Anda di halaman 1dari 19

BENTUK GAS

 Teori Kinetik Gas


N
n=
NA
n=mol
N=Banyak Partikel
NA=Bilangan Avogadro(6,02x1023 partikel/mol)
PV =nRT

R N
k= PV = RT
NA NA

R
PV =N T
NA
PV =NkT
P=Tekanan(ATM/Pascal/torr/psi/mmHg)
1ATM=760mmHg=760torr=1.01325x105Pascal/14,7psi
R=Tetapan Gas Ideal
R=0,0821 L.ATM/molK atau 62,634 L.torr/molK atau 8,3145 m3.Pascal/molK atau
8,3145 J/molK
n=mol
V=volume(L/m3)
L=dm3, m3=Kilo Liter
T=Suhu(Kelvin)
K=Tetapan Boltzman(1,38x10-23J/K)

 Hukum Difusi(Efusi) Graham

R 1 √ D2 √ Bobot Molekul 2
= =
R 2 √ D1 √ Bobot Molekul 1
R1=Laju difusi gas 1
R2=Laju difusi gas 2
D1=Rapatan gas 1 (bisa diganti Bobot Molekul)
D2=Rapatan gas 2 (bisa diganti Bobot Molekul)

 Hukum Henry
C=KPgas
C=Kelarutan gas M/molar
K=Tetapan Henry(biasanya dicari)
Pgas=Tekanan parsial gas
REDOKS
 Metode setengah reaksi
Langkah-langkah
1. Bagi persamaan reaksi menjadi 2 (Oksidasi dan Reduksi).
2. Setarakan unsur selain O dan H.
3. Setarakan unsur O dan H dengan cara:
Asam: +H2O pada ruas yang kekurangan unsur O
+H+ pada ruas yang kekurangan unsur H
Basa: +H2O pada ruas yang kelebihan unsur O
+OH- pada ruas yang kekurangan unsur H
4. Setarakan muatan pada tiap ruas dengan menambahkan e-(elektron).
5. Menyamakan jumlah e- pada kedua persamaan dengan metode KPK.
6. Eliminasi e- dari kedua persamaan.
7. Jumlahkan kedua persamaan reaksi (Oksidasi dan Reduksi).
8. Sederhanakan persamaan reaksi.
9. Untuk mengecek apakah reaksi sudah setara atau tidak, dapat dihitung jumlah muatan pada
tiap ruas. Apabila jumlah muatan pada kedua ruas sama, maka persamaan reaksi sudah setara.
Contoh
1)MnO4-+C2O42-->MnO2+2CO2 (BASA)
+7 +3 +4 +4
 Membagi persamaan menjadi 2
Oksidasi: C2O42-->2CO2 disini seluruh unsur sudah setara, tinggal menambahkan e- pada
ruas dengan muatan lebih besar. C2O42-->2CO2+2e-
Reduksi: MnO4-->MnO2 disini unsur Mn sudah setara, kemudian setarakan unsur O dengan
menambahkan H2O pada ruas yang kelebihan unsur O sejumah selisih unsur O dari kedua
ruas (4-2=2) dan menambahkan unsur OH- pada ruas yang berlawanan sejumlah 2x dari H2O
yang ditambahkan sebelumnya. MnO4-+2H2O->MnO2+4OH- . disini seluruh unsur sudah
setara, tinggal menambahkan e- pada ruas dengan muatan lebih besar. MnO4-+2H2O+3e--
>MnO2+4OH-
 Samakan jumlah e- pada kedua persamaan dengan metode KPK
C2O42-->2CO2+2e- |x3| 3C2O42-->6CO2+6e-
- - -
MnO4 +2H2O+3e ->MnO2+4OH |x2| 2MnO4-+4H2O+6e-->2MnO2+8OH
 Jumlahkan kedua persamaan reaksi 3C2O42- +2MnO4-
+4H2O>6CO2+2MnO2+8OH-

 Cek apakah muatan pada kedua ruas sama


3C2O42- +2MnO4-+4H2O->6CO2+2MnO2+8OH-
-6 -2 = -8
kedua ruas memiliki muatan yang sama yaitu -8, maka persamaan reaksi ini sudah setara.
2) MnO+PbO2->MnO4-+PB2+ (ASAM)
+2 +4 +7 +2
 Membagi persamaan reaksi menjadi 2
Oksidasi: MnO->MnO4- Disini unsur Mn sudah setara, kemudian setarakan unsur O dengan
menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan unsur O kemudian setarakan unsur H
dengan menambahkan H+ sejumlah 2 kali dari H2O yang ditambahkan sebelumnya.
MnO+3H2O->MnO4-+6H+.Disini seluruh unsur sudah setara, tinggal menambahkan e- pada
ruas dengan muatan yang lebih besar MnO+3H2O->MnO4-+6H++5e-
Reduksi: PbO2->PB2+ Di sini unsur PB sudah setara, kemudian setarakan unsur O dengan
menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan unsur kemudian setarakan unsur H dengan
menambahkan H+ sejumlah 2 kali dari H2O yang ditambahkan sebelumnya. PbO2+4H+-
>PB2++2H2O Disini seluruh unsur sudah setara tinggal menambahkan e- pada ruas dengan
muatan yang lebih besar. PbO2+4H++2e-->PB2++2H2O
 Samakan jumlah e- pada kedua persamaan dengan metode KPK
MnO+3H2O->MnO4-+6H++5e- |x2| 2MnO+6H2O->2MnO4-+12H++10e-
PbO2+4H++2e-->PB2++2H2O |x5| 5PbO2+20H++10e-->5PB2++10H2O
 Jumlahkan kedua persamaan reaksi: 2MnO+6H2O+5PbO2+20H+->2MnO4-+12H+
+5PB2++10H2O
 Sederhanakan persamaan reaksi: 2MnO+5PbO2+8H+->2MnO4-+5PB2++4H2O
 Cek apakah muatan pada kedua ruas sama
2MnO+5PbO2+8H+->2MnO4-+5PB2++4H2O
+8 = -2 10
kedua ruas memiliki muatan yang sama yaitu 8, maka persamaan reaksi ini sudah setara.

 Sel Volta
Sel Volta/Galvani, yaitu sel yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Reaksi
redoks spontan digunakan untuk menghasilkan listrik.
Anoda (-) Katoda (+)
Kutub (-) sumber arus Kutub (+) sumber arus
Mengalami oksidasi Mengalami reduksi
Melepas elektron Menerima elektron

Susunan sel volta :


V
e

jembatan
anoda (-) garam katoda (+)

kation (+) anion (-)

elektrolit anoda elektrolit katoda

Jembatan garam adalah penyempurna sel yang mengandung larutan garam dalam bentuk
koloid agar-agar yang:
1.Membuat rangkaian menjadi rangkaian tertutup.
2.Menyeimbangkan muatan elektrolit dengan memberi ion positif atau negatif.
Cara kerja sel volta:
Contoh: anoda M tercelup pada MA, katoda N tercelup pada NB.
1) Anoda teroksidasi menjadi semakin tipis, karena berubah menjadi ion yang larut dalam
elektrolit anoda.
M(s) -> Mx+(aq) + x e-
Hal ini menyebabkan anoda kelebihan ion positif.
2) Elektron yang dilepas bergerak ke katoda melalui kawat penghantar.
3) Katoda tereduksi menjadi menebal/ mengendap, karena ion logam dari elektrolit
katoda menerima elektron.
Ny+(aq) + y e- -> N(s)
Hal ini menyebabkan katoda kelebihan ion negatif.
4) Karena terjadi kelebihan ion positif pada anoda dan ion negatif pada, terjadi
ketidakseimbangan muatan yang menyebabkan reaksi tidak berkelanjutan.
5) Kelebihan dan kekurangan tersebut dinetralkan oleh jembatan garam yang
memberikan ion positif dan negatif ke daerah yang membutuhkan.
Reaksi sel volta:

A:M ->Mx+ + x e-
K:Ny++ y e- ->N+

M + Ny+ -> Mx+ + N


(setarakan mol elektron)

Macam-macam elektroda pada sel Volta:


1) Elektroda padat/logam
Logam padat dijadikan elektroda dan bereaksi.
Contoh: elektroda Fe pada larutan FeSO4, elektroda Ni pada larutan H2SO4.
2) Elektroda tidak padat
Apabila elektroda merupakan elektroda inert (Pt, Au dan C), maka zat lainlah yang
mengalami reaksi sel, sesuai aturan sel elektrolisis.
Contoh: ion Fe3+ bertindak sebagai katoda dan tereduksi menjadi Fe2+ apabila katoda
sesungguhnya adalah Pt.
Diagram sel volta adalah notasi singkat yang menggambarkan terjadinya reaksi pada sel
Volta.
Diagram sel volta dengan elektroda padat: Reaksi sel (elektroda padat)
A + Bx+ d Ay+ + B
Diagram sel
A | Ax+ || By+ | B
Contoh soal
Pada suatu sel Volta, anoda besi tercelup pada FeSO4, katoda nikel tercelup pada NiSO4.
Buatlah reaksi sel dan diagram selnya!
Jawab:
A: Fe -> Fe2+ + 2e
K: Ni2+ + 2e -> Ni +

Fe + Ni2+ -> Fe2+ + Ni


Diagram sel: Fe | Fe2+ || Ni2+ | Ni

Diagram sel volta dengan elektroda tidak padat: Reaksi sel (elektroda inert, E:[Pt, Au,
C])
A + Bx+ -> Ay+ + B
Diagram sel
E | A | Ax+ || By+ | B | E

Contoh soal:
Pada suatu sel Volta, anoda Pt tercelup pada H2SO4, katoda Pt tercelup pada Ce(NO3)4.
Buatlah reaksi sel dan diagram selnya!
Jawab: Karena elektroda inert, maka aturan reaksi mengikuti aturan sel elektrolisis,
sehingga: Reaksi sel volta:
A: H2 -> 2H+ + 2e
K: 2Ce4+ + 2e -> 2Ce3+ +

H2 + 2Ce4+ -> 2H+ + 2Ce3+


Diagram sel: Pt | H2 | H+ || Ce4+ | Ce3+ | Pt

Makna diagram sel volta:


1) Tanda | menyatakan reaksi yang terjadi pada elektroda
2) Tanda || menyatakan jembatan garam
Pada diagram sel volta, koefisien reaksi tidak berpengaruh.
Potensial Elektroda

Deret Volta adalah deret elektrokimia/ kereaktifan logam yang menunjukkan nilai potensial
elektroda standar logam (Eo).
Reaksi pendesakan adalah reaksi dimana suatu logam mendesak tempat ion logam lain
dalam suatu senyawa.
Reaksi pendesakan pada sel Volta berlangsung apabila logam pendesak berada di sebelah
kiri logam yang didesak pada deret Volta.
Pada sel Volta, logam pendesak merupakan anoda, dan logam yang didesak merupakan
katoda.
Contoh soal:
Pada sel Volta dengan anoda Zn yang tercelup pada ZnSO4, dan katoda Cu yang tercelup
pada CuSO4, berlangsung reaksi:
Zn + CuSO4 -> ZnSO4 + Cu
Zn + Cu2+ + SO42- -> Zn2+ + SO42- + Cu
Zn + Cu2+ -> Zn2+ + Cu
Dapat dikatakan bahwa Zn mendesak Cu2+ dari CuSO4, sehingga Zn dapat berikatan dengan
SO42-.
Potensial elektroda standar (Eo) adalah ukuran besarnya kecenderungan suatu unsur untuk
melepaskan atau mempertahankan elektron, diukur dalam keadaan standar.
Nilai potensial elektroda mengacu pada deret Volta dan dikaitkan dengan reaksi reduksi,
sehingga nilainya:
Eo = Eoreduksi = -Eooksidasi
Sifat deret Volta:
1) Makin ke kanan, logam makin mudah tereduksi (nilai Eo lebih positif).
2) Makin ke kiri, logam makin mudah teroksidasi (nilai Eo lebih negatif).
Potensial sel standar (Eosel) adalah beda potensial listrik antara anoda dan katoda pada sel
Volta, diukur dalam keadaan standar. Potensial sel tidak dipengaruhi koefisien reaksi.
Potensial sel standar dapat dihitung:
Eosel = Eo katoda - Eoanoda
Contoh soal:
Tentukan nilai potensial sel jika anodanya adalah Zn dengan Eo = -0,76 V, dan katodanya
adalah Ag dengan Eo = +0,80 V!
Berarti anoda mengalami oksidasi, sehingga nilai Eo harus diubah tandanya.
A: Zn -> Zn2+ + 2e-
Eo = +0,76 V
K: 2Ag+ + 2e- -> 2Ag Eo = +0,80 V +

Zn + 2Ag+ -> Zn2+ + 2Ag Eosel = +1,56 V


Nilai potensial sel menunjukkan:
1) Tegangan yang dihasilkan sel.
2) Jika nilai Eosel > 0, maka reaksi sel spontan (berlangsung).
3) Jika nilai Eosel ≤ 0, maka reaksi sel tidak spontan (tidak berlangsung).

Reaksi sel tidak spontan terjadi karena penempatan anoda dan katoda tidak mengacu pada
deret Volta, sehingga Eosel bernilai negatif.
Contoh soal:
Diketahui potensial elektroda Zn adalah -0,76 V, Cu adalah +0,34 V, dan Al adalah -1,66 V.
Tentukan kemungkinan sel volta yang dapat dibuat sehingga terjadi reaksi spontan!
Kemungkinan yang dapat dibuat (Eosel positif):
Se Katod Anod Eo sel
l a a
I Cu Zn (+0,34) – (–0,76) =
+1,10 V
II Cu Al (+0,34) – (–1,66) =
+2,00 V
III Zn Al (–0,76) – (–1,66) =
+0,90 V
Zat Cair

 Sifat zat cair

-Rapat Massa
-Kekentalan
-Kemampatan
-Tegangan Permukaan
-Kapilaritas

 Rapat Massa/ Massa jenis¿)

ρ (rho) didefinisikan sebagai massa zat cair tiap satuan volume pada temperatur dan tekanan

tertentu.
m
ρ=
V
m = massa zat cair (kg),
V = volume zat cair (m3),
ρ = rapat massa/massa jenis (kg/m3).

 Berat jenis( γ )
Berat jenis( γ )adalah berat benda tiap satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu.
γ = ρ× g
γ = berat jenis N/m3 (SI) atau kgf/m3(MKS)
ρ = rapat massa (kg/m3)(SI) atau kgm/m3(MKS)
g = percepatan gravitasi (m/s2).

 Rapat relatif (S)


Rapat relatif adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat dan rapat massa air.
ρ zat cair γ zat  cair
S= =
ρair γ air

Contoh soal
1.Suatu tangki berisi zat cair dengan massa 1200 kg dan volume 0,952 m3. Hitung berat, rapat
massa, berat jenis dan rapat relatif zat cair.
Diketahui:
m = 1200 kg; V = 0,952 m3
Jawab:
W=m.g=1200×9,81= 11772 kgm/s2
W= 11772 N = 11,772 KiloNewton
m 1200
Rapat massa=ρ= =
V 0,952
= 1260,504 kg/m3
W 11,772
Berat Jenis = γ = = = 12,365 kN/m3
V 0,952
ρzat 1260,504
Rapat relatif (S) = = =1,26
ρair 1000

 Kemampatan zat cair


Kemampatan zat cair didefinisikan sebagai perubahan (pengecilan) volume karena adanya
perubahan (penambahan) tekanan, yang ditunjukkan oleh perbandingan antara perubahan
tekanan dan perubahan volume terhadap volume awal.
−∆ P
K=
∆V ×V
Contoh soal
1.Modulus elastisitas air adalah K = 2,24 x 10 9N/m2. Berapakah perubahan volume dari 1 m3
air bila terjadi pertambahan tekanan sebesar 20 bar (1 bar = 10 5 N/m2).
Diketahui:
K = 2,24 x 10 9N/m2 ; V=1m3 ; ∆ P=20×10 5 N/m2
Ditanya:∆ V
Jawab:
−∆ P −20 ×105
∆V = = = 0,00089m3
K ×V 2,24 x 109 ×1

