Anda di halaman 1dari 14

Tugas Ekonomi Pembangunan

Makalah Permasalahan Yang Dialami Oleh Negara


Yang Sedang Berkembang

NAMA : FIRMANSYAH
STAMBUK : 186601207
RUANGAN : L1.01

DPROGRAM STUDI
MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM


KENDARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Permasalahan Pembangunan di Negara
Yang Sedang Berkembang” ini bertujuan untuk mengetahui apa saja
permasalahan pembangunan di negara yang sedang berkembang pada umumnya.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dan
jauh dari kesempurnaan itu dikarenakan kemampuan kami yang terbatas. Maka
dari itu, kami menerima kritik dan saran yang positif dari para pembaca.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri
dan bagi para pembaca umumnya serta semoga makalah ini dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi dimasa yang
akan datang khususnya dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan.

Kendari, 17 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2.Tujuan Penulisan...................................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah.................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................4
MASALAH YANG DI HADAPI NEGARA BERKEMBANG.....................................4
2.1. Masalah-masalah di Negara Berkembang......................................................4
2.2. Sifat / Karakteristik / Ciri-Ciri Negara Berkembang di Dunia....................5
2.3. Upaya Pembangunan di Negara Berkembang...............................................7
2.4. Masalah Sosial Ekonomi di Negara Berkembang....................................8
2.5. Strategi Pembangunan Indonesia, Pengangguran dan Inflasi...................9
2.5.1. Strategi Pembangunan Indonesia.................................................................9
2.5.2. Pengangguran dan Inflasi..........................................................................10
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..................................................................................................12
3.2. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Negara berkembang adalah negara yang sedang membangun menuju
negara modern. Didalamnya terdapat suatu proses perubahan di segala bidang
kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu.
Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya
perubahan sosial dan budaya sebagai pendukung keberhasilannya.
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan tinggi pada
perekonomian luar negeri yang bersifat rentan akibat hanya mengandalkan ekspor
komoditas primer yang tidak menentu.
Saat ini permasalahan tersebut cukup serius dan setiap negara berkembang
harus melakukan proses perubahan ke arah modernisasi dengan cara
melaksanakan pembangunan di segala bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya
tidak semua pembangunan tersebut membawa kemajuan. Sering pada bidang-
bidang tertentu bisa juga mengalami kemunduran.
Oleh karena itu, pembangunan di negara berkembang harus dilakukan
semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain adalah untuk mengatasi permasalahan-
permasalahn di atas. Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh negara
berkembang seperti yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah
tingkat kehidupan yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan
pertumbuhan populasi serta tanggungan beban yang tinggi.

1.2.Tujuan Penulisan
Supaya mahasiswa dapat lebih memahami terhadap situasi ekonomi yang
mana sekarang menjadi topik hangat dan dilema luar biasa bagi seluruh dunia.
Mahasiswa dapat memecahkan masalah kecil yang berhubungan dengan rencana
pembangunan di Negara kita. Diharapkan pula, makalah ini dapat menjadi acuan
belajar dalam mempelajari permasalahan ekonomi.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang diatas, Penyusun membuat identifikasi
permasalahan terhadap penelitian yang dilakukan oleh penyusun sebagi berikut:
1. Apa saja masalah yang dihadapi negara yang sedang berkembang?
2. Apa saja ciri-ciri negara yang berkembang di dunia?
3. Apa saja faktor-faktor yang dapat memajukan negara yang ingin
berkembang ?
4. Bagaimana kita mengetahui bahwa masalah sosial ekonomi merupakan hasil
dari perkembangan masyarakat dan perubahan zaman yang begitu cepat.
Terlebih lagi saat memasuki era perdagangan bebas nanti?
5. Apakah strategi pembangunan Indonesia, tingkat pengangguran dan inflasi?

BAB II

MASALAH YANG DI HADAPI NEGARA BERKEMBANG

2.1. Masalah-masalah di Negara Berkembang


Masalah-masalah yang dihadapi negara yang sedang berkembang di
antaranya:
1. Standar hidup yang rendah, yaitu pendapatan nasional perkapita, tingkat
pertumbuhan relative pendapatan nasional dan pendapatan perkapita,
distribusi pendapatan nasioanal, tingkat kemiskinan, kesehatan dan
pendidikan.
2. Produksi yang rendah, yaitu sumber daya manusia yang tidak memadai
dan kesehatan fisik yang rendah.
3. Tingkat pertumbuhan penduduk dan ketergantungan yang terlalu tinggi.
4. Tingkat pengangguran terbuka dan terselubung yang terlalu tinggi dan
terus melonjak.
5. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor barang-barang
primer. Hal ini dikarenakan:
a. tingkat produksivitas pertanian yang rendah
b. ketergantungan pada ekspor primer
6. Sistem hukum dan infrastruktur yang mapan.
7. Ketergantungan yang dominan pada dunia internasional.

2.2. Sifat / Karakteristik / Ciri-Ciri Negara Berkembang di Dunia


Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia memiliki karakter atau
ciri sebagai berikut:
1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi
Tingkat pertambahan penduduk di negara berkembang umumnya lebih
tinggi dua hingga empat kali lipat dari negara maju. Hal ini disebabkan oleh
tingkat pendidikan dan budaya di negara berkembang yang berbeda dengan di
negara maju. Hal tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah di masa depan
yang berkaitan dengan makanan, rumah, pekerjaan, Pendidikan dan lain
sebagainya.
2. Tingkat Pengangguran Tinggi
Akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan persaingan
untuk mendapatkan pekerjaan menjadi tinggi. Jumlah tenaga kerja lebih banyak
daripada kesempatan lapangan kerja yang tersedia dan tingkat pertumbuhan
keduanya yang tidak seimbang dari waktu ke waktu.

3. Tingkat Produktivitas Rendah


Jumlah faktor produksi yang terbatas yang tidak diimbangi dengan jumlah
angkatan kerja mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga sektor usaha
mengalami kesulitan untuk meningkatkan produksinya.
4. Kualitas Hidup Rendah
Akibat rendahnya tingkat penghasilan, masyarakat mengalami kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dll. Banyak yang
kekurangan gizi, tidak bisa baca tulis, rentan terkena penyakit, dan lain
sebagainya.
5. Ketergantungan Pada Sektor Pertanian /Primer
Umumnya masyakat adalah bermata pencaharian petani dengan
ketergantungan yang tinggi akan hasil sektor pertanian.
6. Pasar & Informasi Tidak Sempurna
Kondisi perekonomian negara berkembang kurang berkompetisi sehingga
masih dikuasai oleh usaha monopoli, oligopoli, monopsoni dan oligopsoni.
Informasi di pasar hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja.
7. Tingkat Ketergantungan Pada Angkatan Kerja Tinggi
Perbandingan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori angkatan
kerja dengan penduduk non angkatan kerja di negara sedang berkembang nilainya
berbeda dengan dengan di negara maju. Dengan demikian di negara maju
penduduk yang berada dalam usia nonproduktif lebih banyak bergantung pada
yang masuk angkatan kerja.
8. Ketergantungan Tinggi Pada Perekonomian Eksternal Yang Rentan
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan tinggi pada
perekonomian luar negeri yang bersifat rentan akibat hanya mengandalkan ekspor
komoditas primer yang tidak menentu.

Ciri-ciri lainnya dari negara yang sedang berkembang:


1. Tidak cukup makan.
2. Struktur agraria lemah, karena pemilikan tanah yang kecil.
3. Industri kurang berkembang di sebagian daerah.
4. Tidak banyak menggunakan yang dibangkitkan dengan mesin.
5. Ketergantungan ekonomi, karena perusahaan-perusahaan besar ada di tangan
orang asing, atau negara tersebut masih tergantung pada luar negeri.
6. Struktur sosial yang masih feodal (menggunakan paham lama).
7. Tingkat pengangguran yang sangat besar jumlahnya dan tersebar di beberapa
wilayah.
8. Tingkat pengajaran rendah atau mutu pendidikan yang kurang baik.
9. Angka kelahiran tinggi.
10. Kesehatan yang kurang memadai.
11. Orientasi kepada tradisi dan kepada kelompok.
12. Kekayaan alam belum diolah semaksimal mungkin.
13. Kemiskinan, dan hal ini memang sangat mengkhwatirkan.
14. Kebodohan dan keterbelakangan.
15. Kurangnya tenaga ahli di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
16. Kesehatan kurang.
17. Pendidikan tidak memadai.
18. Ketahanan nasional lemah.

