Anda di halaman 1dari 19

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan Perawat yang unggul dalam penerapan


keterampilan Keperawatan Lansia berbasis IPTEK keperawatan.

PENDIDIKAN KARAKTER

STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER

PROGRAM STUDI : Program D-III Keperawatan


MATA KULIAH : Pendidikan Karakter
BEBAN STUDI : 2 SKS
KELAS : 1 Reguler B
DOSEN PENGAJAR : Nurdiana, S.Kp., M.Sc.
ANGGOTA KELOMPOK II :

1. Ajeng Citra Septiyantri ( P3.73.20.1.19.041 )


2. Amelia Shinta ( P3.73.20.1.19.042 )
3. Ananda Dwi Bagaskara ( P3.73.20.1.19.043 )
4. Andini Rahmawati ( P3.73.20.1.19.044 )
5. Anggi Rahayu Pangesti ( P3.73.20.1.19.045 )
6. Anisa Nurimandani ( P3.73.20.1.19.046 )

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta Hidayah
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah “Strategi Pendidikan Karakter” tepat waktu.

Kemudian shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Budaya
Anti Korupsi di program studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta
III.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak


yang telah memberikan bantuan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 28 Maret 2020

Kelompok I

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I : PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Rumusan Masalah1
1.3 Tujuan Makalah1

BAB II : PEMBAHASAN3
Pengertian Strategi Pendidikan Karakter3
2.2 Strategi Pendidikan Karakter3
2.3 Pentingnya Pendidikan Karakter12

BAB III : PENUTUP14


3.1 Kesimpulan14
3.2 Saran14

DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika ‘peserta didik mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan
‘mengetahui’nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang.
Sebuah peradaban akan menurun akan menurun apabila terjadi
demoralisasi pada masyarakatnya. Bahkan banyak pakar, filsuf, dan orang-
orang bijak yang mengatakan bahwa faktor moral (akhlak) adalah hal utama
yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah
masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera.
Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh para orang tua dan
tenaga pendidik adalah melestarikan dan mengajarkan nilai-nilai moral
kepada para pesrta didik. Nilai moral yang ditanamkan akan membentuk
karakter (akhlak mulia) yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya
sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera.
Bahkan, betapa pentingnya pembentukan karakter tersebut, Mahatma
Ghandi mengatakan: “kelahiran dan menjalankan ritual fisik tidak dapat
menentukan derajat baik atau buruk seseorang. Kualitas karakterlah satu-
satunya faktor penentu derajat seseorang”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari strategi pendidikan karakter?


2. Apa saja strategi yang digunakan dalam pendidikan karakter?
3. Mengapa penting melaksakan pendidikan karakter?

1.3 Tujuan Makalah

4
1. Untuk memahami pengertian dari strategi pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan
karakter.
3. Untuk memahami pentingnya melaksanakan pendidikan karakter.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Strategi Pendidikan Karakter

Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak


dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan daya untuk
menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil
yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak
lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau tehnik.

Secara umum istilah strategi sering dimaknai sebagi garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha yang telah ditentukan ( Saiful Bahri ). Pada
mulanya istilah strategi digunakan dalam militer yang dimaknai sebagai cara
penggunaan seluruh kegiatan militer untuk memenangkan suatu pertempuran
(W.Sanjaya ) dari dua pengertian tersebut, maka dapat di fahami bahwa
strategi dapat digunakan untuk memproleh kesuksesan atau keberhasilan
dalam mencapai tujuan.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah strategi digunakan dalam istilah


dunia pendidikan, terutama dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut
Djamarah, istilah strategi bila dikaitkan dengan pendidikan, berarti pola –
pola umum kegiatan guru/dosen yang bertindak sebagai pendidik dan peserta
didik dalam mewujudkan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan atau di gariskan.

J.R David mengatakan, dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai


perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari perkataan yang dikatakan oleh
David ada dua hal yang perlu di cermati :

a. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)


termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sumber daya dalam proses
pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa strategi baru sebatas
pada proses penyususnan rencana (Planning) belum sampai pada tindakan.

6
b. Strategi disusun untuk mencapai kegiatan tertentu, artinya arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.

2.2 Strategi Pembentukan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan dan


dapat berupa berbagai kegiatan yang dilakukan secara intra kurikuler maupun
ekstra kurikuler. Kegiatan intra kurikuler terintegrasi ke dalam mata
pelajaran, sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan di luar jam
pelajaran. Hal ini akan dijabarkan sebagai berikut.

A. Strategi Pendidikan Karakter Holistik

Dalam ranah pendidikan, pendidikan holistik merupakan suatu metode


pendidikan yang membangun manusia secara keseluruhan dan utuh
dengan mengembangkan semua potensi manusia yang mencakup potensi
sosial-emosi, potensi intelektual, potensi moral atau karakter, kreatifitas,
dan spiritual.

Tujuan pendidikan holistik adalah untuk membentuk manusia holistik.


Manusia holistik adalah manusia yang mampu mengembangkan seluruh
potensi yang ada dalam dirinya. Potensi yang ada dalam diri manusia
meliputi potensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif,
potensi emosi dan potensi spiritual.

Manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensinya merupakan


manusia yang holistik, yaitu manusia pembelajar sejati yang selalu
menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah sistem kehidupan
yang luas, sehingga selalu ingin memberikan kontribusi positif kepada
lingkungan hidupnya.

Tujuan pendidikan di Indonesia yang tertuang pada Undang-Undang


Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 adalah untuk membentuk
manusia yang holistik dan berkarakter. Manusia holistik dan berkarakter
merupakan social capital bagi perkembangan suatu bangsa.

7
Dalam pelaksanaannya, pendidikan holistik berpijak pada tiga prinsip,
yaitu:

A. Connectedness

Connectedness adalah konsep interkoneksi yang berasal dari filosofi


holisme yang kemudian berkembang menjadi konsep ekologi, fisika
kuantum dan teori sistem.

B. Wholeness

Keseluruhan (wholeness) bukan sekedar penjumlahan dari setiap


bagiannya. Sistem wholeness bersifat dinamis sehingga tidak bisa
dideduksi hanya dengan mempelajari setiap komponennya.

C. Being

Menjadi (being) adalah tentang merasakan sepenuhnya kekinian. Hal


ini berkaitan dengan kedalaman jiwa, kebijaksanaan (wisdom),
wawasan (insight), kejujuran, dan keotentikan.

Pendidikan holistik dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran


dengan beberapa cara, di antaranya dengan menerapkan Integrated
Learning atau pembelajaran terintergrasi/terpadu, yaitu suatu pembelajaran
yang memadukan berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran.

Inti pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara


satu materi dengan materi lainnya, antara saru mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain. Dari integrated learning inilah muncul istilah integrated
curriculum (kurikulum terintegrasi/terpadu).

B. Strategi Pendidikan Karakter di Rumah

Anak adalah pusat pendidikan dan pembelajaran dalam keluarga.


Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak hendaknya
berorientasi pada kebutuhan anak sebagai makhluk biopsikososialreligius
serta menggunakan cara-cara yang sesuai dengan perkembangan anak,

8
baik perkembangan fisik-biologisnya, perkembangan psikisnya,
perkembangan sosial serta perkembangan religiusitasnya.

Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan pertama dan utama.


Daradjat (1995: 41) berpandangan bahwa keluarga dalam hal ini kedua
orang tua, memiliki tanggungjawab utama dan pertama dalam bidang
pendidikan. Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara
lain:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya,


2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak,
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak,
4. Mewujudkan kepercayaan,
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).

Selain itu, kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah
keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Yang
paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satusatunya teladan yang
pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga
anak yang secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang
tua di sisni berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tatanan
teoritis maupun praktis.

Seperti yang telah dijelaskan, bahwa lingkungan rumah dan keluarga


memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan perilaku anak.
Untuk itu pastilah ada usaha yang harus dilakukan.

C. Strategi Pendidikan Karakter di Kampus

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan


tinggi yang berkewajiban untuk ikut andil dalam pembentukan karakter
bangsa. Tenaga pendidik perguruan tinggi adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, serta
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui

9
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Tridarma
Perguruan Tinggi).

Tenaga pendidik perguruan tinggi secara profesional memiliki fungsi


sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih sehingga dapat mengembangkan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Hal tersebut
menjadi pintu masuk bagi pendidikan karakter untuk dapat
diimplemetasikan di tingkat perguruan tinggi di Indonesia. Pengembangan
karakter sangat penting dilakukan oleh perguruan tinggi dan stakeholders-
nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di
perguruan tinggi.

1. Kegiatan Belajar Mengajar

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan


nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati. Karena itu, muatan pendidikan karakter secara psikologis
mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour
(Lickona:1991), atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup
moral judgment and moral behaviour baik yang bersifat prohibition-
oriented morality maupun pro-social morality (Piaget, 1967; Kohlberg;
1976; Eisenberg-Berg; 1981).

Pendidika karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas,


dilaksanakan dengan pendekatan terintegrasi dalam dalam semua mata
kuliah. Khusus pada mata kuliah Agama dan pendidikan
kewarganegaraan, karena misinya mengembangkan nilai dan sikap
pengembangan karakter harus menjadi focus utama yang dapat
menggunakan berbagaistrategi/metode pendidikan karakter.

10
Pembelajaran pendidikan karakter yang diintegrasikan kedalam
substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak yang baik
bagi perkembangan karakter dalam didri peserta didik.

2. Pengembangan Budaya Satuan Pendidikan

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan


pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta
didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan
menentukan pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri.

Kemudian lingkungan satuan pendidikan perlu dikondsikan agar


lingkungan fisik dan social-kultural satuan pendidikan memungkinkan
para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya
terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang
mencerminkan perwujudan karakter yang dituju. Pola ini ditempuh
dengan melakukan pembuasaan dengan pembudayaan aspek-aspek
karakter kehidupan keseharian di sekolah dengan pendidik sebagai
tauladan.

Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir,


bersikap dan berbuat. Ketiga proses tersebut dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong pserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai
makhluk social.

3. Kegiatan Ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler

Kegiatan ko-kurikuler bertujuan menunjang pelaksanaan program


intrakurikuler agar siswa dapat lebih menghayati bahan atau materi yang telah
dipelajarinya serta melatih siswa untuk melaksanakan tugas secara
bertanggung jawab.

11
Adapun lingkup kegiatannya meliputi:

1) Pemberian tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran (tatap
muka) secara teratur dan hasilnya ikut menentukan dalam pemberian nilai
bagi siswa untuk setiap mata pelajaran.
2) Tugas tersebut diperkirakan dapat diselesaikam dalam waktu setengah dari
jam tatap muka suatu pokok bahasan.
3) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru mata pelajaran.
4) Pengumpulan, pemeriksaan, pembahasan, dan penilaian tugas dilakukan
secara seksama.

Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler, bertujuan untuk


memberikan kesempatan pembinaan dan pengembangan potensi
mahasiswa. Wadah kegiatan mahasiswa melalui jalur ekstrakurikuler
berupa organisasi/lembaga kemahasiswaan (LKM) dan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM). LKM untuk mengembangkan minat mahasiswa
pada aspek tata kelola organisasi, kepemimpinan, dan managemen,
sedangkan UKM untuk mengembangkan potensi mahasiswa melalui
kegiatan di bidang olahraga, seni, penalaran, dan minat khusus
(pramuka, KSR PMI, resimen mahasiswa, pecinta alam). Melalui
kegiatan penalaran mahasiswa akan berlatih bagaimana berfikir dan
bernalar secara kritis; melalui kegiatan olahraga akan tertanam nilai-
nilai sportivitas, disiplin, kerjasama team, menghargai waktu, dan
pantang menyerah; melalui kegiatan seni diharapkan mampu
menanamkan nilai-nilai harmoni dan pengendalian emosi. Nilai-nilai
yang ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang seiring dengan intensitas kegiatan yang
diikuti oleh mahasiswa selama belajar di kampus. Kegiatan-kegiatan
kemahasiswaan tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi
mahasiswa menjadi kemampuan-kemampuan keilmuan, seni, olahraga
maupun minat khusus yang lain.

Kegiatan melalui jalur ko-kurikuler dan ekstra kurikuler tersebut


harus didukung melalui jalur kurikuker. Jalur kurikuler ujung tombak

12
pembinaan adalah dosen pengampu mata kuliah serta pengelola
jurusan/program studi.

4. Kegiatan Keseharian
Sehubungan dengan esensi dari pendidikan karakter itu, dapat ditarik
benang merah bahwa kemanfaatan pendidikan karakter bukan saja
dominan menjadi tanggung jawab suatu institusi pendidikan melainkan
juga diaplikasikan dalam konteks kehidupan masyarakat terkecil. Dan
menurut penulis hal inilah yang perlu dilakukan karena proses
penanaman nilai-nilai karakter tersebut apabila mendapatkan respon
dan fokus positif untuk dikembangkan dalam keluarga maka hasilnya
akan sangat meningkat. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari pihak
ornag tua untuk tetap berusaha menanam nilai-nilai karakter pada anak-
anaknya sehingga akan menjadi suatu kebiasaan (habits).
Contoh implementasi pendidikan karakter dalam kehidupan sehari
hari sebagai berikut.
1. Mengajarkan Sholat 5 waktu bersama keluarga,
2. Ajarkan Mencintai Kebersihan dan Lingkungan,
3. Jalin Komunikasi Sebaik Mungkin, dan sebagainya.
D. Strategi Pendidikan Karakter di Masyarakat
Tokoh masyarakat dan para pemimpin juga turut bertanggung jawab
terhadap kemajuan pendidikan. Dikarenakan, figure publik biasaya
menjadi acuan warganya. Selain itu, media informasi turut berpengaruh
dalam pembentukan karakter bangsa sehingga menjadi bermakna bila
informasi yang disampaikan oleh media memperhatikan norma yang
berlaku. Jadi, pendidikan karakter harus tertanam dalam berbagai level
kehidupan. Bukan hanya sekolah yang bertanggung jawab, karena itu perlu
dimulai dari diri sendiri dengan pedoman nilai-nilai agama dan nilai-nilai
budaya bangsa sehingga pendidikan karakter terimplementasi secara
menyeluruh dan tinggal menjaga konsistensinya.
E. Strategi Pendidikan Karakter di Usia Lanjut

13
Pendidikan usia lanjut merupakan sebuah rangkaian proses
pembelajaran, latihan, dan bimbingan bagi warga belajar usia lanjut yang
meliputi:
a. Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki warga belajar
(usia lanjut)

Pengalaman belajar pada masa lalu yang dimiliki oleh usia lanjut
sangat berpengaruh dalam proses belajar pada masa usia lanjut.
Kelemahan yang dihadapi pada usia lanjut yaitu sulitnya
menghubungkan pelajaran yang telah diterima pada masa lalu dengan
pelajaran yang baru diterimanya. Hal tersebut disebabkan menurunnya
daya nalar (daya ingat) warga belajar usia lanjut yang semakin
menurun. Sehingga waktu belajar bagi usia lanjut memerlukan waktu
yang lama dalam menghafal.

b. Landasan belajar bagi usia lanjut

Landasan belajar bagi usia lanjut menggunakan konsep pendidikan


sepanjang hayat (life long education). Dimana pendidikan sepanjang
hayat adalah suatu pendidikan yang tidak terbatas usia dan berakhirnya
pendidikan tersebut mencakup keseluruhan waktu hidup seseorang atau
sekelompok orang (warga belajar).

Pendidikan sepanjang hayat ini dapat dijabarkan ke dalam program-


program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah yang
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi dalam diri
warga belajar untuk membiasakan belajar secara continue (terus
menerus) sepanjang hayatnya.

c. Materi yang cocok dipelajari oleh usia lanjut

Materi belajar yang cocok bagi warga belajar usia lanjut adalah
sebagai berikut:

A. Kesehatan, meliputi:
1. Kesehatan fisik,

14
2. Kesehatan emosional,
3. Cara mencegah penyakit.
B. Perkembangan Intelektual
1. Mengemukakan buah pikiran,
2. Memahami pikiran orang lain,
3. Bekerja efektif.
C. Pilihan moral
1. Kebebasan individu,
2. Tanggung jawab atas diri sendiri,
3. Tanggung jawab atas orang lain.

Adapun strategi pembelajaran bagi usia lanjut adalah sebagai


berikut:

1. Strateginya adalah dengan memilah kondisi individual sesuai dengan


kemampuannya, baik secara intelektualitas serta kemampuan fisik,
2. Para orang tua/manula harus merasa dibutuhkan dari sisi
kompetensinya,
3. Melakukan pembelajaran konstektual.
4. Menerima dan memediasi serta memfasilitasi kebutuhan, ide,
pemikiran, gagasan serta kreativitas yang mereka miliki.

2.3 Pentingnya Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan suatu proses menuju ke arah yang lebih baik.


Membangun karakter anak sejak usia dini sangat diperlukan dalam rangka
menyiapkan generasi anak bangsa yang berkualitas yang dibutuhkan dalam
pembangunan bangsa.

Secara teoritis, karakter seseorang dapat diamanati dari tiga aspek, yaitu:
mengetahui kebaikan (knowing the good), meencintai kebaikan (loving the
good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter
sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup
proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat

15
memahami, merasakan, dan mau berperilaku baik sehingga terbentuklah
tabiat baik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak
dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan daya untuk
menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil
yang diharapkan secara maksimal.
Pendidikan merupakan suatu proses menuju ke arah yang lebih baik.
Membangun karakter anak sejak usia dini sangat diperlukan dalam rangka
menyiapkan generasi anak bangsa yang berkualitas yang dibutuhkan dalam
pembangunan bangsa.

3.2 Saran
Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia Pendidikan.
Karena dari dunia pendidikan negara bisa maju dan karena dunia pendidikan
juga negara bisa hancur apabila pendidikan disalahgunakan.
Tenaga pendidik harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada
setiap peserta didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya, karena jika
tidak, semua pembelajaran yang dijalani setiap peserta didik akan sia-sia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter,


(Bandung:    PT Remaja Rosdakarya 2014)

Nurul Zuriyah,  Pendidikan moral dan budi pekerti dalam


perspektif              perubahan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007)

Zuchdi, Damiyati dkk, Model Pendidikan Karakter “ Terintegrasi dalam


Pembelajaran dan Pengembangan kultur Sekolah”, (Yokyakarta: CV.Multi
Persindo, 2013)

Izza. 2014. Pendidikan Orang Dewasa dan Usia Lanjut di


http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-orang-dewasa-dan-usia-
lanjut.html (diakses 28 Maret)

Uswatun Hasanah Junaid. 2015. Makalah Strategi dan Model Pendekatan


Pendidikan Karakter di http://uswhajunaid.blogspot.com/2015/01/makalah.html
(diakses 28 Maret)

Mansur. 2016. Makalah Strategi dan Metode Pendidikan Karakter di


http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-strategi-dan-metode-
pendidikan.html (diakses 28 Maret)

18
19

Anda mungkin juga menyukai