Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUGAS BESAR

SISTEM MANUFAKTUR

KELOMPOK KECIL 3-B1


1. Daniel Chrisdio Dwi N. (02411840000063)
2. Gandhi Resmay Devi (02411840000081)
3. Muhammad Wahyudin (02411840000098)
4. Nur Rofium Makhfud (02411840000140)

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM DAN INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2020
I. Executive Summary
UD. Ubi Kayu adalah salah satu unit usaha kerupuk yang berada di sentra
industri kerupuk, Kediri. Proses bisnis yang dilakukan oleh UD. Ubi Kayu yaitu
mengaduk adonan kerupuk, mencetak adonan menjadi silinder, memotong adonan,
mengoven adonan, dan kemudian dijemur. Dalam proses bisnis yang dilakukan oleh
UD. Ubi Kayu setelah diamati oleh penulis masih belum efisien karena terdapat
beberapa waste yang terdapat seperti transportation. Hal tersebut dikarenakan oleh
layout yang masih tidak tertata dengan baik. Penulis pada laporan ini melakukan
perbaikan layout dengan membuat proses kerjanya menjadi single flow production yang
sesuai dengan tata letak urutan operasinya. Pada layout ini penulis dapat
mengefisiensikan 2 pegawai yang dimana pada kondisi awal membutuhkan 6 pegawai
menjadi 4 pegawai. Selain penulis melihat potensi alat yang dapat dikembangkan untuk
mempercepat proses produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Alat tersebut
yaitu INGMOC atau Integrated Grinder, Molder, and Cutter Machine yang
memadukan alat penggiling adonan, alat pencetak adonan silinder, dan alat pemotong.
Alat ini dapat mempercepat waktu manufacturing lead time menjadi 193 menit yang
semula 486 menit karena pada alat ini terintegrasi sehingga hanya membutuhkan waktu
setup satu kali dan proses pemindahan material yang cepat. Penulis juga melakukan
analisa mengenai komponen sistem manufaktur lainnya yaitu storage system yang
dimana kami merekomendasikan block stacking dengan single deep rack yang dimana
pada kondisi awalnya mereka menggunakan randomized storage yang membuat tidak
terstruktur. Selain itu penulis juga merekomendasikan tools material handling yang
cocok digunakan pada UD. Ubi Kayu yang dimana kami merekomendasikan pallet jack
hand truck setelah melakukan analisa dan perhitungan ekonomis.

II. Analisis Kondisi Existing


2.1 Profil UD. Ubi Kayu
UD Ubi Kayu merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang
bergerak di bidang industri makanan yaitu kerupuk pasir. UD Ubi Kayu melakukan
pengembangan terhadap produknya yang awalnya memiliki varian rasa hanya asin
namun sekarang berinovasi menjadi rasa bawang dan terasi. UD. Ubi Kayu memiliki
target pasar yaitu warga desa yang memproduksi kerupuk matang, namun terkadang
mereka menerima pesanan dari Tulung Agung, Jakarta, Papua, dan daerah yang lainnya
di Indonesia. Untuk memproduksi kerupuk, mereka mengeluarkan biaya Rp 7.000 untuk
satu kilogram kerupuk, setelah diolah kerupuk tersebut memiliki harga Rp 11.000 per
kilogram, sehingga UD. Ubi Kayu mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4.000 setiap
penjualan satu kilogram kerupuk. UMKM ini mendapatan konsumen dengan cara
promosi dari mulut ke mulut dan pemesanan dilakukan melalui WhatsApp. UMKM ini
memiliki satu pabrik untuk proses produksi dan Gudang penyimpanan serta 13 orang
pekerja untuk memenuhi demand customer dengan memproduksi 7 kwintal kerupuk
setiap harinya saat musim panas. Namun saat musim hujan UD Ubi Kayu hanya dapat
memproduksi kerupuk sebanyak 5 kwintal saja. Hal ini dikarenakan pihak UMKM
terhalag dengan panas matahari yang tidak muncul pada saat musim hujan.

