0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan11 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian menguji penggunaan tepung terigu dan alginat dalam pembuatan keju Mozzarella untuk melihat kualitas fisik dan organoleptiknya.
2. Hasil menunjukkan kombinasi tepung terigu dan alginat tidak berpengaruh pada kekerasan, daya potong, dan kualitas sensori keju, tetapi penggunaan tepung terigu berpengaruh pada kekerasan dan daya potongnya.
3.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian menguji penggunaan tepung terigu dan alginat dalam pembuatan keju Mozzarella untuk melihat kualitas fisik dan organoleptiknya.
2. Hasil menunjukkan kombinasi tepung terigu dan alginat tidak berpengaruh pada kekerasan, daya potong, dan kualitas sensori keju, tetapi penggunaan tepung terigu berpengaruh pada kekerasan dan daya potongnya.
3.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian menguji penggunaan tepung terigu dan alginat dalam pembuatan keju Mozzarella untuk melihat kualitas fisik dan organoleptiknya.
2. Hasil menunjukkan kombinasi tepung terigu dan alginat tidak berpengaruh pada kekerasan, daya potong, dan kualitas sensori keju, tetapi penggunaan tepung terigu berpengaruh pada kekerasan dan daya potongnya.
3.
Penggunaan Tepung Terigu dan Alginat Dalam Pembuatan Keju Mozzarella
Ditinjau Dari Kualitas Fisik dan Organoleptik Purwadi dan Abdul Manab Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Email: purwadi_fpt@ub.ac.id
ABSTRACT Keju Mozzarella merupakan keju khas Italia
Using wheat flour and alginate In yang sering digunakan sebagai lapisan atas mozzarella cheese making On physical and pizza. Ciri-ciri keju Mozzarella diantaranya ialah sensory quality. elastis, berserabut dan lunak. Keju ini The purpose of this research was to know merupakan keju yang harus dikonsumsi dalam the best combination of using wheat flour and keadaan segar. Keju Mozzarella termasuk alginate on physical and sensory quality of kelompok keju “pasta- filata”, yaitu keju yang Mozzarella cheese. dipanaskan dan dilentur- kan pada proses The method that used in this research was pembuatannya. Pemanasan dan pelenturan factorial experiment with completely dilakukan pada suhu 70° – 85°C tetapi kadang- randomized design by using twelve treatments kadang hanya 67°C. and three times repeatation. The variable Adakalanya keju Mozzarella mempunyai measured was hardness, cutting point and tekstur lunak dan lembek, sehingga diperlukan sensory. The obtained data was analized by adanya bahan pengental dan bahan penstabil using analysis of variance continued by honesty agar produk tersebut tidak mudah lembek pada significant difference (HSD). saat dikeluarkan dari pendingin dan agar pada The result of this research showed that the saat diparut bentuk hasil parutannya sesuai used of wheat flour and alginate did not give a dengan yang diharapkan serta tidak mudah significance different interaction (P > 0,05) on menyatu kembali setelah diparut (Purwadi, the average of hardness, cutting point and 2007), oleh karena itu suatu percobaan sensory quality (colour, texture, and taste) of penggunaan bahan pengental dan penstabil Mozzarella cheese, but used of wheat flour give serta konsentrasi penggunaannya perlu a different significance effect (P < 0,05) on dilakukan. Pada penelitian ini menggunakan hardness and cutting point of Mozzarella bahan pengental tepung terigu dan bahan cheese. The highest value was the treatment of penstabil alginat. T4A3, that was the combination of 7,5% wheat Tepung terigu sebagai bahan tambahan flour and 1% alginate. pangan di dalamnya terdapat pati yang memiliki kemampuan membentuk larutan kental dan Keywords: wheat flour, alginate, Mozzarella berbentuk gel karena mengalami proses cheese, physical and sensory quality. gelatinisasi (Tranggono, 1992). Menurut Stephen (1997) gelatinisasi terjadi pada saat PENDAHULUAN pati mentah larut karena mengalami Keju merupakan produk olahan susu yang pemanasan (64⁰C atau lebih). Pada proses memiliki nilai gizi tinggi dan diperoleh dengan gelatinisasi banyak terjadi perubahan- cara menggumpalkan kasein susu. Keju perubahan, yaitu pecahnya hidrogen, berdasarkan konsistensinya dapat digolongkan meningkatnya keterikatan air, keterikatan menjadi beberapa golongan, yaitu keju sangat antara matriks amilosa dan amilopektin, keras (Parmesan), keras (Cheddar, Emmental), pembengkakan jaringan dan kelarutan. semi lunak (Gouda, Limburger, Requefort), dan Perubahan pada proses gelatinisasi tersebut lunak (Brie, Cottage, Mozzarella) (Fox et al., menyebabkan viskositas meningkat dan 2000). membentuk gel. Gluten pada tepung terigu dapat terbentuk karena pencampuran protein gliadin dan glutenin yang ada pada tepung terigu pada saat Hasil Ternak Program Studi Teknologi Hasil pengadukan adonan. Gluten jika dicampur Ternak Fakultas Peternakan Universitas dengan air, proteinnya akan menyerap air lalu Brawijaya