Dosen pembimbing :
Yesi Hasneli, SKp., MNS
Disusun Oleh :
A 2017 3
Kelompok II
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas
karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan
memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................8
A. Tahap 1 ........................................................................................................8
B. Tahap 2 ........................................................................................................8
C. Tahap 3 ........................................................................................................9
D. Tahap 4 ......................................................................................................12
E. Tahap 5 ......................................................................................................13
F. Tahap 6 ......................................................................................................13
G. Tahap 7.......................................................................................................13
1. Definisi MCI (Miokard Infark)......................................................13
2. Insiden dan Mortalitas MCI (Miokard Infark)...............................14
3. Lokasi MCI (Miokard Infark)........................................................15
4. Etiologi MCI (Miokard Infark)......................................................16
5. Faktor Resiko MCI (Miokard Infark)............................................17
6. Patofisiologi MCI (Miokard Infark)...............................................22
7. Manifestasi Klinis MCI (Miokard Infark)......................................24
8. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pasien dirumah,
IGD, dan medis..............................................................................26
9. Pemeriksaan Khusus Jantung.........................................................34
10. Komplikasi MCI (Miokard Infark)................................................35
11. Cara pencegahan MCI (Miokard Infark)........................................38
12. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat MCI (Miokard Infark)........40
ii
BAB III PENUTUP..............................................................................................51
A. Kesimpulan ...............................................................................................51
B. Saran ..........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................53
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia,
jenis kelamin sehingga berpotensi memperlambat proses aterogenik, antara lain
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet
yang tinggi lemak jenuh, kolestrol, serta kalori (Suddarth, 2014). Infark miokard
akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardiac Infarc) merupakan
bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri atas angina
pektoris tidak stabil, infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST, dan infark
miokard dengan elevasi segmen ST.
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) terjadi jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
ateroskulerosis yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vaskluer, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-
faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Suddarth, 2014).
5
diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai dengan
3 dosis dengan interval 5 menit (Farissa, 2012)
B. Rumusan Masalah
6
12. Asuhan Keperawatan gawat darurat pasien MCI (Miokard Infark)?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan definisi MCI (Miokard Infark)
2. Untuk mengetahui dan memahami insiden dan mortalitas MCI (Miokard
Infark)
3. Untuk mengetahui dan memahami lokasi MCI (Miokard Infark)
4. Untuk mengetahui dan memahami etiologi MCI (Miokard Infark)
5. Untuk mengetahui dan memahami faktor resiko MCI (Miokard Infark)
6. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi MCI (Miokard Infark)
7. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis MCI (Miokard
Infark)
8. Untuk mengetahui dan memahami Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
pasien dirumah, IGD, medis
9. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan khusus jantung
10. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi MCI (Miokard Infark)
11. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan MCI (Miokard Infark)
12. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pasien MCI
(Miokard Infark)
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
Owh…..Jantungku
Seorang pria, usia 33 tahun mengalami nyeri dada hebat di bawah sternum dan
perut atas, saat membaca koran di teras rumahnya. Rasa nyeri tajam dan berat >40
menit yang menjalar ke bahu kiri dan tidak hilang setelah di baringkan. Pasien
pucat, keluar keringat dingin, merintih, napas sesak, jantung berdebar keras, mual
dan muntah 2 kali. Nyeri dada seperti ini sering dirasaknnya tapi hilang setalah
berbaring dan pernah berobat ke dokter umum. Dokter mengatakan nyeri tersebut
Angina Pectoris dan diberi obat aspirin, clopidogrel, dan heparin. Tanda-tanda
vital BP: 180/110 mmHg, P: 135 x/i, RR: 37 x/i, T: 38,9 C. hasil pemeriksaan
labor 9enim jantung dan iso enzim) didapatkan CKMB meningkat, Troponin I dan
T menigkat. Hasil EKG terlihat ST elevasi dan Q wave. Trigliserida serum
menunjukkan atherosclerosis. Rencana akan dilakukan treadmill test dan
pemeriksaan Angiografi Jantung. Terapi dojter IGD: oksigen, isosorbide dinitrate,
morfin 2-3 mg secara intravena.
B. STEP 1 ( TERMINOLOGI )
1. Atherosclerosis
2. Clopidogrel
3. Isosorbide Dinitrate
4. Angina Pectoris
5. CKMB
6. Troponin I
7. Treadmill test
8. ST elevasi
9. Enzim jantung
10. Trigliserida
C. STEP 2 ( IDENTIFIKASI MASALAH )
1. Apa pertolongan pertama saat terjadinya nyeri hebat
8
2. Apa yg menjadi pemicu sehingga klien tersebut mengalami nyeri dada
hebat?
3. Apakah ada faktor resiko pada klien usia 33 tahun tersebut?
4. Jika tidak dilakukan pertolongan lebih cepat apa yang akan terjadi?
5. Sebaiknya posisi seperti apa yg diberikan agar nyeri hilang?
6. Kenapa di baris ketiga di sebutkan nyeri tidak hilang setelah dibaringkan,
tetapi pada baris kelima nyeri dhilang setelah dibaringkan?
7. Nyeri sampai menjalar kebahu apakah ada waktu tertentu?
8. Apakah mual dan muntah yang dialami pria ini disebabkan nyeri yg
terjadi pada sternum dan perut atas?
9. Apa yg pertama dilakukan perawat terhadap gejala pada skenario
tersebut?
10. Apakah ada perbedaan nyeri dada akibat penyakit jantung dengan yg
bukan penyakit jantung?
11. Apakah obat tersebut dapat di konsumsi langsung apabila gejala timbul?
Atau ada waktu tertentu?
12. Kenapa dokter dapat mengatakan pasien mengalami angina pectoris? Apa
gejala signifikannya sehingga dikatakan angina pectoris?
13. Apakah semua pasien yg mengalami angina pectoris mengalami
peningkatan TTV?
14. Bagaimana keluarga mengetahui tanda tanda dari serangan jantung?
15. Bagaimana peran sebagai perawat dalam memberikan solusi atau cara
kepada keluarga apabila mengalami nyeri dada mendadak?
16. Kenapa terapi yang diberikan dokter umum berbeda dengan dokter IGD?
17. Bagaiamama ateroskeloria bisa menyebabkan keluhan yg dialami pasien?
9
- Baringkan posisi nyaman, biarkan istirahat, jangan pasien mengalami
kepanikan
- Posisi dibaringkan agar jantung tidak bekerja terlalu keras, obat karna
sudah nyeri hebat
- Tinggikan kepala sehingga memudahkan pertukaran gas
- Posisi kepala lebih tinggi dr ekstremitas agar aliran darah balik
kejantung lebih lancar sehingga nyeri berkurang
2. - Mungkin pasien mempunyai kebiasaan merokok, riwayat TD tinggi,
menderita diabetes, jarang olahraga, riwayat jantung pada keluarga
- Kurangnya pasokan oksigen ke jantung
- Klien melakukan aktivitas yaitu membaca koran, mungkin itu salah
satu faktor pemicu
3. - Tidak ada, jantung koroner berisiko pada usia 40 th keatas, mungkin
dikarenakan kolesterol yg tinggi
- Usia muda juga karna gaya hidup tdk sehat, merokok, kolesterol,
obesitas sehingga usia muda jg bisa mengalami angina pectoris
4. Apabila tidak disegerakan dengan cepat dapat menyebabkan
MCI/serangan jantung dan menyebabkan kematian
5. Posisi kepala lebih tinggi dari badan atau ekstremitas
6. Kenapa nyeri tidak hilang setelah dibaringkan itu karna nyeri yang timbul
sekarang ini levelnya lebih tinggi dari nyeri yang sebelumnya
7. Nyeri bisa menjalar tergantung skalanya
8. - Ada hubungannya, karna posisi lambung dekat dengan sternum dan
perut bagian atas itu berdekatan sehingga bisa menimbulkan nyeri
- Ketika jantung kurang aliran darah mempengaruhi organ lain sehingga
bisa mempengaruhi lambung sehingga menyebabkan mual muntah
9. Memberikan saturasi oksigen kepada pasien sehingga jantung
mendapatkan oksigen yang cukup
10. Nyeri dada berhubungan dengan jantung, jd tidak ada penyakit lain yg
menyebabkan nyeri dada
10
11. Obat tersebut sudah mempunyai fungsi masing masing. Obat nyeri dada
dpt dikonsumsi saat nyeri itu datang. Tetapi obat yg lain sesuai dengan
waktu yagn ditentukan
12. Gejala angina pectoris ciri khasnya ini nyeri dada hebat dan nyeri ini
muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat atau gangguan emosi)
sedangkan tanda gejala yg dibaris 2&3 itu mungkin penyakit jantung lain
yaitu infark miokard akut
13. Semuanya akan mengalami peningkatan TTV, karena jantung bekerja
lebih keras
14. Pasien mengeluh nyeri bagian dada, nyeri menjalar bahu kiri, mual
muntah, pasien terlihat lemas
15. Bisa sarankan kepada keluarga utk memberikan posisi nyaman, berikan
obat yg diresepkan, hubungi pelayanwn kesehatan
16. Dokter IGD menerima kasus yg berbeda sehingga cara penanganan
kegawatdaruratannya berbeda dan ini darurat
17. Apabila jantung kekurangan oksigen maka organ lain juga mengalami
kekurangan sehingga akan ada efek lain seperti mual muntah karna
lambung kekurangan oksigen, sesak nafas karna paru paru juga
kekurangan pasokan oksigen dan darah
11
E. STEP 4 SKEMA
P 33 tahun
Keluhan utama
Nyeri dada dibawah sternum dan
perut atas, rasa nyeri tajam dan berat
> 40 menit menjalar ke bahu kiri dan
tidak hilang setelah di baringkan
Hasil TTV
Pengkajian Umum Riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan
laboratorium Terapi medis
Diagnosa
12
Intervensi
F. STEP 5 (LEARNING OBJEKTIF)
1. Definisi MCI ( Miokard Infark)
2. Insiden dan mortalitas MCI ( Miokard Infark)
3. Lokasi MCI ( Miokard Infark)
4. Etiologi MCI ( Miokard Infark)
5. Faktor resiko MCI ( Miokard Infark)
6. Patofisiologi MCI ( Miokard Infark)
7. Manifestasi klinis MCI ( Miokard Infark)
8. Penatalaksanaan kegawatdaruratan di rumah, IGD, dan medis
9. Pemeriksaan khusus jantung
10. Komplikasi MCI ( Miokard Infark)
11. Cara pencegahan terjadinya MCI ( Miokard Infark)
12. Asuhana keperawatan gawat darurat MCI ( Miokard Infark)
G. STEP 6 (DISKUSI MANDIRI)
H. STEP 7 (MEMBAHAS LEARNING OBEJEKTIF)
1. Definisi Infark Miokard (MCI)
Istilah infark miokardium menunjukkan terbentuknya suatu daerah
nekrosis miokardium akibat iskemia lokal. Infark miokar akut yang
dikenal sebagai serangan jantung merupakan penyebab tunggal tersering
kematian di negara industri (Robbins, 2007). Infark miokard merupakan
daerah nekrosis otot jantung sebagai akibat berkurangnya pasokan darah
koroner yang tiba-tiba, baik absoluth ataupun relatif. Penyebab paling
sering ialah trombosis yang diperberat atau perdarahan dalam, plak
ateromatosa dalam arteri koronaria epikardial (Underwood, 1999)
Infark Miokard (MCI) adalah rusaknya jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke coroner berkurang. (Brunner
& Sudarth, 2002). Infark miokardium disebakan oleh penurunan aliran
darah melalui satu atau lebih arteri coroner, menyebakan iskemik mikard
dan nekrosis. (Doengus, 2005)
Infark Miokard (MCI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-
tiba terjadi pembatasan pemutusan aliran darah ke jantung, yang
13
menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan
oksigen.
2. Insiden dan Mortalitas Infark Miokard (MCI)
Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem informasi Rumah
Sakit Indonesia, jumlah penyakit jantung menjadi penyebab utama
kematian di Indonesia. Pada tahun 2010, angka penyakit jantung
mencapai 9,49% (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan diagnosis dokter,
prevalensi penyakit jantung koroner akut di Indonesia tahun 2013 sebesar
0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan
diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340
orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit
jantung koroner akut terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak
160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki
jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%).
Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung
koroner akut terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak
375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit
ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%)
(Kemenkes RI, 2014).
Hasil riskesdas 2008 ,MCI termasuk 10 penyebab kematian yaitu
sebesar 5,1%. Menurut data SIRS tahun 2010, MCI menduduki peringkat
10 besar penyakit tidak menular yang menyebabkan rawat jalan sebesar
1,88% dan rawat inap sebesar 2,19% di seluruh RS di Indonesia. Pasien
yang terkena MCI diperkirakan 1,5 juta krang dengan kematian sekitar
500.000 pasien setiap tahunnya di AS. Laju mortalitas awal (30 hari) pada
penderita MCI mencapai 30% dengan lebih separuh kematian terjadi
sebelum pasien MCI mencapai rumah sakit dan sekitar 1 diantara 25
pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, dan meninggal dalam tahun
pertama setelah MCI (Alwi, 2014)
14
Lokasi anatomis Arteri Koroner yang Terlibat
Inferior RCA
Anterolateral LAD
Anteroapical CFX
Anteroseptal LAD
Posterior RCA
a. Sub-endokardial
b. Intramural
c. Transmural
d. Sub-enpikardial
15
a. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura atau
diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan
ketersediaan oksigen dan nutrisi yang adekuat memicu munculnya
infark miokard. hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritma
dan hiper atau hipotensi.
b. Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh fase kontraksi dan spasme
Arteri menurunkan aliran darah miokard.
c. Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan.
Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau
penderita meninggal sebelum kadar pertanda kadar biokimiawi
meningkat.
d. Infark miokard tipe 4a dan 4b
1) Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard ( contohnya
troponin ) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan
percutaneous coronary intervention ( PCI ) yang memicu terjadinya
MCI.
2) Infark miokard tipe 4b Infark miokard yang muncul akibat
pemasangan stent trombosis.
e. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal .
Kejadian MC jenis ini berhubungan dengan operasi bypass koroner
16
3) Faktor darah = anemia, hipoksemia.
b. Curah jantung yang meningkat karena:
1) Aktifitas yang berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hipertiroidisme
17
aktivitas fisik, konsumsi alkohol, menopause dan inflamsi. Berikut uraian
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Usia
Penyakit jantung koroner berkembang selama umur seseorang.
Orang yang usianya semakin meningkat kemungkinan mereka akan
mendapatkan penyakit jantung koroner dan menderita serangan
jantung fatal. Setelah usia 40 tahun, risiko untuk menderita PJK
adalah 49% untuk pria dan 32% untuk perempuan. Lebih dari empat
pada lima orang atau 81% meninggal akibat PJK adalah 65 tahun atau
lebih tua.
b. Jenis Kelamin
Dalam waktu enam tahun setelah mengalami serangan jantung,
18% pria akan mengalami serangan jantung lagi, dengan 8%
mengalami stroke, 7% mengalami kematian jantung mendadak dan
22% menjadi cacat dengan gagal jantung. Pria di bawah usia 75 tahun
memiliki proporsi yang lebih tinggi mengalami kejadian penyakit
jantung yang berasal dari penyakit jantung koroner daripada wanita.
Usia rata-rata untuk pria yang memiliki serangan jantung pertama
mereka karena penyakit jantung koroner adalah 65.8 tahun, sedangkan
usia rata-rata untuk wanita adalah 70.4 tahun. Resiko menderita
penyakit jantung koroner setelah usia 40 adalah 49% pada pria dan
32% pada wanita, masing-masing. Terakhir, kejadian Penyakit jantung
koroner untuk perempuan lebih lambat 10 tahun terhadap laki-laki dan
20 tahun terhadap laki-laki untuk kejadian klinis yang lebih berat
seperti serangan jantung dan kematian mendadak.
c. Ras-Etnis
Studi statistik menunjukkan bahwa ras-etnis yang minoritas
beresiko untuk penyakit jantung dan pembuluh darah, terutama
penyakit jantung koroner. Penyakit kardiovaskular adalah penyebab
utama kematian di antara Afrika-Amerika. AfrikaAmerika, Meksiko-
Amerika, Indian Amerika, Hawaii asli dan beberapa Asia Amerika
memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit jantung koroner dari
18
Kaukasia. Hal ini terjadi karena non-kulit putih (terutama Afrika-
Amerika) memiliki faktor risiko lebih dan lebih tinggi untuk menjadi
overweight dan obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi, yang
merupakan salah satu faktor risiko yang paling serius bagi Penyakit
jantung koroner.
d. Herediter
Orang dengan riwayat keluarga memilki penyakit kardiovaskular
yang terbukti secara klinis (angina, infark miokard, serangan iskemik
transien, atau stroke iskemik) pada orang tua atau saudara sebelum
usia 60 tahun, mempunyai risiko penyakit jantung koroner menjadi
sekitar dua kali lipat daripada mereka yang tidak memiliki riwayat
keluarga.
a. Dislipidemia
Dislipidemia adalah faktor risiko utama untuk PJK, yang
merupakan penyebab kematian nomor satu di Amerika Serikat. Studi
mengatakan bahwa penurunan kejadian PJK sebagian besar
disebabkan oleh menurunnya low-density lipoprotein (LDL)
kolesterol dan partikel aterogenik lain. Beberapa kejadian PJK juga
terjadi setelah LDL-kolesterol diturunkan menjadi optimal. Hal ini
dikarenakan trigliserida lipid yang terlalu tinggi atau terlalu rendahnya
high-density lipoprotein (HDL) kolesterol yang ikut berperan pada
faktor risiko PJK.
b. Merokok
Merokok adalah faktor risiko yang independen untuk kematian
jantung mendadak pada mereka yang menderita penyakit jantung
koroner. Perokok yang menderita penyakit jantung koroner memiliki
sekitar dua kali risiko untuk meninggal mendadak akibat serangan
jantung dibandingkan bukan perokok
c. Hipertensi
19
Di negara maju hipertensi adalah faktor risiko pada gangguan
kardiovaskular yang dapat dimodifikasi, hal itu mempengaruhi sekitar
20% sampai 50% dari populasi orang dewasa di setiap negara.
Hipertensi meningkatkan risiko stroke hingga lebih dari tujuh kali
lipat di populasi umum, dan mengontrol tekanan darah yang ketat
dapat mengurangi risiko stroke berulang sebanyak sepertiga dari
kejadian. Untuk setiap peningkatan tekanan darah 20 mmHg sistolik
atau 10 mmHg diastolik, akan meningkatkan kematian sebanyak dua
kali lipat yang dakibatkan oleh penyakit jantung koroner dan stroke.
d. Diabetes
Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki risiko kematian
akibat kardiovaskular yang dua sampai enam kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang tidak diabetes. Lebih dari
seperempat dari semua kejadian kardiovaskular (sindrom koroner akut
atau kematian akibat kardiovaskular) terjadi di kalangan penderita
dengan diabetes.
e. Rasio Pinggang
Obesitas sentral, yang diukur dengan lingkar pinggang, adalah
indikator yang lebih baik untuk risiko kardiovaskular daripada BMI.
Obesitas sentral terjadi jika lingkar pinggang ≥ 102 cm pada laki-laki
(≥ 90 cm pada pria Asia) dan ≥ 88 cm pada wanita (≥ 80 cm pada
wanita Asia).
f. Pola Diet
Faktor lingkungan, termasuk pola makan, memainkan peran
penting dalam perkembangan penyakit jantung. Terdapat penelitian
ilmiah yang mendominasi yang menunjukkan bahwa nutrisi yang
buruk mencetuskan penyakit jantung koroner dan gizi sehat
mencetuskan kesehatan secara menyeluruh, kebugaran, kesejahteraan
dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner.
g. Aktivitas Fisik
Sudah dibuktikan dalam literatur ilmiah yang melakukan aktivitas
fisik secara teratur, fitness, dan olahraga merupakan dasar untuk
20
menciptakan, mempertahankan dan mendapatkan kesehatan serta
kesejahteraan bagi masyarakat dari segala usia. Orang yang secara
fisik tidak aktif hampir dua kali lebih mungkin untuk mencetuskan
penyakit jantung koroner daripada orang yang melakukan aktivitas
fisik secara teratur.
h. Alkohol
Alkohol merupakan faktor risiko yang agak bersifat paradoks
untuk penyakit jantung koroner. Selama lebih dari tiga atau lebih
dekade studi terakhir telah menunjukkan bahwa konsumsi alcohol
secara sedang (30 gram alkohol, per hari) memberikan manfaat pada
koroner atau berbanding terbalik dengan terjadinya infark miokard
(yaitu, serangan jantung) untuk pria dan wanita. Dengan kata lain,
penelitian mengungkapkan bahwa minum alkohol secara moderat
cenderung mengalami penurunan risiko infark miokard. Selain itu,
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi alkohol secara
sedang meningkatkan konsentrasi HDL-kolesterol serum, mengurangi
kejadian diabetes mellitus tipe 2, meningkatkan sensitivitas insulin,
menurunkan kadar penanda inflamasi dan hemostatik, rendahnya
tingkat fibrinogen, dan menurunkan prevalensi sindrom metabolik,
semua yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan serangan
jantung.
i. Menopause
Seorang perempuan yang mencapai umur 50 tahun atau memasuki
masa menopause, akan mengalami peningkatan PJK secara dramatis.
Selama bertahun-tahun, penelitian menunjukkan bawah estrogen,
melalui terapi penggantian hormone dapat mengurangi risiko penyakit
jantung pada wanita yang memasuki masa menopause.
j. Inflamasi
Peradangan memainkan peran penting dalam penyakit
kardiovaskular dan proses inflamasi sangat penting dalam
pembentukan aterosklerosis. Peningkatan kadar CRP berhubungan
dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular bahkan tanpa
21
adanya hiperlipidemia. IL-6 juga memainkan peran penting dalam
menunjukkan risiko kardiovaskular
Aterosklerosis
Trombis
Konstriksi arteri koronaria
Metabolisme anaerob
seluler hipoksia
Intoleransi
aktifitas COP menurun Kegagalan
pompa jantung
Gangguan perfusi
22 jaringan Gagal jantung
Aterosklerosis
Penyempitan
Arteri koroner
Tidak seimbang
kebutuhan dan
suplai o2 Ketidakefektfan
perfusi jaringan
perifer
Iskemia
Kontraktilitas Metabolisme
miocarard menurun anaerob
Nyeri
Suplai darah dan o2 ke Tekanan atrium kiri
jaringan tidak adekuat meningkat
Nyeri Akut
Kurang Informasi
23
Kelemahan / fatique Tekanan vena
pulmonalis meningkat
Defisiensi
Oedem paru pengetahuan
Gangguan pertukaran
gas
Gejala-Gejala umum iskemia dan infark miokard adalah nyeri dada retrosternal.
Yang perlu diperhatikan dalam evaluasi keluhan nyeri dada iskemik SKA adalah :
24
3. Penjalaran nyeri : penjalaran ke lengan kiri, bahu, punggung,
epigastrium, leher rasa tercekik atau rahang bawah (rasa ngilu) kadang
penjalaran kelengan kanan atau kedua lengan.
4. Lama nyeri : nyeri pada SKA dapat berlangsung lama, lebih dari 20
menit. Pada STEMI, nyeri lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan
istirahat atau nitrat sublingual.
5. Gejala sistemik : disertai keluhan seperti mual, muntah atau keringat
dingin.
25
ataupun pemberian nitrogliserin. Angina pektoris
adalah “jeritan” otot jantung yang merupakan rasa
sakit pada dada akibat kekurangan pasokan oksigen
miokard. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada
sentral atau retrosentral yang dapat menyebar ke
salah satu atau kedua tangan, leher dan punggung.
Faktor pencetus yang menyebabkan angina adalah
kegiatan fisik, emosi berlebihan dan terkadang
sesudah makan. Hal ini karena kegiatan tersebut
mencetuskan peningkatan kebutuhan oksigen.
Namun, sakit dada juga sering timbul ketika pasien
sedang beristirahat.
2. Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah,
takut, berkeringat dingin dan lemas. Pasien terus
menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini
dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat
mengurangi rasa sakit, namun tidak berhasil. Kulit
terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas
biasanya terasa dingin (Antman, 2005).
26
Prinsip umum :
27
dan tekanan darah juga menurun, sehingga preload dan after load
menurun, beban miokard berkurang, pasien tenang tidak kesakitan. Dosis
2 – 4 mg intravena sambil memperhatikan efek samping mual, bradikardi,
dan depresi pernapasan. Dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20
mg atau petidin 25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg iv
6) Aspirin : Harus diberikan kepada semua pasien sindrom koroner akut jika
tidak ada kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial). Efeknya ialah
menghambat siklooksigenase –1 dalam platelet dan mencegah
pembentukan tromboksan-A2. Kedua hal tersebut menyebabkan agregasi
platelet dan konstriksi arterial. Dosis yang dianjurkan ialah 160–325 mg
perhari, dan absorpsinya lebih baik "chewable" dari pada tablet. Aspirin
suppositoria (325 mg) dapat diberikan pada pasien yang mual atau
muntah.
7) Antitrombolitik lain : Clopidogrel, Ticlopidine: derivat tinopiridin ini
menghambat agregasi platelet, memperpanjang waktu perdarahan, dan
menurunkan viskositas darah dengan cara menghambat aksi ADP
(adenosine diphosphate) pada reseptor platelet., sehingga menurunkan
kejadian iskemi. Ticlopidin bermakna dalam menurunkan 46% kematian
vaskular dan nonfatal infark miokard. Dapat dikombinasi dengan Aspirin
untuk prevensi trombosis dan iskemia berulang pada pasien yang telah
mengalami implantasi stent koroner. Pada pemasangan stent koroner dapat
memicu terjadinya trombosis, tetapi dapat dicegah dengan pemberian
Aspirin dosis rendah (100 mg/hari) bersama Ticlopidine 2x 250 mg/hari.
Colombo dkk. memperoleh hasil yang baik dengan menurunnya risiko
trombosis tersebut dari 4,5% menjadi 1,3%, dan menurunnya komplikasi
perdarahan dari 10–16% menjadi 0,2–5,5%21. Namun, perlu diamati efek
samping netropenia dan trombositopenia (meskipun jarang) sampai
dengan dapat terjadi purpura trombotik trombositopenia sehingga perlu
evaluasi hitung sel darah lengkap pada minggu II – III. Clopidogrel sama
efektifnya dengan Ticlopidine bila dikombinasi dengan Aspirin, namun
tidak ada korelasi dengan netropenia dan lebih rendah komplikasi
gastrointestinalnya bila dibanding Aspirin, meskipun tidak terlepas dari
28
adanya risiko perdarahan. Didapatkan setiap 1.000 pasien SKA yang
diberikan Clopidogrel, 6 orang membutuhkan tranfusi darah 17,22.
Clopidogrel 1 x 75 mg/hari peroral, cepat diabsorbsi dan mulai beraksi
sebagai antiplatelet agregasi dalam 2 jam setelah pemberian obat dan 40–
60% inhibisi dicapai dalam 3–7 hari. Penelitian CAPRIE (Clopidogrel vs
ASA in Patients at Risk of Ischemic Events) menyimpulkan bahwa
Clopidogrel secara bermakna lebih efektif daripada ASA untuk
pencegahan kejadian iskemi pembuluh darah (IMA, stroke) pada
aterosklerosis (Product Monograph New Plavix).
b) Terapi lanjutan (Reperfusi) : Untuk pasien yang mengalami infark
miokard akut dengan waktu onset gajala kurang dari 12 jam, Percutaneous
Coronary Intervention (PCI), Coronary Artery Bypass Graft (CABG),
ataupun reperfusi farmakologis (fibrinolitik) harus dilakukan sedini
mungkin.
1) Trombolitik
Indikasi :
Kontraindikasi :
29
a. Perdarahan aktif organ dalam
b. Perkiraan diseksi aorta
c. Resusitasi kardio pulmonal yang berkepanjangan dan traumatik
d. Trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial
e. Diabetic hemorrhage retinopathy
f. Kehamilan
g. TD > 200/120 mmHg
h. Telah mendapat streptokinase dalam jangka waktu 12 bulan
2) Antikoagulan dan antiplatelet
30
penyakit, saat nyeri parah dan risiko takiaritmia ventrikular dan serangan jantung
tinggi. Oleh karena ini, semua pasien dengan nyeri dada dicurigai memiliki SKA
yang harus segera dipindahkan ke rumah sakit untuk dilakukan penilaian.
Pemindahan idealnya harus dilakukan oleh paramedis yang terlatih dengan
monitoring jantung dan fasilitas resusitasi serta kemampuan untuk mendapatkan
EKG selama perjalanan. Transmisi EKG diawal akan memungkinkan rumah sakit
untuk mendiagnosis dan memberikan inisiasi awal sampai pada tindakan
selanjutnya
a) Monitoring, dan amankan ABC. Persiapkan diri untuk RJP dan defibrilasi
b) Berikan aspirin, dan perimbangkan oksigen, nitrogliserin, dan morfin jika
diperlukan.
c) Pemeriksaan EKG 12-sadapan dan interpretasi. Jika ada ST elevasi,
informasikan rumah sakit, catat wakti onset dan kontak pertama dengan
tim medis.
d) Lakukan pemberitahuan ke RS untuk melakukan persiapan penerimaan
pasien dengan SKA
e) Bila akan diberikan fibrinoitik pra rumah sakit, lakukan check list terapi
fibrinolitik.
31
Aspirin dapat diberikan sesegera mungkin pada pasien dengan kecurigaan SKA
sehingga dapat diberikan pra rumah sakit secara dikunyah dengan dosis 160 – 325
mg. sebelum memberikan aspirin pastikan tidak terdapat alergi aspirin pada
pasien.
32
saat pasien pertama diperiksa oleh paramedis, dokter atau pekerja kesehatan lain
sebelum tiba di rumah sakit, atau saat pasien tiba di unit gawat darurat, sehingga
seringkali terjadi dalam situasi rawat jalan.
Semua rumah sakit dan Sistem Emergensi Medis yang terlibat dalam
penanganan pasien STEMI harus mencatat dan mengawasi segala penundaan yang
terjadi dan berusaha untuk mencapai dan mempertahankan target kualitas berikut
ini:
a. Waktu dari kontak medis pertama hingga perekaman EKG pertama ≤10
menit
b. Waktu dari kontak medis pertama hingga pemberian terapi reperfusi:
c. Untuk fibrinolisis ≤30 menit
33
d. Untuk IKP primer ≤90 menit (≤60 menit apabila pasien datang dengan
awitan kurang dari 120 menit atau langsung dibawa ke rumah sakit yang
mampu melakukan IKP)
Delay (keterlambatan)
Delay pasien
34
pertama. Di rumah sakit dan sistem medis darurat yang menangani pasien
STEMI, tujuan ini sebaiknya dicapai dalam 10 menit atau kurang.
Dikenal juga sebagai delay sistem, komponen ini lebih mudah diperbaiki
melalui pengaturan organisasi dibandingkan dengan delay pasien. Delay ini
merupakan indikator kualitas perawatan dan prediktor luaran. Bila terapi
reperfusi yang diberikan adalah IKP primer, diusahakan delay (kontak medis
pertama hingga masuknya wire ke arteri yang menjadi penyebab) ≤90 menit
(≤60 menit bila kasus risiko tinggi dengan infark anterior besar dan pasien
datang dalam 2 jam). Bila terapi reperfusi yang diberikan adalah fibrinolisis,
diusahakan mengurangi delay (waktu kontak pertama dengan tindakan)
menjadi ≤30 menit.
35
h. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA) yaitu pemasangan kateter
jantung di ICS 3 dengan zat kontras dan memonitor X-ray untuk
mengetahui sumbatan pada arteri koroner.
i. Elektrokardiogram yaitu test ultrasound non invasif untuk memeriksa
ukuran, bentuk dan pergerakan struktrus jantung.
j. Tes treadmill yaitu uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung
terhadap aktivitas
10. Komplikasi Infark Miokard (MCI)
1) DisfungsiVentrikular
2) Syokkardiogenik
36
4) Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang
masif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan
hemodinamik progresif hebat yang irreversibel, yaitu :
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi
katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik.
Inkompentensi katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam
atrium kiri dengan dua akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan
kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi
tergantung dari derajat gangguan pada otot papilari bersangkutan.
6) Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan
infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukkan parut.
Dinding nekrotik yang tipis pecah sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam
kantong perikardium yang relatif tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong
perikardium yang terisi oleh darah menekan jantung ini akan menimbulkan
tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi alir balik vena dan
curah jantung.
7) Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang
merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural
intrakardia dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang
mempunyai potensi membentuk trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi
vena akan menyebabkan embolisme pada paru-paru.
37
8) Perikarditis
9) Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang
disertai nyeri pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.
10) Aritmia
Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan penyakit jantung sebelum
seseorang menderita penyakit jantung. Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
yang mempunyai faktor risiko tinggi. Dengan adanya pencegahan ini diharapkan
kelompok yang berisiko ini dapat mencegah berkembangnya proses
atherosklerosis secara dini.
38
a. Mengontrol kolesterol darah, yaitu dengan cara mengidentifikasi jenis
makanan yang kaya akan kolesterol kemudian mengurangi konsumsinya serta
mengkonsumsi serat yang larut.
b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat
disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang
bercampur dengan faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak
konsumsi garam dan kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan adalah mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stress dan
melakukan olahraga.
d. Aktivitas fisik. Manfaat melakukan akvifitas fisik dan olahraga bagi penyakit
jantung antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskular,
pengurangan faktor risiko lain yang mengganggu pembuluh darah koroner.
Ada dua jenis olahraga, yaitu olahraga aerobik dan olahraga anaerobik.
Olahraga aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus-menerus
dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Sebagai contoh
olahraga aerobik adalah gerak jalan cepat, jogging, lari, senam, renang, dan
bersepeda. Olahraga anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen
tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Sebagai contoh angkat besi, lari
sprint 100 M, tenis lapangan, dan bulu tangkis.
Pencegahan Sekunder
Yaitu upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi melalui
tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan yang tepat pada penderita
penyakit jantung. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor
yang dapat dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah
menderita penyakit jantung. Pencegahan ini ditujukan untuk menurunkan
mortalitas.
39
Pemeriksaan Fisik penderita sering tampak ketakutan, gelisah dan tegang.
Mereka sering mengurut-urut dadanya (Levine sign). Penderita dengan disfungsi
ventrikel kiri teraba dingin, nadi bervariasi, bisa brakikardia atau bahkan
takikardia. Kadang juga disertai dengan nadi yang tidak teratur oleh aritmia.
Tekanan darah biasanya normal, tetapi karena terjadi penurunan curah jantung
tekanan sitolik sering turun. Pulse pressure (tekanan nadi) sering menurun karena
tekanan diastolik meningkat. Penderita dengan syok kardiogenik tekanan darah
sistolik menurun <90 mmHg disertai dengan tanda-tanda gangguan perfusi
perifer. Pada pemeriksaan auskultasi jantung suara jantung (S1) melemah dan
sering tidak terdengar. Sering terjadi suara gallop S3 atau S4. Jika disertai
komplikasi regurgitasi mitral dapat mendengar bising jantung sistolik blowing di
apeks. Jika ada ruptur septum ventrikel dapat terdengar bising pansistolik di
parasternal kiri. Kadang (6-30%) juga didapatkan adanya suara friction rub.
Selain itu, bisa juga dengan cara menghindari merokok, stress mental, alkohol,
kegemukan, komsumsi garam berlebihan, kurangi kolestrol dan lemak dalam
makan, anjurkan komsumsi gizi yang seimbang dan olahraga teratur, kurangi
berat badan bila overweight dan obesitas, dan kurangi stress (Doengoes, 2000).
Cek Kesehatan rutin berupa tekanan darah, kolesterol, gula darah dan lingkar
perut.
Diet yang seimbang yaitu mengurangi makanan yang tinggi lemak dan garam.
Istirahat yang cukup yaitu tidur yang cukup sesuai tahap perkembangan usia.
Kelola stress.
40
Pengkajian Primer
1. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menuru
Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2. Sirkulasi
41
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
- Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
- Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
- Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan ,
kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
42
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
6. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral
- Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
- Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
- Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialam
- Catatan: nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
43
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
ditandai dengan :
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
wajah meringis
gelisah
delirium
perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
tidak gelisah
nadi 60-100 x / menit,
TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi,
visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
44
Pertahankan Oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
45
Kapiler refill Lebih dari 3 detik
Nyeri dada
Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 >
45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
Nadi lebih dari 100 x/ menit
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan
perawatan di RS.
Kriteria Hasil:
Daerah perifer hangat
tak sianosis
gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
RR 16-24 x/ menit
tak terdapat clubbing finger
kapiler refill 3-5 detik
nadi 60-100x / menit
TD 120/80 mmHg
Intervensi :
Monitor Frekuensi dan irama jantung
Observasi perubahan status mental
Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa
O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen
46
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan
keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
tekanan darah dalam batas normal
tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
paru bersih
berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
Observasi adanya oedema dependen
Timbang BB tiap hari
Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis ,
kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan
aktif ) ditandai dengan :
Dispnea berat
Gelisah
Sianosis
perubahan GDA
hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawtan selama
di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas
tidak gelisah
47
GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi <
80 mmHg )
Intervensi :
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan
adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya ,
batuk, penghisapan lendir dll.
Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau
tanda vital berubah.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard
ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
frekuensi jantung 60-100 x/ menit
TD 120-80 mmHg
Intervensi :
Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi
bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.
Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau
memerlukan pelaporan pada dokter.
7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
Tujuan :
48
cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di
RS
Kriteria Hasil :
Klien tampak rileks
Klien dapat beristirahat
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Ajarkan tehnik relaksasi
Minimalkan rangsang yang membuat stress
Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan suasana
tenang
Berikan support mental
Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi
jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang ,
kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan
konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi
pendidikan kesehatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan
pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi :
Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program
audio/ visual, Tanya jawab dll.
Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas
yang berlebihan,
49
Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja,
rekreasi aktifitas seksual.
50
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark Miokard Akut adalah oklusi koroner akut disertai iskemia yang
berkepanjangan dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian
(infark) miokard.Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena
adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah
pada jantung berkurang yang menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari
jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih
dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati.
51
B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang Asuhan
Keperawatan Miocardium Infraction diharapkan mahasiswa mengetahui,
mengerti, dan memahami akan arti, manfaat serta akibat / dampak dari apa
yang telah dibahas pada makalah tersebut.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
jadi penulis pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca
guna untuk pembuatan makalah selanjutnya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. (2010) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Alwi, I. (2014). Infark miokard dengan elevasi ST. Jakarta: Internal Publishing.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Info datin: Situasi Kesehatan
Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
53