2.2 Layout awal UD. Ubi Kayu


Berikut merupakan laout yang digunakan pada proses produksi UD. Ubi Kayu

Gambar … Layout Awal UD. Ubi Kayu


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Beberapa mesin yang digunakan antara lain, mesin pencampur adonan, mesin
pemotong adonan dan mesin pencetak adonan, serta mesin oven. Berdasarkan gambar,
diketahui proses produks dimuai dengan dicampurnya semua adonan kerupuk,
dilanjutkan denan menceak adonan membentuk silinder Panjang, stelahnya adonan
tersebut dipindahkan oleh pekerja ke mesin pemotong untuk selanjutnya dipotong
menggunakan mesin dan dilanjutkan dengan proses oven. Setelahnya, tumpukan
kerupuk yang sudah dioven dijemur. Peletakan mesin-mesin yang ada pada kondisi
eksisting UD Ubi Kayu dapat dikatakan belum optimal dikarenakan beberapa mesin
yang belum diletakkan tepat pada penempatannya. Hal ini mengakibatkan pekerja pada
UMKM tersebut tidak efisien dalam melakukan pekerjaannya sehingga pekerja
melakukan pekerjaan non value added activity.

2.3 Mesin dan Peralatan


2.3.1 Mesin penggiling bahan
Mesin ini digunakan untuk mencampurkan seluruh bahan yang digunakan untuk
membuat kerupuk pasir, untuk selanjutnya digiling dengan tenaga diesel.

Gambar … Mesin Penggiling Bahan Kerupuk UD. Ubi Kayu


(Sumber : Dokumen Pribadi)
2.3.2. Mesin cetakana adonan kerupuk
Mesin ini menggunakan energi diesel yang terhubung dengan rantai karet. Cara kerja
mesin ini adalah otomatis mencetak adonan hingga berbentuk silinder Panjang saat
pekerja telah memasukkan adonan ke dalamnya. Mesin ini bekerja sekitar 40 menit
untuk mencetak adonan satu sak tepung tapioka.

Gambar … Mesin Cetakan Adonan Kerupuk UD. Ubi Kayu


(Sumber : Dokumen Pribadi)
2.3.3. Mesin Pemotong adonan
Cara kerja mesin pemotong adonan ini adalah dengan tenaga listrik. Ketika mesin
dinyalakan, akan menggerakan konveyor secara otomatis dan gerigi yang ada pada
bawah mesin. Yang dimana cara kerjanya seperti karakuri kupu-kupu yaitu roda akan
berputar dan tuas akan dengan sendirinya bergerak translasi keatas dan kebawah sesuai
dengan pergerakan rotasi roda. Mesin ini membutuhkan waktu 20 menit untuk
menyelesaikan memotong adonan satu sak karung bahan baku.

Gambar .. Mesin Pemotong Adonan UD. Ubi Kayu


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Dalam satu nampan akan menghasilkan 50 potong adonan kerupuk, dan kemudian
nampan-nampan tersebut akan ditumpuk hingga mencapai 180 nampan yang diletakkan
diatas pallet kemudian siap dikirim ke station oven.

Gambar .. Hasil Potongan Mesin Pemotong Adonan UD. Ubi Kayu


(Sumber : Dokumen Pribadi)
2.3.4. Mesin Oven
Nampan yang ada pada mesin pemotong ditumpuk hingga menjadi 180
tumpukan dan selanjutnya dipindahkan menggunakan truk pallet secara manual oleh
pekerja ke tempat oven. Untuk menutup pallet, penuutp ditarik menggunakan katrol
dengan tipe hoist. Proses pengovenan ini berlangsung selama 15 menit.
Gambar .. Oven Kerupuk UD. Ubi Kayu
(Sumber : Dokumen Pribadi)

2.4 Perhitungan Kondisi Awal UD. Ubi Kayu.

Tabel 2.1 Data untuk Perhitungan Awal


Mesin Tsu Tno To Th Tth Batch Size Scrap Rate
Mesin Penggiling 6 2 24 2 1 1 2%
Mesin Pencetak 5 3 38 5 2 1 2%
Mesin Pemotong 4 7 18 7 2 1 2%
Mesin Pengkukus 5 6 15 5 4 1 3%
Dari data diatas jika dilakukan perhitungan untuk time cycle dan manufacturing lead
time adalah sebagai berikut:
 Mesin Penggiling.
Tc = To + Th + Tth
Tc = 24 + 2 + 1
Tc = 26 menit
 Mesin Pencetak.
Tc = To + Th + Tth
Tc = 38 + 5 + 2
Tc= 45 menit
 Mesin Pemotong.
Tc = To + Th + Tth
Tc = 18 + 7 + 2
Tc = 27 menit
 Mesin Pengkukus.
Tc = To + Th + Tth
Tc = 15 + 5 + 4
Tc = 24 menit
Maka total cycle time mesin pada layout awal adalah:
Tc = Tc mesin penggiling + Tc mesin pencetak + Tc mesin pemotong + Tc mesin
pengkukus
Tc = 26 menit + 45 menit + 27 menit + 24 menit
Tc = 112 menit
Maka manufacturing lead time mesin pada layout awal adalah:
MLT = no (Tsu + QTc + Tno)
MLT = 4 (5 + 112 + 4,5)
MLT = 4 (121,5)
MLT = 486 menit

