Makalah Pleno Mci KMB
Makalah Pleno Mci KMB
Dosen Pembimbing :
Yesi Hasneli, MNS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah keperawatan
medikal bedah yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya
untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Step 1 (Terminologi)................................................................................................. 3
B. Step 2 (Identifikasi Masalah)..................................................................................... 4
C. Step 3 (Analisa Masalah)........................................................................................... 4
D. Step 4 (Tema dan Skema).......................................................................................... 6
E. Step 5 (Identifikasi LO)............................................................................................. 7
F. Step 6 (Mandiri)......................................................................................................... 7
G. Step 7 (Analisa LO)................................................................................................... 7
A. Kesimpulan................................................................................................................ 24
B. Saran.......................................................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum miokard infark adalah suatu keadaan infark atau nekrosis
otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miocard
(ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miocard).
Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada
arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya trombosis
vasokonstriksi reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi. Kadang-kadang
sumbatan ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli
atau vaskulitis. (Arif Muttaqin, 2012 hal.73)
Menurut laporan WHO, pada tahun 2004, penyakit infark miokardium
merupakan penyebab kematian utama didunia (WHO, 2008). Terhitung
sebanyak 12,2% kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia.
Penyakit ini adalah penyebab kematian utama pada orang dewasa di
mana-mana (Garas, 2010). Infark miokardium adalah penyebab kematian
nomor dua pada negara berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas
9,4% (WHO, (2008) dikutip dari siregar, (2011)).
Di Indonesia pada tahun 2002, penyakit infark miokardium merupakan
penyebab kematian pertama, dengan angka mortalitas 14% (WHO, 2008).
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI meneliti, bahwa pada
tahun 2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan
rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239,548 jiwa. Kasus
terbanyak adalah penyakit jantung iskemik yaitu sekitar 110,183 kasus.
Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokardium
(13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit
jantung lainnya (13,37%) (Depkes RI,2009 di kutip dari Siregar, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian MCI ?
2. Bagaimana etiologi MCI ?
3. Bagaimana patofisiologi MCI ?
4. Apa klasifikasi dari MCI ?
5. Dimana lokasi nyeri MCI di dada ?
6. Apa saja faktor risiko MCI ?
7. Bagaimana manifestasi klinis untuk MCI ?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk MCI ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang MCI ?
10. Bagaimana cara membaca EKG ?
11. Apa saja enzim-enzim pada jantung ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien MCI ?
iii
13. Apa saja perbedaan antara angina pektoris dengan MCI ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian MCI.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi MCI.
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi MCI.
4. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari MCI.
5. Untuk mengetahui dan memahami lokasi nyeri MCI di dada.
6. Untuk mengetahui dan memahami faktor risiko MCI.
7. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis untuk MCI.
8. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan untuk MCI.
9. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang MCI.
10. Untuk mengetahui dan memahami cara membaca EKG.
11. Untuk mengetahui dan memahami enzim-enzim pada jantung.
12. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien MCI.
13. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan antara angina pektoris
dengan MCI.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Step 1
Terminologi
1. Angina pektoris
Ketidaknyamanan dada akibat penyumbatan di dalam arteri
koroner. Otot yang dipasok arteri koroner menjadi sakit karena
kekurangan nutrisi yang dibutuhkan.
Suatu sindrom klinis yang ditandai dengan nyeri seperti tertekan di
dada depan disebabkan oleh berkurangnya aliran darah koroner
sehingga suplai oksigen ke jantung tidak adekuat. (Barbara C
Long, 2006)
Nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya aliran oksigen
terhadap miokardium. (Maryllin E. Doengoes, 2002)
2. Isoenzim
Enzim yang terdapat dalam bentuk struktur yang berbeda, tetapi
memiliki sifat-sifat katalistik yang sama.
Enzim yang berasal dari gen-gen homolog
3. CKMB
Kreatina kinase yang disingkat menjadi CK, terdiri dari 2 sub unit
yaitu M (muscle) dan B (brain).
Enzim yang terdapat pada jaringan otot miokardium.
4. Troponin
Enzim kompleks yang terdiri dari 3 sub unit yaitu troponin I,
troponin C, troponin T.
Molekul protein yang merupakan bagian dari otot rangka dan otot
jantung. Troponin umumnya tidak terdeteksi pada darah orang
sehat.
5. S,T,Q
Merupakan hasil gelombang-gelombang EKG
6. Elevasi
Suatu posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari suatu titik
tertentu.
Ketinggian suatu tempat terhadap daerah sekitarnya
7. Trigliserida
Bentuk utama dari lemak yang terdiri dari 3 molekul asam lemak
yang dikombinasikan dengan molekul gliserol alkohol.
8. Atherosclerosis
Penebalan di dinding arteri akibat terjadi penumbukan plak .
v
Radang pada pembuluh darah manusia yang disebabkan
penumpukkan plak.
9. Angiografi jantung
Sebuah teknik Sinar-X, dimana zat warna disuntikkan ke dalam
ruang jantung atau arteri yang mengarah ke jantung (arteri
koroner). Tes ini memungkinkan dilakukan pengukuran aliran
darah dan tekanan darah di ruang jantung dan melihat apakah
arteri koroner tersumbat. (Kamus kesehatan, )
B. Step 2
Identifikasi masalah
1. Diketahui dari skenario bahwa nyeri hebat dirasakan di bawah sternum
dan perut atas. Namun, kenapa nyeri lebih berat dirasakan di bahu kiri?
2. Apa yang menyebabkan pasien merasa mual dan muntah?
3. Apakah sesak dan jantung terasa berdebar keras berhubungan dengan
nyeri yang dirasakan pasien di bawah sternum dan perut atas?
4. Apakah ada hubungan antara nyeri hilang dengan posisi pasien?
5. Apa penyebab,tanda dan gejala dari Angina pektoris?
6. Efek samping dari troponin I dan T meningkat?
7. Dari semua tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien di skenario,
apa saja diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan?
8. Apa yang dapat dilakukan perawat pertama kali jika pasien mengalami
Angina pektoris?
9. Apa yang menyebabkan terjadinya atherosclerosis pada seseorang?
10. Berdasarkan hasil EKG pasien di skenario, apakah itu normal atau
abnormal? Jika abnormal,jelaskan.
11. Apa saja indikasi pasien harus dilakukan pemeriksaan Angiografi
jantung?
12. Apa faktor usia mempengaruhi keluhan – keluhan pasien di skenario?
13. Apa hubungan angina pektoris dengan mual muntah yang dirasakan
pasien?
14. Apa ada kaitan trigliserida (lemak) dengan angina pektoris?
C. Step 3
Analisa masalah
1. Karena nyeri yang dialami pasien adalah merupakan nyeri berat.
Seperti kita ketahui bahwa ciri – ciri dari nyeri berat adalah nyeri yang
dirasakan dapat menjalar ke anggota tubuh terdekat.
2. Hal ini dikarenakan pasien mengalami nyeri berat (Angina Pektoris)
dan sesak sehingga hal ini dapat berpengaruh pada gastro interstinal
sehingga pasien mual muntah. Selain itu, sesak yang dialami pasien
dapat menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga kadar asam
vi
lambung cenderung meningkat dan menyebabkan mual bahkan muntah
jika sudah terlalu lama dibiarkan.
3. Berhubungan karena jika seseorang melakukan inspirasi namun kadar
oksigen tidak mencukupi kebutuhan tubuh sehingga menyebabkan
seseorang itu merasakan sesak napas. Kadar oksigen yang kurang ini
juga menyebabkan lebih sedikit lagi oksigen yang dapat diangkut ke
jantung sehingga jaringan mengalami iskemia dan lama kelamaan
nekrosis dan dapat menimbulkan nyeri dada.
4. Hal ini berhubungan karena penanganan nyeri non-farmakologis salah
satunya adalah dengan mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
Selain itu, posisi berbaring (semi-fowler/fowler) dapat menurunkan
kinerja jantung karena pasien berada dalam fase istirahat.
5. Penyebab terjadinya angina pektoris adalah dikarenakan terdapat
menumpukkan plak-plak di dinding arteri. Lama kelamaan plak ini
akan menyumbat aliran di arteri dan menyebabkan pasokan oksigen
tidak maksimal ke jantung sehingga menimbulkan nyeri dada. Tanda
dan gejala dari Angina pektoris adalah seperti yang dijelaskan di
skenario.
6. Troponin tidak memiliki efek samping ketika nilainya meningkat. Hal
ini dikarenakan, nilai troponin (enzim jantung) hanya sebagai indikator
bahwa terdapat kerusakkan atau kematian sel pada jantung.
7. Diagnosa keperawatan utama adalah gangguan perfusi jaringan perifer
b.d kurangannya pasokan oksigen ke jaringan tubuh.
Diagnosa keperawatan tambahan adalah gangguan rasa nyaman b.d
nyeri berat yang dirasakan pasien.
8. Yang dapat dilakukan perawat pada fase pertama ketika menangani
pasien dengan Angina pektoris adalah mengatur posisi pasien
senyaman mungkin untuk mengurangi nyeri. Seterusnya, perawat bisa
memasangkan oksigen kepada pasien dengan kadar sesuai kebutuhan
pasien. Perawat juga dapat mengukur dan memantau TTV pasien per
jam untuk mengetahui berubahan - berubahan yang mungkin terjadi.
9. Atherosclerosis dapat terjadi karena tekanan darah seseorang yang
sering kali tinggi, terdapat penyumbatan di arteri oleh plak-plak seperti
trigliserida, kurangnya asupan sayur dan buah, kurang olahraga dan
kadar kolesterol tinggi.
10. (Dijadikan LO)
11. Pemeriksaan Angiografi jantung dilakukan pada pasien dengan
kelainan jantung.
12. Faktor usia mempengaruhi keluhan pasien di skenario karena semakin
meningkatnya usia seseorang maka kinerja organ-organ tubuh seperti
jantung juga akan semakin menurun. Hal ini dapat diperburuk lagi
dengan pola hidup seseorang yang tidak sehat.
vii
13. Sudah terjawab di pertanyaan no.2
14. Sudah terjawab di pertanyaan no.9
D. Step 4
Tema : Miokard Infak (MCI)
Skema
Pria 67 Tahun
DS DO
-Nyeri Tajam dan berat >40 -Ps Pucat,keringat
menit dingin,merintih,sesak
-Nyeri dada hebat dibawah napas,jantung berdebar
sternum dan perut atas keras,Mual muntah 2 X
TD: 180/110 mmHg
P: 135
RR: 37
T: 38.9 C
(+)CKMB
Troponin I dan T meningkat
EKG ST elavasi Q Wave
Trigliserida Serum
viii
E. Step 5
Daftar LO (Learning Objective):
1. Pengertian MCI.
2. Etiologi MCI.
3. Patofisiologi MCI.
4. Klasifikasi dari MCI.
5. Lokasi nyeri MCI di dada.
6. Faktor risiko MCI.
7. Manifestasi klinis untuk MCI.
8. Penatalaksanaan untuk MCI.
9. Pemeriksaan penunjang MCI.
10. Cara membaca EKG.
11. Enzim-enzim pada jantung.
12. Asuhan keperawatan pada pasien MCI.
13. Perbedaan antara angina pektoris dengan MCI.
F. Step 6
Diskusi mandiri
G. Step 7
Pembahasan LO (Learning Objective)
1. Pengertian MCI
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot
jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009).
Proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Smeltzer & bare
2002).
Infark miokard merupakan keadaan klinis sangat mencemaskan
karena serangan mendadak yang umumnya terjadi pada pria
berusia 35-55 tahun tanpa gejala pendahuluan. (Santoso, 2005)
Miocard Infark adalah kematian sebagian otot jantung (miokard)
secara mendadak akibat terhentinya sirkulasi koroner yang
ditandai dengan adanya sakit dada yang khas lebih dari 30 menit,
tidak hilang dengan istirahat. (Rokhaeni, et. Al. 2001)
2. Etiologi MCI
(Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep
Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC)
a. Aterosklerosis
Kolesterol dalam jumlah banyak beransur menumpuk di bawah
lapisan intima arteri. Kemudian daerah ini dimasuki oleh jaringan
ix
fibrosa dan sering mengalami kalsifikasi. Selanjutnya akan timbul
“plak aterosklerotik” dan akan menonjol ke dalam pembuluh darah
dan menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah.
b. Penyumbatan koroner akut
Plak aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekuan darah
setempat atau trombus dan akan menyumbat arteria. Trombus
dimulai pada tempat plak ateroklerotik yang telah tumbuh
sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan intima, sehingga
langsung bersentuhan dengan aliran darah. Karena plak tersebut
menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi darah, trombosit
mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring
dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan tersebut
terlepas dari tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan
mengalir ke cabang arteria koronaria yang lebih perifer pada arteri
yang sama.
(Wajan Juni Udjianti, 2010)
c. Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miocard :
tirotoksikosis, hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida,
spenosis atau insufisiensi aorta.
d. Terjadi gangguan Hematologi : anemia, polisitemia vera,
hypercoagulabity, thrombosis, trombositosis dan DIC.
x
percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya
infark miokard.
Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis.
5. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal.
Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi
bypass koroner.
xi
3. Patofisiologi MCI
xii
4. Klasifikasi dari MCI
(Rendy dan Margareth,2012 : 87)
i. Miokard infark subendokardial
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat
pekaterhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial
terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun
dalam waktu lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan
arteri koroneratau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti
hipotensi, perdarahan dan hipoksia. Derajat nekrosis dapat
bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard,
misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun
pada mulanya gambaran klinis dapat relatif ringan, kecenderungan
iskemia dan infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah
pasien dipulangkan dari RumahSakit.
ii. Miokard infark transmural
Pada lebih dari 90 % pasien miokard infark transmural berkaitan
dengan trombosis koroner. Trombosis seing terjadi di daerah yang
mengalami penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih
jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya perdarahan dalam
plaque aterosklerotik dengan hematom intramural, spasme yang
umumnya terjadi di tempat aterosklerotik yang emboli koroner.
Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal,
tetapi hal ini amat jarang.
xiii
6. Faktor risiko MCI
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang
untuk terkena MCI, yaitu :
i. Faktor resiko yang bisa dimodifikasi merupakan faktor resiko
yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka
bisa dihilangkan. Termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain:
menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenesis dan
vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia
jantung, meningkatkankebutuhan oksigen jantung, dan
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20
batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan
resiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok.
Konsumsi alkohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif
alkohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa
meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi
platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan
tetapi semuanya masih kontroversial. Tidak semua literature
mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol
dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular
karena aritmia,hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
(Beers, 2004)
Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae, organisme gram negative
intraseluler dan penyebab umum penyakitsaluran pernafasan,
tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner
aterosklerotik.
Hipertensi sistemik.
Hipertensi >160/90 mmHg
Hipertensi sistemik menyebabkan meningkatnya after load
yang secara tidak langsung akanmeningkatkan beban kerja
jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel
kiri sebagaikompensasi dari meningkatnya after load
yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.
(Brow, 2006)
Obesitas
Kegemukan > 120% dari berat badan ideal.
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan
tekanan darah, peningkatan kolesteroldarah, DM tidak
xiv
tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
Hiperkolesterolemia > 275 mg/dl
Kurang olahraga dan aktivitas aerobic yang teratur akan
menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner, yaitu
sebesar20-40 %.
Resiko terlama infank miokard meningkatkan pada pasien
yang mengkomsumsi diet yang rendah serat kurang vitamin
C dan bahan-bahan pipistemikal
Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien
dengan DM sebesar 2-4 lebih tinggidibandingkan orang biasa.
Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme
lipid, obesitas,hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis
(peningkatan tingkat adhesi platelet dan
peningkatantrombogenesis).
xv
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara,
Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan dapatmerefleksikan
perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur sosio-
ekonomi, dan kehidupan urban.
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif,
kasar, sinis, gila hormat, ambisius, dan gampangmarah sangat
rentan untuk terkena PJK. Terdapat hubungan antara stress
dengan abnnormalitasme lipid.
Kelas social
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi
pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkandengan
kelompok pekerja profesi (misal dokter, pengacara dll). Selain
itu frekuensi istri pekerja kasarternyata 2 kali lebih besar
untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri
pekerjaprofessional/non-manual. (Ilham, 2010).
xvi
Untuk mengimbangi pasokan darah kaya oksigen yang menurun,
sistem saraf menstimulasi denyut jantung dan laju pernapasan
menjadi cepat.
Efek Katekolamin
Pasien mungkin mengalami seperti kesejukan di ekstremitas,
berkeringat, dan gelisah.
Demam
Biasa terjadi pada awal infark
Keringat dingin dan hopotensi
Pengeluaran urine berkurang karena penurunan aliran darah gijal
serta peningkatan aldosterol dan ADH. (Elizabeth
J.Corwin,2009)
Syok
Tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg, rona wajah kelabu,
letargi, diaforesis, sianosis perifer, takikardi, atau brakikardi,
nadi pelan.). Pada beberapa kasus, syok utamanya disebabkan
oleh nyeri hebat, pada kasus lain oleh karena penurunan curah
jantung (COP) dan fungsi jaringan yang tidak adekuat
menghasilakan jaringan hipoksia .
Ketika dilakukan pemeriksaan pada bagian auskultasi di
dapatkan bunyi jantung terdengar lebih jauh dan lemah. Sering
juga terdengar Gallop.
Pada fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis normal
atau sedikit meningkat (Irmalita, 1996).
Pulsasi arteri karotis melemah karena penurunan stroke volume
yang dipompa jantung (Antman, 2005).
Volume dan denyut nadi cepat, namun pada kasus infark
miokard berat nadi menjadi kecil dan lambat.
Bradikardi dan aritmia juga sering dijumpai.
Tekanan darah menurun atau normal selama beberapa jam atau
hari. Dalam waktu beberapa minggu, tekanan darah kembali
normal (Irmalita, 1996).
xvii
Oksigen. Diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri >
90%. Oksigen sebaiknya diberikan dengan masker oksigen atau
nasal prong.
Nitrat. Menanggulangi spasme arteri koroner dan menurunkan
tekanan baik preload maupun afterload. Nitrat sublingual dapat
diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 md dan dapat diberikan
sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
Aspirin. Menghambat sistem cyclooxygenase, menurunkan level
dari tromboxane A2, yang merupakan aktifator platelet yang
poten. Diberikan dengan dosis 160 atau 325 mg setiap hari.
xviii
9. Pemeriksaan penunjang MCI
EKG
Menunjukkan peninggian gelombang S.T. Iskemia berarti
menurunnya atau datarnya gelombang T. menunjukkan cedera.
Adanya elevasi sigmen dan endapan tertentu.
Ronsen Torak (Radiologi)
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung (Taufan
Nugroho, 2011).
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan pada enzim jantung. Akan didapatkan
peningkatan enzim :
xix
ke ventrikel. Gangguan konduksi dari atrium ke ventrikel akan menyebabkan
perubahan pada segmen PR.
xx
LDH (lactic De-hydroginase)
Normalnya adalah kurang dari 195 ml. Kadar enzim baru naik
biasanya sesudah 48 jam akan kembali ke nilai normal antara
hari ke 7 dan 12
Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan, berat badan, letargi, warna kulit, edema, dan
temperatur.
xxi
Cek toleransi klien terhadap aktifitas, hepatojogular refleks, serta
clubbing fingers
Kulit pucat, sianosis, dingin, lembab, berkeringat, atau diaforesis
Studi Diagnostik
Sel darah putih: leukosis (10.000-20.000 mm2) muncul hari
kedua setelah serangan infark karena inflamasi.
Sedimentasi meningkat pada hari ke2-3 setelah serangan yang
menunjukkan adanya inflamasi.
Tes fungsi ginjal: peningkatan kadar BUN (Blood Urea
Nitrogen) dan kreatinin karena penurunan laju filtrasi glomerulus
terjadi akibat penurunan curah jantung.
EKG
Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanya injuri
miokard
Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia
miokard.
Q patologis menunjukkan adanya necrosis miokar
Radiologi
Thorax rontgen: menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena
gagal jantung kongestif.
Echocardium: menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan
katup jantung
Radioactive isotope : menilai area iskemia serta non perfusi
koroner dan miokard.
Batasan karakteristik :
Perubahan selera lain dan atau aktifitas lain, aktivitas berulang,
mengekspresikan prilaku misalnyagelisah, makan, perubahan
tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi
pernapasan, laporan isyarat, diaporesis, prilaku distraksi
(misalnya, berjalan mondar-mandir mencari orang merengek,
menangis), masker wajah (misalnya mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus
meringis), sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit
xxii
(misalnya gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan), indikasi nyeri
yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri,
sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkan nyeri secara
verbal, gangguan tidur.
NIC NOC
Lakukan pengkajian Mampu mengontrol nyeri
nyeri secara (tahu penyebab nyeri dan
komprehensif mencari bantuan)
termasuk Melaporkan bahwa nyeri
lokasi,karakteristik, berkurang dengan
duarasi, frekuensi, menggunakan manajemen
kualitas dan faktor nyeri
prsipitasi Mampu mengenali nyeri
Observasi reaksi non- (skala, intensitas, frekuensi
verbal dari dan tanda nyeri)
ketidaknyamanan Menyatakan rasa nyaman
Gunakan komunikasi setelah nyeri berkurang
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
Evaluasi pengalaman
nyeri sebelumnya
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Berikan analgesic
untuk mengurangi
nyeri
Tingkatkan istirahat
xxiii
2 Tergantung pada faktor Tidak tergantung pada faktor
aktivitas. Serangan angina aktivitas.
dapat timbul pada wajtu
istirahat atau tidur malam,
timbul pada waktu
melakukan aktivitas dan akan
segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya
Tambahan LO :
xxiv
ventrikel kanan, defek mekanik, ruptur miokard, aneurisma ventrikel kiri,
perikarditis, dan trombus mural.
2. Pencegahan MCI
Hindari merokok,stress mental,alcohol,kegemukan dan komsumsi garam
berlebihan
Kurangi kolestrol dan lemak dalam makan
Anjurkan komsumsi gizi yang seimbang dan olahraga teratur
Kurangi berat badan bila overweight dan obesitas
Kurangi stresss
xxv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Miocard infark adalah suatu
keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai darah
dan oksigen pada miocard (ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miocard).penyakit ini adalah penyakit yang paling
mematikan, Menurut laporan WHO, pada tahun 2004, penyakit infark
miokardium merupakan penyebab kematian utama didunia (WHO,
2008).Oleh karena itu penyakit ini harus ditangani dengan cepat dan
tepat.Penyakit miocard infark ini juga dapat dicegah dengan melakukan
pola hidup sehat seperti menghindari rokok, menghindari stress
mental,menghindari alcohol, menghindari kegemukan dan komsumsi
garam berlebihan,mengurangi kolestrol dan lemak dalam makanan,serta
menkonsumsi gizi yang seimbang dan olahraga secara teratur.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita mengerti dan memahami
mengenai penyakit miocard infark yang sangat mematikan ini.Sehingga
sebagai seorang tenaga kesehatan kita harus mengerti dan mengetahui hal
apa saja yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami miocard
infark.Dan juga selain membantu dalam kesembuhan orang lain, kita jugak
bisa melakukan pencegahan terhadap diri kita sendiri serta orang-orang
terdekat agar terhindar dari penyakit ini.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
xxvii