2.Tangki baja tahan tekanan tinggi berisi zat cair, yang pada tekanan 10 atmosfer mempunyai
volume 1,232 liter. Pada tekanan 25 atmosfer volume zat cair adalah 1,231 liter. Berapakah
modulus elastisitas zat cair ?.
Diketahui:
P1=10Atm=10x105N/m2 P2=25Atm=25x105N/m2
-3 3
V1=1,232L=1,232x10 m V2=1,231L=1,231x10-3m3
Ditanya: K
Jawab:
−∆ P −25× 105−10 ×10 5 −15 ×10 5
K= = = =15x1011
∆V ×V 1.231×10−3−1.232 ×10−3 −0.001× 10−3
 Kekentalan zat cair (Viskositas)

A×v F
F=μ =τ
L A

F v v
=μ τ =μ
A L L

μ
υ=
ρ
F = Tekanan (N)
A = Luas Keping yang bersentuhan dengan Fluida (m²)
L = Jarak antar kedua plat/keping (m)
v = Kelajuan fluida (m/s)
µ = Kekentalan/Viskositas dinamik (Nsekon/m2)
τ = Tegangan geser zat cair (N/m2).
υ = Kekentalan/Viskositas mekanik (m2/s)
Contoh soal
1. Hitung viskositas kinematik zat cair yang mempunyai rapat relatif 0,95 dan viskositas
dinamik 0,0011 Ns/m2.
Diketahui:
S=0.95
µ=0,0011 Ns/m2
Ditanya:υ
Jawab:
ρzc
S= =0,95 → ρzc =0,95 ×1000=950
ρair
μ 0,0011
υ= = =1,16 ×1 0−6 m 2 /s
ρ 950
2. Dua buah plat horisontal ditempatkan dengan sejajar dengan jarak 12,5 mm. Ruang
diantara-nya diisi oli dengan viskositas 14 poise. Hitung tegangan geser ada oli, apabila plat
atas bergerak dengan kecepatan 2,5 m/s.
Diketahui:
L=12.5mm=0.0125m
µ=14poise=14x10-1Ns/m2 (1 poise=0.1Ns/m2)
v=2,5m/s
Jawab:
v 2,5
τ =μ =1,4 × =280    N /m2
L 0,0125
 Tegangan permukaan (σ )
Tegangan permukaan adalah kecenderungan permukaaan zat cair untuk menegang sehingga
permukannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan.
F
σ=
d
σ = tegangan permukaan (N/m)
F = gaya tegangan permukaan (N)
d = panjang permukaan (m)
Contoh soal
1.Pada peristiwa tegangan permukaan dketahui gaya tegang 4N. Jika panjang permukaannya
20 cm, maka tentukanlah besar tegangan permukaannya.
Diketahui:
F=4N d=20cm=0.2m
Ditanya: σ
Jawab:
F 4
σ= = =20N/m
d 0.2

 Kapilaritas
Kapilaritas adalah adalah peristiwa naik turunnya permukaan fluida di dalam pipa kapiler
atau pembuluh sempit.
P . σ .Cosθ=A .h . γ γ = ρ× g

2 π r . σ . cos θ . π . r 2 . h . γ

2. σ . cos θ 2. σ . cos θ
h= h=
γ .r ρ . g .r

P = keliling basah (m)


h = ketinggian fluida pada pipa kapiler (m)
σ = tegangan permukaan (N/m)
γ = berat jenis(N/m3)
θ = sudut kontak
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitas (m/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (m)
Apabila tabung bersih,θ = 0 ° untuk air dan 140 ° untuk air raksa.
Contoh soal
Tabung gelas berdiameter 3 mm dimasukkan secara vertikal ke dalam air. Hitung kenaikan
kapiler apabila tegangan permukaan σ = 0,0736 N/m. Tabung adalah bersih.
Diketahui:
d=3mm=0,03m, r=d/2=0,0015m
σ = 0,0736 N/m ρ=1000
g = 10m/s2 σ = 0,0736 N/m
Ditanya:h
Jawab:
2 σ cos θ
h= ,  apabila tabung bersih θ=0 °
ρ gr
2  σ 2× 0,0736
h= = =0,010  m=1,0 cm
ρ  g r 1000 × 9,81× 0,0015
HUKUM TERMODINAMIKA

 Definisi Termodinamika
Termodinamika adalah suatu ilmu yang menggambarkan usaha  untuk mengubah kalor
(perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat
pendukungnya.
Jenis-jenis system termodinamika
1. Terbuka: Sistem dimana antara sistem dan lingkungannya dapat terjadi pertukaran
massa dan energi. Contoh: Proses penguapan air
2. Tertutup: Dimana antara sistem dan lingkungannya dapat terjadi pertukaran energi
saja. Contoh: Gas dalam silinder tertutup
3. Terisolasi: Sistem dimana antara sistem dan lingkungannya tidak dapat terjadi
pertukaran baik massa maupun energi.
Berdasarkan homogenitas, sistem dibagi menjadi:
1. Sistem Homogen: sistem yang hanya terdiri atas 1 fase.
2. Sistem heterogen: sistem yang terdiri dari lebih dari 1 fase.
Dikatakan 1 fase adalah, jika suatu zat baik terdiri dari 1 komponen atau lebih, tetapi tidak
dapat dibedakan secara fisik.
Properti Sistem
1. Properti Intensive: properti yg nilainya tidak tergantung pada total jumlah
materi/substansi yang ada, tetapi hanya tergantung pada konsentrasi dari zat dalam
sistem. Contoh: Tekanan, Densitas, massa per mole, volume per mol, energi per mol.
2. Properti Extensive: properti dari suatu sistem yang nilainya tergantung dari jumlah
substansi/zat yang ada, contoh: Massa, Volume, Energi.

 Hk. Termodinamika 0
"Jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka
berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain"

 Hk. Termodinamika I
Hukum termodinamika I adalah hukum kekekalan energi pada gas, berbunyi:
1. Kalor yang diterima gas digunakan untuk mengubah energi dalam gas menjadi usaha.
2. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
3. Meskipun energi kalor telah berubah menjadi (usaha luar) dan energi dalam, jumlah
seluruh energi itu selalu tetap.
Persamaan hukum termodinamika I:
Q= ΔU +W
Q = energi kalor (J)
ΔU = perubahan energi dalam (J)
W = usaha gas (J)
Usaha (W) pada gas dapat dirumuskan:
W =P. Δ V W =nR ΔT
V2

W =∫ P ( V ) dV
V1

Usaha pada grafik hubungan P-V:

P W = luas raster P-V

Perubahan energi dalam (U) dapat dirumuskan:


3
Δ U =U 2−U 1 ΔU = nR Δ T
2
Makna nilai usaha dan perubahan energi dalam:
1. +W berarti gas melakukan usaha, volume bertambah (ekspansi).
2. -W berarti gas menerima usaha, volume berkurang (kompresi).
3. +ΔU berarti terbentuk energi dalam, suhu naik.
4. -ΔU berarti energi dalam berubah menjadi usaha, suhu turun.
Proses-proses pada gas:
1. Proses isobarik (P konstan)
P

V1 V2
=
T1 T2
V
V1 V2
Pada proses isobarik, berlaku:
P1=P2

ΔU =U 2−U 1 W =P. Δ V

Hukum termodinamika I
Q= ΔU +W

2. Proses isokhorik (V konstan)


P

P1 P2
=
T1 T2

Pada proses isokhorik, berlaku:

V 1=V 2 Δ V =0

ΔU =U 2−U 1 W =0

Hukum termodinamika I
Q= Δ U

3. Proses isotermik (T konstan)

P1 V 1=P2 V 2
V
V1 V2

Pada proses isotermik, berlaku:

T 1=T 2 Δ T =0

V2
ΔU =0 W =nRT . ln
V1

Hukum termodinamika I
Q=W

4. Proses adiabatik (Q = 0)
P
P1 V 1γ=P2 V 2γ

V
T 1 V 1γ −1=T 2 V 2γ −1

Pada proses adiabatik, berlaku:

Q=0

Tetapan Laplace pada gas monoatomik:

5 3
C P = nR C V = nR γ ≈ 1.6
2 2

Tetapan Laplace pada gas diatomik:

7 5
C P = nR C V = nR γ ≈ 1.4
2 2

Hubungan kapasitas kalor CP dan CV:

C P −CV =nR W =(C P −CV ) Δ T

Hukum termodinamika I
W =−ΔU

 Hk. Termodinamika II
Hukum termodinamika II dinyatakan oleh Clausius dan Thomas-Kevin-Planck.

1)Kalor tidak mengalir spontan dari dingin ke panas, kecuali ada usaha dari luar.
2)Tidak ada mesin yang dapat mengubah kalor menjadi usaha secara utuh dan
reversibel.
3)Tidak ada mesin yang bekerja hanya dengan mengambil energi dari reservoir
panaskemudian membuangnya kembali untuk menghasilkan mesin abadi.

Reversible and Irreversible

1. Reversible Processes: proses yang dapat dibalik tanpa meninggalkan jejak pada
lingkungannya.

2. Ireversible Processes : kebalikan dari proses reversible


Contoh: Balok meluncur pada bidang, tenaga mekanik balok dikonversikan ke
tenaga internal balok & bidang (kalor) saat gesekan. Gelas yang pecah, tak akan
kembali kebentuk semula. Sebab mengalami perubahan permanen.

“Proses reversible memiliki efesiensi maksimum yang mungkin dari suatu


mesin kalor.”
Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi
usaha
Perubahan entropy dinyatakan dalam ,∆ S=S 2−S1
dq
dS=
T
Apabila proses dalam keadaan reversibel pada temperatur kontan, maka persamaan
q
menjadi ∆ S=
T
Perubahan entropy pada sistem terisolasi ∆ S=0

Mesin kalor/panas adalah mesin yang mengubah kalor dari suatu sumber kalor
(reservoir panas) menjadi usaha dan sebagian lainnya dibuang ke lingkungan (reservoir
dingin).
MESINPA
R.PANAS Q1 NAS
Q2 R. DINGIN

Hukum termodinamika II
Q 1=W + Q 2 W =Q 1−Q 2

Efisiensi mesin panas

W Q
η= × 100 % η=(1− 2 ) ×100 %
Q1 Q1
η = efisiensi mesin panas (<100%)
W = usaha (J)
Q2 = kalor yg diterima dari reservoir panas (J)

Mesin panas Carnot adalah mesin panas yang efisiensinya mendekati 100% atau mesin
ideal.

Siklus Carnot:
P Q2 T 2
=
Q1 T 1
Q1 T1
Q1 dan Q2 = kalor input dan output (J)
T1 dan T2 = suhu tinggi dan rendah (K)
T
2
Q2
V
Hukum termodinamika II
Q1=W + Q2 W =Q1−Q2

Efisiensi mesin panas

T2 W T2
η=(1− )× 100 =(1− )
T1 Q1 T1

 Hk. Termodinamika III


“Pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti
dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum
entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.”

Penjelasan Hk. Termodinamika III

1. Hukum Termodinamika Ketiga menyatakan bahwa pada suhu 0 K (-273 C)


sistem ada dalam kondisi diam atau statis.

2. Kondisi suhu lingkungan kita, anggap saja suhu ruang (25 C- 298 K) berada pada
suhu yang tidak memungkinkan sistem untuk diam. Muncul lah Entropi.

3. Entropi merupakan derajat ketidakteraturan sistem. Dimana, semakin


tidakteraturnya sistem, maka entropinya semakin besar. Dalam kondisi suhu
lingkungan tadi, kita diminta alam untuk terus bergerak.

Anda mungkin juga menyukai