III. Rancangan Perbaikan / Improvement pada Sistem Manufaktur Tersebut


Dengan Menggunakan Konsep Yang Sesuai.
2.1 Improvement Tingkat Otomasi
Salah satu alat otomasi yang dapat digunakan meninkatkan level otomasi pada
UD. Ubi Kayu adalah INGMOC (Integrated Grinder, Molder, and Cutter Machine).
Alat ini juga berfungsi dalam mengintegrasikan beberapa fungsi alat produksi dalam
satu alat serta meningkatkan effisiensi dan produktivitas proses produksi. Tentunya,
dalam membuat mesin INGMOC memerlukan komponen pendukung seperti Integrated
Grinder, Molder, and Cutter Machine. Dibawah ini merupakan komponen yang
dibutuhkan dalam pembentukan mesin INGMOC.
 4 unit LCD Display 16x4
Alat ini berguna dalam menunjukkan timer sebagai idikator gerakan motor servo
 4 unit Lampu LED
Alat ini berguna dalam indikator nyalanya atau matinya mesin tersebut. Lampu
menyala jika berjalan normal dan lampu mati jika terdapat gangguan
 4 unit Arduino Uno Tipe A ATMEGA328
Alat ini berguna dalam mikrokontroller yang memprogram gerakan motor servo secara
otomatis jika waktu timer sudah habis serta memprogram ulang timer untuk ditampilkan
pad LCD Display
 4 unit Papan PCB Polos
Alat ini berguna dalam penghubung antar suatu komponen dengan komponen lainnya.
 2 unit Pengait
Alat ini berguna dalam menarik benda kerja apabila membuka dan menutupnya
ujung mesin penggiling
 4 unit Reverse Log Potensiometer C10K
Alat ini berguna dalam pengatur kecepatan mesin secara manual
 2 unitt Motor Servo MG996R Metal Gear Tower Pro seberat 25 kg
Alat ini berguna sebagai aktuator dalam menggerakn benda seteklah menerima perintah
dari Arduino Uno
 1 unit Push Button
Alat ini berguna sebagai tomblo on/off mesin INGMOC
 Jumper (kabel)
Alat ini berguna sebagai media penghubung agar komponen tersebut tidak
konslet
 Resistor
Alat ini berguna dalam mengurangi arus masuk komponen
 1 set Mesin Pemotong
Alat ini berguna dalam memotong adonan dalam INGMOC
 I set Mesin Pencetak Adonan
Alat ini berguna dalam mencetak adonan dalam INGMOC
 1 set Mesin Penggiling Tanpa Kaki
Alat ini berguna dalam menggiling adonan dalam INGMOC
Dalam mengoperasikan mesin INGMOC diperlukan beberapa tahapan. Yang
pertama, menghubungkan stopkontak untuk menghidupkan mesin serta mesin dperlu
dipanaskan selama 3 menit agar dapat bekerja lebih optimal. Kedua, sembari menunggu
setup mesin , masukkan tepung tapioca, air, dan garam ke mesin penggiling. Tiga mesin
kemudia, mesin INGMOC akan siap menggiling bahan baku. Waktu yang dibutuhkan
menggiling bahan baku adalah 15 menit. Setelah itu, terdapat pintu pembatas pada sisi
bawah yang digerakkan oleh Arduino Uno. Setiap 15 menit sekali, mesinpenggiling
akan secara otomatis terbuka dan adonan bahan baku akan jatuh pada mesin pencetak
adonan. Pada mesin pencetakn ini akan terdapat motor servo sebagai penggerak untuk
mencetakn adonan silinder dengan tenaga dorong maksimal 30 kg. Setelah dikeluarkan
dari mesin molder, adonan silinder akan langsung ditempatkan mesin pemotong secara
otomatis. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 15 menit.

Gambar 2.1 Ilustrasi Mesin INGMOC


(Sumber : Dokumen Pribadi)

2.2 Improvement Storage System.


Storage system merupakan salah satu bagian terpenting dalam sistem
manufaktur. Karena pada storage system berhubungan proses bisnis yang menentukan
produk tersebut siap untuk distribusi atau tidak serta berhubungan dengan metode
penyimpanan yang tepat oleh suatu perusahaan. Pada sub bab ini akan dijelaskan
mengenai pengembangan storage system yang perlu dilakukan oleh UD. Ubi Kayu.
Dewasa ini, bidang berjenis UMKM lebih sering menggunakan storage system dengan
sistem manual daripada otomatis. Hal ini, mungkin dapat disebabkan oleh kebutuhan
yang diperluka UKMKM tersebut atau kurangnya kesadaran UMKM untuk
memperbaiki storage system pada proses manufaktur. Padahal kelebihan yang dimiliki
storage system yang terintegrasi akan berdampak pada beberapa dampak positif.
Dampak positif tersebut adalah dapat meningkatkan tingkat efisiensi proses manufaktur.
Jika mengaitkan storage system akan berhubungan beberapa hal seperti floor space,
material konytol, dan sumber daya manusia UMKM tersebut.
Jika diperhatikan dari dalam storage system yang digunakan UD. Ubi Kayu
adalah randomized storage system. Sistem ini merupakan salah jenis storage system
yang peletakkan produk secara random atau sesuai dengan tempat kosong yang tersedia.
Sistem ini sejujurnya sudah cocok dengan kondisi yang terjadi pada UD. Ubi Kayu
namun kelemahan penerapan sistem ini adalah UD. Ubi Kayu teteap perlu meletakkan
produk sesuai flow masuk dan keluarnya produk. Dengan sistem ini akan membantu
pekerja dalam mengurangi workload pekerja. Terdapat beberapa improvement yang
diusulkan lagi adalah UD. Ubi Kayu perlu memerhatikan flow proses packaging dan
storaging. Seperti contoh pada proses packaging, sebaiknya kegiata ini dilakukan dekat
dengan jalur keluar gudang UD. Ubi Kayu. Sedangkan proses storaging dapat ditunjang
oleh beberapa storage equipment. Storage equipment yang cocok digunakan UD. Ubi
Kayu adalah Rack System, Block Stacking, dan Single Deep Rack. Alasannya UD. Ubi
Kayu cocok dalam menggunakan sistem ini adalah biaya yang dikeluarkan relatif
rendah, storage density yang baik dan sesuai, sesuai dengan volum gudang yang kecil,
tidak membutuhkan peralatan khusus dalam penggunaannya, dan aksebilitas yang
bagus. Dengan hal tersebut, sistem ini sudah meningkatkan beberapa aspek seperti
storage capacity akan meningkat karena produk ditatas secara vertikal dan horizontal
sehingga pemanfaatan volum gedun dapat dilakukan secara baik dan menghemat floor
space.
2.3 Improvement Data Capture dan Data Process
Data Processing adalah suatu proses manufaktur dalam mengolah data suatu
industri. Selanjutnya, Data Processing dapat dbagi menjadi 2 tahapan antara lain data
capture dan data process. Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai data processing yang
dilakukan oleh UD. Ubi Kayu. Menurut hasil kunjungan, UD. Ubi Kayu dalam
menerapkan data process masih menggunakan prinsip manual. Pada UD. Ubi Kayu
sendiri mengaplikasikan Automatic Data Capture dalam data process dikarenakan
ketidaktahuan pemiliki terhadap penggunaan teknologi tersebut. Berdasarkan hasil
pengamatan, data capture pada proses produksi kerupuk oleh UD. Ubi Kayu dilakukan
pertama kali pada proses penimbangan bahan baku untuk mendapatkan komposisi
bahan baku yang sesuai agar menjaga kualitas produk kerupuk ini. Data yang perlu
dicatat oleh UD. Ubi Kayu sendiri meliputi data jumlah bahan baku setiap satu siklus
produksi, data jumlah produk yang terdistribusi dan terjual dalam waktu tertentu,
keterangan data pelanggan tetap, dan pendapatan yang dihasilkan oleh UD. Ubi Kayu
dalam proses penjualan. Data-data yang telah disebutkan tadi berguna sebagai tolak
ukur proses bisnis UD. Ubi Kayu untuk kedepannya agar dapat meningkatkan
pendapatan dan tujuan perusahan da[at tercapai.
2.4 Improvement Inspection and Quaility Control
Pada sub-bab ini dijelaskan mengani pengembangan atau perbaikan dari quality
control yang perlu diterapkan oleh UD. Ubi Kayu. Sebelumnya kita perlu mengetahui
penjelasan quality control. Quality control adalah segala bentuk kegiatan yang
digunakan sebagai memperbaikidan memelihara produk dan layanan yang diberikan
pada suatu perusahan (Ishita Nobuyaki). Pada dunia manufaktur atau industri, kualitas
produk kerapk kali menjadi acuan dalam membedakan suatu produsen dengan produsen
lainnya. Quality control sendiri memiliki tujuan utama yaitu menjaga dan merawat agar
produk yang dikiriman ke konsumen tidak defect dan sesuai standar kualitas yang telah
ditentukan oleh perusahan. Pada umumnya, rerdapat 3 teknik quality control yang kerap
kali digunakan antara lain inspeksi, statistical sampling, dan QC seven tools.
Berdasarkan hasil kunjungan kemarin, UD. Ubi Kayu memulai proses manufakturnya
dengan membuat bahan baku adonan, dilanjutkan dengan pembentukan adonan,
pemotongan adonan, mengukus adonanm proses pengeringan atau penjemuran serta
diakhiri dengan proses pengemasan. Pada proses tersebut, UD Ubi Kayu melakukan
proses inspek pada proses pemotongan dan pengemasan. Seringkali terjadi bahwa
pekerja tidak teliti dalam meletakkan adonan pada tempatnya sehingga terdapat waste
dalam bentuk bahan yang terbuang. Maka, inpeksi ini merupakan proses yang penting
karena diperlukan pengawasan dan memisahkan adonan agar tidak terjatuh dan tidak
kait antara satu dengan lainnya. Menurut pengamatan yang ada, sering kali adanya
proses penyatuan produk kerupuk.
Dengan usulan perbaikan yang dapat diterapkan oleh UD. Ubi Kayu adalah
meningkatkan beberapa proses inspeksi pada produksi kerupuk yang berkaitan dengan
quality control. Dengan ini dapat meningkatkan kualitas dari bahan dan hasil jadi dari
proses produksi. Inspeksi juga bertugas untuk menjaga kualitas input dengan baik agar
menghasilkan menghasilkan output yang optimal. Hal ini berkaitan juga persaiangan
pasar antar produsen. Selain dengan metode inspeksi, dapat dilakukan dengan statistical
sampling. Teknik ini adalah memilih beberapa jumlah item atau produk secara random
dalam suatu proses batch production. Maka dari itu, pengendalian kualitas merupakan
hal yang tidak diremehkan karena berpengaruh pada hasil output produk yang akan
menentukan kualitas persaiangan pasar dan peningkatan profit dari UD. Ubi Kayu.

IV. Rancangan Layour yang Diusulkan.


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai layout improvement dengan
memperhatikan improvement lain yang telah dilakukan seperti jumlah pegawai, dan
mesin yang digunakan pada proses perbaikan. Setelah melihat layout kondisi awal pada
UD. Ubi Kayu dapat diketahui bahwa layout yang digunakan tidak efisien karena
terdapat banyak sekali gerakan transportasi pemindahan material yang berbelit.
Sehingga penulis memiliki rancangan perbaikan terhadap layout UD. Ubi Kayu seperti
beritut :

Rancangan perbaikan layout ini memperhatikan juga mengenai komponen alat


otomasi yang dibuat, tools material handling yang digunakan dan juga jumlah pegawai
yang bekerja. Pada layout perbaikan alur proses kerjanya dimulai dari memasukkan
material seperti tepung tapioka dan juga garam ke mesin INGMOC (Integrated
Grinder, Molder, and Cutter Machine) yang dapat melakukan 3 proses sekaligus yaitu
menggiling adonan, mencetak adonan kerupuk menjadi silinder, dan memotong adonan
kerupuk. Setelah itu hasil proses INGMOC akan dikirim ke station pengovenan dengan
menggunakan tools material handling berupa pallet jack hand truck dengan kapasitas
muatan 180 tatakan. Setelah dioven maka kerupuk siap dijemur di depan pabrik
produksi dengan memanfaatkan sinar matahari dan juga untuk memindahkan hasil
pengovenan ke tempat penjemuran menggunakan pallet jack hand truck. Penggunaan
pallet jack hand truck dapat digantikan dengan conveyor menggunakan prinsip karakuri,
dan setelah dilakukan analisa bahwa conveyor yang diletakkan diantara station mesin
INGMOC dengan station pengovenan maka conveyor yang cocok digunakan yaitu
roller conveyor karena tatakan kerupuk memiliki luas penampang yang cukup luas.
Walaupun roller conveyor memiliki efisiensi dalam segi tenaga namun jika dilakukan
setelah dihitung dengan aspek yang lain yaitu aspek tenaga kerja, dapat dikatakan
bahwa roller conveyor tidak efisien. Beberapa pertimbangannya yaitu jika kita
menggunakan roller conveyor maka diperlukan 1 orang lagi untuk menata tatakan ke
station tujuan yang dikarenakan hasil pengiriman roller conveyor tidak dapat menata
dengan sendirinya dan menyebabkan cost yang dikeluarkan akan meningkat karena
mempekerjakan pegawai baru untuk menata tatakan. Sehingga penulis
merekomendasikan pallet jack hand truck yang membutuhkan sedikit tenaga namun
dalam waktu proses produksinya lebih cepat dan dapat mengefisiensikan tenaga kerja.
Selain itu terdapat pertimbangan lain untuk tidak menggunakan conveyor yaitu karena
peletakkan roller conveyor yang terpampang akan dapat mengurangi space dari
workstation sehingga material akan sulit dimasukkan ke tempat penyimpanan bahan
baku. Selain itu terdapat pula pertimbangan bahwa jika menggunakan roller conveyor
yang didekatkan pada station pengovenan maka nilai fungsi atau keandalan dari
conveyor tersebut tidak akan lama karena roller conveyor akan didekatkan dengan oven
dengan suhu yang sangat tinggi secara terus menerus sehingga membuat conveyor cepat
mengalami kerusakan.
Dalam layout ini jumlah pekerja yang bekerja yaitu 4 orang dengan pembagian
tugas orang pertama bertugas untuk memasukkan material ke mesin INGMOC, orang
kedua bertugas untuk memasukkan tatakan ke mesin INGMOC, orang ketiga bertugas
untuk mengambil hasil tatakan dari pemotongan. Dan orang keempat bertugas untuk
mengambil hasil tatakan kerupuk untuk dimasukkan ke oven dan memindahkan hasil
pengovenan ke tempat penjemuran dengan menggunakan pallet jack hand truck. Dan
juga penulis dapat mengefisiensikan 2 orang tenaga kerja yang semula dari 6 orang
menjadi 4 orang. Sehingga cost yang dikeluarkan UD. Ubi Kayu turun dan dapat
meningkatkan produktivitas. Dan berikut ini merupakan tabel perbandingan yang
menunjukkan tugas dari masing-masing pekerja pada kondisi awal dan perbaikan.
Pegawai UD. Ubi Kayu Kondisi Awal Kondisi Perbaikan
Memasukkan material ke Memasukkan bahan ke
Pekerja 1
mesin penggiling. mesin INGMOC.
Mengeluarkan dan
memindahkan hasil Memasukkan tatakan ke
Pekerja 2
gilingan ke mesin pencetak mesin INGMOC.
adonan.
Memotong hasil cetakan Menerima dan menata
Pekerja 3 silinder dari mesin hasil tatakan mesin
penggiling. INGMOC.
Memindahkan hasil
cetakan ke mesin Memindahkan hasil
pemotong. Memindahkan tatakan ke mesin
Pekerja 4
hasil tatakan ke mesin pengoven. Memindahkan
pengoven. Memindahkan hasil oven ke penjemuran.
hasil oven ke penjemuran.
Memasukkan tatakan ke
Pekerja 5 -
mesin pemotong.
Menata hasil tatakan yang
Pekerja 6 -
telah berisi hasil potongan.

V. Perhitungan Waktu Produksi dan Parameter Kuantitatif Sistem Manufaktur


Lainnya yang Relevan
Pada bagaian ini akan dijelaskan mengenai perhitungan dan analisis MLT setelah
kondisi perbaikan dan Value Stream Mapping.
5.1 Perhitungan dan Analisis MLT Setelah Kondisi Perbaikan.
Pada kondisi perbaikan departemen, proses produksi terdiri dari 4 yaitu departemen
mesin penggiling, mesin pencetak, mesin pemotong, dan mesin pengkukus. Dari
keempat departemen atau mesin ini dilakukan perbaikan sehingga hanya berjumlah 2
departemen yaitu departemen mesin INGMOC (Integrated Grinder, Molder, and Cutter
Machine) dan pengukus. mesin penggiling, pencetak dan pemotong disatukan menjadi
satu departemen sehingga mampu mempersingkat waktu produksi kerupuk pada UD
Ubi Kayu.
Proses operasi dilakukan melalui alat yang telah diimprove, yang terdiri dari
pengintegrasian 3 mesin menjadi 1 mesin seperti bagan di atas, dapat diketahui total
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali operasi produksi. Waktu produksi
terdiri dari To (waktu proses untuk sebuah operasi), Th (waktu handling), Tc (waktu
siklus), Tsu (waktu setup), dan Tno (waktu non operasi). Semuanya akan dilakukan
perhitungan kembali Manufactuing Lead Time (MLT).
Tabel 5.1 Rekap Data Perhitungan MLT Kondisi Awal
Mesin Tsu Tno To Th Tth Batch Scrap MLT
Size Rate
Mesin 6 2 24 2 1 1 2%
Penggiling
Mesin Pencetak 5 3 38 5 2 1 2%
Mesin 4 7 18 7 2 1 2% 486 menit
Pemotong
Mesin 5 6 15 5 4 1 3%
Pengkukus
Total

Tabel 5.2 Rekap Data Perhitungan MLT Kondisi Perbaikan.


Mesin Tsu Tno To Th Tth Batch Scrap Rate MLT
Size
INGMOC 4 2 60 1 3 1 2%
Pengkukus 5 6 15 5 4 1 3% 193 menit
Total

Perhitungan waktu produksi didapat dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan


terhadap waktu siklus dari tiap-tiap departemen yaitu waktu siklus mesin INGMOC dan
mesin pengkukus. Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
satu satuan produksi yang terdiri dari waktu proses untuk operasi atau To, waktu yang
diperlukan untuk handling atau Th, dan waktu untuk handling peralatan atau Tth. Dari
departemen yang pertama yaitu mesin INGMOC hasil perhitungan waktu siklus sebesar
64 menit. Sedangkan pada departemen kedua yaitu mesin pengkukus menghasilkan
waktu siklus 24 menit. Jadi dari kedua mesin tersebut didapatkan waktu siklus produksi
kerupuk setelah perbaikan pada UKM UD. Ubi Kayu yaitu 88 menit.
Setelah mendapatkan waktu siklus tersebut, dihitunglah waktu produksi setelah
perbaikan. Waktu produksi sering disebut juga dengan Manufacturing Lead Time
(MLT). Yang dimaksud dengan MLT adalah waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan bagian atau keseluruhan produk tertentu pada pabrik (Groover, 2001).
Untuk menghitung waktu produksi atau MLT diperlukan waktu setup atau Tsu, waktu
siklus atau Tc, dan Tno. Rumus menghitung MLT adalah sebagai berikut
MLT =n0 ¿
Perhitungan MLT kondisi perbaikan :
MLT = no (Tsu + QTc + Tno)
MLT = 2 (4,5 + 88 + 4)
MLT = 2 (96,5)
MLT = 193 menit
Dari rumus yang telah telah tersedia didapatlah Waktu produksi atau MLT sebesar
193 menit. Hasil dari perhitungan MLT kondisi perbaikan ini akan dibandingkan
dengan MLT kondisi eksisting pada UKM UD Ubi Kayu.
Apabila dilihat dari uraian tabel di atas dapat dipastikan bahwa MLT pada INGMOC
(mengiling, mencetak dan memotong bahan baku) dan mesin pengukus adalah sebesar
193 menit, yang pada awalnya sebelum dilakukan improvement adalah sebesar 486
menit. Berdasarkan perbandingan tersebut, waktu yang digunakan akan menjadi lebih
singkat efektif, sehingga pada lini produksi menghemat waktu yang sangat besar dari
sebelum adanya mesin IGMOC yang telah dilakukan improvement. Dengan adanya
penghematan waktu tersebut, hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas di
UMKM Ubi kayu.
5.2 Value Stream Mapping (VSM)
Value Stream Mapping (VSM) merupakan salah satu tools penerapan lean yang
bertujuan untuk mengidentifikasi proses produksi sehingga waste produksi dapat
ditemukan. Lean manufacturing merupakan pendekatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan value atau nilai tambah produk yang diinginkan konsumen diikuti dengan
pemanfaatn sumber daya yang minimal, dengan menghilangkan waste produksi (seven
waste) dan mendesain proses produksi yang lebih efektif dan efisien.. Metode VSM
dilakukan dengan menggambarkan proses produksi yang terjadi dalam perusahaan,
mulai dari bahan baku hingga menjadi produk di tangan konsumen. Proses-proses
tersebut akan digambarkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu[ CITATION Fer14 \l
1033 ]. Berikut VSM dari UKM Ubi Kayu.
Gambar 5.1 Value Stream Mapping UD. Ubi Kayu
(Sumber : Dokumen Pribadi)

UD Ubi Kayu menggunakan dua bahan baku utama dalam proses produksinya, yaitu
tepung tapioka dan garam yang didapat dari supplier yang dipasok tiap minggunya.
Tepung tapioka dipasok dari supplier yang berasal dari kampung di sekitar pabrik
produksi, sedangkan garam dipasok dari supplier di Gresik. Dalam sehari, UKM Ubi
Kayu melakukan produksi sebanyak 2 kali. Dalam sehari, UD Ubi Kayu dapat
menghasilkan 7 hingga 8 kwintal kerupuk pasir. Proses produksi terdiri dari 4 mesin
diantaranya mesin penggiling untuk menggabungkan bahan baku menjadi adonan yang
kemudian dicetak menggunakan mesin pencetak. Kemudian, mesin pemotong
digunakan untuk memotong adonan, serta mesin pengkukus untuk mengukus potongan-
potongan kerupuk. Kesepuluh terdistribusi secara random pada tiap mesin, sehingga
tidak ada patokan tiap mesin perlu dioperasikan oleh berapa operator.
Tujuan dari penggunaan VSM adalah mengetahui titik-titik penumpukan inventori
pada proses bisnis, membantu menilai proses bisnis yang sedang berjalan secara
keseluruhan, serta membantu merancang proses yang diinginkan yaitu efisien, efektif,
dan bebas dari waste. Setelah dilakukan perhitungan VSM, didapatkan nilai Tc, Th, dan
MLT untuk semua mesin. Contohnya, untuk mesin penggiling didapatkan hasil Tc
(waktu siklus operasi) yaitu 26, Th (waktu handling) yaitu 2, dan MLT (manufacturing
lead time) yaitu 113,5.

VI. Kesimpulan
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan dari hasil kunjungan UD.
Ubi Kayu berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis. Berikut kesimpulan
yang didapat
1. Proses produksi UD Ubi Kayu yang awalnya terdiri dari 4 yaitu departemen
mesin penggiling, mesin pencetak, mesin pemotong, dan mesin pengkukus.
Dilakukan perbaikan departemen atau mesin ini menjadi 2 departemen yaitu
departemen mesin INGMOC (Integrated Grinder, Molder, and Cutter
Machine) dan pengukus. mesin penggiling, pencetak dan pemotong
disatukan menjadi satu departemen sehingga mampu mempersingkat waktu
produksi kerupuk pada UD Ubi Kayu.
2. Dengan adanya kondisi perbaikan perbaikan departemen atau mesin ini
menjadi 2 departemen yaitu departemen mesin INGMOC (Integrated
Grinder, Molder, and Cutter Machine) dan pengukus dapat
mengefisiensikan 2 orang tenaga kerja yang semula dari 6 orang menjadi 4
orang. Sehingga cost yang dikeluarkan UD. Ubi Kayu turun dan dapat
meningkatkan produktivitas
3. Waktu yang diperlukan UD Ubi Kayu dalam memproduksi kerupuk sebesar
486 menit, setelah dilakukan perbaikan dengan pengondisian mesin, maka
didapat waktu produksi improvement sebesar 193 menit. Berdasarkan hasil
tersebut, waktu yang digunakan akan menjadi lebih singkat dan efektif,
dengan adanya mesin IGMOC. Dengan adanya penghematan waktu tersebut,
hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas di UMKM Ubi kayu.
4. Dengan menggunakan metode Value Stream Mapping (VSM) didapatkan
nilai Tc, Th, dan MLT untuk semua mesin. Yaitu mesin penggiling sebesar
26, 2, dan 113.5, mesin pencetak 45, 5, dan 189.5, mesin pemotong 27, 7,
dan 117.5, mesin pengukus 24, 5, dan 105.5. Tujuan dari penggunaan VSM
adalah mengetahui titik-titik penumpukan inventori pada proses bisnis,
membantu menilai proses bisnis yang sedang berjalan secara keseluruhan,
serta membantu merancang proses yang diinginkan yaitu efisien, efektif, dan
bebas dari waste

Anda mungkin juga menyukai