untuk membuat Keju Mozzarella dan terjadi peningkatan kadar air dan volumenya uji organoleptik keju Mozzarella. Laboratorium membesar, sehingga dapat memantapkan Dasar Bersama Universitas Airlangga untuk tekstur keju yang lunak dan keju dapat mulur melakukan uji kekerasan dan daya potong. dengan sempurna. Keju Mozzarella yang berkualitas baik dibuat dengan menggunakan 2. Metode Penelitian tepung terigu yang berprotein tinggi (hard Metode yang digunakan dalam penelitian wheat flour) 11% - 13%, karena dengan ini adalah percobaan faktorial 4 x 3 dengan tingginya protein maka kemampuan rancangan acak lengkap (RAL) dan ulangan 3 membentuk gluten akan semakin tinggi, kali. Faktor pertama ialah penggunaan tepung sehingga mempengaruhi tekstur keju yang terigu sebagai bahan pengental dengan semakin kental (Preston, 1994). konsentrasi 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5% dan faktor Alginat dapat ditambahkan sebagai bahan kedua ialah penggunaan alginat sebagai bahan penstabil dalam pembuatan keju Mozzarella. penstabil dengan konsentrasi 0%; 0,5%; dan 1%. Alginat berasal dari rumput laut yang berfungsi Kombinasi antara faktor tepung terigu dan sebagai pengental, penstabil dan pembentuk alginat menghasilkan 12 perlakuan, yaitu: T1A1, gel. Konsentrasi alginat 0,25% – 0,5% dapat T1A2, T1A3, T2A1, T2A2, T2A3, T3A1, T3A2, memperbaiki dan menstabilkan konsistensi T3A3, T4A1, T4A2 dan T4A3. produk yang dimatangkan (keju, cake, pie), salad dressing dan coklat, serta dapat 3. Prosedur Pembuatan Keju Mozzarella mencegah pembentukan kristal berukuran Prosedur pembuatan keju Mozzarella besar pada es krim selama penyimpanan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (Anonim, 2009). Alginat digunakan dalam 1. Susu dipasterisasi pada suhu 72°C pembuatan keju Mozzarella karena dapat dipertahankan selama 15 detik. membendung air yang ada di dalam keju, 2. Penurunan suhu hingga 35°C. sehingga air tetap stabil di dalam keju dan 3. Penambahan jeruk nipis 1,9% dan dapat mempercepat mengeringnya keju pada enzim 0,025%, kemudian diaduk dan keadaan udara rendah. Penambahan alginat didiamkan hingga terjadi gumpalan pada pembuatan keju Mozzarella juga berfungsi yang kompak. untuk memantapkan emulsi lemak dan air, 4. Pemotongan curd dan didiamkan 15 sehingga produk tetap stabil, tidak lembek, menit. tidak terpisah antara bagian lemak dan air, 5. Pemisahan whey serta mempunyai tekstur yang kompak 6. Nomor 4 dan 5 dilakukan 3 kali hingga (Anonim, 2007). whey tidak ada yang mengalir lagi. Penelitian ini bertujuan untuk 7. Penambahan garam 1,25%, natrium memperoleh kombinasi yang tepat pada sitrat 1%, tepung terigu (0%; 2,5%, 5%; penambahan tepung terigu dan alginat dengan dan 7,5 %), alginat (0%; 0,5%; dan 1%), berbagai konsentrasi dalam pembuatan keju kemudian diaduk hingga rata. Mozzarella ditinjau dari kualitas fisik dan 8. Penekanan (working) organoleptik. 9. Pemuluran (stretching) 10. Pencetakan dan pembekuan di freezer 11. Pengujian kualitas fisik (kekerasan, METODE PENELITIAN daya potong) dan organoleptic. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian. Pengambilan data penelitian dimulai pada HASIL DAN PEMBAHASAN bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan September 2009 dan dilaksanakan di 2 tempat yaitu: Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan 1. Penggaruh Penggunaan Tepung Terigu Uji kekerasan (hardness) dimaksudkan dan Alginat terhadap Kekerasan Keju untuk mengetahui kekenyalan curd yang Mozzarella. dihasilkan (Purwadi, 2007). Uji kekerasan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa memiliki prinsip penekanan pada keju sampai kombinasi antara tepung terigu dan alginat keju rusak (patah). Pengujian dilakukan pada tidak memberikan interaksi yang nyata (P > saat keju dalam perlakuan dingin (keras) 0,05), penggunaan tepung terigu memberikan sehingga kekentalannya tidak maksimal dan perbedaan pengaruh yang nyata (P < 0,05) dan pada saat ditekan mudah rusak. Nilai yang penggunaan alginat tidak memberikan didapatkan juga beragam. Tabel 1 menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata (P > 0,05) bahwa interaksi antara tepung terigu dan terhadap kekerasan keju Mozzarella. Rata-rata alginat tidak memberikan perbedaan yang hasil uji BNJ beserta notasinya untuk tepung nyata (P > 0,05) terhadap kekerasan keju terigu, alginat dan kombinasinya dapat dilihat Mozzarella. Penggunaan tepung terigu pada Tabel 1. memberikan perbedaan pada tiap-tiap Tepung ALGINAT perlakuan kekerasan keju Mozzarella. Rata-rata Terigu A1 A2 A3 Rata-rata nilai yang didapatkan dari T1 5,67 4,33 4,33 4,78 b interaksi tepung terigu dan alginat pada T2 2,67 2,17 2,17 2,34 ab perlakuan T1A1 cenderung lebih tinggi daripada T3 2,17 3,5 2,67 2,78 ab perlakuan yang lain yaitu sebesar 5,67, sedang- T4 2,83 1,33 2,33 2,16 a kan nilai terendah pada perlakuan T4A2 yaitu Rata-rata 3,34 2,83 2,88 sebesar 1,33. Nilai