Anda di halaman 1dari 5

APRILIA NOVIANTI : 201714501327

SYIFA OKTAFIANI : 201714501335


AMI NATUS ZAHROH :201714501346

PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Penilaian Afektif
Penilaian afektif merupakan suatu kegiatan menilai sikap, perilaku atau tingkah laku yang
melibatkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu keadaan atau peristiwa. Menurut
Krathwohl dalam Sukiman (2012:67-69) hasil belajar afektif terdiri dari beberapa
tingkatan, yaitu:
1) Menerima (Receiving)
Kepekaan seseorang ketika menerima sebuah rangsangan. Akan tetapi didalam
dunia pendidikan receiving atau attending ini sering diberi pengertian sebagai
kemauan seorang siswa untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek
pembelajaran. Pada jenjang ini siswa hanya dibina untuk mau menerima nilai-nilai
yang diajarkan, sesuai dengan ketetapan kurikulum dan tanggungjawab pengajar.
Contohnya : pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,
senang bekerjasama, dan sebagainya.
2) Merespon (Responding)
Kemampuan untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dan menilai bagaimana anak murid tersebut menanggapi masukan
informasi yang diberikan melalui materi pembelajaran tersebut.Misalnya senang
membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan
kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3) Menilai (valuing)
Memberikan nilai terhadap suatu objek, sehingga adanya tindakan yang
dilaksanakan setelah pembelajaran. Dan pada jenjang ini siswa dibina agar selain
dapat menerima dan menanggapi materi, siswa juga dapat dan mau memberikan
sebuah penilaian terhadap konsep maupun materi yang dipelajari.
4) Mengorganisasi (Organization)
Membandingkan nilai-nilai dari materi pembelajaran yang kemudian akan
menghubungkannya dan mampu menyelesaikan suatu konflik. Misalnya menyusun
bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang
suatu penjelasan historis.
5) Kareakterisasi (characterization)
Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Hasil pembelajaran pada
tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif

Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran


Penerimaan Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap
(Receiving) fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
- sering mendengarkan musik
- senang membaca puisi
- senang mengerjakan soal matematik
- ingin menonton sesuatu
- senang menyanyikan lagu
Responsi Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang
(Responding) fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
- mentaati aturan
- mengerjakan tugas
- mengungkapkan perasaan
- menanggapi pendapat
- meminta maaf atas kesalahan
- mendamaikan orang yang bertengkar
- menunjukkan empati
- menulis puisi
- melakukan renungan
- melakukan introspeksi
Acuan Nilai Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai,
( Valuing) termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen
terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
- mengapresiasi seni
- menghargai peran
- menunjukkan perhatian
- menunjukkan alasan
- mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
- menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
- menjelaskan alasan senang membaca novel
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem
Organisasi menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang
dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang
dominan dan diterima di mana2
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
- rajin, tepat waktu
- berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara independen
- objektif dalam memecahkan masalah
- mempertahankan pola hidup sehat
- menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran
perbaikan
- menyarankan pemecahan masalah HAM
- menilai kebiasaan konsumsi
- mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman

B. Penilaian Psikomotorik
Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar
yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan
fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan
pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. 
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu:
1. Tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya
fisik, (yang dapat didengar, dilihat,  atau diraba), atau melakukan keterampilan yang
sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja.
2. Motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll.
3. Tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk
melakukan keterampilan yang kompleks, misalnya bagaimana memukul bola secara
tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.
Teknik dan Instrumen Penilaian Keterampilan (psikomotorik) :

Kompetensi Teknik Instrumen Contoh

Unjuk
Kerja/ Perintah dan daftar cek, Praktik menggunakan
Kinerja/ skala penilaian/rubrik mikroskop
Praktik

Lembar tugas dan daftar


Projek Penghijauan
cek, skala penilaian/rubrik

Lembar tugas dan daftar Produk bioteknologi


Produk
Keterampilan cek, skala penilaian/rubrik konvensional

Sampel karya-karya
terbaik peserta didik
Portofolio Daftar cek yang telah disepakati
pendidik bersama peserta
didik

Lembar tugas dan skala


Tertulis Laporan praktikum
penilaian/rubrik

C. Penilaian Diri (self assessment)


1. Pengertian Penilaian Diri
Menurut Kunandar (2012: 92) penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial.
Sedangkan menurut Sudaryono ( 2012: 92 ) penilaian diri (self assessment) adalah
suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian diri (self assessment) merupakan suatu
teknik penilaian yang di dalamnya peserta didik mengemukakan kelemahan dan
kelebihannya dalam pencapaian kompetensi baik pada ranah kognitif, ranah afektif,
maupun pada ranah psikomotorik dan pada pene;itian kali ini peserta didik
mengemukakan kelebihan dan kelemahannya tentang karakter peserta didik dan ini
meruoakan kompetensi pada ranah afektif.
2. Macam-macam Penilaian Diri (self assessment) Ada beberapa jenis penilaian diri (self
assessment), diantaranya:
a) Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung, pada saat
atausetelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek kompetensi
tertentudari suatu mata pelajaran.
b) Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun
waktu yang panjang untuk memberikan penilaian secara keseluruhan.
c) Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional
(Depdiknas, 2010: 41)
3. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:

 Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
 Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya;
 Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

Anda mungkin juga menyukai