah dari penjelasan di atas bahwa mayoritas orang-orang Arab berubah dari ajaran
Tauhid. Mereka mengadakan sekutu-sekutu selain Allah dengan melakukan penyembahan
terhadap berhala bahkan batu dan tanah. Hanya sebagian kecil saja dari mereka yang masih
memegang Tauhid.
C. Ulasan terhadap Konsepsi Ketuhanan Romawi, Yahudi, dan Arab Jahiliyyah
Tiga macam konsepsi Ketuhanan di atas dapat disorot dari dua sisi yakni dari sisi sumber
ilmu pengetahuan dan analisis rasional. Dari sisi sumber ilmu pengetahuan maka dapat
diketahui bahwa keperceyaan mereka tidak didasarkan pada sumber yang benar. Oleh karena
tidak didasarkan pada sumber yang benar, maka cara mereka menggambarkan Tuhan pun
didasarkan pada selera mereka sendiri. Dalam kepercayaan Romawi misalnya, sungguh
tampak sekali bahwa cara mereka menggambarkan Tuhan benar-benar seperti sifat manusia.
Bahkan bisa dikatakan bahwa sifat-sifat yang dilekatkan pada Tuhan-Tuhan mereka adalah
gambaran sifat laki-laki pada zaman itu. Jika dilacak sumber yang menjadi pegangan asal-
muasal kepercayaan itu, maka bangsa Romawi juga akan kesusahan menemukan sumber
yang autentik. Paling jauh barangkali hanya akan menunjukkan bahwa kepercayaan itu sudah
diterima secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Dugaan yang lebih rasional adalah
memahami bahwa konsep Ketuhanan Romawi lebih dekat difahami sebagi konsepsi ciptaan
para filusuf-filusuf di zaman itu yang ingin membangun kepercayaan di tengah-tengah
masyarakat, untuk memenuhi naluri Ketuhanan manusia dan sebagai upaya memcahkan
problematika psikologis masyarakat yang membutuhkan tempat berharap dan bergantung
ketika menghadapi masalah-masalah kehidupan.
Dalam konsep Ketuhanan Yahudi pun sulit menemukan sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan untuk mamastikan bahwa gambaran mereka terhadap Tuhan adalah
benar. Pertanyaan yang menggugat sumber yang dijadikan tumpuan umat Yahudi untuk
meyakini bahwa Tuhan memiliki sifat-sifat seperti yang mereka percaya, susah mendapatkan
jawaban yang memuaskan. Sama seperti bangsa Romawi, paling jauh barangkali umat Yahudi
hanya akan menunjukkan bahwa kepercayaan itu sudah diterima secara turun temurun dari
nenek moyang mereka.
Hal yang sama juga bisa ditemukan pada keparcayaan tentang Tuhan pada bangsa
Arab. Gugatan yang mempertanyakan dari mana bisa diketahui bahwa Tuhan ingin disembah
dengan cara seperti yang dipakai oleh bangsa Arab, akan susah mendapatkan jawaban yang
memuaskan kecuali sekedar pembelaan defensif apologetik bahwa mereka hanya mengikuti
dan meneruskan tradisi nenek moyang mereka. Jawaban-jawaban irrasional seperti ini banyak
diabadikan dalam Al-Qur’an ketika mengecam tradisi paganisme bangsa Arab.
Dari sisi analisis rasional, sungguh susah dinalar meyakini Tuhan berjumlah banyak
sementara ada satu Tuhan yang menjadi raja. Jika demikian, maka pasti akan terjadi
pertarungan di antara Tuhan-Tuhan yang banyak itu. Begitu pula lah yang bisa diketahui dari
kisah Tuhan-Tuhan Romawi itu tentang bagimana mereka bersaing dan saling bunuh. Jika