2.3. Upaya Pembangunan di Negara Berkembang


Saat ini permasalahan-permasalahan yang tersebut pada pembahasan
sebelumnya sudah menjadi cukup serius dan setiap negara berkembang harus
melakukan proses perubahan ke arah modernisasi dengan cara melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua
pembangunan tersebut membawa kemajuan. Sering pada bidang-bidang tertentu
bisa juga mengalami kemunduran. Faktor-faktor yang membuat pembangunan di
suatu negara mengalami kemajuan di antaranya:
1. Masyarakat mampu menerima adanya suatu perubahan dengan segala
resikonya.
2. Masyarakat harus menyadari bahwa perubahan tersebut memang sengaja
dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Dikarenakan negara berkembang adalah negara yang sedang membangun
menuju negara modern, di dalamnya terdapat suatu proses perubahan di segala
bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana
tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya
perubahan sosial dan budaya sebagai pendukung keberhasilannya.
Hanya dengan perubahan melalui pembangunan akan diperoleh suatu
kemajuan yang akan meningkatkan taraf kehidupan. Apabila mengalami
kemunduran, berarti masyarakat kurang siap menerima perubahan yang terjadi.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Terlalu banyak kekuatan dominan yang tidak menyetujui adanya perubahan.
2. Terjadinya revolusi yang mengakibatkan masyarakat mengalami
disorganisasi.
3. Perubahan yang terlalu cepat karena terjadi bencana alam (bagi negar yang
sedang tertimpa bencana).
4. Dalam negara yang sedang dijajah, pihak penjajah memaksakan perubahan.
Oleh karena itu, pembangunan di negara berkembang harus dilakukan
semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain adalah untuk mengatasi permasalahan-
permasalahn di atas. Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh negara
berkembang seperti yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah
tingkat kehidupan yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan
pertumbuhan populasi serta tanggungan beban yang tinggi.
2.4. Masalah Sosial Ekonomi di Negara Berkembang
Kesenjangan sosial ekonomi merupakan salah satu permasalahan yang
dihadapi negara yang sedang berkembang, yaitu suatu keadaan yang tidak
seimbang di bidang sosial ekonomi dalam kehidupan masyarakat atau adanya
jurang pemisah yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin. Kesenjangan ini
timbul sebagai suatu keadaan yang menggambarkan tidak adanya kesamaan
kemampuan dari para warga masyarakat di bidang sosial dan ekonomi. Ada
individu dalam masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya, sehingga dapat mencapai kedudukan sosial ekonomi yang tinggi.
Seperti menduduki jabatan tertentu atau berhasil menjadi orang kaya. Tetapi ada
juga individu yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan tuntutan
lingkungannya, sehingga tidak dapat meraih suatu status sosial dan ekonomi yang
tinggi. Seperti hidupnya miskin, menjadi pengangguran, atau menjadi pekerja
rendahan (buruh).
Berdasarkan sejarah kehidupan manusia, gejala yang menggambarkan
kedaaan kaya dan miskin secara berdampingan dalam kehidupan masyarakat
merupakan masalah sosial atau merupakan gejala sosial yang wajar terjadi dalam
perkembangan masyarakat. Tetapi setelah masyarakat berencana melakukan
modernisasi di segala bidang penghidupan, terutama di bidang industri/ekonomi,
maka timbullah nilai-nilai sosial yang baru. Seperti munculnya konsep masyarakat
tradisional dan masyarakat modern, masyarakat ekonomi maju dan masyarakat
ekonomi terbelakang, sehingga muncul individu sebagai makhluk sosial. Pada
waktu itulah individu sadar akan kedudukan sosial dan ekonominya, sehingga
menggolongkan dirinya sebagai orang kaya dan miskin. Kemiskinan kemudian
dianggap sebagai pemicu masalah sosial yang sangat dibenci oleh masyarakat.
Diikuti oleh timbulnya kecemburuan sosial, tindakan provokasi, dan aksi-
aksi sosial warga masyarakat miskin, seperti berupa gerakan demontrasi atau
pemogokan dari pekerja rendahan (buruh). Tuntutan kebebasan berusaha,
kenaikan gajiatau upah, dan lain sebagainya. Kemudian muncul anggapan bahwa
lembaga ekonomi masyarakat belum berfungsi dengan baik. Sehingga perlu
dibenahi agar lebih adil dan merata.
Bila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hal-hal yang bersifat
kriminalitas (kejahatan) tumbuh subur dengan baik. Seperti korupsi, kolusi,
nepotisme, pencurian, perkelahian, pembunuhan, penipuan, dan lain sebagainya.
Tindak kriminalitas ini berhubungan langsung dengan kondisi dan proses-proses
sosial ekonomi. Secara umum seperti terjadinya gerak dan perubahan sosial,
persaingan dan pertentangan, konflik budaya, ideologi, politik, ekonomi, agama,
dan lain-lain. Sebagai wujud imitasi (tiruan), kompensasi, identifikasi, konsepsi
pribadi, dan kekecewaan yang agresif tanpa bisa berpikir panjang lagi.
Dari uraian diatas akhirnya kita tahu bahwa masalah sosial ekonomi
merupakan hasil dari perkembangan masyarakat dan perubahan zaman yang
begitu cepat. Terlebih lagi saat memasuki era perdagangan bebas nanti.

2.5. Strategi Pembangunan Indonesia, Pengangguran dan Inflasi


2.5.1. Strategi Pembangunan Indonesia
Strategi pembangunan di Indonesia tidak mengenal perbedaan strategi
yang ekstrem. Sebagai contoh selain strategi pemerataan pembangunan, Indonesia
tidak mengesampingkan strategi pertumbuhan dan strategi yang berwawasan
ruang (terbukti dengan dibaginya wilayah Indonesia dengan berbagai wilayah
pembangunan I, II, III dan seterusnya). Periode ini kemudian disusul dengan
periode Repelita dan dalam setiap Repelita, khususnya sejak Repelita II, strategi
pembangunan ekonomi yang diberlakukan di Indonesia adalah strategi yang
mengacu pada pertumbuhan yang sekaligus berorientasi pada keadilan
(pemerataan), menghapus kemiskinan, dan juga keadilan (pemerataan) antar
daerah. Pembagian wilayah pembangunan ini tidak didasarkan pada pembagian
secara adminstratif politis yang ada.
- REPELITA I
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri yang mendukung
sektor pertanian meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
- REPELITA II
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat
bagi tahap selanjutnya.
- REPELITA III
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi
meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
- REPELITA IV
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-
usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri,baik industri ringan yang akan terus
dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya dan meletakkan landasan
yang kuat bagi tahap selanjutnya.

2.5.2. Pengangguran dan Inflasi


Pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya
di negara-negara sedang berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang
seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya
lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Masalah pengangguran juga
dialami oleh negara-negara maju akan tetapi permasalahan pengangguran di
negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara
berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya Busines Cycle dan
bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun
masalah sosial politik di negara tersebut.
Akibat krisis finansial yang memporak-porandakan perekonomian di
Indonesia, banyak pengusaha yang bangkrut karena dililit hutang bank atau
hutang ke rekan bisnis sehingga begitu banyak pekerja atau buruh pabrik yang
terpaksa di PHK oleh perusahaan karena perusahaan harus mengurangi besarnya
cost yang dipakai untuk membayar gaji para pekerjanya. Hal inilah yang yang
menjadi salah satu faktor terjadinya pelonjakan angka pengangguran dalam waktu
yang relatif singkat (ledakan pengangguran). Ledakan pengangguran yang terjadi
di indonesia berawal sekitar tahun 1997 akhir atau 1998 awal dikarenakan
terjadinya krisis moneter yang hebat melanda asia khususnya asia tenggara yang
mendorong terciptanya likuiditas ketat sebagai reaksi terhadap gejolak moneter.
Di Indonesia kebijakan likuidasi atas 16 bank akhir november 1997 membuat
sekitar 8.000 karyawannya menganggur.
Dan dalam waktu yang tidak lama 7.196 pekerja dari 10 perusahaan juga
terkena PHK. Ditambah lagi diawal tahun 1998 1,4 juta pengangguran menambah
daftar permasalahan yang harus segera ditanggulangi oleh pemerintah Indonesia
(Andreas, 2001).
Selama periode 2004-2009, tingkat pertumbuhan ekonomi yang
diharapkanantara 4,5 persen sampai 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu
diperkirakan hanya dapat menyerap angkatan kerja baru sekitar satu sampai satu
setengah juta pekerja saja. Pada masa lalu, setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1
persen mampu menyerap sekitar 400.000 pekerja. Namun, pada saat ini
diperkirakan hanya mampu menyerap sebanyak 250.000 sampai 300.000 pekerja
baru. Sementara angkatan kerja baru setiap tahun bertambah 2,5 juta orang.
Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan masih bertambah dari 207 juta jiwa
pada tahun 2004 menjadi 220 juta jiwa pada tahun 2009, sementara tingkat
pengangguran pada tahun 2009 sekitar 8 persen dari seluruh angkatan kerja yang
ada.
Ketidakstabilan ekonomi yang terjadi tidak hanya terkait oleh masalah
pengangguran saja tetapi masalah inflasi juga merupakan masalah yang sangat
penting yang harus dihadapi oleh semua negara didunia ini. Bahkan, peran bank
sentral di berbagai negara di dunia ini sudah identik dengan bank sentral yang
mengadopsi target inflasi baik secara implisit maupun eksplisit. Inflasi sering
menjadi target kebijakan pemerintah karena inflasi merupakan penyakit ekonomi
yang tidak bisa diabaikan karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas.
Inflasi pada mulanya senantiasa diidentikkan dengan pencetakan uang yang terlalu
banyak, yang menyebabkan bertambahnya pasokan jumlah uang beredar menjadi
lebih banyak. Hal itu dapat menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Oleh karena
itu inflasi didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga secara umum. Definisi itu
sebagai kebalikan dari kenaikan harga hanya satu atau dua komoditi saja
(Humphreys, 1997).
Pengalaman krisis demi krisis yang menimpa ekonomi dunia dalam satu
abad terakhir ini seharusnya telah menyadarkan kepada kita bahwa masalah inflasi
telah berkembang menjadi persoalan yang semakin kompleks. Diawali dengan
terjadinya malapetaka yang besar (the great depressions) pada tahun 1930-an,
kemudian disusul dengan terjadinya krisis Amerika Latin pada dekade 1980-an,
akhirnya muncul kembali pada krisis moneter di Asia pada pertengahan tahun
1997-an, adalah pengalaman ekonomi dunia dengan tingginya inflasi (hyper
inflation) yang sangat merusakkan sendi-sendi ekonomi (Triono, 2006).
Inflasi yang tinggi penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi
perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi
yang lamban dan pengangguran yang senantiasa meningkat. Berkenaan dengan
hal tersebut, upaya untuk mengendalikan agar stabil begitu penting untuk
dilakukan. Menurut Chapra (2000), jika kita hendak melakukan pengobatan, maka
tidak akan ada pengobatan yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus
utama masalah.
Kesalahan yang umumnya dilakukan adalah bahwa pengobatan hanya
dilakukan pada symtom (gejala) saja, bukan secara causatic (sumber masalah).
Contoh penyelesaian masalah yang hanya sampai kepada gejala adalah:
penyelesaian krisis ekonomi dengan hanya melihat ketidakseimbangan anggaran,
ekspansi moneter yang berlebihan, defisit neraca pembayaran yang terlalu besar,
naiknya kecenderungan proteksionis, tidak memadainya bantuan asing dan kerja
sama internasional yang tidak mencukupi dan sebagainya. Akibatnya,
penyembuhannya hanya bersifat sementara, seperti obat-obatan analgesik,
mengurangi rasa sakit hanya bersifat sementara. Beberapa saat kemudian, krisis
muncul kembali, bahkan lebih mendalam dan serius (Chapra 2000).
Sebelum kita berbicara mengenai solusi yang harus dilakukan untuk dapat
mengendalikan inflasi terlebih dahulu kita harus melihat kembali, mengapa
pengendalian inflasi yang diberikan ekonomi konvensional senantiasa mengalami
kebuntuan? Jawabnya tidak lain adalah, bahwa kebijakan ekonomi yang
disandarkan pada teori ekonomi konvensional tidak pernah memberikan
penyelesaian yang bersifat tuntas.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber
daya manusia yang memadai. Sebaliknya, pembangunan kualitas sumber daya
manusia juga tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi.
Demikian pula pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya
manusia. Segitiga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, pengendalian
pertumbuhan penduduk, serta lingkungan hidup harus dikelola pemerintah
secara bersama-sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan diantaranya:
o Kependudukan dan sosial budaya
o Wilayah dan lingkungan
o Sumber daya alam serta persebarannya
o Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan
teknologi
o Manajemen nasional
o Kemungkinan pengembangan

3.2. Saran
Segitiga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, pengendalian
pertumbuhan penduduk, serta lingkungan hidup harus dikelola pemerintah secara
bersama-sama dan terintegrasi. Itulah konsep pembangunan berwawasan
kependudukan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Penduduk harus ditempatkan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/perkembangan-strategi-dan-
perencanaan-pembangunan-ekonomi-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai