Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : encegahan ekubitus


P D
Sasaran : Keluarga Tn.A di Ruang III-
2 Waktu Pertemuan : 1 x 22 menit

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan selama 22 menit, peserta penyuluhan dapat memahami dan
menjelaskan tentang penyakit empiema.

2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah dilakukan selama 22 menit, peserta penyuluhan mampu menjelaskan:
a. Pengertian Dekubitus
 b. Tipe Dekubitus
c. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus
d. Penampilan Klinis Dekubitus
e. Pencegahan Dekubitus
f. Pengobatan/Intervensi Dekubitus

B. Pokok Bahasan: Pencegahan Dekubitus

C. Sub Pokok Bahasan:


1. Pengertian Dekubitus
2. Tipe Dekubitus
3. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus
4. Penampilan Klinis Dekubitus
5. Pencegahan Dekubitus
6. Pengobatan/Intervensi Dekubitus
D. Kegiatan dan Media Penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Waktu Media dan Alat


Peserta (Menit) Penyuluhan
Penyuluhan
I. Pendahuluan− Menjelaskan TIU/TIK  1. Mendengarkan 1’ Leaflet
− Menjelaskan cakupan Mendengarkan 1’
mate2r.i
Menjelaskan manfaat dan 3.

relevansi 4. Mendengarkan 1’

II. Penyajian − Menanyakan pengertian 1. Menjawab 1’ Leaflet


dekubitus sesuai  pertanyaan
 pengetahuan peserta
− Menjelaskan pengertian 2. Mendengarkan & 2‘
dekubitus memperhatikan
− Menjelaskan tipe dekubitus3. Mendengarkan & 2’
− memperhatikan
− Menanyakan kepada 2’
pesert4a.
apakah peserta 5. Memberikan
 paham/mengerti materi yang  pernyataan
telah dijelaskan
− Menjelaskan proses Mendengarkan & 2‘
terjadinya dekubitus dan memperhatikan
faktor penyebab dekubitus 6. Mendengarkan & 2’
− Menjelaskan penampilan memperhatikan
klinis dekubitus 7. Mendengarkan & 2’
− Menjelaskan pencegahan memperhatikan
dekubitus
1. Menjelaskan 8. Mendengarkan & 2’
 pengobatan/intervensi memperhatikan

2. Memberikan pertanyaan 1’ Leaflet


III. Penutup tentang materi empiema 1. Menjawab
yang telah disampaikan  pertanyaan
3. Menyimpulkan materi 2. 2’
3. Mendengarkan

E. Evaluasi
1. Cara: Lisan
2. Bentuk pertanyaan:
1. Sebutkan Pengertian Dekubitus
2. Sebutkan Tipe Dekubitus
3. Jelaskan Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus
4. Sebutkan Penampilan Klinis Dekubitus
5. Jelaskan Pencegahan Dekubitus dan Pengobatan/Intervensi Dekubitus
F. Referensi
Capernito, Linda Juall. 1999.   Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan :
 Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2 . Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000.   Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan
 Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
 Nurachman, Elly. 2001.  Pencegahan dan Perawatan Dekubittus. Jakarta : Sagung Seto
http://asuhan-keperawatan-dekubitus.blogspot.com/2011/04/ulcus-dekubitus.html
Materi Penyuluhan

PENCEGAHAN DEKUBITUS

A. Pendahuluan
Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada
 baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus dapat terjadi
  pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia.
Khsusnya pada klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak 
 berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat
 berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser,
sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur.
Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama.
Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari
 penderita.

B. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah
yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa terjadi
dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan
lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica
superior anterior, daerah tumit dan siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase
terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam
 perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:

• Berkurangnya jaringan lemak subkutan

• Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin


• Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.

C. Tipe Ulkus Dekubitus


Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus
dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi
menjadi tiga;
1. Tipe normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan
kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini
terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan
 pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2. Tipe arterioskelerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada
  pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus
disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam
16 minggu.
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

D. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus


Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap
utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas
tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat
tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan
mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis
  jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih
bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring
  berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi
 beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat
memudahkan terjadinya dekubitus:
• Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita
dengan posisi dengan setengah berbaring

• Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.

• Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya
 berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.
• Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinya dekubitus
antara lain:

a. Faktor Intrinsik 

• Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)

• Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit


 berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.

• Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus


yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.

• Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan


insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti
 pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit
menurun.

• Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight

• Anemia

• Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek 


  penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan
kadar albumin darah menurun

• Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah,


 juga mempermudah dan meperjelek dekubitus

• Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.

b. Faktor Ekstrinsik 

• Kebersihan tempat tidur 


• Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
  penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.

• Duduk yang buruk 

• Posisi yang tidak tepat

• Perubahan posisi yang kurang

E. Penampilan Klinis Dekubitus


Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut;

Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai


daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis
hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang

dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit.
Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai

didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.


Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar 

ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus adalah penekanan pada daerah-daerah


tonjolan tulang, harusla diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang
mengalami dekubitus adalah lelih luas dari ulkusnya.

F. Pencegahan Dekubitus
Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini mungkin
harus dicegah dengan cara :
1. Anjurkan pasien untuk duduk dikursi roda atau seri gery untuk menegakkan mereka
setiap 10 menit untuk mengurangi tekaan atau membantu pasien melakukannya.
2. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena kerusakan
kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi pasien buruk.
3. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap
kulit.
4. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area kemerahan dengan
segera.
5. Jaga agar kulit tetap kering
6. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
7. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi dekubitu.
8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan lotion
9. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak 
10. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan
menumpuk.menggumpal
11. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
12. Lakukan latihan serak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur 
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.

G. Pengobatan / Intervensi
Tahap – tahap kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan terjadi dalam 4 tahap, maka
dari itu pengobatan atau intervensi keperawatan pada tiap tahap/dapat membatasi proses dan
menghindari kerusakan lebih lanjut. Tahap satu, yang ditandai dengan :
1. Kulit menjadi kemerahan, akan berubah warna biru ke abu – abuan disekitar daerah
yang mengalami tekanan. Pada orang yang berkulit gelap daerah tersebut terlihat
lebih kering.
Tindakan:
a. Britahui perawat
 b. Jaga agar area sekitar kulit yang rusak tetap bersih dan kering
c. Kurangi semua tekanan berlebihan pada area tersebut
d. Menganjurkan diet bergizi dan cairan yang adekuat
e. Jaga agar kulit yang rusak tetap tertutup sesuai instruksi, biasanya dengan
 balutan steril kering atau penutup proteksif lainnya.
f. Lakukan pengobatan dengan lampu panas sesuai instruksi dokter 
g. Tempatkan pasien pada matras egrate, agar berat badan terdistritansi ke seluruh
 permukaannya dan memberikan sirkulasi udara.
h. Laporkan indikasi infeksi seperti bau atau drainase, pendarahan dan perubahan
ukuran.
i. Pokumatasikan adanya area yang potensia rusak pada catatan pasien
menggunakan kata – kata dan diagram.
2. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah tersebut, kulit bisa
rusak atau tidak.
Tindakan
a. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
  b. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk mencegah
 pembentukan luka baring dengan .
c. Laporkan ke perawat
d. Dokumentasikan pada catatan perawatan
3. Semua lapisan kulit rusak,
Tindakan.
a. Perawatan yang diabaikan sama dengan perawatan tahap – tahap dan dilanjutkan
dengan tepat jika berlanjut ke tahap 3.
 b. Untuk mencegah infeksi perawar dapat mencari daerah luka dengan bahan
 bakteriostatik misalnya : Phisonex, cara klens, dan Bioleks, pengobatan spesifik 
 bervariasi sesuai dengan instruksi dokter.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


RUANG RA4
PENCEGAHAN DEKUBITUS

SRI ADHYATI, S.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2011

Anda mungkin juga menyukai