Tuhan diyakini seperti itu, maka hal tersebut bermakna bahwa Tuhan itu lemah, memiliki
kekurangan, dan bukan Dzat yang sempurna. Begitu pula dalam keyakinan Yahudi, secara
rasional susah diterima jika Tuhan memiliki sifat-sifat seperti manusia yang menyesal,
menangis, dan takut. Jika Tuhan menyesal, maka Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang. Susah juga memahami bahwa Tuhan bisa menolong hamba-Nya jika Dia
lemah. Termasuk orang musyrik yang menyembah patung dan batu. Secara rasional tidak
mungkin patung dan batu itu bisa memberi manfaat dan mudharat smentara menolong diri
mereka sendiri saja mereka tidak mampu.
Begitulah pangkal keliruan kepercayaan-kepercayaan ini. Faktor utama promlem
teologis mereka adalah kurangnya keseriusan dalam meneliti sumber tentang bagaimana
mengenal Tuhan, disamping penggunaan akal yang kurang maksimal dalam menerima sifat-
sifat Tuhan. Meskipun bertentangan dengan logika kesempurnaan sifat Tuhan, banyak manusia
yang tetap menerimanya sebuah doktrin.
D. Konsepsi Ketuhanan dalam Islam
Di dalam Islam pemahaman terhadap Tuhan benar-benar diatur. Ada batasan-batasan dalam
memahami Tuhan, di antaranya yaitu:
a) Tuhan Tidak Boleh Diserupakan Dengan Manusia.
Dalam surah Al-Ikhlash dinyatakan secara jelas bahwa tidak ada yang serupa dengan Allah.
[4 :‫} َوﻟَ ْﻢ ﯾَ ُﻜ ْﻦ ﻟَ ُﻪ ُﻛ ُﻔ ًﻮا أَ َﺣ ٌﺪ{ ]اﻹﺧﻼص‬
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Di dalam surah Asy-Syuro Allah menyatakan hal serupa.
[11 :‫ﯿﺮ{ ]اﻟﺸﻮرى‬
ُ ‫ﺼ‬ِ َ‫ﯿﻊ ْاﻟﺒ‬ ‫ْﺲ َﻛ ِﻤ ْﺜﻠِ ِﻪ َﺷ ْﻲ ٌء َو ُﻫ َﻮ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺴ ِﻤ‬ َ ‫}ﻟَﯿ‬
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.
Oleh karena itu, jangan membayangkan bahwa Tuhan berupa laki-laki atau perempuan,
makan, duduk, bermain-main, apalagi selingkuh.
b) Sumber Untuk Mengenal Allah Hanya Wahyu
Sumber untuk mengenal Allah hanya wahyu, sebab hanya Allah yang paling tahu tentang
diri-Nya dan Dia-lah juga yang berhak menjelaskan diri-Nya. Akal manusia tidak boleh
menggambarkan sifat-sifat Allah. Akal manusia hanya bertugas untuk menemukan adanya
Tuhan dan memahami sifat-sifat Tuhan dari wahyu tersebut. Di dalam Al-Quran juga dapat
digali bahwa Allah mengecam, mencela dan melarang manusia mensifatkan Allah dengan
akalnya:
180] :‫ﻮن { ]اﻟﺼﺎﻓﺎت‬ ِ َ‫ﱢﻚ َر ﱢب ْاﻟ ِﻌ ﱠﺰ ِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﯾ‬
َ ‫ﺼ ُﻔ‬ َ ‫ﺎن َرﺑ‬
َ ‫ْﺤ‬
َ ‫{ ُﺳﺒ‬
Maha suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka sifatkan.
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa Allah bersih dari segala pensifatan yang dibuat-
buat oleh manusia. Maknanya, Allah melarang manusia untuk mensifatkan Allah dengan
pensifatan manusia dengan akalnya.
c) Tuhan itu Esa, tidak berbilang.
Allah adalah Tuhan yang satu, Esa, tidak berbilang. Ajaran keesaan Allah di dalam Islam
terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Allah dari segi Af’al-Nya, yakni mengakui HANYA
Dia-lah satu-satunya Robb; Pencipta, Penguasa, Pengatur, Pemberi rizki, Yang Menghidupkan,
Yang mematikan, Yang memutuskan, Yang menghakimi, Yang membuat aturan dan semua
sifat yang mengandung makna Robb. Hal tersebut dinyatakan dalam banyak firman-Nya.
Allah adalah Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu sebagaimana firman-Nya:
ٌ ‫}اﷲﱠُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َو ِﻛ‬
[62 :‫ﯿﻞ { ]اﻟﺰﻣﺮ‬
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Dalam firman-Nya yang lain Allah menyatakan bahwa Dia-lah Pemilik segala kerajaan dan
Dia maha Kuasa atas segala sesuatu.
ٌ ‫ﺎر َك اﻟﱠ ِﺬي ﺑِﯿَ ِﺪ ِه ْاﻟ ُﻤ ْﻠ ُﻚ َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻗ ِﺪ‬
[1 :‫ﯾﺮ{ ]اﻟﻤﻠﻚ‬ َ َ‫}ﺗَﺒ‬
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu
Allah pula yang mengatur urusan langit dan bumi, sebagaimana firman-Nya:
َ ‫َار ُه أَْﻟ‬ َ ‫ض ﺛُ ﱠﻢ ﯾَ ْﻌ ُﺮ ُج إِﻟَ ْﯿ ِﻪ ِﻓﻲ ﯾَ ْﻮ ٍم َﻛ‬
ُ ‫ﺎن ِﻣ ْﻘﺪ‬ َْ َ ْ ‫ﱢﺮ‬
َ ‫ﻒ َﺳﻨَ ٍﺔ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗَ ُﻌ ﱡﺪ‬
[5 :‫ون{ ]اﻟﺴﺠﺪة‬ ِ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء إِﻟَﻰ اﻷ ْر‬
‫اﻷ ْﻣ َﺮ ِﻣ َﻦ ﱠ‬ ُ ‫}ﯾُ َﺪﺑ‬
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari
yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu
Allah-lah satu-satunya Pemberi Rizki seluruh makhluk yang ada di bumi. Allah berfirman:
[6 :‫ﯿﻦ{ ]ﻫﻮد‬ ٍ َ‫َﻋ َﻬﺎ ُﻛ ﱞﻞ ِﻓﻲ ِﻛﺘ‬ َ ْ ‫} َو َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ دَاﺑﱠ ٍﺔ ِﻓﻲ‬
‫اﻷ ْرض إ ﱠﻻ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬
َ ‫اﷲِ ِر ْز ُﻗ َﻬﺎ َوﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ ُﻣ ْﺴﺘَ َﻘ ﱠﺮ َﻫﺎ َو ُﻣ ْﺴﺘَ ْﻮد‬
ٍ ِ‫ﺎب ُﻣﺒ‬ ِ ِ
dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Allah pula Dzat Yang menghidupkan dan Mematikan. Ia berfirman dalam Al-Quran:
َ ‫ﯿﺖ َوإِﻟَ ْﯿ ِﻪ ﺗُ ْﺮ َﺟ ُﻌ‬
[56 :‫ﻮن{ ]ﯾﻮﻧﺲ‬ ُ ‫ُﺤﯿِﻲ َوﯾُ ِﻤ‬ ُ
ْ ‫}ﻫ َﻮ ﯾ‬
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
Demikianlah di antara dalil-dalil keesaan Allah yang menjelaskan bahwa hanya Dia-lah
Pencipta, Pengatur, Pemelihara, dan Pemilik perbuatan Robb lainnya.
2) Tauhid Asma’ wa Shifat
Tauhid Asma’ Wa Shifat adalah mengesakan Allah dari segi nama dan sifat-sifat-Nya,
mengakui HANYA nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang dijelaskan oleh wahyu saja yang
diterima dan dipercayai, tidak mau menerima dan mempercayai nama-nama dan sifat-sifat-Nya
yang didasarkan pada akal manusia. Di antara firman-firman-Nya yang menjelaskan mengenai
ketauhidan ini adalah sebagai berikut:
َ ْ ‫}اﷲﱠُ َﻻ إﻟَ َﻪ إ ﱠﻻ ُﻫ َﻮ ﻟَ ُﻪ‬
[8 :‫اﻷ ْﺳ َﻤﺎ ُء ْاﻟ ُﺤ ْﺴﻨَﻰ{ ]ﻃﻪ‬ ِ ِ
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al
asmaaul husna (nama-nama yang baik)
Maknanya, Allah menjelaskan bahwa Dia memiliki nama-nama yang baik yang patut kita
imani. Nama-nama yang baik itu diantaranya adalah As-Samii’ (Dzat Yang Maha Mendengar)
dan Al-Bashiir (Yang Maha Melihat):
[11 :‫ﯿﺮ{ ]اﻟﺸﻮرى‬
ُ ‫ﺼ‬ِ َ‫ﯿﻊ ْاﻟﺒ‬ ‫ْﺲ َﻛ ِﻤ ْﺜﻠِ ِﻪ َﺷ ْﻲ ٌء َو ُﻫ َﻮ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺴ ِﻤ‬ َ ‫}ﻟَﯿ‬
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.
Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, sifat Allah tidak boleh diserupakan dengan
apa pun sebab tidak ada yang setara dengan Dia. Allah berfirman:
[4 :‫} َوﻟَ ْﻢ ﯾَ ُﻜ ْﻦ ﻟَ ُﻪ ُﻛ ُﻔ ًﻮا أَ َﺣ ٌﺪ{ ]اﻹﺧﻼص‬
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Allah telah menjelaskan nam-nama dan sifat-sifat-Nya di dalam Al-Quran, dan ini-lah yang
wajib kita imani, bukan sifat-sifat yang bersumber selain dari wahyu-Nya. Allah berfirman dalam
Al-Quran Al-Karim:
‫( ُﻫ َﻮ اﷲﱠُ اﻟﱠ ِﺬي َﻻ إِﻟَ َﻪ إِﱠﻻ ُﻫ َﻮ ْاﻟ َﻤﻠِ ُﻚ‬22) ‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ُﻢ‬ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ُﻦ ﱠ‬ ‫ْﺐ َو ﱠ‬
‫اﻟﺸ َﻬﺎ َد ِة ُﻫ َﻮ ﱠ‬ ِ ‫}ﻫ َﻮ اﷲﱠُ اﻟﱠ ِﺬي َﻻ إِﻟَ َﻪ إِﱠﻻ ُﻫ َﻮ َﻋﺎﻟِ ُﻢ ْاﻟ َﻐﯿ‬ ُ
ْ ْ ُ‫ﱠ‬ َ ‫ُﺸ ِﺮ ُﻛ‬
ْ ‫اﷲِ َﻋ ﱠﻤﺎ ﯾ‬ ‫ﺎن ﱠ‬ ُ ‫ﱠﺎر ْاﻟ ُﻤﺘَ َﻜﺒ‬
ُ ‫ﯾﺰ ْاﻟ َﺠﺒ‬
ُ ‫اﻟﺴ َﻼ ُم ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ُﻦ ْاﻟ ُﻤ َﻬ ْﯿ ِﻤ ُﻦ ْاﻟ َﻌ ِﺰ‬ ُ ‫ْاﻟ ُﻘ ﱡﺪ‬
‫ﺎر ُئ‬ِ َ‫( ُﻫ َﻮ اﷲ اﻟ َﺨﺎﻟِ ُﻖ اﻟﺒ‬23) ‫ﻮن‬ َ ‫ْﺤ‬
َ ‫ﱢﺮ ُﺳﺒ‬ ‫وس ﱠ‬
[24 - 22 :‫ﯾﺰ ْاﻟ َﺤ ِﻜﯿ ُﻢ{ ]اﻟﺤﺸﺮ‬ ُ ‫ض َو ُﻫ َﻮ ْاﻟ َﻌ ِﺰ‬ َ ْ ِ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ َو‬ ‫ﱢﺢ ﻟَ ُﻪ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﱠ‬ َ ‫اﻷ ْﺳ َﻤﺎ ُء ْاﻟ ُﺤ ْﺴﻨَﻰ ﯾ‬ َ ْ ‫ﺼ ﱢﻮ ُر ﻟَ ُﻪ‬
َ ‫ْاﻟ ُﻤ‬
ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ ُ ‫ُﺴﺒ‬
22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 23.Dialah Allah yang tiada Tuhan selain
Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha
suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang
Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya
apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Demikianlah di antara sifat-sifat dan nama-nama Allah yang dijelaskan di dalam Al-Quran.
Manusia wajib mengimani hal tersebut dan tidak boleh membuat-buat sifat dan nama sendiri
terhadap-Nya berdasarkan akal.
3) Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dari segi af’al hamba, mengakui HANYA Dia-lah
satu-satunya Ilah yang mana para hamba wajib melakukan seluruh perbuatannya untuk Dia
semata. Manusia wajib berdoa, tawakkal, takut, isti’anah (meminta pertolongan), isti’adzah
(meminta perlindungan), termasuk mengikuti Rasul juga harus ditujukan dalam rangka menaati
Allah. Orang yang berdoa kepada selain Allah maka ia termasuk orang yang syirik. Orang yang
tawakkal, meminta pertolongan dan perlindungan kepada selain Allah, termasuk mengikuti Nabi
yang tidak ditunjuk oleh Allah juga masuk dalam kategori syirik. Tauhid jenis ini adalah misi
utama para Nabi dan Rasul diutus dan tauhid jenis ini pula yang banyak diingkari oleh manusia
dalam berbagai zaman. Di Antara dalil yang menunjukkan bahwa perbuatan hamba harus
ditujukan hanya kepada Allah adalah firman Allah berikut:
َ ُ‫ون َﻋ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ َدﺗِﻲ َﺳﯿَ ْﺪ ُﺧﻠ‬
ِ ‫ﻮن َﺟ َﻬﻨﱠ َﻢ د‬
َ ‫َاﺧ ِﺮ‬
[60 :‫ﯾﻦ { ]ﻏﺎﻓﺮ‬ َ ‫ﱡﻜ ُﻢ ا ْد ُﻋﻮﻧِﻲ أَ ْﺳﺘَ ِﺠ ْﺐ ﻟَ ُﻜ ْﻢ إِ ﱠن اﻟﱠ ِﺬ‬
َ ‫ﯾﻦ ﯾَ ْﺴﺘَ ْﻜﺒِ ُﺮ‬ ُ ‫ﺎل َرﺑ‬
َ ‫} َو َﻗ‬
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
Manusia diperintahkan untuk berdoa dan meminta hanya kepada-Nya. Begitupun dalam
memposisikan rasa takut, maka hendaknya hanya kepada Allah-lah manusia itu takut. Allah
berfirman:

َ ِ‫ﻮن إِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨ‬


[175 :‫ﯿﻦ { ]آل ﻋﻤﺮان‬ ُ ‫ف أَ ْوﻟِﯿَﺎ َء ُه َﻓ َﻼ ﺗَ َﺨ ُﺎﻓ‬
ِ ‫ﻮﻫ ْﻢ َو َﺧ ُﺎﻓ‬ ُ ‫ُﺨ ﱢﻮ‬
َ ‫ﺎن ﯾ‬ َ ‫اﻟﺸﯿ‬
ُ ‫ْﻄ‬ ‫} إِﻧﱠ َﻤﺎ َذﻟِ ُﻜ ُﻢ ﱠ‬
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Manusia juga diperintahkan untuk bertawakkal hanya kepada-Nya:
‫اﷲِ َﻓﺘَ َﻮ ﱠﻛﻠُﻮا‬
‫ُﻮن َو َﻋﻠَﻰ ﱠ‬
َ ‫َﺧ ْﻠﺘُ ُﻤﻮ ُه َﻓﺈِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ َﻏﺎﻟِﺒ‬ َ َ‫ْﻬ ُﻢ ْاﻟﺒ‬
َ ‫ﺎب َﻓﺈِ َذا د‬ ُ ُ‫ﱠ‬ َ َ ‫ﯾﻦ ﯾَ َﺨ ُﺎﻓ‬
َ ‫ﺎل َر ُﺟ َﻼ ِن ِﻣ َﻦ اﻟﱠ ِﺬ‬
ِ ‫ْﻬ َﻤﺎ ا ْد ُﺧﻠﻮا َﻋﻠَﯿ‬
ِ ‫ﻮن أ ْﻧ َﻌ َﻢ اﷲ َﻋﻠَﯿ‬ َ ‫} َﻗ‬
[23 :‫ﯿﻦ { ]اﻟﻤﺎﺋﺪة‬ َ ِ‫إِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨ‬
berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila
kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".
Allah mengajarkan untuk memegang prinsip bahwa hanya Dia-lah yang patut disembah dan
dimintai pertolongan. Berikut ayat yang sering kita baca dalam sholat:

َ ‫ﱠﺎك ﻧَ ْﻌﺒُ ُﺪ َوإِﯾ‬


ُ ‫ﱠﺎك ﻧَ ْﺴﺘَ ِﻌ‬
[5 :‫ﯿﻦ { ]اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ‬ َ ‫} إِﯾ‬
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan
Allah juga mengajarkan untuk berlindung dan menyembah hanya kepada-Nya.
ُ َ ُْ
ِ ‫}ﻗﻞ أ ُﻋﻮذ ﺑِ َﺮ ﱢب اﻟﻨﱠ‬
[1 :‫ﺎس { ]اﻟﻨﺎس‬
Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia
‫ﻮت َﻓ ِﻤ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻣ ْﻦ َﻫﺪَى اﷲﱠُ َو ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻣ ْﻦ َﺣ ﱠﻘ ْﺖ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ‬ ‫اﺟﺘَﻨِﺒُﻮا ﱠ‬
ُ ‫اﻟﻄ‬
َ ‫ﺎﻏ‬ ْ ‫اﷲَ َو‬ ْ ‫ﻮﻻ أَ ِن‬
‫اﻋﺒُ ُﺪوا ﱠ‬ ً ‫} َوﻟَ َﻘ ْﺪ ﺑَ َﻌ ْﺜﻨَﺎ ِﻓﻲ ُﻛ ﱢﻞ أُ ﱠﻣ ٍﺔ َر ُﺳ‬
[36 :‫ﯿﻦ{ ]اﻟﻨﺤﻞ‬ َ ِ‫ﺎن َﻋﺎ ِﻗﺒَ ُﺔ ْاﻟ ُﻤ َﻜ ﱢﺬﺑ‬ َ ‫ض َﻓﺎ ْﻧ ُﻈ ُﺮوا َﻛﯿ‬
َ ‫ْﻒ َﻛ‬ َْ ُ ‫اﻟﻀ َﻼﻟَ ُﺔ َﻓ ِﺴ‬ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﯿﺮوا ِﻓﻲ اﻷ ْر‬
dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

ِ ‫} أَ َﺟ َﻌ َﻞ ْاﻵﻟِ َﻬ َﺔ إِﻟَ ًﻬﺎ َو‬


ٌ ‫اﺣ ًﺪا إِ ﱠن َﻫ َﺬا ﻟَ َﺸ ْﻲ ٌء ُﻋ َﺠ‬
[5 :‫ﺎب{ ]ص‬
Artinya:
5. Mengapa ia menjadikan Tuhan-Tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan[26].
Begitulah konsep ketuhanan dalam Islam yang tidak kita dapati dalam ajaran agama
lain saat ini. Dengan mengetahui berbagai konsep agama lain yang menyimpang dan tidak
rasional kemudian mmebandingkan dengan konsep ketuhanan dalam Islam, maka manusia
dapat lebih yakin lagi tentang ajaran Islam yang mulia ini. Dengan demikian, kita juga dapat
lebih berhati-hati agar tidak tergelincir ke dalam jurang kekafiran dan kesyirikan sebagaimana
orang-orang kafir tergelincir.
Evaluasi
1. Apa arti penting dari mempelajari konsep ketuhanan berbagai agama dan kepercayaan
yang keliru dan menyimpang?
2. Ceritakan dan jelaskan konsep ketuhanan yang keliru dari bangsa Romawi, Yahudi, dan
Arab sebelum diutusnya Rasulullah!
3. Jabarkan kritik dari konsep ketuhanan yang keliru!
4. Bagaimanakah batasan konsep ketuhanan dalam Islam beserta konsep tauhid
Rububiyyah, asma’ wa shifat, dan uluhiyyah?
5. Sebut dan jelaskan satu dalil saja yang menerangkan tentang konsep ketuhanan dalam
Islam lalu bandingkan dengan konsep ketuhanan yang keliru dalam kepercayaan lain!

Daftar Pustaka
1. Ad-Darimi, Abu Muhammad. 1987. Sunan Ad-Darimi. Beirut: dar Al-Kitab Al-‘Arobi
2. Al-Ashbahani, Abu Nu’aim. 1998. Ma’rifatu Ash-Shohabah. Ar-Riyadh: Dar Al-Wathon.
3. Al-Asyqor, Sulaiman. 1999. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais.
4. Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. 1987. Shahih Bukhari. Beirut: Dar Ibni Katsir.
5. Al-Hakim, Abu Abdillah. 1990. Al-Mustadrok ‘Ala Ash-Shohihain. Beirut: Dar Al-Kutub
Al-‘Ilmiyyah.
6. Asy-Syarqowi, Abdullah.1993. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil
7. Ibnu Hisyam, Abu Muhammad. 1955. As-Siroh An-Nabawiyyah. Mishr. Syarikah Maktabah
Wa Mathba’ah Mushthofa Al-Babi Al-Halabi.
8. Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim. 1986. Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah Fi Naqdi
kalami Asy-Syi’ah Al-Qodariyyah. Saudi Arabia: Jami’ah Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-
Islamiyyah.
9. Jewish Publication Society. Tanpa Tahun. English translation of Holy Torah.
http://www.ishwar.com/judaism/holy_torah/. Diakses tanggal 19 Oktober 2014
10. Muslim, Abu Al-Husain. Tanpa Tahun. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ At-Turots.
11. Quthb, Sayyid. 2002. Khoshois At-Tashowwur Al-Islami Wa Muqowwimatuhu (cet.ke-15). Al-
Qohiroh: Dar Asy-Syuruq

[1] Al-Hakim, Abu Abdillah. Al-Mustadrok ‘Ala Ash-Shohihain. Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah. 1990. Juz 4 hlm 475. Al-
Hakim mengatakan bahwa hadits tersebut shahih sanadnya, begitu pun Adz-Dzahabi.
[2] Ibnu Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim. Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah Fi Naqdi kalami Asy-Syi’ah Al-Qodariyyah.
Saudi Arabia:Jami’ah Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyyah. 1986. Juz 2 hlm 398.
[3] Quthb, Sayyid. Khoshois At-Tashowwur Al-Islami Wa Muqowwimatuhu (cet.ke-15). Al-Qohiroh:Dar Asy-Syuruq. 2002.
Hlm 25.
[4] Al-Asyqor, Sulaiman. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais. 1999. Hlm 278.

[5] Al-Qur’an Al-Karim. Surah Al-Baqarah ayat 130-133.

[6] Al-Asyqor, Sulaiman. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais. 1999. Hlm 281.
[7] Jewish Publication Society. English translation of Holy Torah. http://www.ishwar.com/judaism/holy_torah/. Tanpa Tahun.
Diakses tanggal 19 Oktober 2014
[8] Al-Asyqor, Sulaiman. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais. 1999. Hlm 383

[9] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 35.
[10] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 284.
[11] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 35.
[12] Haikal adalah kuil Nabi Sulaiman di Al-Quds
[13] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 36.
[14] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 36.
[15] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 285.
[16] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 36.
[17] Al-Asyqor, Sulaiman. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais. 1999. Hlm 286.
[18] Asy-Syarqowi, Abdullah. Al-Kanzu Al-Marshud Fi Qowa’idi At-Talmud. Mishr: Dar Al-Jil. 1993. Hlm 37.

[19] Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Shahih Bukhari. Beirut: Dar Ibni Katsir. 1987. Juz 11 Hlm 347.
[20] Al-Asyqor, Sulaiman. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais. 1999. Hlm 287-291.
[21] Ibnu Hisyam, Abu Muhammad. As-Siroh An-Nabawiyyah. Mishr. Syarikah Maktabah Wa Mathba’ah Mushthofa Al-Babi
Al-Halabi. 1955. Juz 1 halaman 77.
[22] Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Shahih Bukhari. Beirut: Dar Ibni Katsir. 1987. Juz 13 hlm 280.
[23] Ad-Darimi, Abu Muhammad. Sunan Ad-Darimi. Beirut: dar Al-Kitab Al-‘Arobi. 1987. Juz 1 hlm 14.
[24] Muslim, Abu Al-Husain. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ At-Turots. Tanpa Tahun. Juz 12 hlm 24.
[25] Al-Asyqor, Sulaiman. Al-‘Aqidah Fi Allah (Cet.ke-12). Urdun: Dar An-Nafais. 1999. Hlm 292-294.
[26] Al-Quran Al-Karim. Surah Shod ayat 5.

Anda mungkin juga menyukai