A. Penilaian Afektif
Penilaian afektif merupakan suatu kegiatan menilai sikap, perilaku atau tingkah laku yang
melibatkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu keadaan atau peristiwa. Menurut
Krathwohl dalam Sukiman (2012:67-69) hasil belajar afektif terdiri dari beberapa
tingkatan, yaitu:
1) Menerima (Receiving)
Kepekaan seseorang ketika menerima sebuah rangsangan. Akan tetapi didalam
dunia pendidikan receiving atau attending ini sering diberi pengertian sebagai
kemauan seorang siswa untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek
pembelajaran. Pada jenjang ini siswa hanya dibina untuk mau menerima nilai-nilai
yang diajarkan, sesuai dengan ketetapan kurikulum dan tanggungjawab pengajar.
Contohnya : pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,
senang bekerjasama, dan sebagainya.
2) Merespon (Responding)
Kemampuan untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dan menilai bagaimana anak murid tersebut menanggapi masukan
informasi yang diberikan melalui materi pembelajaran tersebut.Misalnya senang
membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan
kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3) Menilai (valuing)
Memberikan nilai terhadap suatu objek, sehingga adanya tindakan yang
dilaksanakan setelah pembelajaran. Dan pada jenjang ini siswa dibina agar selain
dapat menerima dan menanggapi materi, siswa juga dapat dan mau memberikan
sebuah penilaian terhadap konsep maupun materi yang dipelajari.
4) Mengorganisasi (Organization)
Membandingkan nilai-nilai dari materi pembelajaran yang kemudian akan
menghubungkannya dan mampu menyelesaikan suatu konflik. Misalnya menyusun
bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang
suatu penjelasan historis.
5) Kareakterisasi (characterization)
Yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Hasil pembelajaran pada
tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
B. Penilaian Psikomotorik
Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar
yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan
fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan
pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan.
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu:
1. Tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya
fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang
sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja.
2. Motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll.
3. Tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk
melakukan keterampilan yang kompleks, misalnya bagaimana memukul bola secara
tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.
Teknik dan Instrumen Penilaian Keterampilan (psikomotorik) :
Unjuk
Kerja/ Perintah dan daftar cek, Praktik menggunakan
Kinerja/ skala penilaian/rubrik mikroskop
Praktik
Sampel karya-karya
terbaik peserta didik
Portofolio Daftar cek yang telah disepakati
pendidik bersama peserta
didik
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya;
Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.