rata-rata kekerasan yang Tabel 1. Rata-rata nilai kekerasan semakin tinggi maka keju semakin keras, keju Mozzarella (N). sehingga keju Mozzarella dengan perlakuan Keterangan: notasi a, b pada kolom yang sama dari T4A2 (tepung terigu 7,5 % dan alginat 0,5%) rata-rata nilai kekerasan keju Mozzarella dengan merupakan keju yang tidak keras karena perlakuan penggunaan tepung terigu, menunjukkan memiliki nilai rata-rata yang paling rendah. perbedaan yang nyata (P < 0,05). Standar nilai kekerasan keju Mozzarella menurut Purwadi (2007) adalah 6,29, Pati yang terdapat pada tepung terigu sedangkan nilai rata-rata kekerasan yang baik mengalami gelatinisasi lebih awal dan kemudian pada penelitian ini adalah 1,33. Hal ini kekentalan menurun karena hidrolisis yang menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya berbeda terjadi pada suhu tinggi. Alginat yang jauh, sehingga pada penelitian tidak didapatkan merupakan polisakarida mengalami nilai kekerasan yang sesuai dengan standar. depolimerisasi jika larutan dipanaskan dan Pada hasil percobaan, kombinasi antara akibatnya terjadi penurunan kekentalan. tepung terigu dan alginat tidak memberikan Kekentalan alginat akan kembali seperti semula hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan ikatan pada saat pendinginan (Tranggono, 1992). antar monomer yang akan membentuk polimer Kombinasi antara tepung terigu dan alginat antara tepung terigu dan alginat saling tidak memberikan kekentalan yang maksimal mereduksi (tidak dapat bergabung) antara satu karena pada saat dipanaskan kekentalan yang dengan lain, sehingga pendugaan atas dihasilkan menurun, tetapi pada saat kombinasi penggunaan tepung terigu dan didinginkan dapat membentuk kekentalan lagi alginat tidak cocok untuk uji kekerasan pada namun tidak maksimal. Menurut Rosell (2006), keju Mozzarella. Tabel 1 menunjukkan bahwa pencampuran alginat 1% dengan tepung terigu perlakuan penggunaan tepung terigu dapat menyebabkan menurunnya tingkat memberikan perbedaan yang nyata (P perekatan (penggabungan) suspensi pada pati < 0,05). Perlakuan T1 (tepung terigu 0%) dan gandum yang dapat menyebabkan memiliki perbedaan terhadap perlakuan T4 gelatinisasi tidak sempurna. (tepung terigu 7,5%) tetapi tidak berbeda dengan perlakuan yang lain (perlakuan kekerasan keju Mozzarella. Rata-rata nilai T2 dan T3). tertinggi didapat pada perlakuan A1 yaitu 3,34 Pada perlakuan T1 (tanpa penambahan dan nilai terendah pada perlakuan A2 yaitu tepung terigu/tepung terigu 0%) teksturnya 2,83. Fungsi dari alginat sebagai pengemulsi, cenderung lebih keras daripada perlakuan T4 pemantap dan pengental dalam makanan yang mendapat perlakuan penggunaan tepung adalah untuk memantapkan emulsi dari lemak terigu sebesar 7,5%. Nilai rata-rata yang dan air sehingga produk tetap stabil, tidak semakin tinggi menyebabkan tekstur keju meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak dan semakin keras. Nilai tertinggi diperoleh pada air, serta mempunyai tekstur yang kompak dan perlakuan T1 yaitu 4,78, sedangkan nilai rata- tidak mudah meleleh dalam suhu ruang rata terendah ter- dapat pada perlakuan T4 (Anonim, 2007). Pada saat pengujian kekerasan, yaitu 2,16. Keju Mozzarella adalah keju yang keju mudah rusak karena dalam keadaan dingin. memiliki tekstur lembut, halus dan tidak Sifat alginat yang dapat membentuk kembali keras sehingga penggunaan tepung kekentalan keju pada saat pendinginan terigu 7,5% (T4) dapat menurunkan tingkat dibendung oleh sifat dari pati tepung terigu kekerasan keju Mozzarella. Penggunaan tepung yang tidak dapat mengental pada saat terigu mencapai 7,5% memberikan tekstur keju pendinginan, sehingga didapatkan nilai rata- yang lebih mulur dan halus. Tepung terigu yang rata yang tidak digunakan pada percobaan adalah tepung berbeda pada tiap perlakuan alginat. terigu yang berprotein tinggi (12% - 13%). Kekerasan keju Mozzarella dipengaruhi Tepung terigu dengan protein tinggi dapat oleh kadar air dan kadar lemak. Keempukan menyebabkan kekerasan keju menurun karena keju Mozzarella ditentukan oleh komposisi yang di dalam tepung terigu terdapat sejenis protein bersifat plastis dengan air, semakin tinggi kadar yang tidak larut di dalam air yang disebut lemak maka keju yang dihasilkan juga semakin gluten. Gluten terbentuk pada saat air dan plastis sebaliknya keju yang kadar lemak rendah tepung bercampur yang dapat membentuk mempunyai tekstur yang kering dan keras. tekstur elastis dan kenyal Kadar air keju menjadi lebih tinggi karena (Anonymous, 2005). Gluten dapat menentukan semakin banyak air yang terperangkap dalam tingkat kekenyalan dan elastisitas produk. Pada pati, sehingga mengakibatkan tekstur keju lunak umumnya, semakin tinggi kadar protein maka dan elastis. Kadar air yang tinggi akan kadar gluten yang dikandung suatu tepung menghasilkan “body” keju yang terlalu lunak terigu juga semakin besar (Anonim, 2008). sehingga tidak keras lagi (Gaman, 1994). Gluten terbentuk akibat pemanasan yang Keju Mozzarella yang memiliki nilai mencapai 70⁰C, dapat mengakibatkan fraksi kekerasan tinggi akan mempengaruhi kualitas kohesiv viskoelastis meningkat sehingga keju tersebut, keju Mozzarella yang bagus kekentalan terbentuk (Stephen, 1997). Pada adalah yang memiliki tekstur yang lunak dan saat awal pemanasan kekentalan terbentuk mulur, jika nilai kekerasan keju tinggi maka keju tetapi menurun akibat adanya pendinginan. tidak dapat mulur dengan bagus. Pada saat pengujian sampel dalam keadaan dingin, sehingga keju mudah rusak pada saat 2. Penggaruh Penggunaan Tepung Terigu ditekan. dan Alginat terhadap Daya Potong Keju Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan Mozzarella. alginat pada perlakuan A1 (alginat 0%), A2 Data dan hasil analisis ragam menunjukkan (alginat 0,5%) dan A3 (alginat 1%) tidak bahwa penggunaan tepung terigu memberikan memberikan perbedaan yang nyata (P > 0,05) perbedaan pengaruh yang nyata (P < 0,05) antara perlakuan yang satu dengan perlakuan terhadap daya potong keju Mozzarella. yang lain. Kesimpulan yang dapat diambil Penggunaan alginat atau kombinasi antara bahwa penggunaan alginat dengan berbagai tepung terigu dan alginat tidak memberikan konsentrasi (0%, 0,5% dan 1%) tidak interaksi yang nyata (P > 0,05) terhadap daya memberikan perbedaan yang nyata terhadap potong keju Mozzarella. Pada Tabel 2. disajikan terhadap daya potong keju Mozzarella. nilai rata-rata dan notasi hasil uji BNJ untuk Penggunaan tepung terigu memberikan tepung terigu, alginat dan interaksi antara perbedaan pada tiap-tiap perlakuan daya keduanya. potong keju Mozzarella. Rata-rata nilai yang didapatkan dari Tepung ALGINAT Rata-rata interaksi antara tepung terigu dan alginat pada Terigu A1 A2 A3 T1 7,83 11,2 9,33 9,46b perlakuan T1A2 lebih tinggi daripada perlakuan T2 6,83 5,83 8,00 6,89ab yang lain yaitu sebesar 11,2, sedangkan nilai T3 6,50 7,50 8,33 7,44ab rata-rata terendah yang pada perlakuan T2A2 T4 6,83 7,26 6,5 6,86a sebesar 5,82. Keju Mozzarella yang memiliki Rata-rata 6,99 7,95 8,04 kualitas baik adalah yang memiliki daya potong Tabel 2. Rata-rata nilai daya potong keju Mozzarella yang rendah, sehingga perlakuan T2A2 (tepung (N) terigu 2,5 % dan alginat 0,5 %) merupakan Keterangan: notasi a, b pada kolom yang sama dari perlakuan yang memiliki daya potong baik. rata-rata nilai daya potong keju Mozzarella dengan perlakuan penggunaan tepung terigu, menunjukkan Standar nilai daya potong menurut Purwadi perbedaan yang nyata (P < 0,05). (2007) adalah 1,91. Nilai rata-rata yang paling rendah (baik) terdapat pada perlakuan T2A2 Daya potong keju Mozzarella dipengaruhi yaitu 5,82, sehingga tidak didapatkan nilai daya oleh kadar air dan kadar lemak yang terkandung potong yang sesuai dengan standar. didalamnya. Kadar air yang semakin tinggi Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan menyebabkan daya potong yang dihasilkan akan penggunaan tepung terigu memberikan semakin rendah, seperti yang dikemukakan oleh perbedaan yang nyata (P < 0,05) terhadap daya Gaman dan Sherington (1994), bahwa kadar air potong keju Mozzarella. Pada perlakuan T1 yang terlalu tinggi akan menghasilkan “body” (penggunaan tepung terigu 0 %) memiliki keju yang terlalu lunak sehingga tidak keras lagi. perbedaan dengan perlakuan T4 (penggunaan Uji daya potong (cutting point) dimaksud- tepung terigu 7,5 %) tetapi tidak berbeda kan untuk mengetahui kekompakan curd, serta dengan perlakuan yang lain (T2 dan T3). Nilai untuk mengetahui kelenturan curd dalam rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 kaitannya dengan kemungkinan pengembangan sebesar 9,46, sedangkan nilai yang terendah produk berikutnya, misalnya pembuatan keju terdapat pada perlakuan T4 sebesar 6,86. Keju Mozzarella. Fox et al. (2000) menyatakan Mozzarella yang baik memiliki daya potong bahwa koagulum protein yang terlalu lembek yang rendah, sehingga perlakuan T4 merupakan dipotong, maka lemak dan kasein banyak yang perlakuan terbaik. hilang bersama whey, sedangkan Emmons et al. Tepung terigu merupakan bahan yang (2000) membuktikan bahwa makin banyak ditambahkan pada pembuatan keju Mozzarella Nitrogen terlarut dalam whey berarti makin untuk mendapatkan tekstur keju yang lebih banyak kasein terhidrolisis. kompak dan lebih mulur. Tepung terigu yang Pengujian daya potong mempunyai prinsip digunakan adalah tepung terigu segitiga biru penekanan pada keju sampai keju tersebut yang memiliki kadar air cukup tinggi yaitu rusak (patah). Pengujian dilakukan pada saat 14,3%. Pati yang memiliki kemampuan keju dalam perlakuan dingin (keras) sehingga menangkap air ditambah dengan kadar air pada pada saat ditekan keju tidak mudah rusak tepung yang cukup tinggi dapat menyebabkan (patah). Kebanyakan pati cenderung kehilangan kadar air keju meningkat dan body keju lunak, kemampuan mengikat air pada penyimpanan sehingga daya potong keju Mozzarella rendah. suhu rendah (Tranggono, 1992). Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan Tabel 2. menunjukkan bahwa interaksi penggunaan alginat (0 %, 0,5 % dan 1 %) tidak antara tepung terigu dan alginat tidak memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) terhadap daya potong keju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alginat warna keju Mozzarella pada masing-masing dengan berbagai konsentrasi tidak memberikan perlakuan tertera pada Tabel 3. perbedaan terhadap daya potong keju Warna merupakan salah satu faktor Mozzarella. Rata-rata nilai tertinggi diperoleh penentu mutu produk, baik tidaknya cara pada perlakuan A3 yaitu 8,04, sedangkan nilai pencampuran atau pengolahan ditandai dengan terendah pada perlakuan A1 yaitu 6,99. adanya warna yang beragam. Ada 5 penyebab Penggunaan alginat pada pembuatan keju warna suatu bahan, yaitu: pigmen yang secara Mozzarella berfungsi untuk menjerembab alami terdapat pada bahan pangan, reaksi (menangkap) air sehingga kadar air keju tinggi, karamelisasi, reaksi maillard, oksidasi dan dengan kadar air yang tinggi maka keju akan penggunaan zat pewarna alami atau buatan memiliki tekstur yang lunak sehingga pada saat (Winarno, 2002). dipotong/ditekan keju akan kembali ke keadaan Tepung ALGINAT semula dan jika dimatangkan/panaskan akan Rata-rata Terigu A1 A2 A3 mulur dengan tekstur yang lunak. T1 3,72 3,53 3,72 3,66 T2 3,67 3,72 4,00 3,80 3. Penggaruh Penggunaan Tepung Terigu T3 3,91 3,81 4,03 3,92 dan Alginat terhadap Organoleptik Keju T4 3,63 3,72 4,00 3,78 Mozzarella Rata-rata 3,73 3,70 3,94 Hasil pengolahan makanan harus memenuhi keinginan konsumen. Penilaian Tabel 3. Rata-rata hasil uji organoleptik terhadap terhadap suatu produk dapat dilakukan dengan warna keju Mozzarella menggunakan kemampuan inderawi manusia Keterangan: tidak diberikannya notasi menunjukkan bahwa tingkat penggunaan tepung terigu, alginat berupa penglihatan, perasa dan pembau. Pada atau kombinasi antara tepung terigu dan alginat produk keju Mozzarella telah dilakukan uji tidak memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) organoleptik oleh 4 orang panelis untuk menilai pada tiap perlakuan terhadap warna keju mutu keju Mozzarella dari segi warna, rasa dan Mozzarella. tekstur. Keju Mozzarella yang disajikan kepada Tabel 3. menunjukkan bahwa tidak panelis merupakan keju yang dibuat dengan terdapat interaksi yang nyata (P > 0,05) pada menggunakan susu segar yang berasal dari KUD kombinasi penggunaan tepung terigu (0%; Mitra Bakti Junrejo, dengan penggunaan enzim 2,5%; protease (rennet: ekstrak Mucor miehei), jeruk 5%; dan 7,5%) dan alginat (0%; 0,5%; dan 1%) nipis, alginat dan tepung terigu. Pengasaman terhadap warna keju Mozzarella. Tranggono dengan jeruk nipis diharapkan dapat (1992) menyatakan bahwa pati cenderung mempertahankan derajat keasaman bahan kehilangan kemampuannya mengikat air dan makanan yang diolah serta sebagai penegas menjadi buram pada saat penyimpanan suhu rasa, warna, dan pengawet dalam keju rendah. Alginat yang terdiri atas asam Mozzarella. polimanuronat membentuk gel yang lenting dan tidak mudah mengalami sinersis, gel tersebut 4. Warna membentuk warna putih. Data dan hasil analisis ragam menunjukkan Rata-rata nilai tertinggi terdapat pada bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (P > perlakuan T4A3 (tepung terigu 7,5% dan alginat 0,05) terhadap skor organoleptik warna pada 1%) yaitu 4,03, sedangkan nilai terendah pada keju Mozzarella dengan perlakuan penggunaan perlakuan T3A1 (tepung terigu 5% dan alginat alginat, tepung terigu atau kombinasi antara 0%) yaitu 3,91. Hal tersebut menunjukkan tepung terigu dan alginat yang diberikan oleh bahwa warna pada perlakuan T4A3 cenderung panelis terlatih. Rata-rata nilai organoleptik lebih baik daripada perlakuan yang lain karena mempunyai warna khas keju yaitu krem muda (Light cream). Tabel 3. menunjukkan bahwa penggunaan dengan gizi, rasa atau nilai fungsional lainnya tepung terigu (0%; 2,5%; 5%; dan 7,5%) tidak (Kartika, 1992). memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) terhadap warna keju Mozzarella. Warna 5. Rasa merupakan petunjuk adanya perlakuan kimia Data dan hasil analisis ragam menunjukkan dalam suatu bahan pangan. Tepung terigu, bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (P > didalamnya memiliki komponen pewarna yang 0,05) terhadap rata-rata organoleptik rasa keju disebut karotenoid (Figoni, 2003) yang dapat Mozzarella dengan perlakuan penggunaan membantu terbentuknya warna pada keju tepung terigu, alginat atau kombinasi antara Mozzarella. Winarno (1989), menyatakan tepung terigu dan alginat yang diberikan oleh bahwa karotenoid merupakan kelompok panelis terlatih. Rata-rata nilai organoleptik rasa pigmen yang berwarna kuning yang larut dalam keju Mozzarella tertera pada Tabel 4. lemak. Rata-rata nilai tertinggi didapat pada perlakuan T3 (tepung terigu 5%) yaitu 3,92 dan Tepung ALGINAT Rata-rata nilai terendah didapat pada perlakuan T1 Terigu A1 A2 A3 (tepung terigu 0%) yaitu 3,66. Keju Mozzarella T1 3,12 3,09 3,08 3,10 yang dihasilkan memiliki warna yang cenderung T2 2,85 2,95 2,90 2,90 putih kekuningan. Warna putih ini disebabkan T3 2,70 3,13 2,54 2,80 oleh adanya kasein dalam susu. Idris (1995), T4 2,85 2,61 3,01 2,92 menyatakan kasein berwarna putih kekuningan, dalam keadaan murni berwarna seperti salju, Rata-rata 2,82 3,05 2,86 tidak berbau dan tidak berasa. kasein menimbulkan warna putih pada susu. Bahan Tabel 4. Rata-rata hasil uji organleptik terhadap rasa pangan yang telah mengalami pemanasan akan keju Mozzarella kelihatan nyata dalam perubahan warna (De Keterangan: tidak diberikannya notasi menunjukkan bahwa tingkat penggunaan tepung terigu, alginat Man, 1997). Pati yang mengalami pemanasan atau kombinasi antara tepung terigu dan alginat dan membentuk gelatinisasi menyebabkan tidak memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) warna keju putih buram, sehingga tingkat pada tiap perlakuan terhadap rasa keju Mozzarella. kesukaan panelis menurun. Tabel 3. menunjukkan bahwa penggunaan Tabel 4. menunjukkan bahwa penggunaan alginat (0%; 0,5%; dan 1%) tidak memberikan tepung terigu dan alginat tidak memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) terhadap warna interaksi yang nyata (P > 0,05) terhadap keju Mozzarella. Rata-rata nilai tertinggi organoleptik rasa keju Mozzarella. Tepung terdapat pada perlakuan A3 (alginat 1%) yaitu terigu yang memiliki komponen pati termasuk 3,94 dan nilai terendah pada perlakuan A2 dalam kelompok polisakarida yang cenderung (alginat 0,5%) yaitu 3,70. Warna keju yang bersifat manis dan penggunaan alginat yang dihasilkan adalah putih kekuningan. Tingkat cenderung bersifat asam memberikan penggunaan alginat yang tinggi cenderung kombinasi rasa yang dominan asam pada keju menurunkan kadar air keju yang menyebabkan Mozzarella. Sifat pati yang tidak terlalu manis warna kuning keju Mozzarella tampak lebih dapat tertutupi oleh rasa asam yang berasal pucat karena permukaan keju kelihatan lebih dari alginat. Rata-rata nilai terbesar didapat kering. pada perlakuan T3A2 sebesar 3,13 dan nilai Warna suatu produk pangan merupakan terkecil didapat pada perlakuan T3A3 sebesar indikator yang sangat penting untuk penilaian 3,54. kualitas produk yang bersangkutan. Warna Hasil analisis ragam membuktikan bahwa sangat mempengaruhi tingkat penerimaan penggunaan tepung terigu membuat panelis konsumen, walaupun kurang berhubungan lebih menyukai rasa khas dari keju Mozzarella. Rasa khas keju Mozzarella yang diikuti dengan tekstur yang lembut dan mulur memberikan nilai lebih terhadap rasa keju Mozzarella. pengasaman oleh jeruk nipis sehingga rasa keju Penggunaan tepung terigu dengan konsentrasi Mozzarella semakin asam khas keju. 5% dapat memberikan rasa yang lebih khas Rata-rata nilai organoleptik rasa keju terhadap keju Mozzarella dan memberikan Mozzarella untuk alginat tertinggi terdapat tekstur yang lebih mulur karena dapat pada perlakuan A2 yaitu 3,05 dan terendah membentuk gel (Anonim, 2009). terdapat pada perlakuan A1 yaitu 2,82. Rasa keju Mozzarella yang dipengaruhi Kumalaningsih (1986) dalam Damayanti (2002), curd dapat berkurang setelah mendapat rasa suatu bahan pangan dapat berasal dari perlakuan pemasakan curd, sehingga peng- bahan pangan itu sendiri dan apabila telah gunaan alginat dengan viskositas yang tinggi mendapatkan perlakuan atau pengolahan maka mampu mempengaruhi stabilitas emulsi minyak rasanya akan dipengaruhi oleh bahan yang dan air, sehingga mampu mengurangi hilangnya ditambahkan selama pengolahan. lemak selama pemasakan curd. Menurut Nath (1993), rasa keju Mozzarella tersebut dibentuk 6. Tekstur oleh asam-asam amino. Data dan hasil analisis ragam menunjukkan Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan bahwa pada perlakuan penggunaan tepung tepung terigu tidak memberikan interaksi yang terigu, alginat dan kombinasi antara tepung nyata (P > 0,05) terhadap organoleptik rasa keju terigu dan alginat tidak memberikan interaksi Mozzarella. Tepung terigu yang memiliki yang nyata (P > 0,05) terhadap rata-rata komponen pati termasuk dalam kelompok organoleptik tekstur pada keju Mozzarella yang polisakarida yang cenderung bersifat manis diberikan oleh panelis terlatih. Nilai rata-rata sehingga menyebabkan rasa keju Mozzarella untuk organoleptik tekstur keju Mozzarella berpadu dengan asam dan menambah keunikan tertera pada Tabel 5. rasa keju. Tepung ALGINAT Pada saat pemanasan pati terbentuk Rata-rata Terigu A1 A2 A3 gelatinisasi lalu mengalami perlakuan pen- T1 3,11 3,18 3,11 3,13 dinginan yang menghambat gelatinisasi, energi T2 2,78 3,36 3,71 3,28 kinetik tidak lagi cukup tinggi untuk melawan T3 3,20 3,31 3,60 3,37 kecenderungan molekul-molekul amilosa untuk T4 3,76 3,20 3,20 3,39 bersatu kembali membentuk mikrokristal Rata-rata 3,21 3,26 3,41 (retrogradasi) dan mengendap didasar wadah (Winarno, 2004). Pada saat uji organoleptik keju Tabel 5. Rata-rata hasil uji organleptik terhadap dalam keadaan dingin dan pada saat keju tekstur keju Mozzarella dirasakan memberikan rasa yang bertekstur Keterangan: tidak diberikannya notasi menunjukkan bahwa tingkat penggunaan tepung terigu, alginat agak kasar didalam mulut karena terbentuknya atau kombinasi antara tepung terigu dan alginat kristal pada pati. Rata-rata nilai organoleptik tidak memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) rasa untuk tepung terigu tertinggi didapat pada pada tiap perlakuan terhadap tekstur keju perlakuan T1 yaitu 3,10 dan nilai yang terendah Mozzarella. pada perlakuan T4 yaitu 2,85. Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa Tabel 5. menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan alginat tidak memberikan interaksi antara tepung terigu dan alginat tidak yang nyata (P > 0,05) terhadap rasa keju memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) Mozzarella. Dengan penggunaan alginat pada terhadap organoleptik tekstur keju Mozzarella. keju Mozzarella memberikan rasa keasaman Penggunaan tepung terigu memberikan tekstur yang khas. Alginat memiliki gugus asam yang elastis pada keju Mozzarella karena karboksilat (COOH+) yang dapat menyumbangkan gelatinisasi yang terjadi pada pati. Pada saat uji asam didalam keju. Dikombinasikan dengan organoleptik keju dalam keadaan dingin, pati kehilangan kemampuan menangkap/memper- tahankan air didalam suhu rendah sehingga kadar air rendah dan kekentalannya menurun Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan (Tranggono, 1992). Keju pada saat didinginkan alginat (0 %, 0,5 % dan 1 %) tidak memberikan menyebabkan pati membentuk mikrokristal interaksi yang nyata (P > 0,05) terhadap tekstur (retrogradasi) dan mengendap didasar wadah keju Mozzarella. Alginat yang Penggunaan (Winarno, 2004), sehingga pada saat uji alginat yang mencapai 1% akan memantapkan organoleptik tekstur keju cenderung keras dan emulsi dari lemak dan air sehingga tidak kasar saat berada didalam mulut. terpisah antara bagian lemak dan air, sehingga Alginat memiliki sifat kekentalan yang keju tetap stabil, tidak meleleh pada suhu ruang kimiawi dapat menyebabkan tekstur keju tidak dan mempunyai tekstur yang kompak (Anonim, meleleh dalam mulut, sehingga tidak 2007). Alginat memberikan tekstur yang tidak memberikan tekstur yang lembut seperti gelatin lembut karena tidak dapat meleleh didalam (Tranggono, 1992). Rata-rata nilai tertinggi mulut (Tranggono, 1992). Rata-rata nilai untuk interaksi antara tepung terigu dan alginat tertinggi tekstur keju Mozzarella untuk alginat terdapat pada perlakuan T4A1 yaitu 3,76 dan terdapat pada perlakuan A3 yaitu 3,41 nilai terendah pada perlakuan T2A1 yaitu 2,78. sedangkan nilai terendah pada perlakuan A1 Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan yaitu 3,21. tepung terigu (0%; 2,5%; 5%; dan 7,5 %) tidak memberikan interaksi yang nyata (P > 0,05) 7. Perlakuan Terbaik terhadap tekstur keju Mozzarella. Gluten Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan terdapat didalam tepung terigu yang jika metode pembobotan yang dilakuakan oleh dicampur dengan air, proteinnya akan panelis, pemilihan perlakuan terbaik keju menyerap air lalu terjadi peningkatan kadar air Mozzarella dilakuakan dengan membandingkan dan volumenya membesar sehingga dapat nilai perlakuan setiap perlakuan. Perlakuan memantapkan tekstur keju yang lunak dengan nilai produk tertinggi merupakan digunakan adalah tepung terigu yang memiliki perlakuan terbaik. Nilai rata-rata perlakuan kandungan protein tinggi. Gluten dan pati terbaik disajikan pada Tabel 6. tepung terigu yang telah mengalami gelatinisasi terhambat membentuk gel dan mengalami Perlakuan retrogradasi pada penyimpanan suhu rendah, Variabel T4A3 sehingga tekstur keju pada saat berada dimulut Kekerasan (N) 2,33 cenderung keras dan kasar. Rata-rata nilai Daya potong (N) 6,50 tertinggi terdapat pada perlakuan T3 sebesar Warna 4,00 3,39 dan nilai terendah pada perlakuan T1 Tekstur 3,20 sebesar 3,13. Rasa 2,92 Panelis dapat membedakan tekstur keju Mozzarella karena kelunakan atau kekerasan Tabel 6. Nilai Rata-rata Perlakuan Terbaik. dari keju Mozzarella pada saat keju ada didalam mulut. Panelis diduga menyukai tekstur keju Berdasarkan hasil perhitungan perlakuan Mozzarella yang tidak terlalu lunak atau terlalu terbaik didapatkan total nilai hasil (Nhl) yang keras. Nilai tekstur dipengaruhi oleh kadar air, tertinggi yaitu pada perlakuan T4A3 (peng- semakin tinggi kadar air maka tekstur yang gunaan tepung terigu 7,5 % dan alginat 1 %) diperoleh semakin tinggi (lunak) (Bourne, 1982). merupakan perlakuan terbaik untuk men- Winarno (1994) menyatakan bahwa nilai tekstur dapatkan produk keju Mozzarella. Rata-rata dipengaruhi oleh kandungan air dalam produk nilai perlakuan yang ada pada lampiran 10 pangan. De man (1989) menyatakan bahwa menunjukkan bahwa pada perlakuan T4A3 tidak struktur fisika kimia merupakan efek dari memiliki nilai yang cernderung lebih tinggi susunan air yang terserap dan berpengaruh daripada perlakuan yang lain. Perlakuan T4A3 besar terhadap tekstur. hanya meiliki nilai tertinggi pada variabel warna. KESIMPULAN DAN SARAN , 2008. Sehat Bersama Jeruk Nipis. Kesimpulan http://www.si- Berdasarkan hasil penelitian dapat jeddah.org/index2.php?option=com_con disimpulkan bahwa: tent&do_pdf=1&id=78. Diakses tanggal 1) Kombinasi antara tepung terigu dan 13 April 2009. alginat tidak memberikan interaksi , 2008. Terigu Segitiga Biru. yang nyata (P > 0,05) terhadap kualitas http://www.wikipedia.co.id.page.aspx.ht fisik (daya potong dan kekerasan) dan m. kualitas organoleptik (rasa, tekstur, dan , 2009. Keju A-Z. warna). http://www.jalankenangan.net/celoteh/? 2) Penggunaan tepung terigu p=156Fox, P.F., T.P. Guinee, T.M.Cogan memberikan pengaruh yang nyata (P < and P.L.H. McSweeney. 2000. 0,05) terhadap kekerasan dan daya Fundamentals of Cheese Science. Aspen potong keju Mozzarella. Publishers, Inc. Maryland. Diakses tanggal 3) Ditinjau dari kualitas fisik (daya potong 16 April 2009. dan kekerasan) dan kualitas , 2009. Produksi Keju. http://www.food- organoleptik (warna, rasa dan tekstur) info.Net/id/dairy/cheese- perlakuan terbaik hasil uji indeks production.htm. Diakses tanggal 20 Maret efektifitas menunjukkan nilai hasil 2009. (Nhl) tertinggi adalah perlakuan T4A3 (peng- , 2009. Sifat Fisikokimia Karbohidrat. / gunaan tepung terigu 7,5% dan alginat category/ sifat – fisikokimia-karbohidrat/. 1%), sehingga perlakuan T4A3 dianggap Diakses tanggal 12 Maret 2009. perlakuan terbaik. , 2009. Tepung. http://id.wikipedia.org/wiki/TepungSuda Saran rmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Berdasarkan hasil penelitian ini, sebaiknya Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan menggunakan tepung terigu sebagai bahan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. pengental sebesar 7,5% dan menggunakan Diakses tanggal 14 April 2009. alginat sebagai bahan penstabil sebesar 1 % Bourne, 1982. Food Texture and Viscosity agar didapatkan kualitas daya potong, concept and Measurement. Dalam kekerasan, rasa, tekstur dan warna keju Fathnum, E. 2003. Pengaruh Jenis Mozzarella yang lebih baik. Konsentrasi Hidrokoloid (Gum Arab dan Karagenan) terhadap Sifat Fisikokimia, DAFTAR PUSTAKA Organoleptik dan Rendemen Tahu. Anonim, 2007. Bahan Tambahan Pangan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. http://www.ilmupangan.com/index.php? Unibraw. Malang. option=com_content&task=view&id=22& Damayanti, R.P. 2002. Pembuatan Nata Sari Itemid=42. Diakses tanggal 15 Maret Buah Pepaya (Carica Papaya L) Tinjauan 2009. dari pH Awal dan konsentrasi Sukrosa. , 2007. Keju. Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian. http://warungmuslimah.multiply.com/jo Unibraw. Malang. urnal/item/4/KEJU. Diakses tanggal 20 De man, J. M., 1997. Kimia Makanan. Maret 2009. Penterjemah: Kosasih Padmawinata. Edisi , 2008. Tepung Terigu. Kedua. Penerbit Institut Teknologi http://id.wikipedia.org/wiki/gandum. Bandung. Bandung. diakses tanggal 12 Maret 2009. Emons, D.B.C. and H.W. Moldler. 2003. Transfer Preston, K.R. 1994. Wheat of Protein From Milk To Cheese. J. Dairy Production,Properties and Quality. Editor Science., 86: 469-485. oleh W. Bushuk. Department of Food Fox, P.F., T.P. Guinee, T.M. Cogan and P.L.H. Science. University of Manitoba. McSweeney. 2000. Fundamentals of Winnipeg. Cheese Science. Aspen Publisher, Inc. Stephen, A.M. 1997. Food Polysaccharides. Maryland. University of Cape Town. Rondebosch. Idris, S. 1995. Pengantar Teknologi Pengolahan South Africa. Susu. Penerbit Fajar. Malang. Sutomo, B. 2007. Buah Jeruk, Cegah Stoke dan , 2005. Index Efektifitas. Program Studi Kanker. Teknologi Hasil Ternak Fakultas http://budiboga.blogspot.com/2007/04/ Peternakan Universitas Brawijaya. Malang buah-jeruk-cegah-stroke-dan- Kartika, Guritno. B., Purwadi A.D., dan kanker.html. Diakses tanggal 13 April Ismoyowati, D. 1992. Petunjuk Evaluasi Produk 2009. Industri Hasil Pertanian. Pusat Tranggono, Sutadi, Hariyah, Suparno, A. Antar Universitas Pangan dan Gizi. Mudiarti, S. Sudarmadji, K. Rahayu, S. Yogyakarta . Narula, M. Astuti. 1992. Bahan Pangan Nath, K. R., 1993. Cheese. Dalam Hui Y. H., Tambahan. PAU. UGM. Yogyakarta. 1993. Dairy Science and Technology Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Handbook 2 Product Manufacturing. VCH Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Publisher Inc. California. Jakarta. Purwadi, 2007. Kajian Pembuatan Keju , 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Mozzarella Dengan Bahan Pengasam Jus Cetakan kesebelas. Gramedia. Jakarta. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